Modul II. Integumen NR
Modul II. Integumen NR
Modul II. Integumen NR
INTEGUMEN
a. Struktur Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :
1. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,
2. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), yang merupakan lapisan dalam
3. jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)
b. Bagian dari lapisan kulit
Masing-masing dari lapisan kulit terbagi menjadi bebrapa lapisan lagi, dapat diuraikan sebagai
berikut :
1). Epidermis
Merupakan lapisan kulit tipis paling luar dan avasculer/tidak ada pembuluh darah. Keterbalannya
5% dari seluruh ketebalan kulit. Ketebalan dari epidermis ini berfariasi tergantung dari tipe kulit.
Dalam hal ini tebal epidermis berbeda-beda pada bagian tempat tubuh. Lapisan epidermis yang
paling tebal terletak pada bagian telapak tangan dan kaki. Lapisan epidermis ini terdiri dari
lapisan berlapis gepeng, bertanduk (skuamosa), mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel.
Lapisan ini mengalami regenerasi setiap 4 – 6 minggu. Lapisan epidermis berfungsi sebagai
pelidung (melindungi bmasuknya bakteri dan toksin), organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, sel pigmentasi (melanosit), pembelahan dan mobilisasi sel, pengenalan alergen (sel
langerhans), dan untuk keseimbangan secara berlebihan.
Epidermis; Terdiri dari lima lapisan ( lapisan atas sampai yang terdalam), yaitu :
a) Stratum Corneum (lapisan tanduk)
b) Startum Lucidum (lapisan jernih)
c) Stratum granulosum ( lapisan berbutir-butir)
d) Stratum Spinosum (Lapisan Malpigi)
e) Stratum Basale (Lapisan basal)
- Terdiri atas sel keratinosit yang elastis dan melindungi sel hidup. Sel ketarinosit bisa
mengelupas dan berganti
- Berbentuk seperti tanduk
- Lapisannya rata / flat
- Relatif tebal dan terdapat sel mati
- Mudah abrasi dan diganti dengan sel baru
Komposisi Epidermis
No KETERANGAN
1 Epitel Bertanduk
2 Lapisan tanduk (Stratum Corneum)
3 Lapisan Korneosit (Stratum Lucidum)
4 Lapisan Granular (Stratum Granulosum)
5 Lapisan Spinosum (Stratum spinosum)
6 Lapisan Basal (Stratum basale)
7 Serabut jaringan ikat
8 Melanosit
9 Percabangan kapiler arteri
10 Percabangan kapiler vena
11 Pembuluh darah limfe initial
12 Korpus Meissner
13 Ujung syaraf bebas
14 Duktus ekskretori kelenjar keringat
2) Dermis
Dermis ; terdiri dari dua lapisan, yaitu :
a) Lapisan Papiler ; merupakan lapisan tipis yang mengandung jaringan ikat jarang.
b) Lapisan Retikuler ; merupakan lapisan tebal, terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis banyak mengandung pembuluh darah, folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
keringat. Kualitas kulit tergantung dari banyak atau tidaknya derivat epidermis didalam
dermis. Secara keseluruhan lapisan dermis berfungsi sebagai struktur penunjang, pemberi
nutrisi, faktor petumbuhan dan perbaikan kulit (remodelling), keseimbangan cairan melalui
pengaturan aliran darah kulit dan termoregulasi melalui pengontrolan aliran darah kulit.
Lapisan dermis sebagian besar terdiri dari sejenis protein yang disebut kolagen. Kolagen
sendiri berfungsi agar kulit terlihat kenyal dan kencang. Pada daerah ini bisa menyebabkan
kulit kehilangan elastisitasnya (kelemasannya) dan akhirnya timbul keriput.
3) Hipodermis
Hipodermis/Subkutis; merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri atas lapisan lemak dan
jaringan ikat yang banyak terdapat pembuluh darah dan syaraf. Lapisan ini tersusun atas
jaringan adiposa (sel lemak) yang dipisahkan oleh sel fibrous septa. Ketebalan lapisan ini
bervariasi, dimana diketahui lapisan yang paling tebal biasanya terdapat diabdomen dan
lapisan yang paling tipis terdapat dikelopak mata dan penis. Jumlahnya dan ukurannyapun
berbeda-beda menurut daerah tubuh dan keadaan nutrisi individu. Makan yang berlebihan
akan meningkatkan penimbunan lemak dibawah jaringan kulit.
2. Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea sering juga disebut kelanjar minyak. Hal ini disebabkan memproduksi
substansi minyak yang disebut sebum. Fungsinya adalah menghasilkan minyak (sebum)
untuk meminyaki kulit dan rambut agar tidak kering. Kelenjar sebasea paling tampak pada
bagian kulit kepala, muka dan bahu atas. Letak kelenjar sebasea lebih dekat kepermukaan
kulit serta bermuara pada saluran folikel rambut.
Umumnya setiap batang rambut, hanya mempunyai satu kelenjar minyak yang bermuara
kesaluran filikel rambut & disebut unit polisebaseus. Perkembangan jerawat pada masa
remaja merupakan salah satu peran penting dari kelenjar sebasea. Hal ini disebabkan pada
masa tersebut terjadi peningkatan ukuran kelenjar sebasea dan lebih banyak diproduksi sebum
untuk merespon tingkat hormon, seperti hormon endrogen.
3. Kelenjar Ekrin/ Keringat
Kelenjar ekrin berfungsi untuk mensekresi keringat. Sekresi atu pengeluaran keringat dari
kelenjar ekrin tersebut dapat diartikan sebagai proses pendinginan tubuh ( pengatur suhu
tubuh). Kelenjar ini terdapat diseluruh tubuh, berbentuk lebih langsing, bermuara langsung
dipermukaan kulit. Jumlah ekrin pada saat lahir sama jumlahnya pada orang dewasa. Namun
pada bayi baru lahir fungsi kelenjar ekrin baru sempurna diusia 40 minggu. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan bayi (neonatus) menghasilkan keringat tidak biasa dengan orang
dewasa. Keringat diproduksi dalan suatu tubulus yang erdapat didermis dan ditransportasikan
oleh kelenjar keringat melalui epidermis untuk dikeluarkan.
4. Kelenjar Apokrin
Kelenjar ini berfungsi ketika mulai beranjak pubertas, yang mengeluarkan cairan lebih kental
dan berbau khas individu. Bau badan seseorang biasanya juga dipengaruhi oleh muatan dan
aktivitas bakteri. Jumlahnya lebih sedikit, terdapat pada bagian ketiak, lobang telinga, putting
payudara, dan daerah kelamin. Apokrin diproduksi juga pada tubulus yang terdapat pada
dermis.
5. Kuku
Kuku merupakan kulit yang merupakan bagian akhir lapisan tanduk yang menebal dan
terletak pada akhir jari tangan dan kaki. Kuku berbentuk plat padat yang terbuat dari keratin.
Kuku terdiri atas akar kuku (bagian yang terbenam didalam kulit jari) dan bagian yang berada
diluar kulit jari. Bagian luar kuku terdiri atas badan kuku(badian yang menempel diatas
jaringan lunak jari) dan bagian kuku bebas (bagian yg menonjol keluar). Kuku berfungsi
sebagai : estetika dan mengidentifikasi kesehatan seseorang. Pertumbuhan kuku rata-rata 0,1
mm/hari. Pertumbuhan jari kaki lebih lambat daripada jari tangan.
e. Fungsi Kulit
Fungsi berfungsi antara lain untuk proteksi (perlindungan tubuh), absorbsi, eksresi, persepsi (alat
peraba & perasa), pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, keratinisasi, pembentukan
vitamin D dan berperan dalam imunitas. Agar kulit dapat berfungsi dengan baik , maka kulit harus
sehat dan terpelihara. Pemeliharaan kulit yang baik adalah dengan dipelihara dengan teratur, terus
menerus dan sesuai dengan jenis kulit.
h. Flora Residen
1). Biasanya tidak patogen, hampir selalu ada, memperbanyak diri secara teratur, tidak mdah
dihilangkan oleh zat kimia dari luar oleh jasad renik lainnya& jenisnya hanya sedikit
2). Disebut residen karena memetap di kulit yang terdiri antara lain mikrokokus, stafilokokus,
difteroid aerob dan dapat pula jamur pithyrosporum ovale atau orbiculare
i. Flora Transien
1). Flora transien = sementara adalah berbagai mikroba yang berasal dari kontaminsi dengan
lingkungan sekitar, sehingga tidak selalu ada dikulit
2). Bila patogen (berbahaya) atau non-patogen, tidak selalu ada, jenisnya beraneka ragam, tetapi
relatif mudah dihilangkan dengan cara fisik maupun kimiawi (misalnya melalui tindakan
antiseptik pada setiap tindakan medis)
Pada pengkajian luka ganggren atau luka terbuka lainnya, lokasi luka
merupakan indicator kemungkinan penyebab luka. Posisi luka
dihubunhkan dengan posisi anatomis tubuh dan mudah dikenali. Lokasi
luka dapat mempengaruhi waktu penyembuhan luka dan jenis perawatan
yang diberikan. Seperti luka yang letaknya dekat dengan area yang banyak
mobilisasi dan gesekan atau area persendian cenderung bergerak dan
bergesek, hal tersebut dapat memperlambat penyembuhan karena
regenarasi dan migrasi sel yang terjadi seringkali menjadikan trauma
kembali ( siku, kuku,kaki). Area yang sangat rentan terhadap adanya
tekanan atau gaya lipat akan lambat untuk tumbuh (Pinggul, bokong/
sacrum). Area yang sembuh adalah area dengan vaskulerisasi yang baik
( Wajah)
1. Fibrin Pembekuan
2 Trombosit Pembekuan
3 Polimorfonuklearist (PMNS) Imun, produksi pertumbuhan
4 Limposit Imun
5 Makrofag Imun, produksi pertumbuhan
6 Protein Plasma Pertahanan tekanan osmotic, Imunitas
7 Albumun, Globulin, Fibrinogen Transportasi makromolekul
8 Asam laktat Produk metabolism selular, Hipoksia
9 Glukosa Sumber energy sel
10 Garam anorganik Buffer, pH Konsentrasi ion hydrogen
11 Faktor pertumbuhan Faktor pengontrol protein, Aktifitas
penyembuhan spesifik
12 Enzim proteolitik Enzim penghancur protein(Sirine, Sisteine,
MMPs)
13 MMPs Matrik Metalloproteinase, Endopeptidase,
14 Mikroorganisme terlibat dalam e.g proliferasi sel, migrasi,
15 Sel mati diferensiasi, apoptosis
Faktor eksogen
Tidak ada fungsi
Bau Eksudat
Bau eksudat berhubungan dengan infeksi luka, bau eksudat
juga berhubungan dengan cairan tubuh, seperti feses yang
terlihat pada fistula, bau juga berhubungan dengan proses
autolysis jaringan nekrotik pada balutan oklusif
(Hidrokoloid). Bau eksudat yang tidak sedap juga dapat
terjadi karena penurunan vaskularisasi jaringan atau hipoksia
jaringan, sehingga jaringan granulasi menjadi nekrosis.
Jaringan nekrosis yang tidak terawatt dan sangat mudah
terkontaminasi dengan bakteri, sangat cepat berkembangbiak
sehingga menimbulkan bau yang tak sedap. Bau tidak sedap
yang berlebihan pada luka dapat menimbulkan stress,
depresi, kesepian sehingga menyalahkan diri sendiri dan
terisolasi dari lingkungan. Bau eksudat yang berlebihan juga
dapat menimbulkan masalah asupan makanan dan minuman
dan dapat menimbulkan reflek muntah yang berlebihan.
Pengkajian terhadap masalah bau eksudat masih tergolong
pengkajian subjektif sesuai dengan daya cium dan penilaian
seseorang. Bau juga salah satunya diakibatkan dari bau
kelenjar apokrin.
3. Infeksi
a. Bakteri berkembang biak, penyembuhan terganggu dan
jaringan luka mengalami kerusakan (infeksi local), bila
tidak ditangani dapat menimbulkan infeksi sistemik.
b. Replikasi mikroba berakibat pada muatan (Load) mikroba
yang tinggi
c. Penyembuhan luka terganggu atau terhenti sama sekali
d. Respon imun diaktifkan
e. Tanda klasik infeksi terjadi (merah, bengkak, hipertermi,
nyeri, fungsi terbatas)
Biofilm
Merupakan bakteri membentuk lapisan berselaput melalui proses
pembentukan kapsul/encapsulary (proteksi bakteri terhadap imun).
Biofilm merupakan suatu masalah yang disebabkan oleh :
- Resisten terhadap respon imun host
- Resisten terhadap antibiotic dan topical bactericidal
- Berbagai macam gabungan species bakteri bisa meningkatkan
virulensi
- Biofilm dapat menjadi 500 kali lebih resisten terhadap agent
bacterial
- Umumnya terdapat pada jaringan mati
Sepsis
Merupakan resiko penyebaran inflamasi sistemik yang berpotensi
mematikan yang disebabkan oleh infeksi luka. Sindrom respons
inflamasi sistemik ditandai dengan karakteristik berikut :
- Frekuensi nafas 20x/menit
- Takikardia > 90x/menit
- Suhu > 39℃ atau < 36℃
- Peningkatan konsentrasi sel darah putih
Kasus sepsis terburuk dapat menyebabkan kematian akibat
kegagalan organ multiple.
Toksin Bakteri
Toksin bakteri dan edotoksin sangat berpengaruh terhadap
penyembuhan luka. Toksin diproduksi oleh bakteri pathogen yang
telah dikenal maupun yang baru muncul dapat mempengaruhi sel
eukaroit. Toksin dilepaskan kedalam luka untuk mengganggu
proses penyembuhan, dan toksin ini disintesis oleh berbagai
bakteri. Endotoksin merupakan molekul polisakarida komplekks
yang menimbulkan respons antigenic yang mengakibatkan
demam. Perubahan resistensi terhadap infeksi bakteri mengganggu
penyembuhan luka.
Tipe Jaringan :
Terdapat beberapa tipe jaringan pada luka :
1. Jaringan epitelisasi; terjadi epitelisasi, berwarna pink/merah muda
2. Jaringan granulasi ; granulasi merupakan jaringan yang sehat,
berwarna merah segar
3. Slough/Slaf ; merupakan jaringan mati, berwarna kuning,
basah/lembab
4. Jaringan nekrotik/eskhar; merupakan jaringan mati, berwatna hitam
dan kering.
Nyeri Luka
Nyeri merupakan suatu fenomena komples yang berpengaruh hanya pada
jaringan yang mengalami cidera atau penyakit. Persepsi seseorang
terhadap nyeri dipengaruhi oleh bebrapa factor, seperti makna nyeri itu
sendiri bagi mereka, dan selanjutnya dapat dipengaruhi juga oleh factor
social, budaya, dan factor kepribadian serta psikologis. Nyeri merupakan
suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan.
Berapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkaji nyeri pada luka :.
1. Pastikanapakah nyeri berhubungan dengan penyakit, pembedahan
trauma, infeksi, atau benda asing (larutan pembersih yang dapat
mengakibatkan iritasi)
2. Pastikan apakah nyerinya bersumber karena praktek keperawatan luka
(saat ganti balutan atau produk yang dipakai). Apakah perawat kurang
empati, merendahkan makna luka individu. Apakah balutan melekat
pada luka dan menyebabkan trauma jaringan pada saat pelepasan.
3. Perdarahan segar pada saat pelepasan balutan merupakan tanda nyata
pelepasan trauma
4. Apakah telah menerapkan metode pelepasan balutan dengan paling
tidak menimbulkan nyeri.
5. Pelepasan plester yang melawan arah rambut atau letak rambut dapat
menimbulkan rasa nyeri.
6. Teknik pelepasan luka pada luka yang telah menempel pada dasar
luka yang tidak direndam dan dilepas secara hati-hati dapat
menimbulkan rasa nyeri bahkan terjadi perdarahan.
7. Apakah nyeri yang dirasakan secara terus menerus atau intermittent.
Perhatikan juga Lokasi, durasi, intensitas nyeri.
8. Pengkajian nyeri menggunakan Universal Pain Assessment Tool
Rumus Parkland :
4 ml x % TBSA x kg BB = jumlah ml/24 jam.
½ volume total diberikan 8 jam pertama paska injuri
½ volume total sisanya diberikan dalam 16 jam pertama paska injuri
Gambar Area Luka Tekan pada Posisi Supinasi, Sims, dan Prone
Pengkajian Luka Tekan menggunakan NPUAP
Luka tekan dapat dievaluasi dengan menggunakan instrumen baku dari NPUAP.
Adapun instrumennya dapat dilihat pada tabel 3.4. Instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengevaluasi kemajuan perkembangan luka dan keterlambatan
penyembuhan luka (delay healing). Setiap 3-5 hari luka dievaluasi untuk melihat
perkembangan penyembuhan luka dan mencari hal-hal yang menghambat jika terjadi
keterlambatan penyembuhan luka.
Braden Scale
Kemampuan Tidak respon terhadap Respon hanya jika Respon terhadap Respon terhadap
merespon nyeri, penurunan diberi nyeri, tidak perintah verbal tapi perintah verbal.
terhadap kesadaran atau mampu tidak selalu mampu Tidak memilki
tekanan atau keterbatasan mengkomunikasikan mengungkapkan keterbatasan
ketidaknyam kemampuan ketidaknyamanan, ketidaknyamanan, sensori
anan memiliki gangguan memiliki sedikit
sensori dan keterbatasan
keterbatasan merasakan nyeri
merasakan nyeri
KELEMBA 1 selalu lembab (kulit 2 sangat lembab 3 kadang2 lembab 4 jarang lembab
BAN selalu lembab oleh (kulit sering lembab, (kulit kadangkala (kulit seringkali
(derajat keringat, urin. Pasien tapi tidak selalu lembab, linen tidak basah. Linen
kulit yang selalu terlihat basah basah. Linen harus diganti setidaknya diganti di periode
terpapar setiap kali berpindah diganti setiap setiap hari) rutin saja)
kelembaban) atau alih posisi) pergantian shift)
AKTIVITAS 1 Bedfast (pasien selalu 2 Chairfast 3 Walk 4 Walks
Derajat berbaring di tempat (kemampuan berjalan occasionally frequently
aktivitas tidur) sangat terbata, tidak (kadangkala (mampu berjalan
fisik mampu menahan mampu berjalan, keluar kamar
berat badan sendiri) namun dalam jarak setidaknya 2 kali
pendek baik dengan sehari, dan
bantuan atau tanpa mampu berjalan
bantuan. Mampu di sekitar ruangan
berpindah ke kursi setidaknya setiap
roda dan tempat 2 jam)
tidur)
MOBILITA 1 imobilitas komplit 2 Sangat terbatas 3 keterbatasan 4 tidak terbatas
S ( tidak mampu sama (kadangkala mampu ringan (sering (setiap saat
Kemampuan sekali merubah posisi mandiri merubah mampu merubah mampu merubah
untuk tubuh tanpa bantuan) posisi tubuh namun posisi secara posisi tubuh tanpa
merubah tidak sering) mandiri) bantuan)
dan
mengontrol
posisi tubuh
NUTRISI 1 sangat buruk (tidak 2 kemungkinan 3 adekuat (mampu 4 sangat baik
Kebiasaan mampu menghabiskan inadekuat (jarang menghabiskan lebih (mampu
pola makan porsi makanan, makan menghabiskan porsi dari ½ porsi makan, menghabiskan
kurang dari ½ porsi, makanan dan hanya makan 4 porsi porsi makan
makan 2 porsi protein, mampu protein, kadangkala setiap kali makan,
sulit minum, tanpa menghabiskan ½ mendapatkan tidak
intake oral, atau porsi, makan 3 porsi suplemen, atau membutuhkan
menggunakan nutrisi protein, kadangkala mendapat nutrisi suplemen)
intravena lebih dari 5 mendapat suplemen per-NGT porsi
hari) nutrisi, atau optimum)
mendapat nutrisi
menggunakan NGT
jumlah minimal)
FRIKSI 1 Bermasalah 2 potensial 3 tidak muncul
DAN (membutuhkan bantuan bermasalah (mampu masalah (bergerak
ROBEKAN maksimum untuk bergerak dengan mandiri di tempat
bergerak, ada gesekan sedikit bantuan. Saat tidur atau kursi
dengan linen setiap kali bergerak kulit tidak roda, kekuatan otot
bergerak, sebagian besar selalu bergesekan cukup baik. Dapat
berada di tempat tidur dengan linen atau mempertahankan
atau kursi roda. kursi roda, jika duduk posisi duduk
Terdapat spastisitas, kadangkala merosot) dengan baik.
kontraktur, dan agitasi.
Jika duduk cenderung
merosot)
Pengkajian tidak hanya berpusat pada luka, melainkan reaksi psikologis maupun efek luka
terhadap kehidupan sosial individu juga perlu dikaji.Penting diingat bahwa pada beberapa
kasus, tindakan paliatif merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup
klien dengan luka kanker. Manajemen luka yang dapat diterima perlu didiskusikan dengan
pasien . Identifikasi gejala dan masalah psikososial yang menyebabkan distres bagi pasien
juga perlu dikaji.
Pengkajian yang akurat pada area luka merupakan dasar yang penting untuk
merencanakan tindakan dan menilai keefektifan tindakan. Parameter yang perlu dinilai pada
luka kanker meliputi lokasi, ukuran/kedalaman/bentuk, jumlah eksudat, jenis jaringan yang
ditemukan (nekrotik, pus, granulasi, epitelisasi), tanda-tanda infeksi, nyeri (termasuk nyeri
saat pencucian luka dan penggantian balutan), kondisi kulit sekitar luka, dan perdarahan
(Naylor, 2002). Jumlah eksudat juga dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yang
diambil dari Bates-Jensen wound assessment tool (Dillon, 2007). Hasil pengukuran
dikategorikan berdasarkan proporsi balutan yang terpapar eksudat. Jumlah eksudat diukur
dengan menggunakan pengukur transparan yang membagi area menjadi 4 bagian (25%)
second dressing.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka khususnya luka kanker.
Hal ini merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena
merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling berkesinambungan.
Setiap kejadian luka mekanisme tubuh akan mengupayakan pengembalian komponen
jaringan yang rusak tersebut dengan membentukkemungkinan letak penyebaran.
Kemudian ukur besarnya luka meliputi panjang, lebar dan ketinggian karena biasanya
luka kanker menonjol /keatas. struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan
sebelumnya (Gitaraja, 2004). struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan
sebelumnya (Gitaraja, 2004).
Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses regenasi yang bersifat
lokal saja pada luka, namun dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Dengan mengenal kedua faktor penghambat tersebut diharapkan agar dapat
mengoreksi/ mengevaluasi proses penyembuhan luka. Faktor intrinsik adalah
faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka,
yang cukup berpengaruh pada luka kanker payudara meliputi : usia, status nutrisi
dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, nyeri, status imunologi dan penyakit
penyerta (hipertensei, DM, arteriosclerosis). Sedangkan faktor ekstrinsik adalah
faktor yang didapat dari luar penderita meliputi : pengobatan (kemoterapi),
radiasi, psikososial positif dan negative seperti pengetahuan klien tentang
penyakit/kondisi sakit, metode koping yang fleksibel, hubungan sosial suportif yang baik,
infeksi, iskemi dan trauma jaringan (Potter & Perry, 2005). Proses penyembuhan luka
tidak hanya terbatas pada proses regenasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Dengan mengenal kedua faktor
penghambat tersebut diharapkan agar dapat mengoreksi/ mengevaluasi proses
penyembuhan luka. Faktor intrinsik adalah
faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka,
yang cukup berpengaruh pada luka kanker payudara meliputi : usia, status nutrisi
dan hidrasi, oksigenasi dan perfusi jaringan, nyeri, status imunologi dan penyakit
penyerta (hipertensei, DM, arteriosclerosis). Sedangkan faktor ekstrinsik adalah
faktor yang didapat dari luar penderita meliputi : pengobatan (kemoterapi),
radiasi, psikososial positif dan negative seperti pengetahuan klien tentang
penyakit/kondisi sakit, metode koping yang fleksibel, hubungan sosial suportif yang baik,
infeksi, iskemi dan trauma jaringan (Potter & Perry, 2005).
Pemeriksaan diagnostik:
a. uji leukosit dan limfosit: hitung sel darah putih, dan hitung jenis, biopsi sumsum tulang
b. pemeriksaan imunitas selular : kuantifikasi sel B, imunoglobulin in vivo, respon
antibodi spesifik, total imonoglobulin dan globulin serum
c. uji imunitas seluler: hitung total limfosit, sel T kuantifikasi subset sel T, tes
hipersensitivitas lambat pada kulit, produksi sitokin, fungsi sel T helper, Supresor
d. uji sel fungsi fagosit: Nitrobule Tetrazolium reductase assay
e. uji komponen komlemen ; total komplemen hemolitik serum, electroimmunoassay,
imunoelektroforesis
f. uji hipersensitivitas
g. uji antigen- antibodi spesifik
h. uji infeksi HIV: ELISA, western Blot, hitung sel CD4 dan CD8, tes antigen P24, PCR
(reaksi rantai polimerase
1. Kasus Luka Diabetik
Seorang perempuan usia 45 tahun dirawat di ruang bedah dengan diagnose medis :
Sepsis, Ulkus DM pedis dextra post debridemant, DM tipe 2 Over weight, Gula Darah
belum terkontrol. Pasien mengeluh luka di kaki tidak sembuh – sembuh. 2 bulan yang
lalu pasien pernah mengalami luka pada kaki kanannya akibat tertusuk paku payung di
pasar pada jari kelingking, kemudian berobat ke klinik dokter dan diperiksa gula
darahnya 420. Sejak itu pasien mengetahui bahwa ia menderita kencing manis.
Kemudian pasien diberi obat gula dan diet diatur, luka juga hampir sembuh. Namun, 2
minggu sebelum masuk RS pasien tidak mengontrol pola makannya, sejak itu kakinya
mulai membengkak, dan bernanah, lalu mencoba berobat ke mantri tapi tidak sembuh dan
luka semakin parah (bernanah dan bau). 4 hari sebelum masuk RS, klien dibawa ke
RSCM untuk berobat, disarankan amputasi tapi klien menolak dan hanya dilakukan
pembersihan luka (debridement).
Pertanyaan :
Seorang perempuan berusia 42 tahun mengalami luka bakar karena ledakan gas saat
sedang bekerja di pabrik 5 jam sebelum masuk RS. Pasien mengatakan nyeri di area luka,
terasa panas. pasien tampak meringis kesakitan menahan sakit, dan sering merasa haus.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi ataupun diabetes mellitus. Di keluarga
terdapat riwayat DM (ibu pasien). Pasien mengatakan merasakan malu bertemu orang
dengan kondisi saat ini. Hasil pemeriksaan fisik : TD: 100/60mmHg, frekuensi nadi 102
x/menit, frekuensi napas 21 x/mmenit, suhu 37,7 derajat Celsius, BB : 55 kg.
Konjungtiva anemis, luka di area wajah, tangan kanan dan kiri, dada dan perut, luka
berwarna kemerahan, bullae (+). Laboratorium : Hb 10 gr/dl, Na 132 mEq/L (normal
135- 145), Cl 95 mmol/L (normal 98-108).
Pertanyaan :
Pertanyaan :
Pertanyaan :