Perbup Nomor 98 Tahun 20171
Perbup Nomor 98 Tahun 20171
Perbup Nomor 98 Tahun 20171
BUPATI PURBALINGGA
PROVINSI JAWA TENGAH
TENTANG
SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN ANGGARAN 2018
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PURBALINGGA,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Kesatu
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 2
Bagian Kedua
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 3
Bagian Ketiga
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
(1) Dalam hal pengelolaan keuangan daerah BAKEUDA dapat menjadi SKPD,
khusus dalam rangka pelaksanaan kegiatan tertentu Kepala BAKEUDA
bertindak selaku Pengguna Anggaran PPKD.
(2) Kepala BAKEUDA selaku PPKD melakukan transfer dan/atau pembayaran
belanja bunga, belanja hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan, belanja tak terduga serta pengeluaran pembiayaan.
(3) Dalam melaksanakan fungsi pengengeloaan keuangan daerah, pada
Bakeuda dapat ditunjuk Bendahara Pengeluaran PPKD.
Pasal 8
Bagian Keempat
Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Pasal 9
Pasal 10
(1) Dalam hal PA berhalangan sementara (diklat, kursus dan cuti), tugas dan
fungsinya dilaksanakan oleh Pelaksana Harian sampai dengan PA aktif
kembali dan apabila belum ada Pelaksana Harian maka pengelolaan
keuangan menjadi tanggung jawab Sekretaris Daerah selaku koordinator
Pengelolaan Keuangan Daerah.
(2) Dalam hal PA berhalangan tetap, maka tugas dan fungsinya dilaksanakan
oleh Pelaksana Tugas sampai dengan pengangkatan pejabat baru secara
definitif dan pelaksana Tugas dimaksud dapat merangkap sebagai PPKom.
(3) Dalam hal PA berhalangan tetap dan belum ditunjuk pejabat definitif
maupun Pelaksana Tugas, maka pengelolaan Keuangan menjadi tanggung
jawab Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan Daerah.
Bagian Kelima
Kuasa Pengguna Anggaran/Barang Daerah
Pasal 11
Pasal 12
Bagian Ketujuh
Pejabat Pengendali Anggaran PPKD
Pasal 14
(1) Pengendali Anggaran PPKD adalah Pejabat yang mempunyai tugas dan
fungsi pengelolaan anggaran belanja PPKD.
(2) Pengendali Anggaran PPKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
berada di BAKEUDA selaku PPKD.
(3) Tugas Penggendali Anggaran PPKD adalah membantu dan
bertanggungjawab sepenuhnya kepada Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan tugas pengendalian anggaran belanja PPKD.
Bagian Kedelapan
Pejabat Penatausahaan Keuangan
Pasal 15
Pasal 16
Bagian Kesembilan
Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang
Pasal 17
Bagian Kesepuluh
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Pasal 18
(1) PA dan/atau KPA dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk
pejabat struktural selaku PPTK.
(2) PPTK yang ditunjuk oleh PA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat struktural yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari
suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
(3) Dalam hal pejabat struktural sesuai bidang tugasnya menjadi PPK SKPD,
maka kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dapat dipegang oleh
pejabat struktural yang lain.
(4) Dalam hal pejabat struktural yang bersangkutan memegang lebih dari 10
(sepuluh) kegiatan atau tidak terdapat pejabat struktural, maka PA dapat
menunjuk staf/pelaksana yang mempunyai kompetensi pada bidang yang
bersangkutan untuk menjadi PPTK.
(5) Dalam menjalankan tugasnya PPTK dapat dibantu oleh 1 (satu) orang
staf/pelaksana administrasi untuk setiap kegiatan.
(6) PPTK yang melaksanakan kegiatan kontruksi dapat dibantu oleh satu 1
(satu) orang staf/pelaksana teknis dan petugas lapangan.
(7) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
a. bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan;
b. menyiapkan RKA/RKAP dan DPA/DPPA;
c. menyiapkan dokumen perjanjian/surat perintah kerja/surat pesanan
atas pengadaan barang/jasa beserta dokumen pendukung sesuai
ketentuan yang berlaku;
d. menyampaikan bukti-bukti pengeluaran beserta dokumen pendukung
sesuai ketentuan atas dana yang diterima kepada Bendahara
Pengeluaran sebagai kelengkapan pengajuan SPP;
e. menyiapkan dokumen pengajuan SPP LS pihak ketiga beserta
dokumen pendukung sesuai ketentuan yang berlaku;
f. membuat kartu kendali kegiatan setiap bulan dan disampaikan
kepada bendahara pengeluaran;
g. menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan setiap
akhir bulan kepada PA/KPA.
(8) Dalam hal PPTK berhalangan:
a. PPTK berhalangan sementara maka tugas dan tanggung jawabnya
diambil alih oleh PA/KPA;
b. PPTK berhalangan tetap, maka PA/KPA segera menunjuk PPTK yang
baru.
(9) Dalam melaksanakan tugasnya, PPTK dibantu oleh staf/pelaksana
administrasi dan staf/pelaksana teknis kegiatan yang mempunyai tugas
sebagai berikut :
a. membantu PPTK dalam mengelola administrasi kegiatan;
b. membantu PPTK dalam membuat laporan fisik dan keuangan;
c. membantu PPTK dalam menyiapkan data kelengkapan dokumen
kegiatan yang diperlukan oleh pimpinan;
d. membantu PPTK untuk berkoordinasi dengan pihak lain yang terkait
dengan pengelolaan kegiatan.
Bagian Kesebelas
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Pasal 19
(1) Bupati menetapkan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
untuk melaksanakan tugas kebendaharawanan dalam rangka
pelaksanaan anggaran pada SKPD, atas usulan Kepala SKPD melalui
BUD.
(2) Pada SKPD yang mengelola pendapatan daerah ditunjuk 1 (satu) orang
Bendahara Penerimaan dari Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai
pengalaman atau kemampuan dalam pengelolaan keuangan daerah.
(3) Pada UPT di lingkungan Dinas Kesehatan yang mengelola pendapatan
ditunjuk 1 (satu) orang bendahara penerimaan.
(4) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai
tugas :
a. menerima, menyimpan dan menyetorkan ke Kas Daerah atas
penerimaan pendapatan daerah;
b. melaksanakan penatausahaan atas uang yang dikelolanya;
c. membuat surat pertanggungjawaban secara administratif kepada
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dan pertanggung-
jawaban secara fungsional kepada Kepala BAKEUDA.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya, bendahara penerimaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berwenang :
a. menerima setoran penerimaan pendapatan asli daerah;
b. menyetorkan penerimaan yang diterima dari pihak ketiga ke rekening
kas umum daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja;
c. menerima bukti transaksi atas pendapatan yang diterima melalui
bank;
d. bendahara penerimaan bertanggungjawab apabila terjadi kekurangan
kas atas dana/uang yang dikelolanya.
(6) Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar secara geografis sehingga
wajib pajak dan/atau wajib retribusi mengalami kesulitan dalam
membayar kewajibannya, dapat ditunjuk 1 (satu) atau lebih bendahara
penerimaan pembantu untuk melaksanakan sebagian tugas dan
wewenang bendahara penerimaan.
(7) Bendahara Penerimaan pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
bertugas:
a. menerima, menyimpan dan menyetorkan ke kas daerah atas
penerimaan pendapatan daerah;
b. melaksanakan penatausahaan atas uang yang dikelolanya;
c. menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada
bendahara penerimaan SKPD paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya.
Pasal 20
(1) Dalam setiap SKPD ditunjuk 1 (satu) orang Bendahara Pengeluaran yang
mempunyai pengalaman atau mempunyai kemampuan dalam pengelolaan
keuangan daerah.
(2) Pada BAKEUDA selaku PPKD selain ditunjuk 1 (satu) orang Bendahara
Pengeluaran yang mengelola belanja, juga ditunjuk Bendahara
Pengeluaran yang mengelola Belanja Hibah, Belanja Subsidi, Belanja
Bunga, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Belanja Bantuan
Keuangan, Belanja Tidak Terduga serta Pengeluaran Pembiayaan.
(3) Untuk Bagian pada Sekretariat Daerah, UPTD Puskesmas, UPTD
Labkeskab, UPTD RSKBD Panti Nugroho, UPT Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kecamatan, UPT TK Negeri Pembina, UPT SMP Negeri
ditunjuk 1 (satu) orang bendahara pengeluaran.
(4) Khusus untuk UPTD Puskesmas ditunjuk 1 (satu) orang Bendahara
Pengeluaran dan 1 (satu) orang Bendahara JKN yang khusus mengelola
Dana Kapitasi JKN, baik untuk mengelola penerimaan maupun
pengeluaran dana Kapitasi JKN.
(5) Tugas Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP UP/GU/TU
dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan uang persediaan;
c. melaksanakan pembayaran dari uang persediaan untuk keperluan
belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD;
d. menolak perintah membayar dari PA/KPA yang tidak sesuai dengan
ketentuan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pendukung SMP-LS yang diberikan
oleh PPTK;
f. mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan PPTK,
apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak
lengkap;
g. melaksanakan penatausahaan atas uang yang dikelolanya;
h. membuat dan manyampaikan SPJ adminsitratif atas dana yang
dikelolanya kepada PA dan SPJ secara fungsional kepada Kepala
Bakeuda; dan
i. membuat laporan pajak sesuai dengan ketentuan.
(6) Dalam hal terjadi kekurangan kas akibat kelalaian bendahara, menjadi
tanggung jawab Bendahara.
(7) Bendahara Pengeluaran wajib mengirimkan laporan pertanggungjawaban
fungsional selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
Pasal 21
(1) Dalam melaksanakan tugasnya Bendahara Pengeluaran dapat dibantu
oleh Pembantu Bendahara Pengeluaran dengan memperhatikan besaran
dana yang dikelolanya.
(2) Jumlah Pembantu Bendahara Pengeluaran untuk setiap SKPD adalah
sebagai berikut :
a. pada Dinas, Badan, dan Bagian Umum Sekretariat Daerah paling
banyak 3 (tiga) orang;
b. pada Inspektorat, Sekretariat DPRD, Kantor, Rumah Sakit Umum
Daerah dr. R. Goeteng Taroenadibrata, Pelaksana BPBD, SATPOL PP,
Kecamatan dan Kelurahan paling banyak 2 (dua) orang.
Pasal 22
(1) Bendahara Pengeluaran PPKD bertugas untuk menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan pengeluaran PPKD yang menjadi tanggung
jawabnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
(2) Pelaksanaan Belanja Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, Belanja
Subsidi, Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Tak Terduga dan Pengeluaran
Pembiayaan dilakukan melalui mekanisme SPP-LS PPKD dan SPP-UP
PPKD.
Pasal 23
(1) Bendahara Penerimaan maupun Bendahara Pengeluaran melakukan
pemeriksaan kas atas dana yang dikelolanya, paling sedikit satu kali dalam
tiga bulan.
(2) Pemeriksaan kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan Kas.
(3) Berita Acara pemeriksaan kas disertai dengan register penutupan kas.
Pasal 24
Bagian Keduabelas
Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dan Bagian Layanan Pengadaan
Pasal 25
Pasal 26
(1) Untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa bernilai diatas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan jasa konsultansi dengan
nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dilaksanakan oleh
Bagian Layanan Pengadaan.
(2) Dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa Bagian Layanan Pengadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
a. menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
b. menetapkan dokumen pengadaan;
c. menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
d. mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa di website
Pemerintah Kabupaten Purbalingga dan papan pengumuman resmi
untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan
dalam Portal Pengadaan Nasional;
e. menilai kualifikasi Penyedia barang/jasa melalui prakualifikasi atau
paska kualifikasi;
f. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran
yang masuk;
g. menjawab sanggahan;
h. menetapkan Penyedia barang/jasa sesuai kewengangan;
i. menyampaikan hasil pemilihan dan salinan dokumen pemilihan
penyedia barang/jasa kepada PPKom;
j. menyimpan dokumen asli pemilihan penyedia barang/jasa;
k. membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada Bupati;
l. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan
barang/jasa kepada PA/KPA.
Bagian Ketigabelas
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
Pasal 27
(1) Untuk memeriksa dan menerima hasil pekerjaan barang/jasa bernilai
sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan pengadaan
jasa konsultansi bernilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) ditunjuk Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
(2) Pada setiap SKPD ditunjuk 1 (satu) orang Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan, kecuali untuk Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang,
Dinas Perumahan dan Permukiman, dan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan dapat ditunjuk 2 (dua) orang Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan berwenang :
a. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak/Surat
Perintah Kerja/Surat Pesanan;
b. menerima hasil pengadaan barang/jasa setelah melalui pemeriksaan/
pengujian; dan
c. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.
Pasal 28
Bagian Keempatbelas
Pengurus Barang, Penyimpan Barang dan Operator SIM ASET BMD
Pasal 29
(1) Dalam rangka pengelolaan barang daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD, ditunjuk Pengurus Barang SKPD dengan ketentuan:
a. pada setiap SKPD ditunjuk 1 (satu) orang Pengurus Barang,
dikecualikan untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta RSUD dr. Goeteng
Taroenadibrata ditunjuk 1 (satu) orang Pengurus Barang dan 1 (satu)
orang Pengurus Barang Pembantu;
b. dalam menjalankan tugasnya pengurus barang/penyimpan barang
dibantu oleh petugas operator SIM Aset BMD.
(2) Pengurus barang/penyimpan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertugas:
a. mencatat seluruh barang milik daerah pada SKPD dalam Kartu
Inventaris Barang (KIB), Kartu Inventaris Ruangan (KIR), Buku
Inventaris sesuai kodefikasi dan penggolongannya;
b. melakukan pencatatan terhadap barang yang dipelihara/diperbaiki ke
dalam Kartu Pemeliharaan;
c. menyiapkan dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna
Semesteran (LBPS), Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPB) pada
akhir tahun pelaksanaan APBD, serta Laporan Inventarisasi/Sensus 5
(lima) tahunan Kepala SKPD selaku PA/Pengguna Barang untuk
selanjutnya disampaikan kepada Bupati cq Kepala Bakeuda;
d. menyiapkan usulan penghapusan barang milik daerah yang rusak
berat atau tidak dipergunakan lagi;
e. menerima, menyimpan dan menyalurkan barang milik daerah yang
dibeli dari dana APBD dan perolehan lainnya yang sah, baik barang
inventaris maupun barang pakai habis;
f. meneliti dan menghimpun dokumen pengadaan barang yang diterima;
g. meneliti jumlah dan kualitas barang yang diterima sesuai dengan
dokumen pengadaan;
h. mencatat barang milik daerah, baik barang inventaris maupun barang
pakai habis dalam buku/kartu barang;
i. mengamankan barang milik daerah, baik barang inventaris maupun
barang pakai habis yang ada dalam persediaan;
j. membuat laporan penerimaan, penyaluran dan stok persediaan
barang milik daerah, baik barang inventaris maupun barang pakai
habis kepada Kepala SKPD selaku PA/Pengguna Barang.
(3) Pengurus barang merangkap penyimpan barang.
(4) Pengaturan pembagian tugas antara pengurus barang/penyimpan barang
dengan operator SIM Aset BMD ditetapkan oleh Kepala SKPD.
(5) Dalam penatausahaan barang SKPD pengurus barang diwajibkan
menggunakan aplikasi komputer SIM Aset BMD yang sudah ditentukan.
(6) Formulir pengurus barang dalam penatausahaan barang daerah
sebagaimana Form I tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini
Bagian Kelimabelas
Administrator dan Operator SIM pada SKPKD
Pasal 30
Pasal 31
Bagian Keenambelas
Petugas Perforasi Karcis Retribusi
Pasal 32
(1) Khusus pada BAKEUDA selaku SKPKD ditunjuk 1 (satu) orang Petugas
Perforasi Karcis Retribusi.
(2) Petugas Perforasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. melayani permintaan perforasi berdasar surat permintaan yang telah
disetujui Kepala Bakeuda;
b. menatausahakan pengelolaan karcis retribusi pendapatan daerah yang
menjadi tanggungjawabnya;
c. menyiapkan dan menganalisa kebutuhan cetakan karcis retribusi
sesuai dengan permintaan dari SKPD pengelola pendapatan retribusi
daerah;
d. mencatat pengadaan dan pengeluaran karcis retribusi pendapatan
daerah dan melaporkan kepada Kepala BAKEUDA melalui atasan
langsungnya;
e. memperforasi karcis retribusi ditempat khusus sesuai dengan kode
pengamanan yang telah ditentukan;
f. memperforasi karcis retribusi pendapatan daerah selain (BLUD RSUD
dr. R Goeteng Taroenadibrata);
g. menyimpan karcis retribusi yang telah diperforasi apabila belum
didistribusikan kepada SKPD pengelola retribusi pendapatan daerah.
BAB III
Bagian Kesatu
Prinsip Penyusunan APBD dan Kebijakan Penyusunan APBD
Pasal 33
(1) Penyusunan APBD didasarkan prinsip-prinsip umum penyusunan APBD.
(2) Prinsip-prinsip penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebagai berikut :
a. sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah;
b. tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;
c. tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
d. transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;
e. partisipatif, dengan melibatkan masyarakat;
f. tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
Pasal 34
Bagian Kedua
Tahapan Penyusunan APBD dan Teknis Penyusunan APBD
Pasal 35
Pasal 36
Bagian Ketiga
Anggaran Pendapatan dan Belanja Puskesmas
Pasal 37
Bagian Keempat
Siklus Anggaran
Pasal 38
BAB IV
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
(6) Pengembalian atas kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun berjalan,
dilakukan dengan membebankan pada rekening pendapatan yang
bersangkutan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum
Daerah ke Rekening Pemerintah Pusat/Provinsi atau Rekening Pihak yang
berhak menerima pengembalian sesuai ketentuan yang berlaku.
(7) Pengembalian kelebihan pendapatan yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.
(8) Uang milik daerah yang dikelola oleh SKPKD, yang menurut perhitungan
dalam kurun waktu tertentu belum digunakan, dapat didepositokan pada
Bank Umum sepanjang tidak mengganggu likuiditas keuangan daerah.
(9) Bunga deposito/giro atas penempatan uang daerah pada Bank Umum
merupakan Pendapatan Daerah dan harus disetor ke Rekening Kas Umum
Daerah.
(10) Jasa giro/bunga tabungan rekening SKPD dalam rangka pengelolaan APBD
oleh SKPD, merupakan pendapatan daerah dan harus disetorkan/
dipindahbukukan ke rekening Kas Umum Daerah.
Pasal 43
(1) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi
untuk setiap pengeluaran belanja.
(2) Untuk pengeluaran atas beban APBD, dapat dilakukan setelah DPA/DPPA
disahkan dan diterbitkan SPD oleh Bendahara Umum Daerah, kecuali
untuk belanja gaji dan tunjangan DPRD, gaji dan tunjangan Bupati/Wakil
Bupati, gaji dan tunjangan ASN serta honorarium tenaga kontrak/tenaga
harian lepas.
(3) Semua pengeluaran daerah dalam tahun yang bersangkutan dilaksanakan
melalui Rekening Kas Umum Daerah yang ditempatkan pada Bank yang
ditunjuk.
(4) Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti
yang lengkap dan sah.
(5) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus mendapat pengesahan
dari pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab atas kebenaran
material dan akibat yang timbul dari penggunaan bukti tersebut.
(6) Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja jika untuk
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.
(7) Dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, semua
SKPD membuka rekening pada bank yang ditunjuk untuk pencairan SP2D.
(8) Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah,
efektif, efisien dan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
(9) Bendahara Pengeluaran sebagai wajib pungut pajak, wajib menyetorkan
seluruh penerimaan potongan pajak yang dipungutnya ke rekening kas
negara sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(10) Pengembalian belanja tahun berjalan disetor kembali ke Kas Daerah dan
diperlakukan sebagai pengurang belanja tahun berjalan pada SKPD yang
bersangkutan.
(11) Pengembalian belanja tahun sebelumnya yang disetor ke kas daerah pada
tahun berjalan, diperlakukan sebagai lain-lain pendapatan asli daerah
pada SKPKD.
(12) Pengembalian sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dan ayat (11) harus
didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Kas Daerah
Pasal 44
Pasal 45
(1) Uang kas yang dapat disimpan dalam bentuk uang tunai oleh
bendahara pengeluaran sebesar 50% (lima puluh persen) dari pagu uang
persediaan dan paling tinggi Rp20.000.000,00 (Dua puluh juta rupiah).
(2) Uang kas yang dapat disimpan tunai oleh Bendahara Pengeluaran PPKD
paling tinggi sebesar Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Pasal 46
Pada akhir tahun anggaran, semua sisa dana Uang Persediaan dan Tambahan
Uang Persediaan yang sudah tidak dipergunakan harus disetorkan ke Kas
Daerah.
Bagian Keempat
Belanja Subsidi, Belanja Bunga, Belanja Hibah, Bantuan Sosial,
Belanja Bagi Hasil dan Belanja Bantuan Keuangan
Pasal 47
(1) Belanja subsidi, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil dan belanja bantuan keuangan hanya dialokasikan pada
SKPKD.
(2) Kepala SKPKD bertindak sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah/PA
belanja subsidi, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil dan belanja bantuan keuangan.
(3) Untuk melaksanakan anggaran belanja subsidi, belanja bunga, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
dapat ditunjuk SKPD terkait selaku Penanggung Jawab Teknis.
(4) Tugas dan tanggung jawab PA/PPKD terhadap belanja subsidi, belanja
bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil dan
belanja batuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:
a. meneliti kelengkapan dokumen permohonan pencairan dari SKPD
terkait;
b. menyalurkan dana sesuai dengan ketentuan.
(5) Tanggung jawab SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah:
a. meneliti kelengkapan administrasi dari pihak penerima bantuan;
b. mengajukan permohonan pencairan kepada Bupati Cq. Kepala SKPKD;
c. melakukan monitoring dan evaluasi.
(6) Tugas dan tanggung jawab penerima bantuan:
a. menggunakan dana yang diterima sesuai dengan pengajuan;
b. menghimpun dan menyimpan bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan
sah sesuai ketentuan yang berlaku; dan
c. bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana
yang diterimanya.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai belanja subsidi diatur tersendiri dengan
Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Subsidi Bunga.
(8) Pengeluaran daerah untuk Belanja Bunga berdasarkan pada surat tagihan
dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai belanja bagi hasil diatur tersendiri dengan
Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengalokasian Bagian dari Bagi Hasil
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kepada Desa di Kabupaten
Purbalingga.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian Hibah Daerah dan
Bantuan Sosial diatur tersendiri dengan Peraturan Bupati tentang
Pedoman Pelaksanaan Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Purbalingga.
(11) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana ayat (7), (8), (9) dan (10) dapat
dilaksanakan sepanjang tidak bertentengan dengan Peraturan Bupati ini.
(12) Pelaksanaan Belanja Bantuan Keuangan adalah sebagai berikut:
a. ketentuan lebih lanjut mengenai Dana Desa diatur tersendiri dengan
Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pembagian dan Penggunaan Dana
Desa;
b. ketentuan lebih lanjut mengenai Alokasi Dana Desa diatur tersendiri
dengan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran
dan Penggunaan Alokasi Dana Desa;
c. ketentuan lebih lanjut mengenai Bantuan Keuangan Khusus Kepada
Pemerintah Desa diatur tersendiri dengan Peraturan Bupati tentang Tata
Cara Pengelolaan Bantuan Keuangan Yang Bersifat Khusus kepada
Pemerintah Desa;
d. ketentuan lebih lanjut sebagaimana ayat (12), huruf a, b, dan c dapat
dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati
ini.
e. prosedur penyalurannya bantuan keuangan adalah sebagai berikut :
1. penyaluran belanja bantuan keuangan dilaksanakan secara bertahap
bagi penerima dana lebih dari Rp25.000.000;
2. berdasarkan permohonan dari SKPD terkait, bendahara PPKD
mengajukan surat permohonan pencairan kepada Kepala SKPKD;
3. Kepala SKPKD selaku PPKD menerbitkan SPM;
4. Kepala SKPKD selaku BUD menerbitkan SP2D.
Bagian Kelima
Belanja Tidak Terduga
Pasal 48
(1) Dasar pengeluaran anggaran belanja tak terduga yang dianggarkan dalam
APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam
dan/atau bencana sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan
pendapatan daerah tahun-tahun sebelumnya ditetapkan oleh Bupati dan
diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak
keputusan dimaksud ditetapkan.
(2) Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat dan penanggulangan bencana
alam dan/atau bencana sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan kebutuhan yang diusulkan oleh instansi/lembaga berkenaan,
setelah mempertimbangkan efisiensi, efektifitas serta menghindari adanya
tumpang tindih pendanaan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai
dari APBD.
(3) Penggunaan dana tak terduga untuk kegiatan darurat bencana dengan
kategori sebagai berikut :
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktifitas pemerintah daerah dan
tidak dapat diprediksi sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka
pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.
(4) Dalam hal terjadi keadaan darurat maka Pemerintah Daerah dapat
melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya dan selanjutnya
diusulkan dalam Rancangan Perubahan APBD.
(5) Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya
sebagaimana pada ayat (4) dapat menggunakan belanja tidak terduga.
(6) Dalam hal terjadi keadaan darurat, sedangkan anggaran belanja tidak
terduga tidak mencukupi, maka dapat dilakukan dengan cara :
a. menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja
program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran berjalan; dan/atau
b. memanfaatkan uang kas yang tersedia.
(7) Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) termasuk belanja untuk
keperluan mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang APBD.
(8) Kriteria belanja untuk keperluan mendesak mencakup :
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya
belum tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
(9) Penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan lainnya
dalam tahun anggaran berjalan diformulasikan terlebih dahulu dalam
DPPA-SKPD.
(10) Pendanaan keadaan darurat diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA
SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat bencana.
(11) Tata cara pelaksanaan dan pertanggungjawaban penggunaan belanja tidak
terduga untuk pendanaan keadaan darurat adalah sebagai berikut :
a. SKPD terkait membuat usulan yang memuat kondisi fisik dan perkiraan
kerugian yang diakibatkan kejadian bencana alam dan bencana sosial;
b. usulan dikirim kepada Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) dengan tembusan kepada PPKD dan Instansi lain yang
terkait;
c. Pelaksana BPBD bersama SKPD yang mengusulkan dan SKPD lain yang
terkait mengadakan pengecekan lapangan untuk menentukan layak
tidaknya dibebankan belanja tidak terduga, SKPD yang akan menangani
dan jumlah dana yang akan diusulkan;
d. Pelaksana BPBD membuat rekomendasi berupa usulan kepada Bupati
cq. Kepala PPKD;
e. Kepala PPKD membuat Nota Dinas kepada Bupati untuk pembebanan
Belanja Tidak Terduga;
f. Berdasarkan Persetujuan Bupati, selanjutnya Bendahara Tidak Terduga
melakukan proses pencairan anggaran;
g. Bendahara PPKD melakukan penyaluran dana kepada SKPD yang
menangani;
h. SKPD yang menangani bertanggung jawab secara fisik dan keuangan
terhadap penggunaan dana yang dikelolanya;
i. SKPD yang menangani menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pengggunaan dana kepada Bupati cq. Kepala PPKD dengan melampirkan
bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap atau surat surat
pernyataan tanggung jawab belanja.
(12) Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya perubahan APBD,
pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, dan pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan
realisasi anggaran.
(13) Dasar pengeluaran kegiatan-kegiatan diformulasikan terlebih dahulu dalam
RKA-SKPD untuk dijadikan dasar pengesahan DPA-SKPDoleh SKPD setelah
mendapat persetujuan Sekretaris Daerah.
(14) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana dilakukan dengan
pembebanan langsung pada belanja tidak terduga.
(15) Belanja kebutuhan tanggap darurat bencana digunakan hanya untuk
pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat, evakuasi korban
bencana, kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan
kesehatan dan penampungan serta tempat hunian sementara.
(16) Adapun tata cara pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban
belanja kebutuhan tanggap darurat bencana dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Setelah pernyataan tanggap darurat bencana oleh Bupati, Kepala
Pelaksana BPBD mengajukan Rencana Kebutuhan Belanja (RKB)
tanggap darurat bencana kepada PPKD selaku BUD;
b. PPKD selaku BUD melalui Bendahara, mencairkan dana tanggap darurat
bencana kepada Kepala Pelaksana BPBD paling lambat 1 (satu) hari
kerja terhitung sejak diterimanya RKB;
c. Pencairan dana tanggap darurat bencana dilakukan dengan mekanisme
Tambah Uang (TU) dan diserahkan kepada bendahara pengeluaran
Pelaksana BPBD;
d. Kepala Pelaksana BPBD bertanggung jawab secara fisik dan keuangan
terhadap penggunaan dana tanggap darurat bencana yang dikelolanya;
dan
e. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana tanggap darurat bencana
disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD kepada Bupati cq. PPKD
dengan melampirkan bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap
atau surat surat pernyataan tanggung jawab belanja.
Bagian Keenam
Pembiayaan
Pasal 49
Bagian Ketujuh
Dana Cadangan
Pasal 50
(1) Dana Cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama Dana
Cadangan Pemerintah Daerah yang dikelola oleh BAKEUDA.
(2) Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiyai kegiatan lain
diluar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Dana Cadangan.
(3) Program dan kegiatan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan apabila dana cadangan
telah mencukupi untuk melaksanakan program dan kegiatan dimaksud.
(4) Untuk melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dana cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindah bukukan ke
Rekening Kas Daerah.
(5) Penerimaan hasil bunga dari rekening dana cadangan menambah jumlah
dana cadangan.
(6) Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana
cadangan diperlakukan sama dengan pelaksanaan program dan kegiatan
lainya.
Bagian Kedelapan
Investasi Daerah dan Piutang Daerah
Pasal 51
(1) Investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan
modal (investasi) daerah.
(2) Pengurangan, penjualan dan/atau pengalihan investasi dicatat pada
rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (Divestasi modal).
Pasal 52
Bagian Kesembilan
Pergeseran Anggaran
Pasal 53
Bagian Kesepuluh
Pelaksanaan Belanja Gaji dan Tunjangan.
Pasal 54
Pasal 55
Pemberian Tunjangan dan Penghentian Tunjangan Jabatan
Pasal 56
(2) Persyaratan Pengajuan Pembayaran Gaji Bagi CPNS dan Mutasi PNS :
a. Foto Copy SK CPNS;
b. Foto Copy SK PNS;
c. Foto Copy SK Terakhir dan Berkala Terakhir;
d. SK Mutasi dari Gubernur Jawa Tengah atau BKN (stempel basah;)
e. SK Bupati Purbalingga tentang Penempatan PNS (stempel basah);
f. Foto Copy Surat Penghadapan PNS dari BKPPD Purbalingga;
g. SKPP (Surat Keterangan Penghentian Pembayaran) gaji dari Instansi asal;
h. Surat Keterangan Mulai Melaksanakan Tugas (asli);
i. SKUM –PTK dilampiri Foto Copy KK (Kartu Keluarga);
j. Gaji dibayarkan pada tanggal 1 atau setelahnya apabila tanggal 1
bertepatan dengan hari libur setelah PNS yang bersangkutan telah
melaksanakan tugas dengan dibuktikan Surat Pernyataan Melaksanakan
Tugas;
k. Surat Kesanggupan Membayar Gaji pegawai yang bersangkutan pada
Perangkat Daerah yang baru.
(3) Usulan Perubahan Gaji dikirim ke BAKEUDA paling lambat tanggal 10
bulan sebelumnya yang meliputi:
a. usulan untuk mendapatkan Tunjangan Keluarga dengan dilampiri Surat
Keterangan Untuk Mendapatkan Pembayaran Tunjangan Keluarga
(SKUM-PTK)
b. usulan untuk mendapatkan Kenaikan Gaji Berkala dengan dilampiri
Foto copy SK Berkala
c. usulan kenaikan gaji untuk Kenaikan Pangkat dengan dilampiri Foto
copy SK Kenaikan Pangkat
d. usulan untuk penurunan gaji PNS dengan dilampiri SK Penurunan gaji
atau SK penurunan pangkat dari PNS yang bersangkutan
e. masing-masing menggunakan Surat Pengantar dari OPD.
Bagian Kesebelas
Belanja Puskesmas
Pasal 57
Belanja Puskesmas yang bersumber dari dana selain Dana Kapitasi JKN dan
Jamkesda diatur sebagai berikut :
a. belanja Puskesmas didanai dari pengembalian pendapatan puskesmas
sebesar 100% (seratus persen);
b. belanja yang bersumber dari pengembalian pendapatan puskesmas
direalisasikan berdasarkan jumlah setoran pendapatan dari puskesmas
yang bersangkutan;
c. dalam menyusun RKA-SKPD, Puskesmas sudah memperhitungkan
pengembalian dana dari retribusi pelayanan kesehatan;
d. Pendapatan Puskesmas yang dikembalikan dalam bentuk pelayanan medis,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bagian Keduabelas
Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah
Pasal 58
(1) Pengelolaan BLUD yang meliputi Pendapatan dan Biaya, Rencana Bisnis
dan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran, Penatausahaan, Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan dan Aset diatur dengan Peraturan Bupati.
(2) Pengadaan barang/jasa dalam rangka pengelolaan BLUD diatur dengan
Peraturan Bupati.
Bagian Keempatbelas
Pengelolaan Jaminan Pemeliharaan/Retensi
Pasal 59
BAB V
PENATAUSAHAAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH
Bagian Kesatu
Prosedur Penerimaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah
Paragraf 1
Azas Umum Penatausahaan Pelaksanaan APBD
Pasal 60
Paragraf 2
Prosedur Penerimaan Bendahara Penerimaan SKPD
Pasal 61
(5) Untuk SKPD yang karena lokasinya sulit dijangkau dengan komunikasi
dan transportasi, penyetoran dapat dilakukan paling lambat 4 (empat) hari
kerja sejak diterimanya pendapatan yang menjadi tanggung jawabnya.
(7) Benda berharga berupa karcis pajak /retribusi sebagai tanda bukti
pembayaran oleh pihak ketiga kepada bendahara penerimaan atau petugas
pemungut sebagaimana dimaksud pada ayat 5 huruf a dan c
disahkan/diporforasi oleh Bakeuda selaku PPKD.
(8) SKPD pengelola retribusi pendapatan daerah berkoordinasi dengan
BAKEUDA dalam hal penerbitan SKRD sesuai kewenangannya.
Pasal 62
(1) Petugas pemungut pajak daerah yang menerima setoran dari wajib pajak
menyetorkan pada kas daerah melalui Bendahara Penerimaan selambat-
lambatnya dalam tempo 24 (duapuluh empat) jam setelah uang diterima.
(2) Petugas pemungut pajak daerah yang menerima setoran dari wajib pajak
daerah, menerbitkan surat tanda setoran sementara.
(3) Surat tanda setoran sementara sebagaimana ayat (2) ditanda tangani oleh
petugas pemungut dan diketahui oleh pejabat Eselon IV yang membidangi
pada BAKEUDA selaku PPKD.
Paragraf 3
Penatausahaan Bendahara Penerimaan SKPD
Pasal 63
(1) Bendahara Penerimaan berkewajiban menyelenggarakan penatausahaan
terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
(2) Penatausahaan atas penerimaan dimaksud menggunakan :
a. Buku Kas Penerimaan dan Penyetoran Bendahara Penerimaan;
b. Buku pembantu per rincian obyek;
c. Buku rekapitulasi penerimaan harian.
(3) Dokumen yang digunakan oleh bendahara penerimaan dalam
menatausahaan penerimaan mencakup :
a. surat ketetapan pajak daerah;
b. surat ketetapan retribusi daerah (SKRD);
c. surat tanda setor (STS); dan
d. bukti penerimaan lainya yang sah.
Paragraf 4
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
Pasal 64
Pasal 65
Paragraf 5
Prosedur Penerimaan Bendahara Penerimaan Pembantu
Pasal 67
Paragraf 6
Penatausahaan Bendahara Penerimaan PPKD.
Pasal 68
Pasal 69
Bagian Kedua
Prosedur Pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Paragraf 1
Penyediaan Dana Belanja APBD
Pasal 70
(1) Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas
menerbitkan SPD.
(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh kuasa BUD
untuk ditandatangani oleh PPKD.
(3) SPD dibuat per SKPD.
(4) SPD diterbitkan setelah SKPD menyerahkan secara lengkap fotocopy
DPA/DPPA-SKPD ke Bidang Perbendaharaan.
(5) Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(6) SPD disampaikan kepada bendahara pengeluaran sebagai dasar pengajuan
permintaan pembayaran.
(7) Dalam rangka pengendalian penerbitan surat permintaan pembayaran,
untuk setiap kegiatan dibuatkan kartu kendali kegiatan, yang dalam
pelaksanaanya dapat dibantu oleh PPTK dan/atau staf administrasi
kegiatan.
Paragraf 2
Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran
Pasal 71
(1) Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD,
Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP kepada PA/KPA melalui PPK-
SKPD.
(2) SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP);
b. SPP Ganti Uang (SPP-GU);
c. SPP Tambahan Uang Persediaan (SPP-TUP);
d. SPP Ganti Uang Nihil (SPP-GU Nihil);
e. SPP Ganti Uang Nihil (SPP-TUP Nihil);
f. SPP Langsung (SPP-LS) untuk pembayaran gaji dan tunjangan;dan
g. SPP Langsung (SPP-LS) pihak ketiga untuk pengadaan Barang dan Jasa.
(3) Selain membuat SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bendahara
Pengeluaran juga membuat :
a. Register SPP;
b. Register SPM.
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
(1) SPM-TUP diajukan apabila dalam bulan berkenaan terdapat kegiatan yang
membutuhkan dana melebihi uang persediaan atau terdapat kegiatan yang
mendesak yang harus dilaksanakan, dengan ketentuan TUP hanya berlaku
satu bulan sehingga tambahan uang persediaan tersebut harus di
pertanggungjawabkan keseluruhan sebelum kurun waktu satu bulan
berakhir.
(2) Apabila terdapat sisa dana TUP yang tidak dapat di-SPJ-kan oleh
bendahara pengeluaran, maka wajib disetorkan ke kas daerah sebelum
kurun waktu 1 (satu) bulan berakhir.
(3) SPP Tambahan Uang Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan ketentuan:
a. untuk kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, uang persediaan
tidak mencukupi dan sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain;
b. SPP-TUP diajukan sebesar kebutuhan dana dalam satu bulan tersebut,
untuk kegiatan yang akan dilaksanakan;
c. dana tambahan uang persediaan yang telah dipergunakan diajukan
dalam bentuk SPP-GU Nihil;
d. pengajuan SPP-GU Nihil diajukan paling lambat 30 hari kalender setelah
penerbitan SP2D-TUP yang bersangkutan.
e. sisa dana tambahan yang tidak dipertanggungjawabkan disetor ke kas
daerah sebelum bulan berkenaan berakhir ke Rekening 1.1.1.03.01 Kas
di Bendahara Pengeluaran.
(4) Ketentuan batas akhir waktu penyetoran sisa tambahan uang persediaan
dikecualikan untuk :
a. kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan;
b. kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan,
yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA.
(5) Dokumen SPP-TUP terdiri dari :
a. Ringkasan SPP-TUP;
b. Rincian Rencana Penggunaan TUP;
c. Surat pernyataan untuk ditandatangani oleh PA/KPA yang menyatakan
bahwa uang yang diminta tidak dipergunakan untuk keperluan selain
tambahan uang persediaan saat pengajuan SP2D;
d. Dokumen lampiran lain yang diperlukan.
Pasal 76
Pasal 78
(6) Belanja makanan dan minuman diatas Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah) meliputi :
a. ringkasan kontrak (dokumen pengadaan disimpan di SKPD);
b. kuitansi;
c. nota/faktur;
d. undangan dan daftar hadir;
e. permohonan pembayaran;
f. berita acara pembayaran;
g. E-Billing PPn dan PPh;
h. foto copy buku tabungan (halaman depan yg tercantum nomor rekening
bank) atau rekomendasi dari bank untuk yang menggunakan rekening
giro;
i. cek list kelengkapan dokumen.
Pasal 79
Pasal 80
Pasal 81
(1) Dokumen SPP-LS untuk pengadaan tanah disiapkan oleh PPTK yang
terkait.
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. kuitansi;
b. akta jual beli;
c. foto copy sertifikat/leter C ;
d. foto copy KTP penjual;
e. surat permohonan pembayaran;
f. berita acara pembayaran;
g. surat kuasa apabila proses jual beli tidak oleh pemilik;
h. dokumen apraisal;
i. cek list kelengkapan dokumen; dan
j. E-Billing Pajak apabila sesuai batas tertentu harus dikenakan pajak.
Pasal 82
Paragraf 3
Penerbitan Surat Perintah Membayar
Pasal 83
(1) PPK SKPD melakukan verifikasi dokumen SPP yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran.
(2) Dalam hal dokumen SPP yang diajukan lengkap maka PA/KPA
menerbitkan SPM.
(3) Dalam hal dokumen SPP tidak lengkap maka PA/KPA menolah
menerbitkan SPM dan mengembalikan kepada bendahara pengeluaran
paling lambat 1 (satu) hari setelah diterima.
(4) Dalam hal PA berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat
yang diberi wewenang untuk menandatangani SPM.
(5) Penerbitan SPM oleh PA/KPA paling lama 2 (dua) hari kerja setelah
diterimanya dokumen SPP secara sah dan lengkap, kecuali untuk
pencairan pada akhir tahun anggaran.
(6) SPM lembar pertama dan kedua disampaikan kepada BUD beserta
dokumen yang diperlukan.
(7) SPM lembar ketiga untuk arsip PPK-SKPD.
(8) Dokumen-dokumen yang digunakan oleh PA/KPA dalam menatausahakan
surat perintah membayar mencakup :
a. register SPM-UP/SPM-GU/SPM-TUP/SPM-LS;
b. register surat penolakan penerbitan SPM;
c. penatausahaan surat perintah membayar dilaksanakan oleh PPK-SKPD;
d. PPK-SKPD menyiapkan SPM-UP/SPM-GU/SPM-TU untuk
ditandatangani Pejabat PA/Pengguna Barang.
Pasal 84
(1) Surat Perintah Membayar Uang Persediaan (SPM-UP) diterbitkan atas dasar
SPP-UP dengan membebani rekening 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara
Pengeluaran – Bank.
(2) SPM-UP diajukan kepada BUD dengan dilampiri :
a. surat permohonan uang persediaan dari PA/KPA;
b. surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA dibubuhi materai cukup; dan
c. tembusan SPP-UP.
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87
(1) SPM-LS diterbitkan atas dasar SPP-LS dengan membebani rekening belanja
yang bersangkutan.
(2) SPM-LS diajukan kepada BAKEUDA selaku BUD dengan dilampiri :
a. surat permohonan dari PA/KPA;
b. surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA atas kebenaran
dan keabsahan dokumen/bukti pengeluaran yang diajukan dibubuhi
meterai cukup;
c. tembusan SPP-LS beserta lampirannya yang sudah diverifikasi oleh PPK
atas kebenaran dokumen/bukti tersebut.
Masing-masing dibuat rangkap 2 (dua), dengan kuitansi asli dan lengkap
sampai ke lampiran disesuaikan dengan peruntukannya.
Pasal 88
(1) SPM-GU Nihil diterbitkan atas dasar SPP-GU Nihil dana uang persediaan
dan dana tambahan uang persediaan.
(2) SPM GU Nihil atas dana uang persediaan dibebankan pada rekening
belanja yang bersangkutan dengan potongan rekening 1.1.1.03.03 Kas di
Bendahara Pengeluaran SPM GU Nihil atas uang persediaan diajukan pada
saat akhir tahun anggaran.
(3) SPM GU Nihil atas dana tambahan uang persediaan dibebankan pada
rekening belanja yang bersangkutan dengan potongan rekening 1.1.1.03.01
Kas di Bendahara Pengeluaran.
(4) SPM GU Nihil atas dana tambahan uang persediaan diajukan sebelum
bulan yang bersangkutan berakhir.
(5) SPM-GU Nihil diajukan kepada Bakeuda dengan dilampiri :
a. surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA bermaterai atas kebenaran
dan keabsahan dokumen pengeluaran dana uang persediaan dibubuhi
materai cukup;
b. rincian pengeluaran per rincian obyek;
c. tembusan SPP-GU Nihil; dan
d. bukti setoran sisa dana uang persediaan/sisa dana tambahan uang
persediaan.
Pasal 89
(1) Dokumen yang digunakan oleh PA dalam menatausahakan SPM
mencakup:
a. Register SPM-UP/GU/TU/LS;
b. Register surat penolakan penerbitan SPM.
(2) Semua bukti-bukti yang telah diverifikasi, disimpan di SKPD untuk
kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas
fungsional.
(3) Formulir penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Form VII
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
Paragraf 4
Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Pasal 90
(1) Atas pengajuan SPM dari PA/KPA, maka Kepala BAKEUDA selaku BUD
menerbitkan SP2D.
(2) Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh
PA/KPA, meliputi :
a. kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM;
b. ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan dalam DPA/DPPA yang
ditunjuk SPM tersebut;
c. dokumen yang dijadikan sebagai dasar penerbitan SPM (Ringkasan
Kontrak/SPK/Surat Pesanan/Surat Keputusan);
d. dokumen faktur pajak beserta E-Billing PPn dan PPh.
(3) Kelengkapan dokumen SPM-UP adalah surat pernyataan tanggung jawab
PA/KPA.
(4) Kelengkapan dokumen SPM-GU meliputi :
a. surat pernyataan tanggung jawab PA/KPA; dan
b. ringkasan pengeluaran per rincian objek.
(5) Kelengkapan dokumen SPM-TU adalah surat pernyataan tanggung jawab
PA.
(6) Kelengkapan dokumen SPM-LS adalah :
a. surat pernyataan tanggung jawab PA; dan
b. dokumen yang terkait dengan pengajuan SPM-LS (baik SPM-LS
Bendahara maupun SPM-LS Pihak Ketiga).
(7) Dalam hal dokumen SPM dinyatakan lengkap, BUD/Kuasa BUD
menerbitkan SP2D.
(8) Dokumen SPM yang diajukan tidak lengkap atau melampaui pagu
anggaran, BUD/Kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D.
(9) Penerbitan SP2D dilakukan paling lama 2 (dua) hari kerja setelah
diterimanya pengajuan SPM.
(10) Penolakan SP2D dilakukan paling lama 1 (satu) hari kerja setelah
diterimanya pengajuan SPM, kecuali pada akhir tahun anggaran.
(11) Dokumen yang digunakan BUD/kuasa BUD dalam penatausahakan SP2D
mencakup :
a. register SP2D;
b. buku kas penerimaan dan pengeluaran;
c. register surat penolakan penerbitan SP2D.
(12) Bank pengelola dana kas daerah melakukan transfer/pemindahbukuan
dana sesuai yang tercantum dalam daftar penguji secara online dan SP2D
yang diterima dari Bidang Perbendaharaan pada hari yang sama.
(13) Setelah transfer/pemindahbukuan Bank pengelola dana Kas Daerah
memberikan bukti dalam bentuk nota kredit atau bukti lainnya yang
menunjukan bahwa dana telah ditransfer/pindah buku kepada penerima
pada hari berikutnya.
(14) BAKEUDA selaku BUD memerintahkan kepada Bank pengelola dana kas
daerah untuk memotong dan menyetorkan IWP, Taperum, Askes, PPh
Gaji/Honorarium serta PPN/PPh rekanan/pihak ketiga sesuai ketentuan.
(15) Formulir penerbitan SP2D sebagaimana dalam Form VIII tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati
ini.
Paragraf 5
Pertanggungjawaban Penggunaan Dana
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97
Bagian Ketiga
Penatausahaan Bendahara Pengeluaran PPKD
Paragraf 1
Permintaan Pembayaran
Pasal 98
Pasal 99
Paragraf 2
Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran
Pasal 100
Bagian Keempat
Pencairan Dana
Pasal 101
(1) Kepala Bakeuda menerbitkan SP2D paling lambat 2 (dua) hari kerja
terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM, kecuali pada akhir tahun
anggaran.
(2) Apabila dokumen SPM yang dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah
atau pengeluaran melebihi pagu anggaran, Kepala Bakeuda menolak
menerbitkan SP2D paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak
pengajuan SPM diterima.
(3) Apabila terdapat kekeliruan pembebanan kode rekening pada SP2D,
dilakukan pembetulan dengan membuat surat pemberitahuan kepada
BUD/Kuasa BUD untuk dilakukan pembetulan.
Bagian Kelima
Mekanisme Pemotongan dan Pelaporan Pajak
Pasal 102
(1) Untuk SPM-GU dan SPM-GU Nihil, pembayaran pajak sebagai lampiran
dokumen pembayaran.
(2) Untuk SPM–LS Bendahara, pembayaran pajak langsung dipotong dalam
SPM-LS dan dilampiri E - Billing.
(3) Untuk SPM-LS Pihak Ketiga, pembayaran PPN/PPh langsung dipotong
dalam SPM-LS dan dilampiri E Billing.
Pasal 103
BAB VII
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Bagian Kesatu
Bendahara JKN
Pasal 104
(1) Khusus untuk UPTD Puskesmas ditunjuk 1 (satu) orang Bendahara JKN
yang khusus mengelola Dana Kapitasi JKN, baik untuk mengelola
penerimaan maupun pengeluaran dana Kapitasi JKN.
Bagian Kedua
Penganggaran Jaminan Kesehatan Nasional
Pasal 105
(1) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari Dana Kapitasi JKN
dianggarkan dalam kelompok Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah,
Rekening Pendapatan Kapitasi JKN pada Puskesmas.
(2) Pendapatan yang bersumber dari Dana Kapitasi JKN dipergunakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan dipisahkan dengan belanja yang
bersumber dari selain dana Kapitasi JKN.
(3) Pendapatan Puskesmas yang bersumber dari Dana Kapitasi JKN tidak
disetorkan ke Kas Daerah dan dipergunakan secara langsung untuk
membiayai kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku, dan sesuai dengan
DPA/DPPA yang telah ditetapkan.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Pasal 106
Pasal 107
Pasal 108
Pasal 109
SP2B yang sudah diterbitkan oleh PPKD, selanjutnya dijadikan dasar Kepala
Puskesmas selaku Kepala FKTP dalam penyajian laporan keuangan SKPD yang
akan dikonsolidasikan menjadi laporan keuangan Pemerintah Daerah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan
daerah.
BAB VIII
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
Bagian Kesatu
Bendahara BOS
Pasal 110
(1) Pada setiap satuan pendidikan negeri ditunjuk 1 (satu) orang bendahara
BOS yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran dana BOS.
(2) Bendahara BOS dapat dibantu oleh 1 (satu) orang Pembantu Bendahara
BOS.
Bagian Kedua
Penganggaran Dana BOS
Pasal 111
(1) Dana BOS yang diterima secara langsung oleh satuan pendidikan negeri
dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Penganggaran Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan alokasi Dana BOS bagi Satuan Pendidikan Negeri yang
bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Keputusan Gubernur tentang
Daftar Penerima dan Jumlah Dana BOS pada setiap Satuan Pendidikan
Kabupaten/Kota dan Keputusan Gubernur dimaksud ditetapkan setelah
alokasi Dana BOS setiap Provinsi dengan berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan.
(3) Dalam hal Keputusan Gubernur tentang Daftar Penerima dan Jumlah
Dana BOS pada setiap Satuan Pendidikan Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) belum ditetapkan, maka penganggaran Dana BOS
didasarkan pada alokasi penyaluran final triwulan lV tahun sebelumnya.
(4) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan rekapitulasi
rencana pendapatan Dana BOS yang diterima oleh seluruh satuan
pendidikan negeri kepada SKPKD.
(5) Berdasarkan rekapitulasi rencana pendapatan Dana BOS sebagaimana
dmaksud dalam ayat (4), SKPKD menyusun RKA-PPKD yang memuat
pendapatan Dana BOS.
(6) Rencana Pendapatan Dana BOS dianggarkan pada Akun Pendapatan,
Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, Jenis Hibah, Obyek
Hibah Dana BOS, Rincian Obyek Hibah Dana BOS Sekolah Negeri.
(7) Berdasarkan alokasi Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3), Kepala Satuan Pendidikan Negeri menyusun RKAS Dana BOS yang
memuat rencana belanja Dana BOS.
(8) Rencana belanja Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dianggarkan dengan mempedomani Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
BOS yang ditetapkan oleh Kementerian yang menyelenggarakan urusan
Pendidikan.
(9) Kepala SMP Negeri yang tidak menjadi Kepala SKPD, menyampaikan RKAS
Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan.
(10) Kepala SD Negeri menyampaikan RKAS Dana BOS sebagaimana dimaksud
pata ayat (3) kepada Kepala UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kecamatan.
(11) Berdasarkan RKAS Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Kepala UPT Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan menyusun RKA-SKPD, yang
memuat rencana belanja Dana BOS.
(12) Rencana belanja Dana BOS pada RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (11) dianggarkan pada Kelompok Belanja Langsung, Program BOS,
yang diuraikan ke dalam Kegiatan, Jenis, dan Obyek berkenaan, serta
Rincian Obyek Belanja “Belanja Pegawai Dana BOS”, “Belanja Barang Dana
BOS” “Belanja Modal Dana BOS”.
Pasal 112
(1) Revisi RKAS dapat dilakukan apabila terdapat perubahan alokasi Dana
BOS atau terdapat kegiatan yang mengharuskan dilakukannya
penggeseran anggaran BOS.
(2) Revisi RKAS yang disebabkan penggeseran anggaran dalam satu jenis
belanja yang sama, dilakukan dengan persetujuan Kepala UPT Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan masing-masing kecamatan untuk RKAS SD
serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten untuk RKAS
SMP.
(3) Revisi RKAS yang disebabkan adanya tambahan alokasi Dana BOS
penggeseran anggaran antar jenis belanja dilakukan melalui mekanisme
perubahan APBD, atau perubahan peraturan bupati tentang penjabaran
perubahan APBD.
Bagian Ketiga
Penatausahaan BOS
Pasal 113
Pendapatan Dana BOS yang diterima oleh satuan pendidikan negeri tidak
disetorkan ke kas daerah dan dipergunakan secara langsung untuk membiayai
kegiatan BOS sesuai dengan RKAS yang telah ditetapkan.
Bagian Keempat
Pelaksanaan Dana BOS
Pasal 114
(1) Berdasarkan Perda tentang APBD dan Perkada tentang Penjabaran APBD,
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala UPT Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kecamatan serta Kepala SMP Negeri yang menjadi SKPD
menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen
Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA). DPA dan DPPA yang memuat
belanja Dana BOS sesuai dengan RKA-SKPD dan RKAP-SKPD.
(2) Bendahara Dana BOS, membuka rekening Dana BOS pada masing-masing
Satuan Pendidikan Negeri atas nama Satuan Pendidikan yang diusulkan
oleh Kepala Satuan Pendidikan melalui Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, yang selanjutnya rekening tersebut ditetapkan oleh Bupati.
(3) Penerimaan Dana BOS pada masing-masing Satuan Pendidikan diakui
sebagai pendapatan SKPKD
(4) Penerimaan Dana BOS digunakan langsung dalam rangka pelayanan
pendidikan pada masing-masing Satuan Pendidikan Negeri.
(5) Dalam hal terdapat bunga dan/atau jasa giro dalam pengelolaan Dana
BOS, maka bunga dan/atau jasa giro tersebut menambah pendapatan
Dana BOS pada tahun anggaran berkenaan dan dapat langsung digunakan
untuk pelayanan pendidikan pada Satuan Pendidikan bersangkutan
dengan berpedoman pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS tahun
berkenaan.
(6) Dalam hal sampai dengan berakhirnya tahun anggaran, terdapat sisa Dana
BOS pada Satuan Pendidikan Negeri, maka sisa Dana BOS dicatat sebagai
Sisa Lebih Pembiayaan yang selanjutnya disebut SiLPA tahun berkenaan,
dan selanjutnya digunakan pada tahun anggaran berikutnya dengan
berpedoman pada Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS tahun
berikutnya.
(7) Pengajuan SP3B BOS diatur sebagai berikut :
a. Tribulan I selambat-lambatnya tanggal 20 April tahun berkenaan;
b. Tribulan II selambat-lambatnya tanggal 20 Juli tahun berkenaan;
c. Tribulan III selambat-lambatnya tanggal 20 Oktober tahun berkenaan;
d. Tribulan IV selambat-lambatnya tanggal 20 Januari tahun berikutnya.
BAB VIII
TRANSAKSI NON TUNAI
Bagian Kesatu
Pengelolaan Keuangan Daerah Secara Non Tunai
Pasal 115
(2) Mekanisme Non Tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
asas efisiensi, keamanan dan manfaat.
(3) Mekanisme Non Tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
pemindahbukuan dan pembayaran dengan uang elektronik.
(4) Pemindah bukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pemindah
bukuan dari :
a. RKUD ke SKPD;
b. RKUD ke pihak ketiga dan atau masyarakat ;
c. Rekening Bendahara SKPD ke pegawai;
d. Rekening Bendahara SKPD ke pihak ketiga dan atau masyarakat.
Bagian Kedua
Belanja dan Batas Nominal Pembayaran Secara Non Tunai
Pasal 116
Bagian Ketiga
Mekanisme Pertanggungjawaban
Pasal 117
(1) Transaksi Non Tunai harus disertai bukti yang dipergunakan sebagai
dokumen pertanggungjawaban.
(2) Pihak Penerima Transaksi Pembayaran wajib memiliki rekening Tabungan
Bank.
(3) Bukti Transaksi Non Tunai sebagaimana dimaksud ayat (1) untuk
pembayaran melalui pemindahbukuan, berupa aplikasi pemindahbukuan
dari Bank.
(4) Pembayaran secara Non Tunai dengan uang elektronik, bukti transaksi
berupa print out/ cetak dari transaksi.
(5) Hal-hal yang bersifat teknis operasional mengenai implementasi Trankasi
Non Tunai diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Pasal 118
Kebijakan Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD maupun pada KPKD
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 73 Tahun
2014 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga
Berbasis Akrual.
Pasal 119
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD maupun pada SKPKD
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 74 Tahun
2014 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga.
Pasal 120
BAB X
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Bagian Kesatu
Laporan Realisasi Triwulan Pelaksanaan APBD
Pasal 122
(1) Kepala SKPD menyusun laporan realisasi bulanan APBD SKPD sebagai
hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Laporan realisasi bulanan SKPD disiapkan oleh PPK-SKPD dan
disampaikan kepada PA untuk ditetapkan sebagai laporan bulanan
anggaran pendapatan dan belanja SKPD, paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah bulan yang berkenaan berakhir.
(3) PA menyampaikan laporan realisasi bulanan SKPD kepada PPKD sebagai
dasar penyusunan laporan Triwulanan APBD paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja setelah bulan berkenaan berakhir.
Pasal 123
Bagian Kedua
Laporan Realisasi Semester Pertama APBD.
Pasal 124
(1) Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD SKPD
sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya.
(2) Laporan anggaran pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disertai dengan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.
(3) Laporan realisasi semester pertama SKPD disiapkan oleh PPK-SKPD dan
disampaikan kepada PA untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi
semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta prognosis
untuk 6 (enam) bulan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
semester pertama dan tahun anggaran berkenaan berakhir.
(4) PA/KPA menyampaikan laporan realisasi semester pertama SKPD serta
prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya kepada PPKD sebagai dasar
penyusunan laporan realisasi semester pertama APBD paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan
berakhir.
Pasal 125
(1) PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara
menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama SKPD paling
lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berkenaan dan
disampaikan kepada Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelolaan
Keuangan Daerah.
(2) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam)
bulan berikutnya disampaikan kepada Bupati paling lambat minggu ketiga
bulan Juli tahun anggaran berkenaan untuk ditetapkan sebagai laporan
realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya.
(3) Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam)
bulan berikutnya disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir bulan
Juli Tahun Anggaran berkenaan, dengan format sebagaimana Form IX
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
(4) Laporan realisasi semester pertama APBD program untuk 6 (enam) bulan
sebagaimana Form XI tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Bagian Ketiga
Review Laporan Keuangan SKPD Dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah
Pasal 126
(1) Laporan Keuangan SKPD sebagai bahan penyusunan LKPD disusun sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
(2) Data aset tetap pada neraca harus direkonsiliasi dengan data Bidang Aset
BAKEUDA.
(3) Data LRA dan LO harus sudah direkonsiliasi dengan data Bidang
Akuntansi, Perbendaharaan dan Kas Daerah pada BAKEUDA.
(4) Laporan Keuangan SKPD yang dikirim kepada BAKEUDA adalah Laporan
Keuangan SKPD yang sudah direview oleh Inspektorat Daerah.
(5) Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah merupakan kompilasi
data Laporan Keuangan SKPD yang sudah direview oleh Inspektorat
Daerah.
(6) Pengiriman LKD kepada BPK adalah LKD yang sudah direview oleh
Inspektorat Daerah dan telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi
Inspektorat Daerah.
Bagian Keempat
Laporan Tahunan
Pasal 127
(1) PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran
berkenaan dan disampaikan kepada Kepala SKPD untuk ditetapkan
sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.
(2) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai hasil
pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yang menjadi tanggung
jawabnya, dan disampaikan kepada PPKD sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan Pemerintah Daerah.
(3) Laporan Keuangan SKPD disampaikan kepada Bupati melalui PPKD paling
lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(4) Laporan Keuangan SKPD terdiri dari 5 (lima) laporan yaitu:
a. Laporan realisasi anggaran (LRA);
b. Laporan Operasional (LO);
c. Neraca;
d. Laporan Perubahan Ekuitas ( LPE);
e. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
(5) Laporan keuangan SKPD dilampiri dengan surat pernyataan Kepala SKPD
bahwa pengelolaan APBD yang menjadi tanggungjawabnya telah
diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai
dan standar akuntansi pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(6) Laporan keuangan SKPD yang dikirimkan adalah Laporan SKPD yang
sudah direview oleh Inspektorat.
Pasal 128
BAB XI
PENGENDALIAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Pengendalian
Pasal 129
Pasal 130
Pengendalian Kegiatan meliputi :
a. Pengendalian Umum yaitu pengendalian yang meliputi semua kegiatan
yang ada sebagai implementasi dan pelaksanaan anggaran daerah oleh
Bupati, yang dalam pelaksanaan ditugaskan kepada Bagian Administrasi
Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Purbalingga;
b. Pengendalian Kegiatan yaitu Pengendalian kegiatan di lingkup SKPD yang
dilakukan oleh PA/KPA, yang dimaksudkan agar kegiatan dapat
dilaksanakan sesuai dengan jadwal waktu yang direncanakan sehingga
tercapai tepat waktu, tertib administrasi, tepat mutu, tepat sasaran dan
tepat manfaat serta dapat berdaya guna dan berhasil guna, dan dilaporkan
kepada Bupati Purbalingga melalui Bagian Administrasi Pembangunan
Sekretariat Daerah Kabupaten Purbalingga;
c. Pengendalian kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengendalian
administrasi, pengendalian fisik/lapangan dan penyelenggaraan rapat
koordinasi di semua tingkatan secara berkala.
Pasal 131
Pasal 132
Pasal 134
Pasal 135
Bagian Kedua
Dokumen Pengendalian
Pasa6
Pasal 137
Pasal 138
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH
Bagian Kesatu
Dasar Perubahan APBD
Pasal 139
Bagian Kedua
Penyusunan Perubahan APBD
Pasal 140
Bagian Kedua
Penetapan Perubahan APBD
Pasal 141
Bagian Ketiga
Pelaksanaan Perubahan APBD
Pasal 142
(1) PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang
perubahan APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua Kepala SKPD
agar menyusun rancangan DPPA-SKPD.
(2) PPKD menyusun DPPA-PPKD berdasarkan perubahan anggaran PPKD yang
telah ditetapkan.
(3) Dalam DPPA-SKPD/DPPA_PPKD harus disertai penjelasan latar belakang
dilaksanakannya perubahan anggaran.
(4) DPPA-SKPD/DPPA-PPKD dapat dilaksanakan setelah diverifikasi, disahkan
oleh PPKD dan disetujui oleh Sekretaris Daerah.
BAB XIII
PENGAWASAN
Pasal 143
(1) Inspektorat melakukan pemeriksaan secara periodik pada setiap unit Kerja
yakni Badan/Dinas/Kecamatan/Kelurahan/Desa/Lembaga dan Kelompok
Masyarakat yang melaksanakan kegiatan dengan dana APBD Kabupaten
Purbalingga, dalam rangka mewujudkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan dana.
(2) Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya Inspektorat Daerah
mewajibkan kepada PA/KPA, untuk tertib dalam :
a. pelaksanaan kegiatan di SKPD sesuai dengan DPA/DPPA yang telah
ditetapkan;
b. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan,
sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan;
c. disiplin penyampaian SPJ dan pelaporan baik bulanan, triwulan dan
akhir tahun anggaran, Laporan Keuangan SKPD (LK SKPD) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD);
d. susunan Tim Pelaksanaan Kegiatan pada SKPD hendaknya dapat
disederhanakan, sehingga pelaksanaan kegiatan lebih efektif.
BAB XIV
PENGGUNAAN APLIKASI SIMDA KEUANGAN BERBASIS ONLINE
Bagian Kesatu
Ketentuan Penggunaan SIMDA Keuangan
Pasal 144
(1) Seluruh proses pengelolaan keuangan pada SKPD maupun PPKD baik
untuk penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan maupun pelaporan
keuangan dilaksanakan menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan.
(2) Ketentuan penggunaan aplikasi SIMDA Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), meliputi :
a. Penyusunan RKA/RKAP;
b. Penyusunan DPA/DPPA;
c. Pengelolaan pendapatan daerah;
d. Pembuatan SPP UP/TUP/LS/GU;
e. Pengajuan SPM UP/TUP/LS/GU;
f. Penerbitan SP2D;
g. Pelaporan Pajak;
h. Penyusunan laporan pertanggungjawaban fungsional;
i. Penyusunan laporan pertanggungjawaban administratif;
j. Penyusunan laporan bulanan;
k. Penyusunan laporan semesteran;
l. Penyusunan laporan tahunan.
Bagian Kedua
Akun Simcloud dan SIMDA Keuangan
Pasal 145
(1) Untuk keperluan akses SIMDA Keuangan, setiap SKPD diberikan Satu
akun simcloud dan satu akun SIMDA Keuangan.
(2) Petugas pemegang akun pada SKPD bertanggung jawab atas penggunaan
akun masing-masing.
(3) Akun simcloud dan SIMDA Keuangan bersifat rahasia, dan tidak
diperkenankan memberikan kepada pihak lain tanpa diketahui oleh Kepala
SKPD.
(4) Dalam hal SKPD membutuhkan lebih dari 1 (satu) akun simcloud maupun
SIMDA Keuangan, Kepala SKPD dapat mengajukan permohonan
penambahan akun kepada Kepala Bakeuda.
(5) Pemberian tambahan akun dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan
dan efisiensi.
Bagian Ketiga
Proses Input Data Pendapatan
Pasal 146
Bagian Keempat
Monitoring Proses Input Data Pendapatan
Pasal 147
Bagian Kelima
Koreksi Pembebanan Rekening Belanja
Pasal 148
(1) Dalam hal terjadi kesalahan pembebanan rekening belanja dan sudah
diterbitkan SP2D, Kepala SKPD mengajukan permohonan koreksi
pembebanan rekening belanja kepada Kepala BAKEUDA selaku PPKD.
Pasal 150
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pemeriksaan Kerugian Daerah
Pasal 151
Bagian Keempat
Tim Majelis TP TGR Kabupaten Purbalingga
Pasal 153
(1) Susunan Keanggotaan Majelis TP TGR Kabupaten Purbalingga :
Ketua : Sekretaris Daerah Kabupaten Purbalingga
Wakil Ketua : Inspektur Inspektorat Daerah Kabupaten
Purbalingga
Sekretaris : Asisten Administrasi Umum Sekda
Kabupaten Purbalingga merangkap
Anggota
Anggota : 1. Kepala BAKEUDA;
2. Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan
dan Pelatihan Daerah;
3. Kepala Bagian Hukum Setda
Purbalingga;
4. Kepala Bidang Akuntansi dan Aset
pada BAKEUDA
Pasal 155
Ditetapkan di Purbalingga
pada tanggal 6 Desember 2017
BUPATI PURBALINGGA,
ttd
TASDI
Diundangkan di Purbalingga
pada tanggal 6 Desember 2017
SEKRETARIS DAERAH,
ttd
WAHYU KONTARDI
BUPATI PURBALINGGA,
ttd
TASDI
Diundangkan di Purbalingga
pada tanggal 6 Desember 2017
SEKRETARIS DAERAH,
ttd
WAHYU KONTARDI