Pemetaan Teori Sosiologi
Pemetaan Teori Sosiologi
Pemetaan Teori Sosiologi
dibutuhkan oleh industry dan system ekonomi kapitalis. Harapan utama dalam ekonomi
kapitalis adalah sebuah pasar bebas tempat memperjualbelikan berbagai produk industri.
Di dalam system ekonomi kapitalis inilah segelintir orang mendapat keuntungan sangat
besar sementara sebagian orang besar lainnya yang bekerja membanting tulang dalam
jam kerja yang panjang menerima upah yang rendah. Dari situasi seperti itulah
muncullah reaksi menentang system industry dan kapitalisme pada umumnya. (Ritzer,
2003: 7-8).
Kekuatan Intelektual dan Kemunculan Teori sosiologi
Secara keseluruhan, abad pencerahan ditandai oleh keyakinan bahwa manusia
mampu memahami dan mengontrol alam semesta dengan menggunakan akal (nalar) dan
riset empiris. Mereka berpendapat bahwa karena alam fisik didominasi oleh hokum
alam, maka dunia social pun ditentukan oleh suatu hokum tertentu. Karena itu, hakikat
dunia social dapat diketahui baik dengan menggunakan akal ataupun dengan riset.
Segera setelah mengetahui bagaimana cara dunia social bekerja, pemikir pencerahan
mempunyai tujuan praktis menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih rasional.
Dengan menekankan pada nalar, filsuf pencerahan cenderung menolak
keyakinan terhadap otoritas tradisional. Ketika para pemikir ini meneliti nilai dan
institusi tradisional, mereka menemukan ketidakrasionalan berlawanan dengan kodrat
manusia serta menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Misi pemikir
pencerahan yang berorientasi perubahan praktis itu adalah mengatasi system yang tak
rasional. Teorotisi yang sangat dipengaruhi secara langsung dan positif oleh pemikiran
pencerahan adalah Karl Marx. Tetapi ia merumuskan gagasan teoritis awalnya di
Jerman. (Ritzer, 2003: 11-13)
BAB II
TOKOH DAN TEORI SOSIOLOGI KLASIK
Perkembangan Teori Sosiologi Di Prancis
a. AUGUSTE COMTE (1798-1857)
Comte merupakan orang pertama yang menggunakan kata sosiologi dalam upaya
mempelajari tentang perilaku manusia. Meskipun Comte yang memberikan istilah
positivis, gagasan yang terkandung dalam kata itu bukan dari dia asalanya. Kaum
positivis percaya bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metodemetode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya.
Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organic yang kenyataannya lebih
dari pada sekedar jumlah bagian-bagian yang saling tergantung, tetapi untuk mengerti
kenyataan ini.
Comte berpendirian bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa
memperoleh pengetahuan tentang masyarakat menunutut penggunaan metode-metode
penelitian empiris dari ilmu-ilmu alam lainnya, merupakan sumbangannya ang tak
terhingga nilanya terhadap perkembangan sosiologi. Comte melihat perkembangan ilmu
tentang masyarakat yang bersifat alamiah ini sebaga puncak suatu proses kemajuan
intelektual yang logis melalui semua ilmu-ilmu lainnya.
Social statics dan social dynamics
Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian, yaitu apa yang disebut dengan
social statics dan social dynamics. Dengan social statics dimaksudkannya sebagai suatu
studi tentang hokum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu system
social. Bagian yang paling penting dari sosiologi menurut Comte adalah apa yang
disebutnya dengan social dynamics, yang didefinisikannya sebagai teori tentang
individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristik psikologis, biologis, atau
karakteristik individu lainnya. Lebih lagi karena gejala social merupakan fakta yang riil,
gejala-gejala itu dapat dipelajar dengan metode-metode empiric, yang memungkinkan
satu ilmu sejati tentang masyarakat dapat dikembangkan.
Di dalam bab petama dari Rules, Durkheim mendifinisikan fakta social sebagai
cara-cara bertindak, berpikir dan merasa, yang berada diluar indiidu dan dimuati dengan
sebuah kekuatan memaksa, yang karenanya hal-hal itu mengontrol individu itu. Fakta
social, menurut pendapatnya, berada diluar diri individu dalam arti bahwa fakta itu
dating kepadanya dari diluar dirinya sendiri dan menguasai tingkah lakunya. Karena itu,
para ilmuan social pasti memperlakukan fakta social sebagai benda-benda dengan cara
yang sama seperti ilmuan-ilmua alam memperlakukan objek-objek fisis yang
kenyataannya harus mereka terima dan jelaskan.
Karakteristik Fakta Sosial
Bagaimana gejala social itu benar-benar dapat dibedakan dari gejala yang benarbenar individual? Durkheim mengemukakan dengan tegas tiga karakteristik yang
berbeda: Pertama, gejala social bersifat eksternal terhadap individu. Karakteristik fakta
social yang Kedua adalah bahwa fakta itu memaksa individu. Jelas bagi Durkheim
bahwa individu dipaksa, di bimbing, di yakinkan, didorong atau dengan cara tertentu di
pengaruhi oleh pelbagai tipe fakta social dalam lingkungan sosialnya.
Karakteristik fakta social yang ketiga adalah bahwa fakta itu bersifat umum atau
tersebar secara meluas dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, fakta social itu
merupakan milik bersama bukan sifat individu perorangan. Sifat umumnya ini bukan
sekedar hasil dari penjumlahan beberapa fakta individu. Fakta social benar-benar
bersifat kolektif, dan pengaruhnya terhadap individu merupakan hasil dari sifat
kolektifnya ini
Fakta social material dan nonmaterial
Durkheim membedakan dua tipe ranah fakta social, yaitu material dan
nonmaterial. Fakta material diwakili oleh gaya arsitektur, bentuk teknologi, hokum dan
perundang-undangan. Memang relative mudah di pahami karena keduanya bisa diamati
secara langsung.
Durkheim mengakui bahwa fakta social nonmaterial memiliki batasan tertentu,
ia ada dalam pikiran manusia. Akan tetapi dia yakin bahwa ketika orang memulai
berinteraksi secara sempurna, maka interaksi itu akan mematuhi hukumnya sendiri.
Durkheim membagi fakta social nonmaterial menjadi empat jenis; Moraitas, kesadaran
kolektif, representasi kolektif dan arus social.
Perkembangan Teori Sosiologi di Jerman
a. KARL MARX (1818-1883)
Alienasi
Analisa Marx tetang alenasi merupakan respons terhadap perubahan ekonomis,
social, dan politis yang dia lihat di sekelilingnya. Dia tidak ingin memahami alienasi
sebagai suatu masalah filosofis. Dia ingin memahami perubahan semacam apa yang
dibutuhkan untuk membuat suatu masyarakat bias mengekspresikan potensi
kemanusiannya secara memadai. Berkaitan dengan hal ini, Marx mengembangkan suatu
pengertian penting; Sistem ekonomi kapitalis adalah sebab utama alienasi.
Alienasi terdiri dari empat unsure dasar. Pertama, para pekerja di dalam
masyarakat kapitalis teralienasi dari aktifitas produktif mereka. Kaum pekerja tidak
memproduksi objek-objek berdasarkan ide-idenya mereka sendiri atau untuk secara
langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri. Kedua, pekerja tidak hanya
teralienasi dari aktivitas-aktivitas produktif, akan tetapi juga dari tujuan aktivitasaktivitas tersebut. Produk kerja mereka tidak menjadi milik mereka sendiri, melainkan
menjadi milik para kapitalis yang mungkin saja menginginkan cara-cara yang mereka
inginkan.
Ketiga, para pekerja di dalam kapitalisme teralienasi dari sesame pekerja. Asumsi
Marx adalah bahwa manusia pada dasarnya membutuhkan dan menginginkan bekerja
secara kooperatif untuk mengambil apa yang mereka butuhkan dari alam untuk terus
bertahan. Keempat, para pekerja dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi
kemanusiaan mereka sendiri. Kerja tidak lagi menjadi transformasi dan pemenuhan sifat
dasar manusia kita, akan tetapi membuat kita merasa kurang menjadi manusia dan
kurang menjadi diri kita sendiri.
Teori Konflik
Teori konflik melihat elemen-elemen dan komponen-komponen dalam
masyarakat merupakan suatu persaingan dengan kepentingan yang berbeda sehingga
pihak yang satu selalu berusaha menguasai pihak yang lain. Pihak yang kuat berusaha
menguasai pihak yang lemah. Dengan demikian konflik menjadi tak terhindarkan.
Asumsi dasar teori konflik adalah :
a. Struktur dan jaringan dalam masyarakat merupakan persaingan antar
kepentingan dan bahkan saling bertentangan satu sama lain.
b. Sehingga dalam kenyataan menunjukkan bahwa system sosial dalam masyarakat
menimbulkan konflik.
c. Karena konflik adalah sesuatu yang tak terelak, maka konflik menjadi salah satu
cirri dari system sosial.
d. Konflik ini tampak dalam kepentingan-kepentingan dalam kelompok
kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
e. Selain itu konflik juga terjadi dalam pembagian sumber-sumber daya dan
kekuasaan yang tidak merata dan tidak adil.
Sehingga konflik menungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam
masyarakat. Dan perubahan yang akan terjadi tentu saja perubahan ke arah yang lebih
baik atau bisa juga sebaliknya.
Pertentangan Kelas (Teori Kelas)
Teori kelas dari Marx berdasarkan pemikiran bahwa: sejarah dari segala bentuk
masyarakat dari dulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar golongan.
Menurut pandangannya, sejak masyarakat manusia mulai dari bentuknya yang primitive
secara relative tidak berbeda satu sama lain. Analisa Marx selalu mengemukakan
bagaimana hubungan antar manusia terjadi dilihat dari hubungan antara posisi masingmasing terhadap sarana-sarana produksi, yaitu dilihat dari usaha yang berbeda dalam
mendapatkan sumber-sumber daya yang langka.
Ada dua macam kelas yang ditemukan Marx ketika menganalisi kapitalisme:
yaitu kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para
kaum kapitalis dalam ekonomi modern. Mereka memiliki alat-alat produksi dan
mempekerjakan pekerja upahan. Pertentangan antara konflik antar kelas borjuis dan
kelas proletar adalah contoh lain dari kontradiksi antara kerja dan kapitalisme.
b. MAX WEBER (1864-1920)
Tindakan Sosial
Keseluruhan sosiologi Weber didasarkan pada pemahamannya tentang tindakan
social. Ia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif. Mulai sekarang
konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang tidak melibatkan proses
pemikiran. Bagi Weber, sosiologi adalah suatu ilmu yang berusaha memahami tindakantindakan social dengan menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan
tersebut.
Bagi Weber cirri yang mencolok dari hubungan-hubungan social yang menyusun
sebuah masyarakat dapat dimengerti hanya dengan mencapai sebuah pemahaman
mengenai segi-segi subjektif dari kegiatan-kegiatan antar pribadi dari para anggota
masyarakat itu. Oleh karena itu melalui analisis atas berbagai macam tindakan
manusialah kita memperoleh pengetahuan mengenai cirri dan keanekaragaman
masyarakat-masyarakat manusia.
Dalam teori tindakannya, tujuan Weber tak lain adalah memfokuskan perhatian
pada individu, pola dan regularqitas tindakan, dan bukan pada kolektivitas. Tindakan
dalam pengertian orientasi perilaku yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir
sebagai perilaku seorang atau beberapa orang manusia individual.
Weber memisahkan empat tindakan social di dalam sosiologinya, yaitu apa yang
disebut:
a. Zweck Rational (Rasionalitas instrumental), yaitu tindakan social yang
menyandarkan diri
menerima ganjaran yang lebih besar dari apa yang ia harapkan, maka ia merasa senang
dan lebih besar kemungkinan ia melakukan perilaku yang disenanginya.
Uang Dan Nilai
Secara umum Simmel berpendapat bahwa orang menciptakan nilai dengan
menciptakan objek, memisahkan dirinya dari objk-objek tersebut, dan selanjutnya
berusaha mengatasi jarak, kendala dan kesulitan. Semakin besar kesulitan untuk
mendapatkan suatu objek maka semakin besar pula nilainya. Prinsup umumnya adalah
bahwa nilai benda berasal dari kemampuan orang untuk menjarakkan dirinya secara
tepat dengan objeknya. Benda-benda yang terlalu dekat, terlalu mudah diperoleh, dan
tidak terlalu berharga perlu upaya tertentu untuk agar dianggap bernilai. Sebaliknya,
benda-benda yang terlalu jauh, terlalu sulit, atau nyaris diperoleh juga sangat tidak
bernilai. Benda-benda yang menghalangi sebagian besar, jika tidak semua, upaya untuk
memperolehnya semakin tidak bernilai di mata kita.
Dalam konteks umum nilai inilah Simmel mendiskusikan uang. Dalam ranah
ekonomi, uang berperan dalam menciptakan jarak dengan objek yang ditawarkan diri
jadi sarana untuk mengatasi jarak tersebut. Nilai uang yang melekat pada objek dalam
ekonomi modrn menyebabkan kita berjarak darinya; kita tidak dapat memperolehnya
tanpa uang. Kesulitan untuk mendapatkan uang dan objek-objek tersebut menjadikannya
bernilai bagi kita. Pada saat yang sama, sekali kita dapat uang yang banyak maka kita
mampu mengatasi jarak antara diri kita dengan objek. Dengan demikian uang memiliki
fungsi yang unik, menciptakan jarak antara orang denga objk dan kemudian menjadi
sarana untuk mengatasi jarak tersebut.
BAB III
TEORI SOSIOLOGI MODERN
PARADIGMA DAN TEORI SOSIOLOGI
Paradigma Fakta Sosial
Paradigma adalah suatu pandangan yang fundamental (mendasar, prinsipiil,
radikal) tentang sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam ilmu pengetahuan.
Kemudian, bertolak dari suatu paradigma atau asumsi dasar tertentu seorang yang akan
menyelesaikan permasalahan dalam ilmu pengetahuan tersebut membuat rumusan, baik
yang menyangkut pokok permasalahannya, metodenya agar dapat diperoleh jawaban
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan bersama
dalam masyarakat. Dalam masyarakat terdapat individu, keluarga, kelompok, organisasi,
aturan-aturan dan lembaga-lembaga, yang kesemuanya itu merupakan suatu kebulatan
yang utuh. Dalam hal ini sosiologi ingin mengetahui kehidupan bersama dalam
masyarakat,
baik
yang
menyangkut
latar
belakang,
permasalahan
dan
adanya
industrialisasi,
urbanisasi,
kapitalisme
dan
sosialisme
yang
BAB IV
TEORI SOSIOLOGI KRITIS
Teori kritis berkembang secara pesat bersama dan berada dalam Frankfurt
School. Pelopor sekolah Frankfurt Felix J. Weil seorang sarjana politik. Mendapat
warisan dari ayahnya Herman Weil, ia menghimpun cendekiawan untuk menyegarkan
kembali ajaran Marx sesuai kebutuhan saat itu. Cendekiawan yang tergabung antara lain
Friederickh Pollock ahli ekonomi, Theodore W. Adorno, musikus, ahli sastra dan filsuf;
Herbert Marcuse, murid Heidegger; Erich Fromm ahli psikoanalisa Freud; Walter
Benyamin kritikus sastra, Max Horkheimer, Jurgen Habermas dan sebagainya.
Sejak awal secara eksplisit sekolah Frankfurt menempatkan ajaran Marxisme
sebagai titik tolak pemikirannya .Walaupun sebagaimana diketahui melalui sekolah ini
pula ajaran-ajaran Marx diperbarui dan bahkan ditinggalkan. Disamping itu sekolah
Frankfurt juga men-dasarkan diri pada perspektif idealisme Jerman yang dirintis
Immanuel Kant (kritisisme), memuncak pada ajaran Hegel melalui dialektikanya serta
ketika Horkheimer sebagai pimpinan Frankfurt School teori kritis mendapatkan
penyegaran melalui ajaran Freud dan Habermas sendiri seperti Althuser yang
memperbaharui teori Marx dengan konsentrasi pada ideologi .
Berpikir kritis memerlukan: pertama, berpikir kritis adalah berpikir secara
dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir secara totalitas. Totalitas bukan berarti
semata-mata keseluruhan di mana unsur-unsurnya yang bertentangan berdiri sejajar.
Tetapi totalitas itu berarti keseluruhan yang mempunyai unsur-unsur yang saling bernegasi (mengingkari dan diingkari), saling berkontradiksi (melawan dan dilawan), dan
saling bermediasi (memperantarai dan diperan-tarai). Pemikiran dialektis menekankan
bahwa dalam kehidupan yang nyata pasti unsur-unsurnya saling berkontradiksi,
bernegasi dan bermediasi. Pemikiran dialektis menolak kesadaran yang abstrak,
misalnya individu dan masyarakat. Menurut pemikiran dialektis, individu selalu saling
berkontradiksi, bermediasi dan bernegasi terhadap masyarakat .
Berpikir kritis adalah berpikir yang dialektis, berpikir dialektis adalah berpikir
dalam perspektif empiris historis antara kesatuan teori dan praksis, namun pengertian
teori dan praksis ini sering menjadi persoalan). Hal ini jelas berbeda dengan orang yang
salah paham bahwa persoalan teori dan praksis mesti dipikirkan sebagai persoalan
bagaimana agar suatu teori itu dapat diaplikasikan pada kehidupan praktis, sebab
pengertian itu seakan-akan menganggap bahwa teori dan praksis sebagai dua bidang
yang berbeda, pada hal pengetian teori dan praksis hanyalah dua dimensi dari manusia
yang satu dan sama, sehingga satu sama lain memang saling bisa dipisahkan dan saling
mengecualikan. Pemikiran dialektis tidak mengandaikan adanya kesenjangan antara
teori dan praksis yang harus dijembatani melainkan bagaimana suatu teori dapat
membuahkan praksis.
Konsep utama teori kritis di samping bersumber pada Kant, Hegel juga pada
Marx tentang kritik ekonomi politik Marx. Menurut penganut Frankfurt school kritik
ekonomi politik Marx harus diubah menjadi kritik sosiologi politik. Sebagaimana
pendirian Marx bukanlah kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka
melainkan sebaliknya keadaan sosiallah yang menentukan kesadaran mereka.
Kritik Ideologi melalui Freud. Erich Fromm lah yang memasukkan psikoanalis
Freud ke dalam ajaran teori kritis. Menurut Fromm kritik ideologi Marx membutuhkan
psikoanalisa, sebab psikoanalisa dapat mempertajam kritik ideologi Marx. Menurut
Marx ideologi itu adalah kesadaran palsu, maksudnya ideologi tidak menggambarkan
situasi nyata manusia secara apa adanya. Ideologi menggambarkan keadaan secara
terpuntir atau terbalik.
A. THEODOR W. ADORNO
Theodor W. Adorno, atau disebut juga Theodor Adorno, mempunyai nama
lengkap Theodor Adorno Ludwig Wiesengrund. Dia dilahirkan di kota Frankfurt,
Jerman pada 11 September 1903, dan meninggal dunia pada 6 Agustus 1969 pada umur
65 tahun. Adorno adalah seorang yang multi-talented (ahli dalam banyak bidang),
disamping terkenal sebagai filsuf, dia juga terkenal sebagai sosiolog, musikolog, dan
komponis.
Pada tahun 1918- 1919, (waktu itu ia berusia 15 tahun) Adorno tercatat sebagai
murid dari Siegfried Kracauer hingga lulus dari pendidikan di tingkat gymnasium.
Setelah itu Adorno melanjutkan studinya di Universitas Frankfurt untuk belajar
sosiologi, filsafat dan musik, yang dimulai sejak tahun 1921 hingga selesai pada tahun
1924.
Pada waktu terjadi huru-hara di Jerman, dimana Partai Nazi, yang dipimpin
Adolf Hitler berusaha menghabiskan semua bangsa Yahudi yang berada di Jerman
dengan cara membantai mereka, maka Adorno, yang notabene keturunan Yahudi dari
garis ayahnya, bersama beberapa tokoh mazhab Frankfurt yang lain, diantaranya Max
Horkheimer, Herbet Marcuse, dan Erich Fomm, memutuskan untuk pindah ke Amerika
Serikat.
Pada tahun 1937, Adorno berkunjung ke New York, dan memutuskan untuk
menetap di sana dan berpisah dengan sahabat dekatnya, Benjamin, yang tetap tinggal di
Eropa. Sejak saat itu komunikasi Adorno dengan Benjamin, demikian juga dengan
teman-teman yang lain, hanya sebatas melalui surat. Adorno mulai memfokuskan diri
untuk aktif di sebuah Institut Penelitian Sosial di Columbia University, dan selebihnya
perhatiannya dicurahkan sebagai direktur musik pada sebuah proyek radio, yang
dipimpin oleh seorang sosiolog Austria, Paulus Lazarsfeld, di Universitas Princeton.[7]
Selama di Amerika, Adorno juga rajin menulis, yang menjadikannya terkenal. Adorno
bersama para anggota Mazhab Frankfurt yang berada di Amerika menyaksikan secara
langsung situasi di Amerika saat itu, dimana budaya media, yang mencakup film, musik,
radio, televisi, dan budaya massa lainnya dikontrol oleh korporasi-korporasi besar tanpa
ada campur tangan negara. Hal ini memunculkan budaya massa komersial, yang
merupakan ciri masyarakat kapitalis, dan kemudian menjadi fokus studi budaya kritis.
Horkheimer dan Adorno lalu mengembangkan diskusi tentang apa yang disebut
industri kebudayaan yang merupakan sebutan untuk industrialisasi dan komersialisasi
budaya dibawah hubungan produksi kapitalis.
Selain tinggal di New York, Adorno juga pernah tinggal di California, dan
kembali ke Jerman pada tahun 1949 setelah berlalunya huru-hara di Jerman, yang cukup
mencekam bagi bangsa Yahudi. Di Jerman ia mengambil posisi sebagai filosof di bagian
departemen filosofi. Disamping itu ia juga sempat menjadi pemimpin intelektual Jerman
dan tokoh sentral di Institut Riset sosial yang berdiri tahun 1923 yang sebelumnya di
pimpin oleh Max Horkheimer sejak 1930 yang dikenal dengan sebutan Frankfurt
School.
Dari sepanjang perjalanan kehidupan Adorno bersama kawan-kawan yang
tergabung dalam mazhab Frankfurt, mulai dari pengalaman menerima tekanan Nazi
yang diluar batas nilai kemanusiaan, menyaksikan situasi di Amerika Serikat dengan
komersialisasi nilai seni dan budaya,
diakibatkan oleh arus modernisasi pada saat itu, pada gilirannya banyak mewarnai corak
berpikirnya, yang kemudian melahirkan sebuah Teori yang dikenal dengan sebutan
"Teori Kritis.
Dialektika Pencerahan.
Dialektika Pencerahan adalah judul sebuah buku, karya terkenal dari Max
Horkheimer dan Theodor W. Adorno yang ditulis bersama pada tahun 1944. Buku ini
aslinya ditulis dalam bahasa Jerman dengan judul Dialektik der Aufklarung dan
diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai Dialectic of Enlightenment. Secara
umum isi buku tersebut bermuatan kritik terhadap modernitas, yang dipandang oleh
Adorno dan Horkheimer, sebagai sejarah dominasi atau penguasaan. Pemikiran mereka
secara umum senada dengan kritik Karl Marx, adapun yang membedakan adalah bahwa
Adorno dan Horkheimer tidak menjelaskan sejarah penguasaan dari hubungan produksi,
melainkan dari dorongan psikologis manusia yang berkeinginan kuat untuk menguasai
pihak lain.
Melalui Dialektika Pencerahan tersebut Adorno dan Horkheimer, lebih jauh,
mengkritik kesadaran yang ada pada masyarakat itu sendiri, dengan kesadaran modern,
yang dengannya bahwa rasio sebagai alat utama dominasi. Lebih lanjut, Adorno dan
Horkheimer juga beranggapan bahwa pencerahan yang dipandang sebagai kemajuan
dari cara pandang mitologis, sebenarnya telah menjadi mitos itu sendiri. Lebih jauh,
mitos itu pada gilirannya juga menghasilkan penindasan dan penguasaan manusia yang
satu terhadap yang lainnya. Kenyataan terjadinya penindasan tersebut, antara lain
sebagaimana yang dialami Adorno sendiri, yaitu dengan munculnya ideologi fasisme di
Jerman, disamping juga kepincangan-kepincangan yang diakibatkan dari kemajuan
teknologi yang telah memanupulasi manusia, pada umumnya.
Dalam karyanya tersebut, Adorno berusaha memberikan analisis konseptual
tentang bagaimana pencerahan yang pada mulanya ditujukan untuk mengamankan
kebebasan dari ketakutan dan otoritas manusia, berubah menjadi beberapa bentuk
dominasi politik, sosial, dan budaya, dimana manusia kehilangan individualitas dan
masyarakat kehilangan makna kemanusiaan. Analisis ini diberikan dengan penjelasan
tentang motif konseptual dari proses rasionalisasi masyarakat dalam konteks Weberian,
dimana dominasi kapitalis merupakan bahaya terbesar yang muncul darinya.
Objek sentral dalam Teori kritis Adorno adalah hubungan saling keterpengaruhan
antara pertentangan-pertentangan dalam masyarakat sebagai sebuah totalitas dan bentuk
konkrit kehidupan subjek-subjek dalam masyarakat. Teori kritis diorientasikan pada ide
tentang masyarakat sebagai subjek, dengan individu sebagai pusat. Sebuah Teori
menjadi kritis dengan ketegasan terhadap ketidakadilan, egoisme, dan alienasi yang
dihasilkan oleh kondisi sosial dibawah ekonomi kapitalis.
Namun demikian, Teori Adorno dan Horkeimer tersebut ditentang oleh Jurgen
Habermas, yang notabene sebagai asisten dari Adorno sendiri, disamping juga sebagai
salah satu dari tokoh penting dari kelompok Mazhab Frankfurt. Habermas mengatakan
bahwa Teori tersebut sebagai sebuah dialetika negatif, dan merupakan proyek filsafat
analog dengan dekonstruksi Derrida. Dialektika negatif dan dekonstruksi merupakan
dua jalan keluar untuk persoalan yang sama, yaitu ketika rasionalitas Pencerahan tak
mungkin dipertahankan. Rasionalitas pencerahan merupakan muasal dari totalitarisme
filsafat dan politik abad ke duapuluh dan tak ada jalan keluar darinya kecuali dengan
meninggalkannya.
BAB V
TEORI SOSIOLOGI POSTMODERNISME
Postmodernisme Dan Perkembangan Ilmu Sosial
Postmodernisme dalam perkembangannya banyak sekali menuai penilaian dan
pandangan dari makna murni dari postmodernisme. Sebagian besar orang mengartikan
postmodernisme sebagai sesuatu yang beda, semau gue, dan biasanya melenceng dari
kebiasaan umum masyarakat sehingga banyak yang memaknai postmodernisme sebagai
hal yang negative. Postmodernisme banyak merasuki aspek kehidupan, seperti Seni
posmo, sastra posmo, film posmo, arsitektur posmo, ideology posmo, budaya posmo,
dan bahkan teologi posmo adalah beberapa contoh maraknya kehadiran ide
posmodernisme dalam berbagai sisi kehidupan kontemporer. Padahal posmodernisme
perlu diletakkan secara prooporsional dalam tataran arus pemikiran filsafat dan social
terkini dengan merujuk pada pemikiran tokoh-tokoh teori social postmodern.
Dalam wilayah sosiologi, kajian tentang postmodernisme baru manemukan bentuk
dan kematangannya pada rentang waktu antara tahun 1960 hingga 1980-an. Beberapa
tokoh pemikir postmodern diantaranya adalah Jean Francois Lyotard, Michel Foucault,
Jacques Derrida, jean Baudrillard, dan Friedrich Jameson. Meskipun masih terus
berkembang hingga saat ini, harus diakui bahwa puncak pemikiran posmodernisme
terjadi pada era tahun 1980-an. Istilah posmodernisme secara harfiah berarti setelah
modernism. Posmodernisme adalah sebuah realitas seni, filsafat, budaya, politik dan
social, yang menjadi dasar kondisi atau keberadaan atau sesuatu yang berkaitan dengan
lembaga dan kondisi yang disebut sebagai posmodernitas. Dengan kata lain,
posmodernisme adalah sebuah fenomena budaya dan fikiran, terutama dalam gerakan
seni sejak tahun 1920-an, sementara posmodernitas lebih terfokus pada ranah social dan
politik sejak tahun 1960-an di dunia barat. Jika merujuk makna kamus, oxford English
Dictionary mendefinisikan posmodernisme sebagai suatu gaya dan konsep dalam seni
yang dicirikan oleh sikap ketidakpercayaan terhadap teori dan ideologi.
Posmodernisme awalnya merupakan reaksi terhadap modernism. Posmodernisme
merujuk pada bentuk-bentuk kebudayaan, intelektual, dan seni yang telah kehilangan
hirarki atau prinsip kesatuan serta disarati kompleksitas eksrim, kontradiksi, ambiguitas,
perbedaan, dan kesalingtautan sehingga sulit dibedakan dengan parodi. Maka dari itulah
lahir istilah postmodernitas yaitu istilah turunan postmodernisme yang merujuk pada
aspek-aspek non seni sejarah yang di pengaruhi oleh berbagai gerakan baru, terutama
perkembangan dalam dunia social, ekonomi dan kebudayaan sejak tahun 1960-an.
Ketika pemikiran tentang penolakan terhadap modernism diadopsi oleh ranah teori yang
lain, dalam beberapa hal ia menjaddi sama dengan postmodernitas. Istilah
postmodernistas sendiri juga sering dikaitkan dengan postrukturalisme (ala micheal
Foucault) dan dengan modernism dalam pengertian penolakan terhadap budaya bejouis
elit, dan masih banyak lagi pandangan modernisme ala tokoh-tokoh lainnya.
Munculnya teori social postmodern selanjutnya telah mendorong perkembangan
ilmu social kontemporer dewasa ini. Di satu sisi, munculnya teori social postmodern
patut Diapresiasi. Merujuk Pauline M. Rosenau (1992) kemunculan teori-teori social
postmodern ini telah mengandung lahirnya kesadran kritis dan reflektif terhadap
paradigma postmodernisme yang dianggap banyak melahirkan patologi modernitas. Di
sisi lain, kesemarakan yang menyelimutiti perkembangan teori social postmodern telah
pula melahirkan euphoria berlebihan yag menganggap paham postmodernisme akan
mengubur paham modernism dan menjadi satu-satunya pandangan dunia yang benar.
Sikap demikian tentu saja bertolak dengan keyakinan postmodernisme yag justru
menolak segala bentul narasi besar (grand narratives) dan absolutism kebenaran.
Akar Sejarah Teori Sosial Postmodern
Jejak- jejak pemikiran yang bernaung di bawah payung postmodernisme : senisastra,
politik, ekonomi, arsitektur,sosiologi, antropologi dan filsafat sebenarnya dapat dilacak
jauh ke alur sejarah modernitas istilah modern yang berarti zaman baru berasal dari
bahsa latin modernus. Sementara itu istilah modernitas (modernity) diartikan sebagai
kondisi social budaya masyarakat modern. Istilah ini sekaligus menggambarkan
hubungan antar massa ini dan massa silam, serta sebagai kurun sejarah yang berbeda
dimana modernitas lebih superior di banding masa sebelumnya.
Modernisasi (modernization) berarti proses berlangsugnya proyek mencapai kondisi
modernitas. Modernisasi mencangkup proses pengucilan karya-karya klasik, warisan
masa lampau, sejarah purbakala, karena modernitas pada hakekatnya mengambil posisi
yang berlawanan dengan hal-hal lama demi terciptanya hal-hal baru. Dngan demikian,
modernisasi adalah pandangan sikap hidup yang dianut untuk menghadapi massa kini
yakni pandangan dan sikap hidup dalam meghadapi kenyaan hidup masa kini.
Modernisasi di tandai oleh pemusatan hubungan secara tegas terhadap nilai-niilai
tradisional ; berkembangnya system kapitalisme progresif, rasionalisasi administrative,
serta diferensiasi social dan budaya ( Featherstone , 1988).
Disisi lain , marshall berman dalam kajiannya tentang modernism menyatakan
bahwa era modern telah di mulai sejak era renaisans abad ke -16 M berkembang dalam
tiga fase sejarah modernism. Fase pertama, adalah modernisme yang berkembang
semenjak awal ke-16 M hingga akhir abad ke -18 M, dimana orang baru mulai
merasakan pengalaman kehidupan modern, modernism pada tahap ini di tandai oleh
mulai diyakinya rasio, keberanian menghadapi kehidupan secara nyata, memudarnya
religuisitas dalam berbagai segi kehidupan, serta lahirnya pemberontakan kreatif dalam
dunia seni. Fase kedua, adalah modernisme di tandai dengan revolusi perancis dan
kekacauan sosial, politik, ekonomi yang seringkali dihubungkan dengan momentum
Gelombang revolusi besar 1790. Fase ketiga adalah modernisme yang di mulai ketika
terjadi proses modernisasi global dan pembentukan kebudayaan dunia dan modern
secara massal dimana semakin banyak terjadi kekacauan social dan politik, ketidak
pastian dan ancaman terhadap realitas dunia baru terbentuk inilah puncak anomaly
realitas modern, yang ternyata tidak mampu mewujudkan impian menciptakan
kehidupan yang lebih baik, dan justru sebaliknya, menciptkan berbagai masalah beasr
yang menyengsarakan umat manuaia (smart,1990;16).
postmodern diantaranya adalah hilangnya batas antara seni dan kehidupan sehari-hari,
runtuhnya distingsi antara budaya tinggi dan budaya massa / popular, maraknya gaya
eklektis dan campur aduk, munculnya kitsch, parody, Pastiche, camp, dan ironi,
merosotnya kedudukan pencipta seni,serta adanya asumsi seni sebagai penanggulangan,
perpetual art (Featherstone,1988).
Penggunaan istilah postmodernisme dan berbagai turunannya selanjutnya perlahanlahan mulai menyentuh bidang-bidang lain. Dalam bidang arsitektur, istilah
postmodernisme mengacu pada perlawanan bentuk-bentuk arsitektur modern. Arsitektur
modern dikenali dengan cirri-cirinya yang menonjolkan keteraturan, rasionalitas,
objektif, praktis, ruang isotropis dan estetika mesin. sebaliknya, menawarkan konsep
bentuk asimetris, ambigu, naratif, simboloik, terpiuh, penuh kejutan, dan variasi,
ekuivokal, penuh ornament, metaphor serta akrab dengan alam (Andy Siswanto,1994).
Merujuk Akbar S.Ahmed, dalam buku nya Postmodernisme and Islam(1992)
terdapat delapan rincian cirri karakter sosiologis postmodernisme.Pertama, timbulnya
pemberontakan secara kritis terhadap proyek modernitas. Kedua, meledaknya industry
media massa, sehingga ia seolah merupakan perjuangan dari system indera organ dn
syaraf. Ketiga, munculnya radikalisme etnis dan keagamaaan.Keempat, munculnya
kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi serta keterikatan
romantisme dengan masa lampau.Kelima,semakin menguatnya wilayah perkotaan
(urban Area) sebagai pusat kebudayaan dan sebaliknya, wilayah pedesaan (ru ral area)
sebagai daerah pinggirin.Keenam,semakin terbukanya peluang bagi pelbagai kelas
social atau kelompok minoritas untuk mengemukakan pendapatnya secara lebih bebas
dan terbuka. Ketujuh, munculnya kecenderungan bagi tumbuhnya eklesitisme dan
pencampuradukan berbagai diskursus, nilai keyakinan dan potret serpihan realitas,
sehingga sekarang sulit untuk menempatkan suatu objek budaya secara ketat pada
kelompok budaya tertentu secara eksklusif. Kedelapan, bahasa yang di gunakan dalam
diskursus postmodernisme seringkali mengesankan tidak lagi memiliki kejelasan makna
dan konsisten , sehingga bersifat paradox (Ahmed,1992).
Realitas kontemporer tidak lagi homolog ( Homo: satu dan logi : tertib, nalar )
melainkan paralog ( para : Beragam, dan logi : tertib nalar ) (awuy, 1995). Pengetahuan
dan kebenaran kini menyebar dan plural. Konsekuensinya, prinsip legitimasi
modernisme harus di bongkar dengan prinsip delegitimasi. Dengan legitimasi , berarti
diakui adanya berbagai unsure realitas yang memiliki logikanya sendiri. Dengan
legitimasi , menurut lyotard, prinsip lain yakni disensus menjadi lebih bisa diterima
ketimbang prinsip consensus seperti ditawarkan Juergen Habermas.
Mihel Foucault : Kuasa Pengetahuan Era Postmodern
Michel Foucault adalah filsuf, sjarawan dan sosiolog kontemporer prancis. Ia
dilahirkan di Poitiers, Prancis pada tanggal 15 oktober 1926 dengan nama Paul- Michel
Foucault dari sebuah keluarga kaya. Ayahnya Paul Foucault adalah seorang dokter bedah
terkenal di prancis pada saat itu. Pendidikan dasarnya di selesaikam di sekolah katolik,
Jesuit College Saint-stanislas dan dilanjutkan ecole Normale sperieure (rue dulm)
sekolah prestius yang di anggap sebagai pintu masuk karir akademik terbaik di bidang
humaniora di Prancis.
Foucault sangat dikenal karena karya-karya kritisnya mengenai institusi social
peripheral (pinggiran), penjara, rumah sakit jiwa, kegilaan, ilmu-ilmu kemanusiaan, dan
sejarah seksualitas. Pemikiran Foucault tentang kekuasaan, hubungan kuasa,
pengetahuan dan diskursus serta arkeologi pengetahuan banyak di perbincangkan dalam
kajian post-strukturalisme. alam bukunya the order of things;an archaeology of Human
sciences (1966),Foucault membahas konsepsi sejarah dan memperkenalkan istilah
genealogi sejarah, sebuah istilah yang di pengaruhi oleh gagasan genealogi Nietzsche.
Menurut Foucault, genealogi sejarah adalah konsepsi sejarah yang secara sadar
mendelegitimasi masa kini dan memisahkannya dari masa lalu. Tujuannya adalah untuk
menghapuskan delegitimasi masa kini sehingga dapat menemukan perbedaan khas masa
lalu dan masa kini. Ketika teknologi kekuasaan masa lalu di uraikam secara rinci , maka
asumsi- asumsi masa kini yang memandang masa lalu sebagai irasional akan runtuh.
Dalam bukunya yang lain madness and insanity; History of madness in the classical
age (1961) Foucault meneliti sejarah kegilaan dan peradaban masyarakat barat. Menurut
Foucault kegilaan sebenarnya memiliki sumbangan tersendiri terhadap peradaban barat.
Berdasarkan pnelitian yang dilakukannya, menurut Foucault, genealogi kegilaan sejak
abad ke -17 M memperlihatkan telah terjadinya praktik pemenjaraan moral yang
dilakukan melalui mekanissme disiplin dan penghukuman orang-orang gila.
Penghukuman orang-orang gila, sejatinya bukan sekedar pemenjaraan fisik semata ,
namun lebih dari itu adalah sebuah praktik pemenjaraan moral.
Melalui bukunya Discipline and punish: The birth of the prison (1975) menurut
Foucault telah terjadi monarkis ke kuasaan mode kekuaan mode pelaksanaan kekuasaan
disipliner. Dalam masyarakat feudal, kekuasaaan pengadilan tidak banyak menahan
pelaku kejahatan, namun hukuman di berikan secara spektakuler sehingga orang lain
takut untuk melakukan kejahatan yang sama. Inilah mode kekuasaan monarkis.
Sementara itu, muncul mode kekuasaan baru, yaitu kekuasaan disipliner dimana
ditanamkan system pengawasan yang diinternalisasikan hingga setiap orang menjadi
pengawas bagi dirinya sendiri (mirip Konsep Panopticon dari Jeremy Bentham)
Dengan upaya besar dan cerdasnya ini, faucault telah memberikan dua sumbangan
besar terhadap postmodernisme. Pertama, keberhasilannya menyingkap mitos-mitos
modernism yang menampilkan dirinya sebagai kebenaran absolute, yang universal,
namun sebenarnya palsu. Kedua, pemihakannya terhadap persoalan-persoalan yang
selama ini di tindas oleh rasionalitas modern, tersisih, marjinal dan dikucilkan agar lebih
di dengar dan di perhatikan.
Jacques Derrida : Dekontruksi Modernitas
Jacques Derrida adalah seorang filsuf dan pemikir social berkebangsaan perancis
yang lahir pada tanggal 15 juli 1930, di El Biar, Algeria. Dididik dalam tradisi
pendidikan Perancis , tahun 1949 ia belajar di Ecole Normale superiure (ENS) sebuah
sekolah elit di paris kemudian mengajar filsafat di univer itas Sorbonne (1960 hingga
1964)Ecole Normale superieru (1964 hingga 1984). Sejak tahun 1960-an mulai
gerakan
interdisipliner
yang
dikenal
dengan
nama
strukturalisme`.
ini telah melampaui ambang batas menuju keadaan permanent ectasy, ektasi
social(massa) ektasi tubuh (kegemukan) ektasi seks (kecabulan) ektasi kekerasan
(terror) dan ektasi informasi (simulasi).
Fredrich Jameson : Kapitalisme lanjut dan Postmodernisme
Fredich jameson adalah pemikir social Marxian berkebangsaan America serikat yang
lahir di Cleveland, Ohio, America Serikat. Setelah lulus dari Haverlord collage pada
tahun 1954, ia pergi ke Eropa dan belajar di aix-provence, Munich serta berlin dimana
ia mempelajari perkembangan terbaru dalam kajian filsafat, terutama strukturalisme. Ia
kembali ke America serikat untuk menyelesaikan studinya doctoral di Yale University
selama tahun 1960 hingga 1965.
Pergeseran minat jameson menuju paham marxisme juga didorong oleh hubungan
politik pribadinya yang semakin meningkat dengan tokoh-tokoh gerakan kiri baru.
Dalam banyak hal , jameson bersama dengan pemikir kritik kebudayaan Marxian
lainnya yaitu Terry eagleton, berusaha menjelaskan peran penting pandangan Marxian
terhadap trend filsafat dan sastra kontemporer. Setelah pindah ke University of
California, san diego pada tahun 1967, Jameson menerbitkan buku berjudul Marxism
and Form Twentieth- century Dialectical Theories of literature (1971) dan The PrisonHouse Of Language: A Critical Account Of structuralism And Russian Formalism
(1972).
Karya penting fredich Jameson Mengenai pedidikan postmodernisme adalah
bukunya yang berjudul Postmodernisme or the Cultural Logic Of the late Capitalism.
Dalam buku ini jameson menyatakan bahwa kapitalisme saat ini telah menjadi cara
pandang dominan masyarakat kontemporer dewasa ini. Dengan buku ini jameson
bermaksud mengkritik postmodernisme dan menolak pendapat sebagian besar pemikir
postmodernisme, terutama Jean francois Lyotard dan jean Baudrilland.
Dalam bukunya yang menjadi klasik tersebut, jameson juga memberikan ciri- ciri
masyarakat yang cenderung negative sebagai berikut;
Sementara itu
Daftar pustaka
Ritzer George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta :
Rajawali Pers
Ritzer, George Dan Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Ed-6.Jakarta : Kencana
Http://Hmjaf.Blogspot.Com/2011/03/Pendahuluan-Istilah-Teori-Sosiologi.Html
(Diakses Pada Tanggal 27.04.2015)
Http://Kuliahsosiologi.Blogspot.Com/2011/03/Teori-Teori-Postmodern.Html (Diakses
Pada Tanggal 27.04.2015)
Http://Moving-Forw4rd.Blogspot.Com/2013/07/Sosiologi-Postmodernisme.Html
(Diakses Pada Tanggal 27.04.2015)