LP Melena

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

MELENA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter atau
aspal yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran pencernaan bagian atas.
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, yang
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada
usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin
oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari
saluran cerna atas. (Sylvia, A price. 2012. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC). BAB darah atau biasa disebut hematochezia
ditandai dengan keluarnya darah berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk
gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar BAB darah  berasal dari
luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi
perdarahan. Umumnya semakin dekat sumber  perdarahan dengan anus, semakin
terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di anus, rektum dan kolon
sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan dengan perdarahan di kolon
transversal dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang berwarna merah gelap atau
merah tua.(Mansjoer Arief.2011)
B. ETIOLOGI
Terdapat beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas adalah :
1. Kelainan esofagus
a. Varises esophagus
b. Karsinoma esophagus
c. Esofagitis dan tukak esophagus
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
b. Tukak lambung
c. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili,
rombositopenia purpura.
d. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol. (Manjoe Arief 2012).
C. PATOFISIOLOGI
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen
anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah
disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal
masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus
balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap
penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-
gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Penurunan
aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa suplai
oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah
gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan
warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang atau gelap. Diperkirakan darah yang muncul dari
duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk
merubah warna feses menjadi hitam.(Manjoer Arief 2012)
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien melena adalah sebagai berikut:
1. Gelisah
2. Demam Ringan (38-39 C)
3. Nafsu makan berkurang
4. Berak yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
5. Nyeri perut
6. Rasa kembung
7. Tonus otot dan turgor  kulit berkurang
8. Selaput lendir dan bibir kering
9. Hiperperistaltik
10. Penurunan Hb dan Hmt yang terlihat setelah beberapa jam
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
b. Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif terutama pada diare kronik.
2. Diagnostik
a. Laboratorium
1) Darah perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt,
peningkatan leukosit)
2) Elektrolit : penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa
serum dan laktat.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
b. Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung
untuk mencari ada atau tidaknya varises.
c. Pemeriksaan endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan
secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan
saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik
dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis
berhenti.
d. Colonoscopy
Pemeriksaan ini dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon
e. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi
penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab
perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan
dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja. (C
arpenito Zinda Juall 2013 ).
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan farmakologi
a. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
b. Pemberian tranfusi darah bilah terjadi perdarahan luas
c. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi
d. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari,
karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
berguna untuk menanggulangi perdarahan.
2. Penatalaksanaan non farmakologi
a. Mengkaji nyeri secara PQRST
b. Anjurkan relaksasi nafas dalan
c. Memberikan posisi yang nyaman
d. Menganjurkan klien untuk diet makanan lunak
H. KOPLIKASI
1. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi
karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume
intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel. Pada klien
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30%
dan berlangsung selama 24-28 jam.
2. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
3. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran
4. Koma hepatic (suatu sindrom neuropsikiatrik)
5. Ensefalopati
Terjadi akibat kersakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam
darah. Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu
kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di
dalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati. ( Carpenito Zin
da Juall 20013 )
I1. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju. Selain itu pengumpulan data dapat
diperoleh dari klien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medis, medical record,
dan literature. Hal-hal yang dikaji pada klien antara lain :
Adapun pengkajian pada pasien melena antara lain :
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat mengidap adanya kelainan pada esophagus dan lambung
2. Kanker saluran pencernaan bagian atas
3. Riwayat penyakit darah, misalnya DIC
4. Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik
5. Kebiasaan/gaya hidup seperti Alkoholisme, kebiasaan makan

C. Pengkajian Umum

1. Intake : anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan.


2. Eliminasi :
3. BAB : konstipasi atau diare, adakah melena (warna darah hitam, konsistensi
pekat, jumlahnya)
4. BAK : warna gelap, konsistensi pekat
5. Neurosensori : adanya penurunan kesadaran (bingung, halusinasi, koma).
6. Respirasi : sesak, dyspnoe, hypoxia
7. Aktifitas :lemah, lelah, letargi, penurunan tonus otot

D. Pengkajian Fisik

1. Kesadaran, tekanan darah, nadi, temperatur, respirasi


2. Inspeksi :
Mata : conjungtiva (ada tidaknya anemis)
Mulut : adanya isi lambung yang bercampur darah
Ekstremitas : ujung-ujung jari pucat
Kulit : dingin
3. Auskultasi :
Paru
Jantung : irama cepat atau lambat
Usus : peristaltik menurun
4. Perkusi :
Abdomen : terdengar sonor, kembung atau tidak
5. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak.
6. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah darah kronis, mis : GI kronis, ektremitas
pucat pada kulit dan membran mukosa, pengisian kapiler melambat.
7. Eliminasi
Gejala : hematemesis, feses dengan darah segar, melena, distensi abdomen.
8. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual.
9. Neurosensori
Gejala : penurunan kesadaran, sakit kepala.
10. Nyeri
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.

11. Pernafasan
Gejala : pernafasan pendek pada istirahat dan aktivitas.
12. Integumen
Gejala : kulit dingin, kering dan pucat, pengisian kapiler
≥3 detik.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovolemia.
F. Intervensi keperawatan
1. Defisit volume cairan b.d intake tidak adekuat
Hasil NOC :
Tujuan/kriteria hasil
 Mencegah output yang berlebihan dan mengoptimalkan intake cairan
 Mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan dibuktikan oleh
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, input dan output seimbang.
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi turgor kulit baik dan mukosa bibir
lembab.
Hasil NIC :
a. Kaji input dan onput klien
b. Anjurkan klien untuk minum banyak
c. Kolaborasi pemberian cairan
d. Kolaborasi pemberian obat ondansentron 4 mg/iv
2. . Nyeri b.d iritasi mukosa gaster

Hasil NOC :

Tujuan/ Kriteria Hasil :

 Mampu mengontrol nyeri


 Mampu mengenali nyeri
 Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :

a. Kaji nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi dan


frekuensi.
b. Monitor tanda-tanda vital
c. Ajarkan teknik relaksai nafas dalam
d. Atur posisi pasien
e. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik untuk menguragi nyeri
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Hasil NOC
Tujuan/ kriteria hasil:
 kebutuhan nutrisi dapat diatasi
 mual hilang, muntah tidak ada, dan nafsu makan meningkat
Hasil NIC
a. Timbang berat badan setiap hari
b. Berikan makan dalam porsi
c. Bantu pasien dan dorong pasien utuk makan
d. Awasi pemasukan diet
e. Kolaborasi dengan dokter mengenai obat antiemetic
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan proses kesehatan
Hasil NOC
Tujuan /kriteria hasil
 Aansetasa dapat teratasi
 Klien dapat menyatakan tentang perasaan yang tepat
 Klien dapat menunjukan rileks dan kecemasan berkurang
Hasil NIC
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
b. Monitor tanda-tanda ansietas (Verbal dan non verbal )
c. Pahami situasi yang membuat ansietas
d. Dengarkan dengan penuh perhatian
e. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovelemik
Hasil NOC
Tujuan /kriteria hasil
 Menunjukan perfusi jaringan yang adekuat
 Ekstremitas hangat
 Tanda-tanda vital stabil,
 Pengisian kapiler baik membrane mukosa merah mudah, lemas
Hasil NIC
a. Kaji tanda-tanda vital
b. Kaji respon verbal melambat gangguan memori, bingung
c. Tingkatkan kepala tempat tidur sesuai toleransi
d. Kolaborasi dalampemeriksaan laboratorium
111. PATOFISIOLOGi

Kelainan esofagus: Kelainan lambung:

Varises esovagus, esophagitis, Tukak lambung, gastritis hemoragik


karsinoma esofagus

Iritasi mukosa lambung


Tekanan portal meningkat

Erosi dan ulserasi


Pembuluh darah pecah

Hematemesis Kerusakan vaskuler pada


melena mukosa lambung

Ostrobsi vena portal Terbentuknya varises


eksofagus,lambung,
pembesaran limfe dan
Sirosis hepatitis
asites
Gangguan rasa nyaman
Pembuluh luptur
Nyeri akut

Perdarahan dilambung

Muntah darah dan berak darah Defisit volume cairan

Hb menurun anemis Mual, muntah dan nafsu makan


Kurangnya informasi yang didapat
menurun

Plasma darah menurun Ansietas


Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Risiko syok (hipovolemik)
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief.2011. Kapita selekta kedokteran.Jakarta : Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

Carpenito, Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.Jakarta EGC

Doenges,M.2010 .Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC

Tanasale,Vian..2013.Hematemesis Melena.(Online), available


http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301026/bab2.pdf.
Diakses pada tanggal 25 November 2014 pukul 20.00 wita

Hery,Setya.2012.EpidemiologiMelena.(Online),available
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/07/diagnosa-dan-manajemen-
perdarahan.html. Diakses pada tanggal 25 November 2014 pukul 20.30 wita
 

Anda mungkin juga menyukai