Tugas Besar)
Tugas Besar)
Tugas Besar)
DATA TAMBAHAN:
1). Fungsi Bangunan : Universitas
2). Posisi/Letak Bangunan : Bandung
Parameter perencanaan beban gempa sesuai dengan kondisi tanah kota terkait yang dapat diakses
melalui Peta Gempa 2017 dan Respon Spektral PUSKIM PU 2019
3). Mutu Beton (f’c) : (a). 25 MPa
4). Mutu Baja : (b). A572
5). Mutu Tulangan Beton Ulir (d) : (a). BjTS 420
6). Mutu Tulangan Beton Polos () : (b). BjTS 420
7). Material Baut : (b). A325
8). Mutu Kawat Las : (b). E70xx
9). Material Dinding : (a). Bata Merah
10). Material Atap : (a). Metaldeck
11). Profil Balok Baja : (a). IWF
12). Profil Kolom Baja : (b). IWF
13). Kecepatan Angin (m/s) : (b). 36
14). Data Sondir Tanah : (d). BH-04
α
L1 : 2,2 m
L2 : 8 m
L3 : 2,2 m
L4 : 6,5 m
H1 : 4 m
H2 : 4 m
H3 : 4 m
α: 12 ̊
α
α
Denah Melintang Struktur
Struktur Gambar 3D
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Desain Bangunan Universitas
sumber daya manusia yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Peran pemerintah dalam usaha pengembangan pendidikan
anak Universitas yang diekspresikan melalui program wajib belajar, pembangunan
infrastruktur pendidikan, sarana prasarana pendidikan.
Melihat dari permasalahan diatas maka akan direncanakan pembangunan gedung
kampus, strukturnya didesain dengan menggunakan sistem konstruksi beton bertulang
sebagai rangka bawah dan rangka baja sebagai rangka atas. Struktur yang direncanakan
terdiri dari 5 lantai dengan tinggi masing-masing kolom tiap lantai 4 m. Lantai 1-4 tersusun
dari rangka beton bertulang dan lantai 5 tersusun dari rangka baja.
Alasan mengapa strukturnya didesain dengan menggunakan sistem kontruksi beton
bertulang karena, beton memiliki beberapa kelemahan yaitu, bobotnya yang berat, kuat tarik
yang lemah, dapat mengembang dan menyusut saat terjadi perubahan suhu, dan daya pantul
suara lebih besar. Struktur baja memiliki sifat daktail (tidak getas),
dimana baja mampu berdeformasi tanpa langsung runtuh. Ini memberikan cukup yang waktu
untuk evakuasi bila terjadi gempa. Konstruksi baja juga memiliki berat yang relatif lebih
ringan daripada bahan lain tetapi juga memiliki kemampuan yang cukup tinggi, hampir tidak
memiliki perbedaan nilai muai dan susut, dan dalam hal pelaksanaan jauh lebih cepat
dibanding material lain.
Hal-hal tersebut menjadi faktor analisis mengapa struktur atas direncanakan
menggunakan struktur baja. Selain karena factor keamanan juga agar bangunan yang
direncanakan bisa digunakan dalam waktu jangka panjang. Gedung tersebut direncanakan
memiliki total panjang 65 m dan lebar 22,6 m.
Dalam perencanaannya, bangunan universitas yang akan dibangun berada di daerah Bandung
Jawa Barat. “Mayoritas gempa bumi selama abad terakhir dikaitkan dengan segmen busur belakang di
Flores dan Wetar dan memiliki mekanisme fokus gaya dorong [Ekström dkk., 2012; Beckers dan Lay,
1995], menunjukkan bahwa sistem sesar ini mengakomodasi bagian penting dari konvergensi antara
Lempeng Australia dan Blok Sunda.” Irwan Meilano.
Dalam Penelitiannya Journal of Earthquake and Tsunami dalam judul “Crustal deformation
Studies in Java (Indonesia) using GPS” Irwan Meilano, dkk. Menjelaskan secara historis, beberapa
gempa bumi besar terjadi di Jawa termasuk Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode survei
GPS deformasi antar seismik dari tiga sesar aktif di wilayah Jawa Barat (yaitu Cimandiri, Sesar
Lembang dan Baribis), dan deformasi co-seismik dan post-seismik terkait hingga gempa bumi Mei
2,2 m
8m
2,2 m
8m
2,2 m L4 L4 L4 L4 L4 L4
L4 L4 L4 L4
6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m
2,2 m
8m
2,2 m
8m
2,2 m
1. SNI 2847-2019/ ACI 318-14 “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung”
2. SNI 1726-2019 “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Struktur Bangunan Gedung”
3. SNI 1727-2018/ ASCE 7-16 “Beban Desain Minimum untuk Bangunan Gedung”
4. SNI 1729-2015/ AISC 341-16 “Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural
5. SNI 2052-2014/ ASTM A 706 “Baja Tulangan Beton”
6. AutoCad, merupakan software yang digunakan dalam menggambar desain bangunan
7. ETabs, merupakan software yang digunakan dalam melakukan perhitungan gaya gaya
dan momen yang terjadi dalam suatu struktur
BAB II
KRITERIA DESAIN
2.1. Data Perencanaan
Diketahui data umum dan data tanah suatu struktur gedung kampus yang terdiri dari
beton bertulang sebagai rangka bawah dan baja sebagai rangka atas dengan data-data sebagai
berikut :
1. Fungsi Bangunan : Universitas
2. Posisi/Letak Bangunan : Bandung
3. Parameter perencanaan beban gempa sesuai dengan kondisi tanah kota terkait yang
dapat diakses melalui Peta Gempa 2017 dan Respon Spektral PUSKIM PU 2019
4. Mutu Beton (f’c) : (a). 25 Mpa
5. Mutu Baja : (b). A572
6. Mutu Tulangan Beton Ulir (d) : (a). BJTS 30
7. Mutu Tulangan Beton Polos () : (b). BJTS 30
8. Material Baut : (b). A325
9. Mutu Kawat Las : (b). E70xx
10. Material Dinding : (a). Bata Merah
11. Material Atap : (a). Metaldeck
12. Profil Balok Baja : (a). IWF
13. Profil Kolom Baja : (b). IWF
14. Kecepatan Angin (m/s) : (b). 36
15. Data Sondir Tanah : (d). BH-04
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
8m
2,2 m
8m
2,2 m
6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m
8m
2,2 m
8m
2,2 m
6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m 6,5 m
12°
4m
4m
4m
4m
4m
Pembebanan
- Beban Gravitasi (Beban Mati,
SIDL, Beban Hidup),
- Beban Gempa
- Beban Angin
Preliminary Desain:
- Preliminary desain balok
- Preliminary desain pelat
- Preliminary desain kolom
- Perencanaan dimensi gording dan
trackstang
A B
A B
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
2.3. Material
2.3.1. Mutu Beton (Beton Normal)
- Berdasarkan SNI 2847;2019 pasal 19.2.1 tabel 19.2.1.1 hal 433 diatur bahwa untuk
kegunaan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SPRMK), nilai minimum mutu
beton adalah f ' c=21 MPa Sedangkan bila digunakan struktur umum, nilai minimum
mutu beton adalah f ' c=17 MPa . Sedangkan untuk batas maksimal, tidak ditentukan.
- Untuk perencanaan struktur kasus ini, struktur akan didesain sebagai struktur rangka
pemikul momen khusus. Sehingga dengan mengacu pada nilai mutu beton minimum,
mutu beton yang akan digunakan pada struktur utama adalah
f ' c=25 MPa.
- Besaran nilai modulus elastisitas beton diatur dalam SNI 2847:2019; pasal 20.2.2.2;
hal 434 point (b) untuk beton normal adalah :
- Mengacu pada SNI 2052:2014 mengenai baja tulangan beton, maka untuk
perencanaan baja tulangan ulir BJTS 30 diambil nilai fy=295 MPa dan fu=440 MPa
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
. Tulangan baja polos BJTp 30 didapat nilai fy=295 MPa dan fu=440 MPa .
Tabel 2.3. Sifat Mekanis Baja Tulangan beton
(Sumber : SNI 2052-2014)
- Sedangkan untuk tulangan polos (tulangan geser) diatur dalam SNI 2847:2019; tabel
20.2.2.4b; hal 451 dengan nilai maksimum nilai fy=420 MPa.
- Sehingga untuk perencanaan struktur ini digunakan mutu tulangan sengkang sebesar
fy = 240 MPa
- Berdasarkan SNI 7860:2015 pasal A3.1 mengenai spesifikasi baja struktural yang
digunakan dalam sistem penahan gaya seismic (SPGS), diatur bahwa tegangan leleh
baja yang digunakan untuk komponen struktur yang berperilaku inelastic tidak boleh
melampaui fy = 345 MPa atau 380 MPa. Sedangkan untuk kolom tidak boleh
melampaui fy = 450 MPa. Jadi digunakan spesifikasi A572 (grade 50) dengan nilai ¿
; fu=450 MPa .¿
A36 Carbon Structural Steel (jenis baja karbon yang umum dipakai untuk konstruksi
High Strength Low-Alloy Structural Steel (baja tahan cuaca, biasa dipakai tanpa
A242 pengecatan)
High Strength Low-Alloy Structural Manganese Vanadium Steel (sudah tidak berlaku
A441 dan digantikan dengan A572)
High-Yield Strength, Quenched and Tempered Alloy Steel Plate Suitable for
A514 Welding (baja mutu tinggi struktur jembatan dengan las)
High Strength Carbon-Manganese Steel of Structural Quality (baja jenis karbon
A529 mangan untuk konstruksi)
High Strength Low-Alloy Columbium-Vanadium Steel (baja mutu tinggi dengan grade
A572 42, 50, 55, 60 dan 65, dimana grade 50 setara baja A992)
High Strength Low Alloy Structural Steel, up to 345 MPa Minimum Yield Point, with
A588 Atmospheric Corrosion Resistance (baja tahan cuaca, biasa dipakai tanpa pengecatan)
Normalized High-Strength Low-Alloy Structural Steel Plates (cocok untuk temperature
A633 rendah, -45°C ke atas)
Carbon and High Strength Low-Alloy Structural Steel Shapes, Plates and Bars
and Quenched-and-Tempered Alloy Structural Steel Plates for Bridge (baja pelat
A709
untuk struktur jembatan)
Quenched and Tempered Low-Alloy Structural Steel Plate (baja mutu tinggi untuk
A852 struktur jembatan dengan las, ketahanan tinggi terhadap korosi)
High-Strength Low-Alloy Structural Steel Plates with Atmospheric Corrosion
A871 Resistance (baja tahan korosi untuk pipa atau tiang (pole)
High-Strength Low-Alloy Steel Shapes of Structural Quality, Produced by
Quenching and Self Tempering Process (QST) (baja mutu tinggi dengan grade 50,
55, 60, 65, dan 70, karena melalui proses QST maka tipe ini tidak boleh dipanasi
A913
lebih dari 600°C
Steel for Structural Shapes for use in Building Framing (profil baja hot-rolled setara
A572, umum digunakan untuk bangunan tahan gempa, ratio Fy/Fu 0,8 untuk
A992 menjamin daktilitasnya. Popular digunakan sebagai pengganti baja karbon A36
Alloy Steel Structural Shapes for use in Building Framing (ratio Fy/Fu 0,8, tidak
A1026 boleh galvanis dan dipanasi lebih dari 400°C)
Structural Steel with Low Yield to Tensile Ratio for use in Buildings (material baru
A1043 untuk struktur bangunan dengan ratio Fy/Fu 0,8)
Standard Specification for Structural Steel with Improved Yield Strength at High
Temperature for use in Buildings (spesifikasi baru, material baja tahan api (fire
A1077
resistant steel)
Garuda. Antara lain profil IWF, H-Beam, Angle, Profil UNP, dan Profil C.
Tabel 2.12.
Data Profil
Lipped Channel
Tabel 2.13.
Data Profil
Pipe
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
1 1
sifat mekanik untuk baut yang diameternya berkisar dari hingga 1 inci. Baut
2 2
A325 memiliki tegangan leleh minimum 660 MPa, tegangan Tarik minimum 830
MPa dan tegangan proof load 600 MPa.
Tabel 2.14. Spesifikasi Baut menurut DIN 18800:1990
(Sumber : Wiryanto, 2015)
Kuat leleh Kuat tarik min.
Tipe
(MPa) (MPa)
4.6 240 400
5.6 300 500
8.8 640 800
10.9 900 1000
- Berdasarkan SNI 1729:2015, baut angkur harus memenuhi ketentuan sesuai dengan
standar ASTM A307 (fy=240 MPa .; fu=370 MPa .). Baut angkur harus tetap pada
posisi arah vertikal. Baut angkur harus dipasang sesuai dengan gambar kerja. Batasan
posisi pemasangan sesuai dengan gambar kerja.
- Menurut AWS D1.1 Structural Welding Code – Steel, Table 3.1. An American
National Standard”. Minimum yield strength dan ultimate tensile strength (N/mm2)
untuk mutu baja A572 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.18. Spesifikasi Mutu kawat Las
- U n t u k k a w a
2.4. Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Dan pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Jika beban-beban yang bekerja pada suatu
struktur telah diestimasi, maka berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang
paling dominan yang mungkin bekerja pada suatu struktur tersebut. Besar beban yang bekerja pada
suatu struktur dan kombinasi beban- beban yang bekerja telah diatur dalam RSNI2 1727:2018. Berikut
merupakan beberapa jenis beban yang akan diperhitungkan untuk perencanaan struktur bangunan
penahan gaya seismik antara lain:
C3.1-2, Concrete, Reinforced Stone (including gravel)). Beban material baja : 77,3 kN/m3 (RSNI2
1727:2018 Tabel C3.1-2, Steel, cold-drawn). Program analisa struktur dapat memperhitungkan beban
sendiri secara otomatis berdasarkan berat per volume masing-masing material.
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Menurut RSNI2 1727:2018 pasal 4.7.3, komponen struktur yang memiliki tributary area 37,16
m2 atau lebih diizinkan untuk dirancang dengan beban hidup teredukksi sesuai dengan rumus berikut:
4,57
(
L=Lo 0,25+
√K¿ AT )
Keterangan :
𝐿 = beban hidup rencana tereduksi per m2
𝐿𝑜 = beban hidup rencana tanpa reduksi per m2
𝐾𝐿𝐿 = faktor elemen beban hidup
𝐴𝑇 = tributary area dalam m2
Tabel 2.27. Faktor elemen beban hidup, KLL
Menurut
RSNI2 1727:2018 pasal 4.8.2, untuk komponen atap dasr biasa, berbubung, atap lengkung,
awning dan kanotpi selain dari atap konstruksi fabric dapat direduksi dengan:
Lr =Lo R1 R2 dengan 0,58≤ Lr ≤ 0,96 (2.2)
di mana:
1 untuk AT ≤ 18,58 m2
R1 = 1,2 0,011AT untuk 18,58 m2 < AT < 55,74 m2
0,6 untuk AT ≥55,74 m2
1 untuk F ≤ 4
R1 = 1,2 0,011AT untuk 4 < F < 12 m2
0,6 untuk AT ≥ 12 m2
Di mana untuk atap berbubung, F = 0,12 x kemiringan (slope), kemiringan dinyataka
dalam persentase dan untuk atas lengkung atau berkubah, F = rasio tinggi terhadap bentang
dikalikan dengan 32.
Sehingga untuk komponen atap datar biasa, berbubung, atap lengkung, awning dan
kanopi selain dari atas konstruksi fabric terdapat beban hidup sebesar :
Lr = 0,96 x 0,6 x 1 = 0,576 kN/m2 = 0,58 kN/m2
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya akibat
adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin
ditentukan dengan mengasumsikan adanya tekanan positif dan tekanan negatif
(isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang bangunan yang
akan ditinjau. Berdasarkan RSNI2 1727:2018, prosedur analitis perencanaan
beban angin terdiri dari prosedur directional dan envelope. Metode directional
terdiri dari:
1. Menentukan kategori risiko bangunan dan struktur lainnya
2. Menentukan kecepatan angindasar, V untuk jenis katergori risiko bangunan
3. Menentukan parameter beban angin;
a. Faktor arah angin, Kd
b. Kategori eksposur B, C dan D
c. Faktor topografi, Kzt
d. Faktor elevasi permukaan tanah Ke
e. Faktor efek tiupan angin, G (gust effect factor)
f. Klasifikasi ketertutupan
g. Koefisien tekanan internal (Gcpi)
4. Menentukan koefisien eksposur tekanan velositas, Kz atau Kh
5. Menentukan tekanan velositas, qz atau qh
6. Menentukan tekanan eksternal, Cp atau CN
7. Hitung tekanan angin desain, p pada setiap permukaan bangunan
Tabel 2.29 Kategori Risiko Bangunan dan Struktur Lainnya untuk Beban Banjir,
Angin, Gempa (Sumber : RSNI2 1727:2018)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Lokasi Proyek
Kota Bandung
6° 41' – 7° 19' LS dan
107° 22' - 108° 5' BT
Gambar 2.7 Peta Angin untuk Daerah Asia-Pasifik dengan Klasifikasi Singkat
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Tingkat I merupakan daerah bidang ekuador, kondisi di mana sering terjadi hujan
deras dan angin monsoon. Daerah ini meliputi negara Singapura, Indonesia dan Papua
Nugini. Persamaan kecepatan angin yang dianalisis berdasarkan keberadaan 11 stasiun
penakar angin sebagai berikut:
V R=70−56 R−0.1 (2.3)
Persamaan ini memberikan nilai untuk perioder ulang, R = 50 tahun, maka V 50 bernilai
32,12 m/s sedangkan untuk periode ulang 500 tahun, V500= 39,92 m/s.
(Sumber : HB 212-2002)
Berdasarkan standar tersebut, maka kita dapat mengambil nilai V = 32 m/s untuk desain
kecepatan angin pada kondisi layan (serviceability design), sedangkan V = 40 m/s pada kondisi batas
(ultimate design).
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
- Eksposur B: Untuk bangunan gedung dengan tinggi rata-rata kurang dari atau sama dengan
9,1m, Eksposur B berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagaimana ditentukan oleh
kekasaran permukaan B, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 457m.
Untuk bangunan dengan tinggi rata-rata lebih besar dari 9,1m, Eksposur B berlaku bilamana
kekasaran permukaan B berada dalam arah lawan angin untuk jarak lebih besar dari 792 m
atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar.
Kekasaran permukaan B: Daerah perkotaan dan pinggiran kota, daerah berhutan, atau
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
daerah lain dengan penghalang berjarak dekat seukuran tempat tinggal keluarga-tunggal atau
lebih besar dalam jumlah banyak.
- Eksposur C: berlaku untuk semua kasus dimana Eksposur B atau D tidak berlaku.
Kekasaran Permukaan C: Dataran terbuka dengan penghalang tersebar yang memiliki
tinggi umumnya kurang dari 9,1m. Kategori ini mencakup daerah terbuka datar dan padang
rumput.
- Eksposur D: berlaku bilamana kekasaran permukaan tanah, sebagaimana ditentukan oleh
kekasaran permukaan D, berlaku diarah lawan angin untuk jarak yang lebih besar dari 5000ft
(1.524m) atau 20 kali tinggi bangunan, pilih yang terbesar. Eksposur D juga berlaku bilamana
kekesaran permukaan tanah segera lawan angin dari situs B atau C, dan situs berada dalam
jarak 600ft(183m) atau 20 kali tinggi bangunan, mana yang terbesar, dari kondisi Eksposur D
sebagaimana ditentukkan dalam kalimat sebelumnya.
Kekasaran Permukaan D: Permukaan datar, area tanpa halangan dan permukaan air.
Kategori ini termasuk hamparan lumpur halus.
Untuk situs yang terletak di zona transisi antara kateogori exposure, harus
menggunakan hasil kategori di gaya angin terbesar.
Efek peningkatan kecepatan angin harus dimasukkan dalam perhitungan beban angin
desain dengan menggunakan faktor Kzt:
K zt =( 1+ K 1 K 2 K 3 )2 (2.3)
Di mana K1, K2 dan K3 ditetapkan pada Gambar 2.7
Jika kondisi situs dan lokasi bangunan gedung dan struktur lain tidak memenuhi
semua kondisi yang disyaratkan dalam RSNI2 1727:2018 pasal 26.8-1, maka Kzt = 1,0
Faktor elevasi permukaan tanah untuk menyesuaikan kondisi densitas udara, Ke, harus
ditentukan sesuai dengan RSNI2 1727:2018 tabel 26.9-1. Namun untuk pertimbangan yang
konservatif, nilai Ke boleh diambil 1 untuk semua kasus.
Tabel 2.32 Faktor Elevasi Permukaan Tanah, Ke
2
4,6
K z=2,01 ( )
zg
α
Maka, tinggi
z = tinggi bangunan keseluruhan = 20 m + 1,43 m = 21,43 ≈ 21,5 m
2
z
K z=2,01( ) untuk 4,6 m≤ z ≤ z
zg
α
g
2
21.5
K =2,01 (
365,76 )
9,5
z =1,1085
Gambar 2.8 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Gambar 2.9 Tekanan eksternal pada variasi bentuk atap dan arah angin (lanjutan)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Gambar 2.10 Koefisien tekanan netto, CN SPBAU untuk gedung terbuka dengan atap
pelana
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Untuk bangunan gedung kaku tertutup dan tertutup sebagian, nilai tekanan angin
desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut:
p=qGC p−qi ( GC pi ) (N/m2) (2.5)
dengan
q = qz untuk dinding di sisi angin datang
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding samping, dan atap
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping, dan atap
qi = qz untuk mengevaluasi tekanan internal positif pada bangunan gedung tertutup sebagian
G = faktor efek tiupan angin
Cp = koefisien tekanan eksternal
(GCpi) = koefisien tekanan internal
Untuk bangunan gedung fleksibel tertutup dan tertutup sebagian, nilai tekanan
angin desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut:
p=q Gf C p−q i ( G C pi ) (N/m2) (2.6)
Dengan
q = qz untuk dinding di sisi angin datang
q = qh untuk dinding di sisi angin pergi, dinding sa,ping, dan atap
qi = qh untuk dinding di sisi angin datang dan pergi, dinding samping, dan atap
qi = qz untuk mengevaluasi tekanan internal positif pada bangunan gedung tertutup sebagian
Gf = faktor efek tiupan angin bangunan gedung fleksibel
Cp = koefisien tekanan eksternal
(GCpi) = koefisien tekanan internal
Untuk bangunan gedung terbuka dengan atap bebas miring sepihak, berhubung,
atau cekung, nilai tekanan angin desain untuk SPBAU ditentukan dengan persamaan berikut:
p=qh GC N (N/m2) (2.7)
Dengan
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Koefisien tekanan netto, CN, termasuk kontribusi dari permukaan atas dan bawah.
Semua kasus beban yang ada pada setiap sudut atap harus diinvestigasi. Tanda plus dan minus
menandakan tekanan bekerja terhadap dan sepanjang dari permukaan atas atap.
Pada kondisi angin bangunan gedung, diperoleh data
Kecepatan angin (m/s) : 38 m/s
Kz : 1,1085 (koefisien eksposur tekanan velositas, pada eksposur B)
Kd : 0,85 (faktor arah angin pada bangunan gedung kaku)
Kzt : 1 (faktor topografi di daerah datar)
Ke : 1 (faktor elevasi permukaan tanah (konservatif))
qz : 834,031 N/mm2 (tekanan velositas pada ketinggian z)
G : 0,85 (faktor efek tiupan angin pada bangunan gedung kaku)
Cpi : 0,18 (koefisien tekanan internal)
Cp : 0,8 (koefisien tekanan eksternal)
Gcpi : 0,153
Gcp : 0,68
𝑝 = 𝐶𝑝 − 𝑞𝑖(𝐺𝐶𝑝𝑖) (N/m2)
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan analisa dinamik karena gaya yang terjadi
pada struktur diakibatkan oleh gerakan tanah.
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung
ditentukan sesuai tabel 2.29 dan pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikaitkan
dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2.31.
Kategori risiko bangunan (KRB) menyatakan tingkat risiko atau tingkat
kepentingan keselamatan bangunan. Semakin tinggi ketegori risiko bangunan, maka
tingkat keamanan bangunan yang dogunakan pada saat perencanaan harus semakin
tinggi.
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Tabel 2.29 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa
(Sumber: SNI 1726:2019)
Kategori
Jenis pemanfaatan risiko
Gedung dan nongedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain :
1. Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan I
2. Fasilitas sementara
3. Gudang penyimpanan
4. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori resiko I, III,
IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Perumahan
2. Rumah toko dan rumah kantor
3. Pasar
4. Gedung perkantoran II
5. Gedung apartemen/ rumah susun
6. Pusat perbelanjaan/ Mall
7. Bangunan industry
8. Fasilitas manufaktur
9. Pabrik
Gedung dan nongedung yang memiliki resiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
1. Bioskop
2. Gedung pertemuan
3. Stadion
4. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
5. Fasilitas penitipan anak
6. Penjara
7. Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
III
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
1. Pusat pembangkit listrik biasa
2. Fasilitas penanganan air
3. Fasilitas penanganan limbah
4. Pusat telekomunikasi
Gedung dan nongedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, (termasuk,
tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan,
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Tabel 2.30 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban Gempa
(lanjutan)
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko
Gedung dan nongedung yang dikategorikan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
1. Bangunan-bangunan monumental
2. Gedung sekolah dan fasilitas Pendidikan
3. Rumah ibadah
4. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat
5. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
6. Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, tsunami, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
7. Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya IV
untuk tanggap darurat
8. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada
saat keadaan darurat
9. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
Gedung dan nongedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur
bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
I dan II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan dipermukaan tanah harus
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
ditentukan atau diklarifikasi terlebih dahulu amplifikasi besaran percepatan gempa puncak
dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs. Untuk mengetahui kelas situs tanah
yang terdapat pada lokasi tersebut dapat menggunakan kecepatan rata-rata gelombang geser,
v́ s, nilai tahanan penetrasi standar rata-rata ( Ń ) dalam lapisan 30 paling atas atau N´ch tahanan
penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif (PI<20) di dalam lapisan 30m paling atas atau
nilai kuat geser niralir, śu.
∑ di
i=1
v́ s= n (2.8)
di
∑ v si
i=1
Di mana:
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0-30 meter
vsi =kecepatan gelombang geser lapisan i (m/detik)
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
∑ di = 30 meter
i=1
Nilai tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata, Ń , dan tahanan penetrasi standar
rata-rata untuk lapisan tanah nonkohesif Ń ch, harus ditentukan sesuai dengan perumusan
berikut:
di
Ń= n
d (2.9)
∑ Ni
i=1 i
Ni dan di dalam persamaan berlaku untuk tanah nonkohesif, tanah kohesif dan lapisan
batuan
ds
Ń ch= n
d (2.10)
∑ Ni
i=1 i
n
Ni dan di dalama persamaan berlaku untuk lapisan tanah nonkohesif saja dan ∑ d i=d s
i=1
, di mana ds adalah ketebalan total dari lapisan tanah nonkohesif di 30 m lapisan paling atas.
Ni adalah tahanan penetrasi standar sesuai SNI 4153, dengan nilai tidak lebih dari 300
pukulan/m. Jika ditemukan perlawanan lapisan bantuan, maka nilai N i tidak boleh diambil
lebih dari 300 pukulan/m.
Di mana:
di = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter
Ni = tahanan penetrasi standar 60% energi (N60) yang terukur langsung di
lapangan tanpa koreksi
Nilai kuat geser niralir rata-rata, śu, dapat ditentukan dengan perumusan berikut:
n
∑ di
i=1
śu= n (2.11)
di
∑ Ni
i=1
Di mana:
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
∑ d i=d c (2.12)
i=1
dc
śu= k
d (2.13)
∑si
i=1 ui
Di mana:
dc = ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30
paling atas
PI = indeks plastisitas, berdasarkan tata cara yang berlaku
w = kadar air dalam persen, sesuai tata cara yang berlaku
sui = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang
sudah ditentukan dan sesuai tata cara yang berlaku
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
Kedalaman Interval d
(m) (m) N-SPT d/(N-SPT)
0,83333333
2,5 2,5 3 3
4,5 2 2 1
6,5 2 4 0,5
0,66666666
8,5 2 3 7
11 2,5 5 0,5
12,5 1,5 5 0,3
0,33333333
14,5 2 6 3
0,18181818
16,5 2 11 2
0,14285714
18,5 2 14 3
21 2,5 5 0,5
22,5 1,5 4 0,375
24,5 2 4 0,5
0,16666666
26,5 2 12 7
28,5 2 16 0,125
0,17857142
31 2,5 14 9
32,5 1,5 10 0,15
0,28571428
34,5 2 7 6
0,22222222
36,5 2 9 2
0,18181818
38,5 2 11 2
0,20833333
41 2,5 12 3
42,5 1,5 15 0,1
0,11764705
44,5 2 17 9
46,5 2 20 0,1
7,66898183
Jumlah 5
9,08695652
N rata-rata 2
n
d d d d
∑ Ni = N1 + N2 +…+ Nn =7,668
i=1 i 1 2 n
Karena nilai N < 15, maka kondisi tanah merupakan Tanah Lunak (SE).
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL
2.4.4.5. Koefisien dan Parameter Respons Spektral dan Percepatan Gempa Maksimum
yang Dipertimbangkan Risiko Tertarget (MCER)
1. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek 0,2
detik (Fa)
2. Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan yang mewakili getaran perioda
1 detik (Fv)
Parameter spektrum respon percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1
detik (SM1) yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan
perumusan berikut: (SNI 1726:2019 pasal 6.2).
SMS = FsSs (2.14)
SM1 =FvS1 (2.15)
Keterangan:
Ss= parameter respon spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda pendek
S1= parameter respon spektral percepatan gepa MCER terpetakan untuk
perioda 1,0 detik
Tugas Besar
PERANCANGAN BANGUNAN REKAYASA SIPIL