Standar Audit 200 Series

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 143

STANDAR AUDIT (SA)

200, 210, 220, 230, 240, 250, 260 & 265

KRISHNA KAMIL SE, MBA, CA, CPA, CTA


PARTNER KAP AAMM
DOSEN STEI RAWAMANGUN JAKARTA
Acuan dan singkatan Standar Audit
• SA 210, “Persetujuan atas Syarat-syarat Perikatan Audit” (“SA 210”)
• SA 220, “Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan” (“SA 220”)
• SA 230, “Dokumentasi Audit” (“SA 230”)
• SA 240, “Tanggung Jawab Auditor Terkait Dengan Kecurangan Dalam Suatu Audit
Atas Laporan Keuangan” (“SA 240”)
• SA 250, “Pertimbangan Atas Peraturan Perundang-Undangan Dalam Audit Laporan
Keuangan” (SA 250”)
• SA 260, “Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola” (“SA
260”)
• SA 265, “Pengomunikasian Defisiensi Dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak
Yang Bertanggung Jawab Atas Tata Kelola Dan Manajemen” (“SA 265”)
REFERENCE
• International Standards on Auditing ((ISAs), IAASB-IFAC, 2019
• Guide to Using ISAs in the Audits of Small-and Medium- Sized Entities, IFAC, 3rd
Edition, 2011
• Panduan menggunakan ISA audit entitas kecil dan menengah, Volume 1: Konsep
Inti, Edisi Ketiga, IAPI, 2018.
• Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), DSPAP IAPI, Salemba Empat, 2013
• Audit Berbasis ISA, Th.M.Tuanakotta, Salemba Empat, 2013
Kewajiban AP & KAP SESUAI UU AP

a. Mematuhi dan melaksanakan SPAP dan kode etik


profesi, serta peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan jasa yang diberikan.
b. Memiliki dan menjalankan sistem pengendalian mutu
c. Menjaga independensi dan bebas dari benturan
kepentingan.
STANDAR AUDIT (SA) 200
TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR
INDEPENDEN DAN PELAKSANAAN AUDIT
BERDASARKAN STANDAR AUDIT
Ruang Lingkup
• mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika
melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan SA. Secara khusus,
SA ini menetapkan tujuan keseluruhan auditor independen, serta menjelaskan
sifat dan ruang lingkup suatu audit yang dirancang untuk memungkinkan
auditor independen mencapai tujuan tersebut. SA ini juga menjelaskan ruang
lingkup, wewenang,dan struktur SA, serta mengatur ketentuan untuk
menetapkan tanggung jawab umum auditor independen yang berlaku untuk
semua audit, termasuk kewajiban untuk mematuhi SA. Untuk selanjutnya
auditor independen disebut sebagai “auditor”.
Ruang Lingkup (lanjutan)
• SA ditulis dalam konteks audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
auditor. Bila dipandang perlu, SA dapat diadaptasi ketika diterapkan dalam
audit atas informasi keuangan historis lainnya. SA tidak mengatur tanggung
jawab auditor yang mungkin ada dalam legislasi, peraturan, atau dalam
hubungannya dengan, sebagai contoh, penawaran efek kepada publik.
Tanggung jawab tersebut dapat berbeda dari tanggung jawab yang ditetapkan
dalam SA. Oleh karena itu, meskipun auditor mungkin menemukan aspek
dalam SA bermanfaat dalam kondisi tersebut, auditor tetap bertanggung jawab
untuk memastikan kepatuhan terhadap seluruh kewajiban hukum, regulasi,
atau profesi yang relevan
Audit Atas Laporan Keuangan
• Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan
keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan suatu opini oleh auditor
tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Dalam hal kebanyakan
kerangka bertujuan umum, opini tersebut adalah tentang apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka. Suatu
audit yang dilaksanakan berdasarkan SA dan ketentuan etika yang relevan
memungkinkan auditor untuk merumuskan opini.(Ref: Para. A1).
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• Laporan keuangan yang diaudit adalah milik entitas, yang disusun oleh manajemen
entitas dengan pengawasan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola. SA
tidak mengatur tanggung jawab manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas
tata kelola, serta tidak mengesampingkan peraturan perundang-undangan dan regulasi
yang mengatur tanggung jawab mereka. Namun,suatu audit berdasarkan SA
dilaksanakan dengan premis bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, mengakui tanggung jawab tertentu yang
fundamental bagi pelaksanaan audit. Audit atas laporan keuangan tidak melepaskan
manajemen atau pihak yangbertanggung jawab atas tata kelola dari tanggung jawab
mereka. (Ref: Para. A2–A11)
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• Sebagai basis untuk opini auditor, SA mengharuskan auditor untuk memperoleh keyakinan
memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Keyakinan memadai
merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi. Keyakinan tersebut diperoleh ketika auditor telah
mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit (risiko bahwa
auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian material) kesuatu tingkat rendah yang dapat diterima. Namun, keyakinan
memadai bukan merupakan suatu tingkat keyakinan absolut,karena terdapat keterbatasan
inheren dalam audit yang menghasilkan kebanyakan bukti audit, yang menjadi basis auditor
dalam menarik kesimpulan dan merumuskan opini,bersifat persuasif daripada konklusif.
(Ref: Para. A28–A52)
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• Konsep materialitas diterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, serta
dalam pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam audit dan kesalahan penyajian yang
tidak dikoreksi, jika ada, yang teridentifikasi terhadap laporan keuangan. Pada umumnya,
kesalahan penyajian,termasuk penghilangan penyajian, dipandang material jika, baik secara
individual maupun kolektif, kesalahan penyajian tersebut diperkirakan secara wajar akan dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang dituju yang diambil berdasarkan laporan
keuangan. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhatikan kondisi yang
melingkupinya, dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan informasi keuangan
pengguna laporan keuangan,serta oleh ukuran atau sifat suatu kesalahan penyajian,atau
kombinasi dari keduanya. Oleh karena opini auditor berhubungan dengan laporan keuangan
secara keseluruhan, auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan penyajian
yang tidak material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• SA berisi tujuan, ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain yang dirancang
untuk mendukung auditor dalam memperoleh keyakinan memadai. SA mengharuskan
auditor untuk menggunakan pertimbangan profesional dan memelihara skeptisisme
profesional selama perencanaan dan pelaksanaan audit, dan antara lain mencakup:
• Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan
oleh kecurangan maupun kesalahan, berdasarkan suatu pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.
• Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat kesalahan
penyajian material, melalui perancangan dan penerapan respons yang tepat terhadap
risiko yang dinilai.
• Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan kesimpulan yang ditarik
dari bukti audit yang diperoleh.
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• Bentuk opini yang dinyatakan oleh auditor akan
bergantung pada kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku serta peraturan perundang-undangan atau
regulasi yang berlaku. (Ref: Para. A12–A13)
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• Bentuk Opini Auditor (Ref: Para. 8)
• Opini yang dinyatakan oleh auditor adalah tentang apakah laporan
keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Namun, bentuk opini auditor
akan bergantung pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku. Kebanyakan
kerangka pelaporan keuangan berisi ketentuan tentang penyajian laporan
keuangan; oleh karena itu, bagi kerangka tersebut, penyajian laporan
keuangan yang sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
juga mencakup penyajian.
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• Bentuk Opini Auditor (Ref: Para. 8)
• Jika kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka penyajian wajar,
sebagaimana halnya dalam laporan keuangan bertujuan umum, opini menurut SA
adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material. Jika kerangka pelaporan keuangan merupakan suatu kerangka
kepatuhan, opini menurut SA adalah apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material,sesuai dengan kerangka tersebut. Kecuali secara khusus
dinyatakan lain, pengacuan pada opini auditor dalam SA mencakup kedua bentuk
opini tersebut
Audit Atas Laporan Keuangan (lanjutan)
• Ruang Lingkup Audit (Ref: Para. 3)
• Opini auditor atas laporan keuangan menyatakan apakah laporan keuangan disusun, dalam semua
hal yang material,sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Opini tersebut
merupakan hal yang umum dalam semua auditatas laporan keuangan. Oleh karena itu, opini
auditor tidak memberikan keyakinan atas, sebagai contoh, kelangsungan hidup entitas di masa
depan maupun efisiensi atau efektivitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan entitas.
Namun,dalam beberapa yurisdiksi, peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku
mungkin mengharuskan auditor untuk menyatakan opini atas hal-hal khusus lainnya, seperti
keefektifan pengendalian internal, atau konsistensi suatu laporan manajemen terpisah dengan
laporan keuangan. Sementara SA mencantumkan ketentuan dan pedoman sehubungan dengan hal-
hal tersebut sepanjang ketentuan tersebut relevan dengan perumusan suatu opini atas laporan
keuangan, auditor diharuskan untuk melakukan prosedur tambahan jika auditor memiliki tanggung
jawab tambahan untuk menyatakan opini tersebut
TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR
• Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
adalah:
(a) Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk
menyatakan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan
(b) Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya sebagaimana
ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.
TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR (lanjutan)
• Dalam hal keyakinan memadai tidak dapat diperoleh dan suatu
opini wajar dengan pengecualian dalam laporan auditor tidak
memadai dalam kondisi tersebut untuk tujuan pelaporan kepada
pengguna laporan keuangan yang dituju, SA mengharuskan
auditor untuk tidak menyatakan suatu opini atau menarik diri
(mengundurkan diri) dari perikatan, jika penarikan diri
dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan atau
regulasi yang berlaku
Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
• Kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, dalam penyusunan laporan
keuangan yang dapat diterima dari sudut pandang sifat
entitas dan tujuan laporan keuangan, atau yang
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan atau
regulasi.
DEFINISI
Laporan keuangan:
Suatu representasi terstruktur atas informasi keuangan historis, termasuk
catatan atas laporan keuangan terkait, yang dimaksudkan untuk
mengomunikasikan sumber daya ekonomi atau kewajiban entitas pada suatu
tanggal atau perubahan atasnya untuk suatu periode sesuai dengan suatu
kerangka pelaporan keuangan. Pada umumnya, catatana tas laporan keuangan
terkait terdiri dari suatu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi
penjelasan lainnya. Pada umumnya, terminologi “laporan keuangan”mengacu
pada suatu set laporan keuangan lengkap sebagaimana ditentukan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, tetapi juga dpt mengacu pada
suatu lapkeu tunggal.
DEFINISI (LANJUTAN)
Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku juga menentukan definisi suatu
set laporan keuangan lengkap. Dalam hal terdapat banyak kerangka, laporan keuangan
dimaksudkan untuk menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan,
dan arus kas suatu entitas. Bagi kerangka tersebut, suatu set laporan keuangan lengkap
mencakup laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas,dan catatan atas laporan keuangan terkait. Bagi kerangka
pelaporan keuangan lainnya, suatu laporan keuangan tunggal dan catatan atas laporan
keuangan terkait mungkin merupakan suatu set laporan keuangan lengkap. SA 210
menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan dalam menetapkan keterterimaan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
DEFINISI(LANJUTAN)
• Bukti audit: Informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan
yang mendasari opini auditor. Bukti audit mencakup informasi yang terdapat
dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan informasi
lainnya. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam merumuskan opini auditor terdiri
dari pemerolehan dan pengevaluasian bukti audit. Lihat SA 500.
• Risiko audit: Risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini audit yang tidak tepat
ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material. Risiko audit
merupakan suatu fungsi risiko kesalahan penyajian material dan risiko deteksi.
DEFINISI (LANJUTAN)
• Risiko deteksi: Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor untuk
menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima tidak akan
mendeteksi suatu kesalahan penyajian yang ada dan yang mungkin material,
baik secara individual maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan
kesalahan penyajian lainnya.
• Risiko inheren: Kerentanan suatu asersi tentang suatu golongan transaksi,
saldo akun, atau pengungkapan terhadap suatu kesalahan penyajian yang
mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika
digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya, sebelum
mempertimbangkan pengendalian internal yang terkait.
DEFINISI(LANJUTAN)
• Risiko pengendalian: Risiko bahwa suatu kesalahan penyajian yang mungkin terjadi
dalam suatu asersi tentang suatu golongan transaksi, saldo akun,atau pengungkapan
yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif ketika
digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya,tidak akan dapat dicegah, atau
dideteksi dan dikoreksi, secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas.
• Manajemen: Orang atau orang-orang dengan tanggung jawab eksekutif untuk
melaksanakan kegiatan entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa
yurisdiksi,manajemen mencakup beberapa atau seluruh individu yang bertanggung
jawab atas tata kelola, sebagai contoh, anggota eksekutif Dewan Komisaris atau Komite
Audit,atau seorang pemilik-pengelola.
DEFINISI(LANJUTAN)
• Kesalahan penyajian: Suatu selisih atas angka, klasifikasi, penyajian, atau
pengungkapan suatu pos laporan keuangan, antara yang dilaporkan dalam laporan
keuangan dengan yang seharusnya menurut kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Kesalahan penyajian dapat diakibatkan oleh kecurangan maupun
kesalahan.
• Keyakinan memadai: Dalam konteks suatu audit atas laporan keuangan, suatu
tingkat keyakinan tinggi, tetapi bukan tingkat keyakinan absolut.
DEFINISI (LANJUTAN)
• Risiko kesalahan penyajian material: Risiko bahwa laporan keuangan mengandung
kesalahan penyajian material sebelum dilakukan audit. Risiko tersebut terdiri dari dua
komponen: Risiko deteksi dan Risiko inheren. SA 315 menetapkan ketentuan dan
memberikan panduan dalam mengidentifikasi dan menetapkan risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi.
• Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola: Orang atau orang-orang, atau
organisasi (sebagai contoh: suatu wali amanat korporasi), dengan tanggung jawab untuk
mengawasi arah strategis entitas dan kewajiban yang terkait dengan akuntabilitas entitas.
Hal ini mencakup pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan.Untuk beberapa
entitas dalam beberapa yurisdiksi,pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dapat
mencakup personel manajemen, sebagai contoh,anggota eksekutif Dewan Komisaris
atau Komite Audit suatu entitas sektor privat atau sektor publik, atau seorang pemilik-
pengelola
DEFINISI (LANJUTAN)
Auditor: Terminologi “auditor” digunakan untuk menyebut orang atau
orang-orang yang melaksanakan audit (biasanya rekan perikatan atau anggota
lain tim perikatan) atau, jika relevan, KAP, Bila suatu SA bermaksud menyatakan
bahwa suatu ketentuan atau tanggung jawab harus dipenuhi oleh rekan
perikatan, maka terminologi “rekan perikatan” digunakan (dan bukan terminologi
“auditor”).
Dalam sektor publik, terminologi “rekan perikatan” dan “KAP” dibaca
dengan mengacu pada terminologi yang setara yang digunakan dalam sektor
publik.
DEFINISI (LANJUTAN)
Informasi keuangan historis:
Informasi yang dinyatakan dalam terminologi keuangan suatu entitas
tertentu, yang terutama dihasilkan oleh sistem akuntansi entitas tersebut,
yang mencerminkan peristiwa ekonomi yang terjadi pada periode lalu atau
kondisi ekonomi pada tanggal tertentu di masa lalu.
DEFINISI (LANJUTAN)
• Premis
• berkaitan dengan tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak yang
bertanggung jawab atas tatakelola, yang melandasi pelaksanaan suatu audit: Bahwa
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab terhadap tata kelola,
mengakui dan memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab di bawah ini yang
fundamental bagi pelaksanaan suatu audit berdasarkan SA:
DEFINISI (LANJUTAN)
• Premis - lanjutan

• (i) Menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku,termasuk, jika relevan, penyajian wajar laporan keuangan;
• (ii) Menetapkan dan menjalankan pengendalian internal yang dipandang perlu oleh
manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk
memungkinkan penyusunan laporankeuangan yang bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan; dan
DEFINISI (LANJUTAN)
• Premis - lanjutan
• (iii) Menyediakan hal-hal di bawah ini bagi auditor:
• a. Akses ke seluruh informasi yang disadari oleh manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, relevan dengan penyusunan
laporan keuangan, seperti catatan, dokumentasi, dan hal-hal lain;
• b. Informasi tambahan yang mungkin diminta oleh auditor dari manajemen dan,
jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, untuk tujuan audit;
dan
• c. Akses tidak terbatas ke orang-orang dalam entitas yang dipandang perlu oleh
auditor untuk memperoleh bukti audit
DEFINISI (LANJUTAN)
• Premis - lanjutan

• Dalam hal kerangka penyajian wajar, butir (i) tersebut diatas dapat dibaca
sebagai “tanggung jawab penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan”.
• Terminologi “premis, berkaitan dengan tanggung jawab manajemen dan,
jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang melandasi
pelaksanaan suatu audit” juga dapat disebut sebagai “premis”
DEFINISI (LANJUTAN)
• Pertimbangan profesional:

• Penerapan pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang relevan, dalam


konteks standar audit, akuntansi, dan etika, dalam membuat keputusan
yang diinformasikan tentang tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
dalam perikatan audit.
Konsep Materialitas
diterapkan oleh auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit, serta dalam
pengevaluasian dampak kesalahan penyajian dalam audit dan kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, yang teridentifikasi terhadap laporan
keuangan. Pada umumnya, kesalahan penyajian, termasuk penghilangan
penyajian, dipandang material jika baik secara individual maupun kolektif,
kesalahan penyajian tersebut diperkirakan secara wajar akan dapat memengaruhi
keputusan ekonomi pengguna yang dituju yang diambil berdasarkan laporan
keuangan. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhatikan
kondisi yang melingkupinya, dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas
kebutuhan informasi keuangan pengguna laporan keuangan,serta oleh ukuran
atau sifat suatu kesalahan penyajian, atau kombinasi dari keduanya. Oleh karena
opini auditor ber hubungan dengan laporan keuangan secara keseluruhan, auditor
tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi kesalahan penyajian yang tidak
material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
KETENTUAN
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan Keuangan.
Auditor harus mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk ketentuan
independensi, yang berkaitan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
(Ref: Para. A14–A17).

Skeptisisme Profesional
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisisme
profesional mengingat kondisi tertentu dapat saja terjadi yang menyebabkan
laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material.
(Ref: Para. A18–A22)
KETENTUAN (lanjutan)
Pertimbangan Profesional
Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan audit atas laporan keuangan. (Ref: Para. A23–A27).

Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit


Untuk memperoleh keyakinan memadai, auditor harus memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima,
dan oleh karena itu, memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan wajar yang
mendasari opini auditor. (Ref:Para. A28–A52)
KETENTUAN (lanjutan)
Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA
Kepatuhan terhadap SA yang Relevan dengan Audit
Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relevan dengan audit. Suatu SA relevan dengan
audit bila SA tersebut berlaku dan terdapat hal-hal yang diatur oleh SA tersebut. (Ref: Para.
A53–A57).

Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu SA, termasuk
materi penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami tujuan SA dan menerapkan
ketentuan SA tersebut dengan tepat. (Ref: Para. A58–A66).
Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannya terhadap SA dalam
laporan auditor kecuali auditor telah mematuhi ketentuan SA ini dan seluruh SA lainnya
yang relevan dengan audit
KETENTUAN (lanjutan)
Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA - lanjutan
Tujuan yang Dinyatakan dalam Setiap SA
Untuk mencapai tujuan keseluruhan auditor, auditor harus menggunakan tujuan
yang dinyatakan dalam SA yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan
audit, dengan memperhatikan interelasi di antara SA, untuk: (Ref: Para. A67–A69)
(a) Menentukan apakah diperlukan prosedur audit lain selain prosedur audit yang
diharuskan oleh SA untuk mencapai tujuan yang dinyatakan dalam SA; dan (Ref: Para.
A70)

(b) Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup telah diperoleh. (Ref: Para. A71)
KETENTUAN (lanjutan)
Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA - lanjutan
Kepatuhan terhadap Ketentuan yang Relevan
auditor harus mematuhi setiap ketentuan suatu SA dalam suatu audit, kecuali:
(a) Keseluruhan SA tidak relevan; atau
(b) Ketentuan tersebut tidak relevan karena ketentuan tersebut bergantung pada suatu
kondisi dan kondisi tersebut tidak terjadi. (Ref: Para. A72–A73)
KETENTUAN (lanjutan)
Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA - lanjutan
Kepatuhan terhadap Ketentuan yang Relevan - lanjutan
Dalam kondisi luar biasa, auditor dapat memutuskan untuk menyimpang dari suatu
ketentuan relevan dalam suatu SA. Dalam kondisi tersebut, auditor harus
melaksanakan prosedur audit alternatif untuk mencapai tujuan ketentuan tersebut.
Kebutuhan untuk menyimpang dari suatu ketentuan relevan diharapkan hanya
terjadi ketika ketentuan tersebut hanya untuk suatu prosedur khusus yang akan
dilaksanakan dan, dalam kondisi tertentu perikatan audit, prosedur tersebut tidak
akan efektif untuk mencapai tujuan ketentuan tersebut. (Ref:Para. A74)
KETENTUAN (lanjutan)
Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA - lanjutan
Kegagalan untuk Mencapai suatu Tujuan
Jika suatu tujuan dalam suatu SA yang relevan tidak dapat dicapai, auditor harus
mengevaluasi apakah hal ini menghalangi auditor untuk mencapai tujuan
keseluruhan auditor dan oleh karena itu, mengharuskan auditor, berdasarkan SA,
untuk memodifikasi opini auditor atau menarik diri dari perikatan (jika penarikan diri
dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku).
Kegagalan untuk mencapai suatu tujuan merupakan suatu hal signifikan yang
membutuhkan suatu dokumentasi menurut SA 230. (Ref:Para. A75–A76)
KETENTUAN (LANJUTAN)
Dokumentasi audit yang memenuhi ketentuan SA 230 dan ketentuan
dokumentasi tertentu dari SA lain yang relevan, memberikan bukti bagi basis
kesimpulan auditor dalam pencapaian tujuan keseluruhan auditor. Meskipun
auditor tidak perlu mendokumentasikan secara terpisah (seperti dalam suatu
ceklis) bahwa setiap tujuan SA telah tercapai, dokumentasi tentang kegagalan
untuk mencapai suatu tujuan membantu pengevaluasian auditor atas apakah
kegagalan tersebut telah menghalangi auditor dalam mencapai tujuan
keseluruhan auditor.
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas
Laporan Keuangan (Ref: Para. 14) (1)
Auditor harus memenuhi ketentuan etika yang relevan,termasuk
ketentuan yang berkaitan dengan independensi, sehubungan dengan
perikatan audit atas laporan keuangan. Ketentuan etika tersebut
tercantum dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik (“Kode Etik”)
yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, yang terdiri
dari Bagian 1 dan Bagian 3 dan 4A.
Kode Etik Akuntan Indonesia - 2020.pdf
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas
Laporan Keuangan (Ref: Para. 14) (2)
• Bagian 1 dari Kode Etik menetapkan prinsip dasar etika profesi yang relevan bagi
auditor ketika melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan dan menyediakan
suatu kerangka konseptual untuk menerapkan prinsip dasar tersebut. Prinsip-
prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh auditor menurut Kode Etik adalah sebagai
berikut: (a) Integritas;(b) Objektivitas; (c) Kompetensi dan kecermatan profesional;
(d) Kerahasiaan; dan (e) Perilaku profesional.
• Bagian 3 dan 4A dari Kode Etik memberikan ilustrasi bagaimana kerangka
konseptual diterapkan dalam situasi tertentu.
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas
Laporan Keuangan (Ref: Para. 14) (3)
Oleh karena perikatan audit menyangkut kepentingan publik, sebagaimana
diatur dalam Kode Etik, auditor harus independen dari entitas yang diaudit.
Kode Etik menjelaskan independensi sebagai independensi dalam pemikiran
dan independensi dalam penampilan. Independensi auditor melindungi
kemampuan auditor untuk merumuskan suatu opini audit tanpa dapat
dipengaruhi. Independensi meningkatkan kemampuan auditor dalam
menjaga integritasnya, serta bertindak secara objektif, dan memelihara suatu
sikap skeptisisme profesional.
Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas
Laporan Keuangan (Ref: Para. 14) (4)
Standar Pengendalian Mutu (“SPM”) atau ketentuan setara lainnya, mengatur
tanggung jawab KAP untuk menetapkan dan memelihara sistem pengendalian
mutu untuk perikatan audit. Standar Pengendalian Mutu 1 (SPM 1)
menetapkan tanggung jawab KAP untuk menetapkan kebijakan dan prosedur
yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bahwa KAP dan
personelnya mematuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk yang berkaitan
dengan independensi. SA 220 menetapkan tanggung jawab rekan perikatan
sehubungan dengan ketentuan etika yang relevan.
ELEMEN Standar Pengendalian Mutu 1 (“SPM 1”)
SPM 1.pdf
• Tanggung Jawab Kepemimpinan atas Mutu Audit
• Ketentuan Etika yang Relevan
• Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan Klien dan Perikatan Audit
• Penugasan Tim Perikatan
• Pelaksanaan Perikatan
• Pemantauan
• Dokumentasi (REF SA 220 - Pengendalian Mutu untuk Audit atas
Laporan Keuangan).
Skeptisisme Profesional (Ref: Para. 15) - Lanjutan
Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap antara lain
hal-hal sebagai berikut:
• Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang diperoleh.
• Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen
dan respons terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai
bukti audit.
• Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan.
• Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain
prosedur yang disyaratkan oleh SA
Skeptisisme Profesional (Ref: Para. 15) - lanjutan
• Mempertahankan skeptisisme profesional selama audit diperlukan jika auditor
berusaha untuk, mengurangi risiko, seperti misalnya: • Kegagalan dalam melihat
kondisi-kondisi tidak lazim. • Terlalu menyama ratakan kesimpulan ketika menarik
kesimpulan tersebut dari observasi audit. • Menggunakan asumsi yang tidak tepat
dalam menetapkan sifat, saat, dan luas prosedur audit serta penilaian atas hasilnya.
• Auditor tidak dapat mengabaikan pengalaman lalu mengenai kejujuran dan
integritas manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.
Namun,suatu keyakinan bahwa manajemen dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola adalah jujur dan memiliki integritas tidak melepaskan auditor dari
kebutuhan untuk memelihara skeptisisme profesional atau memperbolehkan auditor
menerima bukti audit yang kurang persuasif, ketika memperoleh keyakinan
memadai.
Risiko Kesalahan Penyajian Material
• Risiko kesalahan penyajian material dapat terjadi di dua tingkat: • Tingkat laporan
keuangan secara keseluruhan; dan • Tingkat asersi untuk golongan transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan.
• Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan secara
keseluruhan mengacu ke risiko kesalahan penyajian material yang berdampak luas
(pervasif) terhadap laporan keuangan secara keseluruhan dan berpotensi
memengaruhi banyak asersi.
• Risiko kesalahan penyajian material pada tingkat asersi dinilai untuk menentukan sifat,
saat, dan luas prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat.
• SA 315 menetapkan ketentuan dan memberikan panduan dalam mengidentifikasi dan
menetapkan risiko kesalahan penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan
tingkat asersi.
Pertimbangan Profesional (Ref: Para. 16)
Pertimbangan profesional merupakan hal penting untuk melaksanakan audit
secara tepat. Hal ini karena interpretasi ketentuan etika dan SA yang relevan,
serta keputusan yang telah diinformasikan yang diharuskan selama audit tidak
dapat dibuat tanpa penerapan pengetahuan dan pengalaman yang relevan
pada fakta dan kondisi terkait.
Pertimbangan profesional diperlukan terutama dalam membuat keputusan
tentang :
Pertimbangan Profesional (Ref: Para. 16) lanjutan
• Materialitas dan risiko audit.
• Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan untuk memenuhi ketentuan SA dan
mengumpulkan bukti audit.
• Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan
apakah pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan untuk mencapai tujuan SA dan tujuan
keseluruhan auditor.
• Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam menerapkan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku bagi entitas.
• Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang diperoleh, sebagai contoh, penilaian
atas kewajaran estimasi yang dibuat oleh manajemen dalam menyusun laporan
keuangan.
Pertimbangan Profesional (Ref: Para. 16) lanjutan
Pertimbangan profesional perlu dilakukan sepanjang audit, juga perlu
didokumentasikan dengan tepat. Dalam hal ini, auditor diharuskan untuk
membuat dokumentasi audit yang cukup untuk memungkinkan seorang auditor
lain yang berpengalaman, yang sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan
audit tersebut, memahami pertimbangan profesional signifikan yang dibuat
dalam menarik kesimpulan atas hal-hal signifikan yang timbul selama audit.
Pertimbangan profesional tidak untuk digunakan sebagai justifikasi untuk
keputusan yang tidak didukung oleh fakta dan kondisi perikatan atau bukti
audit yang tidak cukup dan tidak tepat.
Bukti audit yang cukup dan tepat
Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini dan laporan auditor. Bukti audit
bersifat kumulatif dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan
selama audit. Namun, bukti audit juga mencakup informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber lain, seperti audit periode lalu (sepanjang auditor telah menentukan
apakah telah terjadi perubahan sejak audit periode lalu yang dapat memengaruhi
relevansi audit periode lalu dengan audit periode kini), atau prosedur pengendalian
mutu suatu KAP untuk penerimaan dan keberlanjutan klien. Selain sumber-sumber
lain yang diperoleh dari dalam dan luar entitas, catatan akuntansi entitas merupakan
sumber bukti audit yang penting. Selain itu, informasi yang dapat digunakan sebagai
bukti audit mungkin telah disusun oleh seorang pakar yang dipekerjakan atau
ditugaskan oleh entitas.
Bukti audit yang cukup dan tepat - lanjutan
Bukti audit terdiri dari informasi yang mendukung dan menguatkan asersi manajemen
dan setiap informasi yang bertentangan dengan asersi tersebut. Sebagai tambahan,
dalam beberapa kasus, ketiadaan informasi (sebagai contoh, penolakan manajemen
untuk menyediakan representasi yang diminta) digunakan oleh auditor dan, oleh
karena itu, juga merupakan bukti audit. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam
merumuskan opini auditor terdiri dari pemerolehan dan pengevaluasian bukti.
Hal mengenai apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, dan memungkinkan
auditor untuk menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini auditor, merupakan
suatu pertimbangan profesional. Lihat SA 500
Keterbatasan Inheren dalam Suatu Audit
Auditor tidak diharapkan untuk, dan tidak dapat, mengurangi risiko audit hingga
tidak ada sama sekali dan oleh karena itu auditor tidak dapat memperoleh
keyakinan absolut bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian
material karena kecurangan atau kesalahan. Hal ini disebabkan adanya
keterbatasan inheren (bawaan) dalam suatu audit, yang mengakibatkan hampir
semua bukti audit yang menjadi basis bagi auditor dalam menarik kesimpulan
dan menyatakan opini merupakan bukti yang bersifat persuasif bukan konklusif.
Keterbatasan bawaan suatu audit timbul dari:
• Sifat pelaporan keuangan; • Sifat prosedur audit; dan • Kebutuhan agar audit
dilaksanakan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar
Hal-Hal Lain yang Memengaruhi Keterbatasan Inheren suatu Audit

• Dalam hal asersi atau hal pokok tertentu, dampak potensial dari keterbatasan inheren
atas kemampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian material adalah
signifikan. Asersi atau hal pokok tersebut mencakup:
• Kecurangan, terutama kecurangan yang melibatkan manajemen senior atau kolusi.
Lihat SA 240
• Eksistensi dan kelengkapan hubungan dan transaksi pihak berelasi. Lihat SA 550
• Keterjadian atas ketidak patuhan terhadap peraturan perundangan-undangan dan
regulasi. Lihat SA 250
• Peristiwa atau kondisi masa depan yang dapat menyebabkan suatu entitas tidak
dapat melanjutkan kelangsungan usahanya. Lihat SA 570
Hal-Hal Lain yang Memengaruhi Keterbatasan Inheren suatu Audit - lanjutan

Oleh karena keterbatasan inheren suatu audit, terdapat suatu risiko yang tidak
terhindarkan bahwa beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan belum tentu dapat terdeteksi, meskipun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan dengan tepat berdasarkan SA. Oleh karena itu, penemuan
kemudian atas suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan tidak dengan sendirinya
mengindikasikan adanya suatu kegagalan dalam pelaksanaan audit
berdasarkan SA. Namun, keterbatasan inheren suatu audit bukan merupakan
suatu pembenaran bagi auditor untuk menerima bukti audit yang kurang
persuasif.
STANDAR AUDIT (SA) 210
PERSETUJUAN ATAS KETENTUAN
PERIKATAN AUDIT
STANDAR AUDIT (SA) 220
PENGENDALIAN MUTU UNTUK AUDIT ATAS
LAPORAN KEUANGAN
STANDAR AUDIT (SA230)
DOKUMENTASI AUDIT
STANDAR AUDIT (SA) 240
TANGGUNGJAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN
KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT ATAS LAPORAN
KEUANGAN
STANDAR AUDIT (SA) 250

PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN DALAM AUDIT
ATAS LAPORAN KEUANGAN
STANDAR AUDIT (SA) 260
KOMUNIKASI DENGAN PIHAK YANG
BERTANGGUNG JAWAB ATAS TATA KELOLA
STANDAR AUDIT (SA) 265
PENGOMUNIKASIAN DEFISIENSI DALAM PENGENDALIAN
INTERNAL KEPADA PIHAK YANG BERTANGGUNG JAWAB
ATAS TATA KELOLA DAN MANAJEMEN
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN
PUBLIK 2020
Anggota

Anggota adalah individu yang memenuhi persyaratan sebagai


anggota IAPI dari waktu ke waktu berdasarkan ketentuan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IAPI, yakni:
Akuntan Publik, pemegang CPA selain Akuntan Publik, dan
Anggota lainnya termasuk individu yang mempunyai register
negara akuntan yang menjadi anggota IAPI.
BAGIAN 1 KEPATUHAN TERHADAP KODE ETIK, PRINSIP DASAR ETIKA,
DAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL.........................................

Seksi 100 Kepatuhan Terhadap Kode Etik...........................................................


Seksi 110 Prinsip Dasar Etika ..............................................................................
Subseksi 111 Integritas ................................................................................
Subseksi 112 Objektivitas ............................................................................
Subseksi 113 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional ............................
Subseksi 114 Kerahasiaan ..........................................................................
Subseksi 115 Perilaku Profesional ...............................................................
Seksi 120 Kerangka Kerja Konseptual .................................................................
BAGIAN 3 ANGGOTA YANG BERPRAKTIK MELAYANI PUBLIK .....................

Seksi 300 Penerapan Kerangka Kerja Konseptual – Anggota yang Berpraktik


Melayani Publik ...................................................................................
Seksi 310 Benturan Kepentingan .......................................................................
Seksi 320 Penunjukan Profesional .....................................................................
Seksi 321 Pendapat Kedua ................................................................................
Seksi 330 Imbalan dan Jenis Remunerasi Lain .................................................
Seksi 340 Bujukan, Termasuk Hadiah dan Keramahtamahan ...........................
Seksi 350 Kustodi Aset Klien ..............................................................................
Seksi 360 Respons atas Ketidakpatuhan terhadap Peraturan
Perundang-undangan .......................................................................
BAGIAN 4A INDEPENDENSI DALAM PERIKATAN AUDIT DAN PERIKATAN
REVIU .................................................................................................
Seksi 400 Penerapan Kerangka Kerja Konseptual untuk Independensi dalam
Perikatan Audit dan Perikatan Reviu ...................................................
Seksi 410 Imbalan ...............................................................................................
Seksi 411 Kebijakan Kompensasi dan Evaluasi ...................................................
Seksi 420 Hadiah dan Keramahtamahan .............................................................
Seksi 430 Litigasi Aktual atau Ancaman Litigasi ..................................................
Seksi 510 Kepentingan Keuangan .......................................................................
Seksi 511 Pinjaman dan Jaminan ........................................................................
Seksi 520 Hubungan Bisnis .................................................................................
Seksi 521 Hubungan Keluarga dan Pribadi ..........................................................
Seksi 522 Pernah Bekerja pada Klien Audit .........................................................
Seksi 523 Rangkap Jabatan Sebagai Direktur, Komisaris, atau Pejabat Eksekutif
Klien Audit ...........................................................................................
Seksi 524 Pekerjaan dengan Klien Audit .............................................................
Seksi 525 Penugasan Personel Sementara .........................................................
Seksi 540 Hubungan yang Berlangsung Lama Antara Personel (Termasuk Rotasi
Rekan) dengan Klien Audit ..................................................................
Seksi 600 Penyediaan Jasa Non-Asurans Kepada Klien Audit ............................
Subseksi 601 Jasa Pembukuan dan Akuntansi ...........................................
Subseksi 602 Jasa Administratif ..................................................................
Subseksi 603 Jasa Penilaian .......................................................................
Subseksi 604 Jasa Perpajakan ....................................................................
Subseksi 605 Jasa Audit Internal .................................................................
Subseksi 606 Jasa Sistem Teknologi Informasi ...........................................
Subseksi 607 Jasa Penunjang Litigasi .........................................................
Subseksi 608 Jasa Hukum...........................................................................
Subseksi 609 Jasa Rekrutmen ....................................................................
Subseksi 610 Jasa Keuangan Korporat .......................................................
Seksi 800 Laporan Audit atas Laporan Keuangan Bertujuan Khusus yang
Mencakup Pembatasan Distribusi dan Penggunaannya (Perikatan
Audit dan Perikatan Reviu) ..................................................................

Anda mungkin juga menyukai