Tak Senam Kegel Gerontik
Tak Senam Kegel Gerontik
Tak Senam Kegel Gerontik
Disusun oleh :
Tungga Dewi
STIKES PERTAMEDIKA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan proposal terapi aktivitas kelompok yang berjudul “Terapi Senam
Kegel”. Proposal ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum Keperawatan Gerontik.
Di samping itu, penulis juga berharap proposal ini mampu memberikan kontribusi
dalam menunjang pengetahuan para lansia dan pihak lain pada umumnya. Dengan
terselesaikannya proposal ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dan memberikan bantuan dalam pembuatan proposal ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi semua.
Penulis
1. LANDASAN TEORI
a. Konsep Lansia
Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ
vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini
diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu: Ketidakberdayaan fisik
yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain, Ketidakpastian ekonomi sehingga
memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya, Membuat teman baru untuk
mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah, Mengembangkan
aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan Belajar
memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan
fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan
gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan-kegiatan rekreasi
tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi
pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara
fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan
teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri- ciri penyesuaian
yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah: Minat sempit
terhadap kejadian di lingkungannya. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi Selalu
mengingat kembali masa lalu Selalu khawatir karena pengangguran, Kurang ada
motivasi, Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan Tempat
tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang
kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran
minimal terhadap diri dan orang lain.
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain
saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Sundeen, 1998)
Aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi atau hubungan
satu dengan yang lain saling terkait dan dapat bersama-sama mengikuti norma yang
sama.
Therapy Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan kelompok
klien dengan maksud memberi therapy bagi anggotanya. Dimana berkesempatan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan respon social. Therapy Aktivitas
Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi sejumlah klien dalam membina
hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong klien dalam berhubungan dengan
orang lain seperti kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, bercerita tentang diri
sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok.
Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah
upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri,
orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
2. Kategori sama
Dalam artian pasien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil kategorisasi. Pasien
yang dapat diikutkan dalam terapi aktifitas kelompok adalah pasien akut skor rendah
sampai pasien tahap promotion. Bila dalam satu terapi pasien memiliki skor yang
hampir sama maka tujuan terapi akan lebih mudah tercapai.
3. Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan gejala sama,
biasanya laki-laki akan lebih mendominasi dari pada perempuan. Maka lebih baik
dibedakan.
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar
yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Kualitas dari
musik yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian
terletak pada struktur dan urutan matematis yang dimiliki, yang mampu menuju
pada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang. Peran sertanya nampak dalam
suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi
pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh. Bagi penyanyi dalam
sebuah kelompok, musik memberikan suatu komunikasi yang intim dan
emosional antara pemimpin dan anggota kelompok secara individu, juga antara
anggota itu sendiri, dan masih terjadi ketika hubungan antarpribadi itu menjadi
terbatas dan pecah.
Musik dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi suatu
unit yang fungsional. Fungsi musik sebagai ungkapan perhatian dapat dilihat
ketika musik dialami sebagai suatu pemberian dari orang-orang yang kelihatannya
tidak memiliki apa-apa.
2) Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sesi. Dengan proses ini maka diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan : seperti baca
majalah, menonton acara televisi ; stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi klien yang mal adaptif atau destruktif, misalnya
kemarahan dan kebencian .
3) Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien,
dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula
dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana ke depan. Aktifitas
dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua
kondisi nyata.
4) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu dan
satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam
kelompok.
Model interpersonal
• Terapis ekerja dengan individu dan kelompok
• Anggota kelompok belajar dari interaksi antara anggota dan terapis
• Melalui proses interaksi: tingkah laku dapat dikoreksi
Model psikodrama
• Aplikasi dari bermain peran dalam kehidupan
2. TOPIK
Terapi Senam Kegel pada lansia
3. LATAR BELAKANG
Gerontology is concerned primarily with problem of healthy aging rather than the
prevention of aging”, sehingga tindakan preventif pada masalah kesehatan akibat penuaan
menjadi lebih penting, daripada preventif penuaan. Pentingnya menjaga kualitas hidup
lansia, mendorong Kalache untuk memperkenalkan konsep “active ageing”.kemudian
Untuk itu diperlukan upaya guna menekan limitasi aktifitas fisik dasar ataupun
memperbaiki keadaan limitasi aktifitas fisik dasar menjadi abilitas. Sejak tahun 1980
Amerika telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka limitasi aktifitas fisik
dasar dan berhasil meningkatkan persen lansia yang bebas dari limitasi aktifitas fisik dasar
atau mampu beraktifitas fisik dasar. Laporan Departement Health and Human Services
Amerika (2003) menunjukkan, angka peningkatan aktifitas fisik dasar pada lansia
kelompok usia 65 tahun keatas naik dari 71% di tahun 1984 menjadi 74,7% di tahun 1999
dan 82% di tahun 2002, sedangkan angka limitasi aktifitas fisik dasar kronis turun dari
22,1% di tahun 1984 menjadi 19,7% di tahun 1999, dan tahun 2002 menjadi 16%.
Aktifitas fisik dasar pada laporan tersebut diukur berdasarkan kemampuan aktivitas fisik
keseharian atau yang dikenal dengan ADL/ Activities of Daily Living dengan
menggunakan indeks KATZ.
Manusia adalah makhluk sosial untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang telah terjadi jika individu terlihat personal,
jika individu yang terlihat saling merasakan kedekatan, sementara identitas pribadi masih
dipertahankan(Stuart and Sundeen 1998).
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1 Ciracas merupakan unit pelaksanaan dinas
sosial dan tenaga kerja provinsi DKI yang melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada lanjut usia, wanita korban tindak kekerasan, dan penyandang cacat atau retradasi.
Jumlah lansia di Panti Sosial Tresna Werda adalah sebanyak 200 orang, jumlah lansia
laki-laki sebanyak .... orang dan jumlah lansia perempuan sebanyak......orang. Jumlah
lansia dari tiap wisma yaitu pada wisma Garuda terdapat.....orang lansia, wisma
Cendrawasih .... lansia, wisma Anggrek terdapat.....orang lansia, wisma Melati sebanyak
.... orang lansia, wisma Mawar sebanyak .... orang lansia, wisma merak sebanyak......orang
lansia. Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami tertarik untuk menyusun makalah
mengenai Terapi Aktivitas Kelompok Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1
Ciracas Tahun 2017.
4. TUJUAN
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
Klien mampu meningkatkan rasa percaya diri
Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada
Klien mengenal waktu dengan tepat
Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat.
5. PESERTA
a. Kriteria Peserta
Klien yang mandiri
Klien yang kooperatif
Klien yang mengerti bahasa indonesia
Klien dengan kondisi jasmani dan rohani dalam keadaan sehat
Klien yang mampu bersosialisasi
b. Jumlah
7 orang lansia
6. Pengorganisasian
a. Waktu : Sabtu, 10 April 2021
b. Tim Terapis :
Leader
Tugas
:
Co. Leader
: Tugas :
Fasilitator :
Tugas :
Observer :
Tugas :
a) Mengamati proses kegiatan
b) Mencatat dan mengamati respon pasien
c) Menilai jalannya TAK.
d) Menyimpulkan hasil kegiatan.
c. Setting Tempat :
d. Metode dan Media :
Metode :
Diskusi dan dinamika kelompok
Media :
Daster, kerudung, kursi, balon, speaker, musik
7. Proses Pelaksanaan
a. Persiapan ( Pra Interaksi )
b. Orientasi
a) Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b) Evaluasi/Validasi
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan terapi senam kegel
2) Terapis menjelaskan aturan main yaitu :
a) Bila ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada fasilitator
dan jika dia meninggalkan lebih dari 3 menit kita kasih hukuman
b) Lama kegiatan 20 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
d. Tahap Kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu nenek memakaikan
daster ke kakek lalu pasangan kakek & nenek joget balon dan senam kegel.
2) Terapis memilih klien berpasang2an, klien duduk diatas kursi dan terapis
memutarkan musik selama kurang lebih 1menit, lalu terapis memerintahkan nenek
untuk memakaikan daster dan kerudung ke kakek .
3) Saat musik berhenti, klien bangun dari tempat duduk dan berdiri berpasangan untuk
mengikuti joget balon. Klien berdiri secara berhadapan dengan balon yang diletakkan
didepan dahi, lalu musik dimainkan selama 1-2 menit (jangan sampai ada balon yang
terjatuh, jika ada balon yang terjatuh klien dinyatakan kalah). Pasangan yang dapat
mempertahankan posisi balon hingga musik berhenti di nyatakan menang.
4) Setelah selesai bermain games, pasangan yang kalah mengikuti terapi senam kegel
dan latihan motorik bersama fasilitator.
5) Begitu seterusnya sampai semua klien mendapat giliran
6) Terapis menyimpulkan hasil TAK yang sudah berhasil dicapai.
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Evaluasi subjektif
Terapis menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan
TAK stimulasi sensori.
b) Evaluasi objektif
(1) Terapis menayakan kembali bagaimana cara senam kegel
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk melakukan praktek senam kegel apabila klien
tidak bisa menahan BAK.
8. EVALUASI
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
· Alat-alat yang digunakan lengkap
· Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
· Terapi dapat berjalan dengan lancar
· Lansia dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok dengan baik
· Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
· Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya