ANALISA JURNAL EBN Kelompok Antisipatory Guidence
ANALISA JURNAL EBN Kelompok Antisipatory Guidence
ANALISA JURNAL EBN Kelompok Antisipatory Guidence
Disusun oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang
dimiliki keluarga (Supartini, 2002). Pola asuh merupakan proses dari tindakan yang mempunyai
tujuan untuk dicapai sedang masa tersebut dimulai dari masa kehamilan (Wong, 2003). Toilet
training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam
melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet training secara umum dapat dilaksanakan
pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Fase ini biasanya pada
anak usia 18–36 bulan. Dalam melakukan toilet training ini, anak membutuhkan persiapan fisik,
psikologis maupun intelektualnya. Dari persiapan tersebut anak dapat mengontrol buang air besar
dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005). Umumnya pengajaran toilet training yang
dilakukan oleh orang tua yaitu 31% orang tua mulai mengajarkan pada usia anak 18-22 bulan,
27% mulai di usia 23-27 bulan, dan 16% di usia 28-32 bulan dan 22% di usia 32 bulan ke atas.
Orang tua menunggu anak siap untuk diajarai toilet training sehingga dalam pengajaran tidak
membutuhkan waktu yang lama (Warner, 2007). Jurnal Kebidanan Universitas Islam Lamongan
ISSN 2086-2792 (Print) Vol. 10 No. 2, Desember 2018 46 Berdasarkan penelitian di Jawa Timur
oleh Juniati, tahun 2014 di ketahui pada 430 anak usia toddler (12-36 bulan) 56% masih
mengompol di celana dan diketahui anak baru bicara setelah celana yang dikenakan basah.
Penelitian di Surabaya (2006) menunjukkan bahwa batita belum bisa menggunakan otot mereka
untuk mengontrol keinginan untuk ke belakang hingga berusia paling tidak 18 bulan. Bahkan
beberapa ahli menganggap bahwa anak umur enam tahun masih mengompol itu wajar, walaupun
itu hanya dilakukan oleh sekitar 12 % anak umur 6 tahun (Juniati, 2014). Akan tetapi, bukan
berarti anak tidak diajarkan bagaimana cara yang benar untuk buang air kecil (BAK) dan buang
air besar (BAB) yang benar dan di tempat yang tepat (Maryunani, 2013). Penyebab gagalnya
toilet training pada anak salah satunya disebabkan oleh pola asuh orang tua dalam mengasuh
anak. Banyak orang tua yang kurang memiliki kesabaran ekstra dalam melatih toilet training,
sehingga tujuan dari toilet training sendiri tidak terwujud (Warner, 2007). Dampak yang paling
umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang
tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak dimana anak cenderung minder
dan tidak percaya diri, bersikap keras kepala dan kikir. Hal ini dapat ditunjukkan oleh orang tua
yang sering memarahi anak pada saat buang air kecil maupun besar atau melarang anak untuk
buang air kecil maupun besar saat berpergian (Istichomah, 2009). Solusinya adalah menciptakan
kedekatan interaksi orang tua dengan anak dalam toilet training, ini akan membuat anak merasa
aman dan percaya diri (Fathi, 2011). Berdasarkan fenomena diatas, dimana masih banyak ibu
yang tidak menerapkan toilet training. Atas dasar hal tersebut, peneliti dapat melaksanakan suatu
penelitian serta diharapkan membawa manfaat bagi responden, maka peneliti tertarik untuk
mengungkap tentang “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Keberhasilan Toilet
Training Pada Anak Usia 18-36 Bulan di Desa Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten
Lamongan”
B. Tujuan
Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan toilet training
pada anak usia 18-36 bulan di Desa Tanjung Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan.
C. Manfaat
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan agar pembelajaran toilet training dapat
diterapkan sejak dini pada bayi usia 18-36 bulan melalui pola asuh orang tua.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini ingin membuktikan apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua
dengan tingkat keberhasilan toilet training pada anak usia 18-36 bulan di Desa Tanjung
Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan. Rancangan yang digunakan cross sectional.
sumber data termasuk jenis data primer (Arikunto, 2006). Sampel penelitian ini yaitu seluruh ibu
dan anaknya yang berusia 18-36 bulan di desa Tanjung kecamatan Lamongan kabupaten
Lamongan sebanyak 43 orang, dengan menggunakan teknik total populasi. Variabel yang diukur
adalah pola asuh orang tua sebagai variabel independen, sedangkan variabel dependennya
ANALISA JURNAL
dependen)
Training
Lasmawati
Darah Cross 18-36 36 Keberhasilan Kesiapan
Toilet
Ifalahma Sectional bulan Responden Orang Tua
Training
dan Nur
Hikmah
Langen Skala 12-24 41 Kemampuan Pola Asuh
Diyah F,
dan Tri N
Karoline Kuesioner 30-36 2000 Keberhasilan Edukasi
orang tua
BABA III
PEMBAHASAN
toilet training
5.
Pembahasan
Exposure (variabel
dependen)
Pola Asuh Orang Tua
Pola pengasuhan (parenting) atau perawatan anak
sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki
keluarga (Supartini, 2002). Pola asuh merupakan proses
dari tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai
sedang masa tersebut dimulai dari masa kehamilan
(Wong, 2003).
Peran Keluarga
Peran keluarga merupakan serangkaian perilaku yang
diharapkan seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal dan informal.
Pada masa ini orang tua harus sabar dan mengerti
kesiapan anak untuk memulai pengajaran penggunaan
toilet dan memberikan dukungan yang positif.
Kesiapan Orang tua
Toilet training dapat berlangsung pada fase kehidupan
anak yaitu mulai umur 18 bulan sampai 2 tahun atau 3
tahun. Faktor kesiapan orang tua memegang peranan
penting untuk melatih anak. Dimulai dari melatih anak
untuk tidak mengompol di siang hari, tidak BAB di
celana sampai tidak mngompol di malam hari.
Pola Asuh Ibu
Pola asuh dan peran orang tua pada anak usia toddler,
dalam mengajarkan toilet training dengan tepat
berfungsi untuk melatih dan mengontrol buang air besar
dan buang air kecil. Latihan toilet training dapat dimulai
dengan pembiasaan anak menggunakan toilet, melatih
anak.
duduk di toilet, dan dilakukan secara rutin (Ratne dkk,
2016). Pengetahuan orang tua terutama ibu sangat
berperan terhadap perilaku anak dan membentuk
tumbuh kembang yang optimal, karena perhatian dan
pengamatan anak tidak terlepas dari sikap dan perilaku
orang tua (Meggitt, 2013).
Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu
Pengetahuan tentang toilet training akan berpengaruh
pada penerapan toilet training pada anak. Ibu yang
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berarti
mempunyai pemahaman yang baik tentang manfaat dan
dampak toilet training, sehingga ibu dapat menggunakan
metode yang tepat sesuai dengan kondisi anak mereka
dan dapat mencapai tujuan degan baik.
Selain itu, ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
akan mempunyai sikap yang positif terhadap konsep
toilet training (Putriana dan Andriani. 2018; Albaramki,
Allawama, Yusef. 2017).