Kemoterapi Pada Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

KEMOTERAPI PADA ANAK

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Ainnurrahmah Kamilla (0432950316001)


2. Ayu Ici Kumala Diarti (0432950316003)
3. Cheptya Nabilla (0432950316004)
4. Cindi Amelia (0432950316006)
5. Deni Malik Saputra (0432950316007)
6. Piani (0432950316024)
7. Suci Istiqomah (04329503160)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH BEKASI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Leukimia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya


merupakan sebagian kecil dari kenker secara keseluruhan. Insiden leukimia
di negara barat mencapai 13/100.000 penduduk per tahun.

Leukimia adalah keganasan hematologi akibat proses neoplastik disertai


gangguan diferensiasi(maturation arrest) pada berbagai tingkatan sel induk
hemopoietik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok(clone) sel
ganas tersebut dalam sum sum tulang, kemudian sel leukimia beredar secara
sistemik (bakta,2006). Leukimia dibagi menjadi 2 tipe umum: leukimia
limpositik dan leukimia nielogenesa (guyton and hall,2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi leukemia?
2. Apa etiologi dari leukemia?
3. Bagaimana klasifikasi dari leukemia?
4. Bagaimana pathway dari leukemia?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari leukemia?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan definisi leukemia.
2. Menjelaskan etiologi dari leukemia.
3. Menjelaskan klasifikasi dari leukemia.
4. Menjelaskan pathway dari leukemia.
5. Menjelaskan penatalaksanaan dari leukemia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Leukimia terjadi sekitar 1/3 dari semua kanker pada masa kanak kanak
(zufanec dan tomlinson, 2010). Leukimia merupakan gangguan utama pada
sumsum tulang, yakni elemen normal di gantikan dengan sel darah putih
abnormal. Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi
limfosit, dan sel mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah,
granulosit, monosit, dan trombosit. Leukimia dapat terjadi setiap waktu
selama tahap umum perkembangan limfoid atau mieloid normal.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab yang pasti Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

1. Genetik
2. Umur, jenis kelamin, ras
3. Virus
4. Sinar Radioaktif
5. Zat Kimia
6. Obat-obatan
7. Merokok
8. Lingkungan

2.3 KLASIFIKASI
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan
infasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal,
ginjal, dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti
limfositik atau mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti
akut (sel imatur) atau kronis (sel terdeferensiasi).
1. Leukemia Mielogenus Akut
Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik
yang kelak berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit
(basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia. Merupakan leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.
a. Manifestasi klinis
Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya
produksi sel darah normal. Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat
granulositopenia, kekurangan granulosit; kelelahan dan kelemahan yang
terjadi karena anemia; dan keccendrungan perdarahan terjadi akibat
trombositopenia, kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel leukemi
dalam organ mengakibatkan berbagai gejala tambahan; nyeri akibat
pembesaran limpa atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau
muntah akibat leukemia meningeal (sering terjadi pada leukemia
limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang.
Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan gejala terjadi
dalam periode 1-6 bulan. Hitung sel darah menunjukan penurunan baik
eritrosit maupun trombosit. Meskipun jumlah leukosit total bisa rendah,
normal atau tinggi, namun presentase sel yang normal biasanya sangat
menurun. Specimen sumsum tulang merupakan penegak diagnose,
menunjukan kelebihan sel blast imatur. Adanya batang Auer didalam
sitoplasma menunjukan adanya leukemia mielogenus akut (AML).
b. Penatalaksanaan
Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan pada beberapa
kasus dapat menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun
atau lebih. Obat yang biasanya digunakan meliputi daunorobicin
hydrochloride (cerubidine), cytarabin (cytosar-U), dan mercaptopurine
(purinethol). Asuhan pendukung terdiri atas pemberian produk darah
dan penanganan infeksi dengan segera.
Apabila dapat diperoleh jaringan yang cocok dari kerabat dekat,
maka dapat dilakukan transplantasi sumsum tulang untuk memperoleh
sumsum tulang normal, setelah terlebih dahulu dilakukan penghancuran
sumsum lekemik dengan kemoterapi.

2. Leukemia Mielogenus Kronis


Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel
stem myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada
bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang
dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95%
pasien dengan CML. CML jarang menyerang individu berusia di bawah 20
tahun, namun insidensinya menignkat sesuai pertambahan usia.
a. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML, tetapi tanda dan
gejalanya lebih ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda gejala
selama bertahun-tahun. Terdapat penignkatan leukosit, kadang sampai
jumlah yang luar biasa. Limpa sering membesar.
b. Penatalaksanaan
Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah buslfan (Myleran),
hydroxyurea, dan chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan
kortikosteroid. Ketahanan hidup meningkat secara bermakna dengan
transplantasi sumsum tulang pada pasien yang berusia di bawah 50
tahun dengan donor HLA yang sesuai. Interferon alfa merupakan
alternative pilihan penanganan, namun sangat mahal, mempunyai efek
samping yang tidak menyenangkan dan tidak terbukti memperpanjang
ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi pasien yang
penyakitnya tidak berespons terhadap penanganan yang telah dilakukan
atau terus memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan pasien, kelak
akan mengalami leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten
terhadap terapi apapun. Secara keseluruhan, pasien dapat bertahan
selama 3 sampai 4 tahun. Kematian biasanya akibat infeksi atau
perdarahan.

3. Leukemia Limfositik Akut


Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas
limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih
banyak disbanding perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun.
Setelah usia 15, ALL jarang terjadi.
a. Manifestasi
Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang dan jaringan perifer
dan menganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis
normal terlambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, sel darah
merah, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya rendah dan
leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel
imatur. Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering
terjadi pada ALL dari pada bentuk leukemia lain dan mengakibatkan
nyeri karena pembesaran hati atau limpa, sakit kepala, muntah karena
keterlibatan meninges, dan nyeri tulang.
b. Penatalaksanaan dan Prognosis
Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60% anak mencapai
ketahanan hidup sampai 5 tahun. Bentuk terapi utama adalah kemoterapi
dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan
asparaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan prednisone untuk
pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal
obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada sistem
saraf pusat.

4. Leukemia Limfosit Kronis


Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan yang
terutama mengenai individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara barat
melaporkan penyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi.
a. Manifestasi klinis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan baru terdiagosa pada
saat pemeriksaan fisik atu penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi
yang mungkin terjadi adalah sehubungan dengan adanya anemia,
infeksi, atau pembesaran nodus limfe. Dan organ abdominal. Jumlah
eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun. Terjadi
penurunan jumlah limfosit. (limfositopenia).
b. Penatalaksanaan medis dan prognosis

Apabila ringan, CLL tidak memerlukan penanganan. Kemoterapi


dengan kortikosteroid dan chlorambucil (leukeran) sering digunakan
apabila gejalanya berat. Banyak pasien yang tidak berespon terhadap
terapi ini dapat mencapai perbaikan dengan pemberian fludarabine
monofospat, 2-chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin. Efek
samping utama obat ini adalah penekanan sumsum tulang, yang
termanifestasi dengan adanya infeksi seperti pneumocystis carinii,
listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus. Penanganan
intra vena dengan immunoglobulin cukup efektif mencegah masalah ini
pada pasien tertentu. Ketahanan hidup rata-rata pasien dengan CLL

adalah 7 tahun.
2.4 PATHWAY LEUKEMIA
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita LLA
 Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah
sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal
dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
 Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
 Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
 Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap
ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat
dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi
60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi
lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang,
yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum
tulang dan SSP.

Kemoterapi pada penderita LMA


 Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai
remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa
sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi.
Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa
yang akan datang.
 Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi
dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih
besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-
rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya
10%.

Kemoterapi pada penderita LLK


Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi
dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi
Rai:
 Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
 Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
 Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
 Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
 Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm 3
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi
bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan
tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang
hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah
pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien
dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat
bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium
III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.

Kemoterapi pada penderita LGK/LMK


 Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan
pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen
dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase
kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum
tulang.
 Fase Akselerasi
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-
sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini
bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan
sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat
keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening
setempat.
3. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang
yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita
LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor
Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA
transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan
respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada
awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi
darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi
trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi
infeksi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Leukimia terjadi sekitar 1/3 dari semua kanker pada masa kanak kanak
(zufanec dan tomlinson, 2010). Leukimia merupakan gangguan utama pada
sumsum tulang, yakni elemen normal di gantikan dengan sel darah putih
abnormal. Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi
limfosit, dan sel mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah,
granulosit, monosit, dan trombosit.

3.2 SARAN

Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang kami miliki serta
sumber-sumber yang kami dapatkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan untuk penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Kyle, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri . Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai