Teori Fungsionalisme Dan Neo-Fungsionalisme
Teori Fungsionalisme Dan Neo-Fungsionalisme
Teori Fungsionalisme Dan Neo-Fungsionalisme
NIM : 201810360311297
Dengan demikian, teori fungsionalisme ialah suatu paham dalam sosiologi yang
melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang bagian-bagian di dalamnya saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya dan bagian-bagian tersebut saling bergantung untuk
melakukan fungsinya. Jika terjadi perubahan pada salah satu bagian, maka akan
mempengaruhi dan menciptakan perubahan pula pada bagian lainnya. Asumsi dasar dalam
teori ini, yaitu pada sistem organisasi semua bagian harus berfungsi atau fungsional sehingga
masyarakat dapat berfungsi dengan baik pula. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih
Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu,
antropologis fungsional yaitu Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk
berbagai perspektif fungsional modern.
Konsep fungsional tersebut dapat dirumuskan kedalam tingkatan abstraksi mengenai
fungsi dalam aspek kebudayaan, yakni saling keterkaitannya secara otomatis, pengaruh dan
efeknya terhadap aspek lainnya; konsep oleh masyarakat yang bersangkutan; unsur-unsur
dalam kehidupan sosial masyarakat yang terintegrasi secara fungsional; esensi atau inti dari
kegiatan / aktifitas tersebut tak lain adalah berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan dasar
“biologis” manusia. Teori ini menggambarkan masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di
dalamnya terdapat bagian – bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut
mempunyai fungsi masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian
tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak
berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem.
Dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara
berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap
struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial itu. Demikian pula semua institusi yang ada
diperlukan oleh sistem sosial itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun.
Masyarakat dilihat dari kondisi dinamika dalam keseimbangan. Asumsi dasarnya adalah
bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika
tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya. Kalau
terjadi konflik, penganut teori fungsionalisme struktural memusatkan perhatiannya kepada
masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan.
teori neo-fungsionalisme tetap merupakan teori yang relevan dalam aspek - aspek
tertentu dari integrasi regional. Walaupun banyak dikritik dan hampir menghilang, teori neo-
fungsionalisme bangkit kembali pada masa 1980-an dan 1990-an. Hal ini disebabkan antara
lain oleh adanya European single market yang dianggap menandai fase baru kerja sama
ekonomi dan politik Eropa. Hal ini juga dianggap sebagai contoh dari spillover. Selain
itu, munculnya European Court of Justice juga menjadi contoh adanya otoritas dari organisasi
supranasional dan juga merupakan bukti adanya dinamika neo-fungsionalisme dalam EC.