Resume UU No. 5 Tahun 1986
Resume UU No. 5 Tahun 1986
Resume UU No. 5 Tahun 1986
Nim : 1810211110074
Kelas : A
Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan fungsi untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah;
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan
urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku;
Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata;
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha
Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara dan diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan;
Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata;
Pengadilan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara dan/atau Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara;
Hakim adalah Hakim pada Pengadilan Tata Usaha Negara dan/atau Hakim pada
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Serta keputusan tata usaha negara menurut
undang-undang.
Dalam BAB II menjelaskan mengenai Susunan Pengadilan, yang terdiri dari atas Pengadilan
Tata Usaha Negara yng merupakan Pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara, yang merupakan Pengadilan tingkat banding. Serta pengadilan Tata Usaha
Negara di bentuk dengan keputusan Presiden sedangkan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara dibentuk dengan undang-undang, serta Susunan pengadilan yang terdiri dari atas
Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan sekretaris. Bagian kedua mengenai Ketua, Wakil
Ketua dan Hakim yang dijelaskan dalam pasal 12 - 26, yang menjelaskan mengenai Hakim
adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman serta syarat dan tata cara
pengangkatan, pemberhentian, serta pelaksanaan tugas diatur dalam undang-undang ini, serta
pbinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri Kehakiman. Serta Panitera pada pasal 27 -
39 yang menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepaniteraan, mulai dari
pelaksanaan tugas kepaniteraan, syarat - syarat dan tata cara pengangkatan Penitera, serta
tugas dan tanggung jawab, susunan organisasi, dan tata kerja kepaniteraan Pengadilan diatur
lebih lanjut oleh Mahkamah Agung. Bagian ketiga Sekretaris menjelaskan mengenai
Sekretaris dalam Pasal 40 " pada setiap pengadilan ditetapkan adanya sekretaris yang
dipimpin oleh seroang Selretaris dan dibantu oleh Wakil Sekretaris" sampai dengan pasal 46.
BAB III pasal 47 " Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara ". Ketentuan tersebut memberikan kewenang
kepada Pengadilan Tata Usaha Negara untuk memiliki wewenang untuk memeriksa,
memutus, serta menyelesaikan sengketa Ptun, serta pada pasal 48 Badan dan Pejabat Tata
Usaha Negara diberi wewenang oleh berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
menyelesaikan secara administratif sengketa Tata Usaha Negara tertentu, Pasal 49
Pengadilan tidak berhak Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan
itu dikeluarkan : Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan
luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB IV Hukum Acara pasal 53 Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata
Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitas, serta dalam pengajuan gugatan sengketa
kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
tergugat dalam pasal 54, serta Gugatan dapat diajukan dalam tenggang waktu Sembilan puluh
hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara, dalam pasal 56 menjelaskan mengenai syarat gugatan, serta para pihak yang
bersengketa dapat diwakili oleh orang kuasa, untuk pengajuan Gugatan, penggugat
membayar uang muka biaya perkara, yang besar taksirannya ditaksir oleh Panitera
Pengadilan, jika penggugat tidak mampu membayar perkara maka dalam pasal 60 penggugat
daat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan untuk bersengketa dengan cuma-
cuma. Setelah biaya perkara telah dibayar maka Ketua pengadilan dalam Rapat Musyawarah
berwenang memutuskan suatu penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan bahwa
gugatan yang diajukan diterima atau ditolak berdasarkan hal tertentu, kemudian dalam
terjadinya proses Peradilan Tata Usaha Negara, mulai dari pemeriksaan pokok perkara, serta
penetapan hari persidangan yang wajib di hadiri oleh kedua belah pihak, jika penggugat dan
kuasa penggugat tidak menghadiri persidangan maka gugatannya dinyatakan gugur dan harus
membayar biaya perkara sepenuhnya, dalam pasal 76 (1) penggugat dapat mencabut
gugatannya sebelum tergugat memberikan jawabannya.
Ekspesi dalam pasal 77 tentang kewenangan absolut dan Relatif, serta Eksepsi lainnya yang
tidak mengenal kewenangan Pengadilan hanya daat diputus bersama dengan pokok sengketa.
Jika Hakim memiliki hubungan dara dengan pidak yang bersengketa maka wajib
mengundurkan diri sesuai dengan pasal 79.
Pasal 87 mmejelaskan mengenai saksi, pasal 88 menjelaskan yang tidak boleh didengar dari
kesaksiannya yaitu keluarga sedarah, suami atau istri saah seorang pihak yang bersengketa,
anak yang belum berusia 17 tahun, dan orang yang sakit ingatan. Pasal 93 Pejabat yang
dipanggil sebagai saksi wajib datang sendiri di persidangan. Pasal 95 Apabila suatu sengketa
tidak dapat diselesaikan pada suatu hari persidangan, pemeriksaan dilanjutkan pada hari
persidangan berikut, Lanjutan sidang harus diberitahukan kepada kedua belah pihak, dan bagi
mereka pemberitahuan ini disamakan dengan panggilan. Pasal 97 Dalam hal pemeriksaan
sengketa sudah diselesaikan, kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat yang terakhir berupa kesimpulan masing-masing.
Paragraf 2 Pemeriksaan Dengan Acara Cepat, Pasal 98 (1) Apabila terdapat kepentingan
penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan
permohonannya, penggugat dalam gugatannya dapat memohon kepada Pengadilan supaya
pemeriksaan sengketa dipercepat. Pasal 99 (1) Pemeriksaan dengan acara cepat dilakukan
dengan Hakim Tunggal. (2) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98
ayat (1) dikabulkan, Ketua Pengadilan dalam jangka waktu tujuh hari setelah dikeluarkannya
penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2)menentukan hari, tempat, dan
waktu sidang tanpa melalui prosedur pemeriksaan persiapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 63. (3) Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak,
masing-masing ditentukan tidak melebihi empat belas hari. Pasal 100 (1) Alat bukti ialah :
surat atau tulisan, keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para pihak, pengetahuan
Hakim. Pasal 108 (1) Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum. (2) Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu putusan
Pengadilan diucapkan, atas perintah Hakim Ketua Sidang salinan Putusan itu. Pasal 110
Pihak yang dikalahkan untuk seluruhnya atau sebagian dihukum membayar biaya perkara.
Pasal 112 Jumlah biaya perkara yang harus dibayar oleh penggugat dan/atau tergugat disebut
dalam amar putusan akhir Pengadilan. Pasal 120 (1) Salinan putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban membayar ganti rugi dikirimkan kepada penggugat dan tergugat dalam waktu tiga
hari setelah putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum. Pasal 121 (1) Dalam hal
gugatan yang berkaitan dengan bidang kepegawaian dikabulkan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (11), salinan putusan Pengadilan yang berisi
kewajiban tentang rehabilitasi dikirimkan kepada penggugat dan tergugat dalam waktu tiga
hari setelah putusan itu memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 122 Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dapat dimintakan pemeriksaan
banding oleh penggugat atau tergugat kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pasal
123 (1) Permohonan pemeriksaan banding diajukan secara tertulis oleh pemohon atau
kuasanya yang khusus dikuasakan untuk itu kepada Pengadilan Tata Usaha Negara yang
menjatuhkan putusan tersebut dalam tenggang waktu empat belas hari setelah putusan
Pengadilan itu diberitahukan kepadanya secara sah. (2) Permohonan pemeriksaan banding
disertai pembayaran uang muka biaya perkara banding lebih dahulu, yang besarnya ditaksir
oleh Panitera. Pasal 124 Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang bukan putusan akhir
hanya dapat dimohonkan pemeriksaan banding bersama-sama dengan putusan.
BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 142 (1) Sengketa Tata Usaha Negara yang pada
saat terbentuknya Pengadilan menurut Undang-undang ini belum diputus oleh Pengadilan di
lingkungan Peradilan Umum tetap diperiksa dan diputus oleh Pengadilan di lingkungan
Peradilan Umum. (2) Sengketa Tata Usaha Negara yang pada saat terbentuknya Pengadilan
menurut Undang-undang ini sudah diajukan kepada Pengadilan di lingkungan Peradilan
Umum tetapi belum diperiksa, dilimpahkan kepada Pengadilan di lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara. Pasal 143 (1) Untuk pertama kali pada saat Undang-undang ini mulai berlaku
Menteri Kehakiman setelah mendengan pendapat Ketua Mahkamah Augng mengatur
pengisian jabatan Ketua, Wakil Ketua, Hakim, Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda,
Panitera Pengganti, dan Wakil Sekretaris pada Pengadilan di lingkungan Peradilan Tata
Usaha Negara. (2) Pengangkatan dalam jabatan Ketua, Wakil Ketua, Hakim, Panitera, Wakil
Panitera, Panitera Muda, Panitera Pengganti, dan Wakil Sekretaris sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat menyimpang dari persyaratan yang ditentukan dalam Undang-undang
ini.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 144 Undang-undang ini dapat disebut "Undang-
undang Peradilan Administrasi Negara". Pasal 145 Undang-undang ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan dan penerapannya diatur dengan Peraturan Pemerintah selambat-
lambatnya lima tahun sejak Undang-undang ini diundangkan