Eklesiologi Dan Eskatologi 201920191118-22575-154xxci
Eklesiologi Dan Eskatologi 201920191118-22575-154xxci
Eklesiologi Dan Eskatologi 201920191118-22575-154xxci
BAHAN AJAR
Oleh:
Dr. Joseph Christ Santo, M.Th.
BOBOT : 2 sks
SEMESTER : 5 (lima)
BANYAKNYA : 16 X (2 X 50 menit)
PERTEMUAN/ WAKTU
TIAP PERTEMUAN
STANDAR KOMPETENSI :
KOMPETENSI DASAR
2
INDIKATOR HASIL BELAJAR
2. Penilaian Hasil
TEKNIK : TERTULIS
SUMBER BELAJAR
1. Keluarga
2. Media elektronik (internet)
3. Narasumber,
4. Lingkungan alam,
5. Lingkungan sosial,
6. Teman di kampus
7. Teman di masyarakat setempat
3
8. Komunitas gereja
9. Literatur:
________, Alkitab, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2000.
Ryrie, Charles C., Teologi Dasar jilid 1, 2 Yogyakarta: Yayasan Andi, 1997.
4
DAFTAR ISI
5
BAB 1
PEMAHAMAN MENGENAI GEREJA
Gereja adalah suatu organisasi yang unik di dunia ini. Tidak ada satu
organisasi pun di dunia ini yang dapat dipersamakan dengan gereja. Allah
mengasihi gereja-Nya, dan bagi gereja-Nya Dia melakukan banyak perkara sebagai
bukti kasih dan perhatian-Nya. Keunikan gereja tersebut disebabkan karena
bentuk, sifat dan tujuan gereja yang sangat berbeda dari organisasi lain yang pernah
ada. Pada saat ini Allah berkenan kepada gereja sebagai organisasi yang dijaga,
dihidupkan dan diberkati oleh Tuhan. Dalam istilah teologi pengajaran ini disebut
Eklesiologi.
A. ARTI GEREJA
Kata ‘gereja’ berhubungan dengan sebuah kelompok perhimpunan. Kata ini
merupakan suatu istilah teknis yang berhubungan dengan kata Yunani ‘ekklesia’ dan
kata Ibrani ‘qahal’. Baik ‘qahal’ maupun ‘ekklesia’ kedua-duanya berarti suatu per-
kumpulan atau perhimpunan. Akan tetapi kedua kata tersebut tidak secara
langsung mengacu kepada gereja yang rohani, karena istilah perkumpulan itu dapat
juga berupa perkumpulan politik, atau perkumpulan lain yang bukan keagamaan.
Dalam PL, kata qahal menunjuk kepada:
1. Perkumpulan, sejumlah orang yang berhimpun (Ul. 9:10, 10:4, 18:16).
2. Jemaah Israel (Kel. 12:3).
3. Jemaah (Mzm. 22:23).
4. Umat Israel (Yer. 16:14-16).
Dalam PB, ekklesia dimengerti sebagai berikut:
1. Sidang jemaah orang-orang Israel (Kis. 7:38; Ibr. 2:12).
2. Kumpulan orang-orang kafir (Kis. 19:32, 39, 41).
3. Sidang jemaat lokal (1Kor. 1:2).
4. Tubuh Kristus (1Kor. 12:28; Kol. 1:10, 24).
Penggunaan kata Yunani ‘ekklesia’ dalam Perjanjian Baru, lebih kaya makna
bila dibandingkan dengan makna dasarnya yang sekular. Akan tetapi kata yang
digunakan dalam Perjanjian Baru itu masih berkaitan erat dengan arti perhimpunan
dan bukan dengan arti teologis seperti yang diperkirakan (yang berdasarkan
pemecahan kata tersebut menjadi dua bagian, yaitu ‘ek’: keluar dan ‘kaleo’:
memanggil) sebagai orang-orang ‘yang dipanggil keluar’.
Gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari
kehidupan yang gelap dan masuk ke dalam “terang-Nya yang ajaib” (1Ptr. 2:9).
Gereja mula-mula tidaklah menunjuk kepada gedung tempat ibadah, suatu
6
organisasi, atau suatu aliran gereja, melainkan kepada persekutuan orang yang
percaya Yesus adalah Tuhan.
Selain berhubungan dengan kata ekklesia, istilah gereja (Inggris: church;
Jerman: kirche; Belanda: kerk; Portugis: igreya) berasal dari bahasa Yunani: kuriakos
yang berarti “milik Tuhan”. Kata tersebut hanya digunakan dua kali dalam
Perjanjian Baru, yaitu pada 1 Korintus 11:20 dan Wahyu 1:10. Istilah ini dipakai
oleh orang-orang Kristen Yunani untuk menunjuk pada tempat ibadah, atau tempat
yang dikhususkan bagi Tuhan. Kata itu kemudian mulai biasa digunakan untuk
menunjukkan hal-hal lainnya seperti tempat atau orang-orang atau denominasi atau
tanah air yang bertalian dengan kelompok orang yang menjadi milik Tuhan.
Pada masa sekarang, istilah gereja umumnya mengacu pada:
1. Gereja lokal, yaitu perhimpunan orang percaya di suatu tempat;
2. Gereja universal;
3. Tempat ibadah orang Kristen atau “rumah Tuhan”;
4. Suatu badan, denominasi, atau organisasi Kristen yang mempunyai doktrin,
organisasi dan sejarah yang sama.
Secara teknis gereja didefinisikan sebagai perhimpunan orang-orang yang
dipanggil oleh Allah keluar dari dosa dan masuk ke dalam wilayah anugerah.
B. DASAR GEREJA
Gereja tidak sama dengan Israel. Gereja belum dimulai pada masa Per-
janjian Lama, Gereja baru dimulai pada masa Perjanjian Baru. Gereja dimulai dan
ditetapkan pada Hari Pentakosta, hal ini dapat dibuktikan:
1. Tuhan Yesus berkata: “Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (Mat. 16:18). Kata ‘Aku
akan’ berarti sesuatu yang belum ada dan akan dilakukan oleh Tuhan Yesus. Dia
akan mendirikan Jemaat-Nya pada saat tertentu. Tuhan tidak mengatakan
bahwa Ia akan terus menambahkan pada sesuatu yang sudah ada, namun
bahwa Ia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dimulai.
2. Gereja haruslah memiliki kepala. Kepala Gereja adalah Kristus. Gereja baru
dapat memiliki Kepala yang berfungsi setelah kebangkitan Kristus. Karena itu
gereja tidak mungkin ada sebelum Ia bangkit dari antara orang mati.
3. Gereja baru dapat sungguh-sungguh beroperasi dengan berfungsinya karunia-
karunia rohani setelah kenaikan Kristus ke surga. Karunia diberikan kepada
orang percaya mulai Hari Pentakosta, yaitu pada saat pencurahan Roh Kudus
kepada semua orang percaya (Ef. 4:7-12).
4. Sifat rahasia dari satu tubuh belum dikenal dalam masa Perjanjian Lama (Ef.
3:5-6; Kol. 1:26). Dalam bahasa Yunani digunakan kata ‘mysterion’, yang berarti
sesuatu yang tersembunyi atau rahasia. Rahasianya adalah orang-orang bukan
7
Yahudi akan menjadi teman pewaris kasih karunia, sesama anggota dari satu
tubuh, sesama penerima janji di dalam Kristus yang diberitakan oleh Injil.
Gereja Kristen mulai terbentuk pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus
turun ke atas 120 orang percaya di kamar loteng Yerusalem (Kis. 2:1-4). Pada
peristiwa itu setelah Petrus berkhotbah, “Orang-orang yang menerima perkataan itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu
jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalampersekutuan. Dan
mereka berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa… dan tiap-tiap hari Tuhan
menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis. 2:41-42, 47).
Pada mulanya jemaat terdiri dari orang-orang Yahudi yang mengaku Yesus
Kristus sebagai Mesias. Tetapi kemudian terbentuk jemaat yang anggotanya
merupakan campuran antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (Kis. 13:11). Di
kota Anthiokia-lah orang-orang percaya tersebut untuk pertama lalinya disebut
Kristen atau “orang-orang Kristus” (Kis. 11:26).
Yesus Kristus adalah pendiri, batu penjuru dan dasar gereja (Mat. 16:16;
1Kor. 3:10-11; Ef. 2:20). Gereja dibangun bukan atas dasar ajaran manusia, tetapi
Kristus (1Ptr. 2:6). Tanpa Kristus sunguh-sungguh dimuliakan sebagai Anak Allah,
maka gereja berubah menjadi hanya perkumpulan manusia.
Dalam Mat. 16:18, Yesus berkata, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
menguasainya.” Apa yang dimaksud dengan batu karang yang menjadi dasar gereja?
Ada tiga pendapat:
1. Petrus (Diyakini oleh Gereja Katolik Roma)
Namun Yesus menggunakan kata Yunani petra dalam bentuk feminin, yang
artinya batu karang yang amat besar dan teguh; bukan kata petros (Petrus
artinya: batu) dalam bentuk maskulin.
2. Kristus
3. Pengakuan tentang Kristus sebagai Anak Allah (Mat. 16:16).
Sebaiknya kita memandang bahwa Kristus adalah dasar/ fondasi gereja,
namun Ia telah memilih para rasul (termasuk Petrus) dan nabi untuk memberikan
pengajaran dasar tentang berbagai hubungan dalam gereja. Dibangun atas dasar
Kristus yaitu apabila gereja sepenuhnya berdiri atas dasar firman Tuhan, yaitu 66
kitab dalam PL dan PB (Gal. 1:8-9, 12; 2Tim. 3:15-16; Why. 22:6, 18-19).
C. WUJUD GEREJA
Gereja dapat dipahami dengan dua macam arti: arti universal dan arti lokal.
Pemahaman ini juga berkaitan dengan dua wujud gereja.
8
1. Gereja Universal
Dalam arti universal gereja terdiri atas semua orang, yang pada zaman ini,
telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah dan oleh Roh yang sama itu telah
dibaptiskan menjadi anggota tubuh Kristus (1Kor. 12:13; 1Ptr. 1:3, 22-25). Jemaat
ini bersifat universal dalam arti bahwa anggotanya adalah semua orang percaya,
yang benar di segala tempat, baik mereka yang sudah meninggal maupun mereka
yang masih hidup (Mat. 16:18; Ef. 5:24-25; Ibr. 12:23). Ini adalah jemaat yang
universal yang tidak kelihatan (invisible church), disebut gereja yang tidak kelihatan
karena tidak nampak jelas berkelompok di suatu tempat tertentu pada waktu yang
tertentu pula.
Dalam Matius 16:18 jelas terlihat bahwa istilah gereja dipakai dalam arti
universal karena Kristus berbicara mengenai membangun jemaat (gereja)-Nya dan
bukan membangun jemaat-jemaat atau gereja-gereja. Pemahaman tentang gereja
yang bersifat universal ini dapat dilihat dari gambaran-gambaran yang dipakai
untuk menerangkan gereja tesebut. Gereja disebut sebagai bangunan Allah (1Kor.
3:9), Kristus merupakan batu penjuru bangunan itu (1Kor. 3:11) dan oleh RohNya
Kristus tinggal di dalamnya (1Kor. 3:16; 6:19). Menurut gambaran ini gereja
dianggap sebagai suatu organisme, yang memiliki hubungan yang sangat penting
dengan Kristus; gereja berada di bawah penguasaan Kristus, serta merupakan suatu
kesatuan, sekalipun terdiri atas orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi
dan memiliki aneka ragam karunia diantara anggota-anggotanya dan dalam teori
bekerja sama dalam melaksanakan suatu tugas bersama.
Adalah sangat penting bagi kita untuk megetahui adanya suatu gereja
sedunia (universal) yang tidak kelihatan, yakni:
a. Supaya kita mengetahui adanya hubungan kita dengan orang-orang percaya dari
segala zaman “yang telah berlari sebelum kita, yang menunggu kita
menyelesaikan perlombaan” (Ibr. 12:1-21; 11:39-40). Mereka adalah “gereja
yang menang”, sedangkan kita yang masih ada di sini adalah “gereja yang
berjuang/ militan”.
b. Supaya kita mengetahui bahwa semua orang percaya adalah benar-benar satu
dalam Kristus; jikalau satu menderita semua menderita, tetapi jika satu
bersukacita semua bersukacita (Kis. 11:27-30; 1Kor. 12:26).
c. Supaya kita mengetahui bahwa Allah mengerjakan pekerjaan yang besar bukan
hanya pada satu gereja lokal, denominasi, sekte, tetapi meliputi setiap bangsa,
suku, kaum, bahasa dan generasi (2Ptr. 3:9; Why. 5:9-10; 14:6-7).
2. Gereja Lokal
Dalam arti yang lokal istilah gereja dipakai untuk menunjuk kepada
sekelompok orang-orang percaya yang terkumpul di suatu tempat. Dengan
demikian kita membaca dalam Alkitab tentang adanya gereja di Yerusalem (Kis. 8:1;
9
11:22), di Efesus (Kis. 20:17), di Kengkrea (Rm. 16:1), di Korintus (1Kor. 1:2) dan
lain-lain.
Gereja lokal adalah gereja yang kelihatan (visible church), yaitu kelompok
yang terdiri atas orang-orang percaya di satu lokasi atau tempat yang sama. Gereja
lokal (setempat) dapat didefinisikan sebagai kelompok yang lebih kecil yang terdiri
atas orang-orang yang sudah dilahirkan kembali, yang berkumpul bersama-sama
sesuai dengan hukum Kristus. Gereja lokal adalah satu unit tersendiri yang komplit,
tetapi mempunyai persekutuan dengan gereja lokal lainnya (Kis. 13:1-5; 1Kor. 1:2).
Gereja lokal itu merupakan replika dari gereja universal.
Ciri Gereja lokal antara lain: memiliki pengakuan iman yang sama, tunduk
pada otoritas Tubuh Kristus, melakukan sakramen Baptisan Air dan Perjamuan
Kudus, mempunyai karunia-karunia pelayanan dari Yesus Kristus, memiliki
kehidupan rohani yang disiplin dan tertib.
Adalah sangat penting bagi kita untuk mengetahui tentang adanya gereja
lokal yang nyata karena:
a. Di dalam gereja lokal kita dapat mempraktikkan ikatan perjanjian kita, dengan
cara menjadi anggota jemaat yang bertanggung jawab (Mat. 18:15-20).
b. Di dalam gereja lokal fungsi pelayanan kita ketahui dan dipraktikkan (Rm. 12:3-
8; 1Kor. 12:18-28).
c. Di dalam gereja lokal kita mendapat perlindungan rohani dari ajaran-ajaran yang
meyesatkan (Kis. 20:28-30; Ef. 4:14).
3. Kerajaan Misteri
Inilah yang dimaksud Yesus sebagai rahasia Kerajaan Allah, menunjuk
kepada zaman ini (Mat. 13:11, 39-40). Penguasanya ialah Allah. Yang diperintah
ialah seluruh manusia di bumi baik yang percaya Yesus maupun tidak. Waktunya
adalah masa di antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang kedua kalinya.
Gereja termasuk dalam kerajaan ini. Waktunya dimulai ketika Yesus Kristus ditolak.
4. Kerajaan Rohani
Penguasanya ialah Kristus. Yang diperintah adalah orang percaya yang
telah lahir baru. Kerajaan rohani sama dengan gereja atau tubuh Kristus (Kol. 1:13).
Waktunya dimulai sejak Pentakosta sampai pengangkatan gereja.
11
Umat pilihan Allah, yakni bangsa Israel gagal dalam ujian ‘siapa Aku’ (Mat.
12:22-37), malah mereka menentang Yesus dengan mengatakan bahwa Ia
menyembuhkan orang dengan kuasa Belzebul (penghulu setan). Kemudian Yesus
Kristus berbicara mengenai perumpamaan-perumpamaan, tentang rahasia-rahasia
Kerajaan Allah (Mat. 13 dst). Gereja lulus dalam ujian tentang ‘siapa Aku’; Gereja
(dalam hal ini diwakili oleh Petrus) mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup (Mat. 16:13-20).
Gereja bukan merupakan kelanjutan dari Israel, sekalipun ada hubungan di
antara orang-orang yang diselamatkan sepanjang zaman (Yoh. 10:16; Rm. 11:16, 24;
1Ptr. 2:3), dan ada sekelompok orang di dalam sejarah sepanjang zaman yang
merupakan umat Allah. Kekristenan bukanlah merupakan anggur baru yang
dituangkan ke dalam kantong-kantong anggur yang sudah tua (Mat. 9:17). Gereja
bukanlah kelanjutan dari sistem kuno Israel. Hal ini dapat dibuktikan: Israel dan
Gereja dalam Alkitab tidak merupakan istilah yang searti. Paulus membedakan
antara orang Yahudi, orang Yunani dan jemaat atau gereja (1Kor. 10:32).
Selanjutnya, Paulus berbicara tentang gereja sebagai manusia baru (Ef. 2:15), yang
terdiri atas orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi yang percaya. Pada
akhirnya Allah masih menyediakan masa depan bagi Israel. Paulus dalam Roma 11
membentangkan urutan tindakan Allah bagi Israel di masa depan.
1. Esa (Unity)
Keesaan gereja tercipta karena didasarkan pada satu Allah atau keesaan
Allah (Ef. 4:1-6). Semua orang yang benar-benar termasuk dalam gereja merupakan
satu umat dan karena itu gereja yang benar nyata dari kesatuannya. Namun keesaan
ini tidak perlu berarti keseragaman total. Terdapat keseragaman di dalam hal
keyakinan-keyakinan teologi yang mendasar (1Kor. 15:11; Yud. 1:3), namun
keyakinan itu memberi penekanan berbeda-beda menurut masalah yang dihadapi
para Rasul (Rm. 3:20; Yak. 2:24; Flp. 2:5-7).
Ada pula perbedaan pandangan mengenai hal-hal yang kurang prinsip (Rm.
14:1-15:13), karena keesaan tidak perlu berarti keragaman secara total. Dalam
gereja Perjanjian Baru terdapat berbagai macam pelayanan (1Kor. 12:4-6). Ada juga
keanekaragaman dalam bentuk ibadah. Bentuk ibadah di Korintus (1Kor. 14:26)
mungkin sekali tidak biasa di gereja-gereja Palestina yang mempunyai bentuk
ibadah yang berkembang menurut pola dari sinagoge. Ada juga variasi dalam
bentuk kepengurusan gereja.
12
Kesatuan sejati dalam Roh Kudus dari semua orang yang lahir kembali
adalah kenyataan, sekalipun ada perbedaan denominasi yang lahiriah. Perjanjian
Baru menunjukkan ajaran mengenai kesatuan kepada kelompok-kelompok Kristen
tertentu dengan dampak langsung terhadap hubungan nyata mereka (Ef. 2:15; 4:4;
Kol. 3:15). Yesus berdoa untuk kesatuan orang Kristen yang akan membawa dunia
kepada iman (Yoh. 17:23).
2. Kudus (Holiness)
Umat Allah adalah “bangsa yang kudus” (1Ptr. 2:9). Artinya gereja adalah
kudus, begitu juga setiap orang Kristen adalah kudus, berdasarkan persekutuannya
dengan Kristus. Kita dipisahkan untuk menjadi milik-Nya dan diberikan-Nya
kebenaran yang sempurna. Gereja berdiri di hadapan Allah ‘di dalam Kristus’ tak
bernoda dan tak bercacat secara moral. Perbedaan antara gereja nyata dan tidak
nyata berlaku di sini, karena kekudusan ini hanya menjadi milik anggota jemaat
yang menaruh kepercayaan kepada Kristus sebagai Juruselamat.
Persatuan dengan Kristus juga menyangkut kehidupan kudus secara nyata.
Hubungan gereja dengan Kristus sebagai kepalanya akan nyata dari sifat moralnya
dan kualitas kehidupannya sehari-hari. Gereja yang tidak mengenal kekudusan,
tidak mengenal Kristus. Ketika Kristus berbicara kepada ketujuh jemaat di Asia
kecil, Ia dengan jelas mengharapkan perbedaan dalam sikap moral itu dan apabila
hal ini tidak didapatinya Ia sangat keras dalam penghakiman-Nya (Why. 2-3).
Kekudusan posisional ini juga harus diwujudkan dalam pengalaman
kehidupan secara nyata. Tentu saja belum ada gereja yang sempurna di dunia ini.
Kehidupan di gereja-gereja Perjanjian Baru ditandai kekhilafan, perpecahan,
kegagalan moral dan ketidakstabilan, dan masalah-masalah seperti itu tetap ada
sampai sekarang. Namun mau tidak mau gereja Tuhan yang sejati pastilah
menunjukkan tanda kekudusan dan kemajuan menuju kekudusan yang lebih
sempurna.
3. Am (General)
Kata “am” (atau “katolik”) berarti: menyangkut keseluruhan, universal.
Istilah ini mula-mula menunjuk pada gereja universal untuk membedakannya dari
gereja lokal. Kemudian artinya berubah menunjuk pada gereja yang mengaku iman
ortodoks untuk membedakannya dari bidat-bidat. Dalam perkembangannya gereja
Roma mengambil alih istilah ini untuk mengacu pada organisasi gerejanya yang
sudah berkembang secara historis dan menyebar luas secara geografis dan berpusat
pada Paus. Para reformis abad ke-16 berusaha mengembalikan arti ini kepada arti
kata semula yakni pengakuan iman ortodoks, dan mereka menganggap diri sebagai
gereja katolik yang sebenarnya dan bukan gereja Roma.
Segi utama dari sifat Am dalam gereja mula-mula adalah keterbukaannya
terhadap semua orang. Berbeda dengan agama Yahudi dengan eksklusivisme
13
rasialnya dan aliran Gnostik dengan eksklusivisme intelektualnya, maka gereja
membuka pintu selebar-lebarnya bagi semua yang ingin masuk, dari tiap ras, warna
kulit, status sosial, kecakapan intelektual atau sejarah moralnya. Gereja masuk ke
dalam dunia dan membawa iman bagi semua (Mat. 28:19; Why. 7:9). Syarat satu-
satunya untuk masuk ialah iman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan
Tuhan, dan baptisan yang mengungkapkan Injil anugerah itu sebagai upacara masuk
(Mat. 28:19; Kis. 2:38,41). Pada tingkat dasar inilah tanda ‘am’ harus diterapkan.
Gereja-gereja yang menetapkan ujian-ujian lain harus diwaspadai. Gereja sejati
tidak memberi tempat pada diskriminasi ras, warna kulit, status sosial, kecakapan
intelektual atau moral, asal saja ada bukti pertobatan.
4. Rasuli (Apostolic)
Seorang rasul adalah saksi tentang pelayanan dan kebangkitan Yesus dan
karena itu adalah pembawa Injil yang berwenang (Luk. 6:12-13; Kis. 1:21-22; 1Kor.
15:8-10). Dalam Perjanjian Baru yang disebut ‘rasul’ ialah kedua belas murid Yesus,
Paulus dan beberapa orang lain. Para rasul menempati posisi antara Yesus dan
semua generasi penganut iman Kristen berikutnya. Kita mengenal Kristus hanya
melalui kesaksian para Rasul tentang Dia, yang telah dicatat dalam Perjanjian Baru.
Dalam pengertian mendasar ini ‘gereja dibangun di atas dasar para rasul’ (Ef. 2:20;
Mat. 16:18; Why. 24:14). Sebab itu sifat rasuli dari gereja tergantung pada
penyesuaiannya dengan iman rasuli yang telah disampaikan pada kita (Kis. 2:42;
Yud. 1:3). Boleh dikatakan para rasul masih tetap memimpin dan mengatur gereja
sejauh gereja membiarkan kehidupan, pengertian dan pemberian firmannya
senantiasa disesuaikan dengan ajaran Alkitab.
Istilah ‘Rasul’ (apostolos) secara harfiah berarti ‘utusan’ dan Perjanjian Baru
kadang-kadang mengacu pada rasul-rasul dengan arti yang lebih luas (Rm. 16:7).
Dalam pengertian umum ini, semua orang yang diutus oleh Tuhan sebagai penginjil,
pengkhotbah, pendiri gereja dan sebagainya dapat disebut ‘utusan’ dan berfungsi
sebagai rasul. Namun ini tidak berarti bahwa mereka mempunyai status atau
wewenang khusus yang dapat menandingi kelompok rasul asli, yang pimpinannya
terus melalui tulisan-tulisan rasuli.
Garis pengganti para rasul, tepatnya penurunan atau pewaris Injil, berarti
kebenaran rasuli harus diteruskan dari satu generasi kepada generasi yang lain:
“orang-orang dapat dipercayai…mengajar orang lain” (2Tim. 2:2). Singkatnya, suatu
gereja bersifat rasuli kalau dalam praktik ia mengakui wewenang tertinggi dari
tulisan-tulisan rasuli (Kis. 2:42), yakni Alkitab, dan meneruskan berita Injil dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
5. Misi (Mission)
Dalam perintah Yesus mengenai kehidupan gereja (Yoh. 13-16; Luk. 10:1-
20; Kis. 1:1-8) ada unsur penting yang merupakan tanda dari gereja sejati, yakni
14
misi: “tanggung jawab untuk membawa kabar baik tentang Yesus sampai ke ujung
bumi.” Tuhan Yesus secara tegas memerintahkan para murid-Nya untuk
menyampaikan kabar baik kepada semua orang. Ini akan menjadi tugas utama
mereka. Setiap murid Yesus memiliki tugas yang penting ini.
Dalam Kisah Para Rasul, tema pokok adalah penyebaran pekabaran Injil
secara berturut-turut dari Yerusalem ke Yudea, Samaria, dan kemudian ke dunia
orang bukan Yahudi (1:8; 6:8-9; 7; 8; 10:34-48; 11:19-26; 13:1). Pekabaran Injil
merupakan tugas utama gereja menurut Alkitab. Jadi gereja yang tidak
memberitakan Injil, juga tidak mempedulikan kesejahteraan moral dan spiritual
masyarakat di sekelilingnya, serta tidak mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap
orang miskin di mana saja mereka ditemukan, telah kehilangan sifatnya sebagai
gereja sejati dan menyangkal Tuhannya.
15
BAB 2
GAMBARAN GEREJA
Gereja itu sungguh unik, sebab itu dalam Alkitab menggunakan bermacam-
macam gambaran atau ilustrasi agar umat Kristus dapat memahami dengan jelas
hakekat dan fungsi gereja itu. Beberapa gambaran tentang gereja, di antaranya
adalah sebagai berikut:
16
1. Semua bagian Tubuh Kristus hendaknya berfungsi pada posisinya masing-
masing.
2. Adanya keanekaragaman dalam Tubuh Kristus, bukan untuk dipertentangkan
satu dengan yang lain, tetapi justru untuk saling melengkapi. Karena itu semua
bagian dari Tubuh Kristus hendaknya merasa saling membutuhkan dan saling
menolong untuk pembangunan Tubuh Kristus yang satu ini.
3. Semua bagian dari Tubuh Kristus perlu diorganisir secara rapi dan tertib dalam
segala kegiatannya sehingga tidak terjadi kekacauan.
Allah bermaksud untuk memakai seluruh Tubuh Kristus untuk melayani.
Sekian tahun lamanya pelayanan itu hanya dilakukan oleh pendeta itu sendiri,
sedangkan jemaat hanya duduk menonton. Padahal menurut Alkitab semua
anggota jemaat harus melayani bersama. Kini sebagian umat Allah mulai menyadari
kekeliruan ini. Sayang mereka kemudian menempuh jalan lain yang akhirnya
bahkan menimbulkan lebih banyak kerugian bagi keutuhan gereja, karena mereka
kurang mengerti apa yang sebenarnya hendak dilakukan Allah melalui gereja lokal.
Lahirlah persekutuan-persekutuan doa yang sama sekali tidak terikat kepada gereja
mana pun, dan tidak mau tunduk lagi kepada tata tertib dan pemerintahan gereja
yang digariskan dalam Alkitab. Persekutuan-persekutuan itu melayani satu sama
lain tetapi mereka tidak mempunyai tujuan dan visi yang jelas. Tidak ada pelayanan
ke luar dan tidak ada pengawasan. Cenderung banyak mengabaikan prinsip-prinsip
Alkitab mengenai kepemimpinan (leadership) dan ketundukan terhadap Tubuh
Kristus setempat. Cara-cara seperti ini juga tidak menghasilkan apa yang
dikehendaki Allah untuk Tubuh-Nya. Sering kelompok-kelompok demikian bubar
sendiri. Jawaban Allah untuk semua permasalahan ini adalah gereja lokal.
Di dalam jemaat lokal, Allah telah menyediakan jalan supaya pelayanan
sebagai suatu tubuh Kristus yang utuh dapat terlaksana. Karena pada waktu kita
tunduk kepada garis komando yang ditetapkan Allah, tiap anggota tubuh Kristus
akan berfungsi dan melayani sedemikian rupa sehingga rencana Allah tercapai (Ef.
4:11-12).
17
Jadi semua orang-orang percaya telah menjadi satu keluarga di dalam
hubungan dengan Allah karena:
1. Allah adalah Bapa kita (Mat. 6:9; 7:11; Gal. 4:6; 8:15)
2. Kita adalah anak-anak-Nya (Yoh. 1:12-13; Rm. 8:14, 16; Gal. 4:7)
3. Kita adalah keluarga Allah (Ef. 2:19)
Ada beberapa ciri dan gambaran gereja sebagai keluarga Allah:
• Hubungan dalam keluarga Allah adalah hubungan yang bersifat khusus, tidak
hanya secara umum.
• Hubungan yang terjadi menyangkut batin, tidak hanya bersifat lahiriah.
• Hubungan dengan sesama bersifat pribadi.
• Hubungan bukan karena hukum tetapi karena hidup / hubungan darah.
Setiap orang Kristen sejati haruslah bersedia menolong saudara seimannya,
apapun yang terjadi (Gal. 6:2, 10). Kita menolong bukan hanya sekadar karena kita
“mau menolong”, tetapi karena kita terikat sebagai sesama anggota keluarga.
Seorang kakak wajib menolong adiknya, seorang ayah mengasihi anaknya, bahkan
memberikan nyawanya sekalipun untuk anak tersebut! Mengapa? Sebab mereka
terikat sebagai sesama anggota keluarga! Demikian juga kita haruslah saling
mengasihi seperti Yesus telah mengasihi kita semua dengan kasih sempurna yaitu
kasih dari surga. Kristus mengatakan bahwa dunia akan dapat mempercayai Injil
jika kita semua saling mengasihi. Kita juga harus belajar menyediakan kebutuhan-
kebutuhan orang lain, menjangkau orang miskin, janda dan yatim piatu (Yak. 1:27).
Teladan hidup inilah yang diberikan oleh jemaat mula-mula (Kis. 4:23-37).
19
rumah Tuhan antara lain: Tertanam, keluarga, dibangun atas dasar pengajaran rasul
dan nabi, berfungsi (rapi tersusun), terlibat dalam kelompok kecil.
20
BAB 3
TUGAS GEREJA
Gereja tidak bisa bertumbuh hanya karena satu faktor. Misalnya doa,
meskipun ini sangat penting, namun bukanlah satu-satunya kunci untuk pelayanan
yang berhasil. Demikian juga halnya dengan kelompok sel, pujian dsb. Gereja akan
berkembang kalau kita melakukan semua aspek dari tugas gereja secara seimbang.
Bila kita perhatikan, ada gereja yang menekankan pentingnya doa, pujian dan
penyembahan (aspek liturgia). Itu baik, tapi belum lengkap. Ada juga yang hanya
menekankan pelayanan sosial, “social gospel” (aspek diakonia), yang lain
menekankan penginjilan dan memenangkan jiwa (aspek marturia). Yang lain lagi
menekankan pentingnya kelompok sel dan persekutuan dengan saudara seiman
(aspek koinonia), ada pula yang sangat menekankan pengajaran (pemuridan): ada
berbagai program PA, SOM yang diadakan di jemaat itu (aspek didaskalia). Namun
gereja yang sehat adalah gereja yang menekanakan kelima hal itu secara seimbang.
Kelima tugas gereja ini selaras dengan perkataan Yesus sendiri yang dikenal
sebagai Hukum Agung dan Amanat Agung. Hukum Agung (Mat. 22:37-39)
berbunyi: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu (liturgia), . . . Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (diakonia). Amanat Agung (Mat. 28:19-
20) berbunyi: Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku (marturia), dan
baptislah mereka (koinonia), . . . dan ajarlah mereka (didaskalia). Dengan demikian
Komitmen Agung terhadap Hukum Agung dan Amanat Agung akan menghasilkan
Gereja yang Agung”.
24
BAB 4
HIDUP BERJEMAAT
25
B. WUJUD KOMITMEN KEPADA GEREJA LOKAL
Allah menginginkan bukan saja kita mempunyai hubungan dengan gereja
Tuhan sedunia, tetapi Allah mau supaya kita mendemonstrasikan ikatan perjanjian
dengan gereja Tuhan lokal atau setempat. Kalau seseorang mempunyai ikatan
perjanjian pada satu gereja lokal atau keluarga Allah setempat itu berarti:
1. Ia mengikat perjanjian secara khusus pada satu gereja lokal (Ef. 2:19). Ada status
keanggotaan yang jelas.
2. Ia menjadi jemaat yang aktif dan bertanggung jawab, serta tidak berpindah-
pindah gereja.
3. Ia mau menyokong dengan sepenuh hati dan tenaga untuk visi dan tujuan gereja
lokal tersebut.
4. Ia berbicara yang baik tentang gereja lokal. Tidak membiarkan roh kritik
berkembang walaupun ada kekurangan dalam gereja, karena gereja adalah
“keluarga” yang harus didukung bersama oleh anggota keluarga.
5. Ia hadir dengan setia dalam acara bersama seperti: Ibadah Minggu, kelompok sel,
doa, pemuridan, dll (Ibr. 10:25).
6. Ia mau tunduk di bawah otoritas dari gereja lokal atau keluarga Allah itu (Ibr.
13:17).
7. Ia mau memberi waktu dan tenaga untuk gereja lokal itu.
8. Ia mau menyokong dengan keuangan pada gereja lokal itu.
9. Ia mau menanggung beban dengan sesama anggota gereja lokal itu.
26
D. KEUNTUNGAN MENJADI ANGGOTA GEREJA LOKAL SECARA RESMI
1. Persekutuan (fellowship): menghasilkan hubungan yang sangat dalam di antara
anggota dalam kekeluargaan dan persekutuan (Kol. 2:2-3).
2. Pemenuhan (fulfilment): merasa dihargai dan diikutsertakan di antara sesama
anggota (1Kor. 12:12, 27).
3. Berbuah (fruitfullness): sebagai anggota satu gereja lokal berarti kita mempunyai
pengaruh dan daya produksi pada kehidupan anggota yang lain (Ef. 4:16).
4. Tanggung jawab (accountabillity): ada rasa tanggung jawab yang besar terhadap
sesama anggota (Gal. 6:1-2).
5. Pertumbuhan (growth): mempunyai kesempatan yang besar untuk bertumbuh
karena menerima penggembalaan dan perlindungan (1Tes. 5:12; Ef. 4:13, 16).
6. Kuasa (power): ada suatu kelepasan kuasa yang besar jikalau orang-orang
percaya bersatu untuk satu sasaran yang sama (Ul. 32:30).
7. Hadirat Allah (presence of God): Allah berjani untuk hadir pada perkumpulan
orang-orang percaya yang berkumpul dalam nama-Nya (Mat. 18:19-20).
29
30
BAB 5
KEPEMIMPINAN DALAM GEREJA
31
Dewasa ini Kristus bekerja di dalam tubuh-Nya melalui Roh Kudus (Yoh.
14:18-26). Allah telah menetapkan lima jawatan dalam tubuh Kristus, yakni rasul,
nabi, gembala, penginjil dan guru, untuk memperlengkapi jemaat melayani Tuhan
sampai jemaat mencapai kedewasaan rohani (Ef. 4:11-15). Dalam jemaat lokal,
Allah telah memberikan wewenang (otoritas) kepada para penatua setempat untuk
menjalankan kepemimpinan (Kis. 14:21-23; 1Tim. 5:17). Penatua (Inggris: Elder,
Yunani: Presbuteros – Presbiter) adalah orang yang matang rohaninya yang
memliliki kedudukan atau jabatan sebagai pengawas jemaat (overseer, uskup/
bishop – Kis. 1:20). Sedangkan tugas sehari-hari yang dilakukannya sebagai pastor
atau menggembalakan dan memberi makan domba-domba Allah, yakni jemaat (Kis.
2:17, 28; Tit. 1:5-7; 1Ptr. 5:1-2)
Para penatua yang memipin jemaat biasanya lebih dari satu orang (jamak/
plural) – Kis. 20:17, 14:23; Yak. 5:14. Salah satu dari para penatua itu diangkat
sebagai pimpinannya (“senior-pastor”). Lihat: Kis. 12:17; 21:18 – “Yakobus dan
para penatua”. Para penatua (jamak / plural) tidak pernah ditunjuk oleh jemaat
setempat melalui sistem pemilihan; yang menunjuk mereka adalah para pengawas
gereja. Di dalam gereja Perjanjian Baru para penatua selalu diangkat dan
ditahbiskan oleh kelompok pelayanan inti dan para penatua lain (Kis. 14:23; 20:28;
Tit. 1:5). Setiap penatua harus memenuhi syarat dalam Alkitab yang terdapat pada
1Tim. 3:1-9 dan Tit. 1:5-9.
Adapun tanggung jawab para penatua terhadap orang-orang percaya
adalah:
1. Memimpin secara umum pertumbuhan dan jalannya gereja. memimpin artinya
memperhatikan, mengarahkan, mengawasi seperti orang tua dalam satu
keluarga terhadap anak-anaknya (1Tes. 5:12-14; Ibr. 13:17; 1Ptr. 5:2-3).
2. Menggembalakan, yang berarti memberi makan domba dengan rumput yang
hijau (firman Tuhan), menjaga dari serigala (pengajar sesat), menolong yang
lemah, melayani yang sakit dan menjadi teladan bagi domba-domba (Kis. 20:28-
35).
3. Mengajar supaya semua anggota tubuh menjadi dewasa dan berfungsi juga
supaya pelayanan dan karunia-karunia berkembang (1Tim. 3:2; Tit. 1:9).
Sedangkan tanggung jawab orang-orang percaya terhadap penatua-
penatua:
1. Menghormati (1Tes. 5:12-13).
2. Tunduk/ taat (Ibr. 13:17)
3. Menyokong dengan keuangan (1Kor. 9:11-14; 1Tim. 5:17-18)
4. Jangan sembarangan menuduh (1Tim. 5:1, 18-19)
5. Mendoakan (1Tes. 5:25).
32
Penatua adalah penilik jemaat yang mengawasi pekerjaan gereja dalam
segala aspeknya. Namun dalam pelaksanaannya penatua dibantu oleh para diaken
(Yunani: diakonos = pelayan). Jadi para diaken adalah orang-orang yang dipilih
untuk melaksanakan apa saja yang didelegasikan kepada mereka oleh para penatua.
Memang dalam Kis 6:1-7 tampaknya para diaken hanya terlibat dalam pelayanan
membagikan derma (diakonia), tapi kemudian mereka juga terlibat dalam
pelayanan lain seperti yang dilakukan Stefanus (Kis. 6:8-10). Fakta bahwa para
diaken tidak boleh bercabang lidah dan isteri mereka hendaknya tidak menjadi
pemfitnah (1Tim. 3:8, 11) bisa menunjukkan bahwa mereka melakukan semacam
pelayanan konseling pribadi dengan anggota jemaat sehingga mereka harus
menjaga kepercayaan atau rahasia yang diberikan kepada mereka dalam pelayanan
tersebut. Wanita pun dapat menjadi diaken, contoh Febe dan Priska (Rm. 16:1-5).
Seorang diaken harus memenuhi persyaratan yang terdapat dalam Kis. 6:3 dan
1Tim. 3:8-10.
33
Adapun dosa dalam jemaat yang perlu ditertibkan antara lain:
1. Dosa moral (1Kor. 5:1-5).
2. Pengajaran sesat (Tit. 1:13-14; 3:10-11).
3. Pemecah belah jemaat (Rm. 16:17-18; 3Yoh. 1: 9-10).
Namun perlu diingat bahwa tujuan dari penertiban bukanlah semata-mata
sebagai suatu hukuman atau pembalasan, namun untuk mendidik, mengoreksi dan
pada akhirnya menolong orang tersebut keluar dari ikatan dosanya. Pada saat yang
sama juga untuk melindungi seluruh tubuh (jemaat) dari penularan/ pencemaran.
Bila kita didisiplin / ditertibkan hal ini menunjukkan bahwa kita adalah anak Allah
yang dikasihi-Nya (Ibr. 12:5-8). Memang pada waktu kita ditertibkan kita merasa
berduka, namun yang dihasilkan adalah kebenaran, damai dan kekudusan (Ibr.
12:10-11).
1. Episkopal
Kata “Episkopal” berarti dipimpin oleh uskup (episkopos = penilik). Pola
ini diikuti oleh gereja Anglikan. Rohaniwan terdiri dari uskup (yang berhak
menahbiskan dan menempatkan pendeta-pendeta di wilayahnya), pendeta (yang
boleh melakukan pelayanan rohani kepada jemaat), diaken (calon pendeta).
2. Presbiterial
Dipimpin para penatua. Ini merupakan ciri gereja Calvinis. Di Indonesia
misalnya: GKI, GPIB, dll. Walaupun para penatua dianggap sederajat, biasanya
dibedakan antar “penatua yang mengajar”, yang berfungsi memberi makanan
rohani dan melakukan sakramen, dan “penatua yang memimpin” yang mengatur
masalah organisasi, administrasi, keuangan, dll.
3. Kongregasional / Independen
Cirinya: Otonomi (artinya setiap jemaat setempat independen dan
mempunyai pemerintahan sendiri) dan demokrasi (artinya setiap anggota jemaat
mempunyai hak/ suara yang sama dengan yang lain dalam urusan gereja). Konsep
ini menunjuk pada doktrin keimaman setiap orang percaya. Pelayanannya biasanya
terdiri dari pendeta dan diaken. Dalam praktiknya pola ini mengakui manfaat
persekutuan dan kerjasama antar gereja, asalkan tidak membatasi kebebasan dan
tanggung jawab jemaat setempat untuk mencari dan melakukan kehendak Tuhan
dalam urusan jemaat itu. Pola ini diikuti oleh gereja Baptis, sebagian besar gereja
Pentakosta, dan beberapa gereja independen lain.
34
4. Monarkial
Kuasa atau wibawa tertinggi dalam gereja ini hanya ada pada satu orang
saja. Sistem ini dapat terlihat dalam bidat-bidat yang biasanya dikuasai oleh satu
orang pemimpin saja.
5. Minimal/ Bebas
Kelompok ini menekankan pekerjaan Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya
dalam setiap anggota jemaat dalam membimbing dan menolongnya tanpa melalui
organisasi atau kepemimpinan yang resmi. Gereja yang memakai sistem ini adalah
Quakers (Friends) dan Plymouth Brethren.
Dalam uraian di atas, kita melihat tidak ada pola tunggal yang dapat
dikatakan didukung Alkitab secara gamblang. Pada umumnya banyak gereja yang
menggabungkan pola-pola di atas. Namun kita harus sedapat mungkin berusaha
mengikuti pola-pola yang paling cocok dengan Alkitab.
35
BAB 6
SAKRAMEN GEREJA
A. BAPTISAN
1. Makna Baptisan
Baptisan melambangkan penyatuan orang percaya dengan Kristus dalam
kematian, penguburan dan kebangkitan-Nya (Rm. 6:3-4; Kol. 2:12; 1Ptr. 3:21).
Dalam baptisan orang percaya itu mengakui bahwa ia berada di dalam Kristus ketika
Kristus dihukum mati karena dosa umat manusia, bahwa ia dikuburkan bersama-
sama Kristus dan bahwa ia ikut bangkit menuju hidup baru di dalam Kristus.
Baptisan melambangkan bahwa orang percaya disamakan dengan Kristus, karena
orang percaya dibaptiskan dalam (atau ke dalam) nama Tuhan Yesus (Kis. 2:38;
8:16). Hal ini dilakukan pada saat seseorang bertobat berseru kepada nama Tuhan
(Kis. 22:16). Baptisan merupakan pengakuan yang terang-terangan di depan umum
bahwa Kristus adalah Tuhan (Rm. 10:9-10). Akan tetapi sebelum mendapatkan
baptisan seseorang harus bertobat (Kis. 2:38), dan memiliki iman (Kis. 2:41; 8:12,
37; 18:8; Gal. 3:26-27; Rm. 6:3-4, 1Ptr. 3:21), karena baptisan air tidak
mengakibatkan penyatuan orang percaya itu dengan Kristus, tetapi mensyaratkan
atau melambangkan.
36
2. Pentingnya Baptisan
a. Kristus dibaptis (Mat. 3:16)
b. Tuhan menyetujui murid-murid-Nya untuk membaptiskan (Yoh. 4:1-2)
c. Kristus memerintahkan supaya orang percaya dibaptiskan (Mat. 28:19)
d. Gereja mula-mula sangat mementingkan baptisan (Kis. 2:38, 41)
e. PB menggunakan baptisan untuk melambangkan kebenaran teologis.
3. Cara Pembaptisan
Dewasa ini terdapat tiga cara untuk membaptis orang: dipercik, dituangkan,
dan diselamkan. Di dalam ketiga bentuk baptisan ini masih terdapat berbagai
variasi, misalnya cara percik/tuang/selam sebanyak satu atau tiga kali, dan cara
baptis selam ke belakang atau tegak ke bawah.
a. Dipercik
Kelompok yang menyetujui dilakukannya baptisan percik mengemukakan
argumen-argumen berikut:
1) Upacara pengudusan dalam PL biasanya dilakukan dengan cara pemercikan
(Kel. 24:6, 7; Im. 14:7; Bil. 19:4, 8).
2) Pemercikan melambangkan penyucian (Yeh. 36:25).
3) Cara selam tidak mungkin dapat dilakukan dalam keadaan tertentu (Kis.
2:41), terlalu banyak orang (Kis. 8:38), terlalu sedikit air di padang gurun
(Kis. 16:33), terlalu sedikit air di rumah.
4) Mayoritas gereja di dunia mempraktikkan baptisan percik.
b. Dituangkan/ dicurahkan
Kelompok yang menyetujui dilakukannya baptisan tuang mengemukakan
argumen-argumen berikut:
1) Penuangan menggambarkan dengan baik sekali tentang pelayanan Roh
Kudus yang masuk ke dalam hidup orang percaya (Yl. 2:28; Kis. 27:17-18).
2) Ungkapan “ke dalam air”. Jadi orang yang dibaptis bisa saja masuk ke air,
tapi tidak di bawah permukaan air seluruhnya.
3) Lukisan di Katakombe menunjukkan baptisan dengan cara penuangan air ke
atas kepala orang dari sebuah bejana dipegang.
c. Selam
Kelompok yang berpegang pada baptisan selam mengemukakan argumen-
argumen berikut:
1) Penyelaman memang merupakan arti utama dari baptizo.
37
2) Penyelaman menggambarkan dengan tepat sekali arti baptisan dalam Roma
6:1-4, yaitu mati terhadap hidup lama, dan bangkit dalam kehidupan baru.
3) Penyelaman mungkin dilakukan dalam segala keadaan. Banyak kolam di
Yerusalem sehingga mungkin saja 3000 orang dibaptis pada hari Pentakosta.
Jalan ke Gaza itu sepi dan gersang, namun bukan berarti tidak ada air. Rumah
sering memiliki kolam di luar rumah, dimana misalnya keluarga kepala
penjara Filipi sangat mungkin telah dibaptis selam.
4) Baptisan proselit dilakukan dengan cara menyelamkan diri sendiri ke dalam
air. Cara baptisan seperti ini yang mungkin dilakukan oleh gereja Kristen.
5) Penuangan air, bukan pemercikan, merupakan pengecualian terhadap
penyelaman dan diizinkan dalam kasus penderita sakit. Hal ini disebut
“baptisan klinis”.
6) Bahkan banyak teolog yang sekalipun tidak menganut baptisan dengan cara
selam, menyatakan bahwa penyelaman merupakan praktik universal dalam
gereja pada zaman rasul.
Istilah ‘dibaptis’ berarti ‘dicelupkan’ yang merupakan arti utama dari kata
Yunani ‘baptizo’. Sehingga baptisan dengan cara diselamkan paling cocok dengan
makna istilah itu. Arti baptisan sebagai lambang penyatuan dengan kematian,
penguburan dan kebangkitan Kristus paling baik digambarkan dengan cara selam.
Dengan diselamkan orang yang dibaptis akan merasakan ditenggelamkan yang
berarti mati bersama Kristus, kemudian diangkat dari air yang berarti mengalami
kehidupan baru dalam Kristus.
4. Baptisan Bayi
Dewasa ini ada yang menentang dan yang menyetujui baptisan bayi dan
anak-anak. Pendapat dari kelompok yang menyetujui baptisan bayi dan anak-anak
meliputi:
a. Sunat (Kol. 2:11-12): Dalam PL setiap bayi Israel disunat, maka dalam PB bayi
orang percaya harus dibaptis. Upacara ini menunjukkan keanggotaan dalam
perjanjian keselamatan dari Allah, jadi tidak perlu iman pribadi.
b. Pendapat histori: Gereja mula-mula mempraktikkannya. Namun fakta bahwa
gereja mula-mula melakukan sesuatu tidak dengan sendirinya membenarkan
hal itu.
c. Pendapat seisi rumah dibaptis (Kis 11:14; 16:15, 31), tentu termasuk anak-anak.
Kata ‘seisi rumah’ belum tentu berarti bahwa bayi dibaptiskan, karena mereka
yang dibaptis adalah mereka yang telah mendengar pemberitaan Firman Allah
(Kis. 10:44) dan percaya (Kis. 16:31,34).
d. Baptisan bayi penting untuk menyucikan dosa asal. Ini terutama dipegang oleh
Gereja Katolik Roma.
38
Sedangkan pendapat dari kelompok yang menentang baptisan bayi dan
anak-anak adalah:
a. Baptisan bayi dan anak-anak tidak ada dasarnya secara Alkitabiah. Alkitab
hanya mencatat bahwa Yesus memberkati anak-anak tapi tidak membaptisnya
(Mrk. 10:13-16).
b. Alkitab mengajarkan orang harus bertobat dan percaya Yesus dulu, baru
dibaptiskan (Mat. 3:2-6; 28:19).
c. Simbolisme dalam Roma 6:3-6 tidak bisa dilakukan dengan bayi dan anak-anak.
d. Baptisan merupakan upacara yang harus dijalani orang yang hendak masuk ke
dalam suatu kelompok orang percaya, gereja.
e. Usia anak tidak pernah disebutkan di bagian manapun yang menyebutkan
tentang baptisan seisi rumah. Tapi dikatakan bahwa semua yang dibaptis di
dalam rumah itu menjadi percaya.
f. Penyerahan anak kepada Tuhan oleh orang tua mereka merupakan cara yang
lebih dapat dipertanggungjawabkan daripada baptisan bayi.
5. Baptisan Ulang
Hanya ada satu contoh dalam Kisah 19:1-5, orang yang sudah dibaptis oleh
Yohanes Pembaptis, dibaptis oleh Paulus. Ini menunjukkan perlunya konseling bagi
mereka yang telah dibaptis. Hal ini merupakan pendapat yang menentang baptisan
bayi, karena mengapa membaptis bayi jika kemudian, setelah ia secara pribadi
menerima Kristus, ia harus dibaptis kembali?
B. PERJAMUAN KUDUS
1. Penetapannya
Sakramen Kristen kedua ini diberi berbagai nama, antara lain: perjamuan
Tuhan (1Kor. 11:20), pemecahan roti (Kis. 2:42) yang merupakan suatu istilah
untuk suatu jamuan makan bersama, Perjamuan Kudus yang juga disebut ‘komuni’,
artinya persekutuan (1Kor. 10:16), dan juga sering disebut ‘ekaristi’ yang
merupakan istilah Yunani untuk pengucapan syukur sebelum memakan roti dan
minum anggur.
Baptisan hanya dilakukan satu kali saja, sedangkan Perjamuan Kudus
dilakukan terus menerus. Perjamuan Kudus ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri
(Mat 26:26-28), kemudian dipraktikkan oleh rasul-rasul dalam jemaat mula-mula
(Kis. 2:42, 20: 7). Mengenai frekuensi (berapa sering) perjamuan kudus ini harus
diadakan, Alkitab tidak memberi peraturan yang tegas. Namun sebaliknya selang
waktu antara tiap perjamuan tidak terlalu dekat, agar jemaat bisa menghayati
maknanya.
39
2. Maknanya
a. Perjamuan Kudus merupakan peringatan akan Kristus.
Yesus mengatakan “… Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1Kor.
11:24). Maksud peringatan dalam ayat ini bukan sekadar peringatan akan kematian
seorang syahid, tetapi peringatan akan Kristus sebagai pribadi yang hidup.
Pentinglah bahwa orang-orang percaya abad pertama berkumpul pada hari
pertama setiap minggu, yaitu hari kebangkitan, untuk memecahkan roti bersama
(Kis. 20:7). Yesus harus diperingati sebagai pribadi yang hidup dan senantiasa hadir
di antara umat-Nya (Mat. 28:20).
b. Perjamuan Kudus adalah tanda Perjanjian Baru.
Tanda Perjanjian Baru tersebut adalah cawan. Cawan melambangkan
darah yang dicurahkan oleh Tuhan kita untuk mengesahkan Perjanjian Baru itu.
Yesus mengatakan, “Cawan ini adalah Perjanjian Baru oleh darah-Ku yang
ditumpahkan bagi kamu” (Luk. 22:20). Dengan makan dan minum unsur-unsur
Perjamuan Kudus kita diingatkan kembali akan pengampunan sempurna yang
disediakan bagi kita.
c. Perjamuan Kudus mengumumkan kematian Kristus.
Paulus menulis: “Sebab setiap kali kamu makan roti dan minum cawan ini,
kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor. 11:26). Pada saat
orang-orang percaya berkumpul sebagai peringatan akan Kristus, mereka secara
aktif mengumumkan kematian Kristus kepada dunia.
d. Perjamuan Kudus adalah nubuat mengenai kedatangan Kristus yang kedua kali.
Upacara ini harus dilaksanakan sampai Kristus datang kembali (1Kor.
11:26). Upacara ini bukan saja melihat ke belakang tetapi juga ke depan kepada
kedatangan-Nya kembali untuk menjemput umat-Nya (Mat. 26:29).
e. Perjamuan Kudus adalah persekutuan dengan Kristus dan dengan umat-Nya.
Ini merupakan saat-saat pribadi ketika orang-orang yang telah ditebus
berkumpul sekeliling Yesus Kristus untuk bersekutu. Meja perjamuan ini
mengingatkan orang-orang yang berbakti. Kita duduk pada perjamuan Tuhan
bukan pada perjamuan roh-roh jahat (1Kor. 10:21). Kristus adalah penjamu yang
tidak kelihatan dalam perjamuan itu. Kristus hadir dalam perjamuan itu.
41
Gereja reformasi menerima pandangan Calvin yang mengajarkan bahwa
walaupun roti dan anggur hanya merupakan lambang, namun secara rohaniah
Kritsus hadir dalam perjamuan kudus. Dalam Perjamuan Kudus, yang kita makan
adalah roti dan anggur biasa, namun melalui sakramen ini kita menghayati
kehadiran Kristus di tengah umat-Nya yang mengakibatkan terjadinya persekutuan
dengan Dia.
4. Persyaratannya
a. Lahir baru
Orang yang belum bertobat, belum lahir baru, tidak boleh mengambil
bagian dalam Perjamuan Kudus. Hanya orang yang bertobat dan percaya yang
boleh menerima Perjamuan Kudus (Kis. 2:37-41; Mat. 26:26-28; 1Kor. 11:29).
b. Pengudusan sebelum mengambil bagian
Kita harus menguji diri sebelum mengikuti Perjamuan Kudus (1Kor. 11:27-
32). Jika ada dosa, maka kita perlu segera mengakui dosa dan minta pengampunan
dari Tuhan, dan memperbaharui komitmen kita di dalam Tuhan.
c. Keanggotaan dalam jemaat
Perjamuan Tuhan merupakan upacara dilakukan oleh jemaat-jemaat
Kristus. Jadi keanggotaan dalam jemaat mendahului pengikutsertaan dalam
Perjamuan Kudus. Orang percaya yang belum bertobat sehingga masih terkena
tindakan disiplin tindakan disiplin tertentu dilarang mengikuti Perjamuan Kudus.
Orang percaya yang belum bertobat sehingga masih terkena tindakan disiplin
tertentu dilarang mengikuti perjamuan (1Kor. 5:11-13; 2Tes. 3:6, 22:15).
42
BAB 7
STUDI AKHIR ZAMAN
A. PENDAHULUAN
Berbicara tentang “Kedatangan Kristus Kedua Kali” sering dikaitkan dengan
“akhir zaman” dalam istilah teologi disebut “Eskatologi”. Seperti tentang segala
kebenaran, yang dinyatakan oleh Alkitab, demikian juga tentang eskatologi ada
beberapa macam pandangan. “Kita hidup dengan iman, bukannya dengan
penglihatan” hal ini terang sekali, kalau kita memikirkan eskatologi.
Eskatologi adalah bagian doktrin yang membicarakan pernyataan Alkitab
tentang hal-hal yang terjadi sesudah orang meninggal dan hal-hal yang akan terjadi
pada zaman yang terakhir. Siapakah yang dapat menceritakan hal-hal ini? Tak
pernah ada seorangpun yang kembali dari alam maut. Bukan manusia yang dapat
menceritakan hal-hal itu dengan benar, hanya Allahlah yang dapat memberikan
pernyataan tentang hal-hal ini. Alkitab memberikan penjelasan yang lengkap
tentang peristiwa itu. Karena itu hal yang terpenting dalam mempelajari akhir
zaman, hati dan pikiran kita harus diarahkan dan dipusatkan kepada Allah dan
firman-Nya yaitu Alkitab sebagai pedoman dan praktik kehidupan iman kita.
Pengajaran ini perlu diberikan karena dalam pelajaran ini ada implikasi
yang diharapkan dari kehidupan orang percaya pada saat ini. Oleh karena itu
mempelajari akhir zaman sangat penting. Melaluinya orang percaya dapat:
• Tetap bersukacita di tengah penderitaan (2Kor. 4:17).
• Menjaga kekudusan hidup selama di dunia ini (1Yoh. 3:3).
• Menyiapkan kita akan perkara yang akan datang.
• Selalu ingin mendekatkan diri kepada Tuhan.
• Memusatkan perhatian kita kepada hal-hal yang berkaitan dengan keabadian.
• Meyakinkan kebenaran Alkitab.
• Membuktikan kesetiaan Allah (Tit. 2:11-15)
Kehidupan orang kristen tidak diakhiri pada saat kematian. Kematian
hanyalah salah satu tahapan dalam kehidupan ini. Ada tahapan lain yang telah
disediakan oleh Tuhan. Seandainya maut merupakan akhir dari segala sesuatu,
maka sebaiknya “marilah kita makan minum, kawin mawin dan bersukaria, karena
besok kita akan mati” (1Kor. 15:32). Iman kristen tidak percaya bahwa kematian
merupakan kata akhir. Kristus telah menang atas maut dengan segala sengatnya
dan memberikan harapan jaminan kehidupan yang kekal. Kita sedang menantikan
kedatangan Kristus yang kedua kali.
43
B. TANDA KEDATANGAN KRISTUS KEDUA
Kita sedang hidup di akhir zaman dan Kristus akan segera datang kembali
ke dunia untuk kedua kalinya. Itu pasti (Yoh. 14:1-3). Tapi tentang saat kedatangan-
Nya tak seorang pun yang tahu, kecuali Bapa di Surga. Itu sebabnya kita tidak usah
meramalkan kapan Yesus datang karena itu adalah hal yang sia-sia.
Sepanjang sejarah memang banyak orang yang berusaha meramalkan
kedatangan Kristus, seperti yang dilakukan Johan Heinrich Alsted (teolog Jerman)
yang meramalkan Kristus datang kembali tahun 1694, namun meleset. William
Miller (Pendiri Sevent Day Adventist) meramal tanggal 10-10-1843 Yesus akan
datang, tapi salah. Charles Taze Russel (Pendiri Saksi Yehovah) meramal Yesus
datang tahun 1914, tapi keliru dan banyak pengikutnya meninggalkan dia. Pdt. Eko
Pujiono (Indonesia) meramalkan Yesus datang tahun 1988, tapi tidak terjadi.
Ramalan yang menyebutkan Yesus akan datang 28-10-1992 pun tidak terjadi. John
Lightfoot (teolog Inggris abad 17) meramalkan tahun 1996, dengan dasar
penciptaan Adam tanggal 23-20-4004 SM + 6000 tahun = 1996.
Alkitab berkata bahwa malaikat, bahkan Anak pun tidak tahu tentang hari
kedatangan-Nya, tapi banyak orang yang sok tahu. Ini sikap yang keliru. Walaupun
demikian kita harus mengetahui tanda-tanda zaman yang mendahului kedatangan
Kristus kedua agar kita siap setiap saat. Yesus marah kepada orang yang tidak bisa
membaca zaman (Mat. 16:1-3).
Ada beberapa tanda zaman yang harus diperhatikan yang merupakan
indikasi bahwa Yesus segera datang kembali, yakni:
44
cepat dari 80 km/jam. Hal ini disanggah Voltaire, tapi kini manusia memiliki alat
transportasi yang dapat bergerak jauh lebih cepat dari 80 km/jam.
Sepanjang peradaban manusia hingga abad ke-19, alat transportasi
menggunakan hewan, misalnya kuda dan kereta. Tapi tanggal 3-12-1903 Wright
bersaudara melakukan penerbangan perdana di Kitty Hawk, Carolina Utara, Usa.
Sejak itu tercatat kemajuan luar biasa dalam dunia penerbangan hingga ada yang
melebihi kecepatan suara (mis. Concord). Akibatnya banyak orang yang pergi kian
kemari karena alat transportasi makin cepat itu. Bahkan tahun 1969, Apollo 11
merupakan pesawat ruang angkasa pertama yang mendarat di bulan. Impian
manusia telah menjadi kenyataan!
3. Kemajuan Telekomunikasi
Dulu manusia mengimpikan dikirimnya musik dengan menggunakan
gelombang magnet listrik melalui luar angkasa dengan kecepatan cahaya. Itu
terlaksana dengan ditemukannya radio bagaikan kilat sambung menyambung
sambil meneruskan kata-kata (Ayub 38:35). Lebih dari itu Alkitab telah
menubuatkan penemuan alat yang bisa meneruskan suara dan gambar ke seluruh
dunia. Dalam Wahyu 11:9 dikatakan bahwa orang dari berbagai bangsa yang dapat
melihat mayat 2 saksi Allah di Yerusalem. Ini adalah hal yang mustahil bagi orang
yang hidup pada abad-abad lampau, tapi dengan ditemukan televisi, hal itu sangat
mungkin.
Pada abad ke-21 telekomunikasi berkembang begitu rupa, dengan alat
komunikasi seluler hampir setiap orang bisa mengirimkan siaran langsung
(streaming) kepada orang lain yang berada di tempat yang jauh.
47
8. Bom Atom
Sejak tahun 1905 para ahli mengerjakan rumus-rumus ilmu pasti tentang
kekuatan atom yang luar biasa (E=mc2). Ketika Amerika Serikat membom Hirosima
dan Nagasaki pada perang dunia ke-2, dunia menyadari betapa dahsyat kehancuran
yang diakibatkan olehnya. Petrus menubuatkan tentang hari kiamat dengan
mangatakan bahwa unsur-unsur dunia akan lenyap dalam nyala api (2Ptr. 3:10).
Tenaga atom ditemukan pada abad ke-20. Dalam perkembangannya ditemukan lagi
bom yang lebih berbahaya. Mungkin pula nubuatan dalam Zakaria 14:12 menunjuk
kepada radiasi akibat ledakan bom penghancur ini merupakan salah satu tanda dari
waktu yang sudah singkat.
9. Gempa Bumi (Mat. 24:7, Luk. 21:11)
Menjelang kedatangan Kristus, frekuensi gempa bumi semakin meningkat.
Sebelum abad ke-19 hanya terjadi maksimal 3 gempa besar yang dialami setiap
abad. Tetapi pada abad ke-20 telah tercatat lebih dari 30 kali gempa besar. Gempa
18 April 1906 menghancurkan kota San Fransisco. Tahun 1908, 75.000 orang mati
akibat gempa di Messina, Italia. Tanggal 13 Januari 1920 lebih dari 180.000 orang
tewas di Kansu, Tiongkok. Tahun 1923 sekitar 143.000 orang tewas di Tokyo,
bahkan kota itu mengalami kerusakan yang maha hebat. Juli 1976 di RRC gempa
dengan 8,2 skala Richter menewaskan 800.000 orang. Tanggal 26 Desember 2004
gempa disertai tsunami melanda Aceh, Indonesia, yang menyebabkan 120.000
orang tewas.
Zakharia 14:4 menubuatkan akan terjadi gempa besar yang akan membelah
bukit Zaitun bila Kristus datang kedua kalinya di bumi.
10. Kelaparan
Kekurangan pangan adalah masalah utama di banyak negara, misalnya di
Bangladesh, Pakistan, Nigeria, Ethiopia, India, Rusia, dll. Dunia akan semakin kacau
karena laju pertambahan penduduk tidak mungkin diimbangi dengan persediaan
bahan pangan. Sumber-sumber alam makin menipis dan habis sedangkan manusia
bertambah banyak. Kesulitan ini semakin hari semakin memuncak menjelang
datangnya Kristus kedua kali.
49
15. Kegerakan yang Besar
Alkitab juga menubuatkan akan terjadi kegerakan rohani yang besar
sebelum Kristus datang kembali. Gereja-Nya akan dipulihkan dan Roh Kudus akan
berkarya secara luar biasa (Yl. 2:28-29; Kis. 2:17-19). Orang-orang rindu akan
Firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus, sehingga Injil akan diberitakan ke seluruh
dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa (Mat 24:14). Kita sedang hidup dalam
waktu yang paling tepat untuk menantikan penyelesaian rencana Tuhan di bumi ini.
50
BAB 8
WAKTU KEDATANGAN KRISTUS KEDUA
1. Postmilenium
Pandangan ini melihat milenium sebagai pemerintahan di dunia selama
seribu tahun dan kedatangan Yesus sesudah (post) kerajaan seribu tahun itu.
Kerajaan seribu tahun sudah ada di dunia saat ini melalui pekerjaan pemberitaan
Injil dan karya penyelamatan Roh Kudus, dimana dunia pada akhirnya dapat
dikristenkan dan akan mengalami masa keemasan, kebenaran, keadilan dan damai
yang menyeluruh. Kemudian Kristus datang dengan segala kemuliaan untuk
memberlakukan tatanan kekal. Kedatangan Kristus akan diikuti oleh kabangkitan
semua orang mati, penghakiman dan kenyataan surga dan neraka secara
penuh/sempurna. Biasanya “rapture” (pengangkatan Gereja) dan kedatangan
Yesus yang kedua kali dinyatakan sama. Kerajaan seribu tahun akan berupa waktu
atau masa yang sedemikian panjang, tidak harus secara tepat seribu tahun. Bisa jadi
lebih dari seribu tahun. Kemungkinan juga bersifat simbolis atau kiasan saja.
Ciri-ciri Postmilenialisme antara lain:
• Mengakui kuasa Allah dalam menggenapi amanat agung untuk menyelamatkan
dunia.
• Gereja adalah alat Allah untuk membawa dan menghadirkan Kerajaan Seribu
Tahun di bumi.
• Kedatangan Yesus terjadi setelah (pada akhir) masa seribu tahun.
• Kerajaan seribu tahun permulaannya berangsur-angsur atau mungkin tiba-tiba.
Lamanya tidak harus tepat Seribu Tahun (bisa lebih). Saat itu merupakan saat
damai dan makmur (jasmani dan rohani), semua prinsip hidup berdasarkan
51
Kekristenan. Tetapi ada masa kemurtadan dalam waktu singkat yang diizinkan
Allah sebelum kedatangan Yesus kedua.
• Setan diikat selama masa Kerajaan Seribu Tahun.
2. Amilenium
Pandangan ini menegaskan bahwa milenium hanya bersifat simbolis dan
tidak ada kerajaan seribu tahun dalam arti harfiah. Ciri umum pandangan ini adalah
penolakan terhadap pemerintahan Kristus di dunia ini secara literal.
Menurut paham ini, seribu tahun adalah merupakan suatu ungkapan
figuratif yang melukiskan kehadiran periode ini yang sudah dan sedang berjalan
dari masa kebangkitan Kristus sampai hari kedatangan-Nya yang kedua kali. Pada
masa sekarang Kristus sedang memerintah di atas takhta-Nya secara rohani
bersama-sama roh-roh orang percaya. Kelompok ini juga tidak mempercayai
pengangkatan gereja.
Ciri-ciri Amilenialisme antara lain:
• Kerajaan Seribu Tahun itu tidak ada di bumi, yang ada dalam nas-nas milenium
ialah tentang Gereja. Ada juga yang berpendapat bahwa penggenapannya pada
orang-orang suci di Surga.
• Perjanjian-perjanjian Tuhan tentang Kerajaan Seribu Tahun telah digenapi pada
Gereja, sedangkan yang belum digenapi tidak dapat digenapi karena
persyaratannya tidak terpenuhi oleh umat Tuhan.
• Gereja adalah penggenapan janji-janji Allah, harus bersifat surgawi dan rohani.
3. Premilenium
Golongan ini percaya bahwa kembalinya Kristus akan terjadi sebelum
pemerintahan seribu tahun (secara literal seperti dalam Wahyu 20) di dunia ini.
Kerajaan yang penuh kemuliaan, damai dan kebenaran, dimana Kristus akan
memerintah bersama orang-orang percaya. Setelah kerajaan seribu tahun berakhir
barulah tiba masa kekekalan. Pandangan Premilenium ada tiga kelompok mengenai
saat pengangkatan Gereja.
a. Post-tribulasi
Kelompok ini percaya bahwa kedatangan Yesus yang kedua kali dan
pengangkatan geraja merupakan peristiwa yang simultan. Karena itu gereja akan
mengalami kesengsaraan/kesusahan besar (tribulasi).
b. Mid-tribulasi
Kelompok ini meyakini bahwa pengangkatan Gereja akan terjadi di tengah-
tengah kesengsaraan besar.
52
c. Pre-tribulasi
Pengangkatan Gereja terjadi sebelum masa kesengsaraan besar. Dalam hal
ini kelompok pre-tribulasi membagi peristiwa kedatangan Yesus dalam dua fase.
Fase pertama Kristus datang untuk orang suci-Nya (pengangkatan Gereja: 1Tes.
4:13-18). Sesudah itu dalam fase kedua Ia akan datang dengan orang suci-Nya untuk
memerintah dalam kerjaaan 1000 tahun.
Ciri-ciri premilenialisme antara lain:
• Kerajaan Seribu Tahun terjadi setelah kedatangan Yesus kedua kali. Kerajaan
Teokrasi ini diperintah langsung oleh Yesus sebagai Raja.
• Penggenapan janji Allah kepada Abraham (tentang Tanah Perjanjian) digenapi
pada masa ini, juga perjanjian Tuhan kepada Daud.
• Gereja bukan Israel rohani, jadi perlu kerajaan 1000 tahun untuk menggenapi
janji Tuhan kepada bangsa Israel.
53
KEDATANGAN KRISTUS KE-1 KEDATANGAN KRISTUS KE-2
3 DIBERI MAHKOTA DURI (Mat. 3 DENGAN BANYAK MAHKOTA
27:29). Duri merupakan kutuk DIKEPALANYA (Why. 19:12).
dosa (Kej. 3:18). Yesus tanggung Mahkota adalah tanda
kutuk dosa manusia yang percaya kemenangan-Nya atas dosa.
kepada-Nya. Untuk melawan orang yang
tetap hidup dalam dosa.
4 DENGAN TUBUH YANG 4 DENGAN PAKAIAN YANG
BERLUMURAN DARAH (Yoh. BERLUMURAN DARAH (Why.
19:34). Yesus menebus manusia 19:13). Darah di sini adalah
dengan darah-Nya. darah Antikristus dan
pengikutnya yang melawan
Kristus.
Kedatangan-Nya yang kedua kali di atas bumi ini diikuti oleh tentara Surga
yang juga menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yakni kebenaran dan
kesucian (Why. 19:8). Mereka berperang melawan Antikristus dan pengikutnya
(Yud 1:14-15). Kini kita akan membandingkan perbedaan kedudukan Tuhan Yesus
pada masa kedatangan-Nya kesatu dan kedua.
KEDATANGAN KRISTUS KE-1 KEDATANGAN KRISTUS KE-2
1 Sebagai HAMBA: Dia ditolak 1 Sebagai HAKIM: Dia diberi
sebagai nabi = hamba Allah yang wewenang untuk menghukum
memberitakan kebenaran (Yoh. sebab Dialah yang mau
8:40, 45; 7:52). Yesus adalah menerima-Nya dan menolak-
hamba yang taat sampai mati di Nya (Why. 19:11). Hamba itu
kayu salib. akan menjadi hakim yang adil.
2 Sebagai ANAK MANUSIA: Dia 2 Sebagai ANAK MANUSIA: Dia
dianiaya bahkan mati karena menunjukkan diri sebagai
pengakuanNya sebagai Allah yang pemenang atas maut dan
menjadi manusia (Luk. 9:22) karena itu Dia datang dengan
memakai banyak mahkota
(Why. 19:12)
3 Sebagai ANAK ALLAH (=ALLAH): 3 Sebagai FIRMAN ALLAH
Dia disalibkan sehingga (=ALLAH). Dia datang untuk
mengeluarkan darah karena membinasakan mereka yang
pernyataan-Nya sebagai Allah melawan firman hingga darah
(Mat. 26:63-66) mengalir (Why. 19:13)
54
KEDATANGAN KRISTUS KE-1 KEDATANGAN KRISTUS KE-2
4 Sebagai RAJA: Ia dipermainkan 4 Sebagai RAJA: Ia akan datang
oleh para tentara Roma dan para dengan kemurkaan yang besar
penghulu Yahudi (Matius 27:27- atas mereka yang
31) mempermainkan-Nya (Why.
19:15-16)
55
Tuhan Yesus bersama umat-Nya
yang kudus turun ke bumi,
Tuhan Yesus
mengalahkan Aktikristus dalam
datang di Perang Harmagedon, lalu
awan-awan - Takhta Pengadilan Kristus menegakkan Kerajaan 1000 tahun
- Perjamuan Kawin Anak
56
BAB 9
PERISTIWA AKHIR ZAMAN
B. PENGANGKATAN
1. Peristiwa Pengangkatan
Pengangkatan (1 Kor. 15:51-53; 1Tes. 4:15-19) adalah hal yang akan
dialami oleh orang yang percaya pada waktu Kristus datang yang kedua. Peristiwa
yang terjadi pada saat pengangkatan adalah sebagai berikut:
• Penghulu malaikat berseru.
• Sangkakala Allah berbunyi.
• Yesus turun dari surga.
58
• Orang yang mati dalam Kristus bangkit. Ini disebut kebangkitan pertama (Luk.
14:13-14; Why. 20:6).
• Orang yang percaya yang masih hidup, tidak akan mati melainkan diubahkan
dalam sekejap mata mengenakan tubuh kemuliaan. Mereka yang telah
dibangkitkan dan diubahkan diangkat dalam awan menyongsong Tuhan di
angkasa.
Jemaat akan diangkat ‘ke atas’, ke ‘awan-awan’, maksudnya naik ke tempat
Kristus berada (Kol. 3:1), masuk ke dalam hadirat Allah atau awan kemuliaan Allah.
Dalam Alkitab ada banyak ayat yang menyebutkan tentang adanya pengangkatan
orang-orang percaya, misalnya:
• 1Tes. 4:15-17 . . . kita hidup . . . akan diangkat
• 1Kor. 15:51-53 . . . kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan
diubah . . .
• Yoh. 14:1-3 . . . Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatku.
Jemaat-Nya, yaitu orang percaya yang sudah meninggal, dan orang percaya
yang masih hidup sampai pada saat itu akan diangkat. Tuhan Yesus sebagai
mempelai pria surgawi akan datang untuk menjemput jemaat/ gereja/ orang
percaya sebagai mempelai wanita-Nya. Ini terjadi sebelum murka Allah
dicurahkan, sebelum masa Antikristus. Ini dapat dilihat dari bagian Alkitab sebagai
berikut:
• 1Tes. 1:10 . . . Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
• Rm. 5:9 . . . Kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
• Kehidupan Henokh, Nuh dan Lot sebagai contoh.
• Jemaat-Nya tidak disebutkan dalam Wahyu 6-19 (Masa sengsara besar).
Pengangkatan ini berbeda dengan kedatangan Kristus yang kedua kali. Pada
waktu pengangkatan, kita bertemu Yesus di angkasa (1Tes. 4:17). Tetapi pada
waktu Yesus datang kembali, Ia akan datang dengan jemaat-Nya (yang telah
diangkat) dan menjejakkan kaki-Nya di bukit Zaitun (Za. 14:4, 8-9; Yud. 1:14-15;
Why. 19:11-16).
Peristiwa yang terjadi pada saat pengangkatan adalah:
1. Orang mati dalam Kristus dibangkitkan. Ini yang disebut kebangkitan orang
kudus/ benar, yakni kebangkitan pertama (Luk. 14:13-14; Flp. 3:10-11; Why.
20:6).
2. Orang percaya yang masih hidup tidak akan mati melainkan diubah dalam
sekejap mata menjadi tubuh kemuliaan. Sifat tubuh kemuliaan ini sempurna,
antara lain:
59
a. Tidak terikat pada hukum alam, tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu,
dapat pindah cepat, tembus tembok, dsb.
b. Dapat langsung masuk dalam alam roh yang tak kelihatan sehingga tiba-tiba
lenyap, tak dapat dilihat orang lain yang masih hidup dalam tubuh jasmani.
c. Pada waktu tubuh jasmani berubah menjadi tubuh kemuliaan, segala
perlengkapan tubuh lama ditinggalkan misalnya: baju, sepatu, gigi palsu, dll.
Bandingkan dengan kebangkitan Yesus (Yoh. 20:6-7).
3. Mereka yang telah dibangkitkan dan diubahkan diangkat dalam awan
menyongsong Tuhan di angkasa. Alkitab telah memberikan contoh orang yang
telah mengalami pengangkatan, yakni Henokh (Kej. 5:24, Ibr. 11:5), Elia (2Raj.
2:11), juga Yesus Kristus (Kis. 1:9). Ini juga akan dialami oleh 2 saksi Allah
dalam Wahyu 11:11-12.
Ciri-ciri khas pada masa pengangkatan, antara lain: kuburan orang percaya
di seluruh dunia akan terbelah, terdapat laporan dari seluruh dunia bahwa semua
barang fana yang dipakainya tertinggal (misalnya: baju, perhiasan, kacamata, gigi
palsu, dll.), orang percaya yang mengendarai mobil, pesawat udara, dsb., tiba-tiba
terangkat lenyap. Karena itu mari kita sungguh-sungguh menjadikan Kristus
sebagai Tuhan, agar kita mengalami pengangkatan dan terluput dari masa aniaya
besar. Sebab Antikristus baru saja menyatakan diri bila gereja telah diangkat (2Tes.
2:6-7). Selanjutnya orang yang telah diangkat akan menghadap takhta pengadilan
Kristus dan masuk dalam pesta kawin Anak Domba.
2. Tujuan Pengangkatan
Adapun tujuan pengangkatan adalah:
a. Allah menerima orang pilihan seperti yang Dia janjikan (Yoh. 14:1-3).
b. Umat pilihan dibawa kepadaNya tak bercacat, sempurna roh, jiwa dan tubuhnya
(1Tes. 5:23; Yud 1:24).
c. Mengadili orang percaya dan memberinya upah/ pahala (2Kor. 5:10).
d. Masuk dalam pesta kawin Anak Domba yang penuh bahagia (Why. 19:6-9).
e. Meluputkan orang percaya dari masa aniaya besar/ Antikristus (2Tes. 2:6, 7).
Bila gereja/ jemaat telah diangkat, Antikristus baru bisa menyatakan dirinya.
3. Persiapan Pengangkatan
Persiapan yang baru diperlukan agar kita diangkat adalah:
a. Lahir baru, yakni menerima Kristus sebagai Juruselamat sehingga menjadi anak-
anak Allah (Yoh. 1:12; 3:3, 5; 2Kor. 5:17).
b. Penuh dengan Roh Kudus dan menaati pimpinan Roh (Gal. 5:16-25; Ef. 5:18).
60
c. Hidup kudus, hidup dalam terang, tak bercacat cela dihadapan Allah (Ef. 5:27;
1Tes. 5:23; 1Yoh. 3:2-3).
d. Berjaga-jaga dan berdoa senantiasa dalam menantikan kedatangan-Nya (Mat.
24:44; 25:1-13; Luk. 21:36).
4. Waktu Pengangkatan
Pengangkatan adalah suatu keadaan dibawa pergi. Kata pengangkatan
(Inggris: rapture) dalam 1 Tesalonika 4:17 berasal dari kata latin rapturo. Kata
Yunaninya harpazo yang berarti “mengambil”. Istilah ini yang dipakai untuk
menggambarkan bagaimana Roh Tuhan melarikan Filipus di dekat Gaza dan
membawanya ke Kaisarea (Kis. 8:39) dan untuk menggambarkan pengalaman
Paulus yang diangkat ke surga (2Kor. 12:2-4). Dengan demikian kata itu digunakan
dalam 1 Tesalonika 4:17 untuk menunjukkan pengangkatan orang yang nyata dari
bumi ke surga.
Mengenai waktunya ada empat pandangan yaitu: pengangkatan parsial,
pretribulasi, midtribulasi dan postribulasi. Pengangkatan parsial memerhatikan
jangkauan pengangkatan (sebagian atau seluruh orang percaya), sedangkan ketiga
pandangan lainnya memusatkan perhatiannya pada waktu pengangkatan.
a. Pengangkatan Parsial
Pengangkatan ini mengajarkan bahwa orang percaya yang sedang
“menunggu kembalinya Tuhan yang akan didapati layak terlepas dari masa
kesusahan besar (tribulasi) dengan diambil pada masa pengangkatan tersebut.
Menurut mereka ada beberapa kali waktu pengangkatan.
1) Sebelum masa kesusahan. Ini akan dialami orang Kristen yang dewasa
rohaninya, yaitu mereka yang hidup dalam kepenuhan roh Kudus.
2) Selama masa kesusahan. Orang percaya yang tidak siap untuk pengangkatan
pertama akan diangkat pada periode berikutnya. Hal ini terlihat dalam Wahyu
7:9, 14; 12:5 (anak manusia disini termasuk orang-orang percaya yang berjaga-
jaga dari perang Harmagedon); dan suatu pengangkatan yang terakhir pada
akhirnya.
3) Sesudah masa kesusahan. Pada akhir masa seribu tahun akan ada kebangkitan
orang-orang percaya yang tidak mengalami kebangkitan yang pertama, bersama
dengan kebangkitan orang-orang yang tidak percaya. Orang-orang percaya akan
memasuki kerajaan yang kekal, meskipun mungkin mereka tidak mengalami
kerajaan seribu tahun. Pendukung pandangan ini berpegang bahwa
keselamatan berdasarkan anugerah dan bersifat kekal bagi orang percaya,
namun yang tidak taat tidak akan mewarisi kerajaan seribu tahun. Mereka juga
menekankan kesucian dan kesalehan hidup, dan berpandangan bahwa yang
diangkat adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus.
61
Dukungan Alkitabiah yang diyakini oleh pandangan ini antara lain:
• Orang percaya harus bertahan dalam penderitaan, baik masa kini maupun pada
masa tribulasi (Luk. 22:18-30; 2Tes. 1:4-5). Ada yang menganggap api dalam
1 Korintus 3:12-15 sebagai Masa Kesusahan.
• Kebangkitan pertama adalah hadiah bagi orang yang menang saja, jadi tidak
semua orang percaya bisa memperolehnya (Mat. 19:28-29; Why. 21:11; 3:5).
• Orang percaya bisa kehilangan hak dan kesempatannya untuk diangkat sebelum
Masa Kerusuhan (1Kor. 6:9-10; Gal. 5:19-21; Ibr. 12:14).
• Baptisan Roh Kudus dipandang sebagai pemberi kuasa untuk bersaksi, maka
tidak semua orangpercaya dalam tubuh Kristus, jadi tak harus diangkat.
• Pengangkatan adalah pahala yang tidak akan diperoleh semua orang percaya
(Mat. 24:40-41; 25:1-13; 1Kor. 9:27; Ibr. 9:24-28).
Beberapa masalah dalam pandangan ini:
• Alkitab menyatakan semua orang percaya akan diubahkan, bukan beberapa
(1Kor. 15:51-52).
• Baptisan Roh Kudus menempatkan semua orang percaya dalam tubuh Kristus
(1Kor. 12:13), jadi semuanya akan diangkat.
• Masa kesusahan bukanlah masa penghukuman bagi gereja tapi bagi “Yakub”
yakni bangsa Israel (Yer. 30:7).
• Pengangkatan bukan pahala kehidupan saleh, tapi kehidupan saleh akan diberi
pahala mahkota, bukan pengangkatan (2Tim. 4:8).
b. Pengangkatan sebelum masa kesusahan (Pretribulasi).
Pandangan pretibulasi mengajarkan bahwa pengangkatan gereja akan
terjadi sebelum tujuh tahun masa Kesusahan, yaitu sebelum permulaan minggu
ketujuh puluh dari Daniel 9:24-27.
Alasannya:
• Wahyu 3:10 – Orang Percaya dilindungi dari hari kesusahan.
• 1Tes. 5:1-11. Masa damai (ay. 2-3) terjadi pada awal Masa Kesusahan.
• Tidak adanya gereja dalam Wahyu 4-19 dimana Masa Kesusahan dijelaskan
secara amat rinci.
c. Pengangkatan di tengah masa kesusahan (Midtribulasi).
Pandangan midtribulasi bahwa pengangkatan gereja akan terjadi pada saat
pertengahan tujuh tahun Masa Kesusahan, yaitu setelah tiga setegah tahun berlalu.
Alasannya:
62
• Adanya penekanan nubuat mengenai 3½ tahun sebagai masa penghakiman yang
hebat (Dan. 7:25; 9:27; 12:7, 11; Why. 11:2; 12:6, 14).
• Masa pengangkatan dalam pelajaran tentang pohon ara (Mat. 24) harus diawali
dengan tanda-tanda seperti penyebaran Injil (Mat. 24:14), munculnya
Pembinasa keji (ay 15), dan penyiksaan umum (ay. 10-27) yang terjadi selama
3,5 tahun pertama dari tribusi.
• Sangkakala ketujuh (Why. 10:7) yang dikutip pada pertengahan Masa
Kesusahan, sama dengan sangkakala terakhir dalam 1Kor. 15:52 yang dikutip
pada saat pengangkatan.
d. Pengangkatan di akhir masa kesusahan (Postribulasi).
Pandangan postribulasi mengajarkan bahwa pengangkatan gereja dan
kedatangan Kristus kedua merupakan suatu kejadian yang bersamaan, yang akan
terjadi pada akhir Masa Kesusahan ketika Kristus kembali. Gereja akan ada di atas
bumi selama Masa Kesusahan.
Alasannya:
• Kata parousia (artinya: datang, tiba, ada), apokalupsis (artinya: penyataan) dan
epiphaneia (artinya: manifestasi) digunakan baik untuk menunjuk saat
pengangkatan dan juga saat kedatangan Kristus yang kedua kali. Jadi kedua
peristiwa itu akan terjadi bersamaan.
• Gereja tidak disebutkan berada di Surga selama Masa Kesusahan menurut
Wahyu 4-18, berarti berada di dunia. Lagi pula kata “orang-orang kudus” dalam
Wahyu 13:7, 10; 16:6; 18:24 menunjukkan bahwa gereja secara nyata ada di
bumi selama Masa Kesusahan.
• Nas 2 Tesalonika 1:5-10 ditafsirkan terbaik sebagai pengajaran post-
tribulasionisme.
63
1. Maksud Takhta Pengadilan Kristus
Maksud takhta pengadilan Kristus adalah:
a. Bukan menentukan apakah seseorang masuk surga atau tidak, karena hal itu
sudah ditentukan pada saat kita meninggal atau diangkat (berdasarkan iman
kita apakah kita percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat kita atau tidak).
b. Bukan untuk mengadili orang-orang percaya karena dosanya, karena dosa orang
percaya telah ditanggung oleh Kristus, jika tidak ada penghukuman lagi (Yoh.
5:24; Rm. 8:1).
c. Untuk menguji pekerjaan/ pelayanan/ kesetiaan orang percaya (1Kor. 3:10-15).
Pada tahta pengadilan Kristus ini orang yang telah selamat akan dinilai
perbuatannya oleh Allah untuk menerima pahala sesuai perbuatannya (Mat.
16:27; Rm. 2:6; Why. 22:12). Keselamatan adalah anugerah Tuhan, bukan hasil
perbuatan kita (Ef. 2:8), tapi pahala ditentukan dari perbuatan kita setelah kita
diselamatkan.
Karena itu marilah kita giat melayani Dia. Menurut 1 Korintus 3:12-15,
semua pekerjaan kita diuji. Adapun ukuran yang dipakai untuk menilai ialah apakah
seseorang melayani dengan motivasi tulus dan setia (Mat. 25:21; 1Kor. 4:1; 1Tim.
1:12). Pelayanan yang tidak tahan uji adalah yang didasari oleh motivasi rendah
seperti mengharapkan uang, pujian manusia, karena iri, dll. Walaupun tetap
menerima keselamatan namun pelayanan yang tidak tahan uji akan menyebabkan
kehilangan upah (2Yoh 1:8), sehingga kita akan menjadi malu (1Yoh. 2:29). Namun
bila kita mengerkajakan hal-hal baik, maka kita akan menerima pahala atau
mahkota dan akan memerintah bersama Yesus dalam kerajaan seribu tahun (Luk.
19:12-27).
64
Selain itu kita juga akan diberi tanggung jawab istimewa untuk memerintah
bersama Yesus dalam kerajaan seribu tahun (Luk. 19:12-27; Mat. 25:14-30).
1. Fase-fase Pernikahan
Menurut adat pernikahan Yahudi, ada tiga fase pernikahan yaitu:
a. PERJANJIAN PERNIKAHAN. Ini dilakukan oleh kedua orang tua masing-masing,
tatkala para pengantin masih terlalu muda untuk dapat bertanggung jawab.
Biasanya diberikan hadiah nikah (mas kawin) sebagai ikatan pernikahan itu
menjadi sah.
b. UPACARA PERNIKAHAN. Bila pasangan pengantin telah cukup dewasa maka
dilangsungkan upacara pernikahan. Pengantin pria beserta rekan-rekannya
menjemput mempelai perempuan untuk berpesta. Ini juga digambarkan dalam
perumpamaan 10 anak dara dalam Matius 25:1-12.
c. PESTA PERJAMUAN PERNIKAHAN. Ini dilaksanakan bila mempelai wanita
sudah ada di rumah mempelai pria dan saat inilah para tamu hadir. Contohnya
bisa kita lihat dalam Yohanes 2:1-11.
Hubungan jemaat dan Kristus dapat dikiaskan sebagai hubungan suami
isteri (Ef. 5:31-32). Hubungan suami-isteri adalah hubungan yang erat yang dikenal
di dunia dalam bahasa manusia. Dengan demikian pernikahan Kristus dan jemaat-
Nya jangan diartikan secara jasmani tapi secara rohani, yang menujukkan
persekutuan yang erat dan akrab antara Kristus dan jemaat-Nya yang tidak mungkin
dipisahkan lagi.
PERJANJIAN PERNIKAHAN diberikan Allah kepada umat-Nya pada saat
mereka ditebus dari dosa, sehingga menjadi umat kepunyaan Allah sendiri (1Ptr.
65
2:9). Allah meneguhkan perjanjian itu dengan memberikan karunia-karunia rohani
bagi jemaat-Nya. Kemudian pada saat Yesus datang di udara untuk menjemput
jemaat-Nya yang terangkat, maka fase kedua terjadi, yaitu UPACARA PERNIKAHAN.
Hal ini dilanjutkan dengan fase terakhir PESTA PERJAMUAN PERNIKAHAN, sang
mempelai wanita sudah menjadi “istri” Anak Domba, sebab pengantin pria sudah
menjemput pengantin wanita.
2. Persiapan Pernikahan
Orang yang ikut perjamuan itu harus mengenakan pakaian pesta. Dalam
Wahyu 19:8 disebutkan bahwa mempelai wanita yang masuk dalam persekutuan
kekal dengan Yesus adalah mereka yang dikarunia pakaian mempelai. Jelas ini
adalah pemberian Allah. Pakaian mempelai itu adalah lenan halus yang putih bersih
yang berbicara tentang kebenaran dan kekudusan (2Tes. 2:13-14).
Jadi persiapan-persiapan yang dilakukan pengantin Kristus agar dapat
masuk dalam pesta kawin Anak Domba adalah:
a. Pengantin itu telah menerima Yesus sebagai Juruselamatnya dan telah diberi
atau dikenakan jubah kebenaran-Nya (Yes. 61:10; 2Kor. 5:21; Flp. 3:9; Why. 3:4-
5): DIBENARKAN/ JUSTIFIED.
b. Pengantin itu telah bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus dan menjadi
serupa dengan Dia (2Kor. 3:18; 2Ptr. 3:18): DISUCIKAN/ SANCTIFIED.
c. Pengantin itu telah diubahkan-Nya dalam tubuh kemuliaan pada saat Yesus
datang untuk jemaat-Nya di awan-awan (1Yoh. 3:2): DIMULIAKAN/ GLORIFIED.
Pesta kawin Anak Domba adalah saat berkumpulnya orang-orang suci
dalam tubuh kemuliaan, bukan tubuh jasmani yang dapat binasa. Pesta ini bukan
pesta nasi goreng atau ayam goreng, tapi suatu pesta rohani yang sangat meriah
yang sulit diungkapkan dalam bahasa manusia yang terbatas. Mereka akan
menikmati makanan rohani, yakni segala perkara tentang rahasia Allah yang heran,
sehingga jemaat disiapkan untuk ikut turun dengan Kristus ke bumi dan
memerintah dalam kerajaan 1000 tahun. Pesta tersebut penuh sukacita surgawi,
pujian dan penyembahan bagi Kristus, Anak Domba Allah yang telah menjadi Raja
untu selama-lamanya. Berbahagialah orang yang diundang dalam perjamuan kawin
anak Domba karena mereka akan hidup selama-lamanya dengan Yesus Kristus, sang
kekasih hati.
70
3. Pengadilan orang-orang kudus yang mati dalam masa kesusahan (Why. 20:4-6).
Waktunya adalah pada akhir dari Masa Kesusahan, sebelum kerajaan Seribu
Tahun. Yang menjadi dasar ialah iman dan kesetiaan kepada Yesus. Hasilnya:
Memerintah bersama Kristus dalam kerajaan Seribu Tahun.
4. Pengadilan Israel (Yeh. 20:34-38; Mat. 25:1-30). Yang dimaksudkan di sini
adalah orang-orang Yahudi yang masih hidup setelah masa kesusahan.
Waktunya akhir dari masa Kesusahan. Tempatnya di padang gurun. Dasarnya
adalah iman kepada Kristus. Akibatnya orang percaya memasuki Kerajaan
Seribu tahun, sedangkan orang durhaka dibinasakan. Kelompok ini tidak akan
diberi tubuh kebangkitan pada saat ini, akan tetapi akan masuk ke dalam
kerajaan seribu tahun dengan tubuh tanahnya dan akan menjadi orang tua bayi-
bayi dalam kerajaan seribu tahun.
5. Pengadilan Bangsa-bangsa (Yl. 3:1-2; Mat. 25:31-46). Yang dimaksud di sini
adalah orang-orang non Yahudi yang masih hidup setelah masa Kesusahan.
Waktu pengadilannya pada akhir dari Masa Kesusahan. Tempatnya di lembah
Yosafat. Dasarnya ialah iman kepada Kristus yang dibuktikan dengan
perbuatan baik yang dinyatakan kepada bangsa Israel. Akibatnya orang
percaya memasuki kerajaan seribu tahun dan yang lainnya masuk lautan api.
6. Pengadilan Setan dan malaikat-malaikatnya yang berdosa (Mat. 25:41; 2Ptr.
2:4; Yud. 1:6; Why. 20:10). Waktunya pada akhir kerajaan seribu tahun dan
akibatnya adalah dicampakkan ke dalam lautan api.
7. Pengadilan untuk orang mati yang tidak diselamatkan (Why. 20:11-15).
Tempatnya di hadapan Takhta Putih yang Besar. Waktunya pada akhir dari
masa seribu tahun. Karena menolak Kristus, mereka semua dicampakkan ke
lautan api.
71
BAB 10
KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
A. DUA KEBANGKITAN
Alkitab menjelaskan ada dua macam kebangkitan. Kebangkitan pertama
yaitu kebangkitan orang beriman sebelum berdirinya Kerajaan 1000 tahun untuk
memperoleh hidup; dan kebangkitan kedua yaitukebangkitan orang tidak beriman
sesudah berdirinya Kerajaan 1000 tahun untuk memperoleh hukuman (Dan. 12:2;
Yoh. 5:28-29; Why. 20:4-6, 11-15). Jadi jarak 1000 tahun antara kedua kebangkitan
itu.
1. Kebangkitan Pertama
Ini adalah kebangkitan dari semua orang benar (Luk. 14:14) yaitu mereka
yang sudah dibenarkan oleh Allah sebab iman (Rm. 3:28). Mereka adalah
orangbenar yang dibangkitkan dari antara orang mati (Flp. 3:11) dari sejak Adam
dan juga mereka yang diubahkan pada saat kedatangan-Nya (1Kor. 15:51-52)
sehingga mereka memiliki tubuh kebangkitan yang tidak dapat mati (1Kor. 15:53-
54). Kelompok orang yang mengalami kebangkitan pertama yaitu:
a. Kristus, yang Sulung yang bangkit dari orang mati (Rm. 6, 9; Kol. 1:18).
b. Orang percaya yang mati pada zaman gereja. ini mendahului pengangkatan
(1Kor. 15:51-54; 1Tes. 4:13-17).
c. Orang-orang yang kudus pada zaman PL.
d. Orang-orang yang mati syahid pada Masa Kesusahan, termasuk 144.000 orang
Yahudi, dan kedua saksi Allah (Why. 6:9-11; 7:9-17; 11:7-12; 20:4).
2. Kebangkitan kedua
Ini adalah kebangkitan dari semua orang jahat/ tidak beriman dari Adam
sampai pada akhir masa Millenium. Waktunya adalah sesudah Milenium (Why 20:4-
6, 11-15), setelah perang Gog dan Magog. Mereka akan dibangkitkan untuk dihakimi
di pengadilan takhta putih yang besar kemudian dicampakkan ke dalam lautan api,
neraka yang kekal (Why. 20:13-14). Inilah yang disebut kematian kedua.
B. KEBANGKITAN TUBUH
Orang percaya akan mengalami kebangkitan tubuh. Mengapa kita percaya
akan kebangkitan tubuh? Ada tiga sebab:
1. Tubuh manusia diciptakan Tuhan, merupakan karya tangan-Nya sendiri, yang
sudah “membentuknya” (Kej. 2:27). Tubuh manusia bukan penjara bagi jiwa
yang dihalangi olehnya – sebagaimana diajarkan oleh Plato, melainkan tubuh
72
adalah “pondok kediaman: bagi manusia batiniah (Yes. 38:12; 2Kor. 5:1). Tubuh
adalah alat ekspresi bagi roh dan jiwa manusia. Roh-roh jahat tidak memiliki
tempat kediaman dan perhatian, oleh karena itu mereka mencarinya (Mat.
12:43-45). Tubuh itu amat berharga. Tanpa tubuh maka manusia kedapatan
telanjang dan tidak terlindung (2Kor. 5:1-3).
2. Tubuh manusia yang diselamatkan sekarang ini sudah dilayakkan untuk
menjadi “rumah Roh Allah” (Yoh. 14:23; 1Kor. 3:16). Sekarang ini tubuh
manusia adalah “anggota Kristus (1Kor. 6:14) dan patut menjadi “hamba
kebenaran” (Rm. 6:19). Tak mungkin Allah melepaskan karya pembaharuan-
Nya di dalam diri manusia yang diselamatkan (Mzm. 138:8).
3. Pemisahan roh/ jiwa dari tubuh pada saat kematian (Pkh. 12:7) adalah akibat
dosa (Kej. 2:17; 13:19). Tanpa kebangkitan tubuh tertinggalah suatu sisa akibat
dosa di dalam orang tebusan Allah. Manusia diciptakan sebagai tubuh, jiwa dan
roh (1Tes. 5:23). Dalam kebulatan itulah manusia ditebus (1Kor. 6:19-20) dan
diselamatkan. Maka gereja (seperti dicatat dalam Pengakuan Iman Rasuli)
percaya akan kebangkitan tubuh. Gereja tidak menantikan penebusan dari
dalam tubuh (seperti Plato), tetapi penebusan dan pemuliaan tubuh seperti
disaksikan oleh Paulus (Rm. 8:23).
75
pribadi. Jelas ini bertentangan dengan pernyataan Allah. Jika Alkitab menyatakan
tidak ada reinkarnasi. Nasib kekal ditentukan oleh hidup yang hanya sekali
sekarang ini. Tidak ada penentuan dalam kehidupan lain.
Alkitab mengajarkan bahwa pada waktu seseorang mati, tubuhnya menjadi
tanah dan rohnya kembali kepada Allah (Pkh. 12:7). Menurut Perjanjian Lama
dikatakan roh orang yang mati pergi ke alam berzakh atau dunia orang mati (Ibrani:
Sheol), tempat roh orang jahat dan benar (Bil. 16:33; 24:19; Mzm. 16:10; 20:4;
139:8). Perjanjian baru memberikan keterangan lebih jelas bahwa sheol itu dibagi
menjadi Hades (alam maut – Mat. 11:23; 16:18) dan Firdaus (Luk. 23:43) atau
“pangkuan Abraham” (Luk. 12:22-23). Hades adalah “neraka yang sekarang”
sampai pengadilan tahta putih yang besar dalam Why. 20:11. Sesudah itu ada
Gehena, inilah lautan api, yakni “neraka yang kekal”, dimana Antikristus dan nabi
palsu masuk 1000 tahun lebih dahulu (Why. 19:20). Orang-orang yang berada di
alam maut sadar, dapat merasakan dan mengingat apa yang terjadi disekitarnya,
apakah itu sukacita dalam Firdaus ataukah penderitaan dalam Hades (Luk. 16:22-
23).
76
BAB 11
NERAKA DAN SURGA
A. NERAKA
Alkitab mengajarkan tentang sengsara yang lain selain dari alam maut
(Hades) bagi orang berdosa yakni gehena (lautan api) yakni neraka yang kekal (Mrk.
9:43-48; Why. 20:11-15). Neraka adalah suatu tempat siksaan bagi orang berdosa,
tempat yang dikuasai iblis, tempat bagi iblis dan malaikat-malaikatnya yang jahat.
Keadaan neraka dijelaskan lebih jauh lagi sebagai berikut: api yang kekal (Mat.
25:41), lobang jurang maut yang tak terduga dalamnya (Why. 9:2, 11), kegelapan
yang paling gelap (Mat. 8:12), tempat siksaan kekal (Mat. 25:46), murka dan
hukuman Allah (Rm. 2:5), kematian yang kedua (Why. 21:8), hukuman kebinasaan
selama-lamanya, dijatuhkan dari hadirat Tuhan (2Tes. 1:9), dosa yang kekal (Mrk.
3:29), lautan api yang menyala-nyala oleh belerang (Why. 19:20; 20:10, 14-15).
Semua orang yang namanya tertulis dalam Kitab kehidupan akan dilemparkan ke
situ (Why. 20:15).
1. Keberadaan Neraka
Dapatkah Allah yang pengasih itu membiarkan manusia masuk neraka?
• Allah itu kasih (1Yoh. 4:8) tetapi juga adalah Allah yang kudus (1Ptr. 1:16) yang
harus menghukumkan dosa.
• Allah tidak menghendaki manusia binasa. Allah telah menyediakan keselamatan
manusia melalui korban Yesus Kristus di kayu salib Golgota (Rm. 5:6, 8). Jikalau
manusia menolak Juruselamat itu, mereka pergi ke neraka dengan kemauannya
sendiri.
• Manusia tidak ragu-ragu membawa orang sakit ke rumah sakit, orang jahat ke
penjara atau mayat ke kuburan.
77
Dalam cerita tentang Lazarus dan orang kaya di dalam Lukas 16:9-31,
terdapat hal yang pasti yaitu:
• Tidak ada pengampunan sesudah kematian.
• Orang kaya itu berdoa supaya siksaannya dikurangi, tetapi tidak dapat.
• Orang kaya itu berdosa meminta supaya seseorang diutus kembali ke dunia
untuk memberitahukan bahwa neraka sungguh-sungguh ada dan jangan orang-
orang datang ke sana, tetapi tidak diijinkan.
Oleh karena itu selama masih ada kesempatan