Laporan Pendahuluan Debridement

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUAHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TINDAKAN DEBRIDEMENT

RSUD DR. KANUDJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN

DISUSUN OLEH

IKA SULISTIANINGSIH

P1908044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TINDAKAN DEBRIDEMENT

Disusun Oleh :

IKA SULISTIANINGSIH

P1908044

Telah disetujui oleh perseptor dan dosen pembimbing

Pada Tanggal ........ .................................. 2019

Dosen Pembimbing Preseptor

Keperawatan Medikal Bedah RSKD Ruang Instalasi Bedah Sentral

Ns. Kiki Hardiansyah Safitri S.Kep., M.Kep Sp. Kep. MB (...............................................................................)

NIK : 113072.88.16.088

Mengetahui,

Dosen Koordinator Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Chrisyen Damanik, S.Kep., M.Kep

NIK : 113072.83.11.023
LAPORAN PENDAHULUAN DEBRIDEMENT

A. DEFINISI

Debridement adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan luka dari


kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Caranya yaitu

dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beebrapa material perawatan luka
yang fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik

(Brunner & Suddart, 2002)

Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus

dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke
jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang

membantu proses penyembuhan luka.

Setelah dilakukan debridement luka harus dilakukan irigasi larutan garam

fisiologis atau larutan lain dan dilakukan dressing atau juga disebut dengan kompres dan
dibalut sampai luka tertutup untuk mencegah resiko infeksi setelah pembedahan

(Sjamsuhidajat, 2012)

B. TUJUAN

Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk mengeluarkan kontaminan


dengan rasa nyeri yang minimal pada pasien serta trauma jaringan yang minimal pula

untuk luka yang kotor, mencelupkan bagian yang cidera ke dalam air yang sama dengan
suhu tubuh, dapat meredakan nyeri dan dapat membantu menghilangkan debris ( J

Morison, 2004)

Debridement memiliki tujuan antara lain (Brunner and Suddart, 2001):

a. Menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing,


sehingga klien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri.

b. Menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi graft dan
penyembuhan luka.
C. KLASIFIKASI DEBRIDEMENT

Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan


surgikal. Metode debridemnt yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik,

luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik.

1. Debridement Otolitik

Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi, melembutkan


dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik bersifat selektif, hanya

jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen
otolitik dapat dilakukan dengan dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau

semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik.


Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau transparent

films.

Indikasi :

Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.

Keuntungan:

a. Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya

b. Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk

membersihkan luka debris nekrotik .

c. Efektif dan mudah

d. Sedikit atau tanpa nyeri.

Kerugian :

a. Tidak secepat debridement surgikal.

b. Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.

c. Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif digunakan.


2. Debridement Enzymatik:

Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang


debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement enzimatik dilakukan

setelah debridement surgical atau debridement otolitik dan mekanikal. Debridement


enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.

Indikasi :

a. Untuk luka kronis

b. Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.

c. Pembentukan jaringan parut

Keuntungan :

a. Kerjanya cepat

b. Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.

Kerugian:

a. Mahal

b. Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.

c. Memerlukan balutan sekunder

d. Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

3, Debridement Mekanik

Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada

luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan anyaman. Selama proses
pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari

jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini
nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridement

mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.

Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan

untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement mekanik.


Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan.

Indikasi :

Luka dengan debris nekrotik moderat. Keuntungan: Materialnya murah (misalnya tule)

Kerugian:

a. Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan

penyembuhan

b. Lambat

c. Nyeri

d. Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran melalui air dapat

menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi tambahan dapat menjadi


sitotoksik.

4. Debridement Surgikal

Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan

menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain. Debridement surgikal


merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan

debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang dibuang.
Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi

waktu.

Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam

ruang operasi setelah pemberian anestesi. Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih
kusam atau lebih pucat(tahap awal), bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi

lebih lunak dan jika di insisi tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement dilakukan
sampai jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemukan jaringan yang sehat dan

perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong.

Indikasi :

a. Luka dengan jaringan nekrotik yang luas

b. Jaringan terinfeksi.

Keuntungan:

a. Cepat dan selektif

b. Efektif

Kerugian :

a. Nyeri

b. Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diagnosa keperawatan pre operasi:


1) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

2) Nyeri akut berhubugan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

daerah luka

b. Diagnosa keperawatan intra operasi :


1) Risiko perdarahan berhubungan dengan proses pembedahan

c. Diagnosa keperawatan post operasi :

1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan efek anastesi.


2) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
3) Risiko jatuh berhubungan dengan kekuatan otot penurun karena efek

anastesi
4) Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan tindakan invasif

1. Intervensi Keperawatan

DiagnosaKeperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil RencanaTindakan


Pre Operasi Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital

Ansietas berhubungan keperawatan selama…x 24 jam


dengan kurang pengetahuan diharapkan masalah ansietas pasien

dengan prosedur berkurang dengan Kriteria Hasil: 2. Bantu pasien untuk


pembedahan 1) Pasien mengatakan mengekspresikan rasa kecemasan

kecemasannya berkurang 3. Jelaskan tentang prosedur


2) Pasien mampu mengenali pembedahan sesuai jenis operasi

perasaan ansietasnya yang akan dilakukan


3) Pasien mampu mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang 4. Beri lingkungan yang tenang dan

mempengaruhi ansietas suasana yang aman


4) Pasien koopertif terhadap

tindakan yang akan dilakukan


5) Wajah pasien tampak rileks

Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital

dengan terputusnya keperawatan selama…x 24 jam


kontinuitas jaringan diharapkan masalah nyeri akut

pasien berkurang dengan Kriteria 2. Kaji nyeri menggunakan PQRST


Hasil: meliputi skala, frekuensi nyeri

1) Skala nyeri berkurang (0-10) 3. Pertahankan tirah baring dan posi


menjadi 4 yang nyaman

2) Pasien terlihat rileks atau


nyaman 4. Ajarkan teknik distraksi dan

3) Pasien mampu mengontrol relaksasi


nyeri

5. Kolaborasi dalam pemberian obat

analgetik

Kerusakan integritas kulit Setelah diberikan asuhan 1. Observasi luka : perkembangan,

berhubungan dengan faktor keperawatan selama …x 24 jam tanda – tanda infeksi,


mekanik, luka diabetik diharapkan masalah kerusakan kemerahan,perdarahan, jaringan

integritas kulit teratasi dengan nekrotik, jaringan granulasi


Kriteria Hasil: 2. Monitor perkembangan kulit pada
1) Integritas kulit yang baik dapat luka post debridement setiap hari

dipertahankan. 3. Lakukan teknik perawatan luka


2) Luka sembuh sesuai kriteria. dengan prinsip steril

3) Tidak ada luka atau lesi 4. Kolaborasi pemberian diit kepada


4) Perfusi jaringan baik penderita ulkus dm.

5) Menunjukkan proses
penyembuhan luka

Intra Operasi Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital


Risiko perdarahan keperawatan selama …x 24 jam

berhubungan dengan proses diharapkan masalah risiko


pembedahan perdarahan tidak terjadi dengan 2. Pantau perdarahan yang keluar

Kriteria Hasil:
1) Tidak ada hematuria dan

hematemesis 3. Lakukan balut tekan pada daerah


2) Tekanan darah dalam batas luka

normal
3) Darah yang keluar <300 cc 4. pastikan keamaan elektrikal dan

4) Tidak ada tanda-tanda alat-alat yang digunakan selama


perdarahan prosedur operasi

Post Operasi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kemampuan pasien dalam

Hambatan mobilitas fisik keperawatan selama …x 24 jam mobilisasi


berhubungan dengan efek diharapkan masalah hambatan

pemberian anastesi mobilitas fisik teratasi dengan 2. Ajarkan pasien menggerakkan jari
Kriteria Hasil: jari dan kakinya

1) Pergerakan / aktivitas pasien


bertambah dan tidak terbatasi.

2) Pasien mampu menggerakkan 3. Ajarkan pasien miring kanan dan


jari-jari dan kakinya miring kiri

3) Pasien mampu mengangkat


kedua kakinya
Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda vital

dengan diskontinuitas keperawatn selama …x 24 jam


jaringan diharapkan masalah nyeri akut

berkurang dengan 2. Kaji nyeri menggunakan PQRST


Kriteria Hasil: meliputi skala, frekuensi nyeri

1) Skala nyeri berkurang (0-10) 3. Pertahankan tirah baring dan posi


menjadi 4 yang nyaman

2) Pasien terlihat rileks atau


nyaman 4. Ajarkan teknik distraksi dan

3) Pasien mampu mengontrol relaksasi


nyeri

5. Kolaborasi dalam pemberian obat

analgetik
Risiko infeksi area Setelah diberikan asuhan 1. Kaji tanda - tanda infeksi
pembedahan berhubungan keperawatan selama …x24 jam 2. Pertahankan teknik aseptik
dengan tindakan invasif diharapkan masalah risiko infeksi 3. Lakukan cuci tangan sebelum dan
area pembedahan tidak terjadi sesudah tindakan keperawatan

dengan kriteria hasil : 4. Ajarkan cara mencuci tangan


1. Pasien bebas dari tan da dan dengan benar

gejala infeksi 5. Ajarkan cara memeriksa kondisi


2. Menunjukkan kemampuan luka atau luka pasca operasi

untuk mencegah timbulnya 6. Anjurkan meningkatkan asupan


infeksi nutrisi dan cairan

3. Jumlah lekosit dalam batas


normal

4. Menunjukkan perilaku sehat


DAFTAR PUSTAKA
Lebrun E, Tomic-Canic M, Kirsner RS. (2010). The Role of Surgical Debridement in Healing
of Diabetic Foot Ulcers. Wound Repai and Regeneration.

Alexiadou K, Doupis J. (2012). Management of Diabetic Foot Ulcers. Diabetes Ther.

Brunner and Sudarth.(2001). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Riyadi, Sujono. (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

NANDA.(2018). Diagnosis Keperawatan (Edisi 11). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai