Case Study Report

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

CASE STUDY REPORT

Nota Pembelaan (Pledooi) Sebagai Eksistensi Hak Terdakwa Dalam Persidangan


Perkara Pidana
Pengamatan di Pengadilan Negeri Depok

Case Study Report ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik
Hukum Pidana

Dibuat Oleh:
Alia Shifa
11606837171
Praktik Hukum Pidana B

PROGRAM SARJANA REGULER FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK 2019


I. LATAR BELAKANG

Sebelum dikenal mekanisme Hukum Acara Pidana, proses penjatuhan

hukuman pidana sering kali diberikan tanpa pertimbangan yang matang. Bahkan

tidak jarang pertimbangan penjatuhan hukuman pidana bukan terkait kesalahan

terdakwa namun hubungan politik terdakwa dengan raja. Pada masa pemerintahan

Raja Gwanghae pada dinasti Joseon misalnya, yang menggunakan hukuman pidana

untuk menyingkirkan pemimpin-pemimpin dari fraksi oposisi. Hal ini

dimungkinkan untuk terjadi oleh karena pada saat itu raja memegang kekuasaan

eksekutif, legislatif dan yudikatif, sehingga sangat mungkin pada saat raja berperan

sebagai representasi yudikatif, unsur eksekutif berperan didalamnya. Hal ini

bertentangan dengan rezim masa kini yang menjaga independensi lembaga

yudikatif.

Tidak hanya itu, cara penegak hukum pada masa itu untuk mengekstraksi

informasi adalah dengan melakukan kekerasan sampai yang bersangkutan

mengakui kesalahannya. Hal yang sama juga terjadi pada pemerintahan sebelum

revolusi Perancis. Lebih lanjut pada masa Ancien Régime, hukuman yang

diancamkan langsung hukuman mati, hanya saja caranya yang berbeda-beda. Cara

eksekusi ini yang menandakan derajat kesalahan. Dari hukuman paling umum yaitu

hukuman gantung, pemenggalan kepada dengan pedang untuk kejahatan yang

dilakukan oleh kaum bangsawan, hingga direbus hidup-hidup bagi penipu.

Reaksi dari proses pemidanaan yang tidak adil tersebut, membuat kaum

revolusioner menciptakan mekanisme yang saat ini dikenal dengan “Hukum Acara

Pidana” agar dalam mengadili terdakwa yang dipertimbangkan hanyalah unsur

kesalahan terdakwa dengan tindak pidana yang didakwakan, tanpa embel-embel

hubungan politik dan sebagainya. Ditambah lagi, hukuman pidana sejatinya

melanggar hak asasi manusia sehingga penggunaannya harus dibatasi dengan

peraturan perundang-undangan yang dalam jurisdiksi Indonesia dikenal dengan

istilah KUHAP. KUHAP berusaha untuk menempatkan terdakwa sebagai subjek


pemeriksaan dimana kedudukan terdakwa sebagai manusia yang mempunyai

harkat, martabat dan harga diri harus tetap dijunjung tinggi. Oleh karenanya,

KUHAP mengatur hak-hak tersangka atau terdakwa sebagai implementasi dari

gagasan tersebut.

Adapun hak-hak terdakwa yang dijamin dalam KUHAP, KUHP dan ICCPR

antara lain:

1. Hak atas kedudukan yang setara di hadapan hukum (equality before the
law);
2. Hak untuk diperlakukan secara manusiawi dan bebas dari penyiksaan
dalam proses peradilan pidana;
3. Hak untuk diperiksa dalam pemeriksaan yang adil dan terbuka untuk
umum oleh badan peradilan yang berwenang, bebas, dan tidak berpihak;
4. Hak untuk tetap dianggap tidak bersalah (presumption of innocence);
5. Hak atas jaminan minimal dalam proses pemeriksaan, yang terdiri dari: (a)
hak untuk diberitahukan secara cepat dan rinci tentang tuduhan yang
dikenakan kepadanya; (b) hak untuk memiliki waktu dan fasilitas yang
cukup untuk mempersiapkan pembelaan; (c) hak untuk diadili dengan
kehadirannya; (d) Hak untuk diadili tanpa penundaan yang tidak
semestinya; (e) hak untuk membela diri secara langsung atau melalui
pembela yang dipilihnya sendiri; (f) hak untuk diberitahukan hak untuk
mendapatkan bantuan hukum; (g) hak untuk meminta diperiksanya saksi-
saksi yang meringankan; (h) hak untuk menjalani proses peradilan dengan
bahasa yang dimengerti; (i) hak untuk tidak dipaksa untuk memberikan
keterangan yang memberatkan dirinya (non-self incrimination);
6. Hak untuk mengajukan upaya hukum;
7. Hak atas rehabilitasi dan ganti rugi;
8. Hak untuk tidak diadili dua kali atas perbuatan yang sama (nebis in idem /
double jeopardy);
9. Hak untuk tidak dipidana berdasarkan aturan yang berlaku surut
II. PENGATURAN HUKUM

Dalam suatu pemeriksaan perkara tindak pidana di muka persidangan, setelah


Penuntut Umum membacakan tuntutan kepada Terdakwa, maka akan diberikan hak
kepada Terdakwa dan/atau Penasihat Hukumnya untuk mengajukan nota
pembelaan (pledooi). Nota pembelaan (pledooi) ini sendiri bertujuan untuk
memberikan analisis terhadap proses pemeriksaan perkara terhadap Terdakwa
dan/atau Penasihat Hukumnya untuk kemudian sebagai bahan pertimbangan
Majelis Hakim dalam memutus perkara tersebut. Sebelum dibacakan nota
pembelaan dari Penasihat Hukum, berdasarkan Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP,
Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab
oleh Penuntut Umum, dengan ketentuan bahwa Terdakwa atau Penasihat
Hukumnya mendapat giliran terakhir. Pada huruf c, ditentukan bahwa tuntutan,
pembelaan, dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan setelah
dibacakan, segera diserahkan kepada Hakim ketua sidang. Terdapat 3 (tiga) hal
yang dapat menjadi kesimpulan dalam nota pembelaan (pledooi). Pertama,
Terdakwa minta dibebaskan dari segala dakwaan (bebas murni) yang lazim disebut
Vrijspraak, karena tidak terbukti. Kedua, terdakwa supaya dilepaskan dari segala
tuntutan hukum, karena dakwaan terbukti, tetapi bukan merupakan suatu tindak
pidana. Ketiga, Terdakwa minta dihukum yang seringan-ringannya karena telah
terbukti melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan.

III. RINGKASAN PENGAMATAN

Pada kali ini Penulis melakukan pengamatan persidangan di Pengadilan


Negeri Depok pada hari Senin, 15 April 2019. Agenda sidang yang dilaksanakan
ialah pembacaan Nota Pembelaan yang telah disiapkan oleh Penasehat Hukum
Terdakwa. Penulis memilih topik Nota Pembelaan dalam Sidang Perkara Pidana,
dikarenakan Penulis tertarik dengan topik tersebut setelah Bapak Dr. Luhut M.P.
Pangaribuan, S.H., LL.M., memberikan materi kuliah tentang Nota Pembelaan pada
kelas Praktek Pidana. Adapun ringkasan pengamatan penulis termuat dalam table
dibawah ini :

Nomor 137/Pid.Sus/2019/PN.DPK
Perkara
Agenda Pembacaan Nota Pembelaan (Senin, 15 April 2019)
Sidang

Terdakwa Yunus Hidayat Alias Pondoy

Pasal yang Primair


didakwakan Pasal 112 ayat (1) Undang-undang 25 Tahun 2009 Tentang
Narkotika

Subsidair
Pasal 111 ayat (1) Undang-undang 25 Tahun 2009 Tentang
Narkotika

Kab/Kota Beji, Depok


Locus Perkara
Majelis 1. Dr. Sobandi, S.H., M.H., selaku Hakim Ketua
Hakim 2. Sri Rejeki Marsinta, S.H., M.Hum., selaku Hakim
Anggota
3. Yulinda Trimurti Asihmuryati, S.H.,M.H., selaku
Hakim Anggota
Jaksa Andika Desiyanti N. M., S.H., M.H.
Penuntut
Umum
Penasehat Yansen Tarigan, S.H.
Hukum
Panitera Andri Kurniawan, S.H.
Pengganti

IV. HASIL PENGAMATAN

Persidangan dengan nomor register perkara Nomor Register Perkara

137/Pid.Sus/2019/PN.Dpk dihadiri oleh Majelis Haki, Jaksa Penuntut Umum,

Terdakwa, Penasehat Hukum Terdakwa dan Panitera Pengganti dengan Agenda

Sidang yaitu pembacaan Nota Pembelaan oleh Penasehat Hukum Terdakwa. Pada

persidangan ini, pertama-tama majelis hakim sesuai ketentuan 195 KUHAP

membuka sidang dengan menyatakan bahwa sidang dibuka dan terbuka untuk

umum. Kemudian, Hakim Ketua menanyakan apakah saudara terdakwa dalam

keadaan sehat dan dapat mengikuti persidangan pada hari ini, dan Terdakwa
menjawab sehat dan dapat mengikuti persidangan pada hari tersebut. Saudara

terdakwa juga dihadirkan oleh Penuntut Umum secara bebas dikarenakan Penulis

melihat bahwa borgol dan rompi tahanan telah dilepaskan sejak Terdakwa

memasuki ruang persidangan, ini menunjukan bahwa dalam persidangan ini, telah

menjunjung asas praduga tak bersalah. Berdasarkan pasal 54 KUHP Terdakwa

berhak untuk didampingi oleh kuasa hukumnya dan dalam persidangan kali ini,

saudara Terdakwa didampingi oleh Kuasa Hukumnya yaitu xxxxx dari xxxxx. Dan

oleh karena Penasehat Hukum Terdakwa pada persidangan lalu telah meminta

waktu pada Majelis Hakim untuk menyiapkan Nota Pembelaan Terdakwa dan telah

disepakati oleh Majelis Hakim dan Penuntut Umum, maka Agenda Sidang pada

siang hari tersebut ialah Pembacaan Nota Pembelaan yang telah disiapkan dan akan

disampaikan oleh Penasehat Hukum Terdakwa. Setelah melakukan pengamatan

dan mengajak Penasehat Hukum Terdakwa berdiskusi, Terdakwa sebenarnya

dalam tahanan telah menyiapkan Nota Pembelaannya, namun saudara Terdakwa

memberikannya kepada Penasehat Hukumnya, untuk kemudian dalam persidangan

disampaikan oleh Penasehat Hukum Terdakwa. Kemudian dalam persidangan

tersebut, Majelis Hakim mempersilahkan Penasehat Hukum Terdakwa untuk

membacakan Nota Pembelaan yang telah disiapkan (Terlampir). Kemudian dalam

persidangan tersebut, Majelis Hakim mempersilahkan Penasehat Hukum Terdakwa

untuk membacakan Nota Pembelaan yang telah disiapkan, dan kemudian setelah

Penasehat Hukum Terdakwa selesai membacakan Nota Pembelaan tersebut,

Penasehat Hukum Terdakwa memberikan Salinan Nota Pembelaan tersebut kepada

Mejlis Hakim dan juga Penuntut Umum. Kemudian, Hakim Ketua melakukan

perundingan bersama Hakim Anggota dan menyampaikan kepada hadirin sidang

bahwa agenda sidang akan dilanjutkan dengan pembacaan putusan akhir yang akan

disampaikan 7 hari daripada waktu sidang tersebut dilakukan. Kemudian Majelis

Hakim menutup sidang tersebut dengan menyampaikan sidang akan dilanjutkan

kembali dengan Pembacaan Putusan Akhir oleh Majelis Hakim yang akan
dilanjutkan pada hari Senin tanggal 22 April 2019 di Pengadilan Negeri Depok,

kemudian mengetuk palu sidang sebanyak 1 (satu) kali. Setelah sidang selesai,

Petugas kemudian memakaikan kembali rompi tahanan serta borgol kepada

Terdakwa dan kemudian menggiring saudara Terdakwa ke luar ruang persidangan

dan kemudian Terdakwa dibawa pada ruang penahanan yang sudah tersedia pada

Pengadilan Negeri Depok. Setelah menghadiri sidang tersebut, Penulis kemudian

mengajak Penasehat Hukum Terdakwa untuk berdiskusi mengenai Nota Pembelaan

yang telah disampaikan. Menurut beliau, Nota Pembelaan merupakan jalan terakhir

yang menjadi Hak Terdakwa sebelum Majelis Hakim memutus perkara tersebut

untuk terbebas dari tuntutan yang telah dituntut oleh Penuntut Umum. Kemudian,

beliau menyampaikan bahwa dalam pembuatan Nota Pembelaan, haruslah sebagai

Penasehat Hukum mencari celah agar saudara Terdakwa dapat bebas, atau setidak-

tidaknya tidak dijatuhi hukuman yang dituntut oleh Penuntut Umum. Maka dari itu,

sebagai Penasehat Hukum, haruslah menguraikan kembali unsur-unsur pada surat

dakwaan, dimana harus mematahkan dalil yang dituntut oleh penuntut umum yang

kemudian dimintakan pada Nota Pembelaan dengan amar yaitu Majelis Hakim

untuk membebaskan Terdakwa. Setelah melakukan diskusi singkat dengan

Penasehat Hukum Terdakwa, beliau kemudian memberikan soft copy Nota

Pembelaan atas nama Terdakwa YUNUS HIDAYAT Alias PONDOY kepada

penulis.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


VI. LAMPIRAN

PLEDOI
TERDAKWA YUNUS HIDAYAT ALS. PONDOY BIN USMAN
PERKARA PIDANA NOMOR : 137/Pid.Sus/2019/PN.DPK

DIAJUKAN OLEH PENASEHAT HUKUM :

YANSEN TARIGAN, SH.


NOMOR INDUK ADVOKAT 18.10.12.1266

PENGADILAN NEGERI DEPOK


SENIN, 15 APRIL 2019

Jl. RRI No. 22 RT.02/RW.20 Abadijaya, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.


Tlp. 021-77821011

Depok, 15 April 2019


Kepada Yth,
Majelis Hakim Yang Memeriksa Perkara Pidana
Nomor : 137/Pid.Sus/2019/PN.DPK
Di –
Tempat

Perihal : Pledoi Yunus Hidayat Als. Pondoy Bin Usman

Majelis Hakim Yang Mulia,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati,
I. PENDAHULUAN

Kami, selaku Penasehat Hukum terdakwa, sudah sewajarnya terlebih dahulu


mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya
Persidangan ini yang telah berjalan dengan lancar. Dimana, Kami diberikan
kesempatan yang seluas-luasnya dalam melakukan pembelaan hukum, maka pada
hari ini adalah kesempatan kami selaku Penasehat Hukum terdakwa : Yunus
Hidayat Als. Pondoy Bin Usman mengajukan Pembelaan atas Tuntutan Jaksa
Penuntut Umum yang disampaikan pada hari Senin, tanggal 08 April 2019 kemarin.

Majelis Hakim Yang Mulia,


Dalam melihat suatu perkara pidana secara baik diperlukan dari berbagai sudut
pandang. Tidak hanya dari sudut pandang Jaksa Penuntut Umum, tetapi juga dari
sudut pandang Penasehat Hukum terdakwa, demi tercapainya Kepastian Hukum dan
Rasa Keadilan.

II. FAKTA PERSIDANGAN


( KETERANGAN SAKSI - SAKSI / KETERANGAN TERDAKWA )

1. Saksi TONI PRASTIANTO dan Saksi AGUS SUTOPO, dalam keterangannya


dibawah sumpah dimuka persidangan hari Senin tanggal 25 Maret 2019, pada
pokoknya menerangkan sebagai berikut :

“ Bahwa para saksi adalah anggota Kepolisian dari Satuan Reserse Polresta Depok,
mendapat informasi dari masyarakat dan melakukan observasi dan penyidikan di
Jalan Raya Bogor Km.40 Kel. Pabuaran Kec. Cibinong Bogor. Sekira pukul 14.00
WIB para saksi melihat terdakwa Yunus Hidayat Als. Pondoy Bin Usman terlihat
mencurigakan. Sehingga saksi bersama rekan satu tim (berjumlah lima orang)
memperkenalkan diri dari Satuan Narkoba Polres Kota Depok dan menanyakan
identitas terdakwa. Kemudian saksi Toni Prastianto dan Agus Sutopo melakukan
penangkapan dan penggeledahan badan/pakaian.

“ Bahwa pada saat dilakukan penangkapan dan pengeledahan badan/pakaian,


ditemukan 2 (dua) bungkus kertas warna coklat berisi narkotika jenis ganja yang
masing-masing dibungkus plastik warna hitam didalam bekas bungkus rokok
Marlboro Filter Black yang disimpan terdakwa dalam kantong celana depan sebelah
kiri yang terdakwa pakai dan 1 (satu) bungkus plastik klip berisi shabu dibungkus
kertas timah rokok yang disimpan dalam kantong celana depan sebelah kanan yang
terdakwa pakai saat ditangkap.
“ Bahwa benar para saksi menanyakan kepada terdakwa perihal kepemilikan barang-
barang tersebut dan terdakwa mengakui bahwa barang bukti diduga narkotika jenis
ganja dan shabu tersebut adalah milik terdakwa yang mana narkotika jenis ganja
didapat dari Sdr. Kiki dan narkotika jenis shabu dari Sdr. Anero (Anak Nero).

“ Bahwa terhadap terdakwa mengakui bernama Yunus Hidayat Als Pondoy Bin
Usman dan pada saat pemeriksaan dan penggeledahan badan/pakaian ditemukan 1
(satu) buah bekas bungkus rokok Marlboro Filter Black didalamnya terdapat 2 (dua)
bungkus plastik warna hitam masing-masing berisi 1 (satu) bungkus kertas warna
coklat berisikan narkotika jenis ganja dan 1 (satu) bungkus plastik bening berisi
shabu didalam bungkus kertas timah rokok.

“ Bahwa benar pada saat penangkapan ditanyakan kepemilikan dan pada saat
penangkapan terdakwa tidak melakukan perlawanan, selanjutnya para saksi
membawa terdakwa ke Kantor Polres Depok dan diserahkan ke Penyidik untuk
Pemeriksaan lanjutan”.

2. Terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY Bin USMAN, dalam


keterangannya dimuka persidangan pada hari Senin tanggal 25 Maret 2019, pada
pokoknya menerangkan sebagai berikut :

“ Bahwa benar terdakwa ditangkap pada hari Senin tanggal 17 Desember 2018 saat
sedang berada di Jalan Raya Bogor Km.40 Kel. Pabuaran Kec. Cibinong Bogor
sekira pukul 14.00 WIB. Saat dilakukan pemeriksaan dan penggeledahan
badan/pakaian ditemukan 1 (satu) buah bekas bungkus rokok Marlboro Filter Black
didalamnya terdapat 2 (dua) bungkus plastik warna hitam masing-masing berisi 1
(satu) bungkus kertas warna coklat berisikan narkotika jenis ganja dan 1 (satu)
bungkus plastik bening berisi shabu didalam bungkus kertas timah rokok dan pada
saat penangkapan terdakwa tidak melakukan perlawanan.

“ Bahwa benar terdakwa mengakui atas barang bukti yang diketemukan tersebut
adalah milik terdakwa yang mana 2 (dua) bungkus narkotika jenis ganja tersebut akan
terdakwa antarkan kepada Sdr. Lukas (DPO) dan narkotika jenis shabu akan
terdakwa pakai sendiri.

“ Bahwa terdakwa mendapatkan narkotika jenis ganja dari Sdr. Kiki seharga Rp
200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) dan narkotika jenis shabu dari Sdr. Anero (Anak
Nero) seharga Rp 700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah).

“ Bahwa benar terdakwa tidak memiliki izin untuk memiliki, menyimpan dan
menguasai narkotika jenis ganja dan shabu. Bahwa terdakwa mengetahui bahwa
perbuatannya melanggar hukum dan menyesal”.

III. ANALISA HUKUM


Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum ada dua yaitu Pasal 112 ayat (1) dan Pasal 111
ayat (1) Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika :

Dakwaan kesatu :
“ Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Gologan I bukan tanaman, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”.

Adapun unsur–unsur dan pengertian Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Kesatu adalah
:
1. Setiap Orang,
Artinya adalah: orang atau manusia yang merupakan subyek hukum baik laki-laki
atau perempuan yang sehat secara jasmani dan rohani dan telah melakukan perbuatan
pidana yang mana orang tersebut mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya
dan tidak ditemukan alasan pemaaf atau alasan penghapus pidana yang dapat
membebaskan dirinya dari pertanggungjawaban pidana.

Menunjuk pada terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY Bin USMAN yang
dihadapkan dimuka persidangan terlihat sehat, tidak sedang terganggu mentalnya,
dapat mengetahui dengan baik atas perbuatannya yang didakwakan pada terdakwa
oleh Jaksa Penuntut Umum..
Dengan demikian unsur “Setiap Orang” TERPENUHI.

2. Tanpa Hak atau Melawan Hukum Memiliki, Menyimpan, Menguasai, atau


Menyediakan,
Artinya adalah: unsur tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bersifat alternatif dimana cukup
salah satu bagian dari unsur ini telah terpenuhi maka dianggap telah terbukti. Dalam
hal tanpa hak atau melawan hukum terdapat dalam Pasal 15-24 Undang-Undang
No.35 tahun 2009 tentang Narkotika yang dapat disimpulkan agar seseorang
mempunyai hak menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau
menyediakan Narkotika harus mendapat izin atau persetujuan dari Menteri
Kesehatan, Menteri Perdagangan Perindustrian dan Menteri Perhubungan. Ketiadaan
izin dari Menteri Kesehatan, Menteri Perdagangan Perindustrian dan Menteri
Perhubungan untuk menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau
menyediakan telah termasuk kategori “tanpa hak.

Memiliki: berarti mempunyai, untuk itu maksud rumusan “memiliki” disini haruslah
benar-benar sebagai pemilik, tidak peduli secara fisik barang ada dalam tangannya
atau tidak. Memiliki harus juga dilihat dari bagaimana barang tersebut menjadi
miliknya atau asal muasal barang tersebut. Kepemilikan dapat diperoleh dari
pemberian, membuat sendiri, membeli atau cara-cara lainnya.

Menyimpan: memiliki makna menyembunyikan yang merupakan suatu tindakan


agar hanya pelaku sendiri atau orang-orang yang merupakan kelompok pelaku
sendiri yang dapat mengetahui di mana benda tersebut berada.

Menguasai: seseorang dikatakan menguasai barang apabila dia dapat berkuasa atas
apa yang dikuasai, ia dapat mengendalikan sesuatu yang ada dalam kekuasaannya,
tidak diperlukan apakah benda tersebut ada dalam kekuasaannya secara fisik atau
tidak yang penting pelaku dapat melakukan tindakan seperti menjual, memberikan
kepada orang lain atau tindakan-tindakan lain yang menunjukkan bahwa pelaku
benar-benar berkuasa atas barang tersebut.

Menyediakan: berarti barang tersebut ada tidak untuk digunakan sendiri, jika
demikian tentulah ada motif, sehingga seseorang dikatakan telah menyediakan. Motif
disini tidaklah harus dalam hal materi sebagaimana termaktub dalam Pasal 35
Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Berdasar pada fakta-fakta hukum dalam persidangan, terdakwa YUNUS HIDAYAT


Als. PONDOY Bin USMAN tidak memiliki izin sesuai Pasal 15-24 Undang-Undang
No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dan pada saat dilakukan penggeledahan
badan/pakaian oleh saksi TONI PRASTIANTO dan saksi AGUS SUTOPO
ditemukan 1 (satu) bungkus plastik bening berisi shabu didalam bungkus kertas
timah rokok dalam kantong celana depan sebelah kanan yang terdakwa pakai saat
ditangkap.
Dengan demikian unsur “Tanpa Hak atau Melawan Hukum Memiliki,
Menyimpan, Menguasai, atau Menyediakan” TERPENUHI.

3. Narkotika Golongan I Bukan Tanaman,


Artinya adalah: Narkotika yang oleh Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang
Narkotika telah ditentukan secara limitatif dan merupakan satu kesatuan dengan
undang-undang tersebut.

Berdasar Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris No.189 BA/I/2019/BALAI LAB


NARKOBA, dari Balai Laboratorium Narkoba BNN RI yang dibuat dan
ditandatangani oleh MAIMUNAH, S.Si, M.Si dan RIESKA DWI WIDAYATI, S.Si,
M.Si menyatakan bahwa 1 (satu) bungkus plastik klip berisi Kristal putih dibungkus
kertas timah rokok yang berada di dalam kantong celana depan sebelah kanan yang
terdakwa pakai saat ditangkap, mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam
golongan I Nomor urut 61 Lampiran Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang
Narkotika dengan netto 0,1131 gram.
Dengan demikian unsur “Narkotika Golongan I Bukan Tanaman”
TERPENUHI.

Dakwaan kedua :
“ Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanan, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam
bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00
(delapan miliar rupiah)”.

Adapun unsur–unsur dan pengertian Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Kedua adalah:
1. Setiap Orang,
Artinya adalah: orang atau manusia yang merupakan subyek hukum baik laki-laki
atau perempuan yang sehat secara jasmani dan rohani dan telah melakukan perbuatan
pidana yang mana orang tersebut mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya
dan tidak ditemukan alasan pemaaf atau alasan penghapus pidana yang dapat
membebaskan dirinya dari pertanggungjawaban pidana.

Menunjuk pada terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY Bin USMAN yang
dihadapkan dimuka persidangan terlihat sehat, tidak sedang terganggu mentalnya,
dapat mengetahui dengan baik atas perbuatannya yang didakwakan pada terdakwa
oleh Jaksa Penuntut Umum..
Dengan demikian unsur “Setiap Orang” TERPENUHI.

2. Tanpa Hak atau Melawan Hukum Menanam, Memelihara, Memiliki,


Menyimpan, Menguasai atau Menyediakan,
Artinya adalah: unsur tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bersifat
alternatif dimana cukup salah satu bagian dari unsur ini telah terpenuhi maka
dianggap telah terbukti. Dalam hal tanpa hak atau melawan hukum terdapat dalam
Pasal 15-24 Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika yang dapat
disimpulkan agar seseorang mempunyai hak menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika harus mendapat izin atau
persetujuan dari Menteri Kesehatan, Menteri Perdagangan Perindustrian dan Menteri
Perhubungan. Ketiadaan izin dari Menteri Kesehatan, Menteri Perdagangan
Perindustrian dan Menteri Perhubungan untuk menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai atau menyediakan telah termasuk kategori “tanpa hak.

Menanam: menaruh (bibit, benih, setek, dan sebagainya) di dalam tanah supaya
tumbuh, dan sesuai Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang
Narkotika yang dapat melakukan penanaman adalah Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan serta Penelitian dan Pengembangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
atau swasta.

Memelihara: upaya kelanjutan dari menanam yang berarti menjaga dan merawat
baik-baik apa yang sudah ditanam, baik menanam maupun memelihara hanya dapat
dilakukan oleh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan serta Penelitian dan
Pengembangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau swasta sesuai Pasal 13
ayat (1) Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Memiliki: berarti mempunyai, untuk itu maksud rumusan “memiliki” disini haruslah
benar-benar sebagai pemilik, tidak peduli secara fisik barang ada dalam tangannya
atau tidak. Memiliki harus juga dilihat dari bagaimana barang tersebut menjadi
miliknya atau asal muasal barang tersebut. Kepemilikan dapat diperoleh dari
pemberian, membuat sendiri, membeli atau cara-cara lainnya.

Menyimpan: memiliki makna menyembunyikan yang merupakan suatu tindakan


agar hanya pelaku sendiri atau orang-orang yang merupakan kelompok pelaku
sendiri yang dapat mengetahui di mana benda tersebut berada.

Menguasai: seseorang dikatakan menguasai barang apabila dia dapat berkuasa atas
apa yang dikuasai, ia dapat mengendalikan sesuatu yang ada dalam kekuasaannya,
tidak diperlukan apakah benda tersebut ada dalam kekuasaannya secara fisik atau
tidak yang penting pelaku dapat melakukan tindakan seperti menjual, memberikan
kepada orang lain atau tindakan-tindakan lain yang menunjukkan bahwa pelaku
benar-benar berkuasa atas barang tersebut.

Menyediakan: berarti barang tersebut ada tidak untuk digunakan sendiri, jika
demikian tentulah ada motif, sehingga seseorang dikatakan telah menyediakan. Motif
disini tidaklah harus dalam hal materi sebagaimana termaktub dalam Pasal 35
Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Berdasar pada fakta-fakta hukum dalam persidangan, terdakwa YUNUS HIDAYAT


Als. PONDOY Bin USMAN tidak memiliki izin sesuai Pasal 15-24 Undang-Undang
No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dan pada saat dilakukan penggeledahan
badan/pakaian oleh saksi TONI PRASTIANTO dan saksi AGUS SUTOPO
ditemukan 1 (satu) buah bekas bungkus rokok Marlboro Filter Black didalamnya
terdapat 2 (dua) bungkus plastik warna hitam masing-masing berisi 1 (satu) bungkus
kertas warna coklat berisikan narkotika jenis ganja yang disimpan dalam kantong
celana depan sebelah kiri yang terdakwa pakai.
Dengan demikian unsur “Tanpa Hak atau Melawan Hukum Menanam,
Memelihara, Memiliki, Menyimpan, Menguasai, atau Menyediakan”
TERPENUHI.
3. Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Tanaman
Artinya adalah: Narkotika yang oleh Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang
Narkotika telah ditentukan secara limitatif dan merupakan satu kesatuan dengan
undang-undang tersebut. Narkotika Golongan I khusus dalam bentuk tanaman hanya
dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Berdasar Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris No.189 BA/I/2019/BALAI LAB


NARKOBA, dari Balai Laboratorium Narkoba BNN RI yang dibuat dan
ditandatangani oleh MAIMUNAH, S.Si, M.Si dan RIESKA DWI WIDAYATI, S.Si,
M.Si menyatakan bahwa 1 (satu) buah bekas bungkus rokok Marlboro Filter Black
didalamnya terdapat 2 (dua) bungkus plastik warna hitam masing-masing berisi 1
(satu) bungkus kertas warna coklat berisikan narkotika jenis ganja yang disimpan
dalam kantong celana depan sebelah kiri yang terdakwa pakai, mengandung THC
(Tetrahydrocannabinol) yang terdaftar dalam Golongan I Nomor urut 8 dan 9
Lampiran No.35 tahun 2009 tentang Narkotika dengan netto 6,9785 gram.
Dengan demikian unsur “Narkotika Golongan I Dalam Bentuk Tanaman”
TERPENUHI.

IV. KESIMPULAN / PERMOHONAN

Majelis Hakim Yang Kami Muliakan,


Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati.

Berdasarkan segala sesuatu yang telah kami uraikan diatas, maka sampailah kami
pada kesimpulan sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY Bin USMAN
bersalah.
2. Bahwa kurang cukup adil apabila terdakwa dituntut berupa ancaman pidana
penjara selama 6 (enam) tahun dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan penjara mengingat shabu yang ada pada
terdakwa akan terdakwa konsumsi sendiri sebagaimana pasal 127 ayat (1)
huruf (a) jo. Pasal 54 Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Bahwa terdakwa telah mengakui kesalahannya, sangat menyesal dan tidak akan
mengulangi lagi.

Berdasarkan apa yang kami uraikan diatas, kami mohon sudilah kiranya Majelis
Hakim memutus : “Menyatakan terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY
Bin Usman melanggar Pasal 112 ayat (1) dan Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, sebagaimana Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum. Mohon menghukum terdakwa dengan hukuman yang
seringan – ringannya “.
Atau, Apabila Majelis Hakim yang memeriksa perkara aquo berpendapat lain, maka
kami mohon agar Majelis Hakim dapat menjatuhkan putusan seadil-adilnya (Ex
Aequo Et Bono).
Hormat Kami,
PERKUMULAN BANTUAN HUKUM “ SINAR PAGI “
Penasehat Hukum Terdakwa

YANSEN TARIGAN, SH
Advokat

Anda mungkin juga menyukai