LP Dan Askep Osteo Arthritis

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN


GANGGUAN OSTEOARTRITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gerontik

Di susun oleh :
ZAKARIA SEPTIAMAN., S.Kep
NIM : 20149012033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YPIB MAJALENGKA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
GANGGUAN OSTEOARTRITIS

2.1. Konsep Dasar


2.1.1. Definisi
Osteoarthritis adalah suatu kelainan pada sendi yang bersifat kronik dan
progresif biasanya didapati pada usia pertengahan hingga usia lanjut ditandai dengan
adanya kerusakan kartilago yang terletak di persendian tulang. Kerusakan kartilago ini
bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan biokimia pada tubuh (American
College of Rheumatology, 2015).
Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoarthritis secara sederhana
didefinisikan sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses
inflamasi kronis pada sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo,
2007).
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan
kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan
pada sendi (CDC, 2014). Fungsi dari kartilago adalah untuk melindungi ujung tulang
agar tidak saling bergesekan ketika bergerak. Pada Osteoarthritis, kartilago
mengalami kerusakan bahkan bisa sampai terkelupas sehingga akan menyebabkan
tulang dibawahnya saling bergesekan, menyebabkan nyeri, bengkak, dan terjadi
kekakuan sendi. Semakin lama hal ini akan menyebabkan struktur sendi berubah menjadi
abnormal hingga dapat muncul pertumbuhan tulang baru yang dinamakan
Ostheophytes yang akan semakin memperbesar gesekan dan memperparah nyeri
(National Institute of Arthritis and Muskuloskeletal and Skin Disease, 2015).

2.1.2. Etiologi
Hampir pada setiap aktivitas sehari-hari terjadi penekanan pada sendi,
terutama sendi yang menjadi tumpuan beban tubuh seperti pergelangan kaki, lutut, dan
panggul. Hal tersebut memiliki peranan yang penting dalam terjadinya OA. Banyak
peneliti percaya bahwa perubahan degeneratif merupakan hal yang mengawali
terjadinya OA primer (Carlos J Lozada et al, 2015). Sedangkan obesitas, trauma, dan
penyebab lain merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya OA sekunder.
Berikut beberapa penyebab dan faktor predisposisi:
1) Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen
yang berwarna kuning.
2) Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui
dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
3) Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh Osteoarthritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.
4) Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan Osteoarthritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
5) Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk Osteoarthritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena Osteoarthritis, sedangkan wanita, hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.
6) Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (Arthritis Rheumatoid; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.
7) Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.

8) Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
9) Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

2.1.3. Patofisiologi
Osteoarthritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan
yang tidak dapat dihindari. Namun, penelitian para pakar terbaru menyatakan bahwa OA
ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan
kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum diketahui. Jejas
mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya
molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang
mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri. Jejas mekanik
dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor
umur, humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang
berlebihan, dan defek anatomik (Maya Yanuarti, 2014).
Kartilago sendi merupakan target utama perubahan degeneratif pada OA.
Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan sendi bebas gesekan
karena terendam dalam cairan synovial dan sebagai “shock absorber”, penahan beban
dari tulang. Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago
sehingga terjadi kerusakan struktur proteoglikan kartilago, erosi tulang rawan, dan
penurunan cairan sendi (Maya Yanuarti, 2014). Tulang rawan (kartilago) sendi
dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air
(65%-80%), proteoglikan, dan jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis
jaringan lunak kolagen tipe II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat
jaringan tersebut elastis, serta memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan
rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Kartilago tidak memiliki pembuluh darah
sehingga proses perbaikan pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di
kartilago, tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi dan
respon inflamasi sebelumnya (Maya Yanuarti, 2014).
Etiopatogenesis Osteoarthritis (OA) dibagi menjadi 3 stage (tahap), yaitu
stage 1, stage 2, dan stage 3. Pada stage 1 terjadi kerusakan proteolitik pada matrix
cartilago. Stage 2 melibatkan fibrilasi dan erosi pada permukaan kartilago dan pada
stage 3 produk-produk yang dihasilkan oleh kerusakan kartilago menyebabkan suatu
respon inflamasi kronis. Setelah melalui tahap-tahap tersebut, maka akan terjadi
progressifitas lebih jauh dimana kejadian tersebut akan menyebabkan tubuh
melakukan kompensasi dengan cara terjadinya pertumbuhan tulang baru dengan tujuan
menstabilkan persendian, namun hal ini akan merubah struktur persendian. Beberapa
kelainan juga biasa dikategorikan sebagai subsets of primary Osteoarthritis yang
terdiri dari primary generalized Osteoarthritis, erosive Osteoarthritis, dan condromalacia
patellae. Tingkat keparahan Osteoarthritis dapat diklasifikasikan berdasarkan
gambaran radiologi yang didapat. Metode pengklasifikasian yang digunakan secara
universal saat ini adalah Sistem Kellgren-Lawrence yang terdiri dari grade I, II, III,
dan IV (Carlos J Lozada et al, 2015).

2.1.4. Tanda dan Gejala


OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat
mengenai sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.
1) Nyeri: Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada sumsum
tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi, instabilnya
kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika melakukan
aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas minimal sudah
dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan istirahat.
2) Kekakuan sendi: kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika
setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi.
3) Krepitasi: sensasi suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.
4) Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus
Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau nodus
Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)).
Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan pergerakan
sendi yang progresif.
5) Deformitas sendi: pasien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey, 2006).

2.1.5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta
memperlambat progresi Osteoarthritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi
fisioterapi, pertolongan ortopedi, farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.
a) Terapi konservatif
Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi kepada pasien, pengaturan
gaya hidup, apabila pasien termasuk obesitas harus mengurangi berat badan, jika
memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga yang ringan seperti bersepeda,
berenang).
b) Fisioterapi
Fisioterapi untuk pasien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur, transverse
friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan stimulasi otot,
elektroterapi.
c) Pertolongan ortopedi
Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan seperti sepatu yang bagian
dalam dan luar didesain khusus pasien OA, ortosis juga digunakan untuk
mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et. al, 2010).
d) Farmakoterapi
Analgesik/anti-inflammatory agents. 17 COX-2 memiliki efek anti inflamasi
spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu dievaluasi
agar tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen: untuk efek anti inflamasi
dibutuhkan dosis 1200-2400 mg sehari. Naproksen: dosis untuk terapi penyakit sendi
adalah 2x250-375 mg sehari. Bila perlu diberikan 2x500 mg sehari. Glucocorticoids
injeksi, glukokortikoid intra artikular dapat menghilangkan efusi sendi akibat
inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon asetonid 40mg/ml suspensi hexacetonide 10
mg atau 40 mg. Asam hialuronat, Kondroitin sulfa-Injeksi steroid seharusnya
digunakan pada pasien dengan diabetes yang telah hiperglikemia. Setelah injeksi
kortikosteroid dibandingkan dengan plasebo, asam hialuronat, lavage (pencucian
sendi), injeksi kortikosteroid dipercaya secara signifikan dapat menurunkan nyeri
sekitar 2-3 minggu setelah penyuntikan (Nafrialdi dan Setawati, 2007).
e) Pembedahan
Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan rata infeksi yang
rendah (dibawah 0,1%). Pasien dimasukkan ke dalam kelompok 1 debridemen
artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi, kelompok 3 merupakan kelompok plasebo
hanya dengan incisi kulit. Setelah 24 bulan melakukan prosedur tersebut didapatkan
hasil yang signifikan pada kelompok 3 dari pada kelompok 1 dan 2.
1) Khondroplasti: menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini digunakan untuk
mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus.
2) Autologous chondrocyte transplatation (ACT)
3) Autologous osteochondral transplantation (OCT) (Michael et. al, 2010).

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.

b. Kardiovaskuler
Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

c. Integritas Ego
1) Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya financial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
2) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
3) Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya
ketergantungan pada orang lain.

d. Makanan/Cairan
1) Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran
mukosa.
2) Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan
adekuat, mual, anoreksia.

e. Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan
pada orang lain.

f. Neurosensori
1) Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi
2) Nyeri/kenyamanan
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan
lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

g. Keamanan
1) Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
2) Lesi kulit, ulkus kaki
3) Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
4) Demam ringan menetap
5) Kekeringan pada mata dan membran mukosa
h. Interaksi Sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran isolasi.

i. Penyuluhan/Pembelajaran
1) Riwayat rematik pada keluarga
2) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa
pengujian
3) Riwayat perikarditis, lesi tepi katup, Fibrosis pulmonal, pleuritis.

j. Pemeriksaan Diagnostik
1) Reaksi aglutinasi: positif
2) LED meningkat pesat
3) Protein C reaktif: positif pada masa inkubasi.
4) SDP: meningkat pada proses inflamasi
5) JDL: Menunjukkan ancaman sedang
6) Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
7) RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada
tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan:
Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal: penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan berhubungan dengan:
Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.
2.2.3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi
Intervensi:
1) Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 6). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
2) Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
3) Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
4) Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari.
5) Berikan masase yang lembut.
6) Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan
terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan
pengendalian nafas.
7) Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
8) Bantu klien dengan terapi fisik.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi


1) Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
2) Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
3) Mengikuti program terapi.
4) Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

Diagnosa Keperawatan II
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
Intervensi:
1) Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
2) Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
3) Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur
malam hari tidak terganggu.
4) Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometrik jika
memungkinkan
5) Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan.
6) Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan
pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda
penyelamat
7) Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi


1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor
2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi
bagian tubuh
3) Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

Diagnosa Keperawatan III


Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan: Perubahan
kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Intervensi:
1) Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan
masa depan.
2) Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang, memastikan bagaimana
pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk
aspek-aspek seksual
3) Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
4) Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
5) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.
6) Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
7) Ikut sertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:


1) Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
2) Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

Diagnosa Keperawatan IV
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal: penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Intervensi:
1) Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi.
2) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
3) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi rencana untuk
memodifikasi lingkungan.
4) Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:


1) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan
klien.
2) Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
3) Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan.

Diagnosa Keperawatan V
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan berhubungan dengan:
Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.
Intervensi:
1) Kaji tingkat fungsi fisik
2) Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri
sendiri.
3) Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
4) Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:


1) Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.
2) Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

2.2.4. Implementasi
Diagnosa Keperawatan I
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, distruksi sendi
Implementasi:
1) Mengkaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 6). Catat faktor-
faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
2) Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
3) Membantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
4) Membantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa
kali sehari.
5) Memberikan masase yang lembut.
6) Mendorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif
sentuhan terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan
pengendalian nafas.
7) Memberi obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
8) Membantu klien dengan terapi fisik.

Diagnosa Keperawatan II
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan, Penurunan kekuatan otot.
Implementasi:
1) Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
2) Mempertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
3) Menjadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan
tidur malam hari tidak terganggu.
4) Membantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometrik
jika memungkinkan
5) Mendorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan.
6) Memberikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,
menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda penyelamat
7) Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Diagnosa Keperawatan III


Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran berhubungan dengan: Perubahan
kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Implementasi:
1) Mendorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
2) Mendiskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang, memastikan
bagaimana pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari
termasuk aspek-aspek seksual
3) Mengakui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
4) Memperhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
5) Menyusun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.
6) Membantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
7) Mengikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Diagnosa Keperawatan IV
Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal: penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Implementasi:
1) Mendiskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
2) Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
3) Mengkaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi rencana
untuk memodifikasi lingkungan.
4) Berkolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Diagnosa Keperawatan V
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan lingkungan berhubungan dengan:
Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.
Implementasi:
1) Mengkaji tingkat fungsi fisik
2) Mengevaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri
sendiri.
3) Menentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
4) Mengidentifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

2.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status kesehatan
pasien dengan kriteria hasil yang diinginkan. Evaluasi adalah aktivitas yang terus-
menerus, berkelanjutan, dan terencana yang melibatkan pasien, keluarga, perawat dan
anggota tim kesehatan lain (Christensen & Kenney, 2009). Evaluasi memiliki beberapa
tujuan. Tujuan utamanya adalah menentukan kemajuan pasien dalam mencapai kriteria
hasil yang sudah dirancang. Tujuan penting lainnya adalah menilai efektivitas komponen
proses keperawatan dalam membantu pasien mencapai kriteria hasil (Christensen &
Kenney, 2009).
Evaluasi melibatkan perbandingan respons pasien saat ini dengan perilaku dasar
untuk menentukan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan jangka pendek dan jangka
panjang. Penilaian mengenai kemajuan pasien dibuat dengan menganalisis dan menilai
data objektif dan subjektif oleh perawat, pasien, keluarga, dan anggota tim. Jika kemajuan
tidak cukup dalam mencapai kriteria hasil, maka pasien dan perawat memperbaiki
rencana asuhan (Christensen & Kenney, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
GANGGUAN OSTEOARTRITIS

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas pasien
Nama : Tn. T
Umur : 63 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : RT 16 RW 11 Kelurahan Soklat – Subang
Diagnosa medis : Osteoarthritis

3.1.2. Anamnesa
a. Keluhan utama
Klien mengeluh terasa sakit dan nyeri di daerah pinggang dan sendinya dengan skala
nyeri : 6, jika beraktivitas banyak. Klien mengatakan ototnya terasa lemas, klien
susah untuk beraktivitas. Klien mengatakan tidak tau apa penyakitnya.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Sebelumnya klien tidak pernah menderita penyakit yang parah. Hanya pusing dan
mudah lelah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien merasa sakit dan nyeri pada sendinya, klien tidak dapat beraktivitas.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti penyakit klien
sekarang ini.
Genogram

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien

: Garis keturunan

: Garis perkawinan

: Tinggal serumah

3.1.3. Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Fisik
a. Temperatur: 370 C
b. Pulse: 82 x/menit
c. Respirasi (pernafasan): 21 x/menit
d. Tekanan darah: 130/90 mmHg
e. BB sekarang: 50 kg
f. Tingkat orientasi: baik, klien dengan lingkungan sekitar dapat berorientasi
g. Memory (ingatan): pasien masih dapat mengingat masa yang lalu sampai
sekarang (jangka panjang)
h. Pola tidur: cukup, 8 jam/hari, siang: 1 jam dan malam: 7 jam
i. Penyesuaian psikososial: emosi klien terkendali
2. Sistem Persyarafan: tidak ada masalah
3. Sistem Kardiovaskuler: tidak ada masalah
4. Sistem Gastrointestinal
Klien menghabiskan setiap diet yang diberi, mual dan muntah tidak ada. Sebagian
gigi sudah ada yang tanggal, rahang masih kuat, rongga mulut kotor
5. Sistem Genitourinaria
a. BAK: kuning, bau khas amoniak, frekuensi 4-5x/hari, BAB: kuning, bau khas,
frekuensi 1x /hari
6. Sistem Integumen
a. Kulit: lembab
b. Turgor kulit baik, bila diberi tekanan kembali dalam 2 detik
7. Sistem Muskuloskletal
a. Kontraktur: gerakan sendi tidak kuat lagi
b. Tingkat mobilisasi: pergerakan kaki terbatas karena terasa nyeri atau sakit
sehingga klien susah jalan.

3.1.4. Psikososial
1. Klien tidak mengenal masalah kesehatannya.
2. Klien mengatasi stres dengan beribadah dan berdoa.
3. Klien tidak pernah mengalami kegagalan khususnya dalam berumah tangga.
4. Harapan klien sekarang dan masa yang akan datang bahwa klien berharap agar klien
cepat sembuh sehingga klien dapat menjalankan dan melakukan aktifitas sehari-hari.
5. Klien merasa tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah sendiri seperti dalam
melakukan tindakan atau aktifitas apapun klien dibantu oleh keluarga dan teman
klien.
6. Perasaan klien saat ini biasa saja yang mana klien menjalani kehidupan ini berjalan
apa adanya.
3.1.5. Pola Fungsi Gordon
1. Persepsi terhadap kesehatan
a. Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga
apabila ada salah satu keluarga yang sakit langsung dibawa
kerumah sakit. Menurut pasien sehat adalah ia dapat melakukan
aktivitasnya dengan nyaman, dan sakit adalah ketika pasien
merasakan segala sesuatu yang membuat aktivitasnya tidak
nyaman.
b. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Klien mengatakan ketika sakit meriang biasanya kerikan dan
meminum obat yang ada di warung didekat rumahnya.
c. Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
1) Faktor resiko jatuh
2) Imobilisasi
2. Pola Aktivitas dan Latihan
Pengkajian Katz Index

Sebelum sakit Selama Sakit


Kemampuan Perawatan Diri
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan atau Minum √ √
Mandi √ √
Toileting √ √
Berpakaian √ √
Mobilitas di tempat tidur √ √
Berpindah √ √
Ambulasi / ROM √ √

Keterangan :
0. = mandiri
1. = dibantu dengan alat
2. = dibantu orang lain
3. = di bantu orang lain dengan alat
4. = tergantung total.

Pola Kognitif Perceptual


Pemeriksaan SPMSQ

Benar Salah No Pertanyaan


 1. Tangga berapa hari ini ?
 2. Hari apa sekarang ?
 3. Apa nama tempat ini ?
 4. Dimana alamat anda ?
 5. Berapa umur anda ?
 6. Kapan anda lahir ?
 7. Siapa presiden indonesia sekarang ?
 8. Siapa presiden pertama indonesia ?
 9. Siapa nama ibu anda ?
 10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun!
Keterangan :
Salah 0-2 : fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Salah 8-10 : kerusakan intelektual berat

3.1.6. Sosial – ekonomi


Sumber keuangan klien berasal dari anak klien ± 500.000/bulan namun terkadang
tidak menentu juga. Klien tidak mengikuti kegiatan organisasi sosial ataupun keagamaan
karena klien merasa tidak mampu untuk berjalan ke tempat perkumpulan yang ada.
Dalam hal mencuci pakaian dan piring klien, menyapu rumah klien tergantung dengan
keluarga dan anak klien. Klien tidak aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan. Klien
masih semangat hidup, ini dibuktikan dari keinginan klien untuk cepat sembuh. Klien
tidak pernah rekreasi, hanya menonton tv di rumah.

3.1.7. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: Cairan kondrosit Nyeri akut
Klien mengeluh terasa sakit dan tulang rawan
nyeri di daerah pinggang dan menurun
sendinya. ↓
Kelenturan dan
DO: kekenyalan tulang
TD klien: 130/90 mmHg rawan menurun
Wajah klien tampak meringis, ↓
Skala nyeri: 6 Kaku tipis
Asam urat: 8,4 ↓
Robek

Nyeri

2 DS: Penurunan kekuatan Kerusakan


Klien mengatakan ototnya terasa otot mobilitas fisik
lemas, klien susah untuk
beraktivitas. Dalam hal mencuci
pakaian, piring, menyapu rumah
klien tergantung dengan orang
lain.

DO:
TD klien: 130/90 mmHg
Klien tampak lemah
Klien tampak dibantu keluarga
klien saat berjalan
Skala kekuatan otot 2-3
3 DS: Sumber informasi Kurang
Klien mengatakan tidak tau apa kurang pengetahuan
penyakitnya.

DO:
Tampak bingung dan sering
menanyakan tentang penyakitnya.

3.2. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi cairan proses inflamasi, distruksi
sendi ditandai dengan sakit dan nyeri daerah pinggang dan sendi, TD: 130/90
mmHg, wajah klien tampak meringis, skala nyeri 6, asam urat: 8,4.
2. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
ditandai dengan klien tampak lemah, klien tampak dibantu keluarga saat
berjalan, TD: 130/90 mmHg, skala kekuatan otot 2-3.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi kurang ditandai
dengan klien tampak bingung dan sering menanyakan tentang penyakitnya.
3.3. Perencanaan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Keperawatan
1 Nyeri akut Nyeri dapat teratasi Kriteria - Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan - Membantu
berhubungan dengan hasil: intensitas nyeri (skala 6), catat faktor- dalam menentukan kebutuhan
akumulasi cairan proses - Menunjukkan nyeri faktor yang mempercepat dan tanda- manajemen nyeri dan keefektifan
inflamasi, distruksi hilang/terkontrol tanda rasa nyeri. program
sendi ditandai dengan - Klien terlihat rileks
sakit dan nyeri daerah dapat tidur/beristirahat - Bantu klien mengambil posisi yang
pinggang dan sendi, dan berpartisipasi dalam nyaman pada waktu tidur atau duduk - Memberikan
TD: 130/90 mmHg, aktivitas di kursi, tinggikan istirahat di tempat rasa nyaman
wajah klien tampak - Mengikuti program tidur sesuai indikasi.
meringis, skala nyeri 6, terapi - Bantu klien untuk mengompres
asam urat: 8,4 - Menggabungkan hangat pada sendi-sendi yang sakit
keterampilan relaksasi beberapa kali sehari. - Panas
dan aktivitas hiburan ke meningkatkan relaksasi otot dan
dalam program kontrol - Dorong mobilitas, menurunkan rasa sakit
nyeri penggunaan teknik manajemen stress dan melepaskan kekakuan dipagi
misalnya relaksasi progresif sentuhan hari.
terapeutik bio feedback, visualisasi, - Meningkatk
pedoman imajinasi hipnotis diri dan an relaksasi, memberikan rasa
pengendalian nafas. kontrol dan mungkin
- Pantau tingkat meningkatkan kemampuan
inflamasi/rasa sakit pada sendi koping

- Tingkat
aktivitas/latihan tergantung dari
perkembangan/resolusi dari
proses inflamasi
2 Kerusakan mobiltas Kerusakan mobilitas fisik - Bantu klien dengan rentang gerak - Mempertaha
fisik berhubungan tidak terjadi aktif/pasif dan latihan resistif dan nkan/meningkat kan fungsi sendi,
dengan penurunan Kriteria Hasil: isometrik jika memungkinkan. kekuatan otot dan stamina
kekuatan otot ditandai - Mempertahankan fungsi - Anjurkan klien melakukan aktivitas umum.
dengan klien tampak posisi dengan tidak yang ringan. - Untuk
lemah, klien tampak hadirnya kontraktor. - Dorong klien untuk mempertahankan mengurangi kontraktur
dibantu keluarga saat - Mempertahankan atau posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri
berjalan, TD: 130/90 meningkatkan kekuatan dan berjalan. - Memaksima
mmHg, skala kekuatan dan fungsi komponen - Berikan lingkungan yang aman. lkan fungsi sendi,
otot 2-3 bagian tubuh. mempertahankan mobilitas
- Mendemonstrasikan
teknik/perilaku yang - Menghindari
memungkinkan cidera akibat kecelakaan/jatuh
melakukan aktivitas.
3 Kurang pengetahuan Klien mengerti tentang - Berikan informasi tentang penyakit - Memberikan
berhubungan dengan penyakitnya klien. Beri konseling sesuai prioritas pengetahuan dimana pasien dapat
sumber informasi Kriteria Hasil: kebutuhan klien. membuat pilihan berdasarkan
kurang ditandai dengan - Menunjukkan - Lakukan pendidikan kesehatan kepada informasi
klien tampak bingung pemahaman tentang klien tentang pengertian, penyebab, - Membantu
dan sering kondisi/prognosis dan tanda gejala Osteoarthritis, pasien dalam mengenali
menanyakan tentang perawatan pencegahan, penatalaksanaan penyakitnya
penyakitnya
3.4. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
20/04/2021 Nyeri akut berhubungan Mengkaji keluhan nyeri klien dan skala nyeri klien S: Kien mengatakan merasakan nyeri
dengan akumulasi cairan di daerah pinggang dan sendi
proses inflamasi, Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada O:Wajah klien tampak meringis, skala
distruksi sendi ditandai waktu tidur atau duduk dikursi nyeri : 6
dengan sakit dan nyeri A:Masalah belum teratasi
daerah pinggang dan Menganjurkan dan membantu keluarga untuk mengompres P: Intervensi dilanjutkan
sendi, TD: 130/90 hangat pada sendi-sendi klien yang sakit beberapa kali
mmHg, wajah klien sehari
tampak meringis, skala
nyeri 6, asam urat: 8,4 Mengajarkan klien teknik manajemen stress relaksasi
Kerusakan mobiltas fisik Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi. S:
berhubungan dengan - Klien menyatakan lemas bila
penurunan kekuatan otot Membantu klien memberikan posisi yang nyaman beraktifitas (berjalan jauh dan
ditandai dengan klien berdiri lama)
tampak lemah, klien Menganjurkan klien melakukan aktivitas yang ringan dan - Klien mengatakan apabila
tampak dibantu keluarga menganjurkan keluarga untuk membantu klien beraktivitas klien cepat lelah
saat berjalan, TD: 130/90 melaksanakan aktivitas.
mmHg, skala kekuatan
otot 2-3 Mendorong klien untuk mempertahankan posisi tegak dan O:
duduk tinggi, berdiri dan berjalan. - Klien tampak lemas
- Klien tampak dibantu oleh keluarga
Menganjurkan keluarga klien memberikan lingkungan apabila berjalan
yang aman (lantai tidak licin, penerangan lampu baik) A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Kurang pengetahuan Memberikan informasi tentang penyakit klien. Beri S: Klien mengatakan belum paham
berhubungan dengan konseling sesuai prioritas kebutuhan klien. tentang penyakitnya (pencegahan)
sumber informasi kurang O: Klien tampak bingung, klien masih
ditandai dengan klien Lakukan pendidikan kesehatan kepada klien tentang sering menanyakan tentang
tampak bingung dan pengertian, penyebab, tanda gejala Osteoarthritis, penyakitnya.
sering menanyakan pencegahan, penatalaksanaan A: Masalah belum teratasi
tentang penyakitnya P: Intervensi dilanjutkan
20/04/2021 Nyeri akut berhubungan Mengkaji keluhan nyeri klien dan skala nyeri klien. S: Kien mengatakan masih merasakan
dengan akumulasi cairan nyeri di daerah pinggang dan sendi,
proses inflamasi, Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada dengan skala nyeri 6
distruksi sendi ditandai waktu tidur atau duduk di kursi. O: Wajah klien tampak meringis
dengan sakit dan nyeri A: Masalah belum teratasi
daerah pinggang dan Menganjurkan dan membantu keluarga untuk mengompres
sendi, TD: 130/90 hangat pada sendi-sendi klien yang sakit beberapa kali
mmHg, wajah klien sehari P: Intervensi dilanjutkan
tampak meringis, skala
nyeri 6, asam urat: 8,4 Mengajarkan klien teknik manajemen stress relaksasi
Kerusakan mobiltas fisik Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi. S: Klien menyatakan lemas bila
berhubungan dengan beraktifitas (berjalan jauh dan
penurunan kekuatan otot Membantu klien memberikan posisi yang nyaman berdiri lama).
ditandai dengan klien O:
tampak lemah, klien Menganjurkan klien melakukan aktivitas yang ringan dan - Klien tampak lemas
tampak dibantu keluarga menganjurkan keluarga untuk membantu klien - Klien tampak dibantu oleh keluarga
saat berjalan, TD: 130/90 melaksanakan aktivitas. klien saat berjalan
mmHg, skala kekuatan A: Masalah belum teratasi
otot 2-3 Mendorong klien untuk mempertahankan posisi tegak dan P: Intervensi dilanjutkan
duduk tinggi, berdiri dan berjalan.

Menganjurkan keluarga klien memberikan lingkungan


yang aman (lantai tidak licin, penerangan lampu baik).

Membantu klien medekatkan barang yang dibutuhkan


klien

Kurang pengetahuan Memberikan informasi tentang penyakit klien. S: Klien mengatakan sudah paham
berhubungan dengan Memberikan penyuluhan kepada klien tentang tentang penyakitnya
sumber informasi kurang penyakitnya. O: Klien tampak kooperatif
ditandai dengan klien mendengarkan perawat. Jika ditanya
tampak bingung dan Melakukan pendidikan kesehatan kepada klien tentang klien dapat menjawab dengan baik.
sering menanyakan pencegahan penyakitnya A: Masalah teratasi
tentang penyakitnya P: Intervensi dipertahankan
20/04/2021 Nyeri akut berhubungan Mengkaji keluhan nyeri klien dan skala nyeri klien. S: Kien mengatakan masih merasakan
dengan akumulasi cairan nyeri di daerah pinggang dan
proses inflamasi, Membantu klien mengambil posisi yang nyaman pada sendinya, dengan skala nyeri 6
distruksi sendi ditandai waktu tidur atau duduk di kursi. O: Wajah klien tampak meringis
dengan sakit dan nyeri A: Masalah belum teratasi
daerah pinggang dan Menganjurkan dan membantu keluarga untuk mengompres P:Intervensi dilanjutkan
sendi, TD: 130/90 hangat pada sendi-sendi klien yang sakit beberapa kali
mmHg, wajah klien sehari
tampak meringis, skala
nyeri 6, asam urat: 8,4 Mengajarkan klien teknik manajemen stress relaksasi
Kerusakan mobiltas fisik Memantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi. S: Klien menyatakan lemas bila
berhubungan dengan beraktifitas (berjalan jauh dan
penurunan kekuatan otot Membantu klien memberikan posisi yang nyaman berdiri lama).
ditandai dengan klien O: Klien tampak lemas
tampak lemah, klien Menganjurkan klien melakukan aktivitas yang ringan dan A: Masalah belum teratasi
tampak dibantu keluarga menganjurkan keluarga untuk membantu klien P: Intervensi dilanjutkan
saat berjalan, TD: 130/90 melaksanakan aktivitas.
mmHg, skala kekuatan
otot 2-3 Mendorong klien untuk mempertahankan posisi tegak dan
duduk tinggi, berdiri dan berjalan.

Menganjurkan keluarga klien memberikan lingkungan


yang aman (lantai tidak licin, penerangan lampu baik).

Membantu klien medekatkan barang yang dibutuhkan


klien
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA,


NIC, dan NOC jilid 1. Jakarta: TRANS INFO MEDIA.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8-Buku 3. Singapore: Elseiver.

Brunner, S. &. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Chabib, L. (2016). Review Reumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin


Analognya, serta Pengembangan Sistem Nonopartikel. Jurnal Pharmascience vol
3 , 11-12.

Chintyawati, C. (2014). Hubungan Antara Nyeri Reumatoid Artritis dengan Tingkat


Kemandirian dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari pada Lansia di Posbindu
Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tingkat .
Jakarta: UIN.

Evalina S, H., & Bagus R, C. (2015). Pengaruh Kompres Hangat terhadap Nyeri
Sendi pada Lansia (60-74 tahun). Proceeding Seminar Ilmiah Nasional
Keperawatan 2015 3rd Adult Nursing Practice: Using Evidence in Care.

Free, F. (2017, Januari 24). Rheumatoid Artritis Bagian II. Musculosceletal


Rehabilitation Clinic.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai