LP Ketuban Pecah Dini
LP Ketuban Pecah Dini
LP Ketuban Pecah Dini
LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Maternitas
Di susun oleh:
RABIATUL ADWIAH
14420202069
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
2
Keperawatan Maternitas
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestasi klinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Komplikasi
h. Kalaborasi
i. Asuhan keperawatan
3
Keperawatan Maternitas
BAB 11
TINJAUAN TEORI
2. Tujuan
Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan
dini komplikasi kehamilan.(Kemenkes RI, 2018). Tujuan asuhan keperawatan
antenatal adalah mendeteksi secara dini risiko komplikasi yang mungkin
dialami ibu selama hamil, mencegah komplikasi selama hamil, memantau
kesehatan ibu dan janin, membantu dan memfasilitasi proses adptasi yang
4
Keperawatan Maternitas
terjadi sehingga ibu dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan peran
barunya, menginformasikan kunjungan ulang, menentukan usia kehamilan
dan perkiraan persalinan, menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal (Manurung, Tutiany, & Suryati, 2011).
5
Keperawatan Maternitas
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap
dua minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan
pemeriksaan: anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2,
pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil,
penilaian risiko kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan
laboratorium ulang (Wagiyo & Putrono, 2016).
4. Standar pelayanan ANC
Standar pelayanan antenatal care meliputi minimal empat kali (anamnesis,
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama), mengenali kehamilan risiko
tinggi/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, IMS/ infeksi
HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan,
serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas, data tercatat
dengan tepat pada setiap kunjungan, bila di temukan kelainan mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya (Runjati, 2011). Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan
harus sesuai dengan standar dan memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2018):
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri). 12
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi.
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
10) Tatalaksana kasus.
6
Keperawatan Maternitas
5. Pemeriksaam penunjang
a) Urine, Darah : Hb, Ht, golongan darah, faeses, USG, pap smear dan
kultur getah serviks
6. Perubahan Perubahan dan adaptasi pisisologis pada masa kehamilan
Selama masa kehamilan, tubuh akan mengalami beberapa perubahan saat
hamil yang signifikan. Di antaranya pembengkakan payudara, perkembangan
rahim, dan kulit pecah – pecah ada kalanya terjadi kerontokan rambut, dan
pada beberapa wanita hamil, kadang mereka menginginkan
makanan/minuman yang segar dan cenderung asam seperti es krim, rujak
buah, dan manga muda, masa kehamilan umumnya berlangsung selama 283
hari.
Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan baik
fisik maupun psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang
kompleks, memerlukan adaptasi terhadap proseskehamilan yang
terjadi(Widyastuti, 2009), yaitu:
a. Perubahan Psikologis pada Trimester I
Kehamilan trimester pertama merupakan periode adaptasi.
Respon yang muncul pada periode ini adalah sebagai berikut:
1) Ketidakyakinan/ketidakpastian
Awal minggu kehamilan, wanita akan merasa tidak yakin
dengan kehamilannya dan berusaha untuk mengkonfirmasikan
kehamilan tersebut. Hal ini disebabkan karena tanda-tanda fisik akan
kehamilannya tidak begitu jelas atau sedikit berubah. Setiap wanita
memiliki tingkat reaksi yang bevariasi terhadap ketidakyakinan akan
kehamilan. Wanita hamil akan berusaha untuk mencari kepastian
bahwa dirinya hamil, menjadi takut akan kehamilan yang terjadi dan
berharap tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya tidak hamil.
Fase ini, seorang wanita akan mengobservasi seluruh bagian
tubuhnya untuk memastikan perubahan yang mengindikasikan tanda-
tanda kehamilan, merundingkan kepada keluarga dan teman tentang
7
Keperawatan Maternitas
8
Keperawatan Maternitas
4) Perubahan seksual
Selama trimester I, seringkali keinginan seksual wanita menurun.
Ketakutan akan keguguran menjadi penyebab pasangan menghindari
aktivitas seksual. Apalagi jika wanita tersebut sebelumnya pernah
mengalami keguguran.Kesimpulan perubahan psikologis kehamilan
trimester pertama adalah:
a) Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya
b) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
c) Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinyasedang
hamil
d) Mengalami gairah seks yang lebih tinggi tapi libido turun
e) Khawatir kehilangan bentuk tubuh
f) Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga
g) Ketidakstabilan emosi dan suasana hati
b. Perubahan Psikologis pada Trimester II
Kehamilan trimester kedua merupakan periode kesehatan yang
baik. Perubahan psiologis yang terjadi pada trimester kedua adalah
sebagai berikut:
1) Tanda-tanda kehamilan secara fisik
Kehamilan trimester II, terlihat tanda-tanda perubahan fisik yang
jelas, sehingga dirasakan keberadaan janin. Tandatanda tersebut
diantaranya uterus yang membesar dengan cepat dan dapat dirasakan
jika di palpasi di daerah abdomen, naiknya berat badan, serta payudara
yang mulai membesar. Janin dapat terlihat jka dilakukan USG,
sehingga dapat diperlihatkan gambar/video janin di dalam kandungan
kepada keluarga.
Pada tahap ini, sudah terasa pergerakan dari janin. Hal tersebut
membuat calon ibu menerima bahwa janin merupakan bagain terpisah
dari dirinya meskipun janin tetap saja bergantung pada dirinya.
9
Keperawatan Maternitas
10
Keperawatan Maternitas
11
Keperawatan Maternitas
12
Keperawatan Maternitas
13
Keperawatan Maternitas
14
Keperawatan Maternitas
8. Pemeriksaan kehamilan
Palpasi Leopold
Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk
menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasia bdomen.
Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:
1) Leopold I : Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan
bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri
2) Leopold II : Leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian
kecil janin di sepanjang sisi maternal
3) Leopold III : Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian persentasi
dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul
4) Leopold IV : Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang
ditemukan pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh
15
Keperawatan Maternitas
16
Keperawatan Maternitas
a. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan
menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi
suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang uktrasonik dan
dipantulkan oleh organ (Prawirohardjo, 2009). Penentuan berat badan janin
dengan USG menggunakan beberapa parameter, seperti Biparietal Diameter
(BPD), Femur Length (FL), Abdominal Circumferefnce (AC), Cross Sectional
Area of Thigh (CSAT). Saat ini, penggunaan USG oleh para penyedia
pelayanan kesehatan telah banyak digunakan untuk memantau tumbuh
kembang dan merupakan suatu cara yang modern dalam memprediksi
kesejahteraan janin dalam uterus. Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan.
Pemeriksaan ultrasonografi masih terbatas pada PMB tertentu. Alat ini
diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin, termasuk memantau
suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat janin. Dengan
demikian diperlukan suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat
badan janin dimana fasilitas USG tidak tersedia. Pada prinsipnya pengguna
USG baik 2D, 3D bahkan 4D, tidak menimbulkan efek samping pada
kehamilan. Pemakaian alat USG baik 2D, 3D dan 4D pada pemakai (user) yang
mengerti dan paham akan membawa arah diagnosis ke suatu kelainan janin
atau penyakit janin yang lebih jelas, tetapi USG yang dilakukan hanya untuk
koleksi perkembangan janin (Morse, 2009).
b. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) merupakan salah satu dari 10T yaitu
kebijakan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu, dimana
pengukuran TFU adalah indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin.
Tinggi fundus uteri (TFU) dapat digunakan untuk menentukan usia kehamilan
atau menentukan taksiran berat badan janin (TBJ). TFU diukur dengan
methelin dari fundus ke simfisis pubis. Cara pengukurannya dengan
menggunakan methelin, dengan titik nol diletakkan di atas simfisis pubis, lalu
ditarik setinggi fundus uteri ibu hamil (Kamariyah, 2014).
17
Keperawatan Maternitas
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum masuk PAP
12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika.
11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
b. Rumus Niswander
Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda
untuk taksiran berat janin
Rumus Niswander dalam Gayatri (2012) adalah sebagai berikut :
18
Keperawatan Maternitas
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
c. Rumus Risanto
Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan berdasarkan penelitian
yang dilakukan pada populasi masyarakat Indonesia tetapi rumus tersebut tidak
digunakan secara luas oleh tenaga kesehatan (Titisari HI, 2012). Rumus
Risanto ditemukan oleh Risanto Siswosudarmo pada tahun 1990 berdasarkan
tinggi fundus uteri berupa persamaan garis regresi linier.
Rumus Risanto adalah sebagai berikut :
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
d. Formula Dare
Pada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri dan Ginekologi
“Institute of Medical Sciences”, Universitas Hindu Banaras, menyatakan bahwa
TFU dan pengukuran lingkar perut akan berkolrelasi dengan berat badan bayi
baru lahir (S. Swain et al, 1993). Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu
formula yang lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu
perkalian antara SFH dengan AG. Metode yang dipakai berupa pengukuran
lingkar perut ibu dalam centimeter kemudian dikalikan dengan ukuran fundus
uteri dalam centimeter, maka akan didapat taksiran berat janin (Irianti, 2015).
Rumus Formula Dare adalah sebagai berikut :
TBJ = TFU x LP
19
Keperawatan Maternitas
Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
LP = Lingkar Perut
Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan dan memiliki
nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi symphysial-fundal.
Penelitian yang dilakukan Mohanty, Das dan Misra didapatkan bahwa metode
abdominal birth memiliki nilai prediktif yang baik untuk bayi berat lahir rendah
(Mohanty, 2000).
A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput
amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
kontraksi (Mitayani, 2011).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan (Sujiyati, 2009).
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput janin sebelum
proses persalinan dimulai, pada usia kurang dari 37 minggu (Errol Norwiz &
John).
20
Keperawatan Maternitas
B. Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa
disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Geri Morgan
(2009) yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi
terapeutik, LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
pelahiran sebelumnya
c. Inkompeteni serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kehamilan
7. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
daripada ibu muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.
C. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.
Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang
dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebih
lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya
menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk
21
Keperawatan Maternitas
22
Keperawatan Maternitas
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sujiyatini,
2009).
23
Keperawatan Maternitas
E. PATHWAYS
F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir
bila ada faktor predisposisi.
24
Keperawatan Maternitas
25
Keperawatan Maternitas
5. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban
pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke
vagina, kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaan
vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara
signifikan, dan/ atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik
dan pelahiran harus diselesaikan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apa pun
6. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak
berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila
tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks
untuk diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum.
Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi
pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan
maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi
pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering
bila ada tanda infeksi
26
Keperawatan Maternitas
27
Keperawatan Maternitas
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin
juga urine atu secret vagina, sekret vagina ibu hamil pH: 4,5 dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna,tetap kuning. 1.a tes lakmus (tes
nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina
dapat menghaslkan tes yang positif palsu. 1b. mikroskop (tes pakis),
dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,
namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana (Sujiyatini, 2009).
H. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
28
Keperawatan Maternitas
3. Prematuritas
4. Distosia.
I. Kolaborasi
1. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol.
Rasional: menurunkan kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan
resiko infeksi pasca-operatif
2. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi.
Rasional: mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat
keterlibatan.
3. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahaan.
Rasional: resiko infeksi pasca melahirkan serta penyembuhan lebih lama
bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.
4. Berikan antibiotic spectrum luas parental pada pra-operasi
Rasional: Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi sebagai
pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.
A. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat,
2000 ).
2. Riwayat kesehatan
29
Keperawatan Maternitas
30
Keperawatan Maternitas
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)
1. Pemeriksaan fisik
31
Keperawatan Maternitas
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
32
Keperawatan Maternitas
k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnose keperawatan
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk
33
Keperawatan Maternitas
34
Keperawatan Maternitas
35
Keperawatan Maternitas
D. Implementasi
DAFTAR PUSTAKA
36
Keperawatan Maternitas
37