Kelompok 10 - Praktikum Manajemen Laboratorium
Kelompok 10 - Praktikum Manajemen Laboratorium
Kelompok 10 - Praktikum Manajemen Laboratorium
Disusun :
Kelompok 10
TANJUNGKARANG Halaman :
Tanggal: 2021
STANDAR SPMI
Revisi:
3. Definisi Istilah Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi adalah orang yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan prosedur ini.
Penyimpanan
1. Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan
sifat dan bahan penyusunnya seperti kayu, besi/logam,
kertas, plastik, kain, karet, tanah liat dan sebagainya.
2. Tempat penyimpanan harus aman, dan bebas dari
penyebab kerusakan.
3. Cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas
atau jenisnya, misalnya : peralatan disimpan ditempat
yang sesuai, dengan memperhatikan syarat-syarat
penyimpanan.
4. Penyimpanan bahan habis pakai, disesuaikan dengan
sifat kimia zat tersebut.
5. Bahan-bahan kimia yang berbahaya, (mudah terbakar,
mudah meledak, dan beracun) harus diberi label
peringatan yang tidak mudah lepas.
NO.REVISI
JENIS
TANGGAL 2021
PEMERIKSAAN:
HALAMAN
IODOMETRI DAN
IODIMETRI
II. PRINSIP :Zat uji atau reduktor langsung dititrasi dengan larutuan I2
2. Pemeriksaan kadar
V1.N1 = V2.N2
2. Pemeriksaan Kadar :
Vp.Np.BA Sn x 100 %
% Sn =
Vs x 1000
CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
B. Pemeriksaan Kadar Cu DalamCuSO4 . 5H2O
I. PELAKSANA : Mahasiswa
II. METODE : Iodometri
III. PRINSIP : Cu akan mengoksidasi 1 menjadi I2dalam suasana asam
I2 + amylum terbentuk warna biru. Titrasi dengan
I2 + 2S2O3 S4O6 + 2I
CuSO4 . 5H2O
VI . NI = V2 . N2
b. Pemeriksaan Kadar Ca
Vp.Np.BA Cu
%= x 100 %
Vs. 1000
CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
C. Pemeriksaan Fe2+ dalam K3Fe ( CN )6
I. PELAKSANA : Mahasiswa
2+
II. PRINSIP : Fe dalam suasana asam akan mengoksidasi Nal menjadi I2.
I2 yang terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3 ditandai dengan hilangnya
warnabiru .
2+
IV. REAKSI: 2Fe + 2I 2Fe3+ + I2
SAMPEL K3Fe ( CN )6
- KIO3 0,1000 N
- H2S2O4 2N
- KL/Nal Krista
- Amylum 0,1 %
- Erlenmeyer 250,0ml
- Pipet ukur 10 ml
- Corong glass
- Pipet Filler
- Batang Pengaduk
LANGKAH 1. Standarisasi Na2S2O3 0,1 N
KERJA - Dipipet 10, 00 ml sampel KIO3 tambahkan 2-5 ml
H2S2O4 2N
- Ditambahkan seujung batang pengaduk serbuk Nal
- Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning
jerami
- Ditambahkan 1-2 ml Amylum 1%
- Dititrasi lagi sampai warna biru hilang sebagai TAT
- Dicatat volume titrasi .
PERHITUNGAN 1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KIO3
V1. N1 = V2. N2
Keterangan :
V1 = Volume KIO3
N2 = Normalitas KIO3
V2 = Volume Na2S2O3
N2 = Normalitas Na2S2O3
Keterangan :
Vp = Volume Peniter (Na2S2O3 )
Np = NormalitasPeniter (Na2S2O3 )
Vs = Volume sampel
BE Fe3+ = 55,82
CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
INSTRUKSI NO. IK
KERJA
HALAMAN
-
III. PRINSIP : Ion Cl dititrasi dengan AgNO3 membentuk endapan AgCl.
Setelahion Clmengendap semua, baru kelebihan Ag bereaksi dengan
indicator K2CrO4membentuk Ag2CrO4.
SAMPEL KCl
REAGENSIA
- KCl
- NaCl 0,0100 N
- K2CrO4 1%(Indikator)
-AgNO3 0,01 N
ALAT
- buret 50,0 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- corong glass
- klem buret
LANGKAH
KERJA 1. Standarisasi AgNO3 terhadap NaCl
- Dipipet 10,00 ml NaCl 0,0100N
masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 1 ml K2CrO4 1%
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai
warna merah bata sebagai tanda
titik akhir titrasi
- Dihitung konsentrasi AgNO3
dalam rumus pengenceran.
2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan
dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan dengan indicator
K2CrO4 1%
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai
warna merah bata sebagai tanda
titik akhir titrasi.
PERHITUNGAN
1. Standarisasi
V1 x N1 = V2 x N2
2. Pemeriksaan kadar
% Cl- : Vp x Np x BA Cl
X 100 %
V sampel
CATATAN
DAFTAR PUSTAKA
DISETUJUI
SAMPEL KI
LANGKAH
KERJA 1. Standarisasi AgNO3 dengan KCNS
- Dipipet 10,00 ml Ag2NO3 masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambah 2-3 tetes H2SO4 6N
- Ditambah indicator FeCl3 1 ml
- Dititrasi dengan KCNS sampai titik akhir titrasi, yang
ditandai terbentuknya warna merah.
2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,00 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambah 15 ml AgNO3 standar, dicampur
- Ditambah 2-3 ml H2SO4 6 N
- Ditambah 1 ml indicator FeCl3
- Dititrasi dengan KCNS sampai titik akhir titrasi yang
ditandai terbentuknya warna merah
PERHITUNGAN
1. Standarisasi AgNO3 dengan KCNS
V1 x N1 = V2 x N2
2. Periksaan kadar
= (ml AgNO3 x N AgNO3)-(ml KCNS x NKCNS) x BA I
X 100 %
CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
DISETUJUI
SAMPEL KBr
REAGENSIA
- AgNO3 0,01 N
- CH3COOH 4 N
-FeCl3
- KCNS
ALAT
- buret 50,0 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- corong glass
- statif
-botol semprot
- klem buret
-tissue
LANGKAH
KERJA 1. Standarisasi AgNO3
V1 x N1 = V2 x N 2
2. Pemeriksaan kadar
%Br = Vp x Np x BA Br
X 100 %
Vol sampel x
%Br = Vp x Np x BA Br
Mg sampel X P x 100 %
CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
DISETUJUI
INSTRUKSI No. IK
KERJA
Tanggal 2021
Halaman
I. PELAKSANA : Mahasiswa
SAMPEL BaCl22H2O
REAGEN - H2SO4 2N
- HCl 4N
-Aquadest
ALAT-ALAT - beaker glas
-erlenmeyer
- tanur- oven
- deksikator
-waterbath
- cawan krus
- tang krus
- neraca elektrik
- kertas saring
Berat rata-rata = d + e
= f gram
Mr BaSO4
CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
DISETUJUI
INSTRUKSI KERJA NO. IK
HALAMAN
I. PELAKSANA : Mahasiswa
SAMPEL ZnSO4.6H2O
- Indikatot EBT
- Buret+statif
ALAT-ALAT
- Erlenmeyer
- Beaker glass
- Corong glass
- Pipet ukur
- Pipet volume
2+
5. Penetapan kadar Zn dalam ZnCl2.6H2O
1. Standarisasi
PERHITUNGAN
V1 x N1 = V2 x N2
2. Penetapan kadar
% Zn = Mp x Vp x Ar Zn
X 100 %
Vs x 1000
Keterangan :
Mp = Molaritas peniter
Vp = Volume peniter
Vs = Volume sampel
Pengaruh pH:
CATATAN
Pada harga pH terlalu rendah, akan terjadi kompetisi antara H+
dan M (ion logam), sedangkan pada pH terlalu tinggi
kemungkinan terjadi kompleks logam hidrokso kompleksonat,
atau mungkin juga terbentuk reaksi substitusi (hidrolisis
sempurna).
DAFTAR
PUSTAKA
DISETUJUI
INSTRUKSI NO. IK
KERJA
TANGGAL 2021
HALAMAN
I. PELAKSANA: Mahasiswa
III. PRINSIP : Zat jiu dalam sausan aklorida, lau dititrasi perlahan-
lahansambildiaduk ( sebaliknya dengan pengaduk magnet )
pada suhu dibawah 15°C dengan memberikan indikator dalam,
maka titik akhir titrasi dapat tercapai apabila terjadi warna biru
seketika dan hal itu dapat ditunjukan kembali setelah dibiarkan
1 menit .
IV. REAKSI : -
SAMPEL Klorampenikol
- Lartan HCl ( p )
REAGENSIA
- Larutan NaNO2 0,1 M
- Erlenmeyer
- Beaker glass
- Corong glass
- Pipet ukur
- Pipet volume
3. Penetapan Kadar
PERHITUNGAN
1. Standarisasi untuk mengetahui Molaritas NaNO2 sebenarnya
VxM=
M =
Ket :
M = Molaritas NaNO2
2. Penetapan Kadar
Mr x Vp x Mr Klorampenikol ( 323,13 )
= x 100 %
Vs x 1000
Keterangan :
Mp = Molaritas Peniter
Vp = Volume Peniter
Vs = Volume Sampel
DAFTAR
PUSTAKA
DISETUJUI
INSTRUKSI KERJA NO.IK
NO. REVISI
JUDUL:
PEMERIKSAAN TANGGAL
TITRASI ASAM
HALAMAN
BASA –
NETRALISASI
A. PemeriksaankadarNatriumCarbonat ( Na2CO3)
I. PELAKSANA : Mahasiswa
SAMPEL Na2CO3
-. HCl 0,1 N
-Indikator MO 1%
ALAT-ALAT - buret - Pipet volume 10,0ml
- Statif -Botolsemprot
- Klemburet - Tissue
2. Penetapankadar Na2CO3
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator MO 1%
- Dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi merah jingga.
- Dicatat volume peniter yang terpakai, hitung kadar
natrium karbonat dalam sampel.
V1 x N1= V2 x N2
Pemeriksaan kadar
Vp x Np x BE CH3C
X 100
V sampel x 1000
CATATAN
DAFTAR PUSTAKA
DISETUJUI
B. Penetapankadarasamasetat (CH3COOH)
I. PELAKSANA: Mahasiswa
SAMPEL CH3COOH
- Indikatorpp 1%
ALAT-ALAT - buret
- Erlenmeyer 250 ml
- Corong glass
- Labuukur 250 ml
- Beaker glass 250 ml
- Gelasukur 250 ml
- Pipet tetes
- Statif
-Botolsemprot
- Klemburet
- Tissue
2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator pp 1%
- Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan dari
tidak berwarna menjadi merah muda
- Dicatat volume titer yang terpakai, hitung kadar asam
asetat dalam sampel tersebut
V1 x N1= V2 x N2
Pemeriksaankadar
Vp x Np x BE CH3COOH
X 100
V sampel x 1000
CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
DISETUJUI
INSTRUKSI KERJA BAGIAN : LAB. KIMIA
ANALITIK
PENGGUNAAN
DESIKATOR BERLAKU : 2020
1. PEMAKAIAN ALAT:
2. SELESAI PEMAKAIAN
Dibersihkan desikator setelah habis pemakaian dan pastikan dalam tutup desikator
tersebut diberi vaselin secara meratajika silika gel sudah mengalami perubahan warna dari
aslinya (jenuh dengan air), keringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 derajat
selama beberapa jam, atau ganti dengan silika gel yang baru jika perlu.
3. PENYIMPANAN
Letakkan desikator di tempat yang rata dan hindari dari koncangan keras
1. PEMAKAIAN ALAT
1. Pastikan cawan pengabuan tidak meleleh pada saat dipanasi
2. Masukan bahan kedalam cawan pengabuan
3. Buka pintu tanur dengan menarik tuas tanur
4. Masukkan cawan pengabuan yang terisi bahan kedalam tanur
5. Tutup pintu tanur
6. Pastikan kabel listrik tanur terhubung dengan sumber listrik
7. Hidupkan tanur dengan menekan tombol power ―ON‖
8. Atur (set) temperatur pengabuan yang diinginkan dengan menekan tombol
―SET‖
9. Setelah selesai pengabuan, matikan tanur dengan menekan tombol ―OFF‖
10. Biarkan beberapa waktu hingga temperatur tanur sama dengant
emperatur lingkungan
11. Keluarkan bahan dari dalam tanur
12. Pastikan kabel listrik tanur tidak terhubung dengan sumber listrik
4. SELESAI PEMAKAIAN
Setiap habis pemakaian tanur harus dibersihkan agar tanur tidak rusak dan bagian-
bagian dari tanur itu sendiri tidak berkarat. Membersihkannya dengan cara
mengelap seluruh bagian tanur dengan alkohol.
5. PENYIMPANAN
Letakkan Tanurdi tempat yang rata dan hindari dari goncangan yang bias
menyebabkan perubahan posisi tanur
1. PEMAKAIAN ALAT
1. Jangan menyimpan bahan kimia berdekatan di dalam lemari asam, jarak
minimalnya adalah 6 inci
2. Jangan biarkan jendela lemari asam terbuka, kecuali pada saat digunakan
3. Jangan gunakan karsinogen dalam lemari asam dengan kecepatan muka kurang
dari 150 fpm
4. Jangan meletakkan kepala Anda di dalam lemari asam
5. Jangan gunakan lemari asam sebagai lemari penyimpanan ekstra
6. Jangan bekerja di lemari asam yang penuh sesak, berantakan, atau
terkontaminasi oleh tumpahan kimia.
2. SELESAI PEMAKAIAN
Selesai pemakaian lemari asam ditutup rapat dan matikan sumber listrik yang
tersambung ke alat.
3. PENYIMPANAN
Demi menjaga keamanan pada saat menggunakan lemari asam kita harus menjaga
kebersihan lemari asam agar lemari asam selalu dalam keadaan bersih dan aman.
Berikut cara membersihkan tumpahan zat yang terdapat dalam lemari asam:
1. PEMAKAIAN ALAT
1. Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
2. Pastikan timbangan menunjukkan angka ‖nol‖( jika tidak perlu di koreksi).
3. Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
4. Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan
tersebut.
5. Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit,
karena hanya
dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan
2. SELESAI PEMAKAIAN
Dibersihkan alat-alat yang digunakan dan bagian dari neraca elektrik, seperti :
cawan arloji, spatula dsb. Neraca elektrik dibersihkan dengan tissue atau lap
bersih.
3. PENYIMPANAN
Sesudah bersih, alat ditutup dengan menggunakan pembungkus alat, diletakkan
di tempat yang tidak terkena cahaya matahari dan suhunya terjaga dengan baik
dan benar.
DISIAPKAN DIKAJI ULANG DISAHKAN
1. AWAL PEMAKAIAN :
1. Buka plastik pelindung alat dan nyalakan mesin dengan menekan tombol ‗power‘
dibagian belakang mesin (tombol di sebelah kiri bawah).
2. Tunggu hingga 30 menit untuk memanaskan mesin sebelum dilakukan
pengukuran sampel.
3. Tekan tombol A/T/C, pilih absorbance (A).
4. Bersihkan cuvet dengan aquades, tiriskan dengan tisu hingga bagian dalam cuvet
tidak
spektronic-20
11. Klik click here close untuk menutup tempat kuvet
12. Catat absorbansi yang terbaca pada alat spektronic 20
13. Klik absorbansi A/T untuk mengukur %T
14. Ulangi langkah yang sama pada 410_550 (rentang 10)
spektronic-20
11. Klik click here close untuk menutup tempat kuvet
12. Catat absorbansi yang terbaca pada alat spektronic 20
13. Klik absorbansi A/T untuk mengukur %T
14. Ulangi langkah yang sama pada 460_600 (rentang 10)
2.SELESAI PEMAKAIAN
3.PENYIMPANAN
Sesudah bersih, alat ditutup dengan menggunakan pembungkus alat, diletakkan di
tempat yang tidak terkena cahaya matahari dan suhunya terjaga dengan baik dan
benar.
(..........................................)
Keterangan :
(1) Isi no urut sesuai tanggal penerimaan alat
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, ukuran bila ada
(4) Tulis tanggal penerimaan alat di Prodi / Jurusan
(5) Tullis nama alat yang diterima Prodi / Jurusan
(6) Tulis yang dianggap perlu misal kondisi alat ketika diterima
FORMULIR PEMINJAMAN ALAT-ALAT LABORATORIUM
Nama :
NIM :
Semester :
Hari/Tanggal :
Mata Kuliah :
(…………………………….) (……………………………..)
FORMULIR PENGEMBALIAN PERALATAN LABORATORIUM
Nama :
NIM :
Semester :
(……………………………) (…………………………..)
DAFTAR HADIR PRAKTIKUM
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Yoga Kurniawan
3 M. Agung Pratama
4 Elza Ramadanti
7 Shindi Oktaviani
8 Zulaicha Zain
9 Gustina Tri Andriyana
11 Evita Sari
12 Amelia Apriliani
Jumlah
Paraf dosen
Mengetahui
Kordinator Kimia Analitik
( )
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG Kode
Tanggal
Formulir Revisi
Mata Kuliah :
Kode/SKS :
Pj. Mata Kuliah :
Tim Dosen : 1.
: 2.
: 3.
2
3
Tanggal
Formulir Revisi
Kuliah Tanggal Pukul Materi Jumlah Hadir Nama Dosen Paraf Ket
Mahasiswa
Mg ke Mulai Berakhir Dosen Wakil
Mhs
8
UTS
9
10
11
12
Tanggal
Formulir Revisi
Kuliah Tanggal Pukul Materi Jumlah Hadir Nama Dosen Paraf Ket
Mahasiswa
Mg ke Mulai Berakhir Dosen Wakil
Mhs
13
14
15
16 UAS
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Mengetahui,
(......................................) (.......................................)
EVALUASI DAN MONITORING PEMBELAJARAN
DI LABORATORIUM
Prodi : DIV
Tahun 2021
I. KELOMPOK 10
KONDISI
NAMA
NOMOR SPESIFIKASI JUMLAH KET
BAHAN
BAIK RUSAK
EXPIRE
D
II. KELOMPOK 10
KONDISI
NAMA
NOMOR SPESIFIKASI JUMLAH KET
BAHAN
BAIK RUSAK EXPIRED
(… .......................................... )
TABEL
KARTU / BUKU PENCATATAN ALAT DAN BAHAN
Nama alat :
Spesifikasi :
Nama pabrik/perusahaan :
Kode pabrik/perusahaan :
Masuk Keluar
Mengetahui
(………………………) (………………………)
TABEL
Tahun 2021
(………………………) (……………………..)
KETERANGAN :
Prodi : DIV
Tahun 2021
Kondisi
No Nama alat Spesifikasi Jumlah KETERANGAN
BAIK RUSAK
Kelompok Alat:………………
Kondisi
No Nama alat Spesifikasi Jumlah KETERANGAN
BAIK RUSAK
(…………………………) (…………………………)
Keterangan:
- Pengelompokan alat dibuat berdasarkan kesepakatan PJ laboratorium / penunjang lab
dengan Ka sub unit laboratorium
- Kelompok alat dapat berdasarkan jenis lab yang berada di Jurusan/Prodi
1. lsi no. urut alat laboratorium dalam kelompok
2. lsi nama alat diurut sesuai abjad
3. lsi spesifikasi alat seperti merk, tipe atau ukuran jika ada
4. Tulis jumlah seluruh alat yang rusak dan yang baik
5. Tulis jumlah alat dengan kondisi baik
6. Tulis jumlah alat dengan kondisi rusak (alat yang rusak masuk ke formulir catatan alat
rusak)
7. lsi keterangan yang diperlukan misal : "perbaikan cito" untuk alat yang perlu segera
diperbaiki
TABEL
FORMULIR PEMASUKAN/PENERIMAAN ALAT LABORATORIUM
Tahun 2021
PJ lab/penunjang lab
(… ..................................)
Keterangan:
Tahun 2021
PJ lab/penunjang lab
(…………………………)
Keterangan:
Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
Alat
Baik Rusak
Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
Alat
Baik Rusak
(......................................) (.......................................)
Keterangan :
(....................................) (..................................)
Keterangan :
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, ukuran, bila ada
(4) Tulis jumlah alat yang rusak/kurang berfungsi dengan baik
(5) Tulis uraian tentang kerusakan alat
(6) Tulis informasi penting seperti usulan rekanan untuk perbaikan/pemeliharaan alat
yang diprioritaskan untuk pemeliharaan alat
(7) Tulis nama laboratorium tempat alat tersebut berada
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
Disusun :
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, atas
rahmat dan izinNya Penuntun Praktikum Kimia Analitik dapat diselesaikan tepat pada
bagi mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan dalam melakukan praktikum mata kuliah
Kimia Analitik
penelitian lainnya.
Penuntun ini akan diuji-cobakan kepada mahasiswa dan apabila praktikum ini
dalam pelaksanaanya tidak mencapai sasaran yang diinginkan maka penuntun ini akan
disempurnakan kemudian.
Kami sadar sepenuhnya bahwa penuntun ini masih banyak kekurangannya dan
membutuhkan kritik dan saran membangun dari semua pihak. Besar harapan kami
Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa berpakaian sopan, tidak: oblong/t-shirt, baju ketat, sandal jepit pada
waktu mengikuti praktikum.
2. Pada saat praktikum wajib mengenakan jas lab dan membawa penuntun praktikum.
3. Pada waktu praktikum semua handphone harus dalam keadaan mati/silent.
4. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan alat-alat maupun ruangan laboratorium
selama mengikuti praktikum.
5. Keterlambatan masuk praktikum hanya diijinkan maksimal 15 menit dari jadwal.
Lewat dari batas tersebut mahasiswa boleh masuk tapi tidak mendapat presensi
kecuali dengan alasan yang jelas dan tepat.
6. Tidak diperkenakan melakukan keributan di Laboratorium dalam bentuk apapun
selama praktikum.
7. Bila berhalangan, maka mahasiswa diwajibkan memberi keterangan tertulis/surat
keterangan dokter. Surat keterangan tersebut harus diserahkan selambat-
lambatnya sebelum praktikum dimulai. Bila tidak, dianggap tidak ikut praktikum
dan pada sesi tersebut diberi nilai nol.
8. Bagi mahasiswa yang berhalangan diberikan satu kali waktu praktikum khusus
setelah semua percobaan selesai dengan sepengetahuan dan seijin dosen
pengampu mata kuliah ini.
9. Mahasiswa wajib membuat laporan sementara yang diberi paraf/Acc oleh
dosen/asisten dosen.
10. Laporan Praktikum disetorkan paling lambat 1 minggu setelah praktikum
dilakukan yang sesuai dengan topik yang dipraktikumkan atau sebelum
praktikum selanjutnya dilakukan.
11. Penilaian praktikum meliputi
a. Pre/post- test (30 %)
b. Praktikum harian (70%)
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
I. PENDAHULUAN
II. TUJUAN
IV. METODELOGI
4.1. Bahan-bahan
4.2. Alat-alat
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
TATA TERTIB
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
MATERI
I. Analisa Volumetri… ................................................. 4
II. Gravimetri… ............................................................. 8
III. Titrasi Asam Basa ..................................................... 12
IV. Titrasi Pengendapan – Argentometri… .................... 20
V. Kompleksometri… .................................................... 30
VI. Permanganometri… .................................................. 34
VII. Iodometri dan Iodimetri ............................................ 42
VIII. Nitrimetri… ............................................................... 53
IX. Titrasi Bebas Air… ................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
74
PENDAHULUAN
Kimia analisa adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang
cara-cara mengenal (mengidentifikasi) dan pemeriksaan kadar suatu zat.
