LP Ketuban Pecah Dini

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

Keperawatan maternitas

LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Maternitas

Di susun oleh:
RABIATUL ADWIAH
14420202069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
Keperawatan Maternitas

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri


berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Hal ini
dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).

Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan


80% kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan
(25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%),
ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).

Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia


sebanyak 35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian
KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD
merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

2
Keperawatan Maternitas

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan.

2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum
waktunya pada masa kehamilan, seperti :
a. Definisi ketuban pecah dini
b. Etiologi ketuban pecah dni
c. Patofisiologis
d. Manifestasi klinik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan
g. Komplikasi
h. Kalaborasi
i. Asuhan keperawatan

3
Keperawatan Maternitas

BAB 11
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum ANC ( Antenatal Care)


1. Definisi
Antenatal Care (ANC) ialah perawatan fisik mental sebelum persalinan
atau masa hamil. ANC bersifat preventif care dan bertujuan mencegah hal-hal
yang 9 kurang baik bagi ibu dan anak (Purwaningsih & Fatmawati, 2010).
Antenatal Care adalah perawatan yang dilakukan atau diberikan kepada
ibu hamil mulai dari saat awal kehamilan hingga saat persalinan (Rahmatullah,
2016).
Antenatal Care (ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh
perawat kepada ibu hamil, seperti pemantauan kesehatan secara fisik,
psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta
mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi
peran baru sebagai orang tua (Wagiyo & Putrono, 2016).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter spesialis kebidanan,
dokter, bidan dan perawat (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2018).

2. Tujuan
Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan
dini komplikasi kehamilan.(Kemenkes RI, 2018). Tujuan asuhan keperawatan
antenatal adalah mendeteksi secara dini risiko komplikasi yang mungkin
dialami ibu selama hamil, mencegah komplikasi selama hamil, memantau
kesehatan ibu dan janin, membantu dan memfasilitasi proses adptasi yang

4
Keperawatan Maternitas

terjadi sehingga ibu dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan peran
barunya, menginformasikan kunjungan ulang, menentukan usia kehamilan
dan perkiraan persalinan, menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal (Manurung, Tutiany, & Suryati, 2011).

3. Jadwal Kunjungan ANC


Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu
hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa
kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap
trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24
minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24
minggu sampai persalinan) (Kemenkes RI, 2018). Ibu hamil melakukan
kunjungan antenatal care minimal empat kali yaitu :
1) Kunjungan pertama/K1 (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke
pelayanan kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat
menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim dan kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang
dilakukan sebagai berikut: anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan
khusus obstetri, penilaian risiko kehamilan, menentukan taksiran berat badan
janin, pemberian imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan
pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono, 2016).
2) Kunjungan kedua/K2 (Trimester II)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan antenatal care
minimal satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan, laju
pertumbuhan janin, atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada masa ini
11adalah anamnesis keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada
ibu, dan pemberian vitamin (Wagiyo & Putrono, 2016).
3) Kunjungan ketiga dan ke-empat/K3 dan K4 (Trimester III)

5
Keperawatan Maternitas

Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap
dua minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan
pemeriksaan: anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2,
pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam hamil,
penilaian risiko kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan
laboratorium ulang (Wagiyo & Putrono, 2016).
4. Standar pelayanan ANC
Standar pelayanan antenatal care meliputi minimal empat kali (anamnesis,
dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama), mengenali kehamilan risiko
tinggi/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, IMS/ infeksi
HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasihat dan penyuluhan kesehatan,
serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas, data tercatat
dengan tepat pada setiap kunjungan, bila di temukan kelainan mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya (Runjati, 2011). Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan
harus sesuai dengan standar dan memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2018):
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri). 12
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi.
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
10) Tatalaksana kasus.

6
Keperawatan Maternitas

5. Pemeriksaam penunjang
a) Urine, Darah : Hb, Ht, golongan darah, faeses, USG, pap smear dan
kultur getah serviks
6. Perubahan Perubahan dan adaptasi pisisologis pada masa kehamilan
Selama masa kehamilan, tubuh akan mengalami beberapa perubahan saat
hamil yang signifikan. Di antaranya pembengkakan payudara, perkembangan
rahim, dan kulit pecah – pecah ada kalanya terjadi kerontokan rambut, dan
pada beberapa wanita hamil, kadang mereka menginginkan
makanan/minuman yang segar dan cenderung asam seperti es krim, rujak
buah, dan manga muda, masa kehamilan umumnya berlangsung selama 283
hari.
Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan baik
fisik maupun psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang
kompleks, memerlukan adaptasi terhadap proseskehamilan yang
terjadi(Widyastuti, 2009), yaitu:
a. Perubahan Psikologis pada Trimester I
Kehamilan trimester pertama merupakan periode adaptasi.
Respon yang muncul pada periode ini adalah sebagai berikut:
1) Ketidakyakinan/ketidakpastian
Awal minggu kehamilan, wanita akan merasa tidak yakin
dengan kehamilannya dan berusaha untuk mengkonfirmasikan
kehamilan tersebut. Hal ini disebabkan karena tanda-tanda fisik akan
kehamilannya tidak begitu jelas atau sedikit berubah. Setiap wanita
memiliki tingkat reaksi yang bevariasi terhadap ketidakyakinan akan
kehamilan. Wanita hamil akan berusaha untuk mencari kepastian
bahwa dirinya hamil, menjadi takut akan kehamilan yang terjadi dan
berharap tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya tidak hamil.
Fase ini, seorang wanita akan mengobservasi seluruh bagian
tubuhnya untuk memastikan perubahan yang mengindikasikan tanda-
tanda kehamilan, merundingkan kepada keluarga dan teman tentang

7
Keperawatan Maternitas

kemungkinan bahwa telah terjadi kehamilan, memvalidasi kehamilan


tersebut dengan menggunakan tes kehamilan.
2) Ambivalen
Ambivalen didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan,
seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau keadaan.
Setiap wanita hamil memiliki sedikit rasa ambivalen dalam dirinya
selama masa kehamilan. Ambivalen merupakan respon normal individu
ketika akan memasuki suatu peran baru. Beberapa wanita merasa bahwa
ini tidak nyata dan bukanlah saat yang tepat untuk hamil, walaupun ini
telah direncanakan atau diidamkan.
Wanita yang sudah merencanakan kehamilan sering berpikir
bahwa dirinya membutuhkan waktu yang lama untuk menerima
kehamilan, akan merasa khawatir dengan bertambahnya tanggung
jawab dan perasaan akan ketidakmampuannya untuk menjadi orang tua
yang baik, serta takut jika kehamilan ini akan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain.
3) Fokus pada diri sendiri
Awal kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri,
bukan pada janin. Ibu merasa bahwa janin merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari diri ibu, calon ibu juga mulai berkeinginan untuk
menghentikan rutinitasnya yang penuh tuntutan sosial dan tekanan agar
dapat menikmati waktu kosong tanpa beban. Banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur.
Perubahan fisik dan meningkatnya hormon akan menyebabkan
emosi menjadi labil. Perubahan hormonal merupakan bagian dari
respon ibu terhadap kehamilan. Perubahan hormon ini dapat menjadi
penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat wanita mestruasi
atau menopause. Mood ibu hamil akan mudah sekali berubah ubah.
Perubahan ini seringkali membuat ibu dan orang-orang di sekitarnya
menjadi bingung.

8
Keperawatan Maternitas

4) Perubahan seksual
Selama trimester I, seringkali keinginan seksual wanita menurun.
Ketakutan akan keguguran menjadi penyebab pasangan menghindari
aktivitas seksual. Apalagi jika wanita tersebut sebelumnya pernah
mengalami keguguran.Kesimpulan perubahan psikologis kehamilan
trimester pertama adalah:
a) Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya
b) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
c) Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinyasedang
hamil
d) Mengalami gairah seks yang lebih tinggi tapi libido turun
e) Khawatir kehilangan bentuk tubuh
f) Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga
g) Ketidakstabilan emosi dan suasana hati
b. Perubahan Psikologis pada Trimester II
Kehamilan trimester kedua merupakan periode kesehatan yang
baik. Perubahan psiologis yang terjadi pada trimester kedua adalah
sebagai berikut:
1) Tanda-tanda kehamilan secara fisik
Kehamilan trimester II, terlihat tanda-tanda perubahan fisik yang
jelas, sehingga dirasakan keberadaan janin. Tandatanda tersebut
diantaranya uterus yang membesar dengan cepat dan dapat dirasakan
jika di palpasi di daerah abdomen, naiknya berat badan, serta payudara
yang mulai membesar. Janin dapat terlihat jka dilakukan USG,
sehingga dapat diperlihatkan gambar/video janin di dalam kandungan
kepada keluarga.
Pada tahap ini, sudah terasa pergerakan dari janin. Hal tersebut
membuat calon ibu menerima bahwa janin merupakan bagain terpisah
dari dirinya meskipun janin tetap saja bergantung pada dirinya.

9
Keperawatan Maternitas

2) Janin sebagai fokus utama


Pada tahap ini, janin sudah menjadi fokus utama dari ibu. Ibu
mulai memperhatikan kesehatan dari janin. Ibu menjadi tertarik akan
informasi tentang diet dan perkembangan fetal. Pada trimester II.
Muncul quickening pada diri ibu, sehingga terjadilah reduksi waktu
dan ruang, baik secara geografik maupun sosial. Hal tersebut karena
calon ibu telah lebih mengalihkan perhatiannya kepada janin. Selain
itu, calon ibu juga lebih mendekatkan hubungan dengan ibu
kandungnya atau wanita yang pernah atau sedang hamil.
3) Narsisme dan introvert
Pada tahap ini, beberapa wanita akan menjadi lebih narsis dan
introvert terhadap dirinya sendiri, sadar akan kemampuannya untuk
melindungi dan menyediakan kebutuhan bagi janin. Ibu lebih selektif
akan makanan dan baju yang ingin dipakai. Beberapa wanita juga akan
kehilangan ketertarikan akan pekerjaan, berlebihan jika mengalami
kejadian, karena takut jika kejadian tersebut akan berdampak buruk
dan membahayakan janin.
Calon ibu mulai tertarik melihat kembali gambargambar bersama
suaminya pada saat mereka masih bayi. Mereka ingin tahu dan
mendengarkan cerita bagaimana mereka sewaktu bayi. Ibu lebih sering
menghabiskan waktu untuk memikirkan janin, membaca buku
perkembangan janin, serta mengkhayalkan kehidupan setelah janin
lahir, senang memanggil janin dengan panggilan kesayangan dan
menceritakan tentang kepribadian janin yang ada dalam
kandungannya. Orang-orang di sekitarnya, baik suami maupun
keluarga yang lain, akan heran sebab hal-hal tersebut berbeda dengan
perilakunya yang biasa.
4) Citra tubuh
Pada trimester II, perubahan bentuk tubuh terjadi begitu cepat dan
terlihat jelas. Perubahan yang terjadi mepiluti pembesaran abdomen,
penebalan pinggang, dan pembesaran payudara. Hal tersebut semakin
memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya

10
Keperawatan Maternitas

bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perubahan


perubahan ini akan diterima dan dianggap sebagai suatu kebanggaan
bagi pasangan suami dan istri. Akan tetapi, sikap ini dapat berubah-
ubah seiring dengan perkembangan kehamilan.
Pada awal kehamilan, citra tubuh terlihat positif, namun seiring
perkembangan kehamilan pencitraan terhadap tubuhnya akan berubah
menjadi lebih negatif. Perasaan ini hanya bersifat sementara dan tidak
akan mempengaruhi persepsi tentang diri mereka secara permanen.
5) Perubahan seksual
Ketertarikan dan aktivitas seksual selama masa kehamilan bersifat
individual dan sulit ditebak. Bersifat individual, karena ada pasangan
yang puas dan ada yang tidak. Perasaaan tersebut tergantung dari
faktor-faktor fisik, emosi, interaksi, budaya, masalah disfungsi seksual,
perubahan fisik pada wanita, bahkan tahayul/mitos tentang seks selama
kehamilan. Bersifat sulit ditebak, karena perasaan seksual itu dapat
sewaktu-waktu naik, turun, atau bahkan tidak berubah. Aktivitas
seksual tetap aman dilakukan jika tidak ada komplikasi pada masa
kehamilan.
Pada trimester II, terjadi peningkatan sensitifitas dari labia dan
klitoris, serta peningkatan lumbrikasi vaginal sebagai hasil dari
vasokongesti pelvis. Selain itu, mual dan fatigue juga sudah tidak
begitu dirasakan. Hal tersebut menyebabkan timbul peningkatan
sejahtera dan energi yang akan meningkatkan keinginan seksual.
Orgasme terjadi dengan frekuensi yang lebih banyak dan dengan
intensitas yang lebih besar selama kehamilan akibat
perubahanperubahan di atas. Meskipun orgasme akan menyebabkan
kontraksi uterin sementara, namun hal itu tidak akan melukai jika
kehamilan masih dalam keadaan normal.Kesimpulanperubahan
psikologis kehamilan trimester kedua adalah:
a) Ibu sudah mulai merasa sehat
b) Mulai bisa menerima kehamilannya

11
Keperawatan Maternitas

c) Merasakan gerakan bayi dan merasakan kehadiran bayi sebagai


seseorang di luar dirinya
d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran
e) Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban
f) Libido dan gairah seks meningkat
g) Merasa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dirinya
h) Hubungan sosial meningkat dengan orang lain
i) Ketertarikan dan aktivitas terfokus pada kehamilan, kelahiran dan
persiapan peran barunya
c. Perubahan Psikologis pada Trimester III
Pada trimester III calon ibu akan semakin peka perasaannya,
tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Seorang ibu akan
semakin sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukan
perlindungannya kepada janin. Ibu akan sering membayangkan kejadian
negatif saat melahirkan kelak seperti kelainan letak bayi, tidak dapat
melahirkan, atau bahkan janin yang lahir dengan kecacatan.
Pada masa ini ibu menjadi sangat bergantung dengan pasangannya,
ibu membutuhkan banyak perhatian dan cinta dari pasangannya.
Dukungan dan kasih seorang suami dan orang terdekat sangat dibutuhkan.
Pada masa ini ibu mulai sibuk mempersiapkan diri, mempersiapkan
persalinan, dan mempersiapkan mengasuh anaknya. Mempersiapkan
segala kebutuhan bayi, seperti nama, baju, dan tempat tidur. Ibu mulai
bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas selama masa-
masa menjelang melahirkan hingga bayi lahir.
Pergerakan dan aktivitas janin semakin terasa, seperti memukul,
menendang, dan menggelitik. Perasaan bahwa janin adalah bagian yang
terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan, ukuran, dan
bentuk tubuh pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa
tertarik terhadap aktivitas seksual menurun.Kesimpulan perubahan
psikologis trimester III adalah :

12
Keperawatan Maternitas

a) Rasa tidak nyaman kembali timbul


b) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya
c) Ibu khawatir bayinya akan lahir dengan kondisi yang tidak normal
d) Ibu merasa kehilangan perhatian dan semakin membutuhkan
perhatian
e) Ibu menjadi tidak sabaran dan resah
f) Ibu sering berkhayal tentang bayinya
g) Ibu aktif mempersiapkan kelahiran bayinya
h) Libido atau keingingan untuk melakukan hubungan seks menurun

7. Tanda tanda kehamilan


Pasangan suami istri kadang masih bingung membedakan tanda-tanda
kehamilan atau ( pregnansi sympoms ) sebenarnya dengan tanda akan
datangnya menstruasi, karna tanda-tanda kehamilan biasanya mirip dengan
tanda -tanda menstruasi. Ketidaktahuan mengenai hal ini juga menyebabkan
beberapa kasus terjadinya keguguran atau miscarriage. Banyak perempuan
mengeluh bahwa tanda-tanda kehamilan hanya melihat dari satu sisi saja, yaitu
terlambat datangnya menstruasi. Memang tidak salah namun terlambat
menstruasi bukan hanya di sebabkan oleh kehamilan saja banyak hal yang
mempengaruhinya seperti: pola makan, stress, kecapean, dan gangguan
hormonal. Tanda-tanda kehamilan bersifat pribadi artinya ada semua yang
mengalaminya, bervariasi, tapia da juga yang tidak memiliki keluhan apapun.
Untuk lebih memastikan, tentulah harus dilakukan tes kehamilan ( pregnasi
tes, baik dengan menggunakan tespek atau tes darah).Tanda-tanda kehamilan
yang lain sebagai berikut:
 Payudara membesar
Hal ini disebekan oleh meningkatnya produksi hormone ekstrogen dan
progesterone payudara juga akan terasa lebut, hal ini menimbulkan rasa
sensitif yang paling tinggi, hingga payudara akan terasa sakit atau
nyeri.Putting susu membesar dan warnanya semakin gelap kadang juga
terasa gatal.pembulu vena pada payudara juga akan terlihat akibat
penegangan payudara.

13
Keperawatan Maternitas

 Bercak darah diikuti keram perut


Bercak darah ini muncul sebelum menstruasi yang akan dating biasanya
terjadi antara 8-10 setelah terjadinya opulasi bercak darah ini
disebabkan oleh implantasi (implantation bledding ) atau menempelnya
embrio pada dinding Rahim. Munculnya bercak darah pada saat
kehamilan kadang disalah artikan Sebagian menstruasi.
Selain itu keluarnya bercak darah biasanya diikuti oleh keram perut.
Keram perut pada kondidi kehamilan akan terjadi secara teratur. Dan
kondisi keram perut ini, akan terus berlanjut sampai kehamilan
trimester II, sampai etak uterus posisinya berada di tengah dan di
sangga oleh panggul.
 Mual dan muntah
Sekitar separuh perempuan yang mengalami kehamilan akan memilikih
tanda-tanda ini hal ini disebabkan peningkatan hormone secara tiba-tiba
dalam aliran darah. Hormone tersebut adalah HCG (Human chorionic
godandotrophin ) peningkatan hormone ini juga terjadi pada saluran air
kencing. Itulah sebebnya alat tespek kehamilan dilakukan melalui
media air seni untuk mengukur terjadinya penigkatkan kadar hormone
HCG
Peningkatan hormone ini akan mengakibatkan afek pedih pada lapisan
perut dan menimbulkan rasa mual. Rasa mual ini biaanya akan
menghilang memasuki kehamilan trimester ke II.
 Sering buang air kecil ini disebabkan janin yang tumbuh di rahim
menekan kandung kemih dan akibat adanya peningkatan sirkulasi
darah. Kandung kemih lebih cepat di penuhi oleh urine sehingga
keinginan untuk buang air kecil lebih sering. Peningkatan buang air
kecil disebabkan oleh peningkatan hormone kehamilan.
 Pusing dan sakit kepala
Gangguan ini diakibatkan oleh faktor fisik ( rasa lelah, mual, lapar dan
tekanan darah rendah ) dan factor emosional ( perasaan tegang dan
depresi). Peningkatan pasokan darah keseluruh tubuh juga bisa
menyebabkan pusing saat ibu berubah posisi

14
Keperawatan Maternitas

 Rasa lelah dan rasa mengantuk berlebihan


Rasa lelah dan mengantuk pada ibu hamil selain disebabkan oleh
perubahan hormonal, juga akibat kinerja dari beberapa organ vital
seperti ginjal, jantung,paru-paru, semakin bertambah. Organ-organ vital
ini tidak hanya bekerja untuk tubuh saja namun juga untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin.
 Susah buang air besar
Sembelit terjadi akibat peningkatan hormone progesterone. Hormone
ini selain mengendurkan otot-otot rahim, juga berdampak pada
mengendurnya otot diding usus sehingga menyebkan sembelit /susah
buang air besar.
 Sering meludah
Tanda kehamilan ini terjadi akibat pengaruh perubahan hormone
estrogen, biasanya terjadi pada kehamilan trimester I.
 Naiknya temperature basal tubuh
Jika terjadi kehamilan atau opulasi, maka suhu basal tubuh ibu akan
meningkat kondisi ini akan bertambah selama terjadinya kehamilan

8. Pemeriksaan kehamilan
Palpasi Leopold
Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu bayi untuk
menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasia bdomen.
Palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu:
1) Leopold I : Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak fundus uteri dan
bagian lain yang terdapat pada bagian fundus uteri
2) Leopold II : Leopold II bertujuan untuk menentukan punggung dan bagian
kecil janin di sepanjang sisi maternal
3) Leopold III : Leopold III bertujuan untuk membedakan bagian persentasi
dari janin dan sudah masuk dalam pintu panggul
4) Leopold IV : Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil yang
ditemukan pada pemeriksaan Leopold III dan untuk mengetahui sejauh

15
Keperawatan Maternitas

mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas panggul Memberikan


informasi tentang bagian presentasi: bokong atau kepala, sikap/attitude
(fleksi atau ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi)
9. Perhitungan tafsiran partus
Perkiraan Persalinan atau Kelahiran dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Yang sering dilakukan adalah dengan menghitung perkiraan
berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dengan menggunakan
rumus Naegele, yakni hari ditambahkan 7, bulan dikurangi 3, tahun
ditambahkan 1. Namun, cara perhitungan ini hanya dapat berlaku akurat jika
Anda memiliki siklus menstruasi yang teratur selama 6 bulan terakhir
sebelum hamil. Selain itu, tanggal perkiraan persalinan dengan menggunakan
perhitungan ini juga dapat mengalami pergeseran maju atau mundur sekitar 1-
2 minggu dari hasil perhitungan.
Jika HPHT Anda 30 Mei 2014, maka perkiraan kelahiran bayi Anda adalah
tanggal 37 Februari 2015 = 6 Maret 2015.
Cara berikutnya adalah dengan menggunakan pemeriksaan USG yang tingkat
akurasinya dapat mencapai 95%. Cara ini memperkirakan tanggal kelahiran
berdasarkan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Perkiraan kelahiran ini
akan lebih akurat pada pemeriksaan USG di trimester kedua dan ketiga
karena ukuran janin sudah lebih besar sehingga lebih mudah untuk
melakukan pengukuran dan gambar janin terlihat lebih jelas di layar monitor.

10. Perhitungan tafsiran berat janin


Terdapat berbagai cara untuk menentukan taksiran berat janin. Namun
yang paling sering digunakan yaitu dengan pemeriksaan ultrasonografi, dan
pengukuran tinggi fundus uteri. Faktor-faktor yang berpengarauh terhadap
pengukuran dan diperkirakan sulit untuk dapat dikoreksi dalam penaksiran
berat badan janin ialah seperti tumor rahim, polihidramnion, plasenta previa,
kehamilan ganda dikeluarkan dari penelitian, sedangkan obesitas, paritas,
kondisi selaput ketuban, penurunan bagian terbawah janin (Bioeman, 2005).

16
Keperawatan Maternitas

a. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik dengan
menggunakan gelombang ultrasonik untuk mempelajari morfologi dan fungsi
suatu organ berdasarkan gambaran eko dari gelombang uktrasonik dan
dipantulkan oleh organ (Prawirohardjo, 2009). Penentuan berat badan janin
dengan USG menggunakan beberapa parameter, seperti Biparietal Diameter
(BPD), Femur Length (FL), Abdominal Circumferefnce (AC), Cross Sectional
Area of Thigh (CSAT). Saat ini, penggunaan USG oleh para penyedia
pelayanan kesehatan telah banyak digunakan untuk memantau tumbuh
kembang dan merupakan suatu cara yang modern dalam memprediksi
kesejahteraan janin dalam uterus. Ketersediaan fasilitas dan sarana pelayanan.
Pemeriksaan ultrasonografi masih terbatas pada PMB tertentu. Alat ini
diperlukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin, termasuk memantau
suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat janin. Dengan
demikian diperlukan suatu cara alternatif untuk memantau pertumbuhan berat
badan janin dimana fasilitas USG tidak tersedia. Pada prinsipnya pengguna
USG baik 2D, 3D bahkan 4D, tidak menimbulkan efek samping pada
kehamilan. Pemakaian alat USG baik 2D, 3D dan 4D pada pemakai (user) yang
mengerti dan paham akan membawa arah diagnosis ke suatu kelainan janin
atau penyakit janin yang lebih jelas, tetapi USG yang dilakukan hanya untuk
koleksi perkembangan janin (Morse, 2009).
b. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) merupakan salah satu dari 10T yaitu
kebijakan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu, dimana
pengukuran TFU adalah indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin.
Tinggi fundus uteri (TFU) dapat digunakan untuk menentukan usia kehamilan
atau menentukan taksiran berat badan janin (TBJ). TFU diukur dengan
methelin dari fundus ke simfisis pubis. Cara pengukurannya dengan
menggunakan methelin, dengan titik nol diletakkan di atas simfisis pubis, lalu
ditarik setinggi fundus uteri ibu hamil (Kamariyah, 2014).

17
Keperawatan Maternitas

c . Rumus Taksiran Berat Janin


Penentuan taksiran berat badan janin berdasarkan TFU adalah
pemeriksaan yang sederhana dan mudah serta dapat dilakukan pada fasilitas
kesehatan yang belum tersedia pemeriksaan ultrasonografi. Berikut rumus
untuk menentukan taksiran berat janin adalah :
a. Rumus Johnson Tausack
Johnson dan Tausack (1954) menggunakan suatu metode untuk
menaksirkan berat badan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri
(TFU), yaitu dengan mengukur jarak antara tepi atas simfisis pubis sampai
puncak fundus uteri dengan mengikuti lengkungan uterus, memakai pita
pengukur dalam centimeter dikurangi 11, 12, atau 13 hasilnya dikalikan
155, didapatkan berat badan bayi dalam gram. Pengurangan 11, 12, atau
13 tergantung dari posisi kepala bayi. Jika kepala sudah melewati tonjolan
tulang (spinaischiadika) maka dikurangi 12, jika belum melewati tonjolan
tulang (spinaischiadika) dikurangi 11 (Varney, 2004).
Rumus Johnson adalah sebagai berikut :

TBJ = (TFU – N) x 155

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
N = 13 bila kepala belum masuk PAP
12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika.
11 bila kepala berada di bawah spina ischiadika
b. Rumus Niswander
Niswander melakukan penelitian dan menemukan rumus yang berbeda
untuk taksiran berat janin
Rumus Niswander dalam Gayatri (2012) adalah sebagai berikut :

TBJ = TFU -13 x 453,6


3

18
Keperawatan Maternitas

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
c. Rumus Risanto
Rumus Risanto adalah rumus yang diformulasikan berdasarkan penelitian
yang dilakukan pada populasi masyarakat Indonesia tetapi rumus tersebut tidak
digunakan secara luas oleh tenaga kesehatan (Titisari HI, 2012). Rumus
Risanto ditemukan oleh Risanto Siswosudarmo pada tahun 1990 berdasarkan
tinggi fundus uteri berupa persamaan garis regresi linier.
Rumus Risanto adalah sebagai berikut :

TBJ = 127.6 x TFU – 931,5

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
d. Formula Dare
Pada Agustus 1986 sampai Juli 1989, Departemen Obstetri dan Ginekologi
“Institute of Medical Sciences”, Universitas Hindu Banaras, menyatakan bahwa
TFU dan pengukuran lingkar perut akan berkolrelasi dengan berat badan bayi
baru lahir (S. Swain et al, 1993). Pada tahun 1990, Dare et al mengajukan suatu
formula yang lebih sederhana untuk menghitung taksiran berat badan janin, yaitu
perkalian antara SFH dengan AG. Metode yang dipakai berupa pengukuran
lingkar perut ibu dalam centimeter kemudian dikalikan dengan ukuran fundus
uteri dalam centimeter, maka akan didapat taksiran berat janin (Irianti, 2015).
Rumus Formula Dare adalah sebagai berikut :

TBJ = TFU x LP

19
Keperawatan Maternitas

Keterangan :
TBJ = Taksiran Berat Janin
TFU = Tinggi Fundus Uteri
LP = Lingkar Perut
Metode ini dianggap lebih mudah digunakan berbagai kalangan dan memiliki
nilai bias yang minimal dibandingkan penggunaan tinggi symphysial-fundal.
Penelitian yang dilakukan Mohanty, Das dan Misra didapatkan bahwa metode
abdominal birth memiliki nilai prediktif yang baik untuk bayi berat lahir rendah
(Mohanty, 2000).

B . Konsep Dasar Penyakit

A. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
tanda-tanda persalinan (Mansjoer, et al, 2002). Pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (masa
laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/ rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput
amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa
kontraksi (Mitayani, 2011).
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan (Sujiyati, 2009).
Ketuban pecah dini (KPD)  merupakan pecahnya selaput janin sebelum
proses persalinan dimulai, pada usia kurang dari 37 minggu (Errol Norwiz &
John).

20
Keperawatan Maternitas

B. Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi
terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban pecah lebih awal bisa
disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang disampaikan oleh Geri Morgan
(2009) yaitu:
1. Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,
2. Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:
a. Persalinan premature
b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
c. Malposisi atau malpresentasi janin
3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks
a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi
terapeutik, LEEP, dan sebagainya)
b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
pelahiran sebelumnya
c. Inkompeteni serviks
4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:
a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan
6. Merokok selama kehamilan
7. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat
daripada ibu muda
8. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.

C. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban.
Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang
dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan lebih
lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya
menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk

21
Keperawatan Maternitas

sekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, faktor


nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi
oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion,
secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang
masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme
lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim
bakterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi
dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora
servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi
protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.
Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen
tipe III pada manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit
ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah
dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin potensial, potensial menjadi penyebab ketuban
pecah dini.

D. Tanda Dan Gejala


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal “atau menyambut kebocoran
untuk sementara.

22
Keperawatan Maternitas

Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sujiyatini,
2009).

23
Keperawatan Maternitas

E. PATHWAYS

F. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir
bila ada faktor predisposisi.

24
Keperawatan Maternitas

2. Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut


ini saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban
peccah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps
tali pusat:
a. Letak kepala selain vertex
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya.
4. Bila ketuban telah pecah
a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban
b. Bila robekan ketuban tampak kasar:
1) Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat
adanya semburan cairan dari vagina.
2) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada
slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
3) Sebagian cairan diusapkan ke kertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak
melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak
dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
1) Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop).
2) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
3) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang
dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning di bawah
mikroskop.
d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit
Herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.

25
Keperawatan Maternitas

5. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam  24-72 jam setelah ketuban
pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan ke
vagina, kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaan
vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien  dengan ketat.
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara
signifikan, dan/ atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik
dan pelahiran harus diselesaikan.
2) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak
kekuningan menunjukan adanya infeksi.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan
perubahan apa pun
6. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak
berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila
tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV, pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks
untuk diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum.
Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi
pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan
maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi
pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering
bila ada tanda infeksi

26
Keperawatan Maternitas

h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia


janin yang merupakan salah satu tanda infeksi
i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
1) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
2) Terjadi takikardia janin
3) Lokia tampak keruh
4) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5) Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6) Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
7. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
a. Pesalinan spontas
1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada
demam
2) Anjurkan pemantauan janin internal
3) Beritahu dokter  spesialis obstetri dan spesialis anak atau
praktisi perawat neonatus
4) Lakukan kultur sesuai panduan
b. Indikasi persalinan
1) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3) Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan,
banyak yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g
Mefoxin per IV setiap 6 jam sebagai profilakis. Beberapa
panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu
dan DJJ  untuk menentuan kapan antibiotik mungkin diperlukan.

27
Keperawatan Maternitas

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau
dan PHnya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin
juga urine atu secret vagina, sekret vagina ibu hamil pH: 4,5 dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna,tetap kuning. 1.a tes lakmus (tes
nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina
dapat menghaslkan tes yang positif palsu. 1b. mikroskop (tes pakis),
dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,
namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana (Sujiyatini, 2009).

H. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung

28
Keperawatan Maternitas

3. Prematuritas
4. Distosia.

I. Kolaborasi
1. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol.
Rasional: menurunkan kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan
resiko infeksi pasca-operatif
2. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi.
Rasional: mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat
keterlibatan.
3. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahaan.
Rasional: resiko infeksi pasca melahirkan serta penyembuhan lebih lama
bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.
4. Berikan antibiotic spectrum luas parental pada pra-operasi
Rasional: Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi sebagai
pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.

C . Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar 
tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien( Hidayat,
2000 ).

1. Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register, dan diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan

29
Keperawatan Maternitas

a. Riwayat kesehatan dahulu


Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang
keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga
diri rendah.
( Depkes RI, 1993:66)

3. Pola-pola fungsi kesehatan


a. pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d. Pola eleminasi

30
Keperawatan Maternitas

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga
sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi 
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan
klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total
setelah  partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.
( Sharon J. Reeder, 1997:285)
1. Pemeriksaan fisik

31
Keperawatan Maternitas

a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena
adanya proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

32
Keperawatan Maternitas

k. Muskulis skeleta
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena
adanya luka episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

 (Ibrahim christina, 1993: 50)

B. Diagnose keperawatan

1. Risiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.


2. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot
rahim.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan
premature.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus
berpotensi lahir premature.
 (NANDA, 2012)

C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk

33
Keperawatan Maternitas

berhubungan tindakan keperawatan tanda infeksi mengetahui


dengan selama 3×24 jam  2. Pantau tanda-tanda
ketuban pecah diharapkan pasien tidak keadaan umum infeksi yang
dini menunjukan tanda-tanda pasien muncul
infeksi dengan kriteria 3. Bina 2. Untuk melihat
hasil : hubungan saling perkembangan
percaya melalui kesehatan pasien
1. Tanda-tanda infeksi
komunikasi 3. Untuk
tidak tidak ada.
terapeutik memudahkan
2. Tidak ada lagi cairan
4. Berikan perawat
ketuban yang keluar
lingkungan yang melakukan
dari pervaginaan.
nyaman untuk tindakan
3. DJJ normal
pasien 4. Agar istirahat
4. Leukosit kembali
5. Kolaborasi pasien terpenuhi
normal
dengan dokter 5. Untuk proses
5. Suhu tubuh normal
untuk penyembuhan
(36,5-37,5ºC)
memberikan pasien
obat antiseptik
sesuai terapi
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali tanda- 1. Untuk
nyaman: nyeri tindakan keperawatan tanda Vital mengetahui
berhubungan selama 3×24 jam  di pasien keadaan umum
dengan harapkan  nyeri berkurang 2. Kaji skala pasien
ketegangan atau nyeri hilang dengan nyeri (1-10) 2. Untuk
otot rahim kriteria hasil : 3. Ajarkan mengetahui
pasien teknik derajat nyeri
1. Tanda-tanda vital
relaksasi pasien dan
dalam batas normal.
4. Atur posisi menentukan
TD:120/80 mm Hg
pasien tindakan yang
N: 60-120 X/ menit.
5. Berikan akan dilakukan
2. Pasien tampak tenang
lingkungan 3. Untuk
dan rileks
yang nyaman mengurangi  nyeri
dan batasi yang dirasakan

34
Keperawatan Maternitas

3. Pasien mengatakan pengunjung pasien


nyeri pada perut 4. Untuk
berkurang memberikan rasa
nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan pasien
dapat beristirahat

3. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Kaji apa 1. Untuk


pengetahuan tindakan keperawatan pasien tahu mengetahui
berhubungan selama 3×24 jam  di tentang  tanda- tentang
dengan harapkan pasien tanda dan gejala pemahaman
pengakuan memahami pengetahuan normal selama pasien untuk
persalinan tentang penyakitnya kehamilan tindakan
premature dengan criteria hasil : 2. Ajarkan selanjutnya
tentang apa 2. Mencegah
1. Pasien terlihat tidak
yang harus terjadinya hal-hal
bingung lagi
dilakukan jika yang tidak
2. Pengetahuan Pasien dan
tanda KPD diinginkan terjadi
keluarga dapat
muncul kembali yang bisa
bertambah
3. Libatkan membahayakan
keluarga agar ibu-janin
memantau 3. Untuk membantu
kondisi pasien merencanakan
tindakan
berikutnya

4. Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui


berhubungan tindakan keperawatan tingkat tingkatan
dengan selama 3×24 jam  di kecemasan kecemasan yang
persalinan harapkan ansietas pasien pasien dialami pasien
premature dan teratasi dengan kriteria 2. Dorong 2. Untuk

35
Keperawatan Maternitas

neonatus hasil : pasien untuk mempercepat 


berpotensi istirahat total proses
1.Pasien tidak cemas lagi
lahir 3. Berikan penyembuhan
2.Pasien sudah
premature suasana yang 3. Untuk
mengetahui tentang
tenang dan memberikan rasa
penyakit
ajarkan nyaman dan
keluarga untuk menurunkan
memberikan kecemasan pasien
dukungan
emosional
pasien.
 

D. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan.


Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia.
Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan
dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan
tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan
keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan
Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat sebagai manusia yang unik(Hidayat, 2002.

DAFTAR PUSTAKA

36
Keperawatan Maternitas

Errol Norwiz. 2011. Anatomi dan Fisiologi.


Geri, Morgan. 2009. Obsteri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Sujiyati. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Numed.
Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2.
Jakarta:Salemba Medika

International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi


2012-2014.Jakarta:EGC

37

Anda mungkin juga menyukai