Tugas Besar)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

Tugas Besar

PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

SOAL TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL


SEMESTER GANJIL
T.A. 2020/2021

NAMA : Ari Mustafa Kamal/


Nazmi Wayan Anugerah
NIM : 170404049/170404147
Dosen Pembimbing : Ir. Rahmi Karolina, ST., MT.
Hari/Tanggal : Minggu, 20 September 2020
Target Selesai :
Tanda Tangan :
PETUNJUK TUGAS:
1). Bangunan merupakan kombinasi dari struktur beton bertulang dan struktur baja 5 lantai. Ukuran L1 –
L4 ditentukan oleh Dosen Pengampu Masing-Masing Tugas Struktur.
2). Desain elemen-elemen struktur meliputi Balok, Kolom material Beton maupun Baja, kemudian Pelat
Lantai dan perencanaan Pondasi, termasuk perencanaan tulangan longitudinal, transversal,
perencanaan panjang lewatan (splice), dan panjang kait. Untuk sambungan kolom baja dan beton
direncanakan tebal base plate, panjang pengangkuran, dan detail sambungan antar elemen struktr.
3). Pondasi adalah jenis pondasi telapak atau pondasi tanah dangkal. Kuat dukung tanah bisa
dikonsultasikan dengan Dosen KBK Geoteknik, kemudian disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas
Struktur Beton.
4). Bangunan didesain mampu menahan beban gempa dan perhitungan analisis struktur diperolehkan
menggunakan Finite Element Analysis Software seperti SAP2000, ETabs, Revit, Tekla, dsbnya.
5). Desain elemen-elemen struktur tidak diperbolehkan menggunakan software, hanya boleh dilakukan
pengecekan terhadap elemen struktur. Desain elemen struktur harus sesuai dengan preliminary
design dan standar yang berlaku. Hasil perhitungan manual (analytical) diketik rapi dalam Microsoft
Word
6). Hasil analisis dan perhitungan dibuat bentuk shop drawingnya (Denah, Potongan Memanjang,
Potongan Melintang Detail Penulangan, dan Detail Sambungan). Seluruh gambar dicetak pada kertas
A4 lengkap dengan etiket, keterangan, legenda dan dimensi dari penampang.
7). Perhitungan bill of quantity dan RAB dicantumkan dalam laporan, dimana analisa harga bahan dan
upah dapat dikonsultasikan dengan Dosen KBK Manajemen Rekayasa Konstruksi.
8). Ketentuan lainnya didiskusikan dengan Dosen Pembimbing Tugas Struktur bersamaan dengan
Koordinator Tugas Struktur.

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


170404049 170404147
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

DATA TAMBAHAN:
1). Fungsi Bangunan : Universitas
2). Posisi/Letak Bangunan : Bandung
Parameter perencanaan beban gempa sesuai dengan kondisi tanah kota terkait yang dapat diakses
melalui Peta Gempa 2017 dan Respon Spektral PUSKIM PU 2019
3). Mutu Beton (f’c) : (a). 25 MPa
4). Mutu Baja : (b). A572
5). Mutu Tulangan Beton Ulir (d) : (a). BjTS 420
6). Mutu Tulangan Beton Polos () : (b). BjTS 420
7). Material Baut : (b). A325
8). Mutu Kawat Las : (b). E70xx
9). Material Dinding : (a). Bata Merah
10). Material Atap : (a). Metaldeck
11). Profil Balok Baja : (a). IWF
12). Profil Kolom Baja : (b). IWF
13). Kecepatan Angin (m/s) : (b). 36
14). Data Sondir Tanah : (d). BH-04

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


170404049 170404147
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Denah Bangunan Gedung Lantai 1~4

Denah Bangunan Gedung Lantai 5

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


170404049 170404147
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

α
L1 : 2,2 m
L2 : 8 m
L3 : 2,2 m
L4 : 6,5 m
H1 : 4 m
H2 : 4 m
H3 : 4 m
α: 12 ̊

α
α
Denah Melintang Struktur

Struktur Gambar 3D

PERATURAN YANG DIGUNAKAN :


1). SNI 2847-2019/ ACI 318-14 “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung”
2). SNI 1726-2019 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Struktur Bangunan
Gedung” 3). SNI 1727-2018/ ASCE 7-16 “Beban Desain Minimum untuk Bangunan
Gedung”
4). SNI 1729-2015/ AISC 341-16 “Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural”
5). SNI 7860-2013 “Ketentuan Seismik untuk Struktur Bangunan Gedung Baja”

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


170404049 170404147
Tugas Besar
α PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
L1 :
6). SNI 2052-2014/ ASTM A 706 “Baja Tulangan Beton” L2 :
L3 :
L4 :
Mengetahui dan Menyetujui, H1 :
Dosen Pembimbing
H2 :
H3 :
α:

Ir. Rahmi Karolina, ST., MT.


NIP. 198203182008122001

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Desain Bangunan Universitas

Universitas merupakan salah satu fasilitas pendidikan formal yang banyak


memerlukan sarana infrastruktur untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan di
dalamnya. Faktor sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu hal yang harus kita
perhatikan dan upayakan kelengkapannya sesuai dengan tingkat kelayakannya. Infrastruktur
gedung yang diperlukan sangat penting keberadaannya mengingat kegiatan yang berada
disebuah universitas yang cukup kompleks mencakup kegiatan belajar mengajar, praktikum,
organisasi, birokrasi, dan masih banyak kegiatan lain yang menimbulkan cukup banyak
masa. Gedung universitas merupakan faktor pendukung kenyamanan bagi kegiatan yang
berada didalamnya. Dengan melihat seberapa pentingnya faktor kenyamanan keamanan dan
kelayakan gedung tersebut, maka fasilitas gedung universitas harus memenuhi standar
kelayakan, kenyamanan, dan keamanan sebuah gedung sehingga terhindar dari masalah
yang ditimbulkan seperti kapasitas gedung, kekuatan gedung, umur gedung dan failitas yang
kurang mendukung.

Kebutuhan akan fasilitas pendidikan akan semakin meningkat. Pendidikan merupakan

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


170404049 170404147
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

sumber daya manusia yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Peran pemerintah dalam usaha pengembangan pendidikan
anak Universitas yang diekspresikan melalui program wajib belajar, pembangunan
infrastruktur pendidikan, sarana prasarana pendidikan.
Melihat dari permasalahan diatas maka akan direncanakan pembangunan gedung
kampus, strukturnya didesain dengan menggunakan sistem konstruksi beton bertulang
sebagai rangka bawah dan rangka baja sebagai rangka atas. Struktur yang direncanakan
terdiri dari 5 lantai dengan tinggi masing-masing kolom tiap lantai 4 m. Lantai 1-4 tersusun
dari rangka beton bertulang dan lantai 5 tersusun dari rangka baja.
Alasan mengapa strukturnya didesain dengan menggunakan sistem kontruksi beton
bertulang karena, beton memiliki beberapa kelemahan yaitu, bobotnya yang berat, kuat tarik
yang lemah, dapat mengembang dan menyusut saat terjadi perubahan suhu, dan daya pantul
suara lebih besar. Struktur baja memiliki sifat daktail (tidak getas),

dimana baja mampu berdeformasi tanpa langsung runtuh. Ini memberikan cukup yang waktu
untuk evakuasi bila terjadi gempa. Konstruksi baja juga memiliki berat yang relatif lebih
ringan daripada bahan lain tetapi juga memiliki kemampuan yang cukup tinggi, hampir tidak
memiliki perbedaan nilai muai dan susut, dan dalam hal pelaksanaan jauh lebih cepat
dibanding material lain.
Hal-hal tersebut menjadi faktor analisis mengapa struktur atas direncanakan
menggunakan struktur baja. Selain karena factor keamanan juga agar bangunan yang
direncanakan bisa digunakan dalam waktu jangka panjang. Gedung tersebut direncanakan
memiliki total panjang 65 m dan lebar 22,6 m.
Dalam perencanaannya, bangunan universitas yang akan dibangun berada di daerah Bandung
Jawa Barat. “Mayoritas gempa bumi selama abad terakhir dikaitkan dengan segmen busur belakang di
Flores dan Wetar dan memiliki mekanisme fokus gaya dorong [Ekström dkk., 2012; Beckers dan Lay,
1995], menunjukkan bahwa sistem sesar ini mengakomodasi bagian penting dari konvergensi antara
Lempeng Australia dan Blok Sunda.” Irwan Meilano.
Dalam Penelitiannya Journal of Earthquake and Tsunami dalam judul “Crustal deformation
Studies in Java (Indonesia) using GPS” Irwan Meilano, dkk. Menjelaskan secara historis, beberapa
gempa bumi besar terjadi di Jawa termasuk Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode survei
GPS deformasi antar seismik dari tiga sesar aktif di wilayah Jawa Barat (yaitu Cimandiri, Sesar
Lembang dan Baribis), dan deformasi co-seismik dan post-seismik terkait hingga gempa bumi Mei

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


170404049 170404147
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2006 di Yogyakarta dan Juli 2006 di Jawa Selatan.


Maka dari pada hasil analisis diatas, Tugas Besar Perancangan Struktur Beton
Bertulang dan Struktur Baja ini direncanakan gedung kampus 5 lantai. Gedung kampus yang
direncanakan berlokasi di Bandung dengan menggunakan sistem konstruksi beton bertulang
dan rangka baja yang direncanakan untuk menahan beban mati (dead load), beban hidup
(live load), bebangempa (earthquake) dan juga beban angin(wind load).

1.2. Denah Bangunan


Denah adalah gambar yang menunjukkan lokasi/letak dari suatu tempat.Denah juga
merupakan rencana pada suatu bangunan yang digambarkan pada gambar kerja. Dimana
dalam denah kita dapat mengetahui tata letak ruang, beserta lebar dari ruang yang dapat
dilihat dari denah tersebut. Denah dalam bangunan perlu disajikan secara terperinci dalam
gambar maupun struktur guna memudahkan pekerjaan di lapangan.

Untuk perencanaan gedung kampus ini memiliki denah sebagai berikut :

2,2 m

8m

2,2 m

8m

2,2 m L4 L4 L4 L4 L4 L4
L4 L4 L4 L4

6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m

Gambar 1.1 Denah Bangunan Universitas Lantai 1~4

2,2 m

8m

2,2 m

8m

2,2 m

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


6,5170404049
m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 170404147
6,5 m 6,5 m 6,5 m
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 1.2 Denah Bangunan Universitas Lantai 5

1.3. Tujuan Penyusunan Panduan

1. Mahasiswa diharapkan mampu menghitung struktur gedung dengan sistem


konstruksi beton bertulang dan rangka baja
2. Menuntun mahasiswa agar mampu merencanakan metode pelaksanaan
pemasangan balok dan kolom pembangunan gedung bertingkat
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam merencanakan sistem rangka
pemikul momen sesuai fungsi bangunan, kategori desain seismic dan sesuai standar
yang berlaku
4. Untuk melatih kemampuan mahasiswa agar kedepannya mampu dalam
menghadapi kondisi di lapangan kerja.

1.4. Acuan Peraturan dan Software


Adapun acuran peraturan dan software yang digunakan dalam perencanaan gedung
Universitas adalah:

1. SNI 2847-2019/ ACI 318-14 “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung”

2. SNI 1726-2019 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Struktur Bangunan Gedung”

3. SNI 1727-2018/ ASCE 7-16 “Beban Desain Minimum untuk Bangunan Gedung”
4. SNI 1729-2015/ AISC 341-16 “Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
5. SNI 2052-2014/ ASTM A 706 “Baja Tulangan Beton”
6. AutoCad, merupakan software yang digunakan dalam menggambar desain bangunan
7. ETabs, merupakan software yang digunakan dalam melakukan perhitungan gaya gaya
dan momen yang terjadi dalam suatu struktur

8. Microsoft Excel, merupakan program komputer yang digunakan dalam pengolahan


angka (aritmatika) dan proses kalkulasi

9. Microsoft Word, merupakan program penulisan kalimat yang membantu dalam


penyusunan kata dan penyusunan laporan.

ARI MUSTAFA KAMAL NAZMI WAYAN ANUGERAH


170404049 170404147
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

BAB II
KRITERIA DESAIN
2.1. Data Perencanaan
Diketahui data umum dan data tanah suatu struktur gedung kampus yang terdiri dari
beton bertulang sebagai rangka bawah dan baja sebagai rangka atas dengan data-data sebagai
berikut :
1. Fungsi Bangunan : Universitas
2. Posisi/Letak Bangunan : Bandung
3. Parameter perencanaan beban gempa sesuai dengan kondisi tanah kota terkait yang
dapat diakses melalui Peta Gempa 2017 dan Respon Spektral PUSKIM PU 2019
4. Mutu Beton (f’c) : (a). 25 Mpa
5. Mutu Baja : (b). A572
6. Mutu Tulangan Beton Ulir (d) : (a). BJTS 30
7. Mutu Tulangan Beton Polos () : (b). BJTS 30
8. Material Baut : (b). A325
9. Mutu Kawat Las : (b). E70xx
10. Material Dinding : (a). Bata Merah
11. Material Atap : (a). Metaldeck
12. Profil Balok Baja : (a). IWF
13. Profil Kolom Baja : (b). IWF
14. Kecepatan Angin (m/s) : (b). 36
15. Data Sondir Tanah : (d). BH-04
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 2.1. Denah Bangunan Tipikal (Lantai 1-4)


2,2 m

8m

2,2 m

8m

2,2 m

6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m

Gambar 2.2. Denah Bangunan Lantai 5


2,2 m

8m

2,2 m

8m

2,2 m

6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m

12°

4m

4m

4m

4m

4m

Gambar 2.3. Potongan Melintang Bangunan


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 2.4. Data Sondir Tanah BH-04


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.2. Proses Desain


Dalam perencanaan gedung universitas, maka akan dilakukan tahap proses desain
dimana akan :
Mulai

Pengumpulan data dan studi literature :


-Denah Bangunan
-Mutu Material
-Standar Pembebanan
-Standar Desain

Pembebanan
- Beban Gravitasi (Beban Mati,
SIDL, Beban Hidup),
- Beban Gempa
- Beban Angin

Preliminary Desain:
- Preliminary desain balok
- Preliminary desain pelat
- Preliminary desain kolom
- Perencanaan dimensi gording dan
trackstang

Pemodelan dan Pengecekan Struktur


- Pemeriksaan jumlah ragam
- Periode struktur
- Parameter respons terkobinasi
- Penskalaan gaya
- Efek P-Delta
- Torsi tak terduga

Pendetailan Elemen Struktur


- Penulangan pelat lantai
- Penulangan balok beton bertulang
- Penulangan kolom beton bertulang
- Penulangan Tangga
- Dimensi Profil Rafter dan Kolom Tangga
- Detail Sambungan Baja (Baut dan Las)

A B

A B
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 2.5. Flowchart Proses Desain

2.3. Material
2.3.1. Mutu Beton (Beton Normal)

- Berdasarkan SNI 2847;2019 pasal 19.2.1 tabel 19.2.1.1 hal 433 diatur bahwa untuk
kegunaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SPRMK), nilai minimum mutu
beton adalah f ' c=21 MPa Sedangkan bila digunakan struktur umum, nilai minimum
mutu beton adalah f ' c=17 MPa . Sedangkan untuk batas maksimal, tidak ditentukan.

Tabel 2.1. Batasan Nilai fc'


(Sumber SNI 2847-2019)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

- Untuk perencanaan struktur kasus ini, struktur akan didesain sebagai struktur rangka
pemikul momen khusus. Sehingga dengan mengacu pada nilai mutu beton minimum,
mutu beton yang akan digunakan pada struktur utama adalah
f ' c=25 MPa.

- Besaran nilai modulus elastisitas beton diatur dalam SNI 2847:2019; pasal 20.2.2.2;
hal 434 point (b) untuk beton normal adalah :

Ec =4700 √ f 'c MPa


Ec =4700 √ 25 MPa
Ec =4700 ×5 MPa
Ec =23500 MPa

2.3.2. Mutu Baja Tulangan


- Berdasarkan SNI 2847:2019 pasal 20.2.2.4 tabel 20.2.2.4a hal 450, diatur bahwa
mutu tulangan ulir maksimum untuk elemen lentur (balok) dan gaya aksial (kolom)
untuk sistem rangka pemikul momen khusus (SPRMK) adalah fy=420 MPa.
Sedangkan untuk sistem struktur lainnya fy=550 MPa.
- Sedangkan nilai modulus elastisitas, Es, berdasarkan SNI 2847-2019; pasal 20.2.2.2.
adalah
Es = 200.000 Mpa

- Mengacu pada SNI 2052:2014 mengenai baja tulangan beton, maka untuk
perencanaan baja tulangan ulir BJTS 30 diambil nilai fy=295 MPa dan fu=440 MPa
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

. Tulangan baja polos BJTp 30 didapat nilai fy=295 MPa dan fu=440 MPa .
Tabel 2.3. Sifat Mekanis Baja Tulangan beton
(Sumber : SNI 2052-2014)

- Sedangkan untuk tulangan polos (tulangan geser) diatur dalam SNI 2847:2019; tabel
20.2.2.4b; hal 451 dengan nilai maksimum nilai fy=420 MPa.
- Sehingga untuk perencanaan struktur ini digunakan mutu tulangan sengkang sebesar
fy = 240 MPa

2.3.3. Mutu Baja Struktural

- Berdasarkan SNI 7860:2015 pasal A3.1 mengenai spesifikasi baja struktural yang
digunakan dalam sistem penahan gaya seismic (SPGS), diatur bahwa tegangan leleh
baja yang digunakan untuk komponen struktur yang berperilaku inelastic tidak boleh
melampaui fy = 345 MPa atau 380 MPa. Sedangkan untuk kolom tidak boleh
melampaui fy = 450 MPa. Jadi digunakan spesifikasi A572 (grade 50) dengan nilai ¿
; fu=450 MPa .¿

Tabel 2.5. Standar baja bangunan menurut ASTM


(Sumber : Wiryanto,2015)
ASTM Keterangan
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

A36 Carbon Structural Steel (jenis baja karbon yang umum dipakai untuk konstruksi
High Strength Low-Alloy Structural Steel (baja tahan cuaca, biasa dipakai tanpa
A242 pengecatan)
High Strength Low-Alloy Structural Manganese Vanadium Steel (sudah tidak berlaku
A441 dan digantikan dengan A572)
High-Yield Strength, Quenched and Tempered Alloy Steel Plate Suitable for
A514 Welding (baja mutu tinggi struktur jembatan dengan las)
High Strength Carbon-Manganese Steel of Structural Quality (baja jenis karbon
A529 mangan untuk konstruksi)
High Strength Low-Alloy Columbium-Vanadium Steel (baja mutu tinggi dengan grade
A572 42, 50, 55, 60 dan 65, dimana grade 50 setara baja A992)
High Strength Low Alloy Structural Steel, up to 345 MPa Minimum Yield Point, with
A588 Atmospheric Corrosion Resistance (baja tahan cuaca, biasa dipakai tanpa pengecatan)
Normalized High-Strength Low-Alloy Structural Steel Plates (cocok untuk temperature
A633 rendah, -45°C ke atas)
Carbon and High Strength Low-Alloy Structural Steel Shapes, Plates and Bars
and Quenched-and-Tempered Alloy Structural Steel Plates for Bridge (baja pelat
A709
untuk struktur jembatan)
Quenched and Tempered Low-Alloy Structural Steel Plate (baja mutu tinggi untuk
A852 struktur jembatan dengan las, ketahanan tinggi terhadap korosi)
High-Strength Low-Alloy Structural Steel Plates with Atmospheric Corrosion
A871 Resistance (baja tahan korosi untuk pipa atau tiang (pole)
High-Strength Low-Alloy Steel Shapes of Structural Quality, Produced by
Quenching and Self Tempering Process (QST) (baja mutu tinggi dengan grade 50,
55, 60, 65, dan 70, karena melalui proses QST maka tipe ini tidak boleh dipanasi
A913
lebih dari 600°C
Steel for Structural Shapes for use in Building Framing (profil baja hot-rolled setara
A572, umum digunakan untuk bangunan tahan gempa, ratio Fy/Fu  0,8 untuk
A992 menjamin daktilitasnya. Popular digunakan sebagai pengganti baja karbon A36
Alloy Steel Structural Shapes for use in Building Framing (ratio Fy/Fu  0,8, tidak
A1026 boleh galvanis dan dipanasi lebih dari 400°C)
Structural Steel with Low Yield to Tensile Ratio for use in Buildings (material baru
A1043 untuk struktur bangunan dengan ratio Fy/Fu  0,8)
Standard Specification for Structural Steel with Improved Yield Strength at High
Temperature for use in Buildings (spesifikasi baru, material baja tahan api (fire
A1077
resistant steel)

Tabel 2.6. Spesifikasi baja menurut ASTM


(Sumber : Wiryanto,2015)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Kuat leleh Kuat tarik min. Elongasi min.


Tipe tebal (mm)
(MPa) (MPa) @200 mm, %
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

A36 t  75 250 400 ~ 550 20


t  40 345 485
A242 40 < t  50 315 460 18
t > 50 290 435
t  65 690 760 ~ 895
A514
65 < t  150 620 690 ~ 895
A529 Gr.50 345 18
A529 Gr.55 t  40 380 485 ~ 690 17
A572 Gr.42 290 415 20
A572 Gr.50 semua 345 450 18
A572 Gr.55 380 485 17
A572 Gr.60 415 520 16
A572 Gr.65 t  50 450 550 15
A588 345 485 18
A633 Gr.A t  100 290 430 ~ 570
A633 Gr.C t  65 345 485 ~ 620
18
A633 Gr.D 65 < t  100 315 450 ~ 590
A633 Gr.E t  100 415 550 ~ 690
A709 Gr.36 t  75 250 400 ~ 550 20
A709 Gr.50 345 450 18
A852 485 620 ~ 760 19
A871 Gr.60 415 520 16
A871 Gr.65 450 550 15
A913 Gr.50 345 450 18
A913 Gr.60 415 520 16
A913 Gr.65 450 550 15
A913 Gr.70 485 620 14
A992 345 ~ 450 450 18
A1026 Gr.50 345 ~ 450 450 18
A1026 Gr.65 450 ~ 550 550 15
A1043 Gr.36 250 400 ~ 550 20
A1043 Gr.50 345 450 18
A1077 Gr.36 250 400 ~ 550 20
A1077 Gr.50 t  100 345 450 18

Tabel 2.7. Mechanical Properties ASTM 572


(Sumber : Octalmetals.com)

2.3.4. Profil Baja Struktural


- Beberapa profil baja yang digunakan mengacu pada tabel profil dari PT. Gunung
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Garuda. Antara lain profil IWF, H-Beam, Angle, Profil UNP, dan Profil C.

Tabel 2.8. Data Profil Equal Angle

Tabel 2.9. Data Profil Unequal Angle

Tabel 2.10. Tabel Data Profil Wide Flange


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tabel 2.11. Data Profil UNP


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tabel 2.12.
Data Profil
Lipped Channel

Tabel 2.13.
Data Profil
Pipe
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.3.5. Mutu Baut, Mur dan Ring


- Untuk mutu baut, mur dan ring dapat menggunakan SNI 1729:2015 dan ASTM A325
sebagai acuan. ASTM A325 adalah standar ASTM Internasional untuk baut
struktural hex berat, yang berjudul Spesifikasi Standar untuk Baut Struktural, Baja,
Hasil Perlakuan Panas, Kekuatan Tarik Minimum 120/105 ksi. Ini mendefinisikan
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

1 1
sifat mekanik untuk baut yang diameternya berkisar dari hingga 1 inci. Baut
2 2
A325 memiliki tegangan leleh minimum 660 MPa, tegangan Tarik minimum 830
MPa dan tegangan proof load 600 MPa.
Tabel 2.14. Spesifikasi Baut menurut DIN 18800:1990
(Sumber : Wiryanto, 2015)
Kuat leleh Kuat tarik min.
Tipe
(MPa) (MPa)
4.6 240 400
5.6 300 500
8.8 640 800
10.9 900 1000

Tabel 2.15 Parameter Baut menurut Australia/European


(Sumber : Wiryanto,2015)
Grade Kuat rencana – BS 5950 Nilai karakteristik – SS EN 1993
(Kode baut) Fy (Mpa) Fu (Mpa) Fy (Mpa) Fu (Mpa)
8.8 375 560 640 800
10.9 400 700 900 1000
12.9 480 840 1080 1200

Tabel 2.16. Spesifikasi baut menurut DIN 18800:1990


(Sumber : Wiryanto,2015)
Grade Kuat rencana – BS 5950 Nilai karakteristik – SS EN 1993
(Kode baut) Fy (Mpa) Fu (Mpa) Fy (Mpa) Fu (Mpa)
F8T 375 560 640 800
F10T 400 700 900 1000
F11T 440 770 950 1100
S10T 400 700 900 1000

Tabel 2.17. Kekuatan Nominal Pengencang dan bagian yang berulir


(Sumber : SNI 1729:2015 Tabel J3.2)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.3.6. Mutu Angkur

- Berdasarkan SNI 1729:2015, baut angkur harus memenuhi ketentuan sesuai dengan
standar ASTM A307 (fy=240 MPa .; fu=370 MPa .). Baut angkur harus tetap pada
posisi arah vertikal. Baut angkur harus dipasang sesuai dengan gambar kerja. Batasan
posisi pemasangan sesuai dengan gambar kerja.

2.3.7. Mutu Kawat las

- Menurut AWS D1.1 Structural Welding Code – Steel, Table 3.1. An American
National Standard”. Minimum yield strength dan ultimate tensile strength (N/mm2)
untuk mutu baja A572 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.18. Spesifikasi Mutu kawat Las

- U n t u k k a w a

fy=400 MPa; fy=480 MPa


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.3.8. Material Atap


- Untuk perencanaan metal deck, digunakan spesifikasi Lysaght Spandeck tebal 0,4
mm.

Gambar 2.6. Spesifikasi atap spandek

Tabel 2.19. Massa dan mutu atap spandek

Gambar 2.7. Profil Atap Spandek

Tabel 2.20. Massa dan mutu atap spandek


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tabel 2.21. Massa dan mutu atap


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4. Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Dan pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Jika beban-beban yang bekerja pada suatu
struktur telah diestimasi, maka berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang
paling dominan yang mungkin bekerja pada suatu struktur tersebut. Besar beban yang bekerja pada
suatu struktur dan kombinasi beban- beban yang bekerja telah diatur dalam RSNI2 1727:2018. Berikut
merupakan beberapa jenis beban yang akan diperhitungkan untuk perencanaan struktur bangunan
penahan gaya seismik antara lain:

2.4.1. Beban mati


Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan, termasuk segala unsur
tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya, termasuk unsur-unsur tambahan (super
imposed dead load, SIDL), finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari bagunan/gedung tersebut. Termasuk dalam beban ini adalah beban struktur, pipa-pipa,
saluran listrik, AC, lampu-lampu, penutup lantai, dan plafon. Beberapa contoh berat dari beberapa
komponen bangunan penting yang digunakan untuk menentukan besarnya beban mati suatu gedung
/bangunan dapat dilihat dari :

2.4.1.1. Beban Sendiri


Beban sendiri terdiri dari material beton bertulang : 23,6 kN/m 3 (RSNI2 1727:2018 Tabel

C3.1-2, Concrete, Reinforced Stone (including gravel)). Beban material baja : 77,3 kN/m3 (RSNI2
1727:2018 Tabel C3.1-2, Steel, cold-drawn). Program analisa struktur dapat memperhitungkan beban
sendiri secara otomatis berdasarkan berat per volume masing-masing material.
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tabel 2.22. Berat Jenis Minimum Material untuk Beban Desain


Material Density (kN/m3) Material Density (kN/m3)
Aluminum 27 Silt, moist, loose 12.3
Bituminous products Silt, moist, packed 15.1
Asphaltum 12.7 Silt, flowing 17.0
Graphite 21.2 Sand and gravel, dry, loose 15.7
Paraffin 8.8 Sand and gravel, dry, packed 17.3
Petroleum, crude 8.6 Sand and gravel, wet 18.9
Petroleum, refined 7.9 Earth (submerged)
Petroleum, benzine 7.2 Clay 12.6
Petroleum, gasoline 6.6 Soil 11.0
Pitch 10.8 River mud 14.1
Tar 11.8 Sand or gravel 9.4
Brass 82.6 Sand or gravel and clay 10.2
Bronze 86.7 Glass 25.1
Cast-stone masonry (cement, stone, sand) 22.6 Gravel, dry 16.3
Cement, portland, loose 14.1 Gypsum, loose 11.0
Ceramic tile 23.6 Gypsum, wallboard 7.9
Charcoal 1.9 Ice 9.0
Cinder fill 9.0 Iron
Cinders, dry, in bulk 7.1 Cast 70.7
Coal Wrought 75.4
Anthracite, piled 8.2 Lead 111.5
Bituminous, piled 7.4 Lime
Lignite, piled 7.4 Hydrated, compacted 5.0
Peat, dry, piled 3.6 Hydrated, loose 7.1
Concrete, plain Masonry, ashlar stone
Cinder 17.0 Granite 25.9
Expanded-slag aggregate 15.7 Limestone, crystalline 25.9
Haydite (burned-clay aggregate) 14.1 Limestone, oolitic 21.2
Slag 20.7 Marble 27.2
Stone (including gravel) 22.6 Sandstone 22.6
Vermiculite and perlite aggregate, 3.9–7.9 Masonry, brick
nonload-bearing Hard (low absorption) 20.4
Other light aggregate, load-bearing 11.0–16.5 Medium (medium absorption) 18.1
Concrete, reinforced Soft (high absorption) 15.7
Cinder 17.4 Masonry, concretea
Slag 21.7 Lightweight units 16.5
Stone (including gravel) 23.6 Medium weight units 19.6
Copper 87.3 Normal weight units 21.2
Cork, compressed 2.2 Masonry grout 22.0
Earth (not submerged) Masonry, rubble stone
Clay, dry 9.9 Granite 24.0
Clay, damp 17.3 Limestone, crystalline 23.1
Clay and gravel, dry 15.7 Limestone, oolitic 21.7
Marble 24.5 Sandstone 12.9
Sandstone 21.5 Shale 14.5
Mortar, cement or lime 20.4 Greenstone, hornblende 16.8
Particleboard 7.1 Terra cotta, architectural
Plywood 5.7 Voids filled 18.9
Riprap (not submerged) Voids unfilled 11.3
Limestone 13.0 Tin 72.1
Sand 8.2 Oak, commercial reds and whites 7.4
Slate 27.0 Pine, southern yellow 5.8
Steel, cold-drawn 77.3 Redwood 4.4
Stone, quarried, piled Spruce, red, white, and Sitka 4.5
Basalt, granite, gneiss 15.1 Western hemlock 5.0
Limestone, marble, quartz 14.9 Zinc, rolled sheet 70.5
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.1.2. Beban Mati Tambahan (SIDL)


Beban mati tambahan per m2 lantai dapat dilihat pada RSNI2 1727:2018
Tabel 2.23. Beban mati desain minimum (kN/m2)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tabel 2.24 Beban mati tambahan per m2 pada lantai 1-4


Berat
Jenis Beban Diambil dari
kN/m2
Keramik Spesi 1,10 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Ceramic or quarry tile
(19mm) on 25 mm mortar bed)
Ducting Mekanikal 0,19 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Mechanical Duct
Allowance)
Pengantung Langit- 0,10 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Suspended Steel
Langit Channel System)
Plafon 0,05 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Acoustical fiberboard)
Total 1,44

Tabel 2.25 Beban mati tambahan per m2 pada atap


Berat
Jenis Beban Diambil dari
kN/m2
Lapisan (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Waterproofing
0,05
Waterproofing Membranes Liquid Applied)
Ducting Mekanikal (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Mechanical Duct
0,19
Allowance)
Pengantung Langit- (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Suspended Steel
0,10
Langit Channel System)
Plafon 0,05 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Acoustical fiberboard)
Total 0,39
-Accessories (gusset plate, bolt, trackstang, bracing) = 10% dari beban mati tambahan
-Beban dinding ½ bata : 2,3 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 C3.1-1, Exterior stud walls
with brick veneer)
Beban dinding pd balok 30.40= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,4) = 8,28 kN/m
Beban dinding pd balok 40.60= 2,3 x tinggi bersih dinding = 2,3x(4-0,6) = 7,82 kN/m

2.4.2. Beban Hidup


Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa layannya, dan
timbul akibat penggunaan suatu gedung. Jenis beban ini termasuk berat manusia, perabotan yang dapat
dipindah-pindah, kendaraan, dan barang-barang lain. Karena besar dan lokasi beban yang senantiasa
berubah-ubah, maka penentuan beban hidup secara pasti merupakan suatu hal yang cukup sulit. Oleh
karena itu penentuan beban hidup mengacu pada standar pembebanan RSNI2 1727:2018

2.4.2.1. Berat Hidup pada Lantai


Ruang kelas : 1,92 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
Koridor Lt.1 : 4,79 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
Koridor Lt.2-5 : 4,79 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
Beban Partisi : 0,72 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Pasal 4.3.2)
Tangga dan jalan keluar : 4,79 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
Ruang Makan dan restoran : 4,79 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Kursi dapat dipindahkan : 4,79 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)

2.4.2.2. Berat Hidup pada Atap


Atap datar : 0,96 kN/m2 (RSNI2 1727:2018 Tabel 4.3-1)

Tabel 2.26. Beban Hidup Distribusi Merata Minimum


HUNIAN ATAU PENGGUNAAN BEBAN MERATA (kN/m²)
Apartemen / Rumah Tinggal
Semua ruang kecuali tangga dan balkon 1,92
Tangga Rumah tinggal 1.92
Kantor
Ruang Kantor 2,40
Ruang Komputer 4,79
Lobi dan koridor lantai pertama 4,79
Koridor di atas lantai pertama 3,83
Ruang Pertemuan
Lobi 4,79
Kursi dapat dipindahkan 4,79
Panggung pertemuan 4,79
Koridor
Koridor lantai pertama 4,79
Koridor Lantai lain sama seperti pelayanan hunian
Ruang Makan dan restoran 4,79
Rumah Sakit
Ruang Operasi, Laboratorium 2,87
Ruang pasien 7,18
Koridor diatas lantai pertama 3,83
Perpustakaan
Ruang baca 2,87
Ruang Penyimpanan 7,18
Koridor diatas lantai pertama 3,83
Pabrik
Ringan 6,00
Berat 11,97
Sekolah
Ruang kelas 1,92
Koridor lantai pertama 4,79
Koridor diatas lantai pertama 3,83
Tangga dan jalan keluar 4,79
Gudang penyimpan barang
Ringan 6,00
Berat 11,97
Toko Eceran
Lantai pertama 4,79
Lantai diatasnya 3,59

2.4.2.3. Faktor Reduksi Beban Hidup


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Menurut RSNI2 1727:2018 pasal 4.7.3, komponen struktur yang memiliki tributary area 37,16

m2 atau lebih diizinkan untuk dirancang dengan beban hidup teredukksi sesuai dengan rumus berikut:

4,57
(
L=Lo 0,25+
√K¿ AT )
Keterangan :
𝐿 = beban hidup rencana tereduksi per m2
𝐿𝑜 = beban hidup rencana tanpa reduksi per m2
𝐾𝐿𝐿 = faktor elemen beban hidup
𝐴𝑇 = tributary area dalam m2
Tabel 2.27. Faktor elemen beban hidup, KLL

Menurut
RSNI2 1727:2018 pasal 4.8.2, untuk komponen atap dasr biasa, berbubung, atap lengkung,
awning dan kanotpi selain dari atap konstruksi fabric dapat direduksi dengan:
Lr =Lo R1 R2 dengan 0,58≤ Lr ≤ 0,96 (2.2)
di mana:
1 untuk AT ≤ 18,58 m2
R1 = 1,2 0,011AT untuk 18,58 m2 < AT < 55,74 m2
0,6 untuk AT ≥55,74 m2
1 untuk F ≤ 4
R1 = 1,2 0,011AT untuk 4 < F < 12 m2
0,6 untuk AT ≥ 12 m2
Di mana untuk atap berbubung, F = 0,12 x kemiringan (slope), kemiringan dinyataka
dalam persentase dan untuk atas lengkung atau berkubah, F = rasio tinggi terhadap bentang
dikalikan dengan 32.
Sehingga untuk komponen atap datar biasa, berbubung, atap lengkung, awning dan
kanopi selain dari atas konstruksi fabric terdapat beban hidup sebesar :
Lr = 0,96 x 0,6 x 1 = 0,576 kN/m2 = 0,58 kN/m2
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.3 Beban Angin

Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya akibat
adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin
ditentukan dengan mengasumsikan adanya tekanan positif dan tekanan negatif
(isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang
akan ditinjau. Berdasarkan RSNI2 1727:2018, prosedur analitis perencanaan
beban angin terdiri dari prosedur directional dan envelope. Metode directional
terdiri dari:
1. Menentukan kategori risiko bangunan dan struktur lainnya
2. Menentukan kecepatan angindasar, V untuk jenis katergori risiko bangunan
3. Menentukan parameter beban angin;
a. Faktor arah angin, Kd
b. Kategori eksposur B, C dan D
c. Faktor topografi, Kzt
d. Faktor elevasi permukaan tanah Ke
e. Faktor efek tiupan angin, G (gust effect factor)
f. Klasifikasi ketertutupan
g. Koefisien tekanan internal (Gcpi)
4. Menentukan koefisien eksposur tekanan velositas, Kz atau Kh
5. Menentukan tekanan velositas, qz atau qh
6. Menentukan tekanan eksternal, Cp atau CN
7. Hitung tekanan angin desain, p pada setiap permukaan bangunan

2.4.3.1. Beban Angin


Bangunan dan struktur lainnya harus diklasifikasikan berdasarkan risiko bagi
kehidupan manusia, kesehatan dan kesejahteraan yang terkait dengan kerusakan atau
kegagalan penggunaan menurut Tabel 2.12. Untuk tujuan penerapan ketentuan banjir, angin,
salju dan gempa. Beban desain minimum untuk struktur harus memasukkan faktor penting
yang berlaku pada Tabel 2.11.
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tabel 2.28 Faktor Kepentingan Berdasarkan Kategori Risiko Bangunan Gedung


(Sumber : RSNI2 1727:2018 tabel 1.5-2)

Tabel 2.29 Kategori Risiko Bangunan dan Struktur Lainnya untuk Beban Banjir,
Angin, Gempa (Sumber : RSNI2 1727:2018)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.3.2. Kecepatan Angin Dasar


Sebagai acuan normatif, untuk penentuan nilai kecepatan angin dasar, V (m/s)
berdasarkan pada standar HB 212-2002 “Design Wind Speeds for the Asia-Pasfic Region.”.
Menurut HB 212-2002, wilayan Indonesia berada di daerah sekitar garis ekuador yang masuk
ke dalam level 1 dengan peta sebagai berikut:

Lokasi Proyek
Kota Bandung
6° 41' – 7° 19' LS dan
107° 22' - 108° 5' BT

Gambar 2.7 Peta Angin untuk Daerah Asia-Pasifik dengan Klasifikasi Singkat
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tingkat I merupakan daerah bidang ekuador, kondisi di mana sering terjadi hujan
deras dan angin monsoon. Daerah ini meliputi negara Singapura, Indonesia dan Papua
Nugini. Persamaan kecepatan angin yang dianalisis berdasarkan keberadaan 11 stasiun
penakar angin sebagai berikut:
V R=70−56 R−0.1 (2.3)
Persamaan ini memberikan nilai untuk perioder ulang, R = 50 tahun, maka V 50 bernilai
32,12 m/s sedangkan untuk periode ulang 500 tahun, V500= 39,92 m/s.

Tabel 2.30 Hubungan Kecepatan Angin dan Periode Ulang


(Kecepatan Hembusan Angin 3s, Elevasi 10m, Daerah Terbuka (Eksposur C))

(Sumber : HB 212-2002)
Berdasarkan standar tersebut, maka kita dapat mengambil nilai V = 32 m/s untuk desain
kecepatan angin pada kondisi layan (serviceability design), sedangkan V = 40 m/s pada kondisi batas
(ultimate design).
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.3.3. Faktor Arah Angin, Kd


Faktor arah angin ditentukan berdasarkan tipe struktur yang terdapat pada RSNI2
1727:2018 tabel 26.6-1
Tabel 2.31 Faktor Arah Angin, Kd

2.4.3.4. Kategori Eksposur


Kategori eksposur ditentukan berdasarkan ketinggian bangunan, kekasaran permukaan
dan arah lawan angin. Berikut merupakan penjelasan dari beberapa jenis kategori kekasaran
permukaan dan kategori eksposur:

- Eksposur B: Untuk bangunan gedung dengan tinggi rata-rata kurang dari atau sama dengan
9,1m, Eksposur B berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagaimana ditentukan oleh
kekasaran permukaan B, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 457m.
Untuk bangunan dengan tinggi rata-rata lebih besar dari 9,1m, Eksposur B berlaku bilamana
kekasaran permukaan B berada dalam arah lawan angin untuk jarak lebih besar dari 792 m
atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar.
Kekasaran permukaan B: Daerah perkotaan dan pinggiran kota, daerah berhutan, atau
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

daerah lain dengan penghalang berjarak dekat seukuran tempat tinggal keluarga-tunggal atau
lebih besar dalam jumlah banyak.

- Eksposur C: berlaku untuk semua kasus dimana Eksposur B atau D tidak berlaku.
Kekasaran Permukaan C: Dataran terbuka dengan penghalang tersebar yang memiliki
tinggi umumnya kurang dari 9,1m. Kategori ini mencakup daerah terbuka datar dan padang
rumput.
- Eksposur D: berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagaimana ditentukan oleh
kekasaran permukaan D, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 5000ft
(1.524m) atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar. Eksposur D juga berlaku bilamana
kekesaran permukaan tanah segera lawan angin dari situs B atau C, dan situs berada dalam
jarak 600ft(183m) atau 20 kali tinggi bangunan, mana yang terbesar, dari kondisi Eksposur D
sebagaimana ditentukkan dalam kalimat sebelumnya.
Kekasaran Permukaan D: Permukaan datar, area tanpa halangan dan permukaan air.
Kategori ini termasuk hamparan lumpur halus.
Untuk situs yang terletak di zona transisi antara kateogori exposure, harus
menggunakan hasil kategori di gaya angin terbesar.

2.4.3.5. Faktor Topografi, Kzt


Efek peningkatan kecepatan angin pada bukit, bukit memanjang, dan tebing curam
yang terisolasi akan menimmbulkan perubahan mendadak dalam topografi umum, terletak
dalam setiap kategori eksposur, harus dimasukkan dalam perhitungan beban angin bila kondisi
bangunan gedung dan kondisi lokasi struktur memenuhi kondisi berikut:
1. Bukit, bukit memanjang, atau tebing curam yang terisolasi dan tidak terhalang angin arah
vertical ke atas oleh pengaruh topografi serupa dari ketinggian yang setara untuk 100 kali
tinggi fitur topografi (100H) atau 2 mil (3,22 km), dipilih yang terkecil. Jarak ini harus
diukur horizontal dari titik dimana tinggi H pada bukit, punggung bukit, atau tebing yang
ditentukan.
2. Bukit, bukit memanjang, atau tebing curam yang menonjol di atas ketinggian fitur dataran
arah bertikal ke atas antara radius 2 mil (3,22 km) untuk setiap kuadran dengan faktor dua
atau lebih.
3. Struktur yang berlokasi seperti terlihat pada Gambar 2 pada setengah bagian ke atas dari
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

bukit atau punggung bukit atau dekat puncak tebing.


4. H/Lh ≥ 0,2
5. H ≥ 4,5 m untuk Eksposur C dan D, H ≥ 18 m untuk Eksposur B.
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Efek peningkatan kecepatan angin harus dimasukkan dalam perhitungan beban angin
desain dengan menggunakan faktor Kzt:
K zt =( 1+ K 1 K 2 K 3 )2 (2.3)
Di mana K1, K2 dan K3 ditetapkan pada Gambar 2.7
Jika kondisi situs dan lokasi bangunan gedung dan struktur lain tidak memenuhi
semua kondisi yang disyaratkan dalam RSNI2 1727:2018 pasal 26.8-1, maka Kzt = 1,0

2.4.3.6. Faktor Elevasi Permukaan Tanah, Ke

Faktor elevasi permukaan tanah untuk menyesuaikan kondisi densitas udara, Ke, harus
ditentukan sesuai dengan RSNI2 1727:2018 tabel 26.9-1. Namun untuk pertimbangan yang
konservatif, nilai Ke boleh diambil 1 untuk semua kasus.
Tabel 2.32 Faktor Elevasi Permukaan Tanah, Ke

2.4.3.7. Faktor Efek Tiupan Angin, G (gust effect factor)


Faktor efek tiupan angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain yang kaku
boleh diambil sebesar 0,85.
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.3.8. Klasidikasi Ketertutupan


Untuk koefisien tekanan internal (Gcpi), harus ditentukan terlebih dahulu kategoti
ketertutupan struktur bangunan tersebut. Berikut merupakan beberapa pengertian klasifikasi
ketertutupan:
Bukaan: penentuan banyaknya bukaan pada pembungkus bangunan gedung harus dibuat
untuk menentukan klasifikasi ketertutupan.
Proteksi Bukaan yang dipasang kaca: bukaan yang dipasang kaca dalam bangunan
kategori resiko II, III atau IV yang berada pada wilayah rawan-angin kencang harus
diproteksi
Wilayah berpartikel terbawa angin: bukaan yang dipasang kaca harus dilindungi
sesuai lokasi berikut :
1. Dalam 1 mil garis pantai tinggi air rata-rata dimana kecepatan angin dasar sama
dengan atau lebih besar dari 130 mil/h (58m/s), atau
2. Dalam daerah dimana kecepatan angin dasar adalah sama dengan atau lebih besar dari
140mi/h (63m/s)

Jika sebuah bangunan memenuhi definisi bangunan “terbuka” dan “tertutup


sebagian”, harus diklasifikasikan sebagai bangunan “terbuka”. Suatu bangunan yang
tidak memenuhi definisi bangunan “terbuka” atau “tertutup sebagian” harus
diklasifikasikan sebagai bangunan “tertutup”.
Tabel 2.33 Klasifikasi Ketertutupan dan Nilai Koefisien Tekanan Internal (GCpi)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.3.9. Koefisien Eksposur Tekanan Velositas, Kz atau Kh


Koefisien eksposur tekanan velositas, Kz, dapat ditentukan dengan tabel 2.28 ataupun
dengan persamaan berikut:
2
z
K z=2,01 ( ) untuk 4,6 m≤ z ≤ z
zg
α
g

2
4,6
K z=2,01 ( )
zg
α

untuk z < 4,6 m; nilai α dan zg ditabulasi dalam Tabel 2.27

Tabel 2.34 Konstanta Eksposur Dataran

Tabel 2.35 Koefisien Eksposur Dataran


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Maka, tinggi
z = tinggi bangunan keseluruhan = 20 m + 1,43 m = 21,43 ≈ 21,5 m
2
z
K z=2,01( ) untuk 4,6 m≤ z ≤ z
zg
α
g

2
21.5
K =2,01 (
365,76 )
9,5
z =1,1085

2.4.3.10. Menentukan tekanan velositas, qz


Tekanan velositas, qz yang dievaluasi pada ketinggian z di atas tanah dapat dihitung
dengan persamaan berikut :

q z =0,613 K z K zt K d K e V 2 (N/m 2 ) ; V dalam m/s (2.4)


dengan
K z= koefisien eksposur tekanan velositas = 1,1085
K zt = faktor topografi = 1
K d = faktor arah angin = 0,85
K e = faktor elevasi permukaan tanah = 1 (konservatif)
V = kecepatan angin dasar = 38 m/s
q z = tekanan velositas pada ketinggian z
Maka untuk perhitungan tekanan velositas
Dimana :
q z =0,613 K z K zt K d K e V 2
q z =0,613 ( 1,1085 )( 1 ) ( 0,85 ) (1)(38)2
q z =¿ 834,031N/mm 2
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.4.Menentukan tekanan eksternal, Cp atau CN

Gambar 2.8 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 2.9 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin (lanjutan)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 2.10 Koefisien tekanan netto, CN SPBAU untuk gedung terbuka dengan atap
pelana
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 2.11 Kasus Beban Dasar


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.4.1. Hitung tekanan angin desain, p

Untuk bangunan gedung kaku tertutup dan tertutup sebagian, nilai tekanan angin
desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut:
p=qGC p−qi ( GC pi ) (N/m2) (2.5)
dengan
q = qz untuk dinding di sisi angin datang
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding samping, dan atap
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping, dan atap
qi = qz untuk mengevaluasi tekanan internal positif pada bangunan gedung tertutup sebagian
G = faktor efek tiupan angin
Cp = koefisien tekanan eksternal
(GCpi) = koefisien tekanan internal

Untuk bangunan gedung fleksibel tertutup dan tertutup sebagian, nilai tekanan
angin desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut:
p=q Gf C p−q i ( G C pi ) (N/m2) (2.6)
Dengan
q = qz untuk dinding di sisi angin datang
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding sa,ping, dan atap
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping, dan atap
qi = qz untuk mengevaluasi tekanan internal positif pada bangunan gedung tertutup sebagian
Gf = faktor efek tiupan angin bangunan gedung fleksibel
Cp = koefisien tekanan eksternal
(GCpi) = koefisien tekanan internal

Untuk bangunan gedung terbuka dengan atap bebas miring sepihak, berhubung,
atau cekung, nilai tekanan angin desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut:
p=qh GC N (N/m2) (2.7)
Dengan
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

qh = tekanan velositas dievaluasi pada tinggi atap rata- rata h


G = faktor efek tiupan angin bangunan
CN = koefisien tekanan netto

Koefisien tekanan netto, CN, termasuk kontribusi dari permukaan atas dan bawah.
Semua kasus beban yang ada pada setiap sudut atap harus diinvestigasi. Tanda plus dan minus
menandakan tekanan bekerja terhadap dan sepanjang dari permukaan atas atap.
Pada kondisi angin bangunan gedung, diperoleh data
Kecepatan angin (m/s) : 38 m/s
Kz : 1,1085 (koefisien eksposur tekanan velositas, pada eksposur B)
Kd : 0,85 (faktor arah angin pada bangunan gedung kaku)
Kzt : 1 (faktor topografi di daerah datar)
Ke : 1 (faktor elevasi permukaan tanah (konservatif))
qz : 834,031 N/mm2 (tekanan velositas pada ketinggian z)
G : 0,85 (faktor efek tiupan angin pada bangunan gedung kaku)
Cpi : 0,18 (koefisien tekanan internal)
Cp : 0,8 (koefisien tekanan eksternal)
Gcpi : 0,153
Gcp : 0,68

𝑝 = 𝐶𝑝 − 𝑞𝑖(𝐺𝐶𝑝𝑖) (N/m2)

2.4.4.1. Beban angin desain minimum


Menurut RSNI2 1727:2018, beban angin yang digunakan dalam desain SPBAU untuk
bangunan gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak boleh lebih kecil dari 0,77 kN/m 2
dikalikan dengan luas dinding bangunan gedung dan 0,38 kN/m2 dikalikan dengan luas atap
bangunan gedung. Sementara untuk bangunan gedung terbuka, beban angin desain harus tidak
kurang dari 0,77 kN/m2 dikalikan dengan luas Af

2.4.4.2. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan analisa dinamik karena gaya yang terjadi
pada struktur diakibatkan oleh gerakan tanah.

Gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlampaui besarannya


selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%. (periode ulang gempa 2500
tahun). Untuk perencanaan gedung tahan gempa berdasarkan pada SNI 1726:2019 tentang
“Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung dan Non Gedung” yang
meliputi dari beberapa langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan kategori resiko struktur bangunan (I-IV)


2. Menentukan faktor keutamaan gempa (Ie)
3. Menentukan kelas situs tanah (SA - SF)
4. Menentukan koefisien situs (Fa, Fv) dan parameter respons spectral percepatan
gempa maksimum yang dipertimbangkan (MCER)
5. Menentukan parameter percepatan spectral desain (SD1, SDs)
6. Menentukan kategori desain seismik (A-F)
7. Menentukan sistem dan parameter struktur (R, Cd, Ωo)
8. Menentukan periode fundamental struktur (T)
9. Menghitung berat efektif seismik dan hitung gaya geser dasar seismic

2.4.4.3. Kategori Risiko Bangunan dan Faktor Keutamaan Gempa

Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung
ditentukan sesuai tabel 2.29 dan pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikaitkan
dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2.31.
Kategori risiko bangunan (KRB) menyatakan tingkat risiko atau tingkat
kepentingan keselamatan bangunan. Semakin tinggi ketegori risiko bangunan, maka
tingkat keamanan bangunan yang dogunakan pada saat perencanaan harus semakin
tinggi.
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Tabel 2.29 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa
(Sumber: SNI 1726:2019)
Kategori
Jenis pemanfaatan risiko
Gedung dan nongedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain :
1. Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan I
2. Fasilitas sementara
3. Gudang penyimpanan
4. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I, III,
IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Perumahan
2. Rumah toko dan rumah kantor
3. Pasar
4. Gedung perkantoran II
5. Gedung apartemen/ rumah susun
6. Pusat perbelanjaan/ Mall
7. Bangunan industry
8. Fasilitas manufaktur
9. Pabrik
Gedung dan nongedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
1. Bioskop
2. Gedung pertemuan
3. Stadion
4. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
5. Fasilitas penitipan anak
6. Penjara
7. Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
III
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
1. Pusat pembangkit listrik biasa
2. Fasilitas penanganan air
3. Fasilitas penanganan limbah
4. Pusat telekomunikasi
Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, (termasuk,
tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia


berbahaya, limbah berbahaya atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung
bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai
batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan
bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.

Tabel 2.30 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa
(lanjutan)
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko
Gedung dan nongedung yang dikategorikan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
1. Bangunan-bangunan monumental
2. Gedung sekolah dan fasilitas Pendidikan
3. Rumah ibadah
4. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
5. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
6. Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunami, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
7. Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya IV
untuk tanggap darurat
8. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada
saat keadaan darurat
9. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan nongedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.

Tabel 2.31 Faktor Keutamaan Gempa (Ie)


Kategori Resiko Faktor Keutamaan Gempa, Ie

I dan II 1,0
III 1,25
IV 1,50

2.4.4.4. Klasifikasi Situs untuk Desain Seismik

Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan dipermukaan tanah harus
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

ditentukan atau diklarifikasi terlebih dahulu amplifikasi besaran percepatan gempa puncak
dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs. Untuk mengetahui kelas situs tanah
yang terdapat pada lokasi tersebut dapat menggunakan kecepatan rata-rata gelombang geser,
v́ s, nilai tahanan penetrasi standar rata-rata ( Ń ) dalam lapisan 30 paling atas atau N´ch tahanan
penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif (PI<20) di dalam lapisan 30m paling atas atau
nilai kuat geser niralir, śu.

Tabel 2.32 Klasifikasi Situs

Kelas situs v́ s(m/detik) Ń atau 𝒔śu (kPa)


N´ch
SA (batuan keras) > 1500 N/A N/A
SB (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A
SC (tanah keras, sangat
350 sampai 750 > 50 ≥ 100
padat dan batuan lunak)
SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 50 50 sampai 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3 m
tanah dengan karateristik sebagai berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20
2. Kadar air, w ≥ 40%
3. Kuat geser niralir, śu < 25 kPa
Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu
atau lebih dari karakteristik berikut:
 Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat
SF (tanah khusus, yang beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung
membutuhkan investigasi sangat sensitif, tanah tersementasi lemah
geoteknik spesifik dan  Lempung sangat organik dan/atau gambut (ketebalan
analisis respons spesifik- H > 3 m)
situs yang mengikuti 6.10.1)  Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H >
7,5 m dengan indeks plasitisitas )
 Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan
ketebalan H > 35 m dengan kPa

Nilai v́ s dapat ditentukan dengan perumusan berikut:


n

∑ di
i=1
v́ s= n (2.8)
di
∑ v si
i=1

Di mana:
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0-30 meter
vsi =kecepatan gelombang geser lapisan i (m/detik)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

∑ di = 30 meter
i=1

Nilai tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata, Ń , dan tahanan penetrasi standar
rata-rata untuk lapisan tanah nonkohesif Ń ch, harus ditentukan sesuai dengan perumusan
berikut:
di
Ń= n
d (2.9)
∑ Ni
i=1 i

Ni dan di dalam persamaan berlaku untuk tanah nonkohesif, tanah kohesif dan lapisan
batuan
ds
Ń ch= n
d (2.10)
∑ Ni
i=1 i

n
Ni dan di dalama persamaan berlaku untuk lapisan tanah nonkohesif saja dan ∑ d i=d s
i=1

, di mana ds adalah ketebalan total dari lapisan tanah nonkohesif di 30 m lapisan paling atas.
Ni adalah tahanan penetrasi standar sesuai SNI 4153, dengan nilai tidak lebih dari 300
pukulan/m. Jika ditemukan perlawanan lapisan bantuan, maka nilai N i tidak boleh diambil
lebih dari 300 pukulan/m.
Di mana:
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter
Ni = tahanan penetrasi standar 60% energi (N60) yang terukur langsung di
lapangan tanpa koreksi
Nilai kuat geser niralir rata-rata, śu, dapat ditentukan dengan perumusan berikut:
n

∑ di
i=1
śu= n (2.11)
di
∑ Ni
i=1

Di mana:
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

∑ d i=d c (2.12)
i=1

dc
śu= k
d (2.13)
∑si
i=1 ui

Di mana:
dc = ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30
paling atas
PI = indeks plastisitas, berdasarkan tata cara yang berlaku
w = kadar air dalam persen, sesuai tata cara yang berlaku
sui = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang
sudah ditentukan dan sesuai tata cara yang berlaku
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Gambar 2.15 Soil Investigation BH-04

Tabel 2.33 Perhitungan N-SPT Borehole Log1


Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Kedalaman Interval d
(m) (m) N-SPT d/(N-SPT)
0,83333333
2,5 2,5 3 3
4,5 2 2 1
6,5 2 4 0,5
0,66666666
8,5 2 3 7
11 2,5 5 0,5
12,5 1,5 5 0,3
0,33333333
14,5 2 6 3
0,18181818
16,5 2 11 2
0,14285714
18,5 2 14 3
21 2,5 5 0,5
22,5 1,5 4 0,375
24,5 2 4 0,5
0,16666666
26,5 2 12 7
28,5 2 16 0,125
0,17857142
31 2,5 14 9
32,5 1,5 10 0,15
0,28571428
34,5 2 7 6
0,22222222
36,5 2 9 2
0,18181818
38,5 2 11 2
0,20833333
41 2,5 12 3
42,5 1,5 15 0,1
0,11764705
44,5 2 17 9
46,5 2 20 0,1
7,66898183
Jumlah 5
9,08695652
N rata-rata 2

∑ d i=d 1 +d 2+ …+d n =46,5 meter


i=1

n
d d d d
∑ Ni = N1 + N2 +…+ Nn =7,668
i=1 i 1 2 n

Karena nilai N < 15, maka kondisi tanah merupakan Tanah Lunak (SE).
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

2.4.4.5. Koefisien dan Parameter Respons Spektral dan Percepatan Gempa Maksimum
yang Dipertimbangkan Risiko Tertarget (MCER)

Untuk penentuan respon spektral percepatan gempa MCE R di permukaan tanah,


diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik, yaitu:

1. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek 0,2
detik (Fa)
2. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan yang mewakili getaran perioda
1 detik (Fv)
Parameter spektrum respon percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1
detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan
perumusan berikut: (SNI 1726:2019 pasal 6.2).
SMS = FsSs (2.14)
SM1 =FvS1 (2.15)
Keterangan:
Ss= parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda pendek
S1= parameter respon spektral percepatan gepa MCER terpetakan untuk
perioda 1,0 detik
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL

Anda mungkin juga menyukai