Kimia analisa dapat dibagi menjadi:
1. Organoletik
Dengan cara ini suatu zat dapat dikenal berdasarkan sifat-sifat
fisikanya. Yaitu hanya dengan menggunakan pancaindra seperti
mata ( bentuk dan warna ), hidung (bau), jari tangan atau lidah
(rasa). Identifikasi positif harus dilanjutkan dengan cara yang
benar.
2. Tetapan fisika
Kemurnian suatu zat dapat diketahui dengan jalan mengukur
tetapan fisikanya seperti kelarutan, titik lebur, titik didih, bobot
75
jenis, indek bias, rotasi jenis kekentalan dan sebagainya.Masing
– masing tetapan ini adalah karakteristik bagi zat yang
bersangkutan.
3. Mikroskopi
Serbuk yang halus atau bentuk Kristal sering mudah dikenal
dengan menggunakan mikroskop.Misalnya, butir-bitur pati
seperti pati beras, kentang, jagung dan pati lainnya mudah
dibedakan apabila dilihat dibawah mikroskop.
4. Cara kimia
Dengan pereaksi tertentu, suatu zat dapat memberikan reaksi
yang spesifik seperti pembentukan gas, endapan, warna atau
perubahan-perubahan tertentu apabila ia dibakar misalnya,
karbonat dengan asam akan membetuk gas CO2 yang
mengeruhkan air kapur.
76
I. ANALISA VOLUMETRITIK:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Analisa Volumetri
2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam Titrimetri
3. Mahasiswa mampu membedakan larutan baku primer dan sekunder
4. Mahasiswa mampu menjelaskan titik ekivalen dan titik akhir titrasi
Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetric apabila memenuhi
persyaratan berikut:
Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titer dan
larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang
ditimbang seksama atau dengan penetapa yang dikenal dengan standarisasi atau
pembakuan.
77
1.3. Titrasi pengendapan
1.4.Titrasi kompleksometri
2. Berdasarkan titran yang dipakai :
2.1.Asidimetri
2.2.Alkalimetri
2.3.Permanganometri
2.4.Argentometri
2.5.Iodometri dan Iodimetri
2.6.Nitrimetri
2.7.Titrasi bebas air
3. Berdasarkan cara penetapan titik akhir titrasi
3.1.Titrasi visual
3.2.Titrasi elektrometrik
3.3.Titrasi fotometrik
4. Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji
4.1.Titrasi makro
4.2.Titrasi semimikro
4.3.Titrasi mikro
Disamping itu, berdasarkan pelarut yang digunakan dikenal titrasi bebas air (
titrasi non aqua). Berdasarkan teknis pelaksanaan dikenal titrasi langsung, titrasi
blangko dan titrasi kembali.Titrasi langsung dimana zat uji dititrasi langsung
dengan larutan titer.Titrasi balngko dilakukan untuk mengurangi kesalahan yang
disebabkan oleh pereaksi, pelarut atau kondisi percobaan. Prosedurnya sama
dengan titrasi terhadap zat uji, namun tanpa menggunakan zat uji.
Titrasi kembali dilakukan untuk reaksi titrasi yang berlangsung agak lambat,
apabila dengan penambahan titran tetes demi tetes untuk mengatasi hal ini, titer
ditambahkan berlebih, kemudian kelebihannya dititrasi dengan titran yang cocok.
Bila suatu larutan titer dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti( missal
mengandung air dengan perbandingan yang berubah-ubah . menyerap CO2,
78
Higroskopik). Maka konsentrasi larutan yang didapat belum dapat dinyatakan
dengan pasti.Oleh karena itu untuk menyatakan konsentrasi dengan keakuratan
sampai 4 angka yang berarti, maka larutan tersebut harus dibakukan, pembakuan
selanjutnya dilakukan secaraberkala selama penyimpanan.
Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer.
Disamping itu pula pembakuan dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan
yang sudah dibakukan (baku sekunder)
Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan
cara penimbangan zat yang seksama atau teliti dan dilarutkan secara teliti.
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan
cara dibakukan terlebih dahulu dengan larutan baku primer.
79
Untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indicator. Indicator ini seyogyanya
mengalami perubahan yang dapat dilihat ( perubahan warna ) tetap pada titik
ekivalen dalam batas-batas kesalahan yang dapat diterima.
Perubahan warna indicator pada titrasi dinamakan titik akhir titrasi
Pada titrasi tertentu ( permanganometri) titik akhir ditetapkan dari perubahan
warna system titrasi itu sendiri sehinga tidak diperlukan lagi penambahan
indicator. Karena itu titrasi disebut juga titrasi dengan menggunakan
autoindikator.
80
II. GRAVIMETRITIK :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan metode gravimetric
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip analisa gravimetric
3. Mahasiswa mampu melakukan proses pengendapan, penyaringan,
pencucian, pengabuan, penimbangan.
4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kadar secara gravimetric
Analisis gravimetric adalah analisa kuantitatif dimana kadar komponen zat uji
ditetapkan berdasarkn penimbangan-penimbangan sebelum dan sesudah zat uji
mengalami suatu proses pemisahan.
1. Metode Pengendapan
2. Metode Evolusi
3. Metode Penyarian
4. Metode Elektrogravimetri
Metode Pengendapan
Dengan cara ini zat uji yang telah ditimbang seksama, dilarutkan. Lalu komponen
yang akan ditetapkan, diendapkan dengan pereaksi. Endapan yang terjadi
kemudian dipisahkan dengan penyaringan, lalu dimurnikan dengan pencucian,
lalu ditimbang hingga bobot tetap. Yang dimaksud bobot tetap adalah beratpada
penimbangan setelah zat dikeringkan selama 1 jam tidak berbeda 0,2 mg dari
berat zat pada penimbangan zat sebelumnya.
Endapan yang terjadi pada analisa gravimetric dimurnikan pada proses pencucian.
Beberapa proses yang dapat mengakibatkan pengotoran endapan pada analisa
gravimetric antara lain: Kopresipitasi ( larutan padat, adsorbs,oklusi) dan
pospresipitasi.
81
Kopresipitasi adalah ikut mengendapnya dua atau lebih zat dalam waktu yang
sama. Misalnya penambahan larutan AgNO3 kedalam larutan yang mengandung
NaCl dan NaBr, maka akan menghasilkan endapan AgCl dan AgBr.
Larutan padat adalah dua zat padat larut satu sama lain membentuk larutan
padat. Keduanya dapat membentuk Kristal campuran dimana zat yang satu berada
dalam kisi Kristal yang lain, misalnya ion kromat dan sulfat mempunyai struktur,
ukuran, muatan, dan konfigurasi electron yang serupa, sehingga endapan BaSO4
akan berwarna kuning apabila diendapkan dari larutan yang juga mengandung
kromat.
Adsorbsi. Pada permukaan dari partikel endapan, terdapat gugusan aktif yang
dapat menarik dan mengikat zat yang sebenarnya tidak dapat mengendap.Tentu
saja pengotoran ini menambah bobot yang tidak sebenarnya dari endapan, namun
pengotoran (adsorbsi) mudah dihilangkan dengan pencucian.
Oklusi adalah ikut mengendapnya kotoran yang kontaminasi larutan yang terlalu
jenuh.Tujuan pencucian pengendapan adalah menghilangkan pengotor-pengotor
endapan. Teknik pencucian yang baik adalah:
82
2.2. Pemeriksaan kadar Ba2+ dalam BaSO4.2H2O
2.2.1. Metode : Pengendapan (Gravimetri)
2.2.2. Prinsip : Garam barium dilarutkan, diendapkan dengan
H2SO4membentuk endapan BaSO4, selanjutnya disaring,
dicuci, dan dikeringkan, kemudian dipijar.
2.2.3. Reaksi : BaCl2 + 2H2O BaSO4 + 2HCl
2.2.4 Alat-alat : - gelas piala -erlenmeyer - tanur
- oven - deksikator -waterbath
- cawan krus - tang krus
- neraca elektrik - kertas saring
2.2.5. Bahan-bahan : BaCl22H2O, H2SO4 2N, HCl 4N,aquadest
2.2.6 Prosedur kerja :
1. Botol timbang yang telah dikeringkan pada oven pengering 80ºC selama
20 menit (waktu mengeringkan botol maka tutup botol dilepas),
dinginkan dalam deksikator. Setelah dingin, ditimbang dengan neraca
analitik (tutup botol dipasang), sebagai berat botol kosong.Catat
beratnya.
2. Pengendapan
-Ditimbang 0,500 gram BaCl2, larutkan dalam 15 ml HCl 4N
-Ditambahkan 5 ml H2SO4 2N tetes demi tetes
-Ditambahkan aquadest yang telah dipanaskan, biarkan mengendap
3. Penyaringan dan pencucian endapan
-Setelah diendapkan, saring dengan kertas Whatman
-Uji filtratnya dengan menambahkan H2SO4 tetes demi tetes
-Pindahkan kertas saring ke cawan krus yang telah dikeringkan dan
beratnya diketahui
-Masukkan pada oven temperature 100ºC selama 30 menit
4. Pengabuan dan penimbangan
-Masukkan cawan krus dengan kertas saring pada tanur suhu 800ºC
selama 25 menit.
-Kemudian angkat dari tanur dan didinginkan dalam oven, setelah
dingin, masukkan dalam desikator selama 15 menit.
83
- Kemudian timbang sampai diperoleh berat konstan
Berat rata-rata = d + e
= f gram
84
III. TITRASI ASAM BASA – NETRALISASITIK :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Titrasi Asam Basa
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar dengan metode
Asam Basa
3. Mahasiswa mampu membuat larutan standar Asam Basa
Basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi
menghasilkan ion hidroksil (OH-) sebagai satu-satunya ion negative.
NaOH Na+ + OH-
85
Kekuatan dari suatu asam dan basa tergantung dari derajat
disosiasinya.Asam dan basa kuat dapat dikatakan berdisosiasi
sempurna.Disosiasi yang tidak sempurna dari suatu asam atau basa
biasanya dinyatakan dengan persamaan kesetimbangan.Biasanya pada
titrasi asam basa digunakan asam kuat atau basa kuat sebagai titrannya.
86
Pembuatan 1 liter larutan asam klorida 0,1 N
Bila dalam persediaan tersedia asam klorida pekat (38%, BM 36,46 ,
denditas 1,1885) maka volume asam yang diperlukan dapat dihitung
sebagai berikut:
1 liter HCl 0,1 = 1 x 0,1 grek HCl
= 1 x 0,1 mol
= 1 x 0,1 x 36,446 g
Pembakuan
Contoh:
87
1 ml asam klorida setara dengan 52,99 ml natrium karbonat anhidrat P.
Hitunglah normalitas asam klorida tersebut .
Jawab:
VxN = mgrek
29,50 x N = 1500
X1
52,99
N = 1500
52,99 x 29,5
N = 0,9596 N
Pembuatan
Basa kuat mudah menyerap CO2 dari udara, sehingga selalu dikotori dengan
karbonat.Untuk itu perlu diperhatikan dalam pembuatan larutannya.
Larutan NaOH bebas karbonat dapat dibuat dengan mencuci butiran NaOH P
dengan air untuk menghilngkan lapisan karbonat sebelum dilarutkan. Cara
88
klasik yang lebih disukai adalah dengan mula-mula membuat larutan yang
lebih pekat (50 bagian NaOH dalam 50 bagian air) dimana natrium karbonat
tidak larut.
Pembakuan
Baku primer sering digunakan untuk pembakuan adalah natrium biftalat karena
stabil, tahan panas (sampai 130ºC) dan tidak higroskopis. Disamping itu dapat
juga digunakan asam sulfamat ( NH2SO3 H). Kalium biftalat adalah garam
asam dari asam bivalen. Pada reaksi pembakuan basa kalium biftalat berfungsi
sebagai asam monovalent ( BE + 1 mol)
2. HCl 0,1 N
3. Indikator MO 1%
89
3.4.6 Prosedur kerja :
1. Standarisasi HCl
3.4.6 Perhitungan :
V1 x N1 = V2 x N2
Pemeriksaan kadar
Vp x Np x BE Na2CO3
X 100
V sampel x 1000
3.5 Pen etapan kadar asam asetat (CH3COOH)
90
3.5.3 Reaksi : H2C2O4 + NaOH Na2C2O4 + H2O
- Indikator pp 1%
2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator pp 1%
91
- Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan
dari tidak berwarna menjadi merah muda
- Dicatat volume titer yang terpakai, hitung kadar
asam asetat dalam sampel tersebut.
V1 x N1 = V2 x N2
2. Pemeriksaan Kadar
Vp x Np x BE CH3COOH
X 100%
V sampel x 1000
92
IV. TITRASI PENGENDAPAN – ARGENTOMETRITIK :
93
bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat-merah sebagai titik akhir titrasi.
Reaksi
Dalam asam : 2 CrO42- + 2H+ Cr2O7 + H2O
Kuning Jingga
+ -
Dalam basa : 2 Ag + 2OH 2 AgOH
Ag2O H2O
Keasaman larutan dapat diatur dengan natrium bikarbonat atau kalsium
karbonat.Larutan alkalis diasamkan terlebih dahulu dengan asam asetat
atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat.
Sebagai indicator pada titrasi ini adalah larutan kromat ( K2CrO4 0,003-
0,005 N) yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah
dalam suasana netral atau agak sedikit alkalis.
Prinsip pemeriksaan:
94
a. Pemeriksaan perak
Perak ditetapkan dengan titrasi langsung dengan larutan titer tiosianat
(CNS atau NH4CNS), menggunakan indicator besi (III) nitrat atau besi
(III) ammonium sulfat. Titik akhir ditandai oleh terjadinya kompleks
besi (III) tiosianat yang larut
b. Pemeriksaan halide
Halide (Cl-, Br-, I-) ditetapkan kadarnya dengan cara titrasi kembali.
Larutan mula-mula ditambah larutan titer perak nitrat berlebihan, lalu
kelebihan perak nitrat dititrasi kembali dengan tiosianat menggunakan
indicator besi (III).
Pada pemeriksaan klorida, setelah klorida diendapkan sebagai perak
klorida, maka pada titrasi kembali endapan AgCl ini juga akan bereaksi
dengan tiosianat, karena perak tiosianat lebih sukar larut dari perak
klorida.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan membalut endapan AgCl dengan
nitrobenzene atau dengan menyaring endapan tersebut sebelum dilakukan
titrasi kembali dengan tiosianat.Pada pemeriksaan iodide, penambahan
indicator dilakukan setelah iodide diendapkan sebagai AgI, agar I- tidak
dioksidasi oleh besi (III) menjadi iodium.
Prinsip pemeriksaan
Halide dititrasi langsung dengan larutan titer perak nitrat menggunakan
indicator adsorbs (Fluorescein). Titik akhir titrasi ditandai dengan
95
berubahnya warna endapan menjadi merah karena adanya adsorbs
indicator pada permukaan endapan.
Pada pemeriksaan klorida, sebelum titik ekivalen akan terjadi koloid AgCl
yang belum mengendap, karena partikel koloid ini akan menyerap ion
klorida dan ion ini menarik pasangannya (Na+) sehingga terbentuk AgCl,
Cl-, Na+.
Indicator yang digunakan adalah indicator adsorbs, antar lain yang dipakai
metode ini adalah :
a. Fluorescein : Klorida, bromide, iodide (pH= 6,5 – 10,3)
b. Dichloroflurescein : klorida (pH=4)
c. Eosin, tetrabromfluorescein : bromide, iodide, tiosianat (sampai
pH=2). Indicator ini tidak dapat dipakai untuk penetapan klorida
karena akan diadsorbsi sebelum titik ekivalen.
Larutan titer yang digunakan adalah larutan perak nitrat, larutan ini dapat
dibuat dengan melarutkan sejumlah perak murni dalam asam nitrat encer
atau perak nitrat murni 99,9% dalam air hingga volume tertentu.
96
baru kelebihan Ag bereaksi dengan indicator
K2CrO4 membentuk Ag2CrO4.
4.2.3. Reaksi : Ag+ + Cl- AgCl putih
AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4
4.2.4 Tujuan : Untuk mengetahui kadar Cl- dalam KCl
97
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah bata
sebagai tanda titik akhir titrasi.
AgNO3
K2CrO4 (indicator)
NaCl
Titik akhir titrasi terbentuk endapan berwarna merah bata (Ag2CrO4) suasana
larutan yang dititrasi harus netral, sebeb jika asam Ag2CrO4 akan larut dan
membentuk Ag2Cr2O7, sedangkan kalau basa akan terjadi reaksi :
Ag2O H2O
4.2.8 Perhitungan
3. Standarisasi
V1 x N1 = V2 x N2
4. Pemeriksaan kadar
% Cl- : Vp x Np x BA Cl
X 100 %
V sampel
98
dititrasi oleh KCNS dengan indicator FeCl3
kelebihan CNS akan membentuk warna
merah sebagai titik akhir titrasi
4.3.3. Tujuan : untuk mengetahui kadar I- dalam KI
4.3.4. Reaksi : I- + Ag >>> AgI
Ag + KCNS AgCNS
CNS >>> + Fe 3+ Fe (CNS)3
- H2SO4 6N - FeCl3
99
- Ditambah 1 ml indicator FeCl3
- Dititrasi dengan KCNS sampai titik akhir titrasi yang
ditandai terbentuknya warna merah
KCNS
H2SO4
Kelebihan Ag2NO3
Titik akhir titrasi akan terbentuk larutan warna merah Fe(CNS)3, dengan
suasana larutan yang dititrasi harus asam sebab:
Kalau netral : indicator yang berupa garam Fe3+ akan terhidrolisa oleh air
memebentuk Fe(OH)3 sehingga menyulitkan titik akhir titrasi yang berupa
karutan yang berwarna merah.
4.3.8 . Perhitungan
3. Standarisasi AgNO3 dengan KCNS
V1 x N1 = V2 x N2
4. Periksaan kadar
= (ml AgNO3 x N AgNO3)-(ml KCNS x NKCNS) x BA I
X 100 %
Volume sampel x 1000
100
4.4 Pemeriksaan kadar Br- dalam KBr
4.4.1 Metode : Fayans
4.4.2 Prinsip : Kadar Br- dalam sampel ditentukan dengan titrasi
langsung dengan larutan baku AgNO3 dan
diasamkan dengan CH3COOH 4 N dengan indicator
eosin sampai terbentuk warna merah magenta
sebagai tanda dari titik akhir titrasi.
4.4.3 Tujuan : Untuk mengetahui kadar Br- dalam KBr
4.4.4 Reaksi : Br- + Ag AgBr putih kekuningan
AgBr + Eosin merah magenta
101
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai
sampai terbentuknya warna merah magenta.
AgNO3
Asam (CH3COOH)
Eosin ( Indikator)
Garam halogenida
4.4.8 Perhitungan :
V1 x N1 = V2 x N 2
2. Pemeriksaan kadar
%Br = Vp x Np x BA Br
X 100 %
Vol sampel x
102
V. KOMPLEKSOMETRITIK :
1. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan larutan EDTA 0,1 M
2. Mahasiswa mampu melakukan standarisasi larutan EDTA 0,1 M
3. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan indicator EBT
4. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan larutan buffer pH 10
2+
5. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar Zn dalam ZnCl26H2O
Pengaruh pH:
Pada harga pH terlalu rendah, akan terjadi kompetisi antara H+ dan M (ion
logam), sedangkan pada pH terlalu tinggi kemungkinan terjadi kompleks logam
hidrokso kompleksonat, atau mungkin juga terbentuk reaksi substitusi (hidrolisis
sempurna).
Pengaruh liganda-liganda lain:
Adanya liganda lain akan menyebabkna reaksi pembentukan komplesonat
bergeser kekiri, artinya tidak menghasilkan produk atau proses reaksi tidak
berjalan.
103
5.2 Pemeriksaan kadar Zn2+ dalam ZnSO4.6H2O
5.2.1 Metode : Komplesometri
5.2.2 Prinsip : Kadar Zn2+ ditentukan secara langsung dengan
titrasi kompleksometri pada pH 10 dengan indicator
EBT, terjadinya warna biru sebagai tanda tercapai
titik akhir titrasi.
5.2.3 Reaksi : Zn2+ + indicator EBT ZnEBT (warna
larutan ungu)
Zn EBT + EDTA ZnEDTA indicator EDTA
(biru)
5.2.4 Alat-alat : Buret, statif, Erlenmeyer, beaker glass, corong
glass, pipet ukur dan pipet volume
5.2.5 Bahan bahan : Larutan EDTA 0,1M; larutan CaCl2 0,1 M; buffer
pH 10; indikatot EBT
5.2.6 Prosedur kerja :
1. Pembuatan larutan EDTA 0,1M
Ditimbang secara seksama 37,2300gram serbuk EDTA yang telah
dikeringkan, larutkan dengan air suling (aquadest) dan encerkan sampai 1
liter dalam labu ukur.
2. Standarisasi larutan EDTA dengan larutan CaCl2
- Dipipet 10,0 ml CaCl2 masukkan ke Erlenmeyer
- Ditambahkan 3 ml buffer pH 10 + indicator EBT, titrasi dengan
larutan EDTA sampai tercapai TAT yang ditandai terbentuknya
perubahan warna dari ungu menjadi biru.
104
3. Pembuatan indicator Eriocom Black T (EBT)
- Untuk satu kali titrasi digunakan 100 mg atau satu ujung spatel (
sendok tanduk)
2+
5. Penetapan kadar Zn dalam ZnCl2.6H2O
1. Standarisasi
V1 x N1 = V2 x N2
2. Penetapan kadar
% Zn = Mp x Vp x Ar Zn
X 100 %
Vs: x 1000
Keterangan
Mp = Molaritas peniter
Vp = Volume peniter
Vs = Volume sampel
105
VI. PERMANGANOMETRITIK :
1. Fe + 3 O2 Fe 2O3
2. Fe 2O3 + AI 2 Fe + AI 2 O3
Dari reaksi diatas dapat diraikan definisi dari oksidasi dan reduksi .
Oksidasi adalah :
106
-Penurunan bilangan oksidasi .
Zat yang mengalami proses oksidasi disebut reduktor , dan zat yang
mengalami proses reduksi disebut oksidator .
Metode permanganometri adalah metode yang prinsip dasarnya adalah
reaksi redoks .
Titrasi permanganometri digunakan untuk pemeriksaan kadar reduktor
dalam sausana asam sulfat encer .Dalam sausana basa atau asam lemah
akan terbentuk endapan coklat MnO2 yang mengganggu.
a. Dalam suasana asam sulfat encer
MnO4- + 8H+ + 5 e Mn2 + 4 H2O
b. Dalam suasana asam lemah
MnO4- + 4 H+ + 3 e MnO2 + 2 H2O
c. Dalam suasana netral atau basa
MnO4- + 2 H2O + 3 e MnO2 + 4 H2O
Sebagai asam, tuidak dapat digunakan HCL, karena HCL dapat dioksidasi
menjadi klor. Dan juga dapat dipakai NHO3 karena bersifat sebagai
oksidator .
yang mengotori air pada reaksi yang dipakai dari kelebihan tetesan
KMnO4 pada titik akhir, maka perlu dilakukan titrasi blanko . Titrasi
107
Permanganometri biasanya tidak memerlukan indikator karena larutan
KMnO4 sendiri sudah berfungsi juga sebagai indikator , ( warna larutan
KMnO4 lembayung).
1. Pembuatan
2. Pembakuan
Sejumlah baku primer tersedia untuk pembakuan larutan kalium
permanganat. Beberapa yang penting antara lain : oksalat (asam oksalat
dihidrat, H2C2O4.2H2O ; natrium oksalat Na2C2O4; dan kawat besi murni
( 99,90%). Dari semua itu, natrium oksalat adalah yang paling sering
dipakai untuk pembakun ini . misal seperti metode yang dicantumkan
dalam farmakope Indonesia :
108
200 mg natrium oksalat P yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu
110 ° hingga bobot tetap, dilarutkaun dalam 250 ml air. Setelah ditambah
7 ml asam sulftat P, lalu dipanaskan hingga suhu ±70°C kemudian
dititrasi perlahan-lahan dengan larutan permanganat hingga warna merah
jambu mantap selam 15 detik. Suhu akhir titrasi tidak boleh kurang dari
60°C .1ml kalium permanganat 0,1 ml setara dengan 6,7 mg natrium
oksalat. Larutan yang telah disimpan harus dibakukan sebelum digunakan
3. Penyimpanan
Larutan permanganat apabila larutan encer, tidak stabil karena terjadi
reaksi berikut
4KMnO4- + 3 H2O 2 MnO2 + 4 HO- + 3 O2
Karena reaksi ini sangat lambat, maka pengaruh katalis dapat dihindari,
konsentrasi larutan oleh dikatakan konstan selama 3 minggu .
Penyimpanan lebih lama dari itu, perlu dilakukan pembakuan lagi. Reaksi
diatas dapat dikatalisir oleh cahaya . Ion mangan (II)- dan mangan (IV)
oksida. Karena itu larutan kalium permanganat disimpan dalam botol
coklat tertutup rapat, terlindungi cahaya .
Kesimpulan permanganometri
1. Guna untuk pemeriksaan kadar zat-zat reduktor/oksidator
2. Larutan standar : KMnO4
3. Indikator : Tidak diperlukan indikator, karena lartuan standar KMnO4
sudah berfungsi sebagai indikator yaitu :
Ion MnO4- berwarna ungu setelah direduksi menjadi Ion Mn++ tidak
berwarna, disebut juga autoindikator .
4. Reaksi
Biasanya dikerjakan dalam suasuana asam (H2SO4)
KMnO4 + 3 H2SO4 K2SO4 + 2 MnSO4 + 3 H2O + 5 O
O + Zat Tereduktor Zat oksidator
109
Cara : Zat Reduktor
a. KMnO4 b.
500 x 0,1
= x 158,03 mg
5
= 1580,3 mg
= 1,5803 g KMnO4
2. Pada pembakuan laruutan KMnO4 0,1 N ternyata 0,2005 g natrium
oksalat P (143) dapat titrasi dengan 30,10 ml larutan KMnO4
tersebut. Bila kemrniaan natrim oksualaut tersebutu 99,95%
berapakahh 1 ml KMnO4 0,1 setara dengan 6,7 mg natrimu oksalat
Jawab :
a. De nga menggnakan kesetaraan
1 ml KMnO4 0,1 N = 6,7 mg Na2C2O
0,1 mg = 6,7 Na2C2O4
0,2005 x 1000 x 0,1
0,2005 g Na2C2O4 = = mgrek
6,7
mgrek KMnO4 = mgrek Na2C2O4
0,2005 x 1000 x 0,1
110
30,10 x N = = mgrek
6,7
0,2005 x 1000 x 0,1
Jadi N KMnO4 = = mgrek
6,7
= 0,0994 N .
6.4.2. Prinsip : Fe2+ dioksidasi oleh KMnO4 menjadi Fe3+ dalam suausana Asam
akhir titrasi
6.4.5. Alat-alat : - Buret + statif 50,0 ml - Pipet Volume 10,0 ml, 25,0ml
: - KMnO4 0,01 N
1. Standarisai KMnO4
- Ditambah 3 ml H2SO4 4 N BO
111
- Dihitung N KMnO4 dengan rumus pengenceran
- Rumus : V1.N1 = V2. N2
2. Pemeriksaan Kadar Fe2+ dalam FeSO4.7H2O
Erlenmeyer
- Perhitungan :
% Fe2+ = Vp x Np x BE Fe x 100 %
V sampel x 1000
Catatan :
- Bila melakukan standarisasi KMnO4 dengan penimbangan
H2c2O4 digunakan rumus :
BE H2C2O4 x ml peniter
6.5.2. Prinsip : H2O2 dioksidasi oleh KMnO4 dalam suasana asam dan panas
menjadi O2 kelebihan KMnO4 akan ditunjukkan dengan warna
merah muda sebagai titik akhir titrasi
112
6.5.6. Reagensia : - H2C2O4 0,1000 N - KMnO4 0,1 N
6.5.7.Prosedur Kerja :
1. Standarisasi KMnO4
Erlenmeyer
V1. N1 = V2. N2
Erlenmeyer
Vp x Np BE O2 (8) x 100 %
V sampel x 1000
113
VII. IODOMETRI DAN IODIMETRITIK :
Iodium
Metode ini penggunaanya cukup luas karena dapat dipakai untuk penetapan
kadar oksidator maupun reduktor . Disamping itu, cara ini juga akurat, karena
titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang
encer ( 0, 001 N ) .
Prinsip Pemeriksaan :
Apabila zat uji (reduktor ) langsung dititrasi dengan larutan iodium , maka
pemeriksaan ini dinamakan IODIMETRI . Sebaliknya bila zat uji ( oksidator )
mula –mula direaksikan dengan ion iodida berlebihan, kemudian iodium yang
terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat, maka cari ini dinamkan IODOMETRI .
Reaksi :
Iodimetri : Reduktor Oksidator + e
I2 + 2 e 2 I2
Iodometri : Oksidator + KI I2
I2 + 2 Na2S2O3 2 Na I + Na2S4O6
Atau
I2 + 2e 2 I-
2 S2O32- S4O6 2- + 2e
I2 + 2 S2O32- S4O62- + 2 I-
Indikator
114
Bila tidak terdapat zat penggangu yaung berwarna, sebenarnya larutan
Iodium sendiri masih dapat berfungsi sebagai indikator meskipun warna
yang terjadi tidak sejelas KMnO4 . Umumnya lebih disukai penggunaaan
larutan kanji sebagai indikator, yang dengan iodium membentuk kompleks
berwarn biru cerah , sedangkan kloroform juga dapat digunakan sebagai
indikator , yang dengan iodium berwarna violet. Oleh karena larutan yang
disimpan lama perlu diawetkan, misalnya dengan raksa ( II) iodida.
Larutan kanji yang telah disimpan lama memberikan warna violet dengan
iodium. Meskipuun ini tidak menggangu ketajaman titik akhir titrasi, tetapi
larutan kanji yang perlu dibuat kembali .Perlu diperhatikan pada
iodometri, penambahan larutan kanji hendaknya menjelang akhir titrasi,
karena bila ditambahkan sejak awal dititrasi kompleks iod-amylum yang
terjadi sukar dipecahkan pada titik ekivalen sehingga mempengaruhi
hilangnya warna biru .
115
4 I- + O2 + 4 H + 2I2 + 2H2O
Cahaya matahari, ion tembaga (II) dan nitrit mengkatalisir reaksi ini .
Kontak dengan gabusuatau tutup karet harus dihindari.
Mengingat reaksi-reaksi tersebut diatas, maka larutan iodium perlu
sering dibakukan kembali. Larutan titer iodum dibuat dengan
melarutkan iodium kedalam larutan KI pekat , kemudian diencerkan
dengan air hingga volume tertentu . Larutan ini dapat dibakukan
dengan arsen (III) oksida atau larutan baku natrium tiosulfat yang telah
dibakukan .
Pembakuan
a. Menurtu FI Ed III, larutan iodium 0,1 N dibuat dengan melarutkan
12,69 g iodium P ke dalam larutan 16 g kalium iodida P dalam 100
ml air, kemudian diencerkan dengan air hingga 1000ml. Larutan
iodium yang lebih encer ( 0,02 : 0,001 N ) dibuat dengan
mengencerkan larutan iodium 0,1 N .
b. Untuk membakukan larutan titer iodium, bisa juga digunakan arsen
trioksida. Menrut FI Ed III, pembakuan larutan iodium 0,1 N
dilakukan sebagai berikut :
150 mg arsen trioksida P yang telah ditimbang seksama, dilarutkan
dalam 20 ml natrium hidroksida 1 N, jika perlu dihangatkan .
Kemudian larutan diencerkan dengan 40 ml air, ditambahkan 2
tetes larutan jingga metil P dan asam klorida encer P hingga trjadi
warna merah jambu. Kemudian ditambahkan 2 g natrim karbonat
P, lalu diencerkan dengan 50 ml air, dan akhirnya dititrasi dengan
larutan iodium menggunkan indikator kanji P . 1 ml iodium 0,1 N
setara dengan 4,949 mg arsen triosida.
Penyimpanan
Lartaun titer iodim disimpan dalam wadah coklat bersumbat kasa.
116
Kesimpulan
1. Definisi
a. Iodimetri ialah menitrisi dengan larutan standar iodium
terhadap zat-zat reduktor .
b. Iodometri ialah menitrasi iodim dengan laruta standar zat
redukutor ( natrim tioslfat ). Iodium yang dititrasi disini
ialah baik berupa larutan iodium maupun iodium sebagai
hasil reaksi antara zat-zat oksidator dengan iodida
( kalium iodida )
2. Guna
a. Iodimetri : untuk penetapan kadar zat-zat redukutor
b. Iodometri : untuk penetapan kadar zat-zat oksidator
3. Larutan Standar
a. Iodium ( I2 )
b. Natrim tiosulfat ( Na2S2O3)
4. Indikator
a. Amylum
Amylum + I2 Iod-Amylum ( biru )
Iod-Amylum + Na2S2O3 2 NaI + Na2S2O3 + Amylum
( biru ) ( tak berwarna )
b. Choloform
Iodium dalam choloform Violet,kalau iodiumnya
sudah habis lapisan choloform tidak berwarna .
5. Reaksi
a. Iodimetri
I2 + H2O 2HI + O
O + Zat Reduktor
Atau dengan reaksi elektron :
( Zat reduktor Zat indikator + e ) 2x
I2 + 2e 2 I-
b. Iodometri
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
117
Atau
Zat Indikator + KI I2
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O62
6. Cara
a. Iodimetri
I2
Zat Reduktor
b. Iodometri
Thio
Atau KI Thio
I2
7. Perhitungan
a. Iodimetri : Mgrek zat reduktuor = mgrek I2
b. Iodometri : Mgrek zat oksidator =mgrek Thio
118
Contoh soal :
Pada pembakuan larutan titer Iodium menurut FI Ed diatas , ternyata pada
titik akhir titrasi volume larutan Iodium yang terpakai 30,35 ml.
150 x 0,1
4,946 x 30,35
2. Dengan menggunakan BE
As2O3 + H2O As2O5 + 4H+ + 4e
-
I2 + 2e 2I 2x
As2O3 + 2 H2O + 2 I2 As2O3 + 4H+ + 4I-
BE As2O3 = ¼ mol
BE As2O3 = 197,8
150 150 x 4
150 mg As2 = mmol = mgrek
197,8 197,8
mgrek I2 = As2O3
150 X 4
30, 35 x N =
197,8
150 x 4
N = = 0,0999 N
197,8 x 30,35
119
26 g natrium thio sulfat P dan 200 mg natrium karbonat P dilarutkan
dalam air bebas CO2 segar hingga 1000 ml, sebelum digunakan harus
dibakukan .
Pembakuan :
Menurut FI ed III untuk membakukan natrim thiosulfat dapat digunakan
larutan standar primer KIO3 KBrO3 dan K2Cr2O7 .
Pembakuan dengan KIO3 dilakukan sebagai berikut :
Ditimbang KIO3 36,67 mg yang telah dikeringkan pada suhu 120° C selama 1
jam kemudian dilarutukan dengan aquadest 20 ml + 5ml H2SO4 P dan 1 g KI
dan dititrasi dengan natrium thio sulfat 0,1 N sampai kuning jerami dan
ditambah indikator amylum , titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang .
120
2. Pemeriksaan kadar
Perhitungan :
V1.N1 = V2.N2
Pemeriksaan Kadar :
Vp.Np.BA Sn x 100 %
% Sn =
Vs x 1000
: I2 + 2S2O3 S4O6 + 2I
121
7.4.6. Prosedur Kerja :
1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KIO3 0,1000 N
- Dipipet 10,00 ml KIO3 masukan erlenmeyer
- Ditambahkan 2-5 ml H2S2O4 2N , tambahkan seujung sendok KI/Nal
kristal kedalam larutan , kocok sampai terbentuk warna coklat , tutup
mulut erlenmeyer lubangi tengahnya .
- Dititrasi dengan Na2S2O4 0,1 N sampai pertengahan reaksi yaitu warna
kuning jerami .
- Ditambah 1 ml amylum sampai terbentuk warna biru
- Dititrasi dengan H2S2O4 0,1 N sampai TAT yaitu warna biru hilang
2. Pemeriksaan Kadar Cu dalam CuSO4
- Dipipet 10, 00 ml sampel CuSO4 masukan erlenmeyer 5 ml H2S2O4 2N
tambahkan seujung sendok KI/Nal
- Dikocok sampai homogen, tutuup mulut erlenmeyer
7.5.2. Prinsip : Fe2+ dalam suuasana asam akan mengoksidasi Nal menjadi I2.
I2 yang terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3 ditandai dengan
hilangnya warna biru .
122
7.5.3. Reaksi : 2Fe2+ + 2I 2Fe3+ + I2
: I2 + 2 Na2S2O3 Na2S2O3 + Nal
7.5.4. Alat : - Buret + Statif 50,0 ml - Pipet takar 10ml
: - Erlenmeyer 250,0ml - Pipet ukur 10 ml
: - Pipet Volume 10,0 ml 5,0 ml - Beaker glass 250,0 ml
: - Corong glass - Pipet Filler
: - Batang Pengaduk
7.5.5 Reagensia : - Na2S2O3 0,1 N
: - KIO3 0,1000 N
: - H2S2O4 2N
: - KL/Nal Kristal
: - Amylum 0,1 %
Perhitungan :
123
V2 = Volume Na2S2O3
N2 = Normalitas Na2S2O3
4. Pemeriksaan kadar Fe3+ dalam K3Fe ( CN)6
Rumus :
Vp.Np.BE Fe
Kadar Fe = x 100 %
Vs x 1000
Keterangan :
Vp = Volume Peniter (Na2S2O3 )
Np = Normalitas Peniter (Na2S2O3 )
Vs = Volume sampel
BE Fe3+ = 55,82
124
VIII. NITRIMETRITIK :
Nitrimetri adalah penetapan kadar suatu zat dengan jalan titrasi menggunakan
larutan Natrium Nitrit sebagai titran . Titrasi ini digunakan untuk penetapan
kadar amin primer aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium
dengan asam nitrit pada suhu dibawah 15°C. Untuk menjaga suhu dibawah
15°C digunakan batu es atau alat sirkulator, bila suhu diatas 15°C garam
diazonim yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol dan reaksi tidak
berlangsung secara kuantitatif .
8.2.2. Prinsip : Zat jiu dalam sausan aklorida, lau dititrasi perlahan-lahan
8.2.3. Reaksi :
125
: - Pipet ukur
: - Pipet volume
8.2.5. Bahan : - Lartan HCl ( p )
3. Penetapan Kadar
dan air suling sebanyak 3 kali tiap penyaringan dengan 5 ml air suling,
kemudian didinginkan pada sh 15°C, tambahkan indikator dalam 2-3
tetes .
126
- Selanjutnya dititrasi perlahan-lahan dengan NaNO20,1 M , pada suhu
tidak lebih dari 15°C hingga kelebihan 1 tetes lartan NaNO2 segera
memberikan warna biru dan warna biru tersebut dapat ditunjukan lagi
setelah larutan dibiarkan selama 1 menit .
8.2.7 Perhitungan Kadar :
1. Standarisasi untuk mengetahui Molaritas NaNO2 sebenarnya
% Kemurnian Sulfanilamid x bobot Sulfanilamid
VxM=
100 x Mr Sulfanilamid ( 172,21 )
2. Penetapan Kadar
Mr x Vp x Mr Klorampenikol ( 323,13 )
= x 100 %
Vs x 1000
Keterangan :
Mp = Molaritas Peniter
Vp = Volume Peniter
Vs = Volume Sampel
127
IX. TITRASI BEBAS AIRTIK :
1. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan larutan Asam perklorat 0,1 N
2. Mahasiswa mampu melakukan standarisai larutan Asam perklorat 0,1 N
3. Mahasiswa mampu melakukan proses penetapan kadar Na Siklamat
4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kadar Na Siklamat
Titrasi bebas air atau titrasi non-aqua adalah titrasi yang menggunakan pelarut
organik sebagai pengganti air, dengan organik tertentu, kekuatan asam atauu
basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan satu titrasi yang tidak
memanaskan dengan menggunakan pelarut air. Dibidang farmasi tehnik ini
banyak dipakai karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang sukar
larut dalam air, Dengan memilih pelarut ysng tepat, penetapan kadar dari
komponen campuran asam atau basa juga dimungkinkan .
Seperti telah diuraikan diatas, kekuatan asam atau basa ditemukan pula oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton . Berdasarkan hal
ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi :
Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun memberikan
proton, misalnya : Kloroform, Benzene , Dioksan .
128
Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih bersifat asam,
demikian pula sebaliknya. Misalnya pada titrasi basa lemah, asam asetat
adalah lebih baik dari pada air .
2. Terdapat autoprotolisis
Sedapat mungkin dipilih pelarut yang mempunyai K auto yang lebih
rendah, karena makin kecil K auto makin mudah menetapkan titik
ekivalen, misalnya asam asetat ( K auto pada 25°C = 3,5 x 105 ) lebih baik
dari pada air ( K auto pada 25°C = 1,0 x 1010-4 )
3. Tetapan dielektrik (D), tetapan ini merupan besaran yang menunjukkan
kesempurnaan disosiasi atau kesempurnaan reaksi. Makin tinggi nilai
D, maka makin sempurna reaksi pada titik ekivalen. Dalam hal ini air
(D=7,86 pada suhu 25°C ) lebih baik dari asam asetat
(D=6,1 pada suhu 25°C) .
1. Pelarut organik mempunyai koefisien pemuaian yang lebih besar dari pada
air. Perubahan suhu ini akan mengakibatkan perubahan volume titran.
Oleh karena itu suhu pada pembakuan dan penetapan kadar harus dicatat.
Bila suhunya berbeda, maka volume titran dikoreksi dengan menggunakan
rumus berikut :
Vc= V [ 1 + 0,011 ( t1 – t 2 ) ], dimana
Vc= Volume titran setelah dikoreksi
V= Volume titran yang berbeda
t1 = Suhu pembakuan
t2 = Suhu penetapan kadar
129
Air antara 0,01 – 0,2 % . Kelebihan penambahan anhidrida asam asetat
harus dihindarkan untuk mencegah kemungkinan asetilasi terhadap zat uji.
3. Pada alkalimetri, titran dapat bereaksi dengan CO2 dari udara sehingga
perlu dilakukan titrasi blanko dan titrasi dilakukan dalam wadah tertutup
sambil dialiri gas inert ( N2 )
Pelarut organik, disamping harganya mahal, banyak yang beracun, mudah
terbakar sehingga perlu penanganan yang cermat .
2. Alkalimetri
Senyawa-senyawa yang dapat dititrasi sebagai asam antara
lain: asam halida, anhidrida asam, asam karboksilat, asam
amono, dan senyawa fenol seperti barbiturat dan xantin,
imida, fenol, pirol, dan sulfilamida .
130
menggunakan indikator atau pasangan elektroda yang
9.2.3. Reaksi :
: - statif
: - erlenmeyer
: - beaker glass
: - corong glass
9.2.6.Prosedur Kerja :
dan tetapkan kadar air secara titrimetri ( titrasi Karl Fischer ) . Bila
131
- Bila larutan tidak mengandung air maka tambahkan air secukupnya agar
kadar air antara 0,02 % - 0,05 , biarkan lagi larutan 1 hari dan tetapkan
3. Penetapan Kadar
1. Standarisasi
VI x NI = V2 x N2
132
2. Penetapan % kadar zat :
Mp x Vp x Mr Na.Siklamat (201,22 )
% Na.Siklamat = x 100 %
Vs x 1000
133
DAFTAR PUSTAKA
134
TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN LABORATORIUM
“Manajemen Logistik”
135
1. Daftar pemeriksaan di Laboratorium Kimia Klinik, Hematologi, dan Imunoserologi.
136
15. Masa Trombin (TT)
137
Lampiran A
x 1 Baik
Tabung Reaksi pcs 20 Lemari Alat
x 1 Baik
Micropipet pcs 10 Lemari Alat
x 3 Baik
Tip mikropipet kotak 2 Lemari Alat
x 2 Baik
Kertas Saring kotak 1 Lemari Alat
x Baik
Fotometer pcs 2 Ruang biasa
x 1 Baik
Reagen Kit-Potassium kit 3 Lemari Alat
Aquades botol 10 Lemari Reagen Baik
x 3
x 1 Baik
Reagen Kit-Natrium kit 3 Refrigerator
x 1 Baik
Reagen Kit-Klorida kit 3 Refrigerator
x 1 Baik
Pipet tetes pcs 10 Lemari alat
x Baik
Centrifuge pcs 2 Ruang biasa
LAMPIRAN B
Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
1 1 2 2 1 2
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Aquades DEPT. lab BAGIAN Kimia Klinik
Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2 2 2 2 2 1
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Mikropipet DEPT. lab BAGIAN Kimia Klinik
Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2 1 2 1 2 2
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Reagen Kit Klorida DEPT. lab BAGIAN Kimia Klinik
Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2 1 2 1 1 2
LAMPIRAN C
PRIORITAS
Pemakaian Pengiriman
ITEM Satuan per Bulan H M L per Minggu Disimpan Komentar
Needle Kotak 2 X 2 Lemari Alat Baik
Tabung Reaksi Pcs 12 X 5 Lemari Alat Baik
Safety Box Kotak 5 X 2 Lemari Alat Baik
Kertas Saring Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Spuit Kotak 3 X 2 Lemari Alat Baik
Lemari
Alkohol 96% Botol 8 X 2 Reagen Baik
EDTA Gram 250 X 500 Lemari Alat Baik
Lemari
Reagen Drapkin Botol 1/2 X 1 Reagen Baik
Kapas Medis Pack 1 X 1 Lemari Alat Baik
Lemari
Aquades Botol 10 X 3 Reagen Baik
Pipet Westergren Pcs 7 X Lemari Alat Baik
Pipet Kapiler Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Lemari
Rees Ecker Botol 1/2 X 1 Reagen Baik
LAMPIRAN B
Permintaan Perjalanan Pembelian
Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
1/2 1 1 1 1/2
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Safety Box DEPT. lab BAGIAN Hematologi
KATEGORI / KODE NO. PEMASOKA TELEPON HARGA
1. 1263 PT. Gesunde Medical 021-14367281 Rp. 23.472
Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
7 4 5 6 5
LAMPIRAN C
PRIORITAS
Pemakaian Pengiriman
ITEM Satuan per Bulan H M L per Minggu Disimpan Komentar
Objek Glass Kotak 2 X 2 Lemari Alat Baik
Lancet Pcs 12 X 3 Lemari Alat Baik
Tabung Reaksi Kotak 5 X 2 Lemari Alat Baik
Centrifuge Unit 1 X 1 Lemari Alat Baik
Rotator Unit 1 X 2 Lemari Alat Baik
Mikropipet Unit 8 X 2 Lemari Alat Baik
Tip Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Reagen Latex Botol 1/2 X 1 Lemari Reagen Baik
Slide Putih Kotak 1 X 2 Lemari Alat Baik
Slide Hitam Kotak 1 X 3 Lemari Alat Baik
Pipet Pasteur Pcs 7 X 1 Lemari Alat Baik
Batang pengaduk Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Gelas Ukur Pcs 5 X 1 Lemari Alat Baik
Reagen s.thpy : O, H , Vi Botol 1/2 X 1 Lemari Reagen Baik
LAMPIRAN B
Permintaan Perjalanan Pembelian
Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2017 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 14 Baik
2018 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 17 Baik
LAMPIRAN C
Metode untuk memperoleh reagen dan suplai sangat bervariasi antar laboratorium.
Beberapa laboratorium dapat membeli secara langsung tetapi, di banyak negara, sistem
pengadaan nasional diberlakukan dengan area toko pusat yang mendistribusikan langsung
kelaboratorium. Selain itu, di banyak tempat, donor memiliki peran utama dalam pengadaan
160
persediaan dan reagen. Sistem laboratorium untuk mengelola reagen dan persediaan harus
memperhitungkan variabel-variabel ini.
Peralatan dan perlengkapan yang diterima atau diterima dari donor harus memenuhi
kebutuhan klien dan kebutuhan operasional laboratorium. Manajer terkadang perlu menolak
donasi, tetapi ini harus dilakukan dengan cara diplomatik untuk memastikan penawaran di
masamendatang tidak berkecil hati.
161
B. Pembelian
1. Memahami persyaratan pemerintah lokal atau nasional yang perlu diakomodasi dalam
kontrak.
2. Bernegosiasi untuk harga terbaik tanpa merusak kualitas.
3. Tinjau dengan cermat semua kontrak untuk memastikan persyaratan laboratorium dipenuhi.
Kontrak harus secara jelas membahas mekanisme dan ketentuan pembayaran untuk memastikan
ketersediaan dan pengiriman reagen dan pasokan yang andal. Tanyakan apakahada penalti untuk
mengakhiri kontrak.
4. Tentukan bagaimana pembayaran akan dilakukan, dan bagaimana vendor akan memastikan
ketersediaan dan pengiriman yang andal dari persediaan dan reagen.
162
C. Menerapkan Program Manajemen Inventaris
Penerapan Langkah :
Dalam menetapkan program pengendalian inventaris ada sejumlah faktor yang perlu
dipertimbangkan.Sebuah sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga laboratorium dapat memantau
secara dekat kondisi semua persediaan dan reagen, mengetahui jumlah apa yang tersedia dan
diperingatkan ketika ada kebutuhan untuk memesan ulang .
Berikut ini adalah langkah-langkah penting untuk implementasi.
Tetapkan tanggung jawab - tanpa ini, tidak ada yang bisa diselesaikan.
Analisis kebutuhan laboratorium.
Tetapkan stok minimum yang dibutuhkan untuk jangka waktu yang sesuai.
Kembangkan formulir dan log yang dibutuhkan.
Buat sistem untuk menerima, memeriksa dan menyimpan persediaan.
Menjaga sistem inventaris di semua area penyimpanan, dan untuk semua reagen dan persediaan yang
digunakan di laboratorium.
Menganalisa Kebutuhan :
Laboratorium membutuhkan proses untuk menganalisis kebutuhan bahan dan menentukan berapa banyak
kit untuk pengujian yang tersedia. Laboratorium harus membuat daftar semua pengujian yang dilakukan
dan mengidentifikasi semua suplai dan reagen yang diperlukan untuk setiap pengujian.
Informasi yang diperlukan untuk menganalisis kebutuhan meliputi:
Deskripsi lengkap dari setiap item yang digunakan.
Jumlah paket atau jumlah unit tempat item diberikan.
Perkiraan penggunaan per bulan.
Tingkat prioritas atau kepentingan item dalam melakukan pekerjaan laboratorium.
Lamanya waktu yang diperlukan untuk menerima pengiriman.
Ruang dan kondisi penyimpanan
D. Kuantifikasi
Kuantifikasi adalah proses yang sangat penting yang dapat membantu menghitung berapa banyak
yang dibutuhkan dari item tertentu untuk periode waktu tertentu, dan ini adalah bagian penting dari
program manajemen inventaris yang berhasil.
Kuantifikasi yang akurat akan:
• memastikan persediaan penting akan tersedia saat dibutuhkan
• mencegah penimbunan berlebih, yang dapat menyebabkan pemborosan material yang mahal.
Kuantifikasi memberikan informasi untuk:
Memperkirakan kebutuhan anggaran tahunan.
Memungkinkan perencanaan yang lebih baik.
Membuat keputusan dan memantau kinerja sistem manajemen inventaris.
Dua metode yang sering digunakan adalah kuantifikasi berbasis konsumsi dan kuantifikasi berbasis
morbiditas.
163
E. Kuantifikasi Berbasis Konsumsi
Laboratorium menggunakan metode berbasis konsumsi, berdasarkan pengalaman mereka dari
waktu ke waktu. Metode ini didasarkan pada konsumsi aktual, jadi ada sejumlah faktor yang perlu
dipertimbangkan. Misalnya, untuk menentukan penggunaan sebenarnya, penting juga untuk
memperkirakan berapa banyak pemborosan yang terjadi dan berapa banyak reagen dan persediaan yang
kadaluwarsa atau rusak yang telah dibuang.
Contoh jenis pemantauan ini ditunjukkan di bawah ini.
Untuk perencanaan, ada baiknya untuk mempertimbangkan apakah ada persediaan atau reagen
yang habis selama lebih dari 15 hari selama tahun tertentu. Memungkinkan bahwa terdapat persediaan
yang ridak dipesan dalam jumlah yang mencukupi, atau pemborosan atau kadaluwarsa lebih tinggi dari
yang diperkirakan.
164
Metode kuantifikasi berbasis morbiditas yang baik lebih akurat daripada metode kuantifikasi
dengan metode konsumsi, tetapi bergantung pada data yang akurat.
Buku catatan stok atau sistem kartu akan memberikan cara untuk melacak semua persediaan dan reagen
yang ada di tangan pada waktu tertentu. Selain informasi yang disebutkan di atas, ada baiknya untuk
mencatat:
• nama dan tanda tangan penerima materi
• tanggal penerimaan
• tanggal habis tempo
• jumlah materi yang diterima
• stok minimum yang harus di tangan
• saldo saham saat ini.
Informasi tambahan untuk dicatat dapat mencakup:
• nomor rak atau nama
• tujuan (mis. ke –20 Hai C freezer ke ruang media).
Sebaiknya simpan buku catatan stok di area penyimpanan.
2. Penyimpanan
Penyimpanan reagen dan persediaan adalah bagian yang sangat penting dari pengendalian
persediaan.
165
Penerapan baik yang perlu diingat adalah:
• Jaga gudang tetap bersih, teratur, dan terkunci.
• Pastikan area penyimpanan berventilasi baik dan terlindung dari sinar matahari langsung.
• Pastikan kondisi penyimpanan sesuai dengan petunjuk pabrik.
• Gunakan rak yang baik dan cukup kuat untuk menopang barang, dan atur barang dengan hati-
hati
• Pastikan item dapat dijangkau oleh staf. Bangku tangga yang kokoh harus tersedia untuk
menjangkau rak yang lebih tinggi dan barang yang lebih berat harus disimpan di rak yang
lebih rendah.
• Saat menyimpan, letakkan kiriman baru di belakang bahan yang sudah ada yang sudah ada di
laboratorium.
3. Pengaturan Rak
Pelabelan rak adalah alat yang berguna untuk inventaris penyimpanan dan akan membantu
mengatur dan mensistemasi ruang penyimpanan.
• Tetapkan nomor (atau nama) ke area rak yang berbeda.
• Catat dalam buku jurnal rak apa yang digunakan untuk reagen dan persediaan apa.
Sistem ini membantu menghindari ―kehilangan‖ produk, dan menghemat waktu staf saat
mencari produk. Ini juga berguna untuk memberi nomor ruang dingin, lemari es dan
freezer untuk tujuan yang sama. Contoh sistem jenis ini ditunjukkan di bawah ini.
4. Pelabelan Reagen
Penting untuk memberi label reagen dengan tanggal dibukanya reagen dan untuk memastikan
tanggal kadaluwarsa terlihat dengan jelas.
166
TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM
1. Nama Laboratorium :
Laboratorium Klinik SahabatLab
2. Ruang Lingkup Pengujian
Bidang Bahan/Spesimen Jenis Identitas Metode pengujian/ Keterangan
Pengujian yang diuji Pengujian Teknik Pengujian
Hematologi Darah EDTA Leukosit Impedance
Flowcytometry/Penembakan
dengan semi conductor laser
setelah pewarnaan /IK-OPR-
ANL-HMRT-SYS-XS800i
Seri 63905
Trombosit Hydro Dynamic Focusing
Method/ Impedance dengan
modifikasi penggunaan
cellpack untuk Focusing sel-
sel ke aperture/ IK-OPR-
ANL-HMRT-SYS-XS800i
Seri 63905
Eritrosit Hydro Dynamic Focusing
Method/ Impedance dengan
modifikasi penggunaan
cellpack untuk Focusing sel-
sel ke aperture/ IK-OPR-
ANL-HMRT-SYS-XS800i
Seri 63905
Hitung Jenis Fluorenscene Flowcytometry/
Leukosit: Penembakan dengan semi
Neutrofil conductor laser setelah
Limfosit pewarnaan/ IK-OPR-ANL-
Monosit HMRT-SYS-XS800i Seri
Eosinofil 63905
Basofil
167
4. Prosedur penerimaan pasien dan konsultasi
PENDAFTARAN :
- Mengambil nomor antrian
- Pasien dengan membawa
pengantar, langsung
mendaftar
- Pasien tanpa pengantar,
dikonsultasikan ke dokter PJ
SahabatLab
Pasien dipanggil ke ruangan sampling
PENGAMBILAN HASIL
LABORATORIUM
5. Membuat Kebijakan Mutu
Kebijakan Mutu
Laboratorium Klinik SahabatLab adalah Laboratorium dibidang jasa
pelayanan kesehatan. Laboratorium Klinik SahabatLab senantiasa
memberikan pelayanan jasa dibidang kesehatan yang konsisten, bermutu,
tepat waktu, dan sesuai dengan standar pengujian yang ditetapkan serta
berkomitmen terhadap peningkatan sistem menejemen yang
berkesinambungan untuk memenuhi persyaratan ISO 15189 dan peraturan
yang berlaku. Untuk itu Laboratorium Klinik SahabatLab menetapkan
kebijakan mutu sebagai berikut
1. Memberikan pelayanan optimal kepada pelanggan dengan harga
kompetitif dan hasil terpecaya
2. Pelayanan terhadap pelanggan dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten dengan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan
3. Menyampaikan informasi hasil yang akurat dan tepat pada waktunya
4. Mengembangkan dan menerapkan sistem menejemen mutu ISO
15189 sehingga tercipta efektifitas dan efesien secara
berkesinambungan
168
Sasaran Mutu Laboratorium klinis
SASARAN MUTU LABORATORIUM SahabatLab
Dalam Rangka peningkatan berkelanjutan dan pencapaian
kepuasan pelanggan atau pihak yang berkepentingan
terhadap mutu dan hasil pengujian/pemeriksaan, maka
laboratorium SahabatLab menerapkan sasaran mutu
senbagai berikut
1. Keakuratan dan ketetapan dalam pemeriksaan 99%
2. Alat dikalibrasi setiap 3 bulan sekali
3. Terdapat paket hemat untuk biaya pemeriksaan mulai
dari Rp100.000
4. Jumlah Pelanggan Laboratorium meningkat minimal
10% setiap bulan nya.
Mengambil Melakukan
Verifikasi hasil
nomor antrian Mengisi pemeriksaan
pemeriksaan
formuir sampel
pendaftaran
Legalisasi hasil
pemeriksaan
169
2. Membuat Instruksi Kerja
INSTRUKSI KERJA Nomor : 128796234
LOGO PENGGUNAAN NERACA Tgl Penetapan : 19 Februari
Perusaha ANALITIK 2021
an Revisi Ke :
Tgl Revisi :
2. SELESAI PEMAKAIAN
Dibersihkan alat-alat yang digunakan dan bagian dari neraca elektrik, seperti : cawan
arloji, spatula dsb. Neraca elektrik dibersihkan dengan tissue atau lap bersih.
3. PENYIMPANAN
Sesudah bersih, alat ditutup dengan menggunakan pembungkus alat, diletakkan di tempat
yang tidak terkena cahaya matahari dan suhunya terjaga dengan baik dan benar.
170
DIBUAT DIKAJI ULANG DISAHKAN
Teknisi Lab Ka. Sub Unit Lab Direktur Perusahaan
................ ................. .................
171
3. Membuat SOP Pengendalian Dokumen
SOP PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN
No. Dokumen :
1. Pengertian Dokumen yang dimaksud dalam prosedur ini adalah semua dokumen yang
terkait dengan sistem manajemen mutu yang digunakan sebagai acuan dalam
kegiatan pengendalian mutu.
1. Pengendalian Dokumen
Adalah kegiatan pengelolaan dan pengendalian dokumen-dokumen
sistem manajemen mutu yang mencakup pembuatan, distribusi,
penggunaan, perubahan dengan mengikuti ketentuan/metode yang diatur
dalam prosedur ini.
2. Dokumen Dikendalikan
Dokumen dengan status DIKENDALIKAN adalah bahwa dokumen acuan
kerja tersebut di-up-date/diperbarui secara berkala sesuai perubahan-
perubahan yang terjadi selama pemakaiannya.
3. Dokumen Tidak Dikendalikan
Dokumen dengan status TIDAK DIKENDALIKAN adalah bahwa
dokumen tersebut sejak diterbitkan tidak di-up-date/diperbarui dan
karenanya tidak diperuntukan sebagai acuan kerja.
4. Dokumen Tidak Berlaku
Dokumen dengan status KADALUARSA artinya adalah bahwa dokumen
tersebut sudah tidak berlaku lagi dan selanjutnya diperlakukan sebagai
arsip.
5. Pedoman Mutu
Manual Mutu adalah dokumen sistem manajemen mutu yang memuat
ketentuan-ketentuan / persyaratan-persyaratan / kebijakan-kebijakan yang
digunakan sebagai acuan umum dalam menjalankan semua kegiatan
operasional organisasi.
6. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja adalah dokumen sistem manajemen mutu yang
mengatur/mengkoordinasikan kegiatan/proses secara lintas fungsi agar
dicapai sasaran dan persyaratan yang telah ditetapkan
7. Program Pendukung
Program pendukung termasuk dokumen sistem mutu dalam bentuk jadwal
kegiatan yang memuat rencana aktivitas untuk mendukung pelaksanaan
sistem manajemen mutu.
172
2. Tujuan Prosedur Pengendalian Dokumen ini dibuat untuk memastikan semua
dokumen yang terkait dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 15189 dapat
dikelola dan dikendalikan secara efektif sehingga memenuhi persyaratan
standard Internasional ISO 15189.
Kepala Puskesmas
173
5. MEMBERI PENOMORAN DOKUMEN
Setelah disahkan, sekretariat ISO memberi
nomor dokumen yang terdiri dari 4 bagian:
a. Penomoran Manual mutu, prosedur
kerja dan instruksi kerja
Bagian I menunjukkan jenis dokumen
MM untuk manual mutu PK
untuk prosedur kerj FORM untuk
Formulir yang digunakan
Bagian II
menunjukkan unit yang membuat
dokumen menunjukkan nomor urut
penerbitan dokumen, dengan 3 digit
menunjukkan tahun penerbitan dengan
2 digit
Contoh penomoran dokumen: PK/
BPG/001/ 15
Artinya :
PK: Jenis dokumen Prosedur Kerja
BPG: BP Gigi
001 nomor urut dokumen
15 tahun 2015
b. Penomoran formulir
Contoh : FORM /BPG/ 001/ 15
Form menunjukkan jenis dokumen dan
rekaman Artinya : Jenis dokumen
Formulir
BPG : BP Gigi
001 nomor urut dokumen
15 tahun 2015
174
berkepentingan dengan mengisi
Formulir Bukti Penerimaan Dokumen.
c. Sekretariat bertanggung jawab
menyimpan dokumen sah memelihara
Daftar Induk Prosedur Kerja, Instruksi
Kerja dan Formulir yang ada pada
Bagian,Sub Bag, Bidang atau Seksi
d. Untuk menunjukkan Salinan dokumen
tersebut terkendali diberi cap
―TERKENDALI‖ dengan persetujuan
MR.
175
b. Salinan dokumen dan rekaman yang
sudah ditarik, dimusnahkan dengan cara
dibakar dan dicatat dalam formulir berita
acara pemusnahan dokumen
c. Dokumen dan rekaman asli dari
dokumen yang sudah ditarik diberi cap ‗
TAK TERKENDALI‘ , dan disimpan
MR sebagai arsip
d. Formulir berita acara pemusnahan
dokumen disimpan oleh MR.
7. Hal-hal yang perlu Catatan Revisi perubahan, Bukti Penerimaan dokumen, Usulan revisi, Bukti
diperhatikan penarikan dokumen, Berita acara pemusnahan dokumen
8. Unit Terkait
9. Dokumen Terkait Formulir Bukti Penerimaan dokumen
Formulir Daftar Induk Dokumen
Formulir Daftar Induk Formulir
Formulir Usulan Revisi
Formulir Bukti Penarikan Dokumen
Formulir Berita Acara Pemusnahan Dokumen
Formulir Daftar induk dokumen eksternal
176
1. Membuat google form Survey Layanan Laboratorium
Alamat : https://forms.gle/wGKeDrjSaKJLwupz7
177
2. Membuat prosedur menjaring saran staf dan buatkan form nya
PENGISIAN KRITIK DAN SARAN
Pegawai SahabatLab
No. Kode : Ditetapkan Oleh Direktur
Terbitan : 01 SahabatLab
No. Revisi :0
Tgl. Mulai Berlaku : 28
SahabatLab
SOP Februari 2021
Halaman : 1-2.
Zulaicha Zain,S.Tr.Kes.,M.Sc
1. Pengertian Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan
untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu
memperbaiki pekerjaan.
Saran adalah sebuah hal yang berupa usulan, anjuran ataupun solusi
terhadap suatu hal baik itu bisa berupa permasalahan, situasi yang sedang
membutuhkan pendapat ataupun masukan dalam melakukan suatu hal.
2. Tujuan Untuk mengatur penanganan kritik dan saran demi kemajuan dan
peningkatan berkelanjutan
3. Kebijakan Langkah-langkah penanganan kritik dan saran, wajib dilaksanakan sesuai
dengan langkah- langkah SPO ini.
4. Referensi Manual mutu dan ISO 15189
5. Prosedur 1. Tulis pendapat/saran/kritik membangun anda, pada form yang tersedia
2. Agar lebih jelas, mohon tulis, ditujukan kepada siapa pendapat
anda/kritik/saran pembangun anda
3. Apabila berkenan, cantumkan/tulis nama anda. Kerahasiaan nama
anda kami jamin
4. Kirimkan form anda pada alamat [email protected] atau
https://forms.gle/jjdVLqBs4hfJV3La9
5. Terimakasih anda telah berpartisipasi
6. Unit Terkait Kepala Direktur
178
179
3. Membuat identifikasi resiko, analisis resiko, dan usulan mitigasi/tindakan pencegahan
Identifikasi resiko/bahaya Frekuensi x Keparahan Mitigasi
pada Laboratorium
180
1. Membuat Intruksi Kerja Kalibrasi Alat
KALIBRASI ALAT Nomor : 128796234
PENGGUNAAN Tgl Penetapan : 6 Maret 2021
SahabatLab AUTOCLAVE
Revisi Ke :
Tgl Revisi :
Bacillus stearothermophilus
1. Masukkan Bacillus stearothermophilus dalam bentuk liofilisasi ke dalam autoclave
2. Atur suhu, waktu dan tekanan
3. Hidupkan Autoclave Setelah selesai, ambil Bacillus stearothermophilus dan tanam pada
agar darah (blood agar) dan inkubasikan pada suhu 40 – 60 oC selama 24 sampai 48 jam.
Proses sterilisasi berjalan baik apabila tidak ada pertumbuhan Bacillus stearothermophilus
181
Maher Zein, S.Tr.Kes Zayn Malik, M.Kes Dr. Zulaicha Zain, M.Sc
Revisi Ke :
Tgl Revisi :
Prosedur Kalibrasi
1. Kalibrasi rpm
Ujung kabel yang satu dikaitkan pada kumparan motor di dala, sedangkan
ujung yang lain dihubungkan dengan alat Tachometer
Set centrifuge pada rpm tertentu, kemudian jalankan
Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer
Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata
2. Kalibrasi timer
Set centrifuge pada waktu yang sering dipakai, misalnya 5 menit
Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch
Pada waktu centrifuge berhenti matikan stopwatch, catat waktu yang ditunjukkan
stopwatch
Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.
DIBUAT DIKAJI ULANG DISAHKAN
Teknisi Lab Ka. Sub Unit Lab Direktur Perusahaan
Maher Zein, S.Tr.Kes Zayn Malik, M.Kes Dr. Zulaicha Zain, M.Sc
182
KALIBRASI ALAT Nomor : 128796234
PENGGUNAAN Tgl Penetapan : 6 Maret 2021
SahabatLab SPEKTROFOTOMETER
Revisi Ke :
Tgl Revisi :
Kalibrasi absorbans
1. Membuat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 1 liter larutan asam sulfat 0,005 mol
atau larutan A
2. Membuat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 1 liter larutan asam sulfat 0,005 mol
atau larutan B. Mebuat larutan asam sulfat 0,005 mol/L sbagai pembanding
3. Bandingkan hasilnya dengan data acuan.
Maher Zein, S.Tr.Kes Zayn Malik, M.Kes Dr. Zulaicha Zain, M.Sc
183
2. Membuat pamflet/brosur untuk informasi untuk pasien
SahabatLab
Jl. P Senopati No 121 Bandar
Lampung (0721 – 765234)
[email protected] SahabatLab
184
1. Terhadap sampel homogen dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol secara kolorimetrik
enzimatik dan diperoleh data sbb.
Setelah Control Chart tersebut jadi, digunakan untuk mengendalikan mutu. Pada hari pekan ke-
1 diperoleh nilai Sampel QC 231 mg/dL, pekan ke-2 diperoleh 225 mg/dL, dan Pekan ke-3
diperoleh nilai 237.
Jawab :
Rata-rata : 231.05
SD : 3.25
Rata-rata + 3SD = 231,05+ 3(3.25) = 240,80 g/dl UCL
185
Kajian dari data tersebut :
Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa hasil QC tidak ada yang melebihi nilai UCL
(Uper Control Limit) dan juga hasil QC tidak ada yang dibawah LCL (Lower Control
Limit). Hasil analisis QC sampel diperoleh data pada rentang UWL sampai LWL , maka
hasil uji masih boleh dikeluarkan.
Dari data diatas, presisi rendah. Karena terjadi penurunan dan peningkatan. Pekan ke-2
terjadi penurunan dan pekan ke-3 terjadi penaikan. Mungkin disebabkan karena teknik
yang tidak konsisten maupun stabilitas instrumen., misalnya tidak dilakukan
homogenisasi bahan kontrol sebelum diperiksa, voltase listrik yang tidak stabil.
186