Askep IMS Pada Ibu Hamil
Askep IMS Pada Ibu Hamil
Askep IMS Pada Ibu Hamil
Oleh :
KELOMPOK 8
INDRI PIJU
KARYADI
ASEP MAULANA
DYA OKTA
SRI WAHYUNI
MARTHA A. MOLINA
WANTI
TINJAUAN PUSTAKA
A. Latar Belakang
Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Menurut WHO, terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba
yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering
ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomonasis,
chancoroid, herpes genitalis, infeksi Human Immudefiency Virus (HIV), dan
hepatitis B.
Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang terjadi setiap
tahunnya pada laki-laki dan perempuan 15-49 tahun. Secara epidemiologi penyakit
ini tersebar diseluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan, dan
Asia Tenggara, diikuti Afrika bagan Sahara, Amerika Latn, dan Karibean. Jutaan
IMA oleh virus juga terjadi setiap tahunnya diantaranya adalah HIV, virus herpes,
human papilloma virus, dan virus hepatitis.
Secara gender perempuan memiliki risiko tinggi terhadap penyakit yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, juga terhadap penyakit kronik dan
infeksi. Selama masa kehamilan, perempuan mengalami berbagai perubahan yang
secara alamiah sebenarnya diperlukan untuk kelangsungan hidup janin dalam
kandungannya. Namun ternyata berbagai perubahan tersebut dapat mengubah
kerentanan dan juga mempermudah terjadinya infeksi selama kehamilan.
B. Definisi
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi atau syndrome penyakit infeksius
yang ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Istilah infeksi menular seksual
terdiri atas lebih dari 25 organisme infeksius yang ditularkan melalui aktivitas seksual
dan memiliki lusinan syndrome klinis yang disebabkan olehnya. IMS termasuk masalah
kesehatan yang paling umum terjadi di Amerika Serikat saat ini, denga estimasi 19 juta
orang di Amerika Serikat mengalami IMS setiap tahunnya (CDC,2007).
Infeksi pada saluran reproduksi dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita dan
sering kali menjadi penyebab morbiditas reproduksi yang signifikan, seperti pada
kehamilan ektopik dan infertilitas factor tuba (Center for Disease Control and
Prevention [CDC],2007).
Perawat memiliki peranan penting untuk mengedukasi pasien tentang cara
mencegah penyebaran infeksi menular seksual. Mendapatkan riwayat seksual secara
menyeluruh dari pasien anda merupakan bagian yang terintegrasi untuk tugas-tugas
sebagia berikut:
1. Mengidentifikasi orang-orang beresiko mengalami infeksi menular seksual yang
memerlukan edukasi dan konseling lebih lanjut terkait upaya pencegahan infeksi
menular seksual
2. Mengenali para individu asimptomatik dan simptomatik yang mengali dengan
infeksi menular seksual dan merujuk mereka pada dokter untuk mendapatkan
diagnosis, terapi dan tata laksana yang tepat.
3. Konseling dan rujukan untuk terapi bagi pasangan yang terinveksi.
4. Memberikan vaksinasi bagi para individu yang beresiko mengalami infeksi
menular seksual yang dapat dicegah dengan pemverian vaksin.
Streptokokus dan B
1. Klamidia
a. Definisi
Klamidia atau klamidiasis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini bisa menyerang baik
pria maupun wanita melalui kontak seksual. Bakteri Chlamydia trachomatis dapat
menginfeksi serviks (leher rahim), anus, saluran kencing, mata, dan tenggorokan.
b. Etiologi
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang menyebar
melalui cairan pada organ kelamin. Seseorang dapat tertular penyakit ini bila
berhubungan seksual dengan penderita, terutama bila tidak menggunakan
kondom. Selain hubungan seksual melalui vagina, chlamydia juga dapat menular
melalui hubungan seksual secara oral atau anal, yang bisa menyebabkan
chlamydia pada dubur maupun tenggorokan.
Bakteri Chlamydia juga dapat menginfeksi organ mata. Infeksi bakteri
Chlamydia pada mata dinamakan penyakit trakhoma, yang bisa menimbulkan
kebutaan. Trakhoma dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu penderita
chlamydia yang tidak diobati. Selain pada bayi baru lahir, trakhoma juga sering
ditemukan pada orang yang tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
c. Pathway
d. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi dari infeksi klamidia adalah 7-12 hari, masa klinis klamidia
sampai muncul gejala adalah 1-3 minggu. Sekitar 25 % pada pria dan Sebagian
besar pada wanita bersifat asimtomatis. Masa laten timbul 2-14 hari setelah
infeksi. Jika sudah terinfeksi penderita dapat mengidap penyakit ini selama
berbulan-bulan bahkan bertahun- tahun tanpa mengetahuinya.
Manifestasi klinik untuk infeksi klamidia pada perempuan dapat berupa
sindroma urethral akut (uretritis), bartolinitis, servisitis, infeksi saluran genital
bagian atas (endometritis, salfingo-oophoritis, atau penyakit radang panggul), dan
perihepatitis (sindroma Fitz-Hugh-Curtis) atau peradangan pada kapsul hati.
Kehamilan ektopik juga dapat terjadi oleh karena infeksi klamidia, yang biasanya
didahului dengan penyakit radang panggul.
Gejala tergantung dari lokasi infeksinya. Infeksi dari urethra dan saluran
genital bagian bawah dapat menyebabkan disuria, vagina yang abnormal, atau
perdarahan post koital. Pada saluran genital bagian atas (endometritis, atau
salphingitis, kehamilan ektopik) dapat menimbulkan gejala seperti perdarahan
rahim yang tidak teratur dan abdominal atau pelvic discomfort.
2. Gonore
a. Definisi
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neissria
gonorrhoeae. Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga
ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung.
b. Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang dimasukakan ke dalam kelompok
Neisseria, sebagai Neiserria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok
berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u Panjang 1,6 u dan bersifat tahan asam.
Kuman ini juga bersifat negative-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit,
tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu
di atas 39 derajat C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah
terinfeksi adalah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum
berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita belum pubertas.
c. Pathway
d. Manifestasi Klinis
Neisseria gonorrhoeae hanya dapat ditemukan pada manusia. Kuman ini
paling sering menyerang permukaan mukosa dengan epitel kolumner yaitu organ
genital (utama). Selain itu, faring dan rektum juga dapat terinfeksi baik pada pria
maupun wanita. Infeksi yang terjadi pada endoserviks, faring, dan rectum
biasanya asimptomatik. Seorang ibu yang akan melahirkan secara normal namun
menderita gonore dapat menularkan dan menyebabkan konjungtivitis pada bayi
yang dilahirkan.
Endoservik merupakan lokasi utama infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae
dan menyebabkan servisitis pada wanita. Gejala yang muncul adalah vaginal
discharge (cairan purulen dengan bau tidak sedap), disuria, nyeri saat
berhubungan seksual, perdarahan inter menstrual, dan nyeri abdomen
bawahringan. Gejala-gejala ini muncul 10 hari setelah pajanan.
b. Etiologi
Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan tipe 2. Umumnya virus tipe 1
diasosiasikan dengan infeksi diatas pinggang (upper belt infection) yaitu bagian
mata dan mulut,biasa dikenal dengan orolabial herpes. Sedangkan HSV tipe 2
berasosiasi terhadap infeksi di bawah pinggang (lower belt infection) yaitu di
bagian genital, disebut dengan herpes genitalis. Selain itu, herpes genital dari ibu
hamil juga dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya.
c. Pathway
4. Human papilloma virus (HPV)
a. Definisi
Human papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan
infeksi di permukaan kulit, serta berpotensi menyebabkan kanker serviks.
Infeksi virus ini ditandai dengan tumbuhnya kutil pada kulit di berbagai area
tubuh, seperti lengan, tungkai, mulut, serta area kelamin.
b. Etiologi
Virus HPV hidup dalam sel permukaan kulit yang masuk melalui luka di kulit.
Penyebaran infeksi HPV dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit
penderita. Sebagian besar virus HPV menimbulkan kutil pada bagian tubuh,
sedangkan sebagian kecil lainnya dapat memasuki tubuh melalui hubungan
seksual. Ibu hamil juga dapat menularkan virus ini pada bayinya saat persalinan.
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko infeksi virus HPV, yaitu:
1) Sering berganti pasangan seksual.
2) Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
3) Memiliki luka terbuka pada kulit.
4) Menderita penyakit menular seksual, seperti gonore atau chlamydia.
5) Melakukan hubungan seksual melalui anal.
c. Pathway
5. Sifilis
a. Definisi
Sifilis adalah penyakit infesi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidium, sangat kronis dan bersifat sistemik. Pada perjelanannya
dapat menyerang hamir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,
mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui
hubungan genito-genital maupaun oro-genital. Infeksi ini juga dapat ditularkan
oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan.
b. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman
ialah troponema pallidum yang termasuk dalam ordo Spirochaetales, familia
Spirochaetacceae, dan genus Trponema. Bentuk sebagai spriral teratur,
panjangnya6,15um, lebar 0,14um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat
lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti Gerakan
pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi
setiap 30 menit. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan.
Diluar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam bentuk darah untuk
tranfusi dapat hidup 72 jam.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut:
1) Kontak langsung
2) Sexually tranmites diseases (STD)
3) Non-sexually
4) Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya
5) Tranfusi
c. Pathway
d. Manifestasi Klinis
Infeksi terbagi menjadi atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder,
sifilis laten dini dan lanjut serta neurosifilus (sifilis tersier). Lesi primer sifilis
berupa tukak yang biasanya timbul di daerah genital eksterna dalam waktu 3
minggu setelah kontak. Pada perempuan kelainan sering ditemukan di labia
mayora, labia minora, faurchette, atau serviks. Lesi awal berupa papul
berindurasi yang tidak nyeri, kemudian permukaannya mengalami nekrosis
dan ulserasi dengan tepi yang meninggi, teraba keras, dan bebatas tegas.
Jumalah ulserasi biasanya hanya satu, namun dapaat juga multipel.
Lesi dekunder ditandsai dengan malase, demam, nyeri kepala,
limfadenopati genealisata, ruam generalisata dengan lesi palmar, plantar,
mukosa oral atau genital, kondiloma ata di daerah intertrigenosa dan aloplesia.
Fase ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup.
Kurang lebih 2/3 pasien sifilis laten yang tidak diobati akan tetap dalam
faseini selama hidunya.
Sifilis tersier terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati. Fase ini dapat
terjadi sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase laten dimulai.
F. Bagian Penting dari Pengkajian terhadap wanita yang beresiko atau mengalami
Infeksi Menular Seksual (IMS).
1. Masalah yang terkait
Gejala apa yang terjadi?
a. Pengeluaran secret Vagina
b. Lesi
c. Ruam
d. Dysuria
e. Demam
f. Gatal dan rasa terbakar
g. Dyspareunia
h. Malaise
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat IMS (diri sendiri atau pasangannya).
b. Alergi, terutama pada pengobatan
3. Riwayat Menstruasi
Periode menstruasi terakhir (kemungkinan kehamilan)
4. Riwayat Personal dan Sosial (Riwayat Seksual)
a. Prefensi seksual (pria, wanita, atau keduanya
b. Jumlah pasangan (terdahulu, 12 bulan terakhir, saat ini, 2 bulan terakhir)
c. Jenis aktivitas seksual
d. Frekuensi aktivitas seksual
e. Menggunakan proteksi terhadap IMS dan HIV
5. Perilaku Gaya Hidup
a. Penggunaan obat-obatan Intravena (atau digunakan oleh pasangan)
b. Merokok
c. Penggunaan alcohol
d. Nutrisi yang buruk Atau tidak adekuat
e. Stres tingkat tinggi, kelelahan
Pathway Sifilis
Sex berisiko tinggi Hyegene rendah, virulensi kuman tinggi Kontak langsung
Masuk ke mukosa
Sifilis primer
Limfatik Mukosa
Infeksi primer
Diobati, sembuh
Papula jadi ulkus bersih, tidak
nyeri dan menonjol (chancre)
Sifilis sekunder
Ulserasi soliter dan keras yg tidak nyeri
Dilepasnya zat
Impuls dibawa ketalamus & batang pirogenleukosit pdjaringan
Hipertermi
otak
Panas/Demam
Mengaktifkan respon otonomik
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Sifilis bisa menyerang pada semua usia dan jenis kelamin.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya klien mengeluh demam, anoreksia dan terdapat lesi pada kulit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya penyakit sifilis pada anggota keluarga lainnya sangat menentukan.
6. Pengkajian Persistem
a. Sistem integumen
Kulit : biasanya terdapat lesi. Berupa papula, makula, postula.
b. Kepala dan Leher
Kepala : Biasanya terdapat nyeri kepala
Mata : Pada sifilis kongenital terdapat kelainan pada mata (keratitis inter stisial).
Hidung : Pada stadium III dapat merusak tulang rawan pada hidung dan palatum.
Telinga : Pada sifilis kengenital dapat menyebabkan ketulian.
Mulut : Pada sifilis kongenital, gigi hutchinson(incisivus I atas kanan dan kiri
bentuknya seperti obeng).
Leher : Pada stadium II biasanya terdapat nyeri leher.
c. Sistem Pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
Kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis dan penyakit jantung reumatik
sebelumnya.
e. Sistem penceranaan
Biasanya terjadi anorexia pada stadium II.
f. Sistem muskuloskeletal
Pada neurosifilis terjadi athaxia.
g. Sistem Neurologis
Biasanya terjadi parathesia.
h. Sistem perkemihan
Biasanya terjadi gangguan pada sistem perkemihan.
i. Sistem Reproduksi
Biasanya terjadi impotensi.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang kemungkinan muncul pada diagnosa sifilis
1. Hypertermi berhubungan dengan invasi kuman
2. Nyeri Akut/kronik berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi kuman
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan denganagen cedera fisik
5. Gangguan citra tubuh berhubungan denganperubahan fungsi tubuh (karena
anomaly atau penyakit)
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Nyeri akut berhubungan dengan Out come : control nyeri Setelah dilakukan Managemen nyeri :
agen cedera biologis tindakan keperawatan diharapkan : Lakukan pengkajian komprehensif yang
Pasien mampu mengenali kapan nyeri meliputi lokasi,karaktersitik,durasi ,dan
terjadi frekuensi
Dapat menggambarkan factor penyebab Observasi adanya petunjuk non verbal
nyeri mengenai ketidak nyamanan
Menggunakan tindakan pengurangan Ajarkan prinsip-prinsip managemen
nyeri tanpa analgetik nyeri
Menggunakan analgetik yang digunakan Kolaborasi dengan tim medis lain
dalam penanganan nyeri
3. Kerusakan integritas kulit Out come :integritas jaringan kulit. Setelah Perlindungan infeksi
berhubungan dengan agen dilakukan tindakan keperawatan Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
cedera fisik diharapkan : sistemik local
Pigmentasi kembali normal Monitor kerentanan terhadap infeksi
Elastisitas kulit kembali normal Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat
Tidak ada lesi pada kulit Kolaborasi dengan tim medis dapatkan
Integritas kulit normal kultur yang diperlukan .
4. Gannguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan diharapkan : Peningkatan harga diri
perubahan fungsi tubuh Mempertahankan gambaran internal diri Monitor frekuensi dan pernyataan
Dapat meningkatkan kepuasan dengan mengkritisi diri
fungsi tubuh Monitor apakah pasien dapat melihat
Dapat meningkatkan penyesuaian bagian tubuh mana yang berubah
terhadap perubahan tampilan fisik Bantu pasien untuk mendiskusiksn
Dapat mendeskripsikan bagian tubuh perubahan-perubahan bagian tubuh
yang terkena disebabkan adanya penyakit atau
pembedahan
Bantu pasien memisahkan penampilan
fisik dari perasaan berharga secara
pribadi ,dengan cara tepat.
DAFTAR PUSTAKA