Laporan Praktikum Hidrolika 2 Modul 5 - 15718020 - KevinJairus

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

IL 2201 – HIDROLIKA II
MODUL 5
ALAT UKUR DEBIT SALURAN TERBUKA

Nama Praktikan : Kevin Jairus


NIM : 15718020
Kelompok/Shift : 4/1

Tanggal Praktikum : 1 April 2020

Tanggal Pengumpulan : 8 April 2020

Koordinator Praktikum : Nur Novilina A. ST, MT

Denis Bahtiar Ramadani (15717007)


PJ Modul : Jayanti Ramadhany (15716036)

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan tinggi muka air di atas Notch (H)
2. Menentukan nilai Debit Aktual dan Debit Teoritis
3. Menentukan nilai Cd (Coefficient Discharge)
II. Prinsip Percobaan

Pada percobaan ini dilakukan serangkaian langkah kerja untuk mencapai tujuan
praktikum. Beberapa diantaranya adalah penyalaan Hydraulic bench, pengukuran suhu
air di awal dan akhir, pengukuran kedalaman air, pengulangan percobaan sebanyak 3
variasi debit, dan pengolahan data dengan rumus. Pertama, penyalaan hydraulic bench
sebanyak 3 pengukuran waktu dan 3 variasi debit dilakukan untuk mendapatkan debit
aktual nanti. Pengukuran suhu air di awal dan akhir dilakukan untuk mencari massa
jenis yang sesuai dengan kondisi suhu air sebelum dan sesudah dilakukan percobaan
sebab air yang telah dites akan mengalami penambahan energy.

Lalu pengukuran kedalaman air akan berguna untuk nantinya didapat tinggi muka
air di atas notch dan berguna untuk pengolahan data nantinya. Debit yang didapat dari
pengukuran juga dapat berfungsi untuk mendapatkan koefisien discharge dimana
mengandung variable debit aktual. Lalu untuk pengulangan percobaan sebanyak 3
variasi debit adalah untuk mendapatkan nilai pada data yang akurat dan minimal 3 data
untuk dapat diplot dalam grafik yang akan dianalisis.

III. Teori Dasar

4.1 Debit secaraLangsung ( debit sesaat )


Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat
pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi
penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam
hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:
1. Alat Ukur Pintu Romijn
Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik
turunkan,yaitu dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu
ukur romijin yaitu dengan menggunakan rumus:

Q= 1,71 b h3/2

Keterangan:
Q = debit air
b = lebar ambang
h = tinggi permukaan air

2.Sekat Ukur Thompson


Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90 o dapat dipindah-pindahkan
karena bentuknya sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur
debit air yang relatif kecil. Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan
rumus sebagai berikut:

Q = 0,0138
Keterangan:
Q = debit air
h = tinggi permukaan air

3.Alat Ukur Parshall Flume


Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya
debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit
(tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.

4.Bangunan Ukur Cipoletti


Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan
aliran kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada
hubungan tunggal antara head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan
fungsi H saja. Pada umumnya hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:

Q=k.H.n
Keterangan:
Q = debit air
H = head
k dan n = konstanta
Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi
pada penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya
konstanta k dan n ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q
yang apabila diplotkan pada grafik akan diperoleh garis hubungan H – Q yang
paling sesuai untuk masing – masing jenis bangunan ukur.

Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan


pintu ukur romijin,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson biasanya
lebih mudah karena untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang
tersedia.

4.2 Pengukuran debit air secara tidak langsung:


1.Pelampung
Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan,
dan (ii) pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe
pelampung permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian
sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya
seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang
terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh
untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang
dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata –
rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata
– rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien
yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Koefisien kecepatan pengaliran dari pelampung permukaan sebagai berikut:

B/H 5’ 10’ 15’ 20’ 30’ 40’


Vm/Vs 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

Keterangan:
B = lebar permukaan aliran
H = kedalaman air
Vm = kecepatan rata – rata
Vs = kecepatan pada permukaan

Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu


pelepasannya, pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak
dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai
5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata
– rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan
paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang
ini dicari penampang melintang rata – ratanya, dengan jangka garis tengah lebar
permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama –
sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan
titik – titik pertengahan garis – garis horizontal dan vertikal dari penampang itu,
jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula – mula dibuat penampang
melintang rata – rata antara penampang melintang rata – rata yang diperoleh dari
penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan rata – rata:

Q = C . Vp Ap
Keterangan:
Q = debit aliran
C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
Vp = kecepatan rata – rata pelampung
Ap = luas aliran rata – rata

2. Pengukuran dengan Current Meter


Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima
detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat
merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan
kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus
yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis yang
menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan
mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat
bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan
sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang
diukur.

Debit aliran dihitung dari rumus :


Q = V x A
dimana :
V = Kecepatang aliran
A = Luas penampang

Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur


kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :
• Bentuk saluran
• Kekasaran saluran dan
• Kondisi kelurusan saluran
Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini
amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat
dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian
“United Stated Geological Survey” aliran air di saluran (stream) dan sungai
mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut:
a. Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk
parabolic.
b. Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air
dihitung dari permukaan aliran.
c. Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.
d. Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.
e. Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran
secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran
tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-
rata nya.

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil


penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kea rah horikzonta
l(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan
jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut
di ukur kecepatan alirannya.

Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai x Vi


Keterangan : Qi : Debit aliran segmen i
Ai : Luas aliran pada segmen i
Vi : Kecepatan aliran pada segmen ini
IV. Data Awal
Massa beban : 2,5 Kg
Massa air : 2,5 Kg
lebar U-notch : 0.03 m
Sudut V-notch : 30⁰
B : 0.238 m
P : 0.08 m
Suhu Awal : 26 ⁰C
Suhu Akhir : 27 ⁰C
Suhu rata2 : 26.5 ⁰C
Massa Jenis : 994.0184 Kg/m3

Tabel 2.1 Data Awal Waktu

Waktu
Variasi
1 2 3
1 2.16 2.18 2.19
2 2.82 2.91 2.95
3 5.56 5.59 5.63

Tabel 2.2 Data Awal Kedalaman Saluran U-Notch

Kedalaman diatas U-notch (m)


h1 h2 h3
0.042 0.044 0.045
0.034 0.035 0.038
0.027 0.028 0.03

Tabel 2.3 Data Awal Kedalaman Saluran V-Notch

Kedalaman diatas V-notch(m)


h1 h2 h3
0.072 0.072 0.07
0.06 0.064 0.07
0.04 0.048 0.05

Dari rata-rata suhu yang telah didapatkan, kita dapat mencari nilai
densitasnya dengan tabel dibawah.
Tabel 2.4 Densitas Air terhadap Suhu

Massa
Temperatur/Suhu
Jenis
(°C)
(kg/m3)
0 999.9
5 1000
10 999.7
20 998.2
30 995.7
40 992.2
50 988.1
60 983.2
70 977.8
80 971.8
90 965.3
100 958.4

Maka, dengan data-data yang telah didapatkan pada tabel diatas,


digunakan regresi polynomial untuk mendapatkan grafik sebagai berikut,
Hubungan antara Suhu dan
Massa Jenis
1010
y = -0,4144x + 1005 Hubungan

Massa Jenis (Kg/m3)


1000 antara Suhu
990 dan Massa Jenis
980
970
R² = 0,9477 Linear
960
(Hubungan
950 antara Suhu
0 50 100 150 dan Massa
Suhu (oC) Jenis)

Gambar 2.1 Grafik Massa Jenis terhadap Temperatur

V. Pengolahan Data
1. Menghitung massa jenis air berdasarkan suhu fluida
Tabel 2.4 didapatkan dari buku karya Finnemore, sehingga dapat
dihitung dengan regresi polinom orde 1 dan didapatkan nilai berikut,
𝑦 = − 0,4144 𝑥 + 1005
y = densitas air (kg/m3)
x = nilai suhu rata-rata (℃)
Nilai R² = 0,9477

Maka, untuk mendapatkan nilai densitas kita dapat mensubstitusikan


variabel x dengan suhu rata-rata yaitu 26,5℃ sehingga didapatkan nilai y
sebagai berikut,

𝑦 = − 0,4144 𝑥 + 1005
y = 994,0184 kg/m3
2. Menghitung massa air berdasarkan massa beban yang digunakan
Massa air sama dengan tiga kali massa beban. Perbandingan ini
didapatkan dari perbandingan antara lengan pada hydraulic bench yang
diletakkan beban (seukuran satu panjang lengan) dengan lengan
keseluruhan (seukuran satu panjang lengan).
Massa air = massa beban × 1
Massa air = 2,5 kg × 1
= 2,5 kg
3. Menghitung volume air
Berdasarkan pengukuran waktu dengan hydraulic bench pada Tabel
2.1, volume air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut,
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 𝜌𝑎𝑖𝑟 × 𝑉𝑎𝑖𝑟

Dengan 𝑚𝑎𝑖𝑟 adalah massa air dalam kg, 𝜌𝑎𝑖𝑟 adalah densitas air dalam
𝑘𝑔
, dan 𝑉𝑎𝑖𝑟 adalah volume air dalam 𝑚3 , maka didapatkan hasil sebagai
𝑚3

berikut,

2,5 𝑘𝑔
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 =
𝑘𝑔
994,0184
𝑚3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 = 0,002515 𝑚3
4. Menghitung 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Berdasarkan Tabel 2.1 yaitu pengukuran dengan hydraulic bench,


𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut,

∑𝑡
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑁

Dengan 𝑡 adalah waktu pada hydraulic bench dalam sekon dan 𝑁 adalah
banyaknya percobaan yang dilakukan. Menggunakan variasi satu,
didapatkan hasil sebagai berikut,

Variasi 1

2,16 𝑠 + 2,18 𝑠 + 2,19 𝑠


𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3
𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2,1767 𝑠

Variasi 2

2,82 𝑠 + 2,91 𝑠 + 2,95 𝑠


𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3

𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 2,893 𝑠

Variasi 3

5,56 𝑠 + 5,59 𝑠 + 5,63 𝑠


𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3

𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 5,593 𝑠

5. Menghitung debit aktual

Debit aktual variasi satu U-notch dapat dihitung sebagai berikut,

𝑉𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

Dengan 𝑉𝑎𝑖𝑟 adalah volume air dalam 𝑚3 dan 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 adalah rata-
rata waktu yang diperlukan dalam sekon, menggunakan variasi satu U-
notch, didapatkan hasil sebagai berikut,

Variasi 1

𝑄 0,002515 𝑚3
𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
2,1767 𝑠

𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 0,00116 𝑚3 /𝑠

Variasi 2

𝑄 0,002515 𝑚3
𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
2,893 𝑠

𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 0,00087 𝑚3 /𝑠

Variasi 3
𝑄 0,002515 𝑚3
𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
5,593 𝑠

𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 0,00045 𝑚3 /𝑠

6. Menentukan debit teoritis berdasarkan persamaan Bazin


Untuk menentukan debit teoritis berdasarkan persamaan Bazin dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut,
- Untuk U-Notch
2
𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 𝑏√2𝑔𝐻 3/2
3

- Untuk V-Notch
8 𝜃
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 15
√2𝑔 𝑡𝑎𝑛(2 )𝐻 5/2

Nilai g adalah gravitasi bumi dalam m 3/s, H adalah kedalaman dalam


meter, 𝜃 adalah sudut yang dibentuk oleh V-notch dalam radian, dan b
adalah lebar saluran dalam meter. Dengan menggunakan data pada Data
Awal untuk nilai lebar saluran, gravitasi bumi, dan titik satu data variasi
satu U-notch dan V-notch pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 untuk kedalaman
rata-rata, maka didapatkan nilai debit teoritis sebagai berikut,
- Untuk U-notch
Variasi 1
2
𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 𝑥 0,03 √2 𝑥 9,81 (0,04367)3/2
3

𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 0,0008084 𝑚3 /𝑠
Variasi 2
2
𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 𝑥 0,03 √2 𝑥 9,81 (0,03567)3/2
3
𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 0,0005967 𝑚3 /𝑠
Variasi 3
2
𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 𝑥 0,03 √2 𝑥 9,81 (0,02833)3/2
3
𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 0,0004225 𝑚3 /𝑠

- Untuk V-notch
Variasi 1
8 30
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 15
√2 𝑥 9,81 𝑡𝑎𝑛( 2 )(0,07133)5/2
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 0,0481649 𝑚3 /𝑠
Variasi 2
8 30
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 15
√2 𝑥 9,81 𝑡𝑎𝑛( 2 )(0,064667)5/2
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 0,0376858 𝑚3 /𝑠
Variasi 3
8 30
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ =
15
√2 𝑥 9,81 𝑡𝑎𝑛( 2 )(0,046000)5/2
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 0,0160820 𝑚3 /𝑠

7. Menentukan koefisien Discharge (Cd) praktikum


Untuk menentukan nilai Cd dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut,

𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Cd =
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

Nilai 𝑄 adalah nilai debit dalam 𝑚2/s, dan 𝐶𝑑 adalah koefisien


Discharge. Dengan menggunakan data yang telah dihitung pada poin 5 dan
6, maka didapatkan nilai Cd sebagai berikut,
- Untuk U-Notch

Variasi 1
0,00116
Cd = 0,0008084

Cd = 0,699602

Variasi 2
0,00087
Cd = 0,0005967

Cd = 0,686477

Variasi 3

0,00045
Cd = 0,0004225

Cd = 0,939618

- Untuk V-Notch
Variasi 1
0,00116
Cd =
0,0481649

Cd = 0,0240

Variasi 2

0,00087
Cd = 0,0376858

Cd = 0,0231

Variasi 3

0,00045
Cd =
0,0160820

Cd = 0,0280
VI. Data Akhir

VI.1 U – Notch

Variasi Waktu rata-rata (s) Kedalaman rata2 (m)Q aktual (m/s) Q teoritis(m/s) Cd

1 2,176666667 0,043666667 0,00116 0,0008084 0,699602


2 2,893333333 0,035666667 0,00087 0,0005967 0,686477
3 5,593333333 0,028333333 0,00045 0,0004225 0,939618

Tabel 6.1 data akhir untuk alat U – Notch

VI.2 V - Notch
Variasi Waktu rata-rata (s) Kedalaman rata2 (m)Q aktual (m/s) Q teoritis(m/s) Cd
1 2,176666667 0,071333 0,00116 0,0481649 0,0240
2 2,893333333 0,064667 0,00087 0,0376858 0,0231
3 5,593333333 0,046000 0,00045 0,0160820 0,0280

Tabel 6.2 data akhir untuk alat V – Notch

VII. Analisa A
a. Analisa Cara Kerja
Percobaan dilakukan menggunakan Hydraulic bench dengan prinsip
penggunaan beban. Beban yang digunakan adalah beban seberat 2.5 kg.
Massa air yang digunakan adalah sama dengan massa beban yang
digunakan dari prinsip tuas keseimbangan dimana perbandingan lengan
adalah 1:1. Sebelum memulai percobaan akan dilakukan pengukuran suhu
fluida di dalam Hydraulic bench yang akan digunakan diukur. Pengukuran
suhu dilakukan untuk menentukan massa jenis air yang akan digunakan.
Setelah itu ukur lebar notch serta lebar saluran yang diperlukan untuk
penentuan debit menggunakan persamaan Bazin dan Kindsvarter.
Dalam percobaan ini diletakkan dua jenis notch secara terpisah pada
masing-masing percobaan yaitu U- Notch dan V- Notch pada aliran saluran
terbuka. Dengan diletakkan notch dimaksudkan untuk adanya efek
kontraksi pada aliran sehingga debit tiap aliran dapat ditentukan. Tiap
variasi debit dilakukan tiga kali perhitungan waktu. Variasi ini adalah suatu
metode statistik yang dilakukan untuk ketelitian pada percobaan serta dapat
diperoleh kesalahan atau galat yang lebih kecil. Stopwatch dijalankan tepat
saat lengan tersebut bergerak ke atas.
Beban diletakkan pada tempat peletakan beban tepat saat lengan
bergerak ke atas. Beban yang sedang diangkat tidak perlu terlalu jauh dari
tempat peletakan beban sehingga tidak terjadi kejadian yang tidak
diinginkan dan akan lebih siap ketika lengan naik. Setelah beban diletakkan
lengan akan kembali menuju ke bawah, lengan kembali
bergerak ke atas dan tepat saat naik sedikit ke atas, Stopwatch dihentikan.
Waktu yang tertera pada Stopwatch dicatat.
Catat ketinggian yang dilakukan di tiga titik sebelum terjunan akibat
notch dimana tiga titik ini untuk memastikan bahwa tinggi muka air sama.
Selain itu, titik yang diukur sebaiknya tidak tepat diatas notch karena
ketinggian muka air akan terpengaruh oleh terjunan akibat notch. Setelah
pengukuran selesai, suhu akhir fluida diukur kembali, Hydraulic bench
dimatikan dan percobaan selesai.
b. Analisa Kesalahan
Percobaan pada praktikum ini tidak dilakukan secara langsung oleh
praktikan disebabkan halangan berupa wabah Covid-19 yang
menyebabkan tidak memungkinkan adanya kegiatan tatap muka yang
menyangkut orang banyak di kampus. Sehingga adanya ketidaktepatan
pada pengambilan data tidak dapat dipastikan. Namun, beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi keakurasian data dari percobaan ini di
antaranya. Faktor pertama yaitu kesalahan saat pengukuran suhu. Dengan
lubang untuk selang cukup terbatas dan sangat gelap, praktikan tidak
mengetahui apakah termometer mengenai fluida yang akan digunakan atau
tidak, sehingga ada kemungkinan pengukuran yang salah.
Kesalahan kedua yang dapat terjadi adalah saat menyalakan stopwatch
yang kurang sesuai pada waktunya sehingga ada perbedaan beberapa angka
dibelakang detik yang juga menyebabkan kesalahan pada data awal yang
diperoleh. Kemudian juga dapat terjadi kesalahan paralaks, yaitu kesalahan
pengamat ketika pembacaan skala pada saat praktikum.
Kesalahan membaca dapat terjadi saat membaca skala untuk ketinggian
muka air yang dapat mempengaruhi faktor luas permukaan basah,
perimeter dan basah. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah terlalu cepat
menurunkan beban sehingga waktu yang didapat kurang akurat yang dapat
menyebabkan ketidaktelitian dalam perhitungan.
c. Analisa Grafik
1. Q aktual terhadap Q teoritis pada alat U – Notch

Qteoritis Vs Qact Pada U-notch


0,00140
0,00120 y = 1,8123x - 0,0003
R² = 0,9731
Qteoritis(m3/s)
0,00100
0,00080 Qteoritis Vs Qact Pada
0,00060 U-notch
0,00040 Linear (Qteoritis Vs
0,00020 Qact Pada U-notch)

0,00000
0,0000000
0,0002000
0,0004000
0,0006000
0,0008000
0,0010000
Qact (m3/s)

Grafik 7.1 Hubungan Q teoritis dengan Q aktual pada alat U – Notch


Pada grafik 7.1 menunjukkan hubungan antara Q aktual terhadap Q
teoritis pada U – Notch yang menghasilkan persamaan y = 1,8123x – 0,0003
yang bersesuai dengan persamaan
Q aktual = Q teoritis x Cd
Dari grafik tersebut juga didapatkan 𝑅2 yaitu 0,9731 dimana angka
tersebut sangat mendekati satu. Oleh karena itu, grafik tersebut menunjukkan
hubungan yang mempengaruhi satu sama lain antara Q aktual denga nilai Q
teoritis dimana ketika nilai Q teoritis meningkat maka nilai Q aktual setiap
variasi juga akan meningkat dan Q teoritis mempengaruhi nilai Q aktual
sebesar 97,31%. Selain itu, dari kedua data juga diperoleh nilai R sebesai
0,9999 yang menunjukkan hubungan antara kedua variabel sangat kuat menurut
tabel 7.1
Tabel 7.1 Nilai korelasi atar dua variabel
2. Q aktual terhadap Q teoritis pada alat V – Notch

Q teo Vs Q act pada V-Notch


0,00140
0,00120 y = 0,0216x + 9E-05
0,00100 R² = 0,9921
Qteoritis (m3/s)

0,00080 Q teo Vs Q act pada V-


0,00060 Notch
0,00040 Linear (Q teo Vs Q act
0,00020 pada V-Notch)

0,00000
0,0000000 0,0200000 0,0400000 0,0600000
Qact (m3/s)

Grafik 7.2 Hubungan Q teoritis dengan Q aktual pada alat V - Notch


Pada grafik 7.2 menunjukkan hubungan antara Q aktual terhadap Q
teoritis pada V – Notch yang menghasilkan persamaan y = 0,8555x yang
bersesuai dengan persamaan
Q aktual = Q teoritis x Cd
Dari grafik tersebut juga didapatkan 𝑅2 yaitu 0,9921 dimana angka
tersebut sangat mendekati satu. Oleh karena itu, grafik tersebut menunjukkan
hubungan yang mempengaruhi satu sama lain antara Q aktual denga nilai Q
teoritis dimana ketika nilai Q teoritis meningkat maka nilai Q aktual setiap
variasi juga akan meningkat dan Q teoritis mempengaruhi nilai Q aktual
sebesar 99,21%. Selain itu, dari kedua data juga diperoleh nilai R sebesai
0,9999 yang menunjukkan hubungan antara kedua variabel sangat kuat menurut
tabel 7.1.
3. Q aktual pada ketinggian muka air di atas U -Notch

Qteoritis Vs Qact Pada U-notch


0,00140
0,00120 y = 41,415x1,465
R² = 0,965
Qteoritis(m3/s)

0,00100
0,00080 Qteoritis Vs Qact Pada
0,00060 U-notch
0,00040 Power (Qteoritis Vs
0,00020 Qact Pada U-notch)

0,00000
0,0000000
0,0002000
0,0004000
0,0006000
0,0008000
0,0010000
Qact (m3/s)

Grafik 7.3 Hubungan Q aktual dengan ketinggian muka air pada alat U - Notch
Grafik 7.3 menunjukkan hubungan antara Q aktual terhadap h rata-rata
U – Notch yang menghasilkan persamaan y = 41,415x1,465 dimana bersesuai
dengan persamaan,

Dimana nilai y adalah Q aktual, x adalah nilai dari h rata-rata dan


3
2
41,415 adalah nilai dari Q = 3 𝑥 𝐶𝑑 𝑥 𝑏 𝑥 √2𝑔 𝑥 ℎ2 . Sedangkan nilai pangkat

h rata-rata yang ada dari grafik diperoleh 1,465 dimana seharusnya bila sesuai
3
dengan persamaan diatas nilai pangkat yang diperoleh adalah 2. Dengan

perbedaan tersebut dapat dicari nilai galat percobaan yang ditentukan dengan :

|𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
|𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙|
|1,5 − 1,465|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 2,333 %
|1,5|

Galat yang diperoleh adalah 2,333 % kurang dari batas wajar yaitu 10%. Grafik
tersebut juga menunjukkan 𝑅 2 yaitu 0,965 dimana angka ini sangat mendekati nilai
satu sehingga menunjukkan hubungan yang mempengaruhi satu sama lain antara Q
aktual dengan h rata-rata dimana ketika nilai Q aktual meningkat, nilai h rata-rata setiap
variasi juga akan meningkat dan. Q aktual mempengaruhi nilai h rata-rata sebesar
96,5%. Selain itu, dari grafik tersebut juga diperoleh nilai R sebesar 0,9823 yang
menunjukkan hubungan antara dua variabel sangat kuat menurut tabel 7.1

4. Q aktual pada ketinggian muka air di atas V -Notch

H Vs Qact Pada V-Notch


0,00140
0,00120 y = 0,282x2,0951
0,00100 R² = 0,993

0,00080
H(m)

H Vs Qact Pada V-
0,00060 Notch
0,00040 Power (H Vs Qact Pada
0,00020 V-Notch)

0,00000
0,0000000,0200000,0400000,0600000,080000
Qact (m3/s)

Grafik 7.4 Hubungan Q aktual dengan ketinggian muka air pada alat V - Notch
Grafik 7.4 menunjukkan hubungan antara Q aktual terhadap h rata-rata
V – Notch yang menghasilkan persamaan y = 0,282x2,0951 dimana bersesuai
dengan persamaan,

Dimana nilai y adalah Q aktual, x adalah nilai dari h rata-rata dan 0,282
5
8 𝜃
adalah nilai dari Q = 15 𝑥 𝐶𝑑 𝑥 𝑡𝑎𝑛 2 √2𝑔 𝑥 ℎ2. Sedangkan nilai pangkat h
rata-rata yang ada dari grafik diperoleh 2,0951 dimana seharusnya bila sesuai
5
dengan persamaan diatas nilai pangkat yang diperoleh adalah 2. Dengan

perbedaan tersebut dapat dicari nilai galat percobaan yang ditentukan dengan :

|𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100%
|𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙|

|2,5 − 2,0951|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 𝑥 100% = 16,196 %
|2,5|

Galat percobaan diperoleh adalah 16,196% yang dapat disebabkan oleh


kesalahan praktikan. Grafik tersebut juga menunjukkan 𝑅2 yaitu 0,993 dimana angka
ini sangat mendekati nilai satu sehingga menunjukkan hubungan yang mempengaruhi
satu sama lain antara Q aktual dengan h rata-rata dimana ketika nilai Q aktual
meningkat, nilai h rata-rata setiap variasi juga akan meningkat dan. Q aktual
mempengaruhi nilai h rata-rata sebesar 99,3%. Selain itu, dari grafik tersebut juga
diperoleh nilai R sebesar 0,996 yang menunjukkan hubungan antara dua variabel
sangat kuat menurut tabel 7.1

d. Analisa Komponen – komponen rumus yang digunakan


1. Menentukan tinggi muka air di atas Notch (H)

Dari data hasil percobaan, tinggi muka air di atas Notch (H) dapat diperoleh
secara lebih akurat dengan menggunakan V-Notch. Hal ini dikarenakan pada V- Notch
diperoleh persamaan yang mirip dnegan persamaan Q= 1,71 b h3/2 .

Dimana nilai pangkat x didapatkan 2,0951 lebih mendekati 2/3 jika


dibandingkan dengan U-Notch yang mendapatkan nilai pangkat 2,197. Ada pun dalam
kofisien gradien V-notch memeiliki nilai yang lebuh kecil sehingga galat dapat
diminimalisir.

2. Menentukan nilai Debit Aktual dan Debit Teoritis

Dari hasil pengolahan data, grafik 7.1 penggunaan U-Notch menunjukkan nilai
koefisien gradien sebesar 1,8 sementara untuk grafik 7.2 V-Notch diperoleh nilai
koefisisen gradien sebesar 0,2. Hal ini meunjukan adanya efektifitas penggunaan V-
Notch lebih baik dari pada U- Notch.

3. Menentukan nilai Cd (Coefficient Discharge)

𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Menurut persamaan Cd = , dari hasil pengolahan data didapatkan nilai Cd
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

untuk U-Notch tiap variasi berurutan adalah 0,699602 ; 0,686477 ; 0,939618


sementara untuk V-Notch di peroleh nilai Cd 0,0240 ; 0,0231 ; 0,0280 seperti yang
diketahui dari teori dasar bahwa Cd itu sendiri selain ditentukan oleh bilangan Reynold,
Nr (dimana Nr ditentukan oleh laju alir fluida) Cd juga ditentukan oleh konstruksi
dimana fluida itu mengalir. Dengan kata lain, flowmeter seperti V-Notch, U-Notch,
Parshal Flume dan lain-lain punya nilai Cd yang spesifik. Dengan demikian pengguna
dapat menggunakan Cd sesuai dengan kebutuhan menurut konstruksi yang akan
dibangun.

4. Penurunan rumus debit pada alat U – Notch

Gambar 7.1 ilustrasi alat U -Notch (sumber : LMNO Engineering, 2014)


Pada gambar 7.1, b merupakan lembar ambang yang sebesar L. Maka
luas penamangnya adalah,

Debit pada alat tersebut dipengaruhi oleh koefisien discharge sehingga


persamaan debit menjadi

Pada persamaan kecepatan dari teori toricelli didapat,


Dengan menghubungkan persamaan debit dengan persamaan kecepatan maka
diperoleh,

Sehingga total debit aliran yang mengalir dalam waktu tersebut dengan
mengintegralkan dalam batas 0 sampai h. Dimana h amerupakan ketinggian
muka air rata-rata di atas notch sehingga diperoleh persamaan,

5. Penurunan rumus debit pada alat V – Notch

Gambar 7.2 ilustrasi alat V -Notch (sumber : Misty, 2017)


Pada gambar 7.2 mengambarkan partisi kecil dari debit aliran yang
mengalir di atas crest v-notch dengan bidang yang diarsir pada gambar tersebut.
Lebar pada partisi kecil tersebut dipengaruhi oleh sudut yang dibentuk dari
kedua sisi dari v-notch. Lebar arsir yang didapat adalah,

Kemudian persamaan diatas disubtitusikan ke dalam persamaan luas


penampang aliran yang memiliki persamaan,
Hasil substitusi tersebut adalah
Debit pada alat tersebut dipengaruhi oleh koefisien discharge sehingga

persamaan debit menjadi


Dengan mensubstitusi persamaan lebar arsiran dan persamaan kecepatan teori
Toricelli pada persamaan debit diatas sehingga didapat persamaan,

Sehingga total debit aliran yang mengalir dalam waktu tersebut dengan
mengintegralkan dalam batas 0 sampai h. Dimana h amerupakan ketinggian

muka air rata-rata di atas notch sehingga diperoleh persamaan,


VIII. Analisa B

Notch memiliki banyak aplikasi yang dapat digunakan dalam kehidupan


sehari-hari termasuk dalam jurusan Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
yaitu : sistem pengelolaan air limbah, bendungan, irigasi, saluran
pembuangan limbah, dan aliran PDAM. Notch dapat mengetahui perkiraan
debit pada saluran irigasi dan saluran drainase, terutama pada suatu saluran
alami yang besar di mana akan susah dalam pengukurannya. Ambang
banyak digunakan untuk pengukuran debit karena bentuk dan ukurannya
yang dapat disesuaikan dan biaya pembuatannya ekonomis. Selain itu notch
juga berfungsi untuk pengondisian aliran sebelum memasuki saluran lain /
agar tidak terjadi limpasan.

Ketelitian merupakan hal yang penting dalam memilih alat debit yang
debit. Alat ukur U – Notch banyak digunakan untuk saluran irigasi sawah,
sedankan Alat ukur V – Notch sering digunakan pada PDAM khusunya
mendukung kelancaran pasokan mulai dari sumber air baku, transmisi,
sampai ke instalasi pengolahan airnya dalam memperkirakan debit yang
dilalui dan diolah.

Gambar 8.1 Aplikasi V-Notch untuk Pengondisian Aliran Sebelum Mencapai Puncak
Bendungan
(Sumber : https://www.openchannelflow.com/blog/underflow-baffles- for-weir-flows)

Gambar 8.2 Aplikasi V-Notch untuk Mengukur Debit Aliran di Saluran

(Sumber: https://www.researchgate.net/figure/Example-of-a-V-notch-weir-
measuring-the-overflow-from-the-Blaydon-Hazard-Shaft-an_fig10_225431915)

IX. Kesimpulan
1. Nilai tinggi muka air di atas U-Notch (H) untuk tiap variasi secara
berurutan adalah 0,043666667m ; 0,035666667 m; 0,028333333m.

Nilai tinggi muka air di atas U-Notch (H) untuk tiap variasi secara
berurutan adalah 0,071333 m; 0,064667 m ; 0,046000m.

2. Nilai debit aktual pada U-notch dan V-notch untuk tiap variasi masing-
𝑚3 𝑚3 𝑚3
masing adalah 0,00116 ; 0,00087 ; 0,00045 .
𝑠 𝑠 𝑠

Nilai debit teoritis pada U-notch untuk tiap variasi masing-masing


𝑚3 𝑚3 𝑚3
adalah 0,0008084 ; 0,0005967 ; 0,0004225 .
𝑠 𝑠 𝑠

Nilai debit teoritis pada V-notch untuk tiap variasi masing-masing


𝑚3 𝑚3 𝑚3
adalah 0,00481649 ; 0,0376858 ; 0,0160820 .
𝑠 𝑠 𝑠
3. Nilai Cd (Coefficient Discharge) pada U-notch untuk tiap masing-
masing adalah 0,699602 ; 0,686477 ; 0,939618.
Nilai Cd (Coefficient Discharge) pada V-notch untuk tiap masing-
masing adalah 0,0240 ; 0,0231 ; 0,0280.

X. Daftar Pustaka
1. https://ocw.upj.ac.id/files/Handout-CIV-108-Modul-5-Aliran-Melalui-
Ambang.pdf diakses pada tanggal 2 April 2020 pukul 10.07
2. Finnermore, John. 2002. Fluid Mechanics With Engineering Application. New
York : Mc Graw – Hill Book Co.
3. Chow, Ven Te. 1985. Open Channel Hydraulics. New York : Mc Graw – Hill
Book Co.

Anda mungkin juga menyukai