Lapres Agroklimatologi Revisi 2
Lapres Agroklimatologi Revisi 2
Lapres Agroklimatologi Revisi 2
PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
Disusun Oleh:
Golongan A2
Fakultas Pertanian
Surabaya
2019
Nama Anggota Golongan A2
1. Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberi kami kesehatan dan kelancaran
disaat praktikum biologi berlangsung.
2. Kedua Orang Tua kami tercinta, yang senantiasa mendukung selama magang
berlangsung.
3.Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MMT selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa
Timur.
4. Ibu Dr. Ir. Nora Agustien K., MP selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Jawa Timur.
i
7. Teman – teman kuliah dan semua pihak bersangkutan yang tidak bisa kami
sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu kami dalam pelaksanaan
praktikum dan penyelesaian laporan ini.
Kami akui bahwa penyusunan laporan ini sangat jauh dari kata sempurna, tapi
kami berharap laporan ini telah memenuhi syarat yang telah ditentukan. Kami
mohon maaf sebanyak – banyaknya bila ada kesalahan dalam pemilihan kata –
kata, penyebutan gelar dan yang lain.
Hormat Kami,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
I. PENGUKURAN LAMA PENYINARAN MATAHARI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
3.2.1 Alat 5
3.2.2 Bahan 5
3.3 Cara Kerja 5
4.2 Pembahasan 7
BAB V PENUTUP 10
5.1 Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
II. PENGUKURAN SUHU TANAH DAN SUHU UDARA 13
BAB I PENDAHULUAN 14
1.1 Latar Belakang 14
1.2 Tujuan 15
iii
3.2 Alat dan Bahan 18
3.2.1 Alat 18
3.2.2 Bahan 18
3.3 Cara Kerja 18
4.2 Pembahasan 21
BAB V PENUTUP 22
5.1 Kesimpulan 22
DAFTAR PUSTAKA 23
III. PENGUKURAN KELEMBABAN NISBI 24
BAB I PENDAHULUAN 25
1.1 Latar Belakang 25
1.2 Tujuan 26
3.2.1 Alat 29
3.2.2 Bahan 29
3.3 Cara Kerja 29
4.2 Pembahasan 31
BAB V PENUTUP 32
iv
5.1 Kesimpulan 32
DAFTAR PUSTAKA 33
IV. PENGUKURAN CURAH HUJAN 34
BAB I PENDAHULUAN 35
1.1 Latar Belakang 35
1.2 Tujuan 36
3.2.1 Alat 40
3.2.2 Bahan 40
3.3 Cara Kerja 40
4.2 Pembahasan 43
BAB V PENUTUP 46
5.1 Kesimpulan 46
DAFTAR PUSTAKA 47
V. PENGUKURAN EVAPORASI 48
BAB I PENDAHULUAN 49
1.1 Latar Belakang 49
1.2 Tujuan 49
3.2.1 Alat 52
v
3.2.2 Bahan 52
3.3 Cara Kerja 52
4.2 Pembahasan 53
BAB V PENUTUP 55
5.1 Kesimpulan 55
DAFTAR PUSTAKA 56
VI. PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN 57
BAB I PENDAHULUAN 58
1.1 Latar Belakang 58
1.2 Tujuan 59
3.2.1 Alat 62
3.2.2 Bahan 62
3.3 Cara Kerja 62
4.2 Pembahasan 64
BAB V PENUTUP 66
5.1 Kesimpulan 66
DAFTAR PUSTAKA 67
VII. PENENTUAN KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA 68
BAB I PENDAHULUAN 69
1.1 Latar Belakang 69
1.2 Tujuan 70
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 71
Bab III METODOLOGI PRAKTIKUM 73
3.2.1 Alat 73
3.2.2 Bahan 73
3.3 Cara Kerja 73
4.2 Pembahasan 76
BAB V PENUTUP 79
5.1 Kesimpulan 79
DAFTAR PUSTAKA 80
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
MATERI I PENGUKURAN LAMA
PENYINARAN MATAHARI
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Pembacaan data dihasilkan oleh suatu alat pengukur cuaca disebut dengan
pengamatan cuaca. Berdasarkan petunjuk dari badan meteorologi dan geofisika,
pembacaan data dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dan jam yang sudah
dilakukan. Radiasi yang diukur adalah jumlah energi radiasi yang sampai
dipermukaan bumi dalam sehari. (Arifin,dkk.,2010).
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Radiasi adalah suatu istilah yang berlaku untuk banyak proses yang
melibatkan pindahan tenaga oleh gaya elektromagnetik. Gaya radiatif
pemindahan kalor dalam dua pengakuan penting dari yang memimpinkan
konveksi gaya, tidak ada medium yang diperlukan dan pindahan tenaga
adalah sebanding kepada kuasa kelima atau keempat dari temperature (Pitts
dan Sissom, 2001). Radiasi surya merupakan unsur penting dalam pertanian.
Pertama, cahaya merupakan sumber energi bagi tumbuhan hijau melalui
proses fotosintesis diubah menjadi tenaga kimia. Kedua, radiasi memegang
peranan sebagai sumber energi dalam proses evaporasi yang menetukan
kebutuhan air tanaman (Wisnubroto, 2005)
3
karena bumi sangat padat, maka radiasi ini bukan ditangkis, melainkan
dikembalikan satu arah ke atmosfer (proses ini biasanya disebut refleksi).
Es dan salju merefleksi hampir kebanyakan dari radiasi matahari yang
sampai ke permukaan bumi, sedangkan laut merefleksi sangat sedikit. Pada
waktu radiasi surya memasuki sistem atmosfer menuju permukaan bumi
(daratan dan lautan), radiasi tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas, aerosol,
serta awan yang ada di atmosfer. Sebagian akan diserap dan sisanya
diteruskan ke permukaan bumi berupa radiasi langsung (direct) maupun
radiasi baur (diffuse). Radiasi langsung adalah radiasi yang tidak mengalami
proses pembauran oleh molekul-molekul udara, uap dan butir-butir air serta
debu di atmosfer seperti yang terjadi pada radiasi baur. Jumlah kedua
bentuk radiasi ini dikenal dengan “radiasi global”. Alat pengukur radiasi
surya yang terpasang pada stasiun-stasiun klimatologi (Handoko, 2003).
Lama penyinaran adalah periode (dalam jam) matahari bersinar
cerah. Faktor yang menentukan lama penyinaran adalah penutupan awan,
semakin lama penutupan awan maka lama penyinaran berkurang. Jadi, lama
penyinaran memang sangat ditentukan oleh keadaan awannya. Sebagai
contoh, kita tahu bahwa keadaan matahari menyinari Indonesia sekitar 11-
12 jam, namun lama penyinaran maksimumnya sekitar 8 jam. Untuk
menentukan lama penyinaran ini ada alat ukur yang digunakan, bernama
alat ukur Cambell Stokes. Penggunaannya adalah dengan melihat keadaan
kertas pias sampai terbakar. (Harni Suci, 2014)
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
2. Penggaris
3. Handphone
3.2.2 Bahan
1. Kertas Pias
5
4. Mengamati kertas pias dengan solarimeter selama satu jam sampai
titik pada kertas pias terbakar
5. Mendokumentasikan hasil pengamatan
6. Mengambil kertas pias yang berada di solarimeter lalu mengukur
panjang bagian kertas pias yang terbakar dengan penggaris untuk
mengetahui lama penyinaran matahari
7. mengembalikan alat dan bahan ke tempat semula
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Gambar Keterangan
.
1. Panjang kertas pias yang
terbakar 3,1 cm. Lama
penyinaran sinar matahari
didapat dari
3,1cm
=2,44 cm/ jam.
1,27
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang radiasi surya, yang salah satu
unsurnya adalah lama penyinaran surya. Lama penyinaran surya diukur dengan
alat yang bernama Campbell Stokes. Campbell Stokes terdiri dari 3 unsur utama
yaitu bola kristal, besi penyangga, dan kertas pias yang terdiri dari 3 macam
(lengkung pendek, lurus, dan lengkung panjang). Masing-masing kertas pias
digunakan dalam waktu tertentu, seperti kertas pias lengkung panjang digunakan
pada Lintang Utara yang panjang harinya relatif panjang, sebaliknya dengan
kertas pias lengkung pendek. Sedangkan kertas pias lurus digunakan saat matahari
berada tepat diatas pengamat (equator).
7
penyinaran matahari ditulis dalam satuan jam, nilai persepuluhan, atau dalam
satuan persen terhadap panjang hari maksimum.
8
tempatnya, sehingga pembakaran pada kertas pias tidak sesuai atau bekas
penyinaran yang terekam pada kertas pias tidak selalu membentuk garis lurus
yang mudah dihitung. Menurut Arrifin, dkk (2010) berpendapat bahwa kesalahan
pengamatan dapat dikurangi saat melakukan “checking” secara periodik pada jam
pengamatan atau “cross checking” pada saat analisa. Hal ini juga diperkuat
dengan literatur Hanum (2009) yang menyatakan bahwa jika matahari bersinar
sepanjang hari maka akan diperoleh jejak kertas pias yang tidak terputus-putus.
Tetapi, jika matahari bersinar terputus-putus misalnya karena terhalang awan,
angin, hujan, dan sebagainya maka jejak kertas pias pun akan terputus-putus.
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Yulianda, Subekti, Gede Sarya, RA Retno Hastijanti. 2015. Pengaruh
Perubahan Intensitas Matahari Terhadap Daya Keluaran Panel
Surya. Jurnal Pengabdian Masyarakat LPPM Untag Surabaya. Vol.
1, No. 2: 193-202.
12
MATERI II PENGUKURAN SUHU
TANAH DAN SUHU UDARA
13
BAB I
PENDAHULUAN
14
1.2 Tujuan
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan
indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Berbagai jenis termometer dibuat
berdasarkan pada beberapa sifat termometrik zat seperti pemuaian zat padat,
pemuaian zat cair, pemuaian gas, tekanan zat cair, tekanan udara, regangan zat
padat, hambatan zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi benda)
(Setiabudidaya, 2008).
Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala
tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan
adalah derajat celcius (0C). Sedangkan di Inggris dan beberapa Negara lainnya
dinyatakan dalam derajat Fahrenheit (0F) (Ir. Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2004)
Suhu tanah adalah salah satu faktor terpenting yang dapat mendukung
aktivitas mikrobiologi dan proses penyerapan unsur hara oleh tanaman. Suhu
tanah sangat bergantung pada besarnya radiasi surya yang di berikan oleh
matahari. Suhu tanah pada saat siang dan malam sangat berbeda, pada siang hari
ketika permukaan tanah dipanasi matahari, udara yang dekat dengan permukaan
tanah memperoleh suhu yang tinggi, sedangkan pada malam hari suhu tanah
semakin menurun (Rayadin dkk., 2016). Lubis (2007) menambahkan suhu tanah
berpengaruh terhadap penyerapan air. Semakin rendah suhu, maka sedikit air yang
diserap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat
16
menyebabkan kelayuan tanaman. Faktor-faktor yang menentukan kelembaban
tanah adalah curah hujan, jenis tanah, dan laju evapotranspirasi, dimana
kelembaban tanah akan menentukan ketersediaan air dalam tanah bagi
pertumbuhan tanaman (Djumali & Mulyaningsih, 2014).
17
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
1. Alat tulis
2. Lembar Pengamatan
3. Stopwatch
5.Termometer Tanah
6. Handphone
3.2.2 Bahan
1. Tanah
18
3. Memasukkan Termometer Tanah pada pipa dengan kedalaman
15 cm
19
BAB IV
No Gambar Keterangan
.
1.
20
4.2 Pembahasan
Matahari adalah sumber energi pada peristiwa yang terjadi dalam atmosfer
yang di anggap penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari merupakan
penyebab utama perubahan pergerakan atmosfer, sehingga dapat dianggap sebagai
pengendali iklim dan cuaca yang benar (Trewartha,2009). Seperti yang dijelaskan
bahwa matahari dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca, ini artinya matahari
ini dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran suhu tanah dan apa faktor suhu
udara.
Tmax .+Tmin .
T=
2
21
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, S.K. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. Universitas Sumatera.
Medan. USU
23
MATERI III PENGUKURAN
KELEMBABAN NISBI
24
BAB I
PENDAHULUAN
25
termometer bola basah. Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya,
karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di
musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan
tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik
turunnya suhu udara.
1.2 Tujuan
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat meteorologi umumnya ada dua macam yaitu jenis biasa bukan
pencatat dan jenis pencatat. Contoh jenis alat biasa adalah termometer,
psikromrter, dan sebagainya. Alat pencatat misalnya termograf dan sebagainya.
Untuk jenis alat pencatat biasanya dilengkapi dengan jam (waktu) dan pias (chart)
yang diganti tiap hari untuk pias harian dan tiap minggu untuk pias mingguan.
Biasanya pias ini dilengkapi dengan pias yang pembuatannya biasnya didasarkan
pada bentuk dan cara membersihkan pena, (Tjasyono, 2008).
27
Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang
berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah
uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam
udara yang dinyatakan sebagai berat per satuan udara (misalnya gram per
kilogram udara). Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang
mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian,
keragaman vertical dan horizontal. (Umar,2010).
1. Pengaruh tanah dan air, semakin banyak jumlah uap air baik diudara maupun
didalam tanah, maka kelembapan akan semakin tinggi.
2. Ada atau tidaknya vegetasi, semakin rapatnya jarak antara vegetasi maka
kelembapan makin tinggi, namun suhu akan menjadi sangat rendah.
28
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1. Alat
3.2.1. Bahan
1. Air.
29
BAB IV
Gambar Keterangan
Gambar 3.1
Termometer Bola
Basah dan Bola
Kering
= 31 – 23
= 8⁰C
Jadi, sesuai dengan tabel kelembabab relatif (%) dengan selisih suhu bola
kering dan bola basah adalah 8⁰C dan dilihat suhu bola keringnya 31⁰C,
maka diperoleh kelembaban nisbinya sebesar 49%.
4.2. Pembahasan
30
Kelembaban udara adalah ukuran banyaknya uap air di udara. Sedangkan
kelembaban nisbi adalah perbandingan antara kelembaban udara aktual dengan
kapasitas udara untuk menampung air. Pada praktikum ini alat uang digunakan
untuk mengukur kelembaban udara adalah thermometer bola basah dan bola
kering. Thermometer ini dipasang tegak dan diletakkan di dalam sangkar
stevenson.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu yang ada pada bola kering
setelah didiamkan selama 30 menit di dalam sangkar steven son adalah sebesar
31⁰C sementara suhu bola basahnya sebesar 23⁰C. Nilai presentasi kelembaban
nisbi (relative humidity (RH)) dapat dihitung melalui tabel kelembaban relatif
yang diperoleh berdasarkan selisih suhu bola kering dan suhu bola basah yaitu
sebesar 8⁰C. Mengacu pada tabel kelembaban, didapatkan bahwa presentase
kelembaban nisbinya adalah 49%. Presentase nilai RH ini hampir mendekati ideal,
kelembaban ideal ada pada angka 50-55%. Menurut Departemen Geofisika dan
Meteorologi, IPB (2012) RH lebih tinggi pada malam hari dibandingkan siang
hari, karena tekanan uap jenuh semakin tinggi dengan naiknya suhu udara
sedangkan tekanan uap aktual relatif tetap pada siang maupun malam hari.
BAB V
31
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
32
Handoko. 2002. Klimatologi Dasar. Bogor: FMIPA IPB.
33
MATERI IV PENGUKURAN CURAH
HUJAN
BAB I
34
PENDAHULUAN
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi millimeter (mm) diatas
permukaan horizontal. Curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air
hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap,
dan tidak mengalir.
35
Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut sebagai bidang front karena
lebih berat massa udara dingin lebih berada dibawah. Di sekitar bidang front
inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal. Hujan muson atau
hujan musiman, yaitu hujan yang terjadi karena angin musim (angin muson).
Penyebab terjadinya angin muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan
matahari antara garis balik utara dan garis balik selatan.
BAB II
36
TINJAUAN PUSTAKA
37
pupuk bagi tumbuhan. Meskipun air hujan sangat penting bagi kehidupan.
Namun, di pihak lain Indonesia belum mampu mengamati fenomena banyaknya
curah hujan yang terjadi pada suatu tempat secara otomatis dan tercatat pada
database. Akibatnya data curah hujan tidak dapat dimanfaatkan.
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau
yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang
masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang
luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah
tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari
pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut
penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar
seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 m dari
permukaan tanah. (Jumin, 2002).
Jenis-jenis hujan berdasarkan curah hujan (definisi BMG)
· hujan sedang, 20 - 50 mm per hari
· hujan lebat, 50-100 mm per hari
· hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.
Air hujan terdiri atas : ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlo, bikarbinat,
dan sulfat ynag merupakan jumlah yang besar bersama-sama. Ammonia, nitra,
nitrit, nitrogen, dan susunan-susunan nitrogen lain. Bagian yang kecil misalnya:
iodine, bromine, boron, besi, almunium, dan silica. Asal unsur-unsur ini adalah
lautan, sungai-sungai atau danau, permukaan tanah, vegetasi, industri, dan
gunung-gunung berapi. Air hujan pH-nya berkisar antara 3,0-9,8.
(Wisnubroto, 2006).
Disini hujan dapat didefenisikan sebagai bentuk endapan yang sering
dijumpai,dan endapan merupakan curah hujan. Endapan disini dapat berbentuk
seperti hujan, gerimis, salju, dan batu es hujan (hail). Didaerah tropis hujannya
lebih lebat dari pada di daerah lintang tinggi. Garis yang menghubungkan titik-
titik dengan curah hujan sama selama periode tertentu disebut isohyet. Distribusi
curah hujan bulanannya kebalikan dari jenis monson. Pola curah hujan jenis lokal
lebih banyak dipengaruh oleh lokal. Daerah yang memiliki jenis lokal yang sangat
sedikit yaitu daerah ambon. (Bayong Tjasjono, 2007)
38
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
39
3.1 Waktu dan Tempat
3.2.1 Alat
3. Alat tulis
4. Lembar pengamatan
5. Selang Air
6. Stopwatch
3.2.2 Bahan
1. Air
40
6. Menulis data curah hujan
41
BAB IV
No Gambar Keterangan
.
1.
4.1.1 Perhitungan
Lo = ᴫ x r2
Lo = 3,14 x 202
Lo = 3,14 x 400
Lo = 1256
Untuk menghitung besar curah hujan adalah volume air dibagi dengan luas
bidang samping pada penakar.
42
Besar curah hujan yang didapat sebesar 0,159 mm. Untuk mengukur
intensitas hujan menggunakan rumus:
` I = CH/W
Keterangan:
I = Intensitas hujan
W = Waktu (Jam)
I = 0,159 x 4
I = 0,636 mm
4.2 Pembahasan
Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat yang
bernama ombrometer tipe observatorium. Alat ini adalah alat pengukur hujan
yang terdiri dari corong dan botol penampung yang berada di dalam tabung
silinder. Alat ini ditempatkan di tempat terbuka yang tidak dipengaruhi oleh
pohon-pohon dan gedung-gedung yang ada disekitarnya. Air hujan yang jatuh
akan tertampung di dalam tabung silinder. Dengan mengukur volume air yang
tertampung dan luas corong akan dapat diketahui kedalaman hujan. Curah hujan
yang kurang dari 0,1 mm dicatat sebagai 0,0 mm, yang harus dibedakan dengan
tidak ada hujan yang dicatat dengan (-) (Bambang Triatmojo, 2008).
Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama
periode tertentu bila tidak terjadi evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang
43
diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1 mm berarti air hujan pada bidang
seluas 1 m2 berisi 1 liter. Unsur-unsur hujan yang perlu diperhatikan ialah jumlah
curah hujan, dan intensitas atau kekuatan tetesan hujan (Arifin, 2010).
Hasil pengukuran curah hujan didapat sebesar 0,159 serta intensitas curah
hujan sebesar 0,636 mm. Menurut Linsley (1996), bentuk-bentuk hujan adalah
sebagai berikut:
1. Gerimis (dazzle), yang kadang-kadang disebut mist, terdiri dari tetes-tetes
air yang tipis, biasanya dengan diameter antara 0,1 dan 0,5 mm, dengan
kecepatan jatuh yang demikian lambatnya sehingga kelihatan seolah-olah
melayang dengan intensitas jarang melebihi 1 mm/jam.
2. Hujan (rain), terdiri dari tetes-tetes air yang mempunyai diameter lebih
besar dari 0,5 mm.
3. Glase dalam selimut es, biasanya bersih dan halus, yang terbentuk pada
permukaan yang terbuka oleh pembekuan atau air yang sangat dingin yang
diendapkan oleh hujan atau gerimis. Berat jenisnya dapat mencapai 0,8
sampai 0,9.
4. Rime adalah endapan butiran es yang tak tembus cahaya dan berwarna
putih, yang kurang lebih dipisahkan oleh udara yang tertangkap dan
terbentuk oleh pembekuan air dingin dengan sangat cepat menimpa benda-
benda yang terbuka. Berat jenisnya dapat serendah 0,2 sampai 0,3.
5. Salju adalah campuran kristal-kristal es yang sebagian besar berbentuk
heksagonal yang kompleks dan bercabang, dan umumnya menggumpal
menjadi kumpulan salju (snowflake), diameternya dapat mencapai
beberapa inci. Berat jenis rata-ratanya sering dianggap sebesar 0,1.
6. Hujan es (hail) adalah hujan dalam bentuk bola-bola es, yang dihasilkan
dalam awan-awan konvektif, kebanyakan cumolonimbus. Batu-batu es
(hailstones) dapat berbentuk sferadional, kerucut, atau bentuk yang tidak
beraturan, dan diameternya berkisar dari sekitar 5 sampai 125 mm. Berat
jenisnya sekitar 0,8 mm.
Serta Linsley (1996) juga mengemukakan jenis-jenis hujan berdasarkan intensitas
curah hujan, yaitu:
1) Hujan ringan, kecepatan jatuh sampai 2,5 mm/jam
44
2) Hujan menengah, kecepatan jatuh 2,5-7,6 mm/jam
3) Hujan lebat, lebih dari 7,6 mm/jam
45
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil data yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan yaitu intensitas curah
hujan sebesar 0,636 mm/jam merupakan hujan ringan yang dikategorikan sebagai
gerimis (dazzle).
46
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, MS. 2010. Modul Klimatologi. Jawa Timur: Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.
Linsley, R.K., Kohler, M.A., Paulhus, J.L, & Hermawan, Y. 1996. Hidrologi
Untuk Insinyur (Edisi Ketiga) Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jumin, Hasan Basri, 2002, Dasar-Dasar Agronomi, Jakarta: PT. Rajagrafindo.
47
MATERI V PENGUKURAN EVAPORASI
48
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
49
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Evaporasi juga dipengaruhi oleh sifat fisika atau kimia cairan. Evaporasi
ini juga menyebabkan hilangnya air dari suatu bahan ini merupakan bagian dari
proses pengeringan. Cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi
udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga tekanan uap
air bahan lebih besar daripada tekanan uap air diudara. Evaporasi terus-menerus
memerlukan pemindahan uap air dari permukaan sedikit ke atas, tanpa
memindahkan udara disekitarnya.
2. Kelembaban relatif
Udara yang semakin lembab maka penguapan kecil
3. Kecepatan angin
Makin cepat anginnya maka penguapan makin besar
50
4. Tekanan udara
Tekanan udara berpengaruh pada gerakan udara yang menimbulkan
angin
5. Sinar matahari
Radiasi matahari mempengaruhi suhu udara sehingga berpengaruh
terhadap penguapan
6. Vegetasi
Adanya tanaman di permukaan bumi akan mengurangi penguapan
dibanding dengan permukaan bumi yang gundul.
51
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
1. Evaporimeter
2. Penggaris Besi
3.2.2 Bahan
1. Air
2. Mengukur ketinggian air pada panci kelas A dengan empat mata arah yang
5. Mendokumentasikan hasil.
52
BAB IV
4.2 Pembahasan
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari
permukaan tanah dan permukaan air ke atmosfer. Pengamatan evaporasi yang
kami lakukan menggunakan evaporimater tipe Open pan atau panci terbuka. Hal
tersebut sesuai dengan Siswanti (2011), yang menyatakan bahwa evaporimeter
panci terbuka adalah alat untuk mengukur penguapan atau evaporasi.
Evaporasi yang kami lakukan tidak berjalan secara maksimal. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah pengukuran yang
dilakukan pada sore hari. Pada sore hari ini matahari tidak terlalu panas sehingga
suhu yang sampai ke bumi juga tidak terlalu besar dan menyebabkan penguapan
yang tinggi. Wati, dkk (2015) menyebutkan bahwa proses evaporasi
membutuhkan energi dari radiasi matahari dimana bahan laten dalam jumlah
banyak dipindahkan dari permukaan bumi ke atmosfer. Laju evaporasi bergantung
53
pada tiga faktor yaitu defisit tekanan uap air, suhu dan pergerakan udara. Selain
itu hasil pengamatan evaporasi yang tidak berjalan sempurna ini juga disebabkan
karena evaporasi merupakan komponen yang paling sulit diketahui atau diukur
diantara berbagai komponen daur hidrologi, karena interaksi yang kompleks yang
melibatkan komponen-komponen evaporasi di lahan, vegetasi dan sistem atmosfer
(Wati, dkk, 2015).
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
55
DAFTAR PUSTAKA
Wati, T., Hidayat, P., Ardhasena, S. (2015). Pengaruh Parameter Cuaca Terhadap
Proses Evaporasi pada Interval Waktu Yang Berbeda. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika Vol. 16 No. 3 Tahun 2015: 155-165
(online). (http://puslitbang.bmkg.go.id). Diakses 27 November 2019.
56
MATERI VI PENGUKURAN
KECEPATAN ANGIN
57
BAB 1
PENDAHULUAN
Angin adalah aliran udara yang terjadi diatas permukaan bumi, yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan udara pada dua arah yang berdekatan.
Perbedaan tekanan ini disebabkan oleh suhu udara sebagai akibat perbadaan
pemanasan permukaan bumi oleh matahari. Semakin besar tekanan udara maka
semakin kencang pula angin yang akan ditimbulkan. Angin lokal contohnya
terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara di dua tempat yang berdekatan
seperti di laut dan di darat. Ada 3 hal yang penting menyangkut sifat angin yaitu:
kekuatan angin, arah angin, dan kecepatan angin.
Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak
secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan
tetapi, perputaran bumi pada sumbunya akan menimbulkan gaya yang akan
mempengaruhi arah pergerakan angin.
58
Perbedaan tekanan udara menimbulkan aliran udara. Udara yang mengalir
disebut angin. Udara mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah.
1.2 Tujuan
59
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arah angin biasa dinyatakan dengan arah dari mana angin tersebut datang,
sedangkan kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam satuan meter/detik,
km/jam dan mil/jam. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin
disebut Anemometer. Ada beberapa jenis anemometer : Anemometer mangkuk
(cup anemometer), anemometer baling-baling (propeler anemometer)
anemometer arus konstan (constan current anemometer). Namun yang umum
digunakan adalah anemometer mangkuk. Kecepatan angin di alam biasanya dapat
dikenali dengan tanda-tanda yang diakibatkan oleh tiupan angin tersebut
(Soemeinaboedhy, 2006).
Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara
horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan
60
berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah
perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin
selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara
lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan
bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya, akan menimbulkan gaya
yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi
terhadap arah angin disebut pengaruh Coriolis (Lakitan,2002).
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya
kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan bumi. Hal ini
dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah mendapat tekanan udara
dari yang diatasnya. Oleh karena itu lapisan yang dibawah keadaan tegang.
Ketegangan itu sangat besar sehingga berat udara yang diatasnya bertahan dalam
keadaan seimbang. Tinggi barometer ialah panjang kolom air raksa yang
seimbang dengan tekanan udara pada waktu itu (Kensaku, 2002).
61
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
1. Anemometer
2. Tiang anemometer
3. Gawai
4. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Lembar Pengamatan
62
BAB IV
Gambar 6.1
Hasil Kecepatan 1 m
2 10 1,5 4,8 17,28
Gambar 6.2
Hasil Kecepatan 1,5 m
3. 10 2 5,8 20,88
Gambar 6.3
Hasil Kecepatan 2 m
4 10 2,5 7,3 26,28
Gambar 6.4
Hasil Kecepatan 2,5 m
Pembahasan
63
Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal
yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat
lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan
bumi, pada arah horizontal atau hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai
sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga
dikenal adanya angin basah, angin kering dan sebagainya. Sifat-sifat ini
dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu (1) daerah asalnya dan (2) daerah yang
dilewatinya dan (3) lama atau jarak pergerakannya.
64
Arah angin adalah arah dari mana tiupan angin berasal. Bila angin
itu datang dari selatan, maka arah anginnya adalah utara, datangnya dari
laut dan dinyatakan sebagai angin laut. Arah angin untuk daerah
dipermukaan biasanya dinyatakan dalam 16 arah kompas yang dikenal
dengan istlah Wind Rose, sedangkan untuk angin didaerah atas
dinyatakan dengan derajat dimulai dari arah utara bergerak searah jarum
jam sampai diarah yang bersangkutan. Bila tidak ada tiupan angin maka
arah angin dinyatakan dengan kode 00 dan bila angin berasal dari titik
utara dinyatakan dengan 3600.
BAB V
PENUTUP
65
5.1 Kesimpulan
2. Angin adalah aliran udara yang terjadi diatas permukaan bumi, yang
disebabkan oleh perbedaan tekanan udara pada dua arah yang berdekatan.
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut
Anemometer atau Anemograf. Faktor pendorong bergeraknya massa udara
adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
66
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi, Raja Grafindo Persada, Null.
67
MATERI VII PENENTUAN
KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
68
1.1 Latar Belakang
Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka
waktu tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu
tertentu. Dua unsur utama iklim adalah suhu dan curah hujan. Indonesia
sebagai daerah tropis ekuatorial mempunyai variasi suhu yang kecil,
sementara variasi curah hujannya cukup besar. Oleh karena itu, curah hujan
merupakan unsur iklim yang sering diamati dibandingkan suhu.
Dalam dunia pertanian, iklim sangat berpengaruh dalam tumbuh dan
berkembangnya suatu tanaman sehingga dalam penanaman tanaman
dibutuhkan penentuan iklim atau cuaca yang cocok agar tanaman dapat
berproduksi dengan baik. Klasifikasi iklim dapat membantu memudahkan
petani untuk menentukan letak penanaman yang cocok untuk suatu tanaman
sehingga dapat optimal pertumbuhannya
Unsur iklim mempengaruhi hampir semua aspek kegiatan pertanian baik
perencanaan jangka panjang, jangka pendek maupun sehari-hari. Kebutuhan
akan informasi iklim yang tepat guna semakin dirasakan strategis dalam
menunjang progam pertanian. Oleh karena itu, usaha yang paling bijaksana
adalah menyesuaikan pola pertanian dan jenis tanaman/komoditas pertanian
yang diusahakan dengan pola iklim setempat. penyesuaian tersebut harus
didasarkan kepada idensifikasi, pemahaman atau interprestasi yang tepat
terhadap iklim pada setiap agroekosistem dan lokasi spesifik atau lahan.
Dengan demikian dalam memilah-milah wilayah dengan kondisi iklim yang
sesuai untuk komoditas pertanian tertentu atau komoditas pertanian untuk
wilayah tertentu diperlukan idensifikasi dan interpretasi iklim yang lebih
komprehensif.
Suatu metode klasifikasi iklim berguna untuk memperoleh efisiensi
informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Bahwa tujuan klasifikasi
iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi
unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti
angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan
unsur aktif untuk tujuan khusus.
69
1.2 Tujuan
Mengetahui berbagai sistem klasifikasi iklim dan cara
mengklasifikasikannya.
70
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca dalam jangka waktu yang lama dan
meliputi tempat yang luas. Iklim dikaji dalam bidang klimatologi. Terjadinya
perbedaan iklim di muka bumi disebabkan oleh beberapa faktor yaitu rotasi dan
revolusi bumi yang berdasar pada garis lintang dan bujur, topografi bumi, tekanan
udara, luas permukaan tanah dan hutan. Pengklasifikasian iklim hanya memilih
data iklim yang mempengaruhi secara langsung aktivitas dalam bidang yang
diamati seperti pola tanam komoditas bahanpangan atau perkebunan
(Lakitan,2002). Oleh karena itu pembagian iklim disuatu tempat didasarkan pada
tiga tipe iklim. Pembagian iklim berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu tipe
iklim Mohr, tipe iklim Schmidt-Ferguson dan tipe iklim Oldeman (Dewi,2005).
Klasikasi iklim umumnya sangat spesifik yang diudasarkan atas tujuan
penggunannya, misalnya untuk kegunaan dibidang pertanian.
71
Klasifikasi iklim yang tepat digunakan untuk pemetaan pola tanam pada
bidang pertanian adalah klasifikasi iklim menurut Oldeman. Klasifikasi iklim
menurut Oldeman memakai unsur curah hujan sebagai dasar penentuan klasifikasi
iklimnya. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasrkan pada perhitungan bulan basah
(BB), bulan kering (BK), dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan
peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman (Fadholi dan
Supriyatin,2012). Tipe iklim Oldeman digunakan untuk pemetaan pola tanam padi
dan palawija sebagai bahan pangan. Komoditas tanaman yang cocok ditanam
berdasarkan iklim Oldeman adalah padi dan palawija dengan sistem pertanian
yang lebih maju dari tipe iklim sebelumnya. Bulan basah adalah suatu bulan yang
curah hujan rata-rata lebih besar dari 200 mm dan bulan kering adalah bulan yang
curah hujan rata-rata lebih besar dari 200 mm dan bulan kering adalah bulan yang
curah hujannya sama atau lebih kecil 100mm (Runtunwu dan Syahbudin, 2007).
72
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Alat Tulis
2. Kalkulator
73
4. Mengidentifikasi zona dan sub zona
5. Menentukan tanaman pertanian sesuai data yang diperoleh
74
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
TAHUN BB BL BK
2014 5 1 5
2015 4 2 3
2016 6 3 3
2017 9 1 2
2018 4 3 5
Rata−Rata BK
Q= x 100 %
Rata−Rata BB
75
3,6
Q= x 100%
5,6
4.2 Pembahasan
76
sedangkan pada musim kemarau tanaman akan menggugurkan daunnya untuk
mengurangi penguapan. Tanaman pada daerah hutan musiman merupakan tipe
tanaman tahunan yang tahan akan suhu tinggi dan mampu beradaptasi pada
musim hujan dan musim kemarau. Biasanya tanaman yang tumbuh adalah
tanaman homogen (satu jenis tanaman). Contoh tumbuhan yang tumbuh di hutan
musiman Banyuwangi yaitu Pilang (Acacia leucophloea), Widoro Bukol
(Ziziphus mauritiana), Mimba (Azadirachta indica).
Tanaman yang cocok di daerah Banyuwangi ialah padi dan palawija. Padi
adalah bahan makanan pokok rakyat Indonesia. Sistem pembudidayaan padi pada
umumnya dibagi menjadi dua yaitu padi sawah dan padi gogo (padi huma dan
padi ladang). Padi sawah semasa hidupnya selalu tergenang air, sedangkan padi
gogo dalam keaadaan tidak tergenang atau kering. Kombinasi ini disebut gogo
rancah, padi ditanam diawal musim hujan lalu saat musim hujan datang maka
akan tergenang air (Purwono dan Purnamawati, 2007). Tanaman padi dapat hidup
baik didaerah yang berhawa panas dengan suhu 32,5°C dan kelembaban yang
tinggi kira-kira 83,3% (Wiyono, 2010). Padi dapat tumbuh baik dengan curah
hujan rata-rata 200 mm per bulan (Dewi, 2005). Umumnya tanaman padi berumur
110 hari sampai 120 hari atau sering disebut umur genjah (Usman et al., 2014).
77
Palawija atau tanaman kedua setelah padi, biasa di tanam ketika air sudah
tidak mencukupi untuk menanam padi, selain membutuhkan waktu yang lama
padi membutuhkan banyak air, sementara palawija tidak, tanaman palawija dapat
tumbuh hanya dengan menyiram setiap hari, ataupun tidak sama sekali tergantung
kelembaban tanah itu sendiri. Beberapa jenis tanaman palawija yaitu mentimun,
kacang panjang, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar, wortel, kedelai, jagung dan
singkong. Curah hujan yang sesuai dengan tanaman palawija yaitu 1500-2500
mm/tahun. Kelembaban udara optimal yang diperlukan yaitu 60-65 %. Rata-rata
palawija ditanam pada awal musim kemarau agar bisa dipanen saat musim
penghujan (Purwono dan Purnamawati, 2007).
78
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
79
DAFTAR PUSTAKA
Usman, Z., U. Made dan Adriaton. 2014. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi
(Oryza sativa L.) Pada Berbagai Umur Semai Dengan Teknik Budidaya
SRI (system of rice intensification). J. Agrotekbis 2(1) : 32-37.
80