TELAAH JURNAL Caring & Compre

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

TELAAH DENGAN MENGGUNAKAN PICOT

KONSEP CARING DAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


KEPERAWATAN DASAR PROFESI
Dosen Pembimbing : Ns. Yulidian Nurpratiwi, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

Andika Septiana Efendi


Jaelani
Mahrifatullah
Nabri Aditia Mukti
Yudiansyah

PROGRAM STUDI NERS (AKADEMIK)


INSTITUT MEDIKA DRG. SUHERMAN (IMDS)
TAHUN 2021
TELAAH JURNAL

1. Nama Jurnal : Jurnal Ilmu Keperawatan


Judul Artikel : Penerapan KomunikasiTerapeutik Mahasiswa Keperawatan Dalam
Praktek Klinik Keperawatan Dasar di Rumah Sakit.
No : ISBN: 978-602-6697-43-1
Volume :-
Penulis : Etlidawati dan Kris linggardin
No. Kriteria Jawaban Pembenaran & Critical thinking
1 P Ya Komunikasi terapeutik merupakan
(Problem &
Population)
suatu kegiatan yang harus dilakukan
perawat setiap kali berinteraksi dengan
pasien, merupakan cara utama dalam
mengimplemntasikan proses asuhan
keperawatan. Tingkat kepuasan pasien
sangat tergantung pada bagaimana faktor
komunikasi perawat dapat terpenuhi
misalnya: mutu informasi yang diterima.
Dalam proses komunikasi terapeutik
apabila dilaksanakan tidak sesuai dengan
elemen dalam komunikasi, maka yang
dihasilkan adalah respon ketidakpuasan
dari klien.
Untuk mencegah terjadinya
kembali permasalahan seperti yang di
atas yaitu kesalahan dalam perawatan
kesehatan yang dapat memperburuk
keadaan klien dan ketidakpuasan klien
akan pelayanan keperawatan akibat
penerapan komunikasi terapeutik yang
buruk karena kurangnya kemampuan
berkomunikasi secara terapeutik,
sehingga perlulah dilakukan penelitian
tentang kemampuan komunikasi
terapeutik mahasiswa keperawatan
dalam penerapan komunikasi terapeutik
dalam praktek keperawatan dasar
Desain penelitian deskriptif
analitik. Jenis penelitian non eksperimen
dengan pendekatan cross sectional studi.
Populasi disini mahasiswa semester III
yang praktek klinik keperawatan dasar
Dengan jumlah sampel 40 responden
sesuai kriteria. Teknik samplingnya
adalah purposive sampling. Dan data
dianalisis mengunakan uji statistic chi
square. dengan pendekatan cross
sectional study dengan teknik purposive
sampling.
2 I Ya Data diperoleh dengan memberikan
(Intervention)
lembaran kuosioner dan melakukan
observasi dalam praktek komunikasi.
Hasil penelitian didaptkan sebagaian
besar berjenis kelamin perempuan yaitu
32 responden dengan 80 % dan umur
yang sebagain besar berkisar > dari 20
Tahun.
3 C Ya Pada hasil penelitian didapatkan
(Comparation)
hasil analisis hubungan antara
pengetahuan dengan tindakan
komunikasi terapeutik diperoleh bahwa
ada sebanyak 4 (33,3%) yang kurang
pengetahuannya tindakan komunikasi
terapeutiknya sempurna. Serta ada
sebanyak 25 (89,%) pengetahuannya
baik sempurna dalam melakukan
komunikasi terapeutik. Hasil uji statistic
diperoleh nilai p value = 0,001, maka
dapat disimpulkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan komunikasi
terapeutik.
Komunikasi terapeutik tidak hanya
untuk memberikan terapi pengobatan
dan pemberian informasi, akan tetapi
juga untuk membantu pasien
memperjelas, mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah
situasi yang ada bila pasien percaya pada
hal yang diperlukan. Kedua untuk
mengurangi keraguan, membantu dalam
hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
Ketiga mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri
dalam hal peningkatan derajat kesehatan,
keempat mempererat hubungan atau
interaksi antara klien dengan terapis
( Tenaga kesehatan ) secara professional
dan proporsional dalam rangka
membantu penyelesaian masalah pasien (
Mundakir,2006)
Berdasarkan hasil analisis
hubungan sikap dengan tindakan
komunikasi terapeutik diperoleh bahwa
ada sebanyak 1 (16,7%) yang sikapnya
kurang baik tindakan komunikasinya
sempurna. Serta sebanyak 28 (82,4%)
sikap baik sempurna dalam penerapan
komunikasi terapeutik. Hasil uji statistic
diperoleh nilai p value = 0,005, maka
dapat disimpulkan ada hubungan antara
sikap dengan tindakan komunikasi
terapeutik oleh mahasiswa dalam praktek
keperawatan dasar.
Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi professional yang mengarah
pada tujuan penyembuhan pasien. Sikap
merupakan reaksi atau respons seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu
stimulasi atau objek ( Nursalam, 2015 ).
Cara bersikap individu mencerminkan
dan menggambarkan kepribadian
manusia dalam aktivitas komunikasi
terapeutik, sikap yang ditunjukkan oleh
perawat menjadi salah satu strategi
menghadapi klien dalam perawatan
medis. Tugas pelayanan perawat dituntu
untuk hadir secara utuh baik fisik
maupun psikologis. Sebagai perawat
tidak hanya memiliki kecakapan
berkomunikasi dengan klien tetapi
bagaimana sikap positif yang ditunjukan
penampilan secara nyata menjadi bagian
penting dalam menerapkan komunikasi
terapeutik (Lalongkoe & Edison, 2014 )
4 O Ya Berdasarkan hasil analisa data
(Outcome)
tentang penerapan komunikasi terapeutik
oleh mahasiswa dimana tingkat
pengetahuan komunikasi terapeutik
sebagai besar memiliki pengetahuan
pada ketegori baik 70 % dan paling
sedikit adalah kategori kurang baik
30%. Hasil ini menunjukan bahwa
pengetahuan mahasiswa keperawatan
yang melaksanakan praktek keperawatan
dasar tidak ada yang tidak baik. Hal ini
disebabkan karena mahasiswa masih
ingat, sebelumnya sudah pernah
mendapatkan materi. Sedangkan untuk
hasil sikap komunikasi terapeutik
mahasiswa di bahwa sikap komunikasi
mahsiswa di kategorikan baik 85 % dan
hanya 15 % yang dikategorikan kurang
baik.
5 T Ya Dilakukan pada tahun 2019 di rumah
(Time) sakit

No Item Ringkasan Jurnal Analisis


1 Abstrak Komunikasi terapeutik Berdasarkan hasil
merupakan suatu kegiatan yang telaah dari kelompok kami
harus dilakukan perawat setiap bahwa abstrak dari jurnal
kali berinteraksi dengan pasien, tersebut sudah menjelaskan
merupakan cara utama dalam yang melatarbelakangi dari
mengimplemntasikan proses masalah tersebut, hanya saja
asuhan keperawatan. Penelitian tidak menampilkan dari
ini bertujuan untuk variabel sikap untuk analisa
mengidentifikasi kemampuan bivariat. Di abstrakak hanya
komunikasi terapeutik mahasiswa memberitahukan atau
keperawatan pada praktek terdapat variabel
keperawatan dasar di rumah sakit pengetahuannya saja untuk
yang digunakan waktu mahasiswa analisa bivariat.
praktek early exsposure
2 Latar Untuk mencegah terjadinya Menurut dari telaah
Belakang kembali permasalahan seperti kami latar belakang dari
yang di atas yaitu kesalahan jurnal tersebut akurat dan
dalam perawatan kesehatan yang relevan. Tersusun secara
dapat memperburuk keadaan klien sistematis dan cukup jelas
dan ketidakpuasan klien akan sehingga layak untuk diteliti
pelayanan keperawatan akibat dan menjadi tantangan
penerapan komunikasi terapeutik sendiri untuk seorang
yang buruk karena kurangnya perawat memiliki
kemampuan berkomunikasi pengetahuan dan sikap
secara terapeutik, sehingga dalam hal berkomunikasi
perlulah dilakukan penelitian dengan klien.
tentang kemampuan komunikasi
terapeutik mahasiswa
keperawatan dalam penerapan
komunikasi terapeutik dalam
praktek keperawatan dasar.
3 Metodeol Jenis penelitian non Metodelogi dari
ogi eksperimen dengan pendekatan penelitian tersebut menurut
cross sectional studi. Populasi kelompok kami sudah sesuai
disini mahasiswa semester III dari segi instrumen,
yang praktek klinik keperawatan perlakuan, analisis dan
dasar. Dengan teknik sampelnya sudah sesuai.
samplingnya adalah purposive
sampling. Dan data dianalisis
mengunakan uji statistic chi
square .
4 Hasil Berdasarkan hasil analisa Menurut kami hasil
data tentang penerapan yang disajikan dari
komunikasi terapeutik oleh penelitian tersebut menarik,
mahasiswa dimana tingkat mudah dipahami, dan sangat
pengetahuan komunikasi bermanfaat.
terapeutik sebagai besar memiliki
pengetahuan pada ketegori baik
70 % dan paling sedikit adalah
kategori kurang baik 30%.
Sedangkan untuk hasil sikap
komunikasi terapeutik mahasiswa
di bahwa sikap komunikasi
mahsiswa di kategorikan baik 85
% dan 15% yang kurang baik.
hasil analisis hubungan antara
pengetahuan dengan tindakan
komunikasi terapeutik diperoleh
bahwa ada sebanyak 4 (33,3%)
yang kurang pengetahuannya
tindakan komunikasi
terapeutiknya sempurna. Serta ada
sebanyak 25 (89,%)
pengetahuannya baik sempurna
dalam melakukan komunikasi
terapeutik.
Hasil uji statistic diperoleh
nilai p value = 0,001. hubungan
sikap dengan tindakan
komunikasi terapeutik diperoleh
bahwa ada sebanyak 1 (16,7%)
yang sikapnya kurang baik
tindakan komunikasinya
sempurna. Serta sebanyak 28
(82,4%) sikap baik sempurna
dalam penerapan komunikasi
terapeutik. Hasil uji statistic
diperoleh nilai p value = 0,005.
5 Pembaha Pengetahaun akan Menurut kami semua
san mempengaruhi seseorang untuk konsep atau teori yang
mengirimkan pesan, misalnya dicantumkan peneliti sesuai
untuk memilih kata – kata dan mendasari penelitian ini,
menentukan saat pesan harus mulai dari pembahasan,
disampaikan serta terdapatnya perbandingan
mengembangkan berbagai teknik dari penelitian lain. Tidak
komunikasi verbal dan non verbal ada penelitian sejenis lain
( Rismalinda,2016 ) yang kami temukan,
memang dari penelitian ini
hanya terdapat 2 aspek atau
variabel independen sebagai
pembanding dari
komunikasi terapeutik yaitu
pengetahuan dan sikap.
6 Kesimpul Sebagai besar mahasiswa Menurut kami
an keperawatan semester III dalam kesimpulan sudah sesuai
tindakan komunikasi terapeutik dengan tujuan hanya saja
dalam melaksanakan praktek masih ada sedikit yang
keperawatan dasar mempunyai kurang, dimana tertera tidak
pengetahuan yang baik tentang ada variabel pengetahuan
komunikasi terapeutik yaitu 70 yang memiliki hubungan
%, untuk sikap dalam dengan komunikasi
berkomunikasi sebagain besar terapeutik.
baik yaitu 85% dan tindakan
dalam komunikasi terapeutik
sebagai responden sempurna
72%. Ada hubungan antara sikap
dengan tindakan komunikasi
terapeutik oleh mahasiswa dalam
praktek keperawatan dasar.
7 Implikasi Penelitan ini bermanfaat dan Menurut kami
tentunya sangat bisa di penelitian ini merupakan
aplikasikan oleh seorang perawat fundamental atau menjadi
kepada pasien. Kesalahan dalam dasar untuk menjadi seorang
perawatan kesehatan yang dapat perawat sehingga sangat
memperburuk keadaan klien dan bermanfaat untuk di
ketidakpuasan klien akan implementasikan kepada
pelayanan keperawatan akibat pasien. Saran dari kami,
penerapan komunikasi terapeutik semoga seluruh perawat di
yang buruk karena kurangnya indonesia mampu
kemampuan berkomunikasi menerapkan, menjiwai, dan
secara terapeutik meningkatkan fungsi dan
perannya sebagai seorang
perawat salah satunya
dengan memiliki
pengetahuan, sikap dan
berkomukikasi dengan baik.

2. Nama Jurnal : Ilmu Keperawatan


Judul Artikel : Nurses’s Caring Behaviours Following Implementation Of A
Relationship Centered Care Professional Practice Model ( Perilaku Caring Perawat
Mengikuti Pelaksanaan Hubungan Pusat Perawatan Model Praktek Profesional)
No :-
Volume :7
Penulis : Carol A. Porter, DNP, FAAN
No. Kriteria Jawaban Pembenaran & Critical thinking
1 P Ya Ada banyak perhatian dan
(Problem & kepedulian perawat dalam berbagai
Population) literatur, dan perhatian diberikan
- Masalah yang berfokus pada pentingnya merawat
diangkat penulis pasien tidak hanya untuk kepada pasien,
jurnal tetapi juga seperti pentingnya perawat
- Populasi penelitian dalam menempatkan kepedulian peran
profesional mereka. 1500 perawat yang
telah melaksanakan hubungan pusat
perawatan model praktek profesional.
Sebagian besar perawat adalah wanita.
2 I Ya Penerapan model praktek
(Intervention) profesional bagi perawat yang telah 6
- Tindakan yang bulan melaksanakan model praktek
dilakukan dalam profesional tersebut. Dimana untuk
penelitian meningkatkan pelayanan caring terhadap
pasien dengan perawatan di rumah sakit.
Perawat yang telah melaksanakan model
praktek profesional diberikan kuasioner
untuk mengukur persepsi perilaku caring
perawat dengan menggunakan Caring
Behavior Inventory (CBI). CBI-24 telah
menunjukkan validitas konvergen dan
baik keandalan tes-tes ulang (r= 0.82
untuk perawat)
3 C Penerapan model praktek profesional
(Comparation) dilaksanakan 3 bulan setelah perawat
- Pembanding antara melaksanakan hubungan baru model praktek
jurnal satu dengan profesional. Peneliti sebelumnya
yang lainnya menggunakan konsistensi dengan Cronbach
- Pembanding Alpha berkisar 0,92-0,96.
tindakan yang
dilakukan

4 O Dari 1500 perawat menunjukkan


(Outcome) tingkat respon adalah 35%. perawat memiliki
- Hasil penelitian persepsi tinggi terhadap perilaku caring. Skor
untuk skala tinggi: Kehadiran skor 5,56;
pengetahuan dan keterampilan skor adalah
5,66. deferensi hormat kepada yang lainnya
skornya adalah 5,54; hubungan yang positif
skornya adalah 5,34.
5 T Perawat yang telah melakukan
(Time) hubungan baru model praktek profesional
- Kapan penelitian selama 6 bulan.
dilakukan

No Item Ringkasan Jurnal Analisis


1 Abstrak Ada banyak perhatian dan Berdasarkan hasil
kepedulian perawat dalam telaah dari kelompok kami
berbagai literatur, dan perhatian bahwa abstrak dari jurnal
diberikan berfokus pada tersebut sudah menjelaskan
pentingnya merawat pasien tidak yang melatarbelakangi dari
hanya untuk kepada pasien, tetapi masalah tersebut.
juga seperti pentingnya perawat
dalam menempatkan kepedulian
peran profesional mereka. 1500
perawat yang telah melaksanakan
hubungan pusat perawatan model
praktek profesional. Sebagian
besar perawat adalah wanita.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian sebelumnya
tentang persepsi perawat tentang
caring. Seperti sebelumnya
penelitian aspek perawatan yang
lebih dapat diamati menerima
peringkat yang lebih tinggi.
Beberapa faktor mungkin telah
berkontribusi pada hasil skor
tinggi pada perilaku caring,
termasuk penerapan model praktik
profesional itu komponen utama
perawatan yang ditargetkan secara
khusus dalam penyediaan
perawatan pasien langsung.
Peserta sudah tinggi persepsi
perilaku peduli di semua bidang
yang dinilai: jaminan kehadiran
manusia, pengetahuan dan
keterampilan, rasa hormat kepada
orang lain, dan hubungan positif.
2 Latar Dalam penelitian Menurut dari telaah
Belakang sebelumnya, perawat sangat kami latar belakang dari
mementingkan aspek ekspresif jurnal tersebut akurat dan
dari kepedulian, misalnya, relevan. Tersusun secara
mendengarkan pasien, sistematis dan cukup jelas
membangun kepercayaan, dan sehingga layak untuk diteliti
yang kurang bisa diamati aspek dan menjadi tantangan
perawatan, misalnya, pemantauan sendiri
pasien (O'Connell & Landers,
2008; Tucker, Brandling, & Fox,
2009).
3 Metodeol Desain deskriptif Metodelogi dari
ogi digunakan; yang Peduli Behavior penelitian tersebut menurut
Inventory (CBI) digunakan untuk kelompok kami sudah
mengukur persepsi perawat sesuai dari segi instrumen,
tentang perilaku peduli. 1500 perlakuan, analisis dan
Perawat Terdaftar (RN) yang sampelnya sudah sesuai.
bekerja sebagai perawat klinis
(terlibat langsung dalam praktik
klinis di unit rawat inap) diundang
untuk ikut. Manajer perawat,
pendidik, dan perawat praktik
lanjutan dikeluarkan. Analisis
menggunakan SPSS terdiri dari
deskriptif statistik untuk variabel
latar belakang. Berarti dan deviasi
standar dihitung untuk CBI skor
total dan subskala. Inventarisasi
Perilaku Peduli (CBI-24) CBI-24
mencakup 24 item yang masing-
masing diukur pada Skala tipe
Likert 6 titik berdasarkan
konseptual definisi asuhan
perawat sebagai proses interaktif
yang terjadi antara perawat dan
pasien. CBI- 24 mengukur
persepsi frekuensi perawatan
perilaku. Skor total berkisar dari 6
hingga 144; lebih tinggi skor rata-
rata menunjukkan frekuensi
kepedulian yang lebih tinggi
perilaku. Skala tersebut memiliki
4 subskala: Assurance of Human
Kehadiran (delapan item),
Pengetahuan dan Keterampilan
(lima item), Hormat kepada Orang
Lain (enam item) dan
Keterhubungan Positif (lima
item). Otorisasi untuk
menggunakan CBI telah
diperoleh. CBI-24 telah
menunjukkan validitas konvergen
dan reliabilitas test-retest yang
baik (r = 0.82 untuk perawat) (Wu
et al., 2006). Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan
konsistensi internal yang tinggi
dengan Cronbach alpha mulai dari
0,92 hingga 0,96 (Burtson &
Stichler, 2010; Palese dkk., 2011;
Papastavrou, Efstathiou, &
Charalambous, 2012; Wu et al.,
2006).
4 Hasil Skor rata-rata untuk semua Menurut kami hasil
subskala juga tinggi: skor rata-rata yang disajikan dari
Jaminan Kehadiran Manusia penelitian tersebut menarik,
adalah 5,56; Skor rata-rata sangat bermanfaat. Hanya
Pengetahuan dan Keterampilan saja sedikit sulit untuk
adalah 5,66; Hormat kepada dimengerti fdan dipahami.
Orang Lain skor rata-rata adalah
5,54 (+ 0,58); dan Positif Skor
rata-rata keterhubungan adalah
5,34 (+ 0,68).
Perawat memiliki persepsi tinggi
terhadap perilaku caring. Nilai
Mean : Kehadiran skor 5,56;
pengetahuan dan keterampilan
skor adalah 5,66. deferensi hormat
kepada yang lainnya skornya
adalah 5,54; hubungan yang
positif skornya adalah 5,34.
5 Pembaha Tinggi peringkat perawat Menurut kami semua
san dalam penelitian ini melebihi konsep atau teori yang
peringkat perawat dalam dicantumkan peneliti sesuai
penelitian sebelumnya (Burtson & dan mendasari penelitian
Stitchler, 2010; Palese dkk, 2011). ini.
Ada beberapa faktor yang
mungkin menjadi penyebabnya
terkait dengan skor kepedulian
yang tinggi di antara perawat
dalam sampel ini. Dengan
implementasi PPM pun ada
penekanan yang cukup besar
ditempatkan pada langsung
perilaku kepedulian staf perawat
klinis memberikan perawatan di
samping tempat tidur. Beberapa
program pendidikan berkelanjutan
itu diperkenalkan dan semua
perawat terlibat memahami dan
menerapkan komponen
kepedulian yang melekat dalam
model peduli.
6 Kesimpul Hasil penelitian ini Menurut kami
an konsisten dengan penelitian kesimpulan sudah sesuai
sebelumnya tentang persepsi dengan tujuan.
perawat tentang caring. Beberapa
faktor mungkin telah berkontribusi
pada hasil skor tinggi pada
perilaku caring, termasuk
penerapan model praktik
profesional itu komponen utama
perawatan yang ditargetkan secara
khusus dalam penyediaan
perawatan pasien langsung.
Selanjutnya, di seluruh Penerapan
model praktik profesional ada
banyak perhatian yang diberikan
untuk melanjutkan pendidikan
ditargetkan ke aspek kepedulian,
disediakan baik untuk pemimpin
perawat dan perawat klinis.
7 Implikasi Semua nilai-nilai Menurut kami
kepedulian perawat lebih utama penelitian ini merupakan
kepada pasien. Persepsi perilaku fundamental atau menjadi
peduli yang tinggi, penting untuk dasar untuk menjadi
Interpersonal hubungan yang seorang perawat sehingga
dikembangkan perawat dengan sangat bermanfaat untuk di
pasien harus menjadi yang implementasikan kepada
terdepan dalam pekerjaan yang pasien.
lakukan.

3. Nama Jurnal : Ilmu Keperawatan


Judul Artikel : Keterampi Komunikasi Terapeutik Perawat di RSUD
No : 2654-6310
Volume :3
Penulis : Masmuhul Khoir, Abdul Fauzi, Willi Holis
No Kriteria Jawaban Pembenaran & Critical thinking
.
1 P Ya/tidak Peran perawat dalam pelayanan
(Problem & kesehatan sangat signifikan dalam
Population) membantu menyelesaikan masalah yang
- Masalah yang dihadapi pasien. Perawat merupakan
diangkat penulis pemberi pelayanan kesehatan yang
jurnal paling dekat dengan pasien karena yang
- Populasi mendampingi pasien setiap hari adalah
penelitian perawat. Keberhasilan dalam
memberikan asuhan keperawatan
bergantung pada kedekatan hubungan
antara perawat dan pasien . Dalam hal
ini perawat harus mampu menciptakan
hubungan terapeutik untuk membantu
menyelesaikan masalah yang terjadi
pada pasien. Proses membangun
hubungan terapeutik tidak lepas dari
TCS yang dilakukan oleh perawat.
Kenyataannya, tidak semua perawat
menguasai keterampilan komunikasi
terapeutik dengan baik.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan metode
analisis deskriptif dengan pendekatan
cross sectional. Responden penelitian ini
adalah 30 perawat yang bertugas di
RSUD Bangil. Instrumen yang
digunakan adalah angket karakteristik
responden dan angket keterampilan
komunikasi terapeutik
2 I Menggunakan Kuesioner
(Intervention) keterampilan komunikasi terapeutik
- Tindakan yang terdiri dari 14 pertanyaan yang
dilakukan dalam mengandung unsur komunikasi
penelitian terapeutik yaitu kualitas pribadi,
komunikasi fasilitatif, dimensi respons,
dimensi tindakan, dan hambatan
terapeutik. Hasil pengisian kuesioner
adalah keterampilan komunikasi
terapeutik pada kategori tinggi, sedang,
dan rendah. Sebelum penelitian
dilakukan, peneliti terlebih dahulu
mengajukan permohonan izin etik di
lokasi penelitian . Tim peneliti etika
telah memberikan izin etika penelitian di
RSUD Bangil dengan surat no.445.1 /
570.1 / 424.202 / 2019. Setelah
mendapat persetujuan etik, peneliti
melakukan penelitian berikut sesuai
prosedur.
3 C Hubungan antara keterampilan
(Comparation) komunikasi terapeutik dengan
- Pembanding pengalaman kerja menunjukkan hasil
antara jurnal satu yang signifikan, artinya terdapat
dengan yang hubungan antara keterampilan
lainnya komunikasi terapeutik dengan
- Pembanding pengalaman kerja. Hasil ini sejalan
tindakan yang dengan penelitian sebelumnya bahwa
dilakukan tidak ada hubungan antara komunikasi
terapeutik dan pengalaman kerja.
Penelitian lain juga menyebutkan
peningkatan keterampilan komunikasi
terapeutik perawat yang memiliki
pengalaman mempraktikkan komunikasi
terapeutik. Mayoritas pengalaman kerja
responden antara 6-10 tahun. Dengan
pengalaman lebih dari lima tahun,
seseorang terbiasa melakukan
keterampilan, termasuk komunikasi
terapeutik. Keterampilan seseorang
dipengaruhi oleh seberapa sering mereka
melakukan kegiatan tersebut. Seseorang
yang melakukan aktivitas berulang akan
meningkatkan keterampilan di bidang
yang biasa dia lakukan.
4 O Hasil penelitian ini menunjukkan
(Outcome) 60,0% keterampilan komunikasi
- Hasil penelitian terapeutik responden sangat baik. Hasil
uji analisis antara pengalaman kerja dan
keterampilan komunikasi terapeutik
menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,015 ( 0,05 artinya tidak ada hubungan.
Keterampilan komunikasi terapeutik
perawat yang berada di rumah sakit di
rumah sakit sebagian besar sangat baik.
5 T 10 juli 2019
(Time)
- Kapan penelitian
dilakukan

No Item Ringkasan Jurnal Analisis


1 Abstrak Perawat merupakan ujung tombak dalam Sudah sangat
pelayanan kesehatan yang harus mampu lengkap dalam
menjalin hubungan baik dengan pasien. abstrack.
Keterampilan penting dalam menciptakan
hubungan yang baik dengan pasien adalah
keterampilan komunikasi terapeutik (TCS).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui keterampilan komunikasi
terapeutik perawat di rumah sakit.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan metode
analisis deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Responden penelitian ini adalah
30 perawat yang bertugas di RSUD Bangil.
Instrumen yang digunakan adalah angket
karakteristik responden dan angket
keterampilan komunikasi terapeutik.
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji chi-square. Hasil
penelitian ini menunjukkan 60,0%
keterampilan komunikasi terapeutik
responden sangat baik. Hasil uji analisis
antara pengalaman kerja dan keterampilan
komunikasi terapeutik menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,015 ( 0,05 artinya
tidak ada hubungan. Keterampilan
komunikasi terapeutik perawat yang berada
di rumah sakit di rumah sakit sebagian
besar sangat baik. Faktor yang dapat
mempengaruhi keterampilan komunikasi
terapeutik adalah pengalaman kerja.
Artinya semakin sering perawat melakukan
komunikasi terapeutik maka semakin baik
pula kemampuan komunikasi
terapeutiknya. Untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi terapeutik,
2 Latar Peran perawat dalam pelayanan Data atau jumlah
Belakang kesehatan sangat signifikan dalam responden dalam
membantu menyelesaikan masalah yang penelitian sesuai
dihadapi pasien. Perawat merupakan dengan metode
pemberi pelayanan kesehatan yang paling penelitian.
dekat dengan pasien karena yang Masalah penelitian
mendampingi pasien setiap hari adalah cukup jelas
perawat. Keberhasilan dalam memberikan mengenai
asuhan keperawatan bergantung pada komunikasi
kedekatan hubungan antara perawat dan terapeutik
pasien. Dalam hal ini perawat harus
mampu menciptakan hubungan terapeutik
untuk membantu menyelesaikan masalah
yang terjadi pada pasien. Proses
membangun hubungan terapeutik tidak
lepas dari TCS yang dilakukan oleh
perawat. Kenyataannya, tidak semua
perawat menguasai keterampilan
komunikasi terapeutik dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,
tidak semua perawat penanggung jawab
rumah sakit memiliki kemampuan
komunikasi yang memadai dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan
kepada pasien. Hasil penelitian lain
menyatakan bahwa keterampilan
komunikasi terapeutik meliputi komunikasi
verbal dan non verbal serta unsur
komunikasi terapeutik lain yang digunakan
perawat masih kurang, serta pelatihan dan
bimbingan tentang keterampilan
komunikasi terapeutik perlu
dilakukan.Penerapan komunikasi terapeutik
yang kurang baik akan berdampak pada
inkoherensi hubungan perawat dengan
pasien. Namun langkah awal dalam
memberikan pelayanan kepada pasien
adalah dengan menciptakan hubungan
saling percaya dan saling mempengaruhi
sehingga dapat terjalin kerjasama antara
perawat dan pasien. Komunikasi terapeutik
merupakan cara berkomunikasi yang
menekankan pada pengalaman belajar
bersama pasien untuk meningkatkan emosi
pasien. Komunikasi terapeutik dipengaruhi
oleh kualitas personal, komunikasi
fasilitatif, dimensi respon, dimensi
tindakan, dan hambatan terapeutik.
Komunikasi terapeutik akan merangsang
seseorang untuk terbuka terhadap orang
lain dan lingkungannya sehingga
kemampuan adaptasinya meningkat.
Kemampuan seseorang dalam beradaptasi
dengan lingkungan akan meminimalisir
persona (topeng) sehingga lebih nyaman
dalam mengembangkan dirinya.
Keterampilan komunikasi terapeutik yang
baik akan meningkatkan rasa percaya diri
perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien sehingga dapat
meningkatkan kepuasan perawat dalam
pekerjaannya. Komunikasi terapeutik yang
dilakukan perawat berpengaruh terhadap
kepuasan dan peningkatan kondisi
psikologis pasien terhadap kepuasan pasien
Komunikasi terapeutik juga memengaruhi
motivasi dan kerja sama pasien. Selain
mengontrol pasien, kemampuan
komunikasi terapeutik juga mempengaruhi
perawat dan lingkungan perawatan.
Komunikasi terapeutik yang buruk dapat
menimbulkan kondisi lingkungan yang
tidak kondusif dalam perawatan dan
menurunkan kepuasan kerja perawat
Keterampilan komunikasi terapeutik yang
baik akan meningkatkan kepercayaan
perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada pasien sehingga dapat
meningkatkan kepuasan perawat dalam
bekerja. Untuk itu diperlukan penelitian
lebih lanjut tentang komunikasi terapeutik
perawat, yang bertujuan untuk menilai
sejauh mana keterampilan komunikasi
terapeutik perawat dan faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi komunikasi
terapeutik. Berdasarkan uraian di atas,
maka kami ingin meneliti keterampilan
komunikasi terapeutik perawat di rumah
sakit. Sehingga dapat dijadikan sebagai
kerangka acuan dalam pengembangan TCS
perawat di rumah sakit. Berdasarkan situasi
tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut
tentang komunikasi terapeutik perawat,
yang bertujuan untuk menilai sejauh mana
keterampilan komunikasi terapeutik
perawat dan faktor-faktor apa yang dapat
mempengaruhi komunikasi terapeutik.
3 Metodeol Desain penelitian ini menggunakan cross- Metode sesuai
ogi sectional untuk mengetahui faktor-faktor dengan jumlah
yang berhubungan dengan keterampilan responden,
komunikasi terapeutik perawat. Instrumen
Pengambilan sampel digunakan untuk penelitian sesuai,
memilih 30 sampel sesuai dengan kriteria Dengan jumlah
inklusi yang ditentukan. Kriteria inklusi responden 30
meliputi 1) Perawat yang bertugas di ruang cukup mewakili
rawat inap rumah sakit, 2) Perawat yang karena desain
bersedia menjadi responden penelitian, 3) penelitian
Perawat melakukan asuhan keperawatan menggunakan
terhadap pasien. Penelitian dilakukan di cross-sectional
ruang rawat inap rumah sakit dengan
menyebarkan kuesioner kepada perawat
yang telah terpilih sebagai responden
penelitian. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
angket karakteristik responden dan angket
keterampilan komunikasi terapeutik
perawat. Karakteristik kuesioner responden
meliputi data responden yang meliputi
umur, jenis kelamin, pendidikan, status
pekerjaan, lama bekerja, dan status
perkawinan. Kuesioner keterampilan
komunikasi perawat menggunakan model
skala likert yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Kuesioner keterampilan
komunikasi terapeutik terdiri dari 14
pertanyaan yang mengandung unsur
komunikasi terapeutik yaitu kualitas
pribadi, komunikasi fasilitatif, dimensi
respons, dimensi tindakan, dan hambatan
terapeutik. Hasil pengisian kuesioner
adalah keterampilan komunikasi terapeutik
pada kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti
terlebih dahulu mengajukan permohonan
izin etik di lokasi penelitian . Tim peneliti
etika telah memberikan izin etika penelitian
di RSUD Bangil dengan surat no.445.1 /
570.1 / 424.202 / 2019. Setelah mendapat
persetujuan etik, peneliti melakukan
penelitian berikut sesuai prosedur.
4 Hasil Menunjukkan jenis kelamin Hasil mudah
responden sebagian besar adalah dimengerti dan
perempuan (60,0%). Usia responden lebih dipahami
banyak pada kisaran 20-29 tahun (43,3%).
Pendidikan sebagian besar diploma
keperawatan (60,0%). Mayoritas responden
adalah pegawai non-pemerintah (63,3%).
Pengalaman kerja mereka berkisar antara
6-10 tahun (53,3%). Status perkawinan
responden sebagian besar masih lajang
(70,0%). Keterampilan komunikasi
terapeutik responden tidak berada pada
kategori rendah. Sebagian besar dalam
kategori layak (60%), sisanya dalam
kategori sedang (40%). Menunjukkan
bahwa dari total responden laki-laki lebih
banyak pada kategori tinggi (75,0%),
sedangkan dari total responden perempuan
kategori sama tinggi (50,0%). Namun jika
dilihat dari jumlah kategori ketrampilan
komunikasi terapeutik, baik laki-laki
maupun perempuan jumlahnya sama (9
responden). Hasil uji chi-square diperoleh
nilai signifikansi 0,171 yang berarti tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dengan
keterampilan komunikasi terapeutik.
5 Pembaha Hasil penelitian menunjukkan bahwa Menurut kami
san perawat yang bertugas di rumah sakit semua konsep atau
memiliki kemampuan komunikasi yang teori yang
baik. Hal ini menunjukkan bahwa dicantumkan
pelayanan yang dilakukan oleh perawat di peneliti sesuai dan
rumah sakit sebagian besar menggunakan mendasari
komunikasi terapeutik. Hasil penelitian ini penelitian ini.
tidak sama dengan penelitian sebelumnya
yaitu perawat yang bekerja di rumah sakit
pemerintah melakukan komunikasi yang
buruk. RS Bangil merupakan rumah sakit
milik pemerintah, namun pegawai di
dalamnya tidak semuanya pegawai negeri,
beberapa diantaranya adalah non PNS. Jadi
meski pemerintah sedang sakit,
pengelolaan pengelolaannya hampir sama
dengan swasta. Dalam hal ini, setiap
karyawan harus memberikan pelayanan
berdasarkan standar rumah sakit, termasuk
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
Setiap perawat dituntut menguasai
keterampilan komunikasi terapeutik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien. Berdasarkan alasan tersebut maka
hasil TCS perawat berada pada kategori
tinggi. Analisis hubungan TCS dengan
gender menunjukkan hasil yang tidak
signifikan. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa jenis kelamin tidak berhubungan
dengan komunikasi terapeutik. Baik jenis
kelamin laki-laki maupun perempuan
memiliki mayoritas ciri komunikasi
terapeutik dalam kategori tinggi, artinya
jenis kelamin tidak terkait dengan TCS
yang keduanya dimiliki. Namun jika dilihat
dari persentase masing-masing jenis
kelamin. Pada pria, angka TCS lebih tinggi
dibandingkan wanita. Wanita cenderung
tidak bisa menahan emosi dibandingkan
pria. Kemampuan untuk mengelola emosi
dengan baik dapat membuat TC lebih baik.
Hubungan TCS dengan umur responden
menunjukkan hasil yang tidak signifikan,
artinya tidak ada hubungan antara TCS
dengan umur seseorang. Hasil penelitian
sebelumnya menyatakan tidak terdapat
perbedaan karakteristik usia responden
dengan komunikasi terapeutik. Jika dilihat
dari data persentase TCS, angka tertinggi
berada pada usia 30-39 tahun. Di usia
tersebut, masuk kategori dewasa.
Perkembangan kedewasaan yang menonjol
adalah pencapaian kematangan emosi
dalam diri. Seseorang yang memiliki
kematangan emosi akan mampu menahan
emosi, berempati dalam menghargai, dan
mampu menjaga perasaan. Kemampuan ini
dibutuhkan dalam TCS agar dapat tercipta
hubungan terapeutik.
6 Kesimpula Keterampilan komunikasi terapeutik Kesimpulan sesuai
n pada perawat di rumah sakit sebagian besar dengan yang
dalam kategori baik. Faktor-faktor yang diteliti
mempengaruhi keterampilan komunikasi
yang berkaitan dengan karakteristik
responden adalah pendidikan, usia, dan
pengalaman kerja. Diantara faktor-faktor
yang paling mempengaruhi keterampilan
komunikasi terapeutik adalah pengalaman
kerja. Semakin lama pengalaman kerja
perawat serta keterampilan komunikasi
terapeutik yang dilakukannya. Peneliti
lebih lanjut perlu melakukan dan
mengeksplorasi studi yang difokuskan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi terapeutik dari perspektif
pasien dan perawat.
7 Implikasi Hasil penelitian ini menunjukkan 60,0% Bisa
keterampilan komunikasi terapeutik diterapkan dalam
responden sangat baik. Hasil uji analisis pekerjaan Lebih
antara pengalaman kerja dan keterampilan mengembangkan
komunikasi terapeutik menunjukkan nilai lagi penelitian
signifikansi sebesar 0,015 ( 0,05 artinya mengenai
tidak ada hubungan. Keterampilan komunikasi
komunikasi terapeutik perawat yang berada terapeutik dalam
di rumah sakit di rumah sakit sebagian keperawatan.
besar sangat baik. Faktor yang dapat
mempengaruhi keterampilan komunikasi
terapeutik adalah pengalaman kerja.
Artinya semakin sering perawat melakukan
komunikasi terapeutik maka semakin baik
pula kemampuan komunikasi
terapeutiknya. Untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi terapeutik.

Anda mungkin juga menyukai