Case Study Report
Case Study Report
Case Study Report
Case Study Report ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktik
Hukum Pidana
Dibuat Oleh:
Alia Shifa
11606837171
Praktik Hukum Pidana B
hukuman pidana sering kali diberikan tanpa pertimbangan yang matang. Bahkan
terdakwa namun hubungan politik terdakwa dengan raja. Pada masa pemerintahan
Raja Gwanghae pada dinasti Joseon misalnya, yang menggunakan hukuman pidana
dimungkinkan untuk terjadi oleh karena pada saat itu raja memegang kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif, sehingga sangat mungkin pada saat raja berperan
yudikatif.
Tidak hanya itu, cara penegak hukum pada masa itu untuk mengekstraksi
mengakui kesalahannya. Hal yang sama juga terjadi pada pemerintahan sebelum
revolusi Perancis. Lebih lanjut pada masa Ancien Régime, hukuman yang
diancamkan langsung hukuman mati, hanya saja caranya yang berbeda-beda. Cara
eksekusi ini yang menandakan derajat kesalahan. Dari hukuman paling umum yaitu
Reaksi dari proses pemidanaan yang tidak adil tersebut, membuat kaum
revolusioner menciptakan mekanisme yang saat ini dikenal dengan “Hukum Acara
harkat, martabat dan harga diri harus tetap dijunjung tinggi. Oleh karenanya,
gagasan tersebut.
Adapun hak-hak terdakwa yang dijamin dalam KUHAP, KUHP dan ICCPR
antara lain:
1. Hak atas kedudukan yang setara di hadapan hukum (equality before the
law);
2. Hak untuk diperlakukan secara manusiawi dan bebas dari penyiksaan
dalam proses peradilan pidana;
3. Hak untuk diperiksa dalam pemeriksaan yang adil dan terbuka untuk
umum oleh badan peradilan yang berwenang, bebas, dan tidak berpihak;
4. Hak untuk tetap dianggap tidak bersalah (presumption of innocence);
5. Hak atas jaminan minimal dalam proses pemeriksaan, yang terdiri dari: (a)
hak untuk diberitahukan secara cepat dan rinci tentang tuduhan yang
dikenakan kepadanya; (b) hak untuk memiliki waktu dan fasilitas yang
cukup untuk mempersiapkan pembelaan; (c) hak untuk diadili dengan
kehadirannya; (d) Hak untuk diadili tanpa penundaan yang tidak
semestinya; (e) hak untuk membela diri secara langsung atau melalui
pembela yang dipilihnya sendiri; (f) hak untuk diberitahukan hak untuk
mendapatkan bantuan hukum; (g) hak untuk meminta diperiksanya saksi-
saksi yang meringankan; (h) hak untuk menjalani proses peradilan dengan
bahasa yang dimengerti; (i) hak untuk tidak dipaksa untuk memberikan
keterangan yang memberatkan dirinya (non-self incrimination);
6. Hak untuk mengajukan upaya hukum;
7. Hak atas rehabilitasi dan ganti rugi;
8. Hak untuk tidak diadili dua kali atas perbuatan yang sama (nebis in idem /
double jeopardy);
9. Hak untuk tidak dipidana berdasarkan aturan yang berlaku surut
II. PENGATURAN HUKUM
Nomor 137/Pid.Sus/2019/PN.DPK
Perkara
Agenda Pembacaan Nota Pembelaan (Senin, 15 April 2019)
Sidang
Subsidair
Pasal 111 ayat (1) Undang-undang 25 Tahun 2009 Tentang
Narkotika
Sidang yaitu pembacaan Nota Pembelaan oleh Penasehat Hukum Terdakwa. Pada
membuka sidang dengan menyatakan bahwa sidang dibuka dan terbuka untuk
keadaan sehat dan dapat mengikuti persidangan pada hari ini, dan Terdakwa
menjawab sehat dan dapat mengikuti persidangan pada hari tersebut. Saudara
terdakwa juga dihadirkan oleh Penuntut Umum secara bebas dikarenakan Penulis
melihat bahwa borgol dan rompi tahanan telah dilepaskan sejak Terdakwa
memasuki ruang persidangan, ini menunjukan bahwa dalam persidangan ini, telah
berhak untuk didampingi oleh kuasa hukumnya dan dalam persidangan kali ini,
saudara Terdakwa didampingi oleh Kuasa Hukumnya yaitu xxxxx dari xxxxx. Dan
oleh karena Penasehat Hukum Terdakwa pada persidangan lalu telah meminta
waktu pada Majelis Hakim untuk menyiapkan Nota Pembelaan Terdakwa dan telah
disepakati oleh Majelis Hakim dan Penuntut Umum, maka Agenda Sidang pada
siang hari tersebut ialah Pembacaan Nota Pembelaan yang telah disiapkan dan akan
untuk membacakan Nota Pembelaan yang telah disiapkan, dan kemudian setelah
Mejlis Hakim dan juga Penuntut Umum. Kemudian, Hakim Ketua melakukan
bahwa agenda sidang akan dilanjutkan dengan pembacaan putusan akhir yang akan
kembali dengan Pembacaan Putusan Akhir oleh Majelis Hakim yang akan
dilanjutkan pada hari Senin tanggal 22 April 2019 di Pengadilan Negeri Depok,
kemudian mengetuk palu sidang sebanyak 1 (satu) kali. Setelah sidang selesai,
dan kemudian Terdakwa dibawa pada ruang penahanan yang sudah tersedia pada
yang telah disampaikan. Menurut beliau, Nota Pembelaan merupakan jalan terakhir
yang menjadi Hak Terdakwa sebelum Majelis Hakim memutus perkara tersebut
untuk terbebas dari tuntutan yang telah dituntut oleh Penuntut Umum. Kemudian,
Penasehat Hukum mencari celah agar saudara Terdakwa dapat bebas, atau setidak-
tidaknya tidak dijatuhi hukuman yang dituntut oleh Penuntut Umum. Maka dari itu,
dakwaan, dimana harus mematahkan dalil yang dituntut oleh penuntut umum yang
kemudian dimintakan pada Nota Pembelaan dengan amar yaitu Majelis Hakim
penulis.
PLEDOI
TERDAKWA YUNUS HIDAYAT ALS. PONDOY BIN USMAN
PERKARA PIDANA NOMOR : 137/Pid.Sus/2019/PN.DPK
“ Bahwa para saksi adalah anggota Kepolisian dari Satuan Reserse Polresta Depok,
mendapat informasi dari masyarakat dan melakukan observasi dan penyidikan di
Jalan Raya Bogor Km.40 Kel. Pabuaran Kec. Cibinong Bogor. Sekira pukul 14.00
WIB para saksi melihat terdakwa Yunus Hidayat Als. Pondoy Bin Usman terlihat
mencurigakan. Sehingga saksi bersama rekan satu tim (berjumlah lima orang)
memperkenalkan diri dari Satuan Narkoba Polres Kota Depok dan menanyakan
identitas terdakwa. Kemudian saksi Toni Prastianto dan Agus Sutopo melakukan
penangkapan dan penggeledahan badan/pakaian.
“ Bahwa terhadap terdakwa mengakui bernama Yunus Hidayat Als Pondoy Bin
Usman dan pada saat pemeriksaan dan penggeledahan badan/pakaian ditemukan 1
(satu) buah bekas bungkus rokok Marlboro Filter Black didalamnya terdapat 2 (dua)
bungkus plastik warna hitam masing-masing berisi 1 (satu) bungkus kertas warna
coklat berisikan narkotika jenis ganja dan 1 (satu) bungkus plastik bening berisi
shabu didalam bungkus kertas timah rokok.
“ Bahwa benar pada saat penangkapan ditanyakan kepemilikan dan pada saat
penangkapan terdakwa tidak melakukan perlawanan, selanjutnya para saksi
membawa terdakwa ke Kantor Polres Depok dan diserahkan ke Penyidik untuk
Pemeriksaan lanjutan”.
“ Bahwa benar terdakwa ditangkap pada hari Senin tanggal 17 Desember 2018 saat
sedang berada di Jalan Raya Bogor Km.40 Kel. Pabuaran Kec. Cibinong Bogor
sekira pukul 14.00 WIB. Saat dilakukan pemeriksaan dan penggeledahan
badan/pakaian ditemukan 1 (satu) buah bekas bungkus rokok Marlboro Filter Black
didalamnya terdapat 2 (dua) bungkus plastik warna hitam masing-masing berisi 1
(satu) bungkus kertas warna coklat berisikan narkotika jenis ganja dan 1 (satu)
bungkus plastik bening berisi shabu didalam bungkus kertas timah rokok dan pada
saat penangkapan terdakwa tidak melakukan perlawanan.
“ Bahwa benar terdakwa mengakui atas barang bukti yang diketemukan tersebut
adalah milik terdakwa yang mana 2 (dua) bungkus narkotika jenis ganja tersebut akan
terdakwa antarkan kepada Sdr. Lukas (DPO) dan narkotika jenis shabu akan
terdakwa pakai sendiri.
“ Bahwa terdakwa mendapatkan narkotika jenis ganja dari Sdr. Kiki seharga Rp
200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) dan narkotika jenis shabu dari Sdr. Anero (Anak
Nero) seharga Rp 700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah).
“ Bahwa benar terdakwa tidak memiliki izin untuk memiliki, menyimpan dan
menguasai narkotika jenis ganja dan shabu. Bahwa terdakwa mengetahui bahwa
perbuatannya melanggar hukum dan menyesal”.
Dakwaan kesatu :
“ Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Gologan I bukan tanaman, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”.
Adapun unsur–unsur dan pengertian Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Kesatu adalah
:
1. Setiap Orang,
Artinya adalah: orang atau manusia yang merupakan subyek hukum baik laki-laki
atau perempuan yang sehat secara jasmani dan rohani dan telah melakukan perbuatan
pidana yang mana orang tersebut mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya
dan tidak ditemukan alasan pemaaf atau alasan penghapus pidana yang dapat
membebaskan dirinya dari pertanggungjawaban pidana.
Menunjuk pada terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY Bin USMAN yang
dihadapkan dimuka persidangan terlihat sehat, tidak sedang terganggu mentalnya,
dapat mengetahui dengan baik atas perbuatannya yang didakwakan pada terdakwa
oleh Jaksa Penuntut Umum..
Dengan demikian unsur “Setiap Orang” TERPENUHI.
Memiliki: berarti mempunyai, untuk itu maksud rumusan “memiliki” disini haruslah
benar-benar sebagai pemilik, tidak peduli secara fisik barang ada dalam tangannya
atau tidak. Memiliki harus juga dilihat dari bagaimana barang tersebut menjadi
miliknya atau asal muasal barang tersebut. Kepemilikan dapat diperoleh dari
pemberian, membuat sendiri, membeli atau cara-cara lainnya.
Menguasai: seseorang dikatakan menguasai barang apabila dia dapat berkuasa atas
apa yang dikuasai, ia dapat mengendalikan sesuatu yang ada dalam kekuasaannya,
tidak diperlukan apakah benda tersebut ada dalam kekuasaannya secara fisik atau
tidak yang penting pelaku dapat melakukan tindakan seperti menjual, memberikan
kepada orang lain atau tindakan-tindakan lain yang menunjukkan bahwa pelaku
benar-benar berkuasa atas barang tersebut.
Menyediakan: berarti barang tersebut ada tidak untuk digunakan sendiri, jika
demikian tentulah ada motif, sehingga seseorang dikatakan telah menyediakan. Motif
disini tidaklah harus dalam hal materi sebagaimana termaktub dalam Pasal 35
Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Dakwaan kedua :
“ Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanan, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam
bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00
(delapan miliar rupiah)”.
Adapun unsur–unsur dan pengertian Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Kedua adalah:
1. Setiap Orang,
Artinya adalah: orang atau manusia yang merupakan subyek hukum baik laki-laki
atau perempuan yang sehat secara jasmani dan rohani dan telah melakukan perbuatan
pidana yang mana orang tersebut mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya
dan tidak ditemukan alasan pemaaf atau alasan penghapus pidana yang dapat
membebaskan dirinya dari pertanggungjawaban pidana.
Menunjuk pada terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY Bin USMAN yang
dihadapkan dimuka persidangan terlihat sehat, tidak sedang terganggu mentalnya,
dapat mengetahui dengan baik atas perbuatannya yang didakwakan pada terdakwa
oleh Jaksa Penuntut Umum..
Dengan demikian unsur “Setiap Orang” TERPENUHI.
Menanam: menaruh (bibit, benih, setek, dan sebagainya) di dalam tanah supaya
tumbuh, dan sesuai Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang
Narkotika yang dapat melakukan penanaman adalah Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan serta Penelitian dan Pengembangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
atau swasta.
Memelihara: upaya kelanjutan dari menanam yang berarti menjaga dan merawat
baik-baik apa yang sudah ditanam, baik menanam maupun memelihara hanya dapat
dilakukan oleh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan serta Penelitian dan
Pengembangan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau swasta sesuai Pasal 13
ayat (1) Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Memiliki: berarti mempunyai, untuk itu maksud rumusan “memiliki” disini haruslah
benar-benar sebagai pemilik, tidak peduli secara fisik barang ada dalam tangannya
atau tidak. Memiliki harus juga dilihat dari bagaimana barang tersebut menjadi
miliknya atau asal muasal barang tersebut. Kepemilikan dapat diperoleh dari
pemberian, membuat sendiri, membeli atau cara-cara lainnya.
Menguasai: seseorang dikatakan menguasai barang apabila dia dapat berkuasa atas
apa yang dikuasai, ia dapat mengendalikan sesuatu yang ada dalam kekuasaannya,
tidak diperlukan apakah benda tersebut ada dalam kekuasaannya secara fisik atau
tidak yang penting pelaku dapat melakukan tindakan seperti menjual, memberikan
kepada orang lain atau tindakan-tindakan lain yang menunjukkan bahwa pelaku
benar-benar berkuasa atas barang tersebut.
Menyediakan: berarti barang tersebut ada tidak untuk digunakan sendiri, jika
demikian tentulah ada motif, sehingga seseorang dikatakan telah menyediakan. Motif
disini tidaklah harus dalam hal materi sebagaimana termaktub dalam Pasal 35
Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Berdasarkan segala sesuatu yang telah kami uraikan diatas, maka sampailah kami
pada kesimpulan sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY Bin USMAN
bersalah.
2. Bahwa kurang cukup adil apabila terdakwa dituntut berupa ancaman pidana
penjara selama 6 (enam) tahun dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan penjara mengingat shabu yang ada pada
terdakwa akan terdakwa konsumsi sendiri sebagaimana pasal 127 ayat (1)
huruf (a) jo. Pasal 54 Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.
3. Bahwa terdakwa telah mengakui kesalahannya, sangat menyesal dan tidak akan
mengulangi lagi.
Berdasarkan apa yang kami uraikan diatas, kami mohon sudilah kiranya Majelis
Hakim memutus : “Menyatakan terdakwa YUNUS HIDAYAT Als. PONDOY
Bin Usman melanggar Pasal 112 ayat (1) dan Pasal 111 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, sebagaimana Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum. Mohon menghukum terdakwa dengan hukuman yang
seringan – ringannya “.
Atau, Apabila Majelis Hakim yang memeriksa perkara aquo berpendapat lain, maka
kami mohon agar Majelis Hakim dapat menjatuhkan putusan seadil-adilnya (Ex
Aequo Et Bono).
Hormat Kami,
PERKUMULAN BANTUAN HUKUM “ SINAR PAGI “
Penasehat Hukum Terdakwa
YANSEN TARIGAN, SH
Advokat