Makalah Pelaporan Korporat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PELAPORAN

KORPORAT
“Imbalan Kerja”

Dosen Pengampu :

I G.A. Desy Arlita, S.E., M.Si

Oleh :

Ni Putu Sinta Prabawati 119211224


I Gusti Ayu Agung Citra Laksmidewi 119211258
Ni Komang Sintya Mutiara Sari 119211302
Putri Ayu Permata Dewi 119211325
Ni Made Ayu Indah Lestari 119211337

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL(UNDIKNAS)
DENPASAR
2021
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan

menyelesaikan makalah Pelaporan Korporat ini sebagai salah satu syarat tugas dalam

menempuh semester ini.

Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas ini, kami mengucapkan banyak terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah yang

berjudul ”Imbalan Kerja” hingga dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa hasil tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang disampaikan kepada kami sangat berarti sebagai

dorongan semangat dan pembelajaran yang membangun kami untuk lebih baik lagi di

masa depan. Semoga tugas makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca

dan semua pihak yang membutuhkannya. Terima Kasih.

Denpasar, 11 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------------------ii

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------------------------3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ----------------------------------------------------------------------------------------------- 4

1.2 Rumusan Masalah ------------------------------------------------------------------------------------------- 4

1.3 Tujuan Penulisan -------------------------------------------------------------------------------------------- 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imbalan Kerja -------------------------------------------------------------------------5

2.2 PSAK 24 tentang Imbalan Kerja -----------------------------------------------------------------5

2.3 Jenis-jenis Imbalan Kerja --------------------------------------------------------------------------5

2.4 Entitas Yang Tidak Mengaplikasikan IFRS 4 --------------------------------------------------11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------------------------------- 12

3.2 Saran ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 12

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------------------ 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Undang-undang ketenagakerjaan (UUK) Nomor 13 tahun 2003 mengatur


secara umum mengenai tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai
dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan pemutusan hubungan kerja
(PHK). Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diukur lebih lanjut di peraturan
perusahaan (PP) atau di perjanjian kerja bersama (PKB) antara perusahaan dan
serikat pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.

Dengan berlakunya UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani


dengan jumlah pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang
memiliki jumlah karyawan ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
kemungkinan terganggunya cash flow perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU no
13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No 24 mengaharuskan perusahaan untuk
membukukan percadangan atas kewajiban pembayaran pesangon/ imbalan kerja
dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi kerja untuk
mengakui liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh
imbalan kerja yang akan dibayarkan dimasa depan dan beban, jika entitas menikmati
manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak
memperoleh imbalan kerja.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud imbalan kerja ?
b. Apa cakupan dari PSAK 24 ?
c. Apa saja jenis-jenis imbalan kerja ?
d. Bagaimana entitas yang tidak mengaplikasikan IFRS 4?

1.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui mengenai imbalan kerja
b. Untuk mengetahui isi dari PSAK No 24
c. Untuk mengetahui jenis-jenis imbalan kerja
d. Untuk mengetahui entitas yang tidak mengaplikasikan IFRS 4

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Imbalan Kerja

Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yangdiberikan oleh entitas sebagai
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen.

2.2. PSAK 24 tentang Imbalan Kerja

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 24 (PSAK 24) ini mengatur pernyataan


akuntansi tentang imbalan kerja di perusahaan. Penerapan PSAK 24 dilatar belakangi oleh UU
No 13 Tahun 2003 (UU Ketenagakerjaan) tentang imbalan kerja yang secara umum yang
mengatur  mengenai tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan
istirahat panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Imbauan-
imbauan yang ada dalam UU Ketenagakerjaan tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan
Perusaaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja
dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di dalam UU Ketenagakerjaan.
Dengan berlakunya UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah
pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki jumlah karyawan
ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya cash flow
perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK  24
mengharuskan perusahaan untuk membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran
pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi
kerja (entitas) untuk mengakui:
 Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah kerja
yang akan dibayarkan di masa depan  dan
 Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan
oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.

2.3. Jenis-jenis Imbalan Kerja

Terdapat empat jenis imbalan kerja, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Imbalan kerja jangka pendek

Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan

5
kerja) yang jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pekerja
memberikan jasanya.
Contoh Imbalan kerja jangka pendek mencakup upah, gaji, dan iuran jaminan sosial,
cuti-berimbalan jangka pendek (seperti cuti tahunan dancuti sakit) dimana ketidakhadiran
diperkirakan terjadi dalamwaktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja
memberikan jasanya bagi laba dan bonus terutang dalam waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa terkait; dan imbalan nonmoneter (seperti
perawatan kesehatan,perumahan, mobil serta barang dan jasa yang diberikansecara cuma-
cuma atau subsidi) untuk pekerja saat ini.

a. Pengukuran Imbalan Kerja Jangka Pendek Secara Umum

Jika pekerja memberikan jasa kepada entitas selama periode pelaporan, maka
entitas harus mengukur nilai yang diakui sesuai dengan paragraf 23.2 pada nilai tidak-
terdiskonto yang diperkirakan akan dibayar sebagai imbalan atas jasa tersebut.
b. Pengakuan dan Pengukuran – Cuti Berimbalan Jangka Pendek

Entitas mungkin mengkompensasi pekerja atas cuti untuk berbagai alasan


termasuk cuti tahunan dan cuti sakit Beberapa cuti berimbalan jangka pendek dapat
diakumulasi –cuti bisa digeser ke periode berikutnya dan digunakan untuk periode
mendatang jika pekerja tidak menggunakannya secara penuh pada periode berjalan.
Misalnya cuti tahunan dan cuti sakit. Entitas harus mengakui taksiran biaya cuti
berimbalan yang dapat diakumulasi ketika pekerja memberikan jasa yang meningkatkan
hak mereka atas imbalan cuti masa mendatang. Entitas harus mengukur taksiran cuti
berimbalan yang dapat diakumulasi pada jumlah tambahan yang diperkirakan akan
dibayar sebagai akibat tidak digunakannya hak yangterakumulasi pada akhir periode
pelaporan. Entitas harus menyajikan cuti berimbalan yang dapat diakumulasi yang tidak
digunakan yang diprediksi akan digunakan sebagai kewajibanlancar pada tanggal
pelaporan.   Entitas harus mengakui biaya cuti berimbalan (yang tidak dapat
diakumulasi) pada saat terjadinya cuti. Entitas harusmengukur biaya cuti berimbalan
yang tidak dapat diakumulasi pada jumlah gaji dan upah tidak-terdiskonto yang
dibayarkanatau terutang selama periode cuti.
c. Pengakuan – Bagi Laba dan Bonus
1) Entitas harus mengakui ekspektasi biaya untuk bagilaba dan bonus hanya jika
entitas telah memiliki kewajiban hukum atau kewajibankonstruktif kini untuk
melakukan pembayaran sebagaiakibat peristiwa masa lalu (ini berarti entitas tidak
memiliki alternatif realistis lainnya kecuali untuk melakukanpembayaran)
2) Estimasi kewajiban yang andal dapat dilakukan

6
2. Imbalan Pascakerja

Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang
terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.

Imbalan pascakerja termasuk misalnya:


1) Tunjangan pensiun
2) Imbalan pascakerja lain, seperti asuransi jiwa dan perawatan kesehatan pascakerja.

Perjanjian dimana entitas memberikan imbalan pascakerja adalah program imbalan 


pascakerja. Entitas harus menerapkan bagian ini untuk semua perjanjian tersebut baik entitas
terlibat atau tidak terlibat atas pendirian entitas terpisah yang menerima iuran dan membayar
imbalan. Dalam beberapa kasus, Perjanjian ini diwajibkan oleh hukum dan bukan sekadar
inisiatif entitas.
a) Program imbalan pascakerja diklasifikasikan sebagai program iuran pasti atau program
imbalan pasti, bergantung pada substansi ekonomis atas program sebagai turunan dari
syarat dan kondisi utamanya. Program iuran pasti adalah program imbalan pasca kerja
dimana entitas membayar iuran tetap kepada  entitas erpisah (dana) dan tidak memiliki
kewajiban hukum atau konstruktif untuk membayar iuran berikutnya atau melakukan
pembayaran langsung ke pekerja jika dana yang ada tidak mencukupi untuk membayar
seluruh imbalan pekerja terkait dengan jasa mereka pada periode kini dan periode lalu.
Sehingga jumlah imbalan pascakerja yang diterima pekerja ditentukan oleh jumlah iuran
yang dibayar oleh entitas (dan mungkin juga oleh pekerja) ke program imbalan
pascakerja atau perusahaan asuransi, ditambah hasil investasi iuran tersebut.
b) Program imbalan pasti adalah program imbalan pascakerja selain iuran pasti. Dengan
imbalan pasti, kewajiban entitas adalah menyediakan imbalan yang telah disepakati
kepada pekerja dan mantan pekerja, dan risiko aktuarial (dimana imbalan akan lebih
besar daripada yang diperkirakan) dan risiko investasi secara substantif berada pada
entitas. Jika pengalaman aktuarial atau investasi lebih buruk daripada yang
diperkirakan, maka kewajiban entitas akan meningkat.

a. Program Multi Pemberi Kerja dan Program Pemerintah

Pemerintah diklasifikasikan sebagai iuran pasti atau imbalan pasti berdasarkan


persyaratan dari program tersebut, termasuk setiap kewajiban konstruktif di luar
persyaratan formal. Namun, jika informasi yang memadai tidak tersedia untuk
menggunakan akuntansi imbalan pasti atas program multi pemberi pekerja yang
7
ditetapkan sebagai program imbalan pasti, maka entitas harus mencatat program
tersebut seolah-olah program tersebut ditetapkan sebagai program iuran pasti dan
membuat pengungkapan.
b. Imbalan yang Dijamin

Entitas mungkin membayar premi asuransi untuk program imbalan pascakerja.


Entitas harus memperlakukan program seperti ini sebagai program iuran pasti, kecuali
entitas memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif: (a)untuk membayar
imbalan kerja secara langsung ketika jatuh tempo, atau (b)untuk membayar jumlah
tambahan jika perusahaan asuransi tidak membayar seluruh imbalan kerja masa
mendatang terkait dengan jasa pekerja periode sekarang dan periode sebelumnya.
Kewajiban konstruktif dapat muncul secara tidak langsung melalui program, mekanisme
untuk penentuan premi masa mendatang, atau pihak yang mempunyai hubungan
istimewa yang memiliki hubungan dengan perusahaan asuransi. Jika entitas memiliki
kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif tersebut, maka entitas harus
memperlakukan program tersebut sebagai program imbalan pasti.
c. Pengakuan dan Pengukuran Imbalan Pascakerja: Program Iuran Pasti
- Sebagai kewajiban, setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar. Jika
pembayaran iuran melebihi iuran yang terutang sebelum tanggal pelaporan, maka
entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset.
- Sebagai beban, kecuali kecuali Bab lain mensyaratkan biaya tersebut diakui sebagai
bagian biaya perolehan suatu aset seperti persediaan atau aset tetap.
d. Pengakuan Imbalan Pasca-Kerja: Program Imbalan Pasti
- kewajiban atas kewajiban yang timbul dalam program imbalan pasti neto setelah
aset program (kewajiban imbalan pasti atau defined benefit liability) dan
- mengakui perubahan neto dalam kewajiban tersebut selama periode sebagai biaya
program imbalan pasti selama periode tersebut
e. Pengukuran Kewajiban Imbalan Pasti

Entitas harus mengukur kewajiban imbalan pasti untuk kewajiban dalam program
imbalan pasti pada nilai neto dari total jumlah berikut:
- nilai kini dari kewajiban dalam program imbalan pasti (kewajiban imbalan pasti
atau defined benefit obligation) pada tanggal pelaporan (paragraf 23.15-23.20
memberikan panduan cara untuk mengukur kewajiban ini), dikurang;
- nilai wajar aset program pada tanggal pelaporan (jika ada) yang digunakan untuk
menutup secara langsung kewajiban tersebut.

3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya

8
Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja(selain imbalan
pascakerja dan pesangon pemutusan kerja) yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu
12 bulan setelah pekerja memberikan jasanya; dan
Imbalan kerja yang  termasuk dalam imbalan kerja jangka panjang lainnya,
meliputi  misalnya:
a. kompensasi cuti  jangka panjang seperti cuti pengabdian atau cuti hari raya;
b. imbalan pengabdian;
c. imbalan cacat jangka panjang;
d. bagi hasil dan bonus yang terutang 12 bulan atau lebih setelah akhir periode di mana
pekerja memberikan jasa terkait;
e. kompensasi yang ditunda yang dibayarkan 12 bulan atau lebih setelah akhir periode
kompensasi tersebut diperoleh.

Entitas harus mengakui kewajiban untuk imbalankerja jangka panjang lainnya yang
diukur pada  nilai neto dari total jumlah berikut:
a. nilai kini kewajiban  imbalan kerja pada tanggal pelaporan,dikurang
b. nilai wajar aset program pada tanggal pelaporan (jika ada) di luar kewajiban yang akan
diselesaikan secara langsung.

Prinsip Umum Pengakuan Untuk Seluruh Imbalan Kerja


a. Sebagai kewajiban, setelah dikurang jumlah yang telah dibayar baik secara langsung
kepada pekerja atau sebagai kontribusi kepada dana imbalan kerja. Jika pembayaran
kontribusi melebihi kewajiban yang timbul dari jasa sebelum tanggal pelaporan, maka
entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset dibayar dimuka yang aka
mengurangi pembayaran masa datang atau sebagai pengembalian kas.
b. Sebagai beban, biaya tersebut diakui sebagai bagian biaya perolehan suatu aset seperti
persediaan atau aset tetap.

4. Pesangon Pemutusan Kerja

Perjanjian kontraktual atau perjanjian lainnya dengan pekerja atau perwakilan


pekerja atau oleh kewajiban konstruktif berdasarkan praktik bisnis, kebiasaan atau
keinginan untuk bertindak adil, untuk melakukan pembayaran (atau menyediakan imbalan
lainnya) kepada pekerja ketika memberhentikan pekerjanya. Pembayaran tersebut adalah
pesangon pemutusan kerja.
Untuk setiap kategori pesangon pemutusan kerja yang diberikan oleh entitas kepada

9
pekerja, maka entitas harus mengungkapkan sifat imbalan, kebijakan akuntansi, dan jumlah
atas kewajiban dan status pendanaan pada tanggal pelaporan. Ketika terdapat ketidakpastian
tentang jumlah pekerja yang akan menerima tawaran pesangon pemutusan kerja, maka
timbul kewajiban kontinjensi. Bab 18 Kewajiban Diestimasi dan Kontijensi mensyaratkan
entitas untuk mengungkapkan informasi tentang kewajiban kontijensi kecuali kemungkinan
terjadinya penyelesaian kecil sekali.

a. Pengakuan pesangon pemutusan kerja

Karena pesangon pemutusan kerja tidak memberikan entitas manfaat ekonomi


masa datang, maka entitas harus segera mengakuinya sebagai beban dalam laporan laba
rugi. Ketika entitas mengakui pesangon pemutusan kerja, entitas juga mencatat
pengurangan atas tunjangan pensiun atau imbalan kerja lainnya.

Entitas harus mengakui pesangon pemutusan kerja sebagai kewajiban dan beban hanya
ketika entitas mampu menunjukkan komitmen, baik:
- memutus masa kerja pekerja atau sekelompok pekerja sebelum masa pensiun
normalnya;
- memberikan pesangon pemutusan kerja sebagai akibat penawaran yang dibuat
dalam rangka pengurangan jumlah pekerja secara sukarela.
b. Pengukuran pesangon pemutusan kerja

Entitas harus mengukur pesangon pemutusan kerja pada estimasi terbaik


pembayaran yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban pada tanggal
pelaporan. Dalam kasus penawaran pengurangan pekerja secara sukarela, pengukuran
pesangon pemutusan kerja harus berdasarkan jumlah pekerja yang diekspektasikan akan
menerima tawaran tersebut. Ketika pesangon pemutusan kerja terutang lebih dari 12
bulan setelah akhir periode pelaporan, nilainya harus diukur pada nilai kini terdiskonto.
c. Pengungkapan pesangon pemutusan kerja
1) Program Iuran Pasti.

Entitas harus mengungkapkan jumlah biaya iuran pasti untuk periode dan jumlah yang
diakui dalam laporan laba rugi sebagai beban untuk program iuran pasti. Jika entitas
memperlakukan program imbalan pasti multi pemberi kerja sebagai program iuran pasti
karena informasi yang memadai tidak tersedia untuk menggunakan akuntansi imbalan
pasti, maka entitas harus mengungkapkan fakta bahwa program tersebut adalah program
imbalan pasti dan alasan dicatat sebagai program iuran pasti, bersama dengan semua
informasi yang tersedia mengenai surplus atau defisit program dan implikasinya
terhadap entitas (jika ada).

10
2) Program Imbalan Pasti
- Entitas harus mengungkapkan informasi berikut tentang program imbalan pasti
(kecuali program multi pemberi kerja yang dicatat sebagai program iuran pasti
sesuai. Jika entitas memiliki lebih dari satu program imbalan pasti, maka
pengungkapan ini dibuat secara total  terpisah untuk setiap program atau
pengelompokkan tersebut dianggap paling bermafaat: penjelasan umum jenis
program, termasuk kebijakan pendanaan.
- kebijakan akuntansi entitas untuk mengakui keuntungan dan kerugian aktuarial
(dalam laporan laba rugi atau ekuitas) dan jumlah atas keuntungan dan kerugian
aktuarial yang diakui selama periode berjalan.
- penjelasan naratif jika entitas menggunakan penyederhanaan pada paragraf 23.17
dalam mengukur kewajiban imbalan pasti.
- tanggal penilaian aktuarial komprehensif paling kini dan (jika tidak dilakukan pada
periode pelaporan) penjelasan mengenai penyesuaian untuk mengukur kewajiban
imbalan pasti pada tanggal pelaporan.
- rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kewajiban imbalan pasti yang menunjukkan
keuntungan dan kerugian aktuarial yang diakui selama periode
- rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir atas nilai wajar aset program dan saldo awal
dan saldo akhir setiap hak penggantian yang diakui sebagai aset, ditunjukkan secara
terpisah

2.4. Entitas Yang Tidak Mengaplikasikan IFRS 4

Entitas tidak boleh menerapkan IFRS ini ke:


a. Jaminan produk yang dikeluarkan langsung oleh produsen, dealer, atau pengecer (lihat
IAS 18 Pendapatan dan IAS 37 Provisi, Kewajiban Kontinjensi dan Kontinjensi
Aktiva).
b. Aset dan kewajiban pemberi kerja berdasarkan program imbalan kerja (lihat PSAK 19
Imbalan Kerja dan Pembayaran Berbasis Saham IFRS 2) dan manfaat pensiun
kewajiban yang dilaporkan oleh program pensiun manfaat pasti (lihat PSAK 26
Akuntansi dan Pelaporan dengan Rencana Manfaat Pensiun).
c. Hak kontraktual atau kewajiban kontraktual yang bergantung pada penggunaan masa
depan, atau hak untuk menggunakan, item non-keuangan (misalnya, beberapa biaya
lisensi, royalti, pembayaran sewa kontinjensi dan item serupa), sebagai serta jaminan
nilai sisa lessee yang tertanam dalam sewa pembiayaan (lihat IAS 17 Sewa, IAS 18
Pendapatan dan IAS 38 Aset Tak Berwujud)
d. Kontrak jaminan keuangan kecuali penerbit telah menegaskan sebelumnya secara
eksplisit menganggap kontrak tersebut sebagai kontrak asuransi dan memiliki akuntansi
yang digunakan yang berlaku untuk kontrak asuransi, dalam hal ini penerbit dapat
memilih untuk menerapkan IAS 32, IFRS 7 dan IFRS 9 atau IFRS ini ke kontrak
jaminan keuangan semacam itu. Penerbit dapat membuat pemilihan itu kontrak demi
kontrak, tetapi pemilihan untuk setiap kontrak tidak dapat dibatalkan.
e. Hutang imbalan atau piutang kontinjensi dalam suatu bisnis kombinasi (lihat IFRS 3
11
Kombinasi Bisnis).
f. Kontrak asuransi langsung yang dimiliki entitas (yaitu kontrak asuransi langsung di
mana entitas adalah pemegang polis). Namun, cedant harus menerapkan ini IFRS untuk
kontrak reasuransi yang dimilikinya.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja diatur dalam PSAK 24. PSAK 24
membagi imbalan kerja menjadi beberapa kelompok: (1) imbalan kerja jangka pendek; (2)
imbalan pascakerja; dan (3) imbalan kerja jangka panjang; dan (4) pesangon pemutusan
kerja.

1. Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan
kerja) yang jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode
pekerja memberikan jasanya.

2. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang
terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja(selain imbalan
pascakerja dan pesangon pemutusan kerja) yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan setelah pekerja memberikan jasanya.
4. Pesangon pemutusan kerja adalah Perjanjian kontraktual atau perjanjian lainnya
dengan pekerja atau perwakilan pekerja atau oleh kewajiban konstruktif berdasarkan
praktik bisnis, kebiasaan atau keinginan untuk bertindak adil, untuk melakukan
pembayaran (atau menyediakan imbalan lainnya) kepada pekerja ketika
memberhentikan pekerjanya.

3.2. Saran

Semua perusahaan di Indonesia wajib mematuhi undang-undang ketenagakerjaan


Nomor 13 Tahun 2003 (UUK)Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di
Peraturan Perusahaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan
12
Serikat Pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di UUK.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35242993/MAKALAH_PSAK_No_24_IMBALAN_KERJA
https://asdarmunandar.blogspot.com/2012/01/imbalan-kerja.html?m=1
https://spn.or.id/terapkan-psak-24-di-setiap-perusahaan/

13

Anda mungkin juga menyukai