Ke.1 Perdarahan Intra Abdomen KEL.10. 3
Ke.1 Perdarahan Intra Abdomen KEL.10. 3
Ke.1 Perdarahan Intra Abdomen KEL.10. 3
TRAUMA ABDOMEN
Disusun Oleh :
Kelas : 6A
PRODI KEPERAWATAN S1
2021
A. Review Anatomi Fisiologi Perdarahan Intra-Abdomen (Trauma Abdomen)
Abdomen merupakan bagian tubuh yang terletak di antara toraks dan pelvis.
Rongga abdomen yang sebenarnya dipisahkan dari rongga toraks di sebelah atas oleh
diafragma dan dari rongga pelvis di sebelah bawah oleh suatu bidang miring yang
disebut pintu atas panggul. Dapat dikatakan bahwa pelvis termasuk bagian dari
abdomen, dan rongga abdomen meliputi juga rongga pelvis. Rongga abdomen meluas
ke atas sampai mencapai rongga toraks setinggi sela iga kelima. Jadi sebagian rongga
abdomen terletak atau dilindungi oleh dinding toraks. Sebagian dari hepar, gaster dan
lien terterdapat di dalamnya. Rongga abdomen atau cavitas abdominis berisi sebagian
besar organ sistem digestivus, sebagian organ urinarium, sistem genitalia, lien,
glandula suprarenalis, dan plexus nervorum. Juga berisi peritoneum yang merupakan
membrane serosa dari sistem digestivus. Kadang-kadang ada organ sistem digestivus
yang sebagian atau sementara terletak di dalam rongga pelvis, misalnya ileum dan
sebaliknya kadang-kadang organ genitalia terdapat di dalam rongga abdomen,
misalnya uterus yang membesar. Untuk menentukan lokalisasi yang lebih teliti dari
rasa nyeri, pembengkakan atau letak suatu organ, maka abdomen dibagi menjadi
sembilan region oleh dua bidang horizontal yaitu bidang subcostalis dan bidang
transtubercularis serta dua bidang vertikal yang melalui linea midklavikularis kanan
dan kiri.
Anatomi dalam dari abdomen meliputi 3 regio:
1. Rongga Peritoneal
Rongga Peritoneal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Rongga Peritoneal Atas
Rongga peritoneal atas dilindungi oleh bagian bawah dari dinding thorax yang
mencakup diafragma, hepar, liean, gaster, dan colon transversum. Bagian ini juga
disebut sebagai komponen thoracoabdominal dari abdomen. Pada saat diafragma
naik sampai sela iga IV pada waktu ekspirasi penuh, setiap terjadi fraktur iga
maupun luka tusuk tembus di bawah garis intermammaria bisa mencederai organ
dalam abdomen.
2) Rongga Peritoneal Bawah
Rongga peritoneal bawah berisikan usus halus, bagian colon ascendens dan colon
descendens, colon sigmoid, dan pada wanita, organ reproduksi internal.
2. Rongga Pelvis
Rongga pelvis, yang dilindungi oleh tulang-tulang pelvis, sebenarnya
merupakan bagian bawah dari rongga intraperitoneal, sekaligus bagian bawah dari
rongga retroperitoneal. Di dalamnya terdapat rectum, vesika urinaria, pembuluh-
pembuluh iliaca, dan pada wanita, organ reproduksi internal. Sebagaimana halnya
bagian torakoabdominal, pemeriksaan organ-organ pelvis terhalang oleh bagian-
bagian tulang di atasnya.
3. Rongga Retroperitoneal
Rongga yang potensial ini adalah rongga yang berada di belakang dinding
peritoneum yang melapisi abdomen. Di dalamnya terdapat aorta abdominalis, vena
cava inferior, sebagian besar dari duodenum, pancreas, ginjal dan ureter, serta
sebagian posterior dari colon ascendens dan colon descendens, dan bagian rongga
pelvis yang retroperitoneal. Cedera pada organ dalam retroperitoneal sulit dikenali
karena daerah ini jauh dari jangkauan pemeriksaan fisik yang biasa, dan juga cedera
di sini pada awalnya tidak akan memperlihatkan tanda maupun gejala peritonitis.
Rongga ini tidak termasuk dalam bagian yang diperiksa sampelnya Diagnostic
Peritoneal Lavage (DPL).
C. Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada
abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan
yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul
lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
D. Manifestasi Klinis
Berdasarkan jenis trauma :
1) Trauma tembus abdomen
a. Potensi mematikan dan segera membahayakan jika disertai cedera pembuluh
darah besar.
b. Luas cedera intraabdominal tergantung tenaga kinetik objek penetratif. Luka
akibat peluru dibedakan menjadi low-velocity dan high-velocity
c. Peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra
peritoneal.
d. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus abdomen
karena usus mengisi sebagian besar rongga abdomen.
e. Perforasi dibagian atas (lambung) terjadi perangsangan segera setelah trauma
dan akan terjadi gejala peritonitis hebat. Sedangkan bagian bawah, gejala baru
timbul setelah 24 jam karena mikroorganisme membutuhkan waktu
berkembang biak setelah 24 jam.
2) Trauma tumpul abdomen
a. Gejala pada trauma tumpul abdomen merupakan akibat kehilangan darah,
memar, atau kerusakan pada organ – organ atau iritasi cairan usus yaitu nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan perut (akibat hematoma).
b. Bising usus biasanya melemah atau menghilang.
c. Rangsangan peritoneum dapat pula berupa nyeri alih di daerah bahu terutama
di sebelah kiri yang dikenal sebagai referred pain atau tanda dari KEHR.
Berdasarkan tipe cedera:
1. Pada Organ Padat
Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang akan
menyebabkan perdarahan bervariasi dari ringan sampai sangat berat bahkan
kematian.
Gejala dan tandanya adalah :
Gejala perdarahan secara umum
Penderita tampak anemis
Bila perdarahan berat akan timbul shok hemoragik
Gejala adanya darah intraperitoneal
Nyeri abdomen dapat bervariasi dari ringan sampai hebat
Pada auskultasi bising usus menurun tapi bukan merupakan tanda yang
dapat dipercaya karena bising usus akan menurun pada banyak
keadaan lain.
Ada nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskuler ( kekakuan otot)
seperti pada peritonitis
Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada perdarahan hebat
dan penderita tidak gemuk
Pada perkusi ditemukan pekak pada sisi yang meninggi tandanya
adalah:
Pada perkusi ditemukan pekak pada sisi yang meninggi
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan
dan nyeri lepas.
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini
ada saat pasien dalam posisi rekumben.
E. Klasifikasi
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
A. Trauma penetrasi
Luka tembak
Luka tusuk
B. Trauma non-penetrasi
Kompres
Hancur akibat kecelakaan
Sabuk pengaman
Cedera akselerasi
1. Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan
masa darah dapat menyerupai tumor.
2) Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
2. Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri
dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi (Sjamsuhidayat, 1998).
F. Patofisiologi
G. Komplikasi
Komplikasi segera yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma abdomen
adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah
infeksi. Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul
adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera iatrogenik, intra
abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture spleenyang muncul
kemudian (Salomone & Salomone, 2011).
Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen
karena adanya rupture pada organ.Gejala dan tanda yang sering muncul pada
komplikasi dengan peritonitis antara lain :
Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang (distended)
Demam (>380C)
Produksi urin berkurang
Mual dan muntah
Haus
Cairan di dalam rongga abdomen
Tidak bisa buang air besar atau kentut
Tanda-tanda syok.
H. Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data statistic yang
menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan jumlah pasien total
dengan trauma abdomen, gambaran spesifik prognosis untuk pasien trauma intra
abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10%
(Udeani & Steinberg, 2011).
I. Farmakologi
Pengobatan dan pertolongan pada pasien trauma abdomen memerlukan tenaga medis.
Untuk pemeriksaan awal, pasien trauma harus ditanganin sesuai dengan algoritma
Advanced Trauma Life Support (ATLS), yaitu:
J. Terapi Diet
Nutrisi sangat penting bagi perawatan pasien mengingat kebutuhan pasien akan
nutrisi bervariasi, maka dibutuhkan diet atau pengaturan makanan. diet pasca operasi
adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.
Pengaturan makanan sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan
jenis penyakit penyerta. Tujuan diet pasca operasi adalah untuk mengupayakan agar
status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan
dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara memberikan kebutuhan
dasar (cairan, energi, protein), mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan
zat gizi lain, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, mencegah dan
menghentikan perdarahan. Diet yang disarankan adalah Makanan yang mengandung
cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi, bentuk makanan disesuaikan dengan
kemampuan penderita, menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam), suhu
makanan lebih baik bersuhu dingi, pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai
dengan kemampuan dan kebiasaan makan penderita.
Syarat diet pasca operasi adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari
bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap
tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien, seperti pasca operasi kecil
makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal. Pasca
operasi besar makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan
pasien untuk menerimanya.
Jenis diet dan indikasi pemberian diet adalah diet pasca-bedah I (DPB I) selama
enam jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air putih, teh manis, atau
cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan ini diberikan dalam waktu
sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua zatgizi. Selain itu diberikan makanan
parenteral sesuai kebutuhan. Diet ini diberikan kepada semua pasien pasca bedah
pasca operasi kecil yaitu setelah sadar dan rasa mual hilang dan pasca operasi besar
yaitu setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda usus mulai bekerja.
Makanan yang diberikan diet pasca-bedah II (DPB II) adalah makanan bentuk
cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata
delapan sampai 10 kali sehari selama pasien tidak diberikan untuk waktu sesingkat
mungkin karena zat gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada DPB
II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida. Diet pasca-bedah
II diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan
dari DPB I. Makanan yang diberikan diet pasca-bedah III (DPB III) berupa makanan
saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.
Selain itu dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang
tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang
mengandung karbondioksida. Diet pasca-bedah III diberikan kepada pasien pasca
bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
Makanan yang diberikan pada diet pasca-bedah IV (DPB IV) berupa makanan
lunak yang dibagi dalam tiga kali makanan lengkap dan satu kali makanan selingan.
Diet Pasca-Bedah IV diberikan kepada pasien pasca operasi kecil, setelah diet Pasca-
Bedah I dan pasien pasca operasi besar, setelah DPB III
b. Breathing
c. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan
pernafasan.Resusitasi pasien dengan trauma abdomen penetrasi dimulai segera
setelah tiba. Cairan harus diberikan dengan cepat. NaCl atau Ringer Laktat
dapat digunakan untuk resusitasikristaloid.Rute akses intravena adalah
penting, pasang kateter intravena perifer berukuran besar (minimal 2) di
ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang dengan hipotensi
sudah berada di kelas III syok (30-40% volume darah yang hilang) dan harus
menerima produk darah sesegera mungkin, hal yang sama berlaku pada pasien
dengan perdarahan yang signifikan jelas. Upaya yang harus dilakukan untuk
mencegah hipotermia, termasuk menggunakan selimut hangat dan cairan
prewarmed.
d. Disability
Untuk penanganan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma nonpenetrasi dan
trauma penetrasi, yaitu :
Secondary Survey
Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila sewaktu
survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali mengulangi
PRIMARY SURVEY. Semua prosedur yang dilakukan harus dicatat dengan baik.
Pemeriksaan dari kepala sampai ke jari kaki (head-to-toe examination) dilakukan
dengan perhatian utama :
1. Pemeriksaan kepala
Kelainan kulit kepala dan bola mata
Telinga bagian luar dan membrana timpani
Cedera jaringan lunak periorbital
2. Pemeriksaan leher
Luka tembus leher
Emfisema subkutan
Deviasi trachea
Vena leher yang mengembang
3. Pemeriksaan neurologis
Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex
4. Pemeriksaan dada
Clavicula dan semua tulang iga
Suara napas dan jantung
Pemantauan ECG (bila tersedia)
5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen
kecuali bila ada trauma wajah
Periksa dubur (rectal toucher)
Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
6. Pelvis dan ekstremitas
Cari adanya fraktur (pada kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan
tes gerakan apapun karena memperberat perdarahan)
Cari denyut nadi-nadi perifer pada daerah trauma
Cari luka, memar dan cedera lain
7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan) :
Foto atas daerah abdomen yang cedera dilakukan secara selektif.
2. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas / istirahat
Data Subyektif : Merasa lemah ,lelah, hilang keseimbangan
Data Obyektif : Perubahan Kesadaran ,masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
2) Sirkulasi
Data Obyektif : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi)
Perubahan frekuensi jantung (Bradikardi, takikardi)
3) Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi
4) Eliminasi
Data Subyektif: Inkontenensia kandung kemih/usus atu mengalami
gangguan fungsi
5) Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
6) Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara ,vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental (Orientasi , Kewaspadaan, Perhatian, konsentrasi, pemecahan
masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori), Sangat sensitif
terhadap sentuhan dan gerakan, Kehilangan sensasi sebagai tubuh,
Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
7) Nyeri dan Kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan,
nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa beristirahat, merintih.
8) Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
9) Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data Obyektif : Fraktur / dislokasi, Gangguan kognitif, Gangguan rentang
gerak, Demam, gangguan rentang dan regulasi suhu tubuh.
10) Interaksi Sosial
Data Obyektif : Gangguan motorik atau sensorik
11) Penyuluhan / Pembelajaran
Data Subyektif :Membutuhkan bantuan dalam pengobatan aktivitas
perawatan diri.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan Trauma Abdomen
adalah (NANDA II 2015 - 2017) :
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d terputusnya pembuluh
darah arteri/vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan
adanya perdarahan,jejas atau luka dan distensi abdomen
2. Perubahan perfusi jaringan b.d hypovolemia,penurunan sumplai darah
keseluruh tubuh yang ditandaidengan suhu kulit bagian akral dingin
,capillary refill lebih dari 3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam
3. Nyeri b.d rusaknya jaringan linak/organ abdomen yang Yang ditandai
dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan ,Nampak
menyeringai kesakitan
4. Cemas b.d pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai
dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan
,ekspresi wajah tegang dan gelisah
5. Kurang pengetahuan b.d tentang pembedahan yang akan dilakukan
sehubungan dengan kurangnya informasi /informasi inaquat yang ditandai
pasien dengan bertanya tentang dampak dan musibah yang dialami dan
akibat dari pembedahan
c. Intervensi
Observasi tanda-tanda
vital,suhu,nadi,pernafasan
dan tekanan darah
Observasi tanda-tanda
kecemasan baik verbal dan
non verbal
No Dx Implementasi
1 Gangguan keseimbanga cairan dan Mengkaji tentang cairan perdarahan
yang keluar adakah gambar klinik
elektrolit b.d terputusnya pembuluh
hipovolemik
darah arteri/vena suatu jaringan
Menjelaskan tentang sebab akibat
(organ abdomen) yang ditandai
dari kekuranga cairan / perdarahan
dengan adanya perdarahan,jejas atau serta Tindakan yang akan kita
lakukan
luka dan distensi abdomen
Mengobservasi gejala -gejala vital,
suhu ,nadi, tensi, respirasi dan
kesadaran pasien setiap 15 menit
atau 30 menit
Mengobservasi tanda-tanda
vital,suhu,nadi,pernafasan dan
tekanan darah
Mengbservasi tanda-tanda
kecemasan baik verbal dan non
verbal
DAFTAR PUSTAKA
Mochamad Aleq Sander. (2013). Kasus serial ruptur lien akibat trauma abdomen:
bagaimana pendekatan diagnosis dan
penatalaksanaannya.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/vie
w/2377/3216
Sumber :
https://www.academia.edu/35166322/MAKALAH_TRAUMA_TUMPUL_ABDOMEN_docx.
Diakses pada tanggal 8 Maret 2021 pukul 07.00 WIB.
https://www.sehatq.com/penyakit/trauma-abdomen
Diakses pada tanggal 8 Maret 2021 pukul 12.15 WIB
https://pdfcoffee.com/kel-6-gadar-ners-trauma-abdomendocx-pdf-free.html
Diakses pada tanggal 8 Maret 2021 pukul 12.35 WIB
KEGIATAN
NO WAKTU PENYULUHAN PESERTA
1. 2 menit Pembukaan
a. Salam pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Apresepsi - Berpartisipasi aktif
d. Menjelaskan tujuan dan waktu - Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
2. 10 menit Kegiatan inti penyuluhan
a. Menjelaskan dan menguraikan - Memperhatikan
materi tentang perdarahan intra dan mencatat
abdomen penjelasan
penyuluh dengan
cermat.
b. Memberikan kesempatan kepada - Menanyakan hal-
peserta penyuluhan untuk bertanya. hal yang belum
jelas.
3. 3 menit Penutup
a. Menyimpulkan materi yang telah - Memperhatikan
disampaikan. keterangan
kesimpulan dari
materi penyuluhan
yang telah
disampaikan.
b. Melakukan evaluasi penyuluhan - Menjawab
dengan pertanyaan secara lisan. pertanyaan yang
telah diajukan oleh
penyuluh.
c. Mengakhiri kegiatan penyuluhan - Menjawab salam.
VII. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
Mengetahui
PERDARAHAN INTRA-
ABDOMEN
o Rongga
Peritoneal
Bawah
Rongga Pelvis
Rongga
Retroperitoneal
Disusun Oleh :
Nama Anggota Kelompok
10 C. ETIOLOGI
Dimas Aji Kuncoro Menurut (Hudak &
(1811020005) Gallo, 2001)
Dewi Siska A. DEFINISI kecelakaan atau trauma
(1811020008) Trauma adalah cedera yang terjadi pada
Rossdiana Pramudita fisik dan psikis, abdomen, umumnya
(1811020030) kekerasan yang banyak diakibatkan
Laila Musalimah mengakibatkan cedera oleh trauma tumpul.
(1811020031) (sjamsuhidayat, 2010). Trauma pada abdomen
Laeli Izah Rofi’ah M B. ANATOMI disebabkan oleh 2
(1811020038) FISIOLOGI kekuatan yang
Ulfah Nur Wulandari Anatomi dalam dari merusak, yaitu :
(1811020064) abdomen meliputi 3 - Paksaan /benda
Kelas : 6A regio: tumpul
FAKULTAS ILMU Rongga Peritoneal - Trauma tembus
KESEHATAN Rongga Peritoneal D. KLASIFIKASI
PRODI dibagi menjadi 2 Trauma pada abdomen
KEPERAWATAN S1 bagian, yaitu: dapat di bagi menjadi
UNIVERSITAS o Rongga dua jenis, yaitu :
MUHAMMADIYAH Peritoneal C. Trauma penetrasi
PURWOKERTO Atas Luka
2021 tembak
Luka tusuk
D. Trauma non- makroendokrin,mik Demam (>380C)
penetrasi roendokrin. Produksi urin
Kompres l. Terjadi masalah berkurang
Hancur koagulasi atau Mual dan muntah
akibat pembekuan Haus
kecelakaan dihubungkan Cairan di dalam
Sabuk dengan perdarahan rongga abdomen
pengaman massif dan
Tidak bisa buang
Cedera transfuse multiple.
air besar atau
akselerasi m. Inflamasi, infeksi
kentut
dan pembentukan
Tanda-tanda syok.
formasi disebabkan
G. PROGNOSIS
E. PATOFISIOLOGI oleh sekresi saluran
Prognosis untuk pasien
pencernaan dan
Patofisiologi yang dengan trauma
bakteri ke
terjadi berhubungan abdomen bervariasi.
peritoneum
dengan terjadinya Tanpa data statistic
n. Perubahan nutrisi
trauma abdomen yang menggambarkan
dan elektrolit yang
adalah : jumlah kematian di
terjadi karena
luar rumah sakit, dan
j. Terjadi akibat kerusakan
jumlah pasien total
perpindahan cairan integritas rongga
dengan trauma
berhubungan saluran pencernaan.
abdomen, gambaran
dengan kerusakan F. KOMPLIKASI
spesifik prognosis
pada Gejala dan tanda yang
untuk pasien trauma
jaringan,kehilangan sering muncul pada
intra abdomen sulit.
darah dan shock. komplikasi dengan
Angka kematian untuk
k. Perubahan peritonitis antara lain :
pasien rawat inap
metabolic Nyeri perut seperti
berkisar antara 5-10%
dimediasi oleh ditusuk
(Udeani & Steinberg,
CNS dan system Perut yang tegang
2011).
(distended)
H. PENATALAKSANA Berikan kompresi komplikasi paru
AN pada luka dengan karena aspirasi.
Mulai prosedur perdarahan Pasang kateter urin
resusitasi ABC eksternal dan untuk mendapatkan
(memperbaiki jalan lakukan bendungan kepastian adanya
napas, pernapasan pada luka dada. hematuria dan
dan sirkulasi). Pasang kateter IV pantau jumlah urine
Pertahankan pasien berdiameter besar perjam.
pada brankard; untuk penggantian Tutupkan visera
gerakan dapat cairan secara cepat abdomen yang
menyebabkan dan memperbaiki keluar dengan
fragmentasi bekuan dinamika sirkulasi. balutan steril,
pada pembuluh Perhatikan kejadian balutan dibasahi
darah besar dan syok setelah respon dengan salin untuk
menimbulkan awal terhadap mencegah
hemoragi massif. terapi transfusi; ini kekeringan visera
Pastikan kepatenan sering merupakan Fleksikan lutut
dan kestabilan tanda adanya pasien; posisi ini
pernapasan. perdarahan internal. mencegah protusi
Gunting pakaian Aspirasi lambung yang lanjut.
penderita dari luka. dengan memasang Tunda pemberian
Hitung jumlah luka selang nasogastrik. cairan oral untuk
dan tentukan lokasi Prosedur ini mencegah
luka masuk dan membantu meningkatnya
keluar. mendeteksi luka peristaltik dan
Kontrol perdarahan lambung, muntah.
dan pertahankan mengurangi Siapkan pasien
volume darah kontaminasi untuk parasentesis
sampai terhadap rongga atau lavase
pembedahan peritonium, dan peritonium ketika
dilakukan. mencegah terdapat
ketidakpastian jika terdapat bukti
mengenai adanya syok,
perdarahan kehilangan darah,
intraperitonium. adanya udara bebas
Siapkan pasien dibawah diafragma,
untuk sinografi eviserasi, atau
untuk menentukan hematuria.
apakah terdapat
penetrasi
peritonium pada
kasus luka tusuk.
Berikan profilaksis
tetanus sesuai
ketentuan.
Berikan antibiotik
spektrum luas
untuk mencegah
infeksi. Trauma
dapat menyebabkan
infeksi akibat
karena kerusakan
barier mekanis,
bakteri eksogen
dari lingkungan
pada waktu cedera
dan manuver
diagnostik dan
terapeutik (infeksi
nosokomial).
Siapkan pasien
untuk pembedahan