Kelompok 10 - Praktikum Manajemen Laboratorium

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 186

TUGAS PRAKTIKUM MANAJEMEN LABORATORIUM

Dosen Pembimbing: Rodhiansyah DJS, S.Pd., M.Si

Disusun :
Kelompok 10

1. Mutiara Permata Sari 1813353010


2. Berlian Sandy Yoga 1813353017
3. Elza Ramadanti 1813353019
4. Zulaicha Zain 1813353024
5. Evita Sari 1813353029
6. Amelia Apriliani 1813353030
7. Putri Komala Sari 1813353031
8.Yoga Kurniawan 1813353034
9. Selfy Yohana Parent 1813353037
10. Gustina Tri Andriyana 1813353041
11. M. Agung Pratama 1813353048
12. Shindi Oktaviani 1813353049

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
2021
POLTEKKES Nomor:

TANJUNGKARANG Halaman :

Tanggal: 2021
STANDAR SPMI
Revisi:

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
JURUSAN ANALIS KESEHATAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

PROSES PENANGGUNG JAWAB TANGGAL

NAMA JABATAN TANDA


TANGAN

1. Perumusan Ka. Sub Unit Lab

2. Pemeriksaan Ka. Prodi D IV

3. Persetujuan Sekretaris Jurusan

4. Penetapan Ketua Jurusan

5. Pengendalian PJM Jurusan

1. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk kegiatan di Laboratorium Kimia


Prosedur Analitik agar proses pembelajaran praktikum oleh dosen
terhadap mahasiswa dapat berjalan dengan aman, dan sesuai
dengan tujuan GBPP Mata Kuliah. Sehingga dapat membantu
mewujudkan Visi dan Misi dari Jurusan Analis Kesehatan
Prodi Teknologi Laboratorium Medis Program Sarjana
Terapan

2. Luas Lingkup Standar Operasional Prosedur laboratorium Kimia Analitik


SOP dan Jurusan Analis Kesehatan Prodi Teknologi Laboratorium
Pengguna Medis Program Sarjana Terapan ini berlaku bagi seluruh
Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan, yang berisi tentang
pedoman umum laboratorium, pemeliharaan dan
penyimpanan peralatan dan bahan kimia, keamanan dan
keselamatan bagi mahasiswa dan instruktur dalam kegiatan
pratikum.

3. Definisi Istilah Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi adalah orang yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan prosedur ini.

Kepala Sub Unit Laboratorium adalah orang yang


bertanggungjawab terhadap semua kegiatan yang
diselenggarakan di laboratorium, baik administrasi maupun
akademik dan berada pada tinggkat jurusan .

Penanggung Jawab Laboratorium adalah orang yang


bertanggungjawab terhadap kegiatan yang diselenggarakan di
laboratorium yang menjadi tanggungjawabnya, baik
administrasi maupun akademik dan berada pada tingkat
jurusan .

Instruktur Laboratorium adalah staf edukatif yang


bertanggungjawab dalam perberitahuan dan membantu
penangan K3 .

Instruksi Kerja adalah dokumen yang menyertai manual


prosedur ini.

4. Tata Tertib 1. Praktikan dilarang masuk laboratorium sebelum jam


praktikum dimulai
2. Praktikan harus mengisi daftar hadir sebelum praktikan
3. Praktikan dilarang merokok, membawa senjata tajam,
makan dan minum dalam ruang laboratorium.
4. Praktikan dianjurkan telah siap tentang praktikum yang
akan dikerjakan.
5. Sebelum praktikum diadakan response tentang praktek
yang akan dikerjakan.
6. Praktikum ulangan karena percobaan gagal atau tidak
mengikuti praktek dengan alasan yang sah baru dapat
dilaksanakan setelah mendaftar pada koordinator
praktek.
7. Setelah praktikum setiap praktikan harus membuat
laporan mengenai percobaan yang telah dilakukan.
8. Laporan ditulis tangan dan mudah dibaca, sesuai
dengan format laporan.
9. Laporan diserahkan pada masing – masing
pembimbing praktikum yang telah dilakukan.
10. Hasil praktikum, laporan, response, test tulisan
diperhitungkan dalam menentukan nilai akhir.
5. Prosedur Pemeliharaan
1. Menjaga kebersihan alat dan kebersihan tempat
menyimpan bahan, dilakukan secara periodik;
2. Mempertahankan fungsi dari peralatan dan bahan
dengan memperhatikan jenis,bentuk serta bahan
dasarnya;
3. Mengemas, menempatkan, menjaga, mengamankan
peralatan dan bahan praktik, serta membersihkan
peralatan pada waktu tidak digunakan atau sehabis
dipergunakan untuk praktik;
4. Mengganti secara berkala untuk bagian-bagian
peralatan yang sudah habis masa pakainya
5. Alat-alat yang menggunakan skala ukur perlu
dikalibrasi secara berkala sesuai dengan jenis alat;
6. Penyimpanan alat dan bahan harus diperhatikan sesuai
dengan jenisnya.

Penyimpanan
1. Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan
sifat dan bahan penyusunnya seperti kayu, besi/logam,
kertas, plastik, kain, karet, tanah liat dan sebagainya.
2. Tempat penyimpanan harus aman, dan bebas dari
penyebab kerusakan.
3. Cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas
atau jenisnya, misalnya : peralatan disimpan ditempat
yang sesuai, dengan memperhatikan syarat-syarat
penyimpanan.
4. Penyimpanan bahan habis pakai, disesuaikan dengan
sifat kimia zat tersebut.
5. Bahan-bahan kimia yang berbahaya, (mudah terbakar,
mudah meledak, dan beracun) harus diberi label
peringatan yang tidak mudah lepas.

Keamanan dan Keselamatan


1. Semua yang terlibat dalam kegiatan laboratorium
harus mengetahui letak keran utama gas, keran air,
dan saklar utama listrik
2. Harus mengetahui letak alat-alat pemadam
kebakaran, seperti tabung pemadam kebakaran,
selimut tahan api, dan pasir untuk memadamkan api
3. Gunakan APD [Alat pelindung diri] sesuai dengan
jenis kegiatan di laboratorium.
4. Mentaati peraturan perlakuan terhadap bahan kimia
yang mudah terbakar dan berbahaya lainnya
5. Jangan meletakkan bahan kimia/reagen ditempat
yang langsung terkena cahaya matahari.
6. Jika mengenakan jas/baju praktik, janganlah
mengenakan jas yang terlalu longgar.
7. Dilarang makan dan minum didalam laboratorium.
8. Jangan menggunakan perhiasan selama praktik
dilaboratorium/bengkel kerja.
9. Jangan menggunakan sandal atau sepatu terbuka
atau sepatu hak tinggi selama di laboratorium.
10. Tumpahan bahan kimia apapun termasuk air, harus
segera dibersihkan karena dapat menimbulkan
kecelakaan.
11. Bila kulit terkena bahan kimia, segera cuci dengan
air banyak-banyak sampai bersih. Jangan digaruk
agar zat tersebut tidak menyebar atau masuk
kedalam badan melalui kulit
6. Dokumen dan Untuk melaksanakan prosedur ini diperlukan :
Peralatan 1. APD (alat pelindung diri) seperti baju praktik, sarung
Terkait tangan, masker, alas kaki
2. APAR (Alat pemadam kebakaran) berikut petunjuk
penggunaan
3. Perlengkapan P3K
4. Sarana instalasi pengolahan limbah
5. Instruksi kerja bahan B3
6. Rambu-rambu bahan berbahaya
7. Buku catatan K3
7. Referensi Literatur atau buku penuntun praktikum sesuai dengan materi
pembelajaran
INSTRUKSI NO.IK
KERJA

NO.REVISI

JENIS
TANGGAL 2021
PEMERIKSAAN:

HALAMAN
IODOMETRI DAN
IODIMETRI

A. Penetapan Kadar Sndalam SnCL2


I. PELAKSANA : Mahasiswa

II. PRINSIP :Zat uji atau reduktor langsung dititrasi dengan larutuan I2

III. REAKSI : I2 + Sn 2 I2 + Sn4+

IV. METODE : Iodimetri

SAMPEL SnCL2 2H2O

REAGENSIA -Na2S2O3 (yang telah distandarisasi )


- I2 0,1
- Amylum 1%

ALAT - Buret 50,0 ml + Statif - Spatula


- Beaker Glass 250,0 ml - Corong glass
- Erlenmeyer 250,0 ml - Pipet Filler
LANGKAH
KERJA
1. Standarisasi I2 denguan Na2S2O3

- Dipipet 10,0 ml Na2S2O3 + 1-2 ml amylum 1%


- Dititrasidengan I2 0,1 N sampai warna biru
- Dihitung konsentrasi I2

2. Pemeriksaan kadar

- Dipipet 10,0 ml SnCl2 2H2O masukan erlenmeyer


- Ditambah 1-2 ml amylum 1 %
- Dititrasi dengan I2 sampai warna biru
- Dihitung konsentrasi Sn dalam sampel
PERTHITUNGAN
1. Standarisasi I2 denguan Na2S2O3

V1.N1 = V2.N2

2. Pemeriksaan Kadar :

Vp.Np.BA Sn x 100 %

% Sn =

Vs x 1000

CATATAN

DAFTAR
PUSTAKA
B. Pemeriksaan Kadar Cu DalamCuSO4 . 5H2O
I. PELAKSANA : Mahasiswa
II. METODE : Iodometri
III. PRINSIP : Cu akan mengoksidasi 1 menjadi I2dalam suasana asam
I2 + amylum terbentuk warna biru. Titrasi dengan

Na2S2O3TAT ditnjukkan dengan hilangnya warna biru.

IV. REAKSI : 2 C u+ 2I 2 CuI + I2

I2 + 2S2O3 S4O6 + 2I

CuSO4 . 5H2O

REAGENSIA - KIO3 0,1000 N


- H2SO4 2 N
- KL / Nal Kristal
- Na2S2O3 0,1 N
- Amylum 0,1 %
ALAT - Buret Statif 50,0 ml
- Pipet tetes
- Erlenmeyer 250,0 ml
- Pipet ukr 10 ml
- Spatula
- Pipeut voluume 10,0 ml 5,0 ml
- Beaker glass 250,0 ml
- Pipet Fille
- Corong glass
LANGKAH 1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KIO3 0,1000 N
KERJA
- Dipipet 10,00 ml KIO3 masukan erlenmeyer
- Ditambahkan 2-5 ml H2S2O4 2N , tambahkan seujung sendok
KI/Nal Kristal kedalam larutan , kocok sampai terbentuk warna
coklat , tutup mulut erlenmeyer lubangi tengahnya .
- Dititrasi dengan Na2S2O4 0,1 N sampai pertengahan reaksi
yaitu warna kuning jerami .
- Ditambah 1 ml amylum sampai terbentuk warna biru
- Dititrasi dengan H2S2O4 0,1 N sampai TAT yaitu warna biru
hilang

2. Pemeriksaan Kadar Cu dalam CuSO4

- Dipipet 10, 00 ml sampel CuSO4 masukan erlenmeyer 5 ml


H2S2O4 2N tambahkan seujung sendok KI/Nal
- Dikocok sampai homogen, tutuup mulut erlenmeyer
- Dititrasi dengan Na2S2O4 0,1 N sampai warna kuning muda (
kuning jerami ).
- Ditambahkan 1 ml amylum sampai warna biru, titrasi dengan
Na2S2O3 sampai warna biru hilang dan stabil .
PERHITUNGAN a. Standarisasi

VI . NI = V2 . N2

b. Pemeriksaan Kadar Ca

Vp.Np.BA Cu
%= x 100 %
Vs. 1000

CATATAN

DAFTAR
PUSTAKA
C. Pemeriksaan Fe2+ dalam K3Fe ( CN )6

I. PELAKSANA : Mahasiswa

2+
II. PRINSIP : Fe dalam suasana asam akan mengoksidasi Nal menjadi I2.
I2 yang terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3 ditandai dengan hilangnya
warnabiru .

III. METODE : Iodometri

2+
IV. REAKSI: 2Fe + 2I 2Fe3+ + I2

I2 + 2Na2S2O3 Na2S2O3+ Nal

SAMPEL K3Fe ( CN )6

REAGENSIA - Na2S2O3 0,1 N

- KIO3 0,1000 N

- H2S2O4 2N

- KL/Nal Krista

- Amylum 0,1 %

ALAT - Buret + Statif 50,0 ml

- Pipet takar 10ml

- Erlenmeyer 250,0ml

- Pipet ukur 10 ml

- Pipet Volume 10,0 ml 5,0 ml

- Beaker glass 250,0 ml

- Corong glass

- Pipet Filler

- Batang Pengaduk
LANGKAH 1. Standarisasi Na2S2O3 0,1 N
KERJA - Dipipet 10, 00 ml sampel KIO3 tambahkan 2-5 ml
H2S2O4 2N
- Ditambahkan seujung batang pengaduk serbuk Nal
- Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning
jerami
- Ditambahkan 1-2 ml Amylum 1%
- Dititrasi lagi sampai warna biru hilang sebagai TAT
- Dicatat volume titrasi .
PERHITUNGAN 1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KIO3

V1. N1 = V2. N2
Keterangan :
V1 = Volume KIO3
N2 = Normalitas KIO3
V2 = Volume Na2S2O3
N2 = Normalitas Na2S2O3

2. Pemeriksaankadar Fe3+ dalam K3Fe ( CN)6


Rumus :
Vp.Np.BE Fe
Kadar Fe = x 100 %
Vs x 1000

Keterangan :
Vp = Volume Peniter (Na2S2O3 )
Np = NormalitasPeniter (Na2S2O3 )
Vs = Volume sampel
BE Fe3+ = 55,82

CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA
INSTRUKSI NO. IK
KERJA

Judul : Titrasi NO. REVISI


Pengendapan –
Argentometri TANGGAL

HALAMAN

A. Pemeriksaan kadar Cl- dalam KCl

I. PELAKSANA: Mahasiswa Analis kesehatan

II. METODE : Mohr

-
III. PRINSIP : Ion Cl dititrasi dengan AgNO3 membentuk endapan AgCl.
Setelahion Clmengendap semua, baru kelebihan Ag bereaksi dengan
indicator K2CrO4membentuk Ag2CrO4.

IV. REAKSI : Ag+ + Cl- AgCl putih

AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4

SAMPEL KCl

REAGENSIA
- KCl

- NaCl 0,0100 N

- K2CrO4 1%(Indikator)

-AgNO3 0,01 N
ALAT
- buret 50,0 ml

- gelas ukur 250 ml

-pipet tetes- statif

-botol semprot- pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml
- corong glass

- labu ukur 250 ml

-beaker glass 250 ml

- klem buret

LANGKAH
KERJA 1. Standarisasi AgNO3 terhadap NaCl
- Dipipet 10,00 ml NaCl 0,0100N
masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 1 ml K2CrO4 1%
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai
warna merah bata sebagai tanda
titik akhir titrasi
- Dihitung konsentrasi AgNO3
dalam rumus pengenceran.

2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan
dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan dengan indicator
K2CrO4 1%
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai
warna merah bata sebagai tanda
titik akhir titrasi.

PERHITUNGAN
1. Standarisasi
V1 x N1 = V2 x N2
2. Pemeriksaan kadar
% Cl- : Vp x Np x BA Cl
X 100 %
V sampel
CATATAN

DAFTAR PUSTAKA

DISETUJUI

B. Pemeriksaan kadar I- dalam KI


I. PELAKSANA : Mahasiswa

II. METODE : Volhard

III. PRINSIP : iodide diendapkan dalam Ag standarit berlebih dalam


suasana asam, kelebihan Ag dititrasi oleh KCNS dengan indicator FeCl3
kelebihan CNS akanmembentuk warna merah sebagai titik akhir titrasi

IV. Reaksi : I- + Ag >>> AgI


Ag + KCNS AgCNS
CNS >>> + Fe 3+ Fe (CNS)3

SAMPEL KI

REAGENSIA - AgNO3 0,01 N


- KCNS
- H2SO4 6N
- FeCl3

ALAT - buret 50,0 m - pipet volume 10,0ml


- Erlenmeyer 250 ml
- corong glass
- labu ukur 250 ml
-beaker glass 250 ml
- gelas ukur 250 ml
-pipet tetes
- statif
-botol semprot
- klem buret
-tissue

LANGKAH
KERJA 1. Standarisasi AgNO3 dengan KCNS
- Dipipet 10,00 ml Ag2NO3 masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambah 2-3 tetes H2SO4 6N
- Ditambah indicator FeCl3 1 ml
- Dititrasi dengan KCNS sampai titik akhir titrasi, yang
ditandai terbentuknya warna merah.

2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,00 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambah 15 ml AgNO3 standar, dicampur
- Ditambah 2-3 ml H2SO4 6 N
- Ditambah 1 ml indicator FeCl3
- Dititrasi dengan KCNS sampai titik akhir titrasi yang
ditandai terbentuknya warna merah

PERHITUNGAN
1. Standarisasi AgNO3 dengan KCNS
V1 x N1 = V2 x N2
2. Periksaan kadar
= (ml AgNO3 x N AgNO3)-(ml KCNS x NKCNS) x BA I
X 100 %

Volume sampel x 1000

CATATAN

DAFTAR
PUSTAKA
DISETUJUI

C. Pemeriksaan kadar Br- dalam KBr


I. PELAKSANA : Mahasiswa

II. METODE : Fayans

III. PRINSIP : Kadar Br dalam sampel ditentukan dengan titrasi


langsung dengan Larutan baku AgNO3 dan diasam kan dengan CH3COOH
4N. Dengan indicator eosin sampai terbentuk warna merah magenta
sebagai tanda dari titik akhir titrasi
IV. REAKSI : Br- + Ag AgBr putih kekuningan
AgBr + Eosin merah magenta

SAMPEL KBr

REAGENSIA
- AgNO3 0,01 N

- CH3COOH 4 N

-FeCl3

- KCNS

ALAT
- buret 50,0 ml

- pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml

- corong glass

- labu ukur 250 ml

-beaker glass 250 ml

- gelas ukur 250 ml


-pipet tetes

- statif

-botol semprot

- klem buret

-tissue

LANGKAH
KERJA 1. Standarisasi AgNO3

- Pipet 10,00 ml NaCl 0,01 n masukkan dalam


Erlenmeyer
- Tambah 2-3 ml K2CrO4 1 %
- Titrasi dengan AgNO3 sampai tanda merah bata
sebagai tanda titik akhir titrasi
- Hitung kadar normalitas AgNO3

2. Pemeriksaan kadar Br- dalam KBr

- Dipipet 10,00ml sampel masukkan dalam


Erlenmeyer
- Ditambah 2 ml CH3COOH 4 N
- Ditambah 5-10 tetes eosin

PERHITUNGAN 1. Standarisasi AgNO3 terhadap NaCl

V1 x N1 = V2 x N 2

2. Pemeriksaan kadar

%Br = Vp x Np x BA Br
X 100 %

Vol sampel x

Bila ada penetapan kadar sampel ditimbang, maka rumus yang


digunakan :

%Br = Vp x Np x BA Br
Mg sampel X P x 100 %
CATATAN

DAFTAR
PUSTAKA

DISETUJUI
INSTRUKSI No. IK
KERJA

Judul : Gravimetri No. Revisi

Tanggal 2021

Halaman

Pemeriksaan kadar Ba2+ dalam BaSO4.2H2O

I. PELAKSANA : Mahasiswa

II. METODE : Pengendapan (Gravimetri)

III. PRINSIP : Garam barium dilarutkan, diendapkan dengan


H2SO4membentuk endapan BaSO4, selanjutnya disaring, dicuci, dan
dikeringkan, kemudian dipijar.

IV. Reaksi : BaCl2 + 2H2O BaSO4 + 2HCl

SAMPEL BaCl22H2O

REAGEN - H2SO4 2N

- HCl 4N

-Aquadest
ALAT-ALAT - beaker glas
-erlenmeyer
- tanur- oven
- deksikator
-waterbath
- cawan krus
- tang krus
- neraca elektrik
- kertas saring

LANGKAH 1. Botol timbang yang telah dikeringkan pada oven pengering


KERJA 80ºC selama 20 menit (waktu mengeringkan botol maka tutup
botol dilepas), dinginkan dalam deksikator. Setelah dingin,
ditimbang dengan neraca analitik (tutup botol dipasang),
sebagai berat botol kosong.Catat beratnya.
2. Pengendapan
-Ditimbang 0,500 gram BaCl2, larutkan dalam 15 ml HCl 4N
-Ditambahkan 5 ml H2SO4 2N tetes demi tetes
-Ditambahkan aquadest yang telah dipanaskan, biarkan
mengendap
3. Penyaringan dan pencucian endapan
-Setelah diendapkan, saring dengan kertas Whatman
-Uji filtratnya dengan menambahkan H2SO4 tetes demi tetes
-Pindahkan kertas saring ke cawan krus yang telah
dikeringkan dan beratnya diketahui
-Masukkan pada oven temperature 100ºC selama 30 menit
4. Pengabuan dan penimbangan
-Masukkan cawan krus dengan kertas saring pada tanur suhu
800ºC selama 25 menit.
-Kemudian angkat dari tanur dan didinginkan dalam oven,
setelah dingin, masukkan dalam desikator selama 15 menit.
- Kemudian timbang sampai diperoleh berat konstan
PERHITUNGAN Penimbangan sebelum pemijaran

Berat krus + bahan ..................... = a gram

Berat krus kosong ...................... = b gram

Berat sampel .............................. = c gram

Penimbangan setelah pemijaran

Berat krus + endapan BaSO4

Penimbangan I ....................... = d gram

Penimbangan II ...................... = e gram

Berat rata-rata = d + e

= f gram

Berat endapan (g) = Berat rata-rata – berat krus kosong

Faktor Gravimetri (h)=ArBa2+

Mr BaSO4

% Ba2+ dalam sampel = g x h


X 100
c

CATATAN

DAFTAR
PUSTAKA

DISETUJUI
INSTRUKSI KERJA NO. IK

Judul : NO. REVISI


KOMPLEKSOMET
RI TANGGAL 2021

HALAMAN

Pemeriksaan kadar Zn2+ dalam ZnSO4.6H2O

I. PELAKSANA : Mahasiswa

II. METODE : Komplesometri

III. PRINSIP : Kadar Zn2+ ditentukan secara langsung dengan titrasi


kompleksometri pada pH 10 dengan indicator EBT,
terjadinya warna biru sebagai tanda tercapai titik akhir
titrasi.

IV. REAKSI : Zn2+ + indicator EBT ZnEBT (warna larutan


ungu)
Zn EBT + EDTA ZnEDTA indicator EDTA
(biru)

SAMPEL ZnSO4.6H2O

REAGENSIA - Larutan EDTA 0,1M;

- larutan CaCl2 0,1 M;


- Buffer pH 10;

- Indikatot EBT

- Buret+statif
ALAT-ALAT
- Erlenmeyer

- Beaker glass

- Corong glass

- Pipet ukur

- Pipet volume

1. Pembuatan larutan EDTA 0,1M


LANGKAH
Ditimbang secara seksama 37,2300gram serbuk EDTA yang
KERJA
telah dikeringkan, larutkan dengan air suling (aquadest) dan
encerkan sampai 1 liter dalam labu ukur.

2. Standarisasi larutan EDTA dengan larutan CaCl2


- Dipipet 10,0 ml CaCl2 masukkan ke Erlenmeyer
- Ditambahkan 3 ml buffer pH 10 + indicator EBT, titrasi
dengan larutan EDTA sampai tercapai TAT yang ditandai
terbentuknya perubahan warna dari ungu menjadi biru.

Atau dengan cara:


- Ditimbang secara selisih CaCl2 111 mg, masukkan ke
Erlenmeyer + aquadest 10 ml + buffer pH 10 sebanyak 3 ml
+ indicator EBT, kemudian titrasi dengan larutan EDTA
hingga terbentuk perubahan hingga terbentuk perubahan
warna dari warna ungu menjadi biru.

Rumus M EDTA = mg CaCl2

Mr CaCl2 x Volume (ml) EDTA


3. Pembuatan indicator Eriocom Black T (EBT)

- Ditimbang 100 mg serbuk zat warna EBT, 10 gr Kristal


NaCl atau Kristal Na2SO4 anhidrat. Kedua zat tersebut
dicampur dengan cara digerus dalam mortar sampai halus,
(indicator telah siap dipakai)

- Untuk satu kali titrasi digunakan 100 mg atau satu ujung


spatel ( sendok tanduk)

4. Pembuatan larutan buffer pH 10

- Kedalam 142 ml ammonia pekat (NH4OH)p, tambahkan


17,5 gr Kristal NH4Cl p.a

- Kemudian encerkan dengan aquadest sampai 250 ml

2+
5. Penetapan kadar Zn dalam ZnCl2.6H2O

- Dipipet 10,00 ml ZnCl2 masukkan ke Erlenmeyer + larutan


buffer pH 10 sebanyak 3 ml + indicator EBT. Kemudian
titrasi dengan larutan EDTA sampai tercapai TAT yang
ditandai perubahan warna ungu menjadi biru.

1. Standarisasi
PERHITUNGAN
V1 x N1 = V2 x N2

2. Penetapan kadar

% Zn = Mp x Vp x Ar Zn
X 100 %
Vs x 1000
Keterangan :

Mp = Molaritas peniter

Vp = Volume peniter

Vs = Volume sampel

Pengaruh pH:
CATATAN
Pada harga pH terlalu rendah, akan terjadi kompetisi antara H+
dan M (ion logam), sedangkan pada pH terlalu tinggi
kemungkinan terjadi kompleks logam hidrokso kompleksonat,
atau mungkin juga terbentuk reaksi substitusi (hidrolisis
sempurna).

Pengaruh liganda-liganda lain:


Adanya liganda lain akan menyebabkna reaksi pembentukan
komplesonat bergeser kekiri, artinya tidak menghasilkan produk
atau proses reaksi tidak berjalan.

DAFTAR
PUSTAKA

DISETUJUI
INSTRUKSI NO. IK
KERJA

Judul : Nitrimetri NO. REVISI

TANGGAL 2021

HALAMAN

Pemeriksaan Kadar Klorampenikol

I. PELAKSANA: Mahasiswa

II. METODE : Nitrimetri

III. PRINSIP : Zat jiu dalam sausan aklorida, lau dititrasi perlahan-
lahansambildiaduk ( sebaliknya dengan pengaduk magnet )
pada suhu dibawah 15°C dengan memberikan indikator dalam,
maka titik akhir titrasi dapat tercapai apabila terjadi warna biru
seketika dan hal itu dapat ditunjukan kembali setelah dibiarkan
1 menit .

IV. REAKSI : -

SAMPEL Klorampenikol

- Lartan HCl ( p )
REAGENSIA
- Larutan NaNO2 0,1 M

- Indikator dalam ( campuran methylen blue + Tropeolin – OO)


- Buret
ALAT-ALAT
- statif

- Erlenmeyer

- Beaker glass

- Corong glass

- Pipet ukur

- Pipet volume

1. Pembuatan larutan NaNO2 0,1 M


LANGKAH
KERJA - Ditimbang 7,5 g NaNO2 kemudian dilarutkan dalam air
aquadest sampai add 1000 ml .

2. Standarisasi Larutan NaNO2

- Timbang 0,500 g slfalamida yang sebelmnya telah


dikeringkan pada suhu 150°C selama 3 jam, masukan ke
dalam gelas kimia .

- Tambahkan 50 ml air dan 5 ml asam klorida, aduk hingga


larut,dinginkan pada sh 15°C dengan menambahkan 25 g (
pecahan es ), kemudian tambahkan indikator dalam 2-3 tetes
.

- Titrasi perlahan-lahan dengan lartan NaNO2 hingga


kelebihan 1 tetes larutan NaNO2 segera memberikan warna
biru tersebut dapat ditunjukan lagi setelah larutan dibiarkan
selama 1 menit .

3. Penetapan Kadar

- Ditimbang 0,5 g klorampenikol secara seksama, masukan ke


erlenmeyer kemudian ditambahkan 20 ml HCl p + 5 g sebuk
Znsedikit demi sedikit, + 15 ml HCl p lagi, kemudian
biarkan 1 menit.

- Kemudian setelah 1 jam, disaring dengan menggunakan


kertas saring, dan air suling sebanyak 3 kali tiap penyaringan
dengan 5 ml air suling,kemudian didinginkan pada sh 15°C,
tambahkan indikator dalam 2-3tetes .

- Selanjutnya dititrasi perlahan-lahan dengan NaNO20,1 M ,


pada suhutidak lebih dari 15°C hingga kelebihan 1 tetes
lartan NaNO2 segeramemberikan warna biru dan warna biru
tersebut dapat ditunjukan lagi setelah larutan dibiarkan
selama 1 menit .

PERHITUNGAN
1. Standarisasi untuk mengetahui Molaritas NaNO2 sebenarnya

% Kemurnian Sulfanilamid x bobot


Sulfanilamid

VxM=

100 x Mr Sulfanilamid ( 172,21 )

% Kemurnian Sulfanilamid x bobot


Sulfanilamid

M =

100 x Mr Sulfanilamid ( 172,21 ) x V

Ket :

M = Molaritas NaNO2

V = Volume NaNO2 yang terpakai

2. Penetapan Kadar

Mr x Vp x Mr Klorampenikol ( 323,13 )

= x 100 %

Vs x 1000

Keterangan :
Mp = Molaritas Peniter

Vp = Volume Peniter

Vs = Volume Sampel

Titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar amin primer


CATATAN aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium
dengan asam nitrit pada suhu dibawah 15°C. Untuk menjaga suhu
dibawah 15°C digunakan batu es atau alat sirkulator, bila suhu
diatas 15°C garam diazonim yang terbentuk akan terhidrolisa
menjadi fenol dan reaksi tidak berlangsung secara kuantitatif .

DAFTAR
PUSTAKA

DISETUJUI
INSTRUKSI KERJA NO.IK

NO. REVISI
JUDUL:
PEMERIKSAAN TANGGAL
TITRASI ASAM
HALAMAN
BASA –
NETRALISASI

A. PemeriksaankadarNatriumCarbonat ( Na2CO3)
I. PELAKSANA : Mahasiswa

II. PRINSIP: Reaksinetralisasiasambasa


Na2CO3 + HClNaCl + H2CO3

III. METODE : Asidimetri

SAMPEL Na2CO3

REAGENSIA - Na2B4O7 10 H2O Kristal

-. HCl 0,1 N

-Indikator MO 1%
ALAT-ALAT - buret - Pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml - Corong glass

- Labuukur 250 ml - Beaker glass 250 ml

- Gelasukur 250 ml - Pipet tetes

- Statif -Botolsemprot

- Klemburet - Tissue

LANGKAH KERJA 1. Standarisasi HCl

- Ditimbang 4,77 gr natrium borat, larutkan dalam 250


ml aquadest
- Dipipet 10,0 ml larutan tersebut masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator MO 1%
- Dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna
kuning menjadi merah jingga.
- Dicatat volume peniter yang terpakai, hitung
konsentrasi HCl tersebut dengan rumus pengenceran.

2. Penetapankadar Na2CO3
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator MO 1%
- Dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi merah jingga.
- Dicatat volume peniter yang terpakai, hitung kadar
natrium karbonat dalam sampel.

PERHITUNGAN  Standarisasi NaOH terhadap H2C2O4

V1 x N1= V2 x N2

 Pemeriksaan kadar

Vp x Np x BE CH3C
X 100
V sampel x 1000
CATATAN

DAFTAR PUSTAKA

DISETUJUI

B. Penetapankadarasamasetat (CH3COOH)

I. PELAKSANA: Mahasiswa

II. PRINSIP: Reaksi netralisasi asam basa


H2C2O4 + NaOH Na2C2O4 + H2O
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

III. METODE : Alkalimetri

SAMPEL CH3COOH

REAGENSIA - NaOH 0,1

- HC2O4 2H2O 0,100

- Indikatorpp 1%

ALAT-ALAT - buret

- Pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml

- Corong glass

- Labuukur 250 ml
- Beaker glass 250 ml

- Gelasukur 250 ml

- Pipet tetes

- Statif

-Botolsemprot

- Klemburet

- Tissue

LANGKAH KERJA 1. Standarisasi NaOH terhadap H2C2O4


- Dipipet 10,0 ml H2C2O4 kedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator pp 1%
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda
- Dicatat volume titer yang terpakai, hitung konsentrasi
NaOH dengan rumus pengenceran

2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator pp 1%
- Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan dari
tidak berwarna menjadi merah muda
- Dicatat volume titer yang terpakai, hitung kadar asam
asetat dalam sampel tersebut

PERHITUNGAN  Standarisasi NaOH terhadap H2C2O4

V1 x N1= V2 x N2

 Pemeriksaankadar

Vp x Np x BE CH3COOH
X 100
V sampel x 1000

CATATAN
DAFTAR
PUSTAKA

DISETUJUI
INSTRUKSI KERJA BAGIAN : LAB. KIMIA
ANALITIK
PENGGUNAAN
DESIKATOR BERLAKU : 2020

1. PEMAKAIAN ALAT:

1. Buka tutup desikator dengan cara menggeser tutupnya kesamping


2. Menaruh silika gel di bawah
3. Menaruh saringan yang terbuat dari porselin
4. Menaruh median di atas saringan
5. Sebelum menutup oleskan sedikit vaselin di bibir tutup
6. Menutup kembali tutup desikator sama seperti saat membukanya
7. Atur kran dan usahakan tidak ada udara di dalam desikator

2. SELESAI PEMAKAIAN

Dibersihkan desikator setelah habis pemakaian dan pastikan dalam tutup desikator
tersebut diberi vaselin secara meratajika silika gel sudah mengalami perubahan warna dari
aslinya (jenuh dengan air), keringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 derajat
selama beberapa jam, atau ganti dengan silika gel yang baru jika perlu.

3. PENYIMPANAN
Letakkan desikator di tempat yang rata dan hindari dari koncangan keras

DISIAPKAN DIKAJI ULANG DISAHKAN

INSTRUKTUR Ka. Sub Unit Lab Ketua Jurusan

................ ................. .................


INSTRUKSI KERJA BAGIAN : LAB. KIMIA
ANALITIK
PENGGUNAAN TANUR
BERLAKU : 2021

1. PEMAKAIAN ALAT
1. Pastikan cawan pengabuan tidak meleleh pada saat dipanasi
2. Masukan bahan kedalam cawan pengabuan
3. Buka pintu tanur dengan menarik tuas tanur
4. Masukkan cawan pengabuan yang terisi bahan kedalam tanur
5. Tutup pintu tanur
6. Pastikan kabel listrik tanur terhubung dengan sumber listrik
7. Hidupkan tanur dengan menekan tombol power ―ON‖
8. Atur (set) temperatur pengabuan yang diinginkan dengan menekan tombol
―SET‖
9. Setelah selesai pengabuan, matikan tanur dengan menekan tombol ―OFF‖
10. Biarkan beberapa waktu hingga temperatur tanur sama dengant
emperatur lingkungan
11. Keluarkan bahan dari dalam tanur
12. Pastikan kabel listrik tanur tidak terhubung dengan sumber listrik

4. SELESAI PEMAKAIAN
Setiap habis pemakaian tanur harus dibersihkan agar tanur tidak rusak dan bagian-
bagian dari tanur itu sendiri tidak berkarat. Membersihkannya dengan cara
mengelap seluruh bagian tanur dengan alkohol.
5. PENYIMPANAN
Letakkan Tanurdi tempat yang rata dan hindari dari goncangan yang bias
menyebabkan perubahan posisi tanur

DISIAPKAN DIKAJI ULANG DISAHKAN

INSTRUKTUR Ka. Sub Unit Lab Ketua Jurusan

................ ................. .................


INSTRUKSI KERJA BAGIAN : LAB. KIMIA
ANALITIK
PENGGUNAAN LEMARI
ASAM BERLAKU : 2021

1. PEMAKAIAN ALAT
1. Jangan menyimpan bahan kimia berdekatan di dalam lemari asam, jarak
minimalnya adalah 6 inci
2. Jangan biarkan jendela lemari asam terbuka, kecuali pada saat digunakan
3. Jangan gunakan karsinogen dalam lemari asam dengan kecepatan muka kurang
dari 150 fpm
4. Jangan meletakkan kepala Anda di dalam lemari asam
5. Jangan gunakan lemari asam sebagai lemari penyimpanan ekstra
6. Jangan bekerja di lemari asam yang penuh sesak, berantakan, atau
terkontaminasi oleh tumpahan kimia.

2. SELESAI PEMAKAIAN
Selesai pemakaian lemari asam ditutup rapat dan matikan sumber listrik yang
tersambung ke alat.
3. PENYIMPANAN
Demi menjaga keamanan pada saat menggunakan lemari asam kita harus menjaga
kebersihan lemari asam agar lemari asam selalu dalam keadaan bersih dan aman.
Berikut cara membersihkan tumpahan zat yang terdapat dalam lemari asam:

1. Periksa kebersihan lemari asam


2. Apabila ada tumpahan zat, amati jenis pereaksi (asam / basa)
3. Periksalah menggunakan kertas lakmus
4. Gunakan penetral

* Jika tumpahan asam, maka larutan penetralnya adalah natrium karbonat


* Jika tumpahan basa, maka larutan penetralnya adalah ammonium klorida

5. Lalu encerkan dengan air, dan lap.


DISIAPKAN DIKAJI ULANG DISAHKAN

INSTRUKTUR Ka. Sub Unit Lab Ketua Jurusan

................ ................. .................


INSTRUKSI KERJA BAGIAN : LAB. KIMIA
ANALITIK
PENGGUNAAN NERACA
ELEKTRIK BERLAKU : 2021

1. PEMAKAIAN ALAT
1. Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
2. Pastikan timbangan menunjukkan angka ‖nol‖( jika tidak perlu di koreksi).
3. Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
4. Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan
tersebut.
5. Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit,
karena hanya
dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan

Langkah kerja penimbangan yang meliputi:


a. Persiapan pendahuluan alat-alat penimbangan, siapkan alat dan zat yang akan
ditimbang, sendok, kaca arloji dan kertas isap. Pemeriksaan pendahuluan
terhadap neraca meliputi: periksa kebersihan neraca (terutama piring-piring
neraca), kedataran dan kesetimbangan neraca.
b. Penimbangan dapat dilakukan setelah diperoleh keadaan setimbang pada
neraca dan
timbangan pada posisi nol, demikian pula setelah penimbangan selesai posis
timbangan dikembalikan seperti semula.

2. SELESAI PEMAKAIAN
Dibersihkan alat-alat yang digunakan dan bagian dari neraca elektrik, seperti :
cawan arloji, spatula dsb. Neraca elektrik dibersihkan dengan tissue atau lap
bersih.
3. PENYIMPANAN
Sesudah bersih, alat ditutup dengan menggunakan pembungkus alat, diletakkan
di tempat yang tidak terkena cahaya matahari dan suhunya terjaga dengan baik
dan benar.
DISIAPKAN DIKAJI ULANG DISAHKAN

INSTRUKTUR Ka. Sub Unit Lab Ketua Jurusan

................ ................. .................


INSTRUKSI KERJA BAGIAN : LAB. KIMIA
ANALITIK
PENGGUNAAN
SPEKTROFOTOMETRI BERLAKU : 2021

1. AWAL PEMAKAIAN :

1. Buka plastik pelindung alat dan nyalakan mesin dengan menekan tombol ‗power‘
dibagian belakang mesin (tombol di sebelah kiri bawah).
2. Tunggu hingga 30 menit untuk memanaskan mesin sebelum dilakukan
pengukuran sampel.
3. Tekan tombol A/T/C, pilih absorbance (A).
4. Bersihkan cuvet dengan aquades, tiriskan dengan tisu hingga bagian dalam cuvet
tidak

mengandung aquades lagi.

5. Ukur absorbansi blanko dengan memasukkan larutan blanko ke dalam cuvet


(volume minimal hingga ¾ dari tinggi cuvet). Bersihkan bagian luar cuvet yang
transparan dari debu dan bekas jari tangan.
6. Masukkan cuvet ke dalam cell holder pada sample chamber. Cuvet harus
diletakkan hingga sampai dasar cell.
7. Tutup sample chamber
8. Tekan tombol untuk mengatur blanko pada konsentrasi 0
9. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan untuk mengukur sampel dengan
menekan tombol
10. Bersikan cuvet seperti pada metode no. 4
11. Siapkan sampel yang akan diukur, pastikan sampel homogen sebelum
memasukkan ke dalam cuvet.
12. Masukkan sampel ke dalam cuvet hingga volume minimal ¾ dari tinggi cuvet.
Pastikan bagian luar cuvet besih dari debu dan bekas jari tangan.
13. Masukkan cuvet ke dalam cell holder, tutup sample chamber
14. Baca absorbance-nya
15. Ambil sampel dari cuvet, bersihkan, dan ganti dengan sampel baru.
16. Jika pengukuran semua sampel sudah selesai, matikan mesin, bersihkan cuvet
dan tiriskan. Tutupkembali mesin dengan plastik.

PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT


A. Menghitung Absorbansi (A) Dan Persen Transmitansi (%T ) Co(H2o)62+
1. Lab virtual dibuka pada aplikasi media player kasik
2. Atur panjang gelombang pada 400 nm mengklik gambar
3. Atur absorbansi + 0 dengan mengklik gambar
4. Klik click here to open untuk mebuka penutup tempat kuvet.
5. Kuvet blanko diklik dan ditarik kedalam tempat kuvet yang ada pada spectronic 20
6. Klik click here close untuk menutup tempat kuvet
7. Klik gambar sampai A= 0
8. Klik here to open untuk membuka penutup tempat kuvet
9. Klik remove cuvette untuk mengeluarkan kuvet
10. Untuk mengganti larutan klik pada sampel Co(H2O)62+ dan tarik kedalam tempat
kuvet alat

spektronic-20
11. Klik click here close untuk menutup tempat kuvet
12. Catat absorbansi yang terbaca pada alat spektronic 20
13. Klik absorbansi A/T untuk mengukur %T
14. Ulangi langkah yang sama pada 410_550 (rentang 10)

B. Menghitung Absorbansi (A) Dan Persen Transmitansi (%T ) Cocl42-


1. Lab virtual dibuka pada aplikasi media player kasik
2. Atur panjang gelombang pada 450 nm mengklik gambar
3. Atur absorbansi + 0 dengan mengklik gambar
4. Klik click here to open untuk mebuka penutup tempat kuvet.
5. Kuvet blanko diklik dan ditarik kedalam tempat kuvet yang ada pada spectronic 20
6. Klik click here close untuk menutup tempat kuvet
7. Klik gambar sampai A= 0
8. Klik here to open untuk membuka penutup tempat kuvet
9. Klik remove cuvette untuk mengeluarkan kuvet
10. Untuk mengganti larutan klik pada sampel CoCl42- dan tarik kedalam tempat
kuvet alat

spektronic-20
11. Klik click here close untuk menutup tempat kuvet
12. Catat absorbansi yang terbaca pada alat spektronic 20
13. Klik absorbansi A/T untuk mengukur %T
14. Ulangi langkah yang sama pada 460_600 (rentang 10)

C. Membuat kurva kalibrasi


Kurva kalibrasi CO(H2O)62+
1. Buka aplikasi spektronik-20 pada media flash atau classic.
2. Mengatur panjang gelombang pada λmaks= 510 nm untuk larutan CO(H2O)62+.
3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
4. Drag blanko kedalam tempat kuvet.
5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
6. Klik gambar 0ABS 100%T.
7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkan kuvet.
9. Untuk mengganti larutan klik pada sampel CO(H2O)62+.
10. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan CO(H2O)62+ pada
konsentrasi pertama 0,002M.
11. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet.
12. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet.
13. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
14. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic-20.
15. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10-13 dengan mengatur rentang
konsentrasi 0,002M dengan menggeser tombol molarity mode.

Kurva kalibrasi COCI42-


1. Buka aplikasi spektronik-20 pada media flash atau classic.
2. Mengatur panjang gelombang pada λmaks= 510 nm untuk larutan COCI42-.
3. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
4. Drag blanko kedalam tempat kuvet.
5. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
6. Klik gambar 0ABS 100%T.
7. Klik click here to open untuk membuka tempat kuvet.
8. Klik remove cuvette untuk mengeluarkankuvet.
9. Klik molarity mode untuk mengatur konsentrasi larutan COCI42- pada konsentrasi
pertama 0,002M.
10. Klik click here to open untukmembuka penutup kuvet.
11. Drag kuvet larutan kedalam tempat kuvet.
12. Klik click here to close untuk menutup tempat kuvet.
13. Catat hasil absorbansi yang terbaca pada alat spektronic-20.
14. Ulangi prosedur kerja pada langkah nomor 10-13 dengan mengatur rentang
konsentrasi 0,002M dengan menggeser tombol molarity mode.

2.SELESAI PEMAKAIAN

Dibersihkan alat-alat yang digunakan dan bagian dari spektrofotometri,seperti :


kuvet, pipet tetes, dsb.

3.PENYIMPANAN
Sesudah bersih, alat ditutup dengan menggunakan pembungkus alat, diletakkan di
tempat yang tidak terkena cahaya matahari dan suhunya terjaga dengan baik dan
benar.

DISIAPKAN DIKAJI ULANG DISAHKAN

INSTRUKTUR Ka. Sub Unit Lab Ketua Jurusan

................ ................. .................


ALUR PENGGUNAAN LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

Mahasiswa / praktikan datang membawa


perlengkapan dan alat pelindung diri sesuai SOP

Persetujuan dari PJ Laboratorium / yang


mewakilinya untuk memasuki laboratorium.

Mengisi absen pratikum bagi mahasiswa dan


menunggu kehadiran dosen / pembimbing
pratikum

Mahasiswa mempersiapkan alat dan reagen yang


akan digunakan. Dan mengisi formulir
peminjaman alat.

Setelah selesai praktikum Mahasiswa / praktikan


wajib mengembalikan alat dalam keadaan baik /
bersih.

Mahasiswa / praktikan mengisi formulir


pengembalian alat.

Pengecekan kelengkapan alat oleh petugas Lab.

Merapikan alat dan reagen ketempat semula.

Mahasiswa / praktikan meninggalkan ruangan


dengan tertib.
ALUR PENGGUNAAN ALAT LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

Mahasiswa / praktikan menyerahkan surat izin


peminjaman (ttd Dosen Pengampu Mata Kuliah).

Persetujuan dari PJ Laboratorium / yang


mewakilinya.

Mengambil alat dengan diawasi petugas


Laboratorium.

Mahasiswa / praktikan meninggalkan KTM /


Kartu Identitas sebagai jaminan.

Setelah selesai praktikum Mahasiswa / praktikan


wajib mengembalikan alat dalam keadaan baik /
bersih.

Mahasiswa / praktikan mengisi formulir


pengembalian alat.

Pengecekan kelengkapan alat oleh petugas Lab.

Merapikan alat ketempat semula.

Mengambil KTM/Kartu Identitas.

Mahasiswa / praktikan meninggalkan ruangan


dengan tertib.
FORMULIR PEMASUKAN / PENERIMAAN ALAT LABORATORIUM

Program Studi : .........................................


Jurusan : .........................................
Tahun : .........................................

No Nama Alat Spesifikasi Tanggal Jumlah Keterangan


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Penanggung Jawab Laboratorium

(..........................................)

Keterangan :
(1) Isi no urut sesuai tanggal penerimaan alat
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, ukuran bila ada
(4) Tulis tanggal penerimaan alat di Prodi / Jurusan
(5) Tullis nama alat yang diterima Prodi / Jurusan
(6) Tulis yang dianggap perlu misal kondisi alat ketika diterima
FORMULIR PEMINJAMAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

Nama :

NIM :

Semester :

Mengajukan peminjaman alat-alat laboratorium yang akan kami gunakan pada :

Hari/Tanggal :

Mata Kuliah :

NO Nama Alat Jumlah Keterangan

Atas pengajuan peminjaman alat-alat tersebut diatas, saya bertanggungjawab untuk


mengembalikan alat-alat tersebut setelah selesai dipergunakan dalam keadaan baik dan
lengkap. Kami akan mematuhi peraturan yang ada dilaboratorium.

Bandarlampung,… ............................... 2021

Yang Menyerahkan Alat Yang Meminjam Alat


Petugas Laboratorium Peminjam

(…………………………….) (……………………………..)
FORMULIR PENGEMBALIAN PERALATAN LABORATORIUM

Nama :
NIM :
Semester :

Kami mengenbalikan alat-alat laboratorium tepat waktu / terlambat…………..hari kerja


dengan jumlah yang lengkap/tidak lengkap, dalam kondisi baik, rusak. Saya bersedia
bertanggungjawab mengganti alat yang rusak / pecah dengan alat yang sama pada
tanggal……………….

NO Nama Alat Jumlah Keterangan

Bandarlampung,… ........................... 2021


Yang menerima alat Yang menyerahkan alat
Petugas laboratorium Peminjam

(……………………………) (…………………………..)
DAFTAR HADIR PRAKTIKUM

MATA KULIAH : KIMIA ANALITIK


KELAS : TINGKAT 3 PROGRAM SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
DOSEN PEMBIMBING : 1.
2.
3.

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Yoga Kurniawan

2 Berlian Sandy yoga

3 M. Agung Pratama

4 Elza Ramadanti

5 Mutiara Permata Sari

6 Putri Komala Sari

7 Shindi Oktaviani

8 Zulaicha Zain
9 Gustina Tri Andriyana

10 Selfy yohana parent

11 Evita Sari

12 Amelia Apriliani

Jumlah

Paraf dosen

Mengetahui
Kordinator Kimia Analitik

( )
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG Kode

Tanggal

Formulir Revisi

Berita Acara Perkuliahan Teori Halaman

DAFTAR HADIR PESERTA MATA KULIAH KIMIA ANALITIK


PROGRAM SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah :
Kode/SKS :
Pj. Mata Kuliah :
Tim Dosen : 1.
: 2.
: 3.

Kuliah Tanggal Pukul Materi Jumlah Nama Dosen Paraf Ket


Hadir
Mg ke Mulai Berakhir Mahasiswa Dosen Wakil
Mhs

2
3

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI Kode

Tanggal

Formulir Revisi

Berita Acara Perkuliahan Teori Halaman

Kuliah Tanggal Pukul Materi Jumlah Hadir Nama Dosen Paraf Ket
Mahasiswa
Mg ke Mulai Berakhir Dosen Wakil
Mhs

8
UTS
9

10

11

12

POLTEKKES TANJUNGKARANG KEMENKES RI Kode

Tanggal

Formulir Revisi

Berita Acara Perkuliahan Teori Halaman

Kuliah Tanggal Pukul Materi Jumlah Hadir Nama Dosen Paraf Ket
Mahasiswa
Mg ke Mulai Berakhir Dosen Wakil
Mhs

13

14
15

16 UAS

Bandar Lampung, 04 Maret 2021


Mengetahui, Koordinator Akademik,
Ketua Prodi Teknologi Laboratorium Medis
JADWAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK TINGKAT 3 SEMESTER 6
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

NO HARI / WAKTU MATERI KELOMPOK DOSEN


TANGGAL

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19
20

21

22

23

24

25

Mengetahui,

Kepala Jurusan Dosen Penanggung Jawab

(......................................) (.......................................)
EVALUASI DAN MONITORING PEMBELAJARAN
DI LABORATORIUM

Nama Mata Kuliah : Kimia Analitik


Semester II
Nama Dosen : Rodhiansyah DJS, S.Pd., M.Si.
NO PERNYATAAN SJ J C B SB
Datang tepat waktu (toleransi 15
1.
menit)
Penampilan pemberi kuliah menarik /
2.
sopan
Membuat satuan acara perkuliahan
3. yang membuat langkah-langkah
pembelajaran
Membuat bahan ajar dari makalah /
4.
diktat / transparan, dll.
5. Mencapai tujuan belajar
6. Memilih alat bantu yang diperlukan
Penyampaian materi dalam proses
7.
pembelajaran tepat waktu
a. Penyampaian materi sesuai
dengan tujuan pembelajaran
b. Melibatkan peserta didik dalam
proses pembelajaran
c. Penggunaan metode sesuai
dengan metode pembelajaran
yang tertuang dalam GBPP
d. Penggunaan alat bantu sesuai
dengan tujuan pembelajaran
yang tertuang dalam GBPP
8. Melakukan evaluasi pada akhir sesi
KETERANGAN :
SJ : Sangat Jelek,, J : Jelek, C : Cukup, B : Baik, SB : Sangat Baik
FORMULIR STOK OF NAME

BAHAN HABIS PAKAI LABORATORIUM

Prodi : DIV

Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis

Tahun 2021

I. KELOMPOK 10

KONDISI

NAMA
NOMOR SPESIFIKASI JUMLAH KET
BAHAN
BAIK RUSAK
EXPIRE
D

II. KELOMPOK 10
KONDISI
NAMA
NOMOR SPESIFIKASI JUMLAH KET
BAHAN
BAIK RUSAK EXPIRED

Penanggung Jawab Laboratorium

(… .......................................... )
TABEL
KARTU / BUKU PENCATATAN ALAT DAN BAHAN

Nama alat :

Spesifikasi :

Nama pabrik/perusahaan :

Kode pabrik/perusahaan :

Masuk Keluar

Tangga Banyak/Bua Banyak/Bu Sisa Ket.


Tanggal
l h ah

CATATAN : Kolom keterangan diisi dengan uraian singkat tentang kondisi


alat/bahan yang bersangkutan

Mengetahui

Ka. Sub unit laboratorium PJ Laboratorium

(………………………) (………………………)
TABEL

FORMULIR USULAN PERMINTAAN BHP LABORATORIUM

Prodi/Jurusan : DIV / Teknologi Laboratorium Medis

Tahun 2021

No. Nama BHP lab Spesifikasi Kemasan Jumlah Ket.

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Sekjur/ Kajur Ka. Sub unit lab

(………………………) (……………………..)

KETERANGAN :

(1). Tulis nomor urut BHP laboratorium

(2). Tulis nama BHP laboratorium

(3). Tulis spesifikasi dari BHP laboratorium

(4). Tulis satuan dari kemasan

(5). Tulis jumlah pesanan

(6). Tulis informasi yang diperlukan


TABEL

FORMULIR DAFTAR ALAT LABORATORIUM

Prodi : DIV

Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis

Tahun 2021

Kelompok Alat :……………….

Kondisi
No Nama alat Spesifikasi Jumlah KETERANGAN
BAIK RUSAK

Kelompok Alat:………………

Kondisi
No Nama alat Spesifikasi Jumlah KETERANGAN
BAIK RUSAK

Ka.Sub unit laboratorium PJ lab / penunjang lab

(…………………………) (…………………………)

Keterangan:
- Pengelompokan alat dibuat berdasarkan kesepakatan PJ laboratorium / penunjang lab
dengan Ka sub unit laboratorium
- Kelompok alat dapat berdasarkan jenis lab yang berada di Jurusan/Prodi
1. lsi no. urut alat laboratorium dalam kelompok
2. lsi nama alat diurut sesuai abjad
3. lsi spesifikasi alat seperti merk, tipe atau ukuran jika ada
4. Tulis jumlah seluruh alat yang rusak dan yang baik
5. Tulis jumlah alat dengan kondisi baik
6. Tulis jumlah alat dengan kondisi rusak (alat yang rusak masuk ke formulir catatan alat
rusak)
7. lsi keterangan yang diperlukan misal : "perbaikan cito" untuk alat yang perlu segera
diperbaiki
TABEL
FORMULIR PEMASUKAN/PENERIMAAN ALAT LABORATORIUM

Prodi : Program Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis

Tahun 2021

No Nama alat Spesifikasi Tanggal Jumlah Keterangan

PJ lab/penunjang lab

(… ..................................)

Keterangan:

('1) Tulis no urut sesuai tanggal penerimaan alat


(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, uuran bila ada
(4) Tulis tanggal penerimaan alat di prodi/ Jurusan
(5) Tulis nama alat yang diterima prodi/ Jurusan
(6) Tulis yang dianggap pertu misal kondisi alat ketika diterima
TABEL
FORMULIR CATATAN LABORATORIUM RUSAK

Prodi : Program Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis

Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis

Tahun 2021

No Nama Spesifikasi Jumlah Uraian kerusakan keterangan


alat

PJ lab/penunjang lab

(…………………………)

Keterangan:

(1) Tulis no urut


(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat
(4) Tulis jumlah alat yang rusak
(5) Tulis secara rinci uraian kerusakan alat
(6) Tulis hal yang perlu misalnya sudah berapa lama alat tersebut
tidak berfungsi atau perlu diprioritaskan untuk diperbaiki
TABEL
REKAPITULASI ALAT LABORATORIUM
Kelompok alat :...................................................................

Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
Alat

Baik Rusak

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kelompok alat :....................................................................

Nama
No Spesifikasi Jumlah Kondisi Keterangan
Alat

Baik Rusak

Sekjur/Kajur Ka. Sub unit lab

(......................................) (.......................................)

Keterangan :

(1) Tulis no urut


(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama Spesifikasi alat seperti merk, tipe, ukuran bila ada
(4) Tulis Jumlah semua alat dengan kondisi baik dan rusak
(5) Tulis jumlah alat dengan kondisi baik
(6) Tulis jumlah alat dengan kondisi rusak
(7) Tulis nama laboratorium tempat alat tersebut berada
TABEL
FORMULIR USULAN PEMELIHARAN ALAT LABORATORIUM

Prodi : Program Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis


Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis
Tahun 2021

No Nama alat Spesifikasi Jumlah Uraian Keterangan


Kerusakan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Sekjur/Kajur Ka. Sub unit lab

(....................................) (..................................)

Keterangan :
(1) Tulis no urut
(2) Tulis nama alat
(3) Tulis nama spesifikasi alat seperti merk, tipe, ukuran, bila ada
(4) Tulis jumlah alat yang rusak/kurang berfungsi dengan baik
(5) Tulis uraian tentang kerusakan alat
(6) Tulis informasi penting seperti usulan rekanan untuk perbaikan/pemeliharaan alat
yang diprioritaskan untuk pemeliharaan alat
(7) Tulis nama laboratorium tempat alat tersebut berada
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK

Disusun :

1. Yoga Kurniawan 1813353034


2. Muhammad Agung Pratama 1813353048
3. Berlian Sandi Yoga 1813353017
4. Mutiara Permata Sari 1813353010
5. Amelia Apriliani 1813353030
6. Gustina Tri Andriyana 1813353041
7. Zulaicha Zain 1813353024
8. Selfy Yohana Parent 1813353037
9. Shindi Oktaviani 1813353049
10. Evita Sari 1813353029
11. Putri Komala Sari 1813353031
12. Elza Ramadanti 1813353019

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‘ala, atas

rahmat dan izinNya Penuntun Praktikum Kimia Analitik dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Penuntun praktikum ini dimaksudkan untuk dipergunakan sebagai pegangan

bagi mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan dalam melakukan praktikum mata kuliah

Kimia Analitik

Penuntun praktikum ini disusun dengan tujuan untuk memberikan petunjuk

kepada mahasiswa dalam melakukan pekerjaan dilaboratorium, sebagai dasar untuk

melakukan penelitian yang berhubungan dengan penyelesaian studi ataupun tugas

penelitian lainnya.

Penuntun ini akan diuji-cobakan kepada mahasiswa dan apabila praktikum ini

dalam pelaksanaanya tidak mencapai sasaran yang diinginkan maka penuntun ini akan

disempurnakan kemudian.

Kami sadar sepenuhnya bahwa penuntun ini masih banyak kekurangannya dan

dengan segala kerendahan hati, untuk tujuan penyempurnaan tersebut kami

membutuhkan kritik dan saran membangun dari semua pihak. Besar harapan kami

mudah-mudahan penuntun ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 04 Maret 2021

Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa berpakaian sopan, tidak: oblong/t-shirt, baju ketat, sandal jepit pada
waktu mengikuti praktikum.
2. Pada saat praktikum wajib mengenakan jas lab dan membawa penuntun praktikum.
3. Pada waktu praktikum semua handphone harus dalam keadaan mati/silent.
4. Mahasiswa wajib menjaga kebersihan alat-alat maupun ruangan laboratorium
selama mengikuti praktikum.
5. Keterlambatan masuk praktikum hanya diijinkan maksimal 15 menit dari jadwal.
Lewat dari batas tersebut mahasiswa boleh masuk tapi tidak mendapat presensi
kecuali dengan alasan yang jelas dan tepat.
6. Tidak diperkenakan melakukan keributan di Laboratorium dalam bentuk apapun
selama praktikum.
7. Bila berhalangan, maka mahasiswa diwajibkan memberi keterangan tertulis/surat
keterangan dokter. Surat keterangan tersebut harus diserahkan selambat-
lambatnya sebelum praktikum dimulai. Bila tidak, dianggap tidak ikut praktikum
dan pada sesi tersebut diberi nilai nol.
8. Bagi mahasiswa yang berhalangan diberikan satu kali waktu praktikum khusus
setelah semua percobaan selesai dengan sepengetahuan dan seijin dosen
pengampu mata kuliah ini.
9. Mahasiswa wajib membuat laporan sementara yang diberi paraf/Acc oleh
dosen/asisten dosen.
10. Laporan Praktikum disetorkan paling lambat 1 minggu setelah praktikum
dilakukan yang sesuai dengan topik yang dipraktikumkan atau sebelum
praktikum selanjutnya dilakukan.
11. Penilaian praktikum meliputi
a. Pre/post- test (30 %)
b. Praktikum harian (70%)
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM

I. PENDAHULUAN

II. TUJUAN

III. TINJAUAN PUSTAKA (Sesuaikan dengan ndic praktikum)

IV. METODELOGI

4.1. Bahan-bahan

4.2. Alat-alat

4.3. Cara Kerja

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

VI. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN (foto-foto dan laporan sementara)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
TATA TERTIB
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
MATERI
I. Analisa Volumetri… ................................................. 4
II. Gravimetri… ............................................................. 8
III. Titrasi Asam Basa ..................................................... 12
IV. Titrasi Pengendapan – Argentometri… .................... 20
V. Kompleksometri… .................................................... 30
VI. Permanganometri… .................................................. 34
VII. Iodometri dan Iodimetri ............................................ 42
VIII. Nitrimetri… ............................................................... 53
IX. Titrasi Bebas Air… ................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

74
PENDAHULUAN

Kimia analisa adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang
cara-cara mengenal (mengidentifikasi) dan pemeriksaan kadar suatu zat.
Kimia analisa dapat dibagi menjadi:

1. Kimia Analisa Kualitatif


1.1. Cara Fisika
1.1.1. Organoleptik
1.1.2. Tetapan Fisika
1.1.3. Mikroskopi
1.2. Cara Kimia
2. Kimia Analisa Kuantitatif
2.1. Analisa Volumetri
2.2. Analisa Gravimetri
2.3. Analisa Instrumen

Kimia Analisa Kualitatif

Disini dipelajari cara – cara mengidentifikasi suatu zat. Dengan melakukan


analisa kualitatif, kita dapat menjawab pertanyaan ―apa‖ terhadap jenis zat
yang kita periksa.

Analisa kualitatif meliputi cara-cara :

1. Organoletik
Dengan cara ini suatu zat dapat dikenal berdasarkan sifat-sifat
fisikanya. Yaitu hanya dengan menggunakan pancaindra seperti
mata ( bentuk dan warna ), hidung (bau), jari tangan atau lidah
(rasa). Identifikasi positif harus dilanjutkan dengan cara yang
benar.
2. Tetapan fisika
Kemurnian suatu zat dapat diketahui dengan jalan mengukur
tetapan fisikanya seperti kelarutan, titik lebur, titik didih, bobot

75
jenis, indek bias, rotasi jenis kekentalan dan sebagainya.Masing
– masing tetapan ini adalah karakteristik bagi zat yang
bersangkutan.
3. Mikroskopi
Serbuk yang halus atau bentuk Kristal sering mudah dikenal
dengan menggunakan mikroskop.Misalnya, butir-bitur pati
seperti pati beras, kentang, jagung dan pati lainnya mudah
dibedakan apabila dilihat dibawah mikroskop.
4. Cara kimia
Dengan pereaksi tertentu, suatu zat dapat memberikan reaksi
yang spesifik seperti pembentukan gas, endapan, warna atau
perubahan-perubahan tertentu apabila ia dibakar misalnya,
karbonat dengan asam akan membetuk gas CO2 yang
mengeruhkan air kapur.

Kimia Analisa Kuantitatif

Pada analisa kuantitatif dipelajari tentang cara-cara penetapan kadar suatu


zat. Dengan demikian kitaakan dapat menjawab pertanyaan ―berapa‖
terhadap kadar atau konsentrasi zat yang diperiksa.

Dalam buku petunjuk praktikum ini yang dibahas adalah Analisa


Kuantitatif meliputi Analisa Gravimetri dan Volumetri.

Analisa Volumetri terdiri dari:

- Titrasi asam basa ( Asidi Alkalimetri)


- Titrasi pengendapan (Argentometri)
- Kompleksometri
- Permanganometri
- Iodometri dan Iodimetri
- Nitrimetri
- Titrasi bebas air

76
I. ANALISA VOLUMETRITIK:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Analisa Volumetri
2. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam Titrimetri
3. Mahasiswa mampu membedakan larutan baku primer dan sekunder
4. Mahasiswa mampu menjelaskan titik ekivalen dan titik akhir titrasi

1.1. Dasar teori

Analisa volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar komposisi dari


zat uji ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi diketahui) yang
ditambah kedalam larutan zat uji, hingga komponen yang akan ditetapkan
bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses tersebut dikenal
dengan nama titrasi. Oleh karena itu analisa volumetric disebut juga analis
titrimetric.

Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisa titrimetric apabila memenuhi
persyaratan berikut:

1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam


waktu yang tidak lama
2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti sehingga didapat
kesetaraan yang pasti dari reaktan.
3. Reaksi harus berlangsung sempurna

Pereaksi yang digunakan dinamakan titran dan larutannya disebut larutan titer dan
larutan baku. Konsentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat baku yang
ditimbang seksama atau dengan penetapa yang dikenal dengan standarisasi atau
pembakuan.

1.2. Klasifikasi Titrasi.


Metode titrimetric dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara
tergantung dari aspek yang ditonjolkan dari titrasi tersebut :
1. Berdasarkan macam dari reaksi :
1.1.Titrasi asam –basa
1.2.Titrasi redoks

77
1.3. Titrasi pengendapan
1.4.Titrasi kompleksometri
2. Berdasarkan titran yang dipakai :
2.1.Asidimetri
2.2.Alkalimetri
2.3.Permanganometri
2.4.Argentometri
2.5.Iodometri dan Iodimetri
2.6.Nitrimetri
2.7.Titrasi bebas air
3. Berdasarkan cara penetapan titik akhir titrasi
3.1.Titrasi visual
3.2.Titrasi elektrometrik
3.3.Titrasi fotometrik
4. Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji
4.1.Titrasi makro
4.2.Titrasi semimikro
4.3.Titrasi mikro

Disamping itu, berdasarkan pelarut yang digunakan dikenal titrasi bebas air (
titrasi non aqua). Berdasarkan teknis pelaksanaan dikenal titrasi langsung, titrasi
blangko dan titrasi kembali.Titrasi langsung dimana zat uji dititrasi langsung
dengan larutan titer.Titrasi balngko dilakukan untuk mengurangi kesalahan yang
disebabkan oleh pereaksi, pelarut atau kondisi percobaan. Prosedurnya sama
dengan titrasi terhadap zat uji, namun tanpa menggunakan zat uji.

Titrasi kembali dilakukan untuk reaksi titrasi yang berlangsung agak lambat,
apabila dengan penambahan titran tetes demi tetes untuk mengatasi hal ini, titer
ditambahkan berlebih, kemudian kelebihannya dititrasi dengan titran yang cocok.

1.3 Pembakuan dan Larutan Baku

Bila suatu larutan titer dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti( missal
mengandung air dengan perbandingan yang berubah-ubah . menyerap CO2,

78
Higroskopik). Maka konsentrasi larutan yang didapat belum dapat dinyatakan
dengan pasti.Oleh karena itu untuk menyatakan konsentrasi dengan keakuratan
sampai 4 angka yang berarti, maka larutan tersebut harus dibakukan, pembakuan
selanjutnya dilakukan secaraberkala selama penyimpanan.

Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut baku primer.
Disamping itu pula pembakuan dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan
yang sudah dibakukan (baku sekunder)

Larutan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan
cara penimbangan zat yang seksama atau teliti dan dilarutkan secara teliti.

Contoh: Kalium biftalat, Na2CO3, Natrium tetraborat, asam oxalate, NaCl,


CaCO3, Kalium bikromat, As2O3, asam benzoate, sulfanilamide, dan lain-lain.

Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan
cara dibakukan terlebih dahulu dengan larutan baku primer.

Contoh: NaOH, H2SO4, I2, Na2S2O3, NaNO2, Na2-EDTA, dan lain-lain.

Baku primer harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu seperti:

1. Murni atau mudah dimurnikan, dengan kemurnian yang diketahui (


sebaiknya 100% atau mendekati angka itu )
2. Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometrik sehingga dapat
dicapai dasar perhitungan.
3. Mudah ditangani (tidak higroskopik atau dipengaruhi udara).
4. Mempunyai bobot ekivalen yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan
kecil.
5. Mudah di dapat.

1.4 Titik ekivalen dan titik akhir titrasi


Saat dimana komponen zat uji tepat habis bereaksi dengan titran dinamakan titik
ekivalen.Dalam praktek, untuk menetapkan dengan instrument.

79
Untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indicator. Indicator ini seyogyanya
mengalami perubahan yang dapat dilihat ( perubahan warna ) tetap pada titik
ekivalen dalam batas-batas kesalahan yang dapat diterima.
Perubahan warna indicator pada titrasi dinamakan titik akhir titrasi
Pada titrasi tertentu ( permanganometri) titik akhir ditetapkan dari perubahan
warna system titrasi itu sendiri sehinga tidak diperlukan lagi penambahan
indicator. Karena itu titrasi disebut juga titrasi dengan menggunakan
autoindikator.

80
II. GRAVIMETRITIK :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan metode gravimetric
2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip analisa gravimetric
3. Mahasiswa mampu melakukan proses pengendapan, penyaringan,
pencucian, pengabuan, penimbangan.
4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kadar secara gravimetric

2.1 Dasar teori

Analisis gravimetric adalah analisa kuantitatif dimana kadar komponen zat uji
ditetapkan berdasarkn penimbangan-penimbangan sebelum dan sesudah zat uji
mengalami suatu proses pemisahan.

Berdasarkan proses pemisahan tersebut maka dikenal 4 macam metode penetapan


gravimetric:

1. Metode Pengendapan
2. Metode Evolusi
3. Metode Penyarian
4. Metode Elektrogravimetri

Metode Pengendapan

Dengan cara ini zat uji yang telah ditimbang seksama, dilarutkan. Lalu komponen
yang akan ditetapkan, diendapkan dengan pereaksi. Endapan yang terjadi
kemudian dipisahkan dengan penyaringan, lalu dimurnikan dengan pencucian,
lalu ditimbang hingga bobot tetap. Yang dimaksud bobot tetap adalah beratpada
penimbangan setelah zat dikeringkan selama 1 jam tidak berbeda 0,2 mg dari
berat zat pada penimbangan zat sebelumnya.

Endapan yang terjadi pada analisa gravimetric dimurnikan pada proses pencucian.
Beberapa proses yang dapat mengakibatkan pengotoran endapan pada analisa
gravimetric antara lain: Kopresipitasi ( larutan padat, adsorbs,oklusi) dan
pospresipitasi.

81
Kopresipitasi adalah ikut mengendapnya dua atau lebih zat dalam waktu yang
sama. Misalnya penambahan larutan AgNO3 kedalam larutan yang mengandung
NaCl dan NaBr, maka akan menghasilkan endapan AgCl dan AgBr.

Larutan padat adalah dua zat padat larut satu sama lain membentuk larutan
padat. Keduanya dapat membentuk Kristal campuran dimana zat yang satu berada
dalam kisi Kristal yang lain, misalnya ion kromat dan sulfat mempunyai struktur,
ukuran, muatan, dan konfigurasi electron yang serupa, sehingga endapan BaSO4
akan berwarna kuning apabila diendapkan dari larutan yang juga mengandung
kromat.

Adsorbsi. Pada permukaan dari partikel endapan, terdapat gugusan aktif yang
dapat menarik dan mengikat zat yang sebenarnya tidak dapat mengendap.Tentu
saja pengotoran ini menambah bobot yang tidak sebenarnya dari endapan, namun
pengotoran (adsorbsi) mudah dihilangkan dengan pencucian.

Oklusi adalah ikut mengendapnya kotoran yang kontaminasi larutan yang terlalu
jenuh.Tujuan pencucian pengendapan adalah menghilangkan pengotor-pengotor
endapan. Teknik pencucian yang baik adalah:

a. Memasukkan cairan pencuci kedalam penyaring sampai sedikit diatas


endapan, kemudian cairan dibiarkan melewati kertas saring sampai habis,
setelah habis baru ditambahkan cairan untuk pencucian berikutnya.
Demikian sampai endapan bersih dan dikerjakan berulangkali.
b. Dengan cara dekantasi. Endapan dan cairan pencuci diaduk dan dibiarkan
mengendap. Setelah mengendapkan cairan, lalu dituang kedalam
penyaring, endapan dibiarkan didalam gelas piala, tambahkan lagi cairan
pencuci, diaduk, dibiarkan mengendap. Kemudian cairan diatas endapan
dituang kedalam penyaring sampai habis. Pekerjaan ini diulang berkali-
kali sampai endapan bersih. Baru yang terakhir endapan dipindahkan
secara kuantitatif kedalam penyaring.

82
2.2. Pemeriksaan kadar Ba2+ dalam BaSO4.2H2O
2.2.1. Metode : Pengendapan (Gravimetri)
2.2.2. Prinsip : Garam barium dilarutkan, diendapkan dengan
H2SO4membentuk endapan BaSO4, selanjutnya disaring,
dicuci, dan dikeringkan, kemudian dipijar.
2.2.3. Reaksi : BaCl2 + 2H2O BaSO4 + 2HCl
2.2.4 Alat-alat : - gelas piala -erlenmeyer - tanur
- oven - deksikator -waterbath
- cawan krus - tang krus
- neraca elektrik - kertas saring
2.2.5. Bahan-bahan : BaCl22H2O, H2SO4 2N, HCl 4N,aquadest
2.2.6 Prosedur kerja :
1. Botol timbang yang telah dikeringkan pada oven pengering 80ºC selama
20 menit (waktu mengeringkan botol maka tutup botol dilepas),
dinginkan dalam deksikator. Setelah dingin, ditimbang dengan neraca
analitik (tutup botol dipasang), sebagai berat botol kosong.Catat
beratnya.
2. Pengendapan
-Ditimbang 0,500 gram BaCl2, larutkan dalam 15 ml HCl 4N
-Ditambahkan 5 ml H2SO4 2N tetes demi tetes
-Ditambahkan aquadest yang telah dipanaskan, biarkan mengendap
3. Penyaringan dan pencucian endapan
-Setelah diendapkan, saring dengan kertas Whatman
-Uji filtratnya dengan menambahkan H2SO4 tetes demi tetes
-Pindahkan kertas saring ke cawan krus yang telah dikeringkan dan
beratnya diketahui
-Masukkan pada oven temperature 100ºC selama 30 menit
4. Pengabuan dan penimbangan
-Masukkan cawan krus dengan kertas saring pada tanur suhu 800ºC
selama 25 menit.
-Kemudian angkat dari tanur dan didinginkan dalam oven, setelah
dingin, masukkan dalam desikator selama 15 menit.

83
- Kemudian timbang sampai diperoleh berat konstan

2.2.7. Perhitungan Kadar :

Penimbangan sebelum pemijaran

Berat krus + bahan ………………….. = a gram

Berat krus kosong ………………….. = b gram

Berat sampel ………………….. = c gram

Penimbangan setelah pemijaran

Berat krus + endapan BaSO4

Penimbangan I............................................... = d gram

Penimbangan II ............................................. = e gram

Berat rata-rata = d + e

= f gram

Berat endapan (g) = Berat rata-rata – berat krus kosong

Faktor Gravimetri (h)=ArBa2+


Mr BaSO4

% Ba2+ dalam sampel = g x h


X 100
c

84
III. TITRASI ASAM BASA – NETRALISASITIK :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Titrasi Asam Basa
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar dengan metode
Asam Basa
3. Mahasiswa mampu membuat larutan standar Asam Basa

3.1 Dasar teori :


Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat ( asam atau basa )
berdasarkan atas reaksi asam basa.
Bila sebagai titran digunakan larutanbaku asam, maka penetapan tersebut
dinamakan ASIDIMETRI. Sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran,
maka penetapan itu disebut ALKALIMETRI.

Teori Asam- basa


1. Teori Arrhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam
air berdisosiasi menghasilkan ion hydrogen (H+) sebagai satu-satunya
ion positif
HCl (H+) + Cl-
asam

Basa adalah suatu zat yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi
menghasilkan ion hidroksil (OH-) sebagai satu-satunya ion negative.
NaOH Na+ + OH-

2. Teori Bronsted Lowry


Teori ini merupakan teori umum asam basa, karena dapat diterapkan
pada semua jenis pelarut, termasuk pelarut organic.Oleh karena itu
teori ini merupakan dasar dari titrasi bebas air. Menurut teori ini asam
adalah suatu zat yang cenderung untuk mengikat protein (
donorproton) sedangkan basa cenderung untuk mengikat proton
(akseptor proton).

85
Kekuatan dari suatu asam dan basa tergantung dari derajat
disosiasinya.Asam dan basa kuat dapat dikatakan berdisosiasi
sempurna.Disosiasi yang tidak sempurna dari suatu asam atau basa
biasanya dinyatakan dengan persamaan kesetimbangan.Biasanya pada
titrasi asam basa digunakan asam kuat atau basa kuat sebagai titrannya.

3.2 Indikator Asam- Basa


Indikator asam basa adalah asam atau basa organik lemah yang
mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ionnya
(warna basa).
Pada pH tertentu, dimana kedua bentuk ada dalam jumlah yang hamper
sama, maka akan terjadi kombinasi dari warna molekul dan warna ionnya.
Daerah transisi dari perubahan warna indicator meliputi lebih kurang 2
unit pH dan daerah ini disebut trayek pH.
Pemilihan indicator ditentukan oleh pH larutan pada titik ekivalen. Pada
titrasi asam lemah dengan basa kuat, maka pH larutan pada titik ekivalen
diatas 7 ( Mis =9), maka indicator yang dipakai adalah biru timol atau
fenolftalein, sebaliknya pada titrasi asam kuat dengan basa lemah, maka
pH larutan pada titik ekivalen dibawah 7 (Mis=4), maka indicator yang
dapat dipakai adalah biru brom fenol atau jingga metil.

3.3 Larutan Peniter


1. Larutan titer asam
Sebagai titran biasanya digunakan asam klorida, kadang – kadang
asam sulfat. Larutn baku dapat dibuat dengan menimbang seksama
jumlah asam klorida bertitik didih tetap, lalu diencerkan hingga
volume tertentu. Asam klorida bertitik didih tetap dibuat dengan
menyuling asam ini pada tekanan tertentu.
Namun demikian dalam praktek adalah lebih praktis apabila dibuat
larutan dengan normalitas mendekati yang dikehendaki kemudian
dibakukan.Larutan dibuat dengan mengukur atau memipet sejumlah
volume asam klorida, lalu diencerkan, hingga volume tertentu.

86
Pembuatan 1 liter larutan asam klorida 0,1 N
Bila dalam persediaan tersedia asam klorida pekat (38%, BM 36,46 ,
denditas 1,1885) maka volume asam yang diperlukan dapat dihitung
sebagai berikut:
1 liter HCl 0,1 = 1 x 0,1 grek HCl
= 1 x 0,1 mol
= 1 x 0,1 x 36,446 g

Misalnya HCl yang diperlukan x ml, maka:


X ml HCl = X x 1,1885 g
38
xX x 1,885= 1 x 0,1 x 36,46
100

X = 1 x 0,1 x 36,46 x 100


= 8,07 ml
38 x 1,885

Dari perhitungan tersebut dapat diturunkan rumus rumus berikut:


X=VxNxf atau V x N x 3646
% x BJ % x BJ

Pembakuan

Pembakuan larutan titer asam, biasanya digunakan Natrium karbonat


anhidrat.Disamping itu dapat juga digunakan Natrium tetraborat
dekahidrat.Bila telah disediakan larutan basa yang telah dibakukan larutan ini
dapat juga digunakan untuk membakukan larutan titer asam.

Contoh:

Ditimbang 1,500 gr Na karbont anhidrat P yang sebelumnya telah dikeringkan


pada suhu 270ºC selama satu jam. Setelah dilarutkan dalam 100 ml air,
dititrasi adam klorida tersebut dengan menggunakan indicator merah metil,
ternyata membutuhkan 29,50 ml asam klorida tersebut.

87
1 ml asam klorida setara dengan 52,99 ml natrium karbonat anhidrat P.
Hitunglah normalitas asam klorida tersebut .

Jawab:

1 ml HCl 1 N = 52,99 mg Na2CO3

1 mgrek HCl = 52,99 mg Na2CO3

VxN = mgrek

29,50 x N = 1500
X1
52,99

N = 1500
52,99 x 29,5

N = 0,9596 N

2. Larutan titer basa

Natrium hidroksida adalah basa yang paling sering digunakan pada


alkalimetri.Kalium hidroksida kadang-kadang juda dipakai, khususnya bila
dikehendaki pelarut etanol. Kelemahan dari penggunaan KOH yaitu dalam
pelarut air, pengotoran dari KOH susah dipisahkan. Disamping harganya lebih
mahal dari NaOH. Untuk pengerjaan yang memerlukan kurasi tinggi
dianjurkan menggunakan Ba(OH)2, karena pengotoran barium karbonat sukar
larut dalam air sehingga mudah dibuat berbasa karbonat.

Pembuatan

Basa kuat mudah menyerap CO2 dari udara, sehingga selalu dikotori dengan
karbonat.Untuk itu perlu diperhatikan dalam pembuatan larutannya.

Larutan NaOH bebas karbonat dapat dibuat dengan mencuci butiran NaOH P
dengan air untuk menghilngkan lapisan karbonat sebelum dilarutkan. Cara

88
klasik yang lebih disukai adalah dengan mula-mula membuat larutan yang
lebih pekat (50 bagian NaOH dalam 50 bagian air) dimana natrium karbonat
tidak larut.

Sebagian beningan atau filtrate yang diperoleh dengan penyaringan vakum


melalui penyaring kaca masir, dipakai untuk membuat larutan encer. Cara yang
lebih praktis adalah dengan menggunakan larutan NaOH 50% P dengan kadar
carbonat rendah yang tersedia dalam botol polietilen.

Pembakuan

Baku primer sering digunakan untuk pembakuan adalah natrium biftalat karena
stabil, tahan panas (sampai 130ºC) dan tidak higroskopis. Disamping itu dapat
juga digunakan asam sulfamat ( NH2SO3 H). Kalium biftalat adalah garam
asam dari asam bivalen. Pada reaksi pembakuan basa kalium biftalat berfungsi
sebagai asam monovalent ( BE + 1 mol)

3.4 Pemeriksaan kadar Natrium Carbonat ( Na2CO3)

3.4.1 Metode : Asidimetri

3.4.2 Prinsip : Reaksi netralisasi asam basa

3.4.3 Reaksi : Na2CO3 + HCl NaCl + H2CO3

3.4.4 Reagensia :1. Na2B4O7 10 H2O Kristal

2. HCl 0,1 N

3. Indikator MO 1%

3.4.5 Alat – alat : - buret - Pipet volume 10,0ml


- Erlenmeyer 250 ml - Corong glass
- Labu ukur 250 ml - Beaker glass 250 ml
- Gelas ukur 250 ml - Pipet tetes
- Statif -Botol semprot
- Klem buret - Tissue

89
3.4.6 Prosedur kerja :

1. Standarisasi HCl

- Ditimbang 4,77 gr natrium borat, larutkan dalam 250 ml


aquadest
- Dipipet 10,0 ml larutsn tersebutn masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator MO 1%
- Dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna
kuninh menjadi merah jingga.
- Dicatat volume peniter yang terpakai, hitung konsentrasi
HCl tersebut dengan rumus pengenceran.
2. Penetapan kadar Na2CO3
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator MO 1%
- Dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi merah jingga.
- Dicatat volume peniter yang terpakai, hitung kadar natrium
- karbonat dalam sampel.

3.4.6 Perhitungan :

Standarisasi HCl terhadap Na2B4O7

V1 x N1 = V2 x N2

Pemeriksaan kadar

Vp x Np x BE Na2CO3
X 100
V sampel x 1000
3.5 Pen etapan kadar asam asetat (CH3COOH)

3.5.1 Metode : Alkalimetri

3.5.2 Prinsip : Reaksi netralisasi asam basa

90
3.5.3 Reaksi : H2C2O4 + NaOH Na2C2O4 + H2O

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

3.5.4 Reagensia : NaOH 0,1 N

- HC2O4 2H2O 0,100 N

- Indikator pp 1%

3.5.5 Alat-alat : - Buret 50,0 ml - pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml - corong glass

- Labu ukur 250 ml - beaker glass 250ml

- Gelas ukur 250 ml - pipet tetes

- Statif - botol semprot

- Klem buret - tissue

3.5.6 Prosedur kerja :

1. Standarisasi NaOH terhadap H2C2O4


- Dipipet 10,0 ml H2C2O4 kedalam Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator pp 1%
- Dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda
- Dicatat volume titer yang terpakai, hitung
konsentrasi NaOH dengan rumus pengenceran

2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambahkan 2-3 tetes indicator pp 1%

91
- Dititrasi dengan NaOH hingga terjadi perubahan
dari tidak berwarna menjadi merah muda
- Dicatat volume titer yang terpakai, hitung kadar
asam asetat dalam sampel tersebut.

3.5.7 Perhitungan : 1. Standarisasi NaOH terhadap H2C2O4

V1 x N1 = V2 x N2

2. Pemeriksaan Kadar
Vp x Np x BE CH3COOH
X 100%
V sampel x 1000

92
IV. TITRASI PENGENDAPAN – ARGENTOMETRITIK :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan titrasi pengendapan/ argentometri


2. Mahasiswa mampu membedakan titrasi pengendapan meotde
Mohr,Volhard,Fajans
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar dengan metode
argentometri
4. Mahasiswa mampu membuat larutan standar AgNO3
4.1 Dasar teori:
Titrasi pengendapan adalah kadaryang didasarkan atas reaksi pembentukan
endapan dari komponen zat uji dengan titrasi larutan perak nitrat.
Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam
pembentukan endapan. Cara ini dipakai untuk pemeriksaan kadar ion
halida, anion yang dapat membentuk endapan garam perak atau untuk
pemeriksaan kadar perak itu sendiri.
Oleh karena garam perak peka terhadap cahaya, maka pengaruh cahaya
matahari langsung atau sinar neon langsung harus dihindarkan.
Bobot ekivalen suatu zat pada titrasi argentometri, adalah banyaknya mol
zat itu yang setara dengan 1 mol Ag+.
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
BE NaCl = 1 mol
Pemeriksaan terhadap suatu zat dengan metode argentometri tergantung
dari tujuan pemeriksaan kadar, maka dikenal 3 metode argentometri yaitu:

4.1.1 Metode Mohr


Metode ini digunakan untuk pemriksaan kadar klorida atau bromide dalam
suansana netral atau agak sedikit alkalis (pH= 6,5 –9). Dalam suasana
asam perak hidroksida.
Prinsip pemeriksaan metode ini adalah larutan klorida atau bromide dalam
suasana netral atau agak alkalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indicator kromat. Apabila ion klorida atau bromide bebas
telah habis diendapakan oleh ion perak, maka ion ion kromat akan

93
bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat-merah sebagai titik akhir titrasi.
Reaksi
Dalam asam : 2 CrO42- + 2H+ Cr2O7 + H2O
Kuning Jingga
+ -
Dalam basa : 2 Ag + 2OH 2 AgOH

Ag2O H2O
Keasaman larutan dapat diatur dengan natrium bikarbonat atau kalsium
karbonat.Larutan alkalis diasamkan terlebih dahulu dengan asam asetat
atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat.

Sebagai indicator pada titrasi ini adalah larutan kromat ( K2CrO4 0,003-
0,005 N) yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah
dalam suasana netral atau agak sedikit alkalis.

Kelebihan indicator yang berwarna kuning akan mengganggu warna


endapan ini dapat diatasi dengan melakukan blangko indicator yaitu titrasi
tanpa zat uji dengan penambahan kalsium karbonat P sebagai pengganti
endapan.

Adapun iom-ion penggangu pada titrasi ini antaralain disebabkan oleh :

a. Ion yang mengendap lebih dulu dari AgCl : I-, Br-,CNS-


+ -
b. Ion yang membentuk komplek dengan Ag , missal : CN ,NH3 diatas
pH 7
c. Ion yang membentuk komplek dengan Cl missal: Hg2+
d. Kation yang dapat mengendapkan kromat, missal : Ba2+

4.1.2. Metode volhard

Metode volhard dapat dipakai untuk pemeriksaan kadar perak Maupin


halide dalam suasana asam (HNO3), menggunakan indicator besi (III).

Prinsip pemeriksaan:

94
a. Pemeriksaan perak
Perak ditetapkan dengan titrasi langsung dengan larutan titer tiosianat
(CNS atau NH4CNS), menggunakan indicator besi (III) nitrat atau besi
(III) ammonium sulfat. Titik akhir ditandai oleh terjadinya kompleks
besi (III) tiosianat yang larut
b. Pemeriksaan halide
Halide (Cl-, Br-, I-) ditetapkan kadarnya dengan cara titrasi kembali.
Larutan mula-mula ditambah larutan titer perak nitrat berlebihan, lalu
kelebihan perak nitrat dititrasi kembali dengan tiosianat menggunakan
indicator besi (III).
Pada pemeriksaan klorida, setelah klorida diendapkan sebagai perak
klorida, maka pada titrasi kembali endapan AgCl ini juga akan bereaksi
dengan tiosianat, karena perak tiosianat lebih sukar larut dari perak
klorida.
Kesalahan ini dapat diatasi dengan membalut endapan AgCl dengan
nitrobenzene atau dengan menyaring endapan tersebut sebelum dilakukan
titrasi kembali dengan tiosianat.Pada pemeriksaan iodide, penambahan
indicator dilakukan setelah iodide diendapkan sebagai AgI, agar I- tidak
dioksidasi oleh besi (III) menjadi iodium.

4.1.3 Metode Fajans

Metode ini juga untuk memeriksa kadar halide dengan menggunakan


indicator adsorbs. Tergantung dari indicator yang dipakai, maka metode
ini dapat dipakai juga untuk pemeriksaan kadar halide dalam larutan
dengan keasaman yang cukup rendah. Reduksi senyawa dikatalisir oleh
cahaya.Oleh karena indicator menambah kepekaan senyawa perak dalam
terhadap pengaruh cahaya, maka harus dihindari selama titrasi.

Prinsip pemeriksaan
Halide dititrasi langsung dengan larutan titer perak nitrat menggunakan
indicator adsorbs (Fluorescein). Titik akhir titrasi ditandai dengan

95
berubahnya warna endapan menjadi merah karena adanya adsorbs
indicator pada permukaan endapan.
Pada pemeriksaan klorida, sebelum titik ekivalen akan terjadi koloid AgCl
yang belum mengendap, karena partikel koloid ini akan menyerap ion
klorida dan ion ini menarik pasangannya (Na+) sehingga terbentuk AgCl,
Cl-, Na+.
Indicator yang digunakan adalah indicator adsorbs, antar lain yang dipakai
metode ini adalah :
a. Fluorescein : Klorida, bromide, iodide (pH= 6,5 – 10,3)
b. Dichloroflurescein : klorida (pH=4)
c. Eosin, tetrabromfluorescein : bromide, iodide, tiosianat (sampai
pH=2). Indicator ini tidak dapat dipakai untuk penetapan klorida
karena akan diadsorbsi sebelum titik ekivalen.

Larutan titer yang digunakan adalah larutan perak nitrat, larutan ini dapat
dibuat dengan melarutkan sejumlah perak murni dalam asam nitrat encer
atau perak nitrat murni 99,9% dalam air hingga volume tertentu.

Normalitas dihitung berdasarkan penimbangan, kemurnian zat tersebut dan


volume larutan. Menurut Farmakope Indonesia larutan perak nitrat 0,1N
dibuat dengan melarutkan 17,5 gr perak nitrat P dalam air secukupnya
hingga 1000 ml. Jika dibutuhkan larutan AgNO3 0,01 N dapat diencerkan
dari larutan AgNO3 0,1 N.

Pembakuan dapat dilarutkan dengan cara titrimetric yaitu dengan titrasi


pengendapan menggunakan NaCl murni P sebagai baku primer dan larutan
perak nitrat sebagai titran.

4.2. Pemeriksaan kadar Cl- dalam KCl

4.2.1. Metode : Mohr

4.2.2. Prinsip : Ion Cl- dititrasi dengan AgNO3 membentuk


endapan AgCl. Setelah ion Cl mengendap semua,

96
baru kelebihan Ag bereaksi dengan indicator
K2CrO4 membentuk Ag2CrO4.
4.2.3. Reaksi : Ag+ + Cl- AgCl putih
AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4
4.2.4 Tujuan : Untuk mengetahui kadar Cl- dalam KCl

4.2.5 Alat-alat : - buret 50,0 ml - pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml - corong glass

- labu ukur 250 ml -beaker glass 250 ml

- gelas ukur 250 ml -pipet tetes

- statif -botol semprot

- klem buret -tissue

4.2.6. Reagensia : - KCl - NaCl 0,0100 N

- K2CrO4 1% -AgNO3 0,01 N

4.2.7 Prosedur kerja :

3. Standarisasi AgNO3 terhadap NaCl


- Dipipet 10,00 ml NaCl 0,0100N masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambahkan 1 ml K2CrO4 1%
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah bata
sebagai tanda titik akhir titrasi
- Dihitung konsentrasi AgNO3 dalam rumus
pengenceran.
4. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,0 ml sampel masukkan dalam
Erlenmeyer
- Ditambahkan dengan indicator K2CrO4 1%

97
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah bata
sebagai tanda titik akhir titrasi.

AgNO3

K2CrO4 (indicator)

NaCl

Titik akhir titrasi terbentuk endapan berwarna merah bata (Ag2CrO4) suasana
larutan yang dititrasi harus netral, sebeb jika asam Ag2CrO4 akan larut dan
membentuk Ag2Cr2O7, sedangkan kalau basa akan terjadi reaksi :

( AgNO3 + OH- AgOH + NO3 )

Ag2O H2O

4.2.8 Perhitungan
3. Standarisasi
V1 x N1 = V2 x N2

4. Pemeriksaan kadar
% Cl- : Vp x Np x BA Cl
X 100 %
V sampel

4.3 Pemeriksaan kadar I- dalam KI


4.3.1. Metode : Volhard
4.3.2. Prinsip : iodide diendapkan dalam Ag standarit
berlebih dalam suasana asam, krelebihan Ag

98
dititrasi oleh KCNS dengan indicator FeCl3
kelebihan CNS akan membentuk warna
merah sebagai titik akhir titrasi
4.3.3. Tujuan : untuk mengetahui kadar I- dalam KI
4.3.4. Reaksi : I- + Ag >>> AgI
Ag + KCNS AgCNS
CNS >>> + Fe 3+ Fe (CNS)3

4.3.5 Alat- alat : - buret 50,0 m - pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml - corong glass

- labu ukur 250 ml -beaker glass 250 ml

- gelas ukur 250 ml -pipet tetes

- statif -botol semprot

- klem buret -tissue

4.3.6 Reagensia : - AgNO3 0,01 N - KCNS

- H2SO4 6N - FeCl3

4.3.7 Prosedur Kerja :

1. Standarisasi AgNO3 dengan KCNS


- Dipipet 10,00 ml Ag2NO3 masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambah 2-3 tetes H2SO4 6N
- Ditambah indicator FeCl3 1 ml
- Dititrasi dengan KCNS sampai titik akhir titrasi, yang
ditandai terbentuknya warna merah.
2. Pemeriksaan kadar
- Dipipet 10,00 ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambah 15 ml AgNO3 standar, dicampur
- Ditambah 2-3 ml H2SO4 6 N

99
- Ditambah 1 ml indicator FeCl3
- Dititrasi dengan KCNS sampai titik akhir titrasi yang
ditandai terbentuknya warna merah

KCNS

H2SO4

Ion Fe3+ (Indikator)

Kelebihan Ag2NO3

Titik akhir titrasi akan terbentuk larutan warna merah Fe(CNS)3, dengan
suasana larutan yang dititrasi harus asam sebab:
Kalau netral : indicator yang berupa garam Fe3+ akan terhidrolisa oleh air
memebentuk Fe(OH)3 sehingga menyulitkan titik akhir titrasi yang berupa
karutan yang berwarna merah.

Kalau basa : indicator yang berupa garam Fe3+ Fe(OH)3 dengan


AgNO3 AgOH Ag2O

4.3.8 . Perhitungan
3. Standarisasi AgNO3 dengan KCNS
V1 x N1 = V2 x N2
4. Periksaan kadar
= (ml AgNO3 x N AgNO3)-(ml KCNS x NKCNS) x BA I
X 100 %
Volume sampel x 1000

100
4.4 Pemeriksaan kadar Br- dalam KBr
4.4.1 Metode : Fayans
4.4.2 Prinsip : Kadar Br- dalam sampel ditentukan dengan titrasi
langsung dengan larutan baku AgNO3 dan
diasamkan dengan CH3COOH 4 N dengan indicator
eosin sampai terbentuk warna merah magenta
sebagai tanda dari titik akhir titrasi.
4.4.3 Tujuan : Untuk mengetahui kadar Br- dalam KBr
4.4.4 Reaksi : Br- + Ag AgBr putih kekuningan
AgBr + Eosin merah magenta

4.4.5 Alat-alat : - buret 50,0 ml - pipet volume 10,0ml

- Erlenmeyer 250 ml - corong glass

- labu ukur 250 ml -beaker glass 250 ml

- gelas ukur 250 ml -pipet tetes

- statif -botol semprot

- klem buret -tissue


4.4.6 Reagensia : - AgNO3 0,01 N - KCNS
- CH3COOH 4 N -FeCl3
4.4.7 Prosedur kerja :
1. Standarisasi AgNO3
- Pipet 10,00 ml NaCl 0,01 n masukkan dalam Erlenmeyer
- Tambah 2-3 ml K2CrO4 1 %
- Titrasi dengan AgNO3 sampai tanda merah bata sebagai tanda
titik akhir titrasi
- Hitung kadar normalitas AgNO3
2. Pemeriksaan kadar Br- dalam KBr
- Dipipet 10,00ml sampel masukkan dalam Erlenmeyer
- Ditambah 2 ml CH3COOH 4 N
- Ditambah 5-10 tetes eosin

101
- Dititrasi dengan AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai
sampai terbentuknya warna merah magenta.

AgNO3

Asam (CH3COOH)

Eosin ( Indikator)

Garam halogenida

Titik akhir titrasi akan terbentuk larutan warna merah magenta (


disekelilingi endapan AgBr berwarna merah)

4.4.8 Perhitungan :

1. Standarisasi AgNO3 terhadap NaCl

V1 x N1 = V2 x N 2

2. Pemeriksaan kadar

%Br = Vp x Np x BA Br
X 100 %
Vol sampel x

Bila ada penetapan kadar sampel ditimbang, maka rumus yang


digunakan :
%Br = Vp x Np x BA Br
X P x 100 %
Mg sampel

102
V. KOMPLEKSOMETRITIK :
1. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan larutan EDTA 0,1 M
2. Mahasiswa mampu melakukan standarisasi larutan EDTA 0,1 M
3. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan indicator EBT
4. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan larutan buffer pH 10
2+
5. Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar Zn dalam ZnCl26H2O

5.1 Dasar teori

Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang didasakan atas pembentukan senyawa


kompleks antara ion logam dengan suatu ligand multidentat.Meskipun ion logam
mempunyai susunan electron yang stabil, dapat pula membentuk kulittambahan
yang penuh dengan jalan pengikat pasangan-pasangan electron dari atom atom
electron donor.Jumlah pasangan electron yang diikat oleh suatu ion logam disebut
bilangan koordinasi.Molekul atau ion yang mengandung atom electron donor
disebut ligand unidentat, sedangkan yang mengandung lebih dari satu atom
electron donor disebut ligand multidentat.Ligand multidentat dapat membentuk
lingkaran yang menjepit ion logam, senyawa ang dihasilkan disebut senyawa
Chelat. Factor- factor yang mempengaruhi stabilitas kompleks antara lain :
pengaruh pH, pengaruh ligan

Pengaruh pH:
Pada harga pH terlalu rendah, akan terjadi kompetisi antara H+ dan M (ion
logam), sedangkan pada pH terlalu tinggi kemungkinan terjadi kompleks logam
hidrokso kompleksonat, atau mungkin juga terbentuk reaksi substitusi (hidrolisis
sempurna).
Pengaruh liganda-liganda lain:
Adanya liganda lain akan menyebabkna reaksi pembentukan komplesonat
bergeser kekiri, artinya tidak menghasilkan produk atau proses reaksi tidak
berjalan.

103
5.2 Pemeriksaan kadar Zn2+ dalam ZnSO4.6H2O
5.2.1 Metode : Komplesometri
5.2.2 Prinsip : Kadar Zn2+ ditentukan secara langsung dengan
titrasi kompleksometri pada pH 10 dengan indicator
EBT, terjadinya warna biru sebagai tanda tercapai
titik akhir titrasi.
5.2.3 Reaksi : Zn2+ + indicator EBT ZnEBT (warna
larutan ungu)
Zn EBT + EDTA ZnEDTA indicator EDTA
(biru)
5.2.4 Alat-alat : Buret, statif, Erlenmeyer, beaker glass, corong
glass, pipet ukur dan pipet volume
5.2.5 Bahan bahan : Larutan EDTA 0,1M; larutan CaCl2 0,1 M; buffer
pH 10; indikatot EBT
5.2.6 Prosedur kerja :
1. Pembuatan larutan EDTA 0,1M
Ditimbang secara seksama 37,2300gram serbuk EDTA yang telah
dikeringkan, larutkan dengan air suling (aquadest) dan encerkan sampai 1
liter dalam labu ukur.
2. Standarisasi larutan EDTA dengan larutan CaCl2
- Dipipet 10,0 ml CaCl2 masukkan ke Erlenmeyer
- Ditambahkan 3 ml buffer pH 10 + indicator EBT, titrasi dengan
larutan EDTA sampai tercapai TAT yang ditandai terbentuknya
perubahan warna dari ungu menjadi biru.

Atau dengan cara:


- Ditimbang secara selisih CaCl2 111 mg, masukkan ke Erlenmeyer
+ aquadest 10 ml + buffer pH 10 sebanyak 3 ml + indicator EBT,
kemudian titrasi dengan larutan EDTA hingga terbentuk perubahan
hingga terbentuk perubahan warna dari warna ungu menjadi biru.

Rumus M EDTA = mg CaCl2

Mr CaCl2 x Volume (ml) EDTA

104
3. Pembuatan indicator Eriocom Black T (EBT)

- Ditimbang 100 mg serbuk zat warna EBT, 10 gr Kristal NaCl atau


Kristal Na2SO4 anhidrat. Kedua zat tersebut dicampur dengan cara
digerus dalam mortar sampai halus, (indicator telah siap dipakai)

- Untuk satu kali titrasi digunakan 100 mg atau satu ujung spatel (
sendok tanduk)

4. Pembuatan larutan buffer pH 10

- Kedalam 142 ml ammonia pekat (NH4OH)p, tambahkan 17,5 gr


Kristal NH4Cl p.a

- Kemudian encerkan dengan aquadest sampai 250 ml

2+
5. Penetapan kadar Zn dalam ZnCl2.6H2O

- Dipipet 10,00 ml ZnCl2 masukkan ke Erlenmeyer + larutan buffer


pH 10 sebanyak 3 ml + indicator EBT. Kemudian titrasi dengan
larutan EDTA sampai tercapai TAT yang ditandai perubahan warna
ungu menjadi biru.

5.2.7 Perhitungan kadar :

1. Standarisasi

V1 x N1 = V2 x N2

2. Penetapan kadar

% Zn = Mp x Vp x Ar Zn
X 100 %
Vs: x 1000
Keterangan

Mp = Molaritas peniter
Vp = Volume peniter
Vs = Volume sampel

105
VI. PERMANGANOMETRITIK :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Oksidasi Dan Reduksi


2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang metode Permanganometri
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kadar dengan metode
Permanganometri
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip dan reaksi pada metode
Permanganometri
5. Mahasiswa mampuu membuat larutan KmnO4

6.1. Dasar Teori

Reaksi redoks adalah reaksi dimana terjadi proses perpindahan electron .


Dalam reaksi redoks peristiwa oksidasi selalu diikuti oleh peristiwa reduksi
(bilangan oksidasi mengalumi perubahan berukurang atau bertambah) .
Bilangan oksidasi udignakan untuk menyelesaikan reaksi redoks. Bilangan
oksidasi adalah jmlauh elektron ata muatan yang di punyai oleh suatu atom
dalam ikatuan kimia. Bilangan oksidasi bisa negative ata positif, umumnya
nilainya sama dengan valensi tapi kadang – kadang berbeda, merupakan
bilangan bulat dan pecahan .

Contoh reaksi reduksi :

1. Fe + 3 O2 Fe 2O3
2. Fe 2O3 + AI 2 Fe + AI 2 O3

Dari reaksi diatas dapat diraikan definisi dari oksidasi dan reduksi .

Oksidasi adalah :

- Reaksi suautu zat dengan Oksigen


- Proses pelepasan electron
- Proses kenaikan bilangan oksidasi
Reduksi adalah
-Reaksi pengambilan Oksigen dari senyawa
-Proses penerimaan electron

106
-Penurunan bilangan oksidasi .
Zat yang mengalami proses oksidasi disebut reduktor , dan zat yang
mengalami proses reduksi disebut oksidator .
Metode permanganometri adalah metode yang prinsip dasarnya adalah
reaksi redoks .
Titrasi permanganometri digunakan untuk pemeriksaan kadar reduktor
dalam sausana asam sulfat encer .Dalam sausana basa atau asam lemah
akan terbentuk endapan coklat MnO2 yang mengganggu.
a. Dalam suasana asam sulfat encer
MnO4- + 8H+ + 5 e Mn2 + 4 H2O
b. Dalam suasana asam lemah
MnO4- + 4 H+ + 3 e MnO2 + 2 H2O
c. Dalam suasana netral atau basa
MnO4- + 2 H2O + 3 e MnO2 + 4 H2O

Sebagai asam, tuidak dapat digunakan HCL, karena HCL dapat dioksidasi
menjadi klor. Dan juga dapat dipakai NHO3 karena bersifat sebagai
oksidator .

6.2 Prinsip Pemeriksaan

Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan ( ±70°C)


Untuk mempercepat reaksi . Pada awal reaksi titrasi warna merah mantap
untuk beberapa saat menandakan reaksi berlangsung lambat .

2KMnO4 + 3 H2SO4 k2SO4 + 2 MnSO4 + 3 H2O + 5 O


Pada penambahan titran selanjutnya, warna merah hilang makin cepat
karena ion mangan ( II ) yang terjadi berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi. Selanjutnya titran ditambah lebih cepat sampai titik
akhir tercapai, yait sampai pada tetes dimana warna merah jambu mantap.
Untuk mengkoreksi kesalahan yang disebabkan oleh kemungkinan
reduktor lain .

yang mengotori air pada reaksi yang dipakai dari kelebihan tetesan
KMnO4 pada titik akhir, maka perlu dilakukan titrasi blanko . Titrasi

107
Permanganometri biasanya tidak memerlukan indikator karena larutan
KMnO4 sendiri sudah berfungsi juga sebagai indikator , ( warna larutan
KMnO4 lembayung).

6.3. Larutan Titer KMnO4

1. Pembuatan

Meskipun KMnO4 dapat diperoleh dalam keadaan murni, tetapi larutan


titernya tidak dapat dibuat langsung dengan menimbang seksama. Ini
disebabkan waktu dilarutukan dalam air akan bereaksi dengan pengotoran
yang mungkin ada dalam air atau pada dinding wadah . Karena itu mula-
mula dibuat lartuan kira-kira sama yang kemudian dibakukan, misalnya
dengan menggunakan natrium oksalat. Larutan permanganat yang akan
disimpan dibuat dengan pemanasan kemudian disaring dengan glass-wool,
krus atau penyaring abses. Bila larutan ini akan diapakai hanya untuk hari
itu saja, maka pemanasan ini tidak perlu .

Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan endapan MnO2 yang dapat


mempercepat penguraian larutan (autokatalisator) .Menurut Farmakope
Indonesia, lartuan kalimu permanganat 0,1 N dibuat sebagai berikut :

3,3 g kalium permanganat P dilarutkan dalam air hingga 1000ml , lalu


dididihkan selama 15 menit. Larutan ini dibiarkan tertutup selama tidak
kurang dari 2 hari, lalu disaring melalui penyaring asbes . Larutan KMnO4
yang lebih encer ( 0,01 N ) dibuat dengan mengencerkan larutan KMnO4
0,1 N .

2. Pembakuan
Sejumlah baku primer tersedia untuk pembakuan larutan kalium
permanganat. Beberapa yang penting antara lain : oksalat (asam oksalat
dihidrat, H2C2O4.2H2O ; natrium oksalat Na2C2O4; dan kawat besi murni
( 99,90%). Dari semua itu, natrium oksalat adalah yang paling sering
dipakai untuk pembakun ini . misal seperti metode yang dicantumkan
dalam farmakope Indonesia :

108
200 mg natrium oksalat P yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu
110 ° hingga bobot tetap, dilarutkaun dalam 250 ml air. Setelah ditambah
7 ml asam sulftat P, lalu dipanaskan hingga suhu ±70°C kemudian
dititrasi perlahan-lahan dengan larutan permanganat hingga warna merah
jambu mantap selam 15 detik. Suhu akhir titrasi tidak boleh kurang dari
60°C .1ml kalium permanganat 0,1 ml setara dengan 6,7 mg natrium
oksalat. Larutan yang telah disimpan harus dibakukan sebelum digunakan
3. Penyimpanan
Larutan permanganat apabila larutan encer, tidak stabil karena terjadi
reaksi berikut
4KMnO4- + 3 H2O 2 MnO2 + 4 HO- + 3 O2
Karena reaksi ini sangat lambat, maka pengaruh katalis dapat dihindari,
konsentrasi larutan oleh dikatakan konstan selama 3 minggu .
Penyimpanan lebih lama dari itu, perlu dilakukan pembakuan lagi. Reaksi
diatas dapat dikatalisir oleh cahaya . Ion mangan (II)- dan mangan (IV)
oksida. Karena itu larutan kalium permanganat disimpan dalam botol
coklat tertutup rapat, terlindungi cahaya .
Kesimpulan permanganometri
1. Guna untuk pemeriksaan kadar zat-zat reduktor/oksidator
2. Larutan standar : KMnO4
3. Indikator : Tidak diperlukan indikator, karena lartuan standar KMnO4
sudah berfungsi sebagai indikator yaitu :
Ion MnO4- berwarna ungu setelah direduksi menjadi Ion Mn++ tidak
berwarna, disebut juga autoindikator .
4. Reaksi
Biasanya dikerjakan dalam suasuana asam (H2SO4)
KMnO4 + 3 H2SO4 K2SO4 + 2 MnSO4 + 3 H2O + 5 O
O + Zat Tereduktor Zat oksidator

109
Cara : Zat Reduktor
a. KMnO4 b.

Zat Reduktor u KMnO4


H2SO4 H2SO4

Titik Akhir Titrasi Titik Akhir Titrasi


Sampai Larutan Berwarna Merah Muda Merah Sampai warna ungu hilang
Contoh Perhitungan
1. Berapa g KMnO4 tuerdapat dalam 5000 ml larutan KMnO4 0,1 ?
Jawab :
BE KMnO4 = 1/5 MOL
500 ml KMnO4 0,1 = 500 x 0,1 ml
500 x 0,1
= mmol
5

500 x 0,1

= x 158,03 mg
5
= 1580,3 mg

= 1,5803 g KMnO4
2. Pada pembakuan laruutan KMnO4 0,1 N ternyata 0,2005 g natrium
oksalat P (143) dapat titrasi dengan 30,10 ml larutan KMnO4
tersebut. Bila kemrniaan natrim oksualaut tersebutu 99,95%
berapakahh 1 ml KMnO4 0,1 setara dengan 6,7 mg natrimu oksalat
Jawab :
a. De nga menggnakan kesetaraan
1 ml KMnO4 0,1 N = 6,7 mg Na2C2O
0,1 mg = 6,7 Na2C2O4
0,2005 x 1000 x 0,1
0,2005 g Na2C2O4 = = mgrek
6,7
mgrek KMnO4 = mgrek Na2C2O4
0,2005 x 1000 x 0,1

110
30,10 x N = = mgrek
6,7
0,2005 x 1000 x 0,1
Jadi N KMnO4 = = mgrek
6,7
= 0,0994 N .

6.4. Pemeriksaan kadar Fe2+ dalam FeSO4 .7H2O

6.4.1. Metode : Permanganometri

6.4.2. Prinsip : Fe2+ dioksidasi oleh KMnO4 menjadi Fe3+ dalam suausana Asam

dan sedikit panas, kelebihan KMnO4 akan menunjukkan titik

akhir titrasi

6.4.3. Reaksi : MnO4- + Fe2+ Mn2+ + Fe3+

MnO4- + 5 Fe2+ + 8 H + Mn2+ + 5 Fe3+ + 4 H2O

6.4.4. Tujuan : untuk mengetahui kadar Fe2+ dalam FeSO4. 7H2O

6.4.5. Alat-alat : - Buret + statif 50,0 ml - Pipet Volume 10,0 ml, 25,0ml

- Corong - Beaker Glass 100ml 250,0ml

- Labu Ukur 100,0ml - Pipet Takar 10 ml

- Hot plate - Erlenmeyer 250,0ml

6.4.6. Reagensia : - H2C2O4 0,01 ml - H2SO4 4 N

: - KMnO4 0,01 N

6.4.7 Prosedur Kerja

1. Standarisai KMnO4

- Dipipet 10,0 ml H2C2O4 0,01 N masukan dalam Erlenmeyer

- Ditambah 3 ml H2SO4 4 N BO

- Dipanaskan sampai temperatuur 70° - 80° pada hot plate

- Dititrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,01 N sampai

terbentuk warna merah muda sebagai tanda titik akhir titrasi

- Dicatat volume KMnO4 yaung terpakai

111
- Dihitung N KMnO4 dengan rumus pengenceran
- Rumus : V1.N1 = V2. N2
2. Pemeriksaan Kadar Fe2+ dalam FeSO4.7H2O

- Dipipet sampel sebanyak 10,00 ml, masukan dalam

Erlenmeyer

- Ditambah 3 ml H2SO4 4N BON


- Dipanaskan pada hot plate pada suhu 70° - 80° C
- Dititrasi dengan KMnO4 sampai terbentuk warna merah muda
sehingga tanda dari titik akhir titrasi .

- Perhitungan :
% Fe2+ = Vp x Np x BE Fe x 100 %
V sampel x 1000
Catatan :
- Bila melakukan standarisasi KMnO4 dengan penimbangan
H2c2O4 digunakan rumus :

N KMnO4 = mgr H2C2O4

BE H2C2O4 x ml peniter

6.5. Pemeriksaan H2O2

6.5.1. Metode : Permanganometri

6.5.2. Prinsip : H2O2 dioksidasi oleh KMnO4 dalam suasana asam dan panas
menjadi O2 kelebihan KMnO4 akan ditunjukkan dengan warna
merah muda sebagai titik akhir titrasi

6.5.3. Reaksi : 4H2O2 + KMnO4 + 8H+ 5 O2 + 2 Mn+2 + 8 H2O

6.5.4.Tujuan : Untuk mengetahui kadar H2O2 dalam sampel

6.5.5. Alat-alat : - Buret + statif 50,0 ml - Pipet Volume 10,0 ml


- Corong Glass - Pipet Tetes
- Pipet Fille - Pipet Volume 10,0 ml 5,0 ml
- Water Bath - Erlenmeyer 250,0 ml

112
6.5.6. Reagensia : - H2C2O4 0,1000 N - KMnO4 0,1 N

- H2SO4 4 N BO ( bebas organik )

6.5.7.Prosedur Kerja :

1. Standarisasi KMnO4

- Dipipet 10,0 ml H2C2O4 0,1000 N masukan dalam

Erlenmeyer

- Ditambahkan H2SO2 4 N BO sebanyak 3-5 ml

- Dipanaskan ± 80 ° C diatas water bath

- Ditirasi dengan KMnO4 0,1 N sampai warna merah

muda sebagai tanda titik akhir titrasi .

- Kemudian hitung N KMnO4 dengan rumus pengenceran

V1. N1 = V2. N2

2. Penetapan Kadar H2O2

- Dipipet sampel sebanyak 10,0 ml , masukkan dalam

Erlenmeyer

- Ditambahkan H2SO4 4 N BO sebanyak 3 – 5 ml

- Dipanaskan ±80°C diatas water bath

- Lalu dititrasi dengan KMnO4 0,1 ml N sampai warna

merah muda sebagai tanda dari titik akhir titrasi

- Kemudian hitung % H2O2 dengan rumus :

Vp x Np BE O2 (8) x 100 %

V sampel x 1000

113
VII. IODOMETRI DAN IODIMETRITIK :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari Iodometri dan Iodimerti

2. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip Iodometri dan Iodimetri

3.Mahasiswa mampu menjelaskan reaksi Iodometri dan Iodimetri

4.Mahasiswa mampu pemeriksaan dengan metode Iodometri dan Iodimetri

5.Mahasiswa mampu membuat larutan standar Natrium Triosulfat dan

Iodium

7.1. Dasar Teori

Metode ini penggunaanya cukup luas karena dapat dipakai untuk penetapan
kadar oksidator maupun reduktor . Disamping itu, cara ini juga akurat, karena
titik akhirnya jelas sehingga memungkinkan titrasi dengan larutan titer yang
encer ( 0, 001 N ) .

Prinsip Pemeriksaan :

Apabila zat uji (reduktor ) langsung dititrasi dengan larutan iodium , maka
pemeriksaan ini dinamakan IODIMETRI . Sebaliknya bila zat uji ( oksidator )
mula –mula direaksikan dengan ion iodida berlebihan, kemudian iodium yang
terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat, maka cari ini dinamkan IODOMETRI .

Reaksi :
Iodimetri : Reduktor Oksidator + e

I2 + 2 e 2 I2
Iodometri : Oksidator + KI I2

I2 + 2 Na2S2O3 2 Na I + Na2S4O6
Atau
I2 + 2e 2 I-
2 S2O32- S4O6 2- + 2e
I2 + 2 S2O32- S4O62- + 2 I-

Indikator

114
Bila tidak terdapat zat penggangu yaung berwarna, sebenarnya larutan
Iodium sendiri masih dapat berfungsi sebagai indikator meskipun warna
yang terjadi tidak sejelas KMnO4 . Umumnya lebih disukai penggunaaan
larutan kanji sebagai indikator, yang dengan iodium membentuk kompleks
berwarn biru cerah , sedangkan kloroform juga dapat digunakan sebagai
indikator , yang dengan iodium berwarna violet. Oleh karena larutan yang
disimpan lama perlu diawetkan, misalnya dengan raksa ( II) iodida.
Larutan kanji yang telah disimpan lama memberikan warna violet dengan
iodium. Meskipuun ini tidak menggangu ketajaman titik akhir titrasi, tetapi
larutan kanji yang perlu dibuat kembali .Perlu diperhatikan pada
iodometri, penambahan larutan kanji hendaknya menjelang akhir titrasi,
karena bila ditambahkan sejak awal dititrasi kompleks iod-amylum yang
terjadi sukar dipecahkan pada titik ekivalen sehingga mempengaruhi
hilangnya warna biru .

Pembuatan larutan kanji P :

Menrut FI Ed III kanji P dibuat dengan mendidihkan supensi dari 500 mg


pati P atau pati P dalam 100 ml air selama beberapa menit. Setelah dingin
larutan disaring, larutan kanji P harus dibuat baru .

7.2. Larutan Titer

Untuk titrasi Iodo-Iodimetri diperlukan dua macam larutan titer yaitu


larutan iodim dan larutan natrium tiousulfat .

1. Larutan Titer Iodium


Iodum sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan iodida
(KI) pekat membentuk ion triodida . Ini sekaligus menurunkan tekanan
uap dari iodium sehingga kesalahan akibat menguap nya iodium dapat
dicegah .
I2 + I- I3-

Penurunan kadar larutan selama penyimpanan disebabkan oleh reaksi


iodium dengan air .
I2 + H2O I O- + I- + 2H+
Reaksi ini ditaksirkan oleh cahaya . Iodida yang ada dalam larutan
dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara menjadi Iodium .

115
4 I- + O2 + 4 H + 2I2 + 2H2O
Cahaya matahari, ion tembaga (II) dan nitrit mengkatalisir reaksi ini .
Kontak dengan gabusuatau tutup karet harus dihindari.
Mengingat reaksi-reaksi tersebut diatas, maka larutan iodium perlu
sering dibakukan kembali. Larutan titer iodum dibuat dengan
melarutkan iodium kedalam larutan KI pekat , kemudian diencerkan
dengan air hingga volume tertentu . Larutan ini dapat dibakukan
dengan arsen (III) oksida atau larutan baku natrium tiosulfat yang telah
dibakukan .
Pembakuan
a. Menurtu FI Ed III, larutan iodium 0,1 N dibuat dengan melarutkan
12,69 g iodium P ke dalam larutan 16 g kalium iodida P dalam 100
ml air, kemudian diencerkan dengan air hingga 1000ml. Larutan
iodium yang lebih encer ( 0,02 : 0,001 N ) dibuat dengan
mengencerkan larutan iodium 0,1 N .
b. Untuk membakukan larutan titer iodium, bisa juga digunakan arsen
trioksida. Menrut FI Ed III, pembakuan larutan iodium 0,1 N
dilakukan sebagai berikut :
150 mg arsen trioksida P yang telah ditimbang seksama, dilarutkan
dalam 20 ml natrium hidroksida 1 N, jika perlu dihangatkan .
Kemudian larutan diencerkan dengan 40 ml air, ditambahkan 2
tetes larutan jingga metil P dan asam klorida encer P hingga trjadi
warna merah jambu. Kemudian ditambahkan 2 g natrim karbonat
P, lalu diencerkan dengan 50 ml air, dan akhirnya dititrasi dengan
larutan iodium menggunkan indikator kanji P . 1 ml iodium 0,1 N
setara dengan 4,949 mg arsen triosida.
Penyimpanan
Lartaun titer iodim disimpan dalam wadah coklat bersumbat kasa.

116
Kesimpulan
1. Definisi
a. Iodimetri ialah menitrisi dengan larutan standar iodium
terhadap zat-zat reduktor .
b. Iodometri ialah menitrasi iodim dengan laruta standar zat
redukutor ( natrim tioslfat ). Iodium yang dititrasi disini
ialah baik berupa larutan iodium maupun iodium sebagai
hasil reaksi antara zat-zat oksidator dengan iodida
( kalium iodida )
2. Guna
a. Iodimetri : untuk penetapan kadar zat-zat redukutor
b. Iodometri : untuk penetapan kadar zat-zat oksidator
3. Larutan Standar
a. Iodium ( I2 )
b. Natrim tiosulfat ( Na2S2O3)
4. Indikator
a. Amylum
Amylum + I2 Iod-Amylum ( biru )
Iod-Amylum + Na2S2O3 2 NaI + Na2S2O3 + Amylum
( biru ) ( tak berwarna )
b. Choloform
Iodium dalam choloform Violet,kalau iodiumnya
sudah habis lapisan choloform tidak berwarna .
5. Reaksi
a. Iodimetri
I2 + H2O 2HI + O
O + Zat Reduktor
Atau dengan reaksi elektron :
( Zat reduktor Zat indikator + e ) 2x
I2 + 2e 2 I-
b. Iodometri
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6

117
Atau
Zat Indikator + KI I2
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O62

6. Cara
a. Iodimetri

I2

Amylum ( diberikan menjelang titik akhir titrasi )

Zat Reduktor

b. Iodometri

Thio

Amylum diberikan (menjelang titik akhir titrasi)


I2

Titik akhir titrasi : Hilangnya warna biru

Atau KI Thio

Zat Oksidator Titik akhir titrasi

I2

7. Perhitungan
a. Iodimetri : Mgrek zat reduktuor = mgrek I2
b. Iodometri : Mgrek zat oksidator =mgrek Thio

118
Contoh soal :
Pada pembakuan larutan titer Iodium menurut FI Ed diatas , ternyata pada
titik akhir titrasi volume larutan Iodium yang terpakai 30,35 ml.

Hitunglah normalitas larutan Iodium tersebut :


Jawab :
1. Dengan Menggunakan Kesetaraan
1 ml Iodium 0,1 N = 4,946 mg As2o3
0,1 mgrek= 4,946 mg As2O3
150 x 0,1
150 mg As243 = mgrek
4,946
mgrek I2 = mgrek As243
150 x 0,1
30,35 x N =
4,946

150 x 0,1

Jadi N larutan Iodium = = 0,0999 N

4,946 x 30,35

2. Dengan menggunakan BE
As2O3 + H2O As2O5 + 4H+ + 4e
-
I2 + 2e 2I 2x
As2O3 + 2 H2O + 2 I2 As2O3 + 4H+ + 4I-
BE As2O3 = ¼ mol
BE As2O3 = 197,8
150 150 x 4
150 mg As2 = mmol = mgrek
197,8 197,8
mgrek I2 = As2O3
150 X 4
30, 35 x N =
197,8
150 x 4
N = = 0,0999 N
197,8 x 30,35

Jadi : N larutan I2 = 0,0999 N

3. Pembuatan larutan titer natrium Thiosulfat


Menurut FI larutan titer thio sulfat 0,1 N dibuat sebagai berikut :

119
26 g natrium thio sulfat P dan 200 mg natrium karbonat P dilarutkan
dalam air bebas CO2 segar hingga 1000 ml, sebelum digunakan harus
dibakukan .
Pembakuan :
Menurut FI ed III untuk membakukan natrim thiosulfat dapat digunakan
larutan standar primer KIO3 KBrO3 dan K2Cr2O7 .
Pembakuan dengan KIO3 dilakukan sebagai berikut :
Ditimbang KIO3 36,67 mg yang telah dikeringkan pada suhu 120° C selama 1
jam kemudian dilarutukan dengan aquadest 20 ml + 5ml H2SO4 P dan 1 g KI
dan dititrasi dengan natrium thio sulfat 0,1 N sampai kuning jerami dan
ditambah indikator amylum , titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang .

7.3. Penetapan Kadar Sn dalam SnCL2


7.3.1. Metode : Iodimetri
7.3.2. Prinsip : Zat uji atau reduktor langsnug dititrasi dengan larutuan I2

7.3.3. Reaksi : I2 + Sn 2 I2 + Sn4+


7.3.4. Peralatan : - Buret 50,0 ml + Statif
: - Spatula
: - Beaker Glass 250,0 ml
: - Corong glass
: - Erlenmeyer 250,0 ml
: - Pipet Filler

7.3.5. Reagen : - Na2S2O3 (yang telah distandarisasi )


: - I2 0,1 N
;
- Amylum 1%
7.3.6. Prosedur Kerja :
1. Standarisasi I2 denguan Na2S2O3
- Dipipet 10,0 ml Na2S2O3 + 1-2 ml amylum 1%

- Dititrasi dengan I2 0,1 N sampai warna biru


- Dihitung konsentrasi I2

120
2. Pemeriksaan kadar

- Dipipet 10,0 ml SnCL2 2H2O masukan erlenmeyer


- Ditambah 1-2 ml amylum 1 %
- Dititrasi dengan I2 sampai warna biru
- Dihitung konsentrasi Sn dalam sampel

Perhitungan :

V1.N1 = V2.N2
Pemeriksaan Kadar :
Vp.Np.BA Sn x 100 %
% Sn =
Vs x 1000

7.4. Pemeriksaan Kadar Cu Dalam CuSO4 . 5H2O


7.4.1. Metode : Iodometri

7.4.2. Prinsip : Cu akan mengoksidasi 1 menjadi I2 dalam suasana asam


I2 + amylum terbentuk warna biru. Titrasi dengan
Na2S2O3TAT ditnjukkan dengan hilangnya warna biru .
7.4.3. Reaksi : 2 C u+ 2I 2 CuI + I2

: I2 + 2S2O3 S4O6 + 2I

7.4.4 Reagensia : - KIO3 0,1000 N


: - H2SO4 2 N
: - KL / Nal Kristal
: - Amylum 0,1 %
: - Na2S2O3 0,1 N
7.4.5. Alat : - Buret Statif 50,0 ml - Pipet tetes

: - Erlenmeyer 250,0 ml - Pipet ukr 10 ml


: - Spatula - Pipeut voluume 10,0 ml 5,0 ml
: - Beaker glass 250,0 ml - Pipet Filler
: - Corong glass

121
7.4.6. Prosedur Kerja :
1. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KIO3 0,1000 N
- Dipipet 10,00 ml KIO3 masukan erlenmeyer
- Ditambahkan 2-5 ml H2S2O4 2N , tambahkan seujung sendok KI/Nal
kristal kedalam larutan , kocok sampai terbentuk warna coklat , tutup
mulut erlenmeyer lubangi tengahnya .
- Dititrasi dengan Na2S2O4 0,1 N sampai pertengahan reaksi yaitu warna
kuning jerami .
- Ditambah 1 ml amylum sampai terbentuk warna biru

- Dititrasi dengan H2S2O4 0,1 N sampai TAT yaitu warna biru hilang
2. Pemeriksaan Kadar Cu dalam CuSO4
- Dipipet 10, 00 ml sampel CuSO4 masukan erlenmeyer 5 ml H2S2O4 2N
tambahkan seujung sendok KI/Nal
- Dikocok sampai homogen, tutuup mulut erlenmeyer

- Dititrasi dengan Na2S2O4 0,1 N sampai warna kuning muda ( kuning


jerami ).

- Ditambahkan 1 ml amylum sampai warna biru, titrasi dengan Na2S2O3


sampai warna biru hilang dan stabil .
Perhitungan :
c. Standarisasi
VI . NI = V2 . N2
d. Pemeriksaan Kadar Ca
Vp.Np.BA Cu
%= x 100 %
Vs. 1000

7.5..Pemeriksaan Fe2+ dalam K3Fe ( CN )6


7.5.1. Metode : Iodometri

7.5.2. Prinsip : Fe2+ dalam suuasana asam akan mengoksidasi Nal menjadi I2.
I2 yang terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3 ditandai dengan
hilangnya warna biru .

122
7.5.3. Reaksi : 2Fe2+ + 2I 2Fe3+ + I2
: I2 + 2 Na2S2O3 Na2S2O3 + Nal
7.5.4. Alat : - Buret + Statif 50,0 ml - Pipet takar 10ml
: - Erlenmeyer 250,0ml - Pipet ukur 10 ml
: - Pipet Volume 10,0 ml 5,0 ml - Beaker glass 250,0 ml
: - Corong glass - Pipet Filler

: - Batang Pengaduk
7.5.5 Reagensia : - Na2S2O3 0,1 N
: - KIO3 0,1000 N
: - H2S2O4 2N
: - KL/Nal Kristal
: - Amylum 0,1 %

7.5.6. Prosedur Kerja :

1. Standarisasi Na2S2O3 0,1 N

- Dipipet 10, 00 ml sampel KIO3 tambahkan 2-5 ml H2S2O4 2N

- Ditambahkan seuujung batang pengaduk serbuk Nal

- Ditrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning jerami

- Ditambahkan 1-2 ml Amylum 1%

- Dititrasi lagi sampai warna biru hilang sebagai TAT

- Dicatat volume titrasi .

Perhitungan :

3. Standarisasi Na2S2O3 terhadap KIO3


V1. N1 = V2. N2
Keterangan :
V1 = Volume KIO3
N2 = Normalitas KIO3

123
V2 = Volume Na2S2O3
N2 = Normalitas Na2S2O3
4. Pemeriksaan kadar Fe3+ dalam K3Fe ( CN)6
Rumus :
Vp.Np.BE Fe
Kadar Fe = x 100 %
Vs x 1000
Keterangan :
Vp = Volume Peniter (Na2S2O3 )
Np = Normalitas Peniter (Na2S2O3 )
Vs = Volume sampel
BE Fe3+ = 55,82

124
VIII. NITRIMETRITIK :

1. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan NaNO2 0,1 M

2. Mahasiswa mampu melakukan standarisai larutan NaNO2 0,1 M

3. Mahasiswa mampu melakukan proses penetapan kadar kloramponikel

4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kadar kloramponikel

8.1. Dasar Teori :

Nitrimetri adalah penetapan kadar suatu zat dengan jalan titrasi menggunakan
larutan Natrium Nitrit sebagai titran . Titrasi ini digunakan untuk penetapan
kadar amin primer aromatik berdasarkan reaksi pembentukan garam diazonium
dengan asam nitrit pada suhu dibawah 15°C. Untuk menjaga suhu dibawah
15°C digunakan batu es atau alat sirkulator, bila suhu diatas 15°C garam
diazonim yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi fenol dan reaksi tidak
berlangsung secara kuantitatif .

8.2 Pemeriksaan Kadar Klorampenikol

8.2.1 Metode : Nitrimetri

8.2.2. Prinsip : Zat jiu dalam sausan aklorida, lau dititrasi perlahan-lahan

sambil diaduk ( sebaliknya dengan pengaduk magnet ) pada


suhu dibawah 15°C dengan memberikan indikator dalam, maka
titik akhir titrasi dapat tercapai apabila terjadi warna biru
seketika dan hal itu dapat ditunjukan kembali setelah dibiarkan 1
menit .

8.2.3. Reaksi :

8.2.4. Alat : - Buret


: - statif
: - Erlenmeyer
: - Beaker glass
: - Corong glass

125
: - Pipet ukur
: - Pipet volume
8.2.5. Bahan : - Lartan HCl ( p )

: - Larutan NaNO2 0,1 M

: - Indikator dalam ( campuran methylen blue + Tropeolin – OO)

8.2.6. Prosedur Kerja :

1. Pembuatan larutan NaNO2 0,1 M

- Ditimbang 7,5 g NaNO2 kemudian dilarutkan dalam air aquadest

sampai add 1000 ml .

2. Standarisasi Larutan NaNO2

- Timbang 0,500 g slfalamida yang sebelmnya telah dikeringkan pada sh


150°C selama 3 jam, masukan ke dalam gelas kimia .

- Tambahkan 50 ml air dan 5 ml asam klorida, aduk hingga larut,

dinginkan pada sh 15°C dengan menambahkan 25 g ( pecahan es ),

kemudian tambahkan indikator dalam 2-3 tetes .

- Titrasi perlahan-lahan dengan lartan NaNO2 hingga kelebihan 1 tetes

lartan NaNO2 segera memberikan warna biru tersebut dapat

ditunjukan lagi setelah larutan dibiarkan selama 1 menit .

3. Penetapan Kadar

- Ditimbang 0,5 g klorampenikol secara seksama, masukan ke

erlenmeyer kemudian ditambahkan 20 ml HCl p + 5 g sebuk Zn

sedikit demi sedikit, + 15 ml HCl p lagi, kemudian biarkan 1 menit .

- Kemudian setelah 1 jam, disaring dengan menggunakan kertas saring,

dan air suling sebanyak 3 kali tiap penyaringan dengan 5 ml air suling,
kemudian didinginkan pada sh 15°C, tambahkan indikator dalam 2-3
tetes .

126
- Selanjutnya dititrasi perlahan-lahan dengan NaNO20,1 M , pada suhu
tidak lebih dari 15°C hingga kelebihan 1 tetes lartan NaNO2 segera
memberikan warna biru dan warna biru tersebut dapat ditunjukan lagi
setelah larutan dibiarkan selama 1 menit .
8.2.7 Perhitungan Kadar :
1. Standarisasi untuk mengetahui Molaritas NaNO2 sebenarnya
% Kemurnian Sulfanilamid x bobot Sulfanilamid
VxM=
100 x Mr Sulfanilamid ( 172,21 )

% Kemurnian Sulfanilamid x bobot Sulfanilamid


M =
100 x Mr Sulfanilamid ( 172,21 ) x V
Ket :
M = Molaritas NaNO2

V = Volume NaNO2 yang terpakai

2. Penetapan Kadar

Mr x Vp x Mr Klorampenikol ( 323,13 )
= x 100 %
Vs x 1000
Keterangan :
Mp = Molaritas Peniter
Vp = Volume Peniter
Vs = Volume Sampel

127
IX. TITRASI BEBAS AIRTIK :
1. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan larutan Asam perklorat 0,1 N
2. Mahasiswa mampu melakukan standarisai larutan Asam perklorat 0,1 N
3. Mahasiswa mampu melakukan proses penetapan kadar Na Siklamat
4. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kadar Na Siklamat

9.1. Dasar Teori :

Titrasi bebas air atau titrasi non-aqua adalah titrasi yang menggunakan pelarut
organik sebagai pengganti air, dengan organik tertentu, kekuatan asam atauu
basa lemah dapat diperbesar sehingga memungkinkan satu titrasi yang tidak
memanaskan dengan menggunakan pelarut air. Dibidang farmasi tehnik ini
banyak dipakai karena banyak obat bersifat asam atau basa lemah yang sukar
larut dalam air, Dengan memilih pelarut ysng tepat, penetapan kadar dari
komponen campuran asam atau basa juga dimungkinkan .

Seperti telah diuraikan diatas, kekuatan asam atau basa ditemukan pula oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton . Berdasarkan hal
ini maka pelarut dapat dibedakan menjadi :

Pelarut protogenik, adalah pelarut yang susah memberikan proton , misalnya :


asam-asam

Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton : misalnya

basa-basa eter , keton .

Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun memberikan


proton : misalnya air, asam asetat, alkohol .

Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun memberikan
proton, misalnya : Kloroform, Benzene , Dioksan .

Dalam memilih pelarut ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :


1. Sifat asam-asam dari pelarut

128
Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih bersifat asam,
demikian pula sebaliknya. Misalnya pada titrasi basa lemah, asam asetat
adalah lebih baik dari pada air .
2. Terdapat autoprotolisis
Sedapat mungkin dipilih pelarut yang mempunyai K auto yang lebih
rendah, karena makin kecil K auto makin mudah menetapkan titik
ekivalen, misalnya asam asetat ( K auto pada 25°C = 3,5 x 105 ) lebih baik
dari pada air ( K auto pada 25°C = 1,0 x 1010-4 )
3. Tetapan dielektrik (D), tetapan ini merupan besaran yang menunjukkan
kesempurnaan disosiasi atau kesempurnaan reaksi. Makin tinggi nilai
D, maka makin sempurna reaksi pada titik ekivalen. Dalam hal ini air
(D=7,86 pada suhu 25°C ) lebih baik dari asam asetat
(D=6,1 pada suhu 25°C) .

TBA juga mempunyai kelemahan yang perlu diperhatikan pada waktu


melakukan titrasi yaitu :

1. Pelarut organik mempunyai koefisien pemuaian yang lebih besar dari pada
air. Perubahan suhu ini akan mengakibatkan perubahan volume titran.
Oleh karena itu suhu pada pembakuan dan penetapan kadar harus dicatat.
Bila suhunya berbeda, maka volume titran dikoreksi dengan menggunakan
rumus berikut :
Vc= V [ 1 + 0,011 ( t1 – t 2 ) ], dimana
Vc= Volume titran setelah dikoreksi
V= Volume titran yang berbeda
t1 = Suhu pembakuan
t2 = Suhu penetapan kadar

Dari rumus diatas dapat dicantumkan bahwa untuk kelarutan asam


perklorat dalam asam glasial, pada perubahan suhu sebesar 1°C akan
terjadi Normalitas sebesar 0,1 % . Misalnya, untuk larutan 0,1 N harus
dilakukan koreksi sebesar + 0,0001 N untuk penurunan suhu 1°C, dan
0,0001 N untuk kenaikan suhu sebesar 1°C.
2. Adanya air akan mempengaruhi ketajaman titik akhir titrasi. Air yang ada
dalam asam perklorat diikat dengan penambahan asam asetat hingga kadar

129
Air antara 0,01 – 0,2 % . Kelebihan penambahan anhidrida asam asetat
harus dihindarkan untuk mencegah kemungkinan asetilasi terhadap zat uji.
3. Pada alkalimetri, titran dapat bereaksi dengan CO2 dari udara sehingga
perlu dilakukan titrasi blanko dan titrasi dilakukan dalam wadah tertutup
sambil dialiri gas inert ( N2 )
Pelarut organik, disamping harganya mahal, banyak yang beracun, mudah
terbakar sehingga perlu penanganan yang cermat .

9.2 Penentuan kadar Na.Siklamat

9.2.1. Metode : Titrasi Bebas Air ( TBA )

9.2.2. Prinsip : 1. Asidimetri


Senyawa–senyawa yang dapat dititrasi sebagai basa antara
lain : garam organik dari logam alkalitanah Na.Siklamat
dan Kalium hidrogenflatat : senyawa armin primer ,
sekunder , maupun tersier , garam halida dari basa organik
(Klopromazin HCl, Klordiazepoksid HCl )
Zat uji dilarutkan dengan pelarut yang cocok, lalu dititrasi
dengan larutan titer asam perklorat dalam asam asetat
glasial dan titik ekivalen ditetapkan dengan perubahan
warna indikator .
Larutan titer dalam dapat menggunakan larutan asam
perklorat dan dioksan .

2. Alkalimetri
Senyawa-senyawa yang dapat dititrasi sebagai asam antara
lain: asam halida, anhidrida asam, asam karboksilat, asam
amono, dan senyawa fenol seperti barbiturat dan xantin,
imida, fenol, pirol, dan sulfilamida .

Zat uji dilarutkan dalam pelarut yang cocok, kemudian


dititrasi dengan larutan alkali metoksida dalam wadah yang
bebas CO2 dari udara,

130
menggunakan indikator atau pasangan elektroda yang

cocok untuk menetapkan titik ekivalen . Pengaruh CO2

dapat dikoreksi dengan melakukan titrasi blanko .

9.2.3. Reaksi :

9.2.4. Alat alat : - Buret

: - statif

: - erlenmeyer

: - beaker glass

: - corong glass

: - pipet ukur, dan pipet volume

9.2.5. Bahan : - CH3COOH glasial ( p )

: - Indikator kristal violet,

: - Asam perklorat 0,1 N, Na. Siklamat

9.2.6.Prosedur Kerja :

1. Pembuatan Larutan asam perklorat 0,1 N

- Campur 8,5 ml asam perklorat ( 70 % ) p dengan 500 ml asam asetat


glasial p dan 21 ml anhidrida asetat p didinginkan dan tambahkan asam

Asetat glasial secukupnya hingga 1000 ml .

- Sebagai alternatif dapat juga dibuat sebagai berikut : campur 11 ml

asam perklorat 60 % p dengan 500 ml asetat glasial p secukupnya

hingga 1000 ml.

- Biarkan laruitan 1 hari, intik melisiskan kelebihan anhidrida asetat p,

dan tetapkan kadar air secara titrimetri ( titrasi Karl Fischer ) . Bila

kadar air melebihi 0,05 % tambahkan lagi anhidrida asetat .

131
- Bila larutan tidak mengandung air maka tambahkan air secukupnya agar

kadar air antara 0,02 % - 0,05 , biarkan lagi larutan 1 hari dan tetapkan

kembali kadar airnya .

- Larutan yang didapat dengan kadar air antara 0,02 % - 0,05 %

menunjukkan bahwa larutan tersebut sudah bebas dari anhidrida .

2. Standarisasi larutan asam perklorat 0,1 N

- Timbang 700 mg Kalium biftalat p, yang terlebih dahulu digerus dan

dikeringkan pada suhu 120°C selam 2 jam .

- Larutkan dalam 50 ml asetat glasial dalam labu 250ml . Titrasi dengan

larutan asam perklorat menggunakan indikator larutan kristal violet

( 0,2 % b/v dalam asetat glasial p ) hingga warna hijau zamrud .

- Kurangkan volume asam perklorat yang digunakan untuk 50 ml asam

glasial dan hitung Normalitas larutan .

3. Penetapan Kadar

- Timbang 0,4 g Na.Siklamat ( Mr = 201,22 ), kemudian dilarutkan dalam

asam asetat glasial p, dipanaskan .

- Setelah dingin ditambahkan indikator kristal violet, lalu dititrasi dengan

asam perkolat 0,1 N sampai terbentuk warna hijau zamrud . ( TAT )

9.2.7. Perhitungan kadar :

1. Standarisasi

VI x NI = V2 x N2

132
2. Penetapan % kadar zat :

Mp x Vp x Mr Na.Siklamat (201,22 )

% Na.Siklamat = x 100 %

Vs x 1000

133
DAFTAR PUSTAKA

Djualana, Srtono, 1993, Penuntun Praktikum Ilmu Kimia Analisa, Pusdiknas,


Depkes RI Jakarta

Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Farmakope Indonesia Edisi IV 1995, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Polling C. Dan R. Harsono Tjokrodanoerjo, 1981, Ilmu Kimia, Jilid II A,


Erlangga Jakarta

R.A. Day, JR Dan AL.Underwood , 2002, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi ke


VI Erlangga, Jakarta

Vogel, 1989, Buku Ajar Analisa Kunatitatif Anorganik, Edisi ke IV Penerbit


BukuKedokteran ECG, Jakarta

134
TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN LABORATORIUM
“Manajemen Logistik”

Dosen Pembimbing: Rodhiansyah DJS, S.Pd., M.Si


Disusun: Kelompok 10
1. Mutiara Permata Sari 1813353010
2. Berlian Sandy Yoga 1813353017
3. Elza Ramadanti 1813353019
4. Zulaicha Zain 1813353024
5. Evita Sari 1813353029
6. Amelia Apriliani 1813353030
7. Putri Komala Sari 1813353031
8.Yoga Kurniawan 1813353034
9. Selfy Yohana Parent 1813353037
10. Gustina Tri Andriyana 1813353041
11. M. Agung Pratama 1813353048
12. Shindi Oktaviani 1813353049

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGKARANG 2021

135
1. Daftar pemeriksaan di Laboratorium Kimia Klinik, Hematologi, dan Imunoserologi.

Daftar Pemeriksaan Kimia Klinik


1. SGOT
2. SGPT
3. Bilirubin direct / indirect
4. Albumin
5. Choleterol total
6. Trigliserida
7. HDL
8. LDL
9. Natrium
10. Kalium
11. Klorida
12. Magnesium
13. Kalsium
14. Urinalisa
15. Gula darah puasa

Daftar Pemeriksaan Hematologi


1. LED
2. Golongan Darah
3. Hitung Retikulosit
4. Paket Pemeriksaan Dartah Rutin
5. Paket Pemeriksaan Darah Lengkap
6. Hemoglobin
7. Hematokrit
8. Masa Pembekuan (CT)
9. Masa Pendarahan (BT)
10. Gambaran Darah Tepi
11. Trombosit
12. Eosinofil
13. Hitung Jumlah Lekosit
14 Diff. Count / Hitung Jenis

136
15. Masa Trombin (TT)

Daftar pemeriksaan Imunologi Serologi


1. Tes Kehamilan
2. Golongan Darah
3. Widal
4. DBD
5. HbsAg
6. HIV
7. CRP ( Creactive Protein )
8. VDRL/TPHA
9. ASO ( Antistrotolysin-O )
10. RAF ( Rheumatoid Arthritic Factor )

2. Simulasi Pengelolaan Logistik

137
Lampiran A

Analisis Dasar Penggunaan Item

Bagian Laboratorium Kimia Klinik Supervisor Apriliani

Pemakaian PRIORITAS Pengiriman Tempat


ITEM Satuan Komentar
per Bulan H M L per Minggu Penyimpanan

x 1 Baik
Tabung Reaksi pcs 20 Lemari Alat
x 1 Baik
Micropipet pcs 10 Lemari Alat
x 3 Baik
Tip mikropipet kotak 2 Lemari Alat
x 2 Baik
Kertas Saring kotak 1 Lemari Alat
x Baik
Fotometer pcs 2 Ruang biasa
x 1 Baik
Reagen Kit-Potassium kit 3 Lemari Alat
Aquades botol 10 Lemari Reagen Baik
x 3
x 1 Baik
Reagen Kit-Natrium kit 3 Refrigerator
x 1 Baik
Reagen Kit-Klorida kit 3 Refrigerator
x 1 Baik
Pipet tetes pcs 10 Lemari alat
x Baik
Centrifuge pcs 2 Ruang biasa
LAMPIRAN B

Permintaan Perjalanan Pembelian

ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN


Reagen kit potassium DEPT. lab BAGIAN Kimia Klinik

KATEGORI / KODE NO. PEMASOK TELEPON HARGA


1. 1257 PT. MEDICAL Chemical 02712283 RP. 200.000

DIPERLUKAN DIPESAN DITERIMA


Stok di Tangan
Disetujui Oleh Kuantitas No. PO SPLR Tanggal Tanggal Kuantitas
1 YP 3 123 #2 1/5 5/5 3

Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
1 1 2 2 1 2
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Aquades DEPT. lab BAGIAN Kimia Klinik

KATEGORI / KODE NO. PEMASOK TELEPON HARGA


1. 2134 PT. SKY Chemical 02712122 RP. 300.000

DIPERLUKAN DIPESAN DITERIMA


Stok di Tangan
Disetujui Oleh Kuantitas No. PO SPLR Tanggal Tanggal Kuantitas
2 YP 2 124 #2 5/5 15/5 2

Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2 2 2 2 2 1
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Mikropipet DEPT. lab BAGIAN Kimia Klinik

KATEGORI / KODE NO. PEMASOK TELEPON HARGA


1. 2101 PT. TOOLS Chemical 02712288 RP.150.000

DIPERLUKAN DIPESAN DITERIMA


Stok di Tangan
Disetujui Oleh Kuantitas No. PO SPLR Tanggal Tanggal Kuantitas
1 YP 2 129 #2 5/5 9/5 2

Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2 1 2 1 2 2
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Reagen Kit Klorida DEPT. lab BAGIAN Kimia Klinik

KATEGORI / KODE NO. PEMASOK TELEPON HARGA


1. 3214 PT. MEDICAL Chemical 02712283 RP. 200.000

DIPERLUKAN DIPESAN DITERIMA


Stok di Tangan
Disetujui Oleh Kuantitas No. PO SPLR Tanggal Tanggal Kuantitas
1 YP 2 123 #2 1/5 5/5 2

Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2 1 2 1 1 2
LAMPIRAN C

Catatan Persediaan Inventaris

QTY DI TANGAN JUMLAH UNTUK MEMESAN

Tanggal Terhitung Inventaris


Pengiriman Penggunaan Maksimum /
ITEM per Minggu per Bulan Minimum 2/1 3/1 4/1 5/1
Tip Mikropipet 2 4 5/2 4 2 2 5
Kertas Saring 2 3 6/2 10 15 9 11
Reagen kit-potassium 2 4 6/2 2 4 6 4
Pipet tetes 20/kotak 1 1 2/1 1 2 2 1
Tabung reaksi 50/kotak 1 1 2/1 2 1 2 2
LAMPIRAN D

Catatan Inventaris Perpetual

ITEM MAKSIMUM MINIMUM


Reagen kit potassium Lot. A2 4 2
CATATAN INVENTARIIS PERPETUAL
Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance
8/2 4 0 4
16/2 3 7
28/2 4 8
5/3 5 9
12/5 6 - 8
ITEM MAKSIMUM MINIMUM
Aquades Lot.A2 6 2
CATATAN INVENTARIIS PERPETUAL
Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance
8/2 6 0 6
16/2 3 7
28/2 4 8
5/3 5 9
12/5 4 - 6
ITEM MAKSIMUM MINIMUM
Reagen kit klorida Lot. A4 4 2
CATATAN INVENTARIIS PERPETUAL
Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance
8/2 4 0 4
16/2 3 7
28/2 4 8
5/3 5 9
12/5 6 - 8
ITEM MAKSIMUM MINIMUM
Reagen kit natrium Lot. A2 4 2
CATATAN INVENTARIIS PERPETUAL
Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance
8/2 4 0 4
16/2 3 7
28/2 4 8
5/3 5 9
12/5 6 - 8
LAMPIRAN E

Catatan Inventaris Bagian Dari Instrumen

Model No. AB-1_ _No.Seri 456 _Tanggal Pembelian 1/1/21

Pabrikan : MNO Instrument Company Telepon : (021)765432


Jl.Brotoseno 28 Penjualan Lokal : Ana Mari (021)12345
Jakarta, 35142 Servis Lokal : Ina Mari (021)98765

Kode Perkiraan Kuantitas di Tangan pada Tanggal Dihitung


Bagian Min. Inv.
Jumlah Biaya 7/2 8/2
19-110 Filter Natrium 40 00 1 1 2
19-120 Filter Potassium 40 00 1 2 2
19-130 Filter Klorida 40 00 1 1 1
20-145 Lampu ballast 5 25 2 1 2
20-122 Burner ring 9 00 2 2 1
LAMPIRAN A

Analisis Dasar Penggunaan Item

Bagian Laboratorium Hematologi Pengawas Novreza Dinanta

PRIORITAS
Pemakaian Pengiriman
ITEM Satuan per Bulan H M L per Minggu Disimpan Komentar
Needle Kotak 2 X 2 Lemari Alat Baik
Tabung Reaksi Pcs 12 X 5 Lemari Alat Baik
Safety Box Kotak 5 X 2 Lemari Alat Baik
Kertas Saring Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Spuit Kotak 3 X 2 Lemari Alat Baik
Lemari
Alkohol 96% Botol 8 X 2 Reagen Baik
EDTA Gram 250 X 500 Lemari Alat Baik
Lemari
Reagen Drapkin Botol 1/2 X 1 Reagen Baik
Kapas Medis Pack 1 X 1 Lemari Alat Baik
Lemari
Aquades Botol 10 X 3 Reagen Baik
Pipet Westergren Pcs 7 X Lemari Alat Baik
Pipet Kapiler Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Lemari
Rees Ecker Botol 1/2 X 1 Reagen Baik
LAMPIRAN B
Permintaan Perjalanan Pembelian

ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN


Reagen Drabkin DEPT. lab BAGIAN Hematologi
KATEGORI / KODE NO. PEMASOKA TELEPON HARGA
1. 1523 PT. Tekno Medicalogy 021-45871012 Rp. 98.736

DIPERLUKAN DIPESAN DITERIMA


Stok di Tangan Disetujui Oleh Kuantitas No. PO SPLR Tanggal Tanggal Kuantitas
1 AA 2 143 #1 4/5 8/5 2

Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
1/2 1 1 1 1/2
ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN
Safety Box DEPT. lab BAGIAN Hematologi
KATEGORI / KODE NO. PEMASOKA TELEPON HARGA
1. 1263 PT. Gesunde Medical 021-14367281 Rp. 23.472

DIPERLUKAN DIPESAN DITERIMA


Stok di Tangan Disetujui Oleh Kuantitas No. PO SPLR Tanggal Tanggal Kuantitas
4 AA 6 152 #2 7/5 10/5 6

Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
7 4 5 6 5
LAMPIRAN C

Catatan Persediaan Inventaris


QTY SI TANGAN JUMLAH UNTUK MEMESAN

Pengiriman Penggunaan Maksimum Tanggal Terhitung Inventaris


ITEM per Minggu per Bulan / Minimum 1/1 2/1 3/1 4/1 5/1
Safety Box 2 5 6/2 5 9 2 6 11
Reagen Drabkin 1 1/2 2/1 15 7 1 13 8
Tip Mikropipet 2 1 5/2 4 12 9 5 6
Kertas Saring 1 1 3/1 8 7 5 12 3
LAMPIRAN D

Catatan Inventaris Perpetual

ITEM MAKSIMUM MINIMUM


Rees Ecker Lot.2 3 1
CATATAN INVENTARIIS PERPETUAL
Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance
3/4 2 3 2
10/4 1 1 1
17/4 0 1/2 1
24/4 2 1 1
1/5 2 2 3
LAMPIRAN E

Catatan Inventaris Bagian Dari Instrumen

Cat./Model No. AC-3 Nomor Seri 235 Tanggal Pembelian 2/1/2021


Pabrikan : PT. AGUSTA GLOBAL MANDIRI Telepon : 021-31758215
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.88 Penjualan Lokal : Kamil (021)36813941
Kec. Cipondoh, Kota Tanggerang, Banten Layanan Lokal : Rachel (021)36182934

Kode Perkiraan Min. Kuantitas di Tangan pada Tanggal Dihitung


Jumlah Bagian Biaya Inv. 1/1 1/2 1/3 1/4 1/5
13-611 Mikroskop Rp. 23.000.000 10 3 9 4 2 8
32-379 Centrifuge Rp.1.800.000 2 7 1 11 9 13
23-131 Hematologi Analyzer Rp. 65.000.000 1 2 8 6 7 4
42-219 Objek Glass Rp. 25.000 25 10 5 2 4 8
Lampiran A

Analisis Dasar Penggunaan Item

Bagian Imunologi Serologi Pengawas Dewi Maulida Ulfa

PRIORITAS
Pemakaian Pengiriman
ITEM Satuan per Bulan H M L per Minggu Disimpan Komentar
Objek Glass Kotak 2 X 2 Lemari Alat Baik
Lancet Pcs 12 X 3 Lemari Alat Baik
Tabung Reaksi Kotak 5 X 2 Lemari Alat Baik
Centrifuge Unit 1 X 1 Lemari Alat Baik
Rotator Unit 1 X 2 Lemari Alat Baik
Mikropipet Unit 8 X 2 Lemari Alat Baik
Tip Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Reagen Latex Botol 1/2 X 1 Lemari Reagen Baik
Slide Putih Kotak 1 X 2 Lemari Alat Baik
Slide Hitam Kotak 1 X 3 Lemari Alat Baik
Pipet Pasteur Pcs 7 X 1 Lemari Alat Baik
Batang pengaduk Kotak 1 X 1 Lemari Alat Baik
Gelas Ukur Pcs 5 X 1 Lemari Alat Baik
Reagen s.thpy : O, H , Vi Botol 1/2 X 1 Lemari Reagen Baik
LAMPIRAN B
Permintaan Perjalanan Pembelian

ITEM PERSYARATAN PERJALANAN PEMBELIAN


Tabung Reaksi DEPT. lab BAGIAN Imunologi Serologi
KATEGORI / KODE NO. PEMASOKA TELEPON HARGA
2. 1524 PT. De Medicalogy 021-45871012 140.000
3. 3231 Alkes DMLD 021-09876543 139.000

DIPERLUKAN DIPESAN DITERIMA


Stok di Tangan Disetujui Oleh Kuantitas No. PO SPLR Tanggal Tanggal Kuantitas
1 DM 2 143 #1 4/5 8/5 2
2 WM 2 177 #1 1/8 4/8 2

Pemakaian Jan Feb Maret April Mei Juni July Agust Sept Okt Nov Des Total Catatan
2017 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 14 Baik
2018 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 17 Baik
LAMPIRAN C

Catatan Persediaan Inventaris


QTY SI TANGAN JUMLAH UNTUK MEMESAN

Pengiriman Penggunaan Maksimum / Tanggal Terhitung Inventaris


ITEM per Minggu per Bulan Minimum 1/1 2/1 3/1 4/1 5/1
Objek Glass 2 5 5/2 5 5 4 2 2
Reagen S. Thypi : O,
H, Vi 1 1 1/1 1 7 1 1 1
Mikropipet 2 1 ½ 4 2 9 5 6
Tip 1 5 5/1 8 7 5 12 3
LAMPIRAN D

Catatan Inventaris Perpetual

ITEM MAKSIMUM MINIMUM


Centrifuge 3 1
CATATAN INVENTARIS PERPETUAL
Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance Tanggal Masuk Keluar Balance
3/4 1 0 2
10/5 1 1 1
17/6 0 2 1
24/7 2 1 1
5/8 2 2 3
9/10 1 0 2
LAMPIRAN E

Catatan Inventaris Bagian Dari Instrumen

Cat./Model No. AB-2 Nomor Seri 235 Tanggal Pembelian 2/1/2020


Pabrikan : PT. DESejahtera Telepon : 021-317123445
Jl. Gadjah Mada no.110 Penjualan Lokal : Muhim (021)36813941
Kec. Putih, Metro, Lampung Layanan Lokal : Dewi (021)36182934

Kode Min. Kuantitas di Tangan pada Tanggal Dihitung


Jumlah Bagian Perkiraan Biaya Inv. 1/1 1/2 1/3 1/4 1/5
13-622 Rotator Rp. 1.000.000 1 3 9 4 2 8
38-379 Centrifuge Rp.1.800.000 1 7 1 11 9 13
27-138 Tabung Reaksi Rp. 140.000 1 2 8 6 7 4
02-219 Objek Glass Rp. 30.000 1 10 5 2 4 8
3. Rangkuman Artikel “Purchasing and Inventory”
A. Pembelian dan Inventaris

Manajemen pembelian dan inventaris merupakan komponen penting dari sistem


manajemen mutu. Operasi laboratorium yang efisien dan hemat biaya memerlukan
ketersediaan reagen, suplai, dan layanan yang tidak terganggu. Ketidakmampuan
melakukan tes, meski dalamwaktu singkat, sangat mengganggu perawatan klinis, kegiatan
pencegahan dan program kesehatan masyarakat.

Manajemen inventaris yang cermat membantu mencegah pemborosan, yang dapat


terjadijika reagen dan persediaan disimpan secara tidak benar, atau jika reagen menjadi
usang sebelumdapat digunakan. Menetapkan program manajemen pembelian dan inventaris
akan memastikan bahwa:

1. persediaan dan reagen selalu tersedia saat dibutuhkan


2. reagen berkualitas tinggi diperoleh dengan biaya yang sesuai
3. reagen dan persediaan tidak hilang karena penyimpanan yang tidak benar, atau disimpan dan
digunakan setelah kadaluwarsa

Metode untuk memperoleh reagen dan suplai sangat bervariasi antar laboratorium.
Beberapa laboratorium dapat membeli secara langsung tetapi, di banyak negara, sistem
pengadaan nasional diberlakukan dengan area toko pusat yang mendistribusikan langsung
kelaboratorium. Selain itu, di banyak tempat, donor memiliki peran utama dalam pengadaan

160
persediaan dan reagen. Sistem laboratorium untuk mengelola reagen dan persediaan harus
memperhitungkan variabel-variabel ini.

Tantangan manajemen inventaris adalah menyeimbangkan ketersediaan


pasokan danreagen dalam stok dengan tanggal kedaluwarsa. Umur reagen dapat
bervariasi dari beberapaminggu hingga beberapa tahun. Penting untuk terus memantau
tanggal kedaluwarsa untuk memastikan reagen yang dibutuhkan selalu tersedia dan
tidak kedaluwarsa. Namun, terlalu mahal dan boros untuk menyimpan terlalu banyak.

Peralatan dan perlengkapan yang diterima atau diterima dari donor harus memenuhi
kebutuhan klien dan kebutuhan operasional laboratorium. Manajer terkadang perlu menolak
donasi, tetapi ini harus dilakukan dengan cara diplomatik untuk memastikan penawaran di
masamendatang tidak berkecil hati.

Manajemen pembelian dan inventaris yang sukses mensyaratkan bahwa


kebijakan dan prosedur ditetapkan untuk mengelola semua bahan dan layanan penting.
Beberapa komponenutama yang harus ditangani adalah:

1. kualifikasi vendor / pabrikan


2. perjanjian pembelian
3. menerima, memeriksa, menguji, menyimpan, dan menangani bahan — semua bahan yang
dibeli harus diperiksa dan diuji dengan tepat untuk memastikan bahwa spesifikasi terpenuhi,
dan kebijakan harus ditetapkan untuk menyimpan dan menangani bahan saat dikirim ke
laboratorium
4. melacak materi ke pasien individu — sistem manajemen harus memungkinkan untuk melacak
materi ke pasien individu; artinya, laboratorium harus dapat mengidentifikasi bahanuji spesifik
yang digunakan untuk melakukan pengujian pada hari tertentu, sehingga jika adamasalah
dengan hasil pasien, laboratorium akan mengetahui reagen apa yang digunakan;
5. menilai dan memelihara inventaris
6. mengontrol periode kedaluwarsa
7. mengirimkan persediaan ke laboratorium satelit

161
B. Pembelian

Sangat penting untuk menetapkan ekspektasi dan membangun serta memelihara


hubungan dengan penyedia bahan dan layanan. Laboratorium yang membeli secara langsung
harus memperhatikan dengan cermat kualifikasi vendor dan pabrikan, memeriksa hal-hal
seperti spesifikasi dan metode pengangkutan. Laboratorium yang menerima reagen dan
persediaan dari area penyimpanan pusat yang dikelola oleh pemerintah mereka harus
berinteraksi dengan mereka yang mengelola area toko pusat untuk mencapai tujuan yang sama.

1. Pada awalnya, laboratorium harus


2. menentukan kriteria untuk persediaan atau bahan yang akan dibeli mencari harga terbaik,
dengan mempertimbangkan kualifikasi dan kredibilitas pemasok
3. pertimbangkan keuntungan dan kerugian membeli "nama merek" dibandingkan dengan
produk "generik"

Mungkin berguna untuk mencari informasi dari laboratorium lain ketika


mempertimbangkankualitas, keandalan pasokan, dan biaya. Sama pentingnya untuk
mengevaluasi vendor setelah pembelian. Pertimbangkan faktor-faktor seperti apakah vendor
mengirimkan barang tertentu, atau apakah badan pengadaan pusat meyakinkan bahwa
spesifikasi pengguna terpenuhi.

Saat menyiapkan prosedur pembelian, ada sejumlah pertimbangan.

1. Memahami persyaratan pemerintah lokal atau nasional yang perlu diakomodasi dalam
kontrak.
2. Bernegosiasi untuk harga terbaik tanpa merusak kualitas.
3. Tinjau dengan cermat semua kontrak untuk memastikan persyaratan laboratorium dipenuhi.
Kontrak harus secara jelas membahas mekanisme dan ketentuan pembayaran untuk memastikan
ketersediaan dan pengiriman reagen dan pasokan yang andal. Tanyakan apakahada penalti untuk
mengakhiri kontrak.
4. Tentukan bagaimana pembayaran akan dilakukan, dan bagaimana vendor akan memastikan
ketersediaan dan pengiriman yang andal dari persediaan dan reagen.

162
C. Menerapkan Program Manajemen Inventaris
Penerapan Langkah :
Dalam menetapkan program pengendalian inventaris ada sejumlah faktor yang perlu
dipertimbangkan.Sebuah sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga laboratorium dapat memantau
secara dekat kondisi semua persediaan dan reagen, mengetahui jumlah apa yang tersedia dan
diperingatkan ketika ada kebutuhan untuk memesan ulang .
Berikut ini adalah langkah-langkah penting untuk implementasi.
 Tetapkan tanggung jawab - tanpa ini, tidak ada yang bisa diselesaikan.
 Analisis kebutuhan laboratorium.
 Tetapkan stok minimum yang dibutuhkan untuk jangka waktu yang sesuai.
 Kembangkan formulir dan log yang dibutuhkan.
 Buat sistem untuk menerima, memeriksa dan menyimpan persediaan.
 Menjaga sistem inventaris di semua area penyimpanan, dan untuk semua reagen dan persediaan yang
digunakan di laboratorium.

Menganalisa Kebutuhan :
Laboratorium membutuhkan proses untuk menganalisis kebutuhan bahan dan menentukan berapa banyak
kit untuk pengujian yang tersedia. Laboratorium harus membuat daftar semua pengujian yang dilakukan
dan mengidentifikasi semua suplai dan reagen yang diperlukan untuk setiap pengujian.
Informasi yang diperlukan untuk menganalisis kebutuhan meliputi:
 Deskripsi lengkap dari setiap item yang digunakan.
 Jumlah paket atau jumlah unit tempat item diberikan.
 Perkiraan penggunaan per bulan.
 Tingkat prioritas atau kepentingan item dalam melakukan pekerjaan laboratorium.
 Lamanya waktu yang diperlukan untuk menerima pengiriman.
 Ruang dan kondisi penyimpanan

D. Kuantifikasi
Kuantifikasi adalah proses yang sangat penting yang dapat membantu menghitung berapa banyak
yang dibutuhkan dari item tertentu untuk periode waktu tertentu, dan ini adalah bagian penting dari
program manajemen inventaris yang berhasil.
Kuantifikasi yang akurat akan:
• memastikan persediaan penting akan tersedia saat dibutuhkan
• mencegah penimbunan berlebih, yang dapat menyebabkan pemborosan material yang mahal.
Kuantifikasi memberikan informasi untuk:
 Memperkirakan kebutuhan anggaran tahunan.
 Memungkinkan perencanaan yang lebih baik.
 Membuat keputusan dan memantau kinerja sistem manajemen inventaris.

Dua metode yang sering digunakan adalah kuantifikasi berbasis konsumsi dan kuantifikasi berbasis
morbiditas.

163
E. Kuantifikasi Berbasis Konsumsi
Laboratorium menggunakan metode berbasis konsumsi, berdasarkan pengalaman mereka dari
waktu ke waktu. Metode ini didasarkan pada konsumsi aktual, jadi ada sejumlah faktor yang perlu
dipertimbangkan. Misalnya, untuk menentukan penggunaan sebenarnya, penting juga untuk
memperkirakan berapa banyak pemborosan yang terjadi dan berapa banyak reagen dan persediaan yang
kadaluwarsa atau rusak yang telah dibuang.
Contoh jenis pemantauan ini ditunjukkan di bawah ini.

Untuk perencanaan, ada baiknya untuk mempertimbangkan apakah ada persediaan atau reagen
yang habis selama lebih dari 15 hari selama tahun tertentu. Memungkinkan bahwa terdapat persediaan
yang ridak dipesan dalam jumlah yang mencukupi, atau pemborosan atau kadaluwarsa lebih tinggi dari
yang diperkirakan.

F. Kuantifikasi Berdasarkan Morbiditas


Dalam menggunakan metode kuantifikasi berbasis morbiditas (ditunjukkan di bawah),
laboratorium harus memperhitungkan jumlah aktual episode, penyakit, dan masalah kesehatan yang
memerlukan pengujian laboratorium. Dengan kata lain, laboratorium perlu memperkirakan frekuensi yang
diharapkan dari penyakit tersebut. Kemudian, dengan mempertimbangkan berapa banyak orang yang
dilayani laboratorium, dapat memperkirakan jumlah total kasus yang mungkin diharapkan untuk diamati
oleh komunitas. Menggunakan pedoman standar untuk diagnosis dan pengobatan, dan
mempertimbangkan seberapa baik penyedia layanan kesehatan mematuhi pedoman ini, dapat membantu
memperkirakan berapa banyak tes laboratorium yang akan dilakukan.

164
Metode kuantifikasi berbasis morbiditas yang baik lebih akurat daripada metode kuantifikasi
dengan metode konsumsi, tetapi bergantung pada data yang akurat.

G. Formulir dan Log


Mengembangkan sistem pencatatan yang tepat merupakan langkah penting untuk manajemen
inventaris. Alat yang bagus untuk mengelola stok meliputi:
• bentuk standar
• sistem kartu
• buku log.
Untuk sistem apa pun yang digunakan, informasi berikut harus dicatat:
• tanggal reagen atau set perlengkapan diterima;
• nomor lot untuk semua persediaan, reagen dan kit;
• lulus atau gagal kriteria penerimaan;
• tanggal nomor lot atau kotak persediaan digunakan atau, jika tidak dapat digunakan, tanggal dan metode
disposisi.

Buku catatan stok atau sistem kartu akan memberikan cara untuk melacak semua persediaan dan reagen
yang ada di tangan pada waktu tertentu. Selain informasi yang disebutkan di atas, ada baiknya untuk
mencatat:
• nama dan tanda tangan penerima materi
• tanggal penerimaan
• tanggal habis tempo
• jumlah materi yang diterima
• stok minimum yang harus di tangan
• saldo saham saat ini.
Informasi tambahan untuk dicatat dapat mencakup:
• nomor rak atau nama
• tujuan (mis. ke –20 Hai C freezer ke ruang media).
Sebaiknya simpan buku catatan stok di area penyimpanan.

H. Penerimaan dan Penyimpanan Persediaan


1. Menerima dan Memeriksa Persediaan
Semua persediaan dan reagen harus diperiksa saat tiba di laboratorium untuk memastikan
persediaan dalam kondisi baik dan untuk memverifikasi bahwa apa yang diterima adalah
apa yang dipesan.
Selain itu, orang yang menerima persediaan harus:
• menandatangani nama mereka untuk memverifikasi penerimaan barang
• beri tanggal pada setiap item yang diterima
• catat tanggal kedaluwarsa
• menyimpan kiriman baru di setelah kiriman yang ada
• membuat atau memperbarui catatan buku catatan.

2. Penyimpanan
Penyimpanan reagen dan persediaan adalah bagian yang sangat penting dari pengendalian
persediaan.

165
Penerapan baik yang perlu diingat adalah:
• Jaga gudang tetap bersih, teratur, dan terkunci.
• Pastikan area penyimpanan berventilasi baik dan terlindung dari sinar matahari langsung.
• Pastikan kondisi penyimpanan sesuai dengan petunjuk pabrik.
• Gunakan rak yang baik dan cukup kuat untuk menopang barang, dan atur barang dengan hati-
hati
• Pastikan item dapat dijangkau oleh staf. Bangku tangga yang kokoh harus tersedia untuk
menjangkau rak yang lebih tinggi dan barang yang lebih berat harus disimpan di rak yang
lebih rendah.
• Saat menyimpan, letakkan kiriman baru di belakang bahan yang sudah ada yang sudah ada di
laboratorium.

3. Pengaturan Rak
Pelabelan rak adalah alat yang berguna untuk inventaris penyimpanan dan akan membantu
mengatur dan mensistemasi ruang penyimpanan.
• Tetapkan nomor (atau nama) ke area rak yang berbeda.
• Catat dalam buku jurnal rak apa yang digunakan untuk reagen dan persediaan apa.

Sistem ini membantu menghindari ―kehilangan‖ produk, dan menghemat waktu staf saat
mencari produk. Ini juga berguna untuk memberi nomor ruang dingin, lemari es dan
freezer untuk tujuan yang sama. Contoh sistem jenis ini ditunjukkan di bawah ini.

4. Pelabelan Reagen
Penting untuk memberi label reagen dengan tanggal dibukanya reagen dan untuk memastikan
tanggal kadaluwarsa terlihat dengan jelas.

166
TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM
1. Nama Laboratorium :
Laboratorium Klinik SahabatLab
2. Ruang Lingkup Pengujian
Bidang Bahan/Spesimen Jenis Identitas Metode pengujian/ Keterangan
Pengujian yang diuji Pengujian Teknik Pengujian
Hematologi Darah EDTA Leukosit Impedance
Flowcytometry/Penembakan
dengan semi conductor laser
setelah pewarnaan /IK-OPR-
ANL-HMRT-SYS-XS800i
Seri 63905
Trombosit Hydro Dynamic Focusing
Method/ Impedance dengan
modifikasi penggunaan
cellpack untuk Focusing sel-
sel ke aperture/ IK-OPR-
ANL-HMRT-SYS-XS800i
Seri 63905
Eritrosit Hydro Dynamic Focusing
Method/ Impedance dengan
modifikasi penggunaan
cellpack untuk Focusing sel-
sel ke aperture/ IK-OPR-
ANL-HMRT-SYS-XS800i
Seri 63905
Hitung Jenis Fluorenscene Flowcytometry/
Leukosit: Penembakan dengan semi
Neutrofil conductor laser setelah
Limfosit pewarnaan/ IK-OPR-ANL-
Monosit HMRT-SYS-XS800i Seri
Eosinofil 63905
Basofil

3. Rentang Acuan Biologis


Leukosit : 5.000 – 10.000 μl
Trombosit : 150.000 – 400.000 μl
Eritrosit : Perempuan : 4,0 – 5,0 juta μl
Laki-laki : 4,5 – 5,5 juta μl

Hitung Jenis Leukosit:


Neutrofil : 40-60%
Limfosit : 20-40%
Monosit : 2-8%
Eosinofil : 1-4%
Basofil : 0,5-1%

167
4. Prosedur penerimaan pasien dan konsultasi

Pasien datang ke SahabatLab

PENDAFTARAN :
- Mengambil nomor antrian
- Pasien dengan membawa
pengantar, langsung
mendaftar
- Pasien tanpa pengantar,
dikonsultasikan ke dokter PJ
SahabatLab
Pasien dipanggil ke ruangan sampling

Petugas Melakukan pemeriksaan


spesimen

PENGAMBILAN HASIL
LABORATORIUM
5. Membuat Kebijakan Mutu
Kebijakan Mutu
Laboratorium Klinik SahabatLab adalah Laboratorium dibidang jasa
pelayanan kesehatan. Laboratorium Klinik SahabatLab senantiasa
memberikan pelayanan jasa dibidang kesehatan yang konsisten, bermutu,
tepat waktu, dan sesuai dengan standar pengujian yang ditetapkan serta
berkomitmen terhadap peningkatan sistem menejemen yang
berkesinambungan untuk memenuhi persyaratan ISO 15189 dan peraturan
yang berlaku. Untuk itu Laboratorium Klinik SahabatLab menetapkan
kebijakan mutu sebagai berikut
1. Memberikan pelayanan optimal kepada pelanggan dengan harga
kompetitif dan hasil terpecaya
2. Pelayanan terhadap pelanggan dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten dengan peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan
3. Menyampaikan informasi hasil yang akurat dan tepat pada waktunya
4. Mengembangkan dan menerapkan sistem menejemen mutu ISO
15189 sehingga tercipta efektifitas dan efesien secara
berkesinambungan

Bandar Lampung, 12 Februari 2021


Direktur SahabatLab

Zulaicha Zain, S.Tr.Kes.,M.Sc

168
Sasaran Mutu Laboratorium klinis
SASARAN MUTU LABORATORIUM SahabatLab
Dalam Rangka peningkatan berkelanjutan dan pencapaian
kepuasan pelanggan atau pihak yang berkepentingan
terhadap mutu dan hasil pengujian/pemeriksaan, maka
laboratorium SahabatLab menerapkan sasaran mutu
senbagai berikut
1. Keakuratan dan ketetapan dalam pemeriksaan 99%
2. Alat dikalibrasi setiap 3 bulan sekali
3. Terdapat paket hemat untuk biaya pemeriksaan mulai
dari Rp100.000
4. Jumlah Pelanggan Laboratorium meningkat minimal
10% setiap bulan nya.

1. Membuat Bisnis Proses Lab


Pasien Resepsionis Konsultan Teknisi/Analis Verifikator

Pasien datang Menerima no Melakukan


Konsultasi pra
antrian dari pemeriksaan sampling
pasien

Mengambil Melakukan
Verifikasi hasil
nomor antrian Mengisi pemeriksaan
pemeriksaan
formuir sampel
pendaftaran

Legalisasi hasil
pemeriksaan

Selesai dan Melakukan Konsultasi post


pasien pulang pembayaran pemeriksaan

169
2. Membuat Instruksi Kerja
INSTRUKSI KERJA Nomor : 128796234
LOGO PENGGUNAAN NERACA Tgl Penetapan : 19 Februari
Perusaha ANALITIK 2021
an Revisi Ke :
Tgl Revisi :

1. Nama Alat : Neraca Analitik


2. Merk/Type : Fujitsu/GS
3. Prinsip Kerja Alat : Penggunaan Sumbe tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan
peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan, kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu
dilihat angka yang tertera pada layar, angka tersebut merupakan berat dari bahan yang
ditimbang.
4.
5. 1. PEMAKAIAN ALAT
1. Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
2. Pastikan timbangan menunjukkan angka ‖nol‖( jika tidak perlu di koreksi).
3. Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
4. Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan tersebut.
5. Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit, karena
hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan

Langkah kerja penimbangan yang meliputi:


a. Persiapan pendahuluan alat-alat penimbangan, siapkan alat dan zat yang akan
ditimbang, sendok, kaca arloji dan kertas isap. Pemeriksaan pendahuluan terhadap
neraca meliputi: periksa kebersihan neraca (terutama piring-piring neraca), kedataran
dan kesetimbangan neraca.
b. Penimbangan dapat dilakukan setelah diperoleh keadaan setimbang pada neraca dan
timbangan pada posisi nol, demikian pula setelah penimbangan selesai posis timbangan
dikembalikan seperti semula.

2. SELESAI PEMAKAIAN
Dibersihkan alat-alat yang digunakan dan bagian dari neraca elektrik, seperti : cawan
arloji, spatula dsb. Neraca elektrik dibersihkan dengan tissue atau lap bersih.
3. PENYIMPANAN
Sesudah bersih, alat ditutup dengan menggunakan pembungkus alat, diletakkan di tempat
yang tidak terkena cahaya matahari dan suhunya terjaga dengan baik dan benar.

170
DIBUAT DIKAJI ULANG DISAHKAN
Teknisi Lab Ka. Sub Unit Lab Direktur Perusahaan
................ ................. .................

171
3. Membuat SOP Pengendalian Dokumen
SOP PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN
No. Dokumen :

Terbitan : Ditetapkan Oleh


Kepala/Direktur
LOGO SOP No. Revisi :

Tgl Mulai Berlaku : ……………………


Halaman :

1. Pengertian Dokumen yang dimaksud dalam prosedur ini adalah semua dokumen yang
terkait dengan sistem manajemen mutu yang digunakan sebagai acuan dalam
kegiatan pengendalian mutu.
1. Pengendalian Dokumen
Adalah kegiatan pengelolaan dan pengendalian dokumen-dokumen
sistem manajemen mutu yang mencakup pembuatan, distribusi,
penggunaan, perubahan dengan mengikuti ketentuan/metode yang diatur
dalam prosedur ini.
2. Dokumen Dikendalikan
Dokumen dengan status DIKENDALIKAN adalah bahwa dokumen acuan
kerja tersebut di-up-date/diperbarui secara berkala sesuai perubahan-
perubahan yang terjadi selama pemakaiannya.
3. Dokumen Tidak Dikendalikan
Dokumen dengan status TIDAK DIKENDALIKAN adalah bahwa
dokumen tersebut sejak diterbitkan tidak di-up-date/diperbarui dan
karenanya tidak diperuntukan sebagai acuan kerja.
4. Dokumen Tidak Berlaku
Dokumen dengan status KADALUARSA artinya adalah bahwa dokumen
tersebut sudah tidak berlaku lagi dan selanjutnya diperlakukan sebagai
arsip.
5. Pedoman Mutu
Manual Mutu adalah dokumen sistem manajemen mutu yang memuat
ketentuan-ketentuan / persyaratan-persyaratan / kebijakan-kebijakan yang
digunakan sebagai acuan umum dalam menjalankan semua kegiatan
operasional organisasi.
6. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja adalah dokumen sistem manajemen mutu yang
mengatur/mengkoordinasikan kegiatan/proses secara lintas fungsi agar
dicapai sasaran dan persyaratan yang telah ditetapkan
7. Program Pendukung
Program pendukung termasuk dokumen sistem mutu dalam bentuk jadwal
kegiatan yang memuat rencana aktivitas untuk mendukung pelaksanaan
sistem manajemen mutu.

172
2. Tujuan Prosedur Pengendalian Dokumen ini dibuat untuk memastikan semua
dokumen yang terkait dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 15189 dapat
dikelola dan dikendalikan secara efektif sehingga memenuhi persyaratan
standard Internasional ISO 15189.

3. Kebijakan SK Kepala No : Tentang Pengendalian Dokumen dan Rekaman


4. Referensi
5. Alat dan Bahan ATK, Formulir
6. Prosedur / Langkah-langkah Bagan Alir
1. MENETAPKAN JENIS DOKUMEN DAN
Menetapkan Membuat
REKAMAN Jenis Dokumen Dokumen
Kepala Puskesmas / MR / Pemegang
Program / Koordinator Unit / Menetapkan
jenis dokumen dan rekaman terkendali, Memberikan Mengesahkan
meliputi : Manual Mutu, Prosedur Kerja / Identitas isi dokumen
SOP dan Formulir

2. MEMBUAT DOKUMEN DAN Memberikan Menerbitkan &


Penomoran Mendistribusi
REKAMAN
MR / Wakil Manajemen menetapkan
sistematika pembuatan dokumen sebagai
Menerbitkan Merevisi
berikut : Ulang Dokumen
Prosedur Kerja dan Instruksi Kerja terdiri
dari : Pengertian, Tujuan, Kebijakan,
Prosedur, Diagram Alir (jika diperlukan), Melakukan Melakukan
Unit Terkait, Referensi, Dokumen terkait, Penarikan & Peninjauan
Pemusnahan Ulang
Catatan revisi/ Perubahan

3. MENGESAHAN ISI DOKUMEN &


REKAMAN Melakukan
Pengendalian
Setiap dokumen terkendali harus mendapat Dokumen
bukti persetujuan dan pengesahan dari eksternal

Kepala Puskesmas

4. MEMBERIKAN IDENTITAS DOKUMEN


Setiap dokumen terkendali memiliki bagian
header yang merupakan identitas dokumen
yang berisi : Judul dokumen, Nomor kode
dokumen, Terbitan ( dua digit ), Revisi ( dua
digit ), Tanggal mulai berlaku, Halaman,
Penanggungjawab ( disiapkan, diperiksa,
disahkan )

173
5. MEMBERI PENOMORAN DOKUMEN
Setelah disahkan, sekretariat ISO memberi
nomor dokumen yang terdiri dari 4 bagian:
a. Penomoran Manual mutu, prosedur
kerja dan instruksi kerja
Bagian I menunjukkan jenis dokumen
MM untuk manual mutu PK
untuk prosedur kerj FORM untuk
Formulir yang digunakan

Bagian II
menunjukkan unit yang membuat
dokumen menunjukkan nomor urut
penerbitan dokumen, dengan 3 digit
menunjukkan tahun penerbitan dengan
2 digit
Contoh penomoran dokumen: PK/
BPG/001/ 15
Artinya :
PK: Jenis dokumen Prosedur Kerja
BPG: BP Gigi
001 nomor urut dokumen
15 tahun 2015
b. Penomoran formulir
Contoh : FORM /BPG/ 001/ 15
Form menunjukkan jenis dokumen dan
rekaman Artinya : Jenis dokumen
Formulir
BPG : BP Gigi
001 nomor urut dokumen
15 tahun 2015

6. MENERBITKAN DAN MENDISTRIBUSI


DOKUMEN DAN REKAMAN
a. Suatu dokumen dapat diterbitkan bila
sudah mendapat persetujuan dan
pengesahan dari Kepala Puskesmas
b. Dokumen diperbanyak dan
didistribusikan oleh Sekretariat ISO dan
MR kepada semua pihak yang

174
berkepentingan dengan mengisi
Formulir Bukti Penerimaan Dokumen.
c. Sekretariat bertanggung jawab
menyimpan dokumen sah memelihara
Daftar Induk Prosedur Kerja, Instruksi
Kerja dan Formulir yang ada pada
Bagian,Sub Bag, Bidang atau Seksi
d. Untuk menunjukkan Salinan dokumen
tersebut terkendali diberi cap
―TERKENDALI‖ dengan persetujuan
MR.

7. MEREVISI DOKUMEN DAN REKAMAN


Suatu dokumen dapat direvisi dengan tata
cara:
a. Pemohon revisi mengisi formulir usulan
revisi kepada Kepala Puskesmas
b. Permintaan revisi disetujui pejabat yang
berwenang
c. Revisi dicatat dalam rekaman historis
perubahan pada tiap dokumen

8. MENERBITKAN ULANG DOKUMEN


DAN REKAMAN
Suatu dokumen dapat diterbitkan ulang jika:
a. Terjadi perubahan sistem mutu
b. Ada perubahan struktur organisasi yang
mempengaruhi isi dokumen
c. Instruksi kerja sudah tidak sesuai dengan
urutan pelaksanaan tugas
d. Bila terjadi penerbitan ulang, dokumen
lama ditarik

9. MELAKUKAN PENARIKAN DAN


PEMUSNAHAN DOKUMEN DAN
REKAMAN
a. MR menarik salinan dokumen dan
rekaman yang sudah tidak berlaku dari
peredaran dengan menggunakan
formulir bukti penarikan dokumen

175
b. Salinan dokumen dan rekaman yang
sudah ditarik, dimusnahkan dengan cara
dibakar dan dicatat dalam formulir berita
acara pemusnahan dokumen
c. Dokumen dan rekaman asli dari
dokumen yang sudah ditarik diberi cap ‗
TAK TERKENDALI‘ , dan disimpan
MR sebagai arsip
d. Formulir berita acara pemusnahan
dokumen disimpan oleh MR.

10. MELAKUKAN PENINJAUAN ULANG


DOKUMEN
Setiap dokumen ditinjau ulang setiap satu
tahun sekali

11. MELAKUKAN PENGENDALIAN


DOKUMEN EKSTERNAL
Koordinator Unit/Pemegang program
mengidentifikasi dan mengendalikan
distribusi dokumen eksternal dengan
formulir daftar dokumen eksternal. Bila
suatu dokumen eksternal sudah tidak
digunakan, MR menarik dokumen eksternal
tersebut dan dicatat dalam formulir daftar
dokumen eksternal

7. Hal-hal yang perlu Catatan Revisi perubahan, Bukti Penerimaan dokumen, Usulan revisi, Bukti
diperhatikan penarikan dokumen, Berita acara pemusnahan dokumen
8. Unit Terkait
9. Dokumen Terkait Formulir Bukti Penerimaan dokumen
Formulir Daftar Induk Dokumen
Formulir Daftar Induk Formulir
Formulir Usulan Revisi
Formulir Bukti Penarikan Dokumen
Formulir Berita Acara Pemusnahan Dokumen
Formulir Daftar induk dokumen eksternal

176
1. Membuat google form Survey Layanan Laboratorium
Alamat : https://forms.gle/wGKeDrjSaKJLwupz7

177
2. Membuat prosedur menjaring saran staf dan buatkan form nya
PENGISIAN KRITIK DAN SARAN
Pegawai SahabatLab
No. Kode : Ditetapkan Oleh Direktur
Terbitan : 01 SahabatLab
No. Revisi :0
Tgl. Mulai Berlaku : 28

SahabatLab
SOP Februari 2021
Halaman : 1-2.

Zulaicha Zain,S.Tr.Kes.,M.Sc

1. Pengertian  Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan
untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu
memperbaiki pekerjaan.
 Saran adalah sebuah hal yang berupa usulan, anjuran ataupun solusi
terhadap suatu hal baik itu bisa berupa permasalahan, situasi yang sedang
membutuhkan pendapat ataupun masukan dalam melakukan suatu hal.
2. Tujuan Untuk mengatur penanganan kritik dan saran demi kemajuan dan
peningkatan berkelanjutan
3. Kebijakan Langkah-langkah penanganan kritik dan saran, wajib dilaksanakan sesuai
dengan langkah- langkah SPO ini.
4. Referensi Manual mutu dan ISO 15189
5. Prosedur 1. Tulis pendapat/saran/kritik membangun anda, pada form yang tersedia
2. Agar lebih jelas, mohon tulis, ditujukan kepada siapa pendapat
anda/kritik/saran pembangun anda
3. Apabila berkenan, cantumkan/tulis nama anda. Kerahasiaan nama
anda kami jamin
4. Kirimkan form anda pada alamat [email protected] atau
https://forms.gle/jjdVLqBs4hfJV3La9
5. Terimakasih anda telah berpartisipasi
6. Unit Terkait  Kepala Direktur

178
179
3. Membuat identifikasi resiko, analisis resiko, dan usulan mitigasi/tindakan pencegahan
Identifikasi resiko/bahaya Frekuensi x Keparahan Mitigasi
pada Laboratorium

Tertusuk jarum suntik 2x3=6  Dibuat wadah/box khusus


jarum suntik sesudah
dipakai dan sebelum
dipakai
 Dibuat SOP
penyimpanan jarum
suntik
Terkena tumpahan reagen 2x3=6  Meningkatkan kepatuhan
terhadap SOP
 Tutup rapat reagen
setelah digunakan
Terkena pecahan alat lab 2x2=4  Petugas lab
menggunakan sarung
tangan, jas lab, dan APD
lengkap lainnya
Terseterum 1x3=3  Memasang rambu –
rambu
 Mengisolasi kabel yang
rusak
Tertular penyakit 3x3=9  Menggunakan APD
lengkap
 Menerapkan BSL sesuai
tingkat jenis infeksius
sampel

180
1. Membuat Intruksi Kerja Kalibrasi Alat
KALIBRASI ALAT Nomor : 128796234
PENGGUNAAN Tgl Penetapan : 6 Maret 2021
SahabatLab AUTOCLAVE

Revisi Ke :
Tgl Revisi :

6. Nama Alat : Autoclave


7. Pengertian Alat : Otoklaf adalah peralatan sterilisasi panas basah (menggunakan uap) yang
biasa digunakan untuk sterilisasi alat dan juga bahan di laboratorium.
Prinsip Alat : Uap panas yang dihasilkan oleh autoklaf bersumber dari uap panas yang
dihasilkan oleh api. Autoklaf dapat dioperasionalkan pada suhu 115-1500˚C. Sterilisasi
efektif bila dilakukan pada lamanya waktu, misalnya pada media nutrisi yang volumenya 25-
50ml disterilisasikan di autoklaf dengan suhu 121˚C selama 15-20 menit pada tekanan
1.5kg/cm2. Agar autoklaf dapat difungsikan maka pemeliharaan dan perawatannya harus
selalu diperhatikan.
8. Tujuan : Kalibrasi Autoclave digunakan untuk menguji apakah fungsi alat, suhu, waktu dan
tekanan sudah benar.
9.
Prosedur Kalibrasi
Ada 2 cara kalibrasi
Autoclave indkator Tape
1. Rekatkan indocator tape secara melingkar pada kemasan yang akan di sterilisasi. kemasan
diletakkan pada bagian atasa atau bagian bawah Autocalve.
2. Atur suhu , waktu dan tekanan
3. Setelah selesai, baca indicator tape dengan melihat perubahan warna yang terjadi pada
garis-garis diagonal.
4. Bila Proses Seterilisasi berjalan dengan baik, garis-garis diagonal berubah warna dari putih
menjadi coklat ke hitam-hitaman.

Bacillus stearothermophilus
1. Masukkan Bacillus stearothermophilus dalam bentuk liofilisasi ke dalam autoclave
2. Atur suhu, waktu dan tekanan
3. Hidupkan Autoclave Setelah selesai, ambil Bacillus stearothermophilus dan tanam pada
agar darah (blood agar) dan inkubasikan pada suhu 40 – 60 oC selama 24 sampai 48 jam.
Proses sterilisasi berjalan baik apabila tidak ada pertumbuhan Bacillus stearothermophilus

DIBUAT DIKAJI ULANG DISAHKAN


Teknisi Lab Ka. Sub Unit Lab Direktur Perusahaan

181
Maher Zein, S.Tr.Kes Zayn Malik, M.Kes Dr. Zulaicha Zain, M.Sc

KALIBRASI ALAT Nomor : 128796234


PENGGUNAAN Tgl Penetapan : 6 Maret 2021
SahabatLab CENTRIFUGE

Revisi Ke :
Tgl Revisi :

10. Nama Alat : Centrifuge


11. Pengertian Alat : Kalibrasi centrifuge dilakukan dengan mengukurkecepatan permenit
(rpm) dan waktu pada alatnya. Pada refrigated centrifuge selain kalibrasi rpm danwaktu juga
perlu kalibrasi suhu
12. Tujuan : Kalibrasi sentrifus dilakukan dengan mengukur kecepatan per menit dan
waktu pada alatnya.

Prosedur Kalibrasi
1. Kalibrasi rpm
 Ujung kabel yang satu dikaitkan pada kumparan motor di dala, sedangkan
ujung yang lain dihubungkan dengan alat Tachometer
 Set centrifuge pada rpm tertentu, kemudian jalankan
 Catat rpm yang ditunjukkan oleh meter pada tachometer
 Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata
2. Kalibrasi timer
 Set centrifuge pada waktu yang sering dipakai, misalnya 5 menit
 Jalankan alat dan bersamaan dengan itu jalankan stopwatch
 Pada waktu centrifuge berhenti matikan stopwatch, catat waktu yang ditunjukkan
stopwatch
Ulangi beberapa kali, hitung rata-rata.
DIBUAT DIKAJI ULANG DISAHKAN
Teknisi Lab Ka. Sub Unit Lab Direktur Perusahaan

Maher Zein, S.Tr.Kes Zayn Malik, M.Kes Dr. Zulaicha Zain, M.Sc

182
KALIBRASI ALAT Nomor : 128796234
PENGGUNAAN Tgl Penetapan : 6 Maret 2021
SahabatLab SPEKTROFOTOMETER

Revisi Ke :
Tgl Revisi :

13. Nama Alat : Spektrofotometer UV VIS


14. Pengertian Alat : alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut
kuvet
15.
Prosedur Kalibrasi
Kalibrasi Panjang gelombang
1. Menggunakan filterglass helium oksida yang memiliki pnjang gelombang acuan 24.5,
278.4, 333.7
2. Filterglass helium oksida dipasang pada kompartemen sampel pembanding yang
dikosongkan
3. Lakukan scaning spectrum heliumoksida
4. Selanjutnya bandingkan panjang gelombang spektrum yang diperoleh dengan data panjang
gelombang acuan

Kalibrasi absorbans
1. Membuat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 1 liter larutan asam sulfat 0,005 mol
atau larutan A
2. Membuat larutan kalium dikromat 50 + 0,5 mg dalam 1 liter larutan asam sulfat 0,005 mol
atau larutan B. Mebuat larutan asam sulfat 0,005 mol/L sbagai pembanding
3. Bandingkan hasilnya dengan data acuan.

DIBUAT DIKAJI ULANG DISAHKAN


Teknisi Lab Ka. Sub Unit Lab Direktur Perusahaan

Maher Zein, S.Tr.Kes Zayn Malik, M.Kes Dr. Zulaicha Zain, M.Sc

183
2. Membuat pamflet/brosur untuk informasi untuk pasien

SahabatLab
Jl. P Senopati No 121 Bandar
Lampung (0721 – 765234)
[email protected] SahabatLab

184
1. Terhadap sampel homogen dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol secara kolorimetrik
enzimatik dan diperoleh data sbb.

Buatlah batas-batas persyaratan sesuai Control Chart Levey Jennings

Setelah Control Chart tersebut jadi, digunakan untuk mengendalikan mutu. Pada hari pekan ke-
1 diperoleh nilai Sampel QC 231 mg/dL, pekan ke-2 diperoleh 225 mg/dL, dan Pekan ke-3
diperoleh nilai 237.

Buatlah kajian dari kejadian tersebut

Jawab :

Rata-rata : 231.05

SD : 3.25
Rata-rata + 3SD = 231,05+ 3(3.25) = 240,80 g/dl UCL

Rata-rata + 2SD = 231,05+ 2(3.25) = 237,55 g/dl UWL

Rata-rata + 1SD = 231,05+ 1(3.25) = 234,30 g/dl

Rata-rata + 0 SD = 231,05+ 0(3.25) = 231,05 g/dl

Rata-rata - 1 SD = 231,05- 1(3.25) = 227,80 g/dl

Rata-rata - 2 SD = 231,05- 2(3.25) = 224,55 g/dl LWL

Rata-rata - 3 SD = 231,05- 3(3.25) = 221,30 g/dl LCL


Dari data diatas, kita buat grafiknya sebagai berikut

185
Kajian dari data tersebut :

 Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa hasil QC tidak ada yang melebihi nilai UCL
(Uper Control Limit) dan juga hasil QC tidak ada yang dibawah LCL (Lower Control
Limit). Hasil analisis QC sampel diperoleh data pada rentang UWL sampai LWL , maka
hasil uji masih boleh dikeluarkan.

 Dari data diatas, presisi rendah. Karena terjadi penurunan dan peningkatan. Pekan ke-2
terjadi penurunan dan pekan ke-3 terjadi penaikan. Mungkin disebabkan karena teknik
yang tidak konsisten maupun stabilitas instrumen., misalnya tidak dilakukan
homogenisasi bahan kontrol sebelum diperiksa, voltase listrik yang tidak stabil.

186

Anda mungkin juga menyukai