Kemoterapi Pada Anak
Kemoterapi Pada Anak
Kemoterapi Pada Anak
2018
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Leukimia terjadi sekitar 1/3 dari semua kanker pada masa kanak kanak
(zufanec dan tomlinson, 2010). Leukimia merupakan gangguan utama pada
sumsum tulang, yakni elemen normal di gantikan dengan sel darah putih
abnormal. Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi
limfosit, dan sel mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah,
granulosit, monosit, dan trombosit. Leukimia dapat terjadi setiap waktu
selama tahap umum perkembangan limfoid atau mieloid normal.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab yang pasti Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
1. Genetik
2. Umur, jenis kelamin, ras
3. Virus
4. Sinar Radioaktif
5. Zat Kimia
6. Obat-obatan
7. Merokok
8. Lingkungan
2.3 KLASIFIKASI
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan
infasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal,
ginjal, dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti
limfositik atau mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti
akut (sel imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi).
1. Leukemia Mielogenus Akut
Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik
yang kelak berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit
(basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia. Merupakan leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.
a. Manifestasi klinis
Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya
produksi sel darah normal. Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat
granulositopenia, kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan yang
terjadi karena anemia; dan keccendrungan perdarahan terjadi akibat
trombositopenia, kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel leukemi
dalam organ mengakibatkan berbagai gejala tambahan; nyeri akibat
pembesaran limpa atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau
muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi pada leukemia
limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang.
Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan gejala terjadi
dalam periode 1-6 bulan. Hitung sel darah menunjukan penurunan baik
eritrosit maupun trombosit. Meskipun jumlah leukosit total bisa rendah,
normal atau tinggi, namun presentase sel yang normal biasanya sangat
menurun. Specimen sumsum tulang merupakan penegak diagnose,
menunjukan kelebihan sel blast imatur. Adanya batang Auer didalam
sitoplasma menunjukan adanya leukemia mielogenus akut (AML).
b. Penatalaksanaan
Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan pada beberapa
kasus dapat menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun
atau lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorobicin
hydrochloride (cerubidine), cytarabin (cytosar-U), dan mercaptopurine
(purinethol). Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk darah
dan penanganan infeksi dengan segera.
Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari kerabat dekat,
maka dapat dilakukan transplantasi sumsum tulang untuk memperoleh
sumsum tulang normal, setelah terlebih dahulu dilakukan penghancuran
sumsum lekemik dengan kemoterapi.
adalah 7 tahun.
2.4 PATHWAY LEUKEMIA
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita LLA
Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah
sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal
dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap
ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat
dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi
60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi
lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang,
yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum
tulang dan SSP.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Leukimia terjadi sekitar 1/3 dari semua kanker pada masa kanak kanak
(zufanec dan tomlinson, 2010). Leukimia merupakan gangguan utama pada
sumsum tulang, yakni elemen normal di gantikan dengan sel darah putih
abnormal. Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi
limfosit, dan sel mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah,
granulosit, monosit, dan trombosit.
3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang kami miliki serta
sumber-sumber yang kami dapatkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan untuk penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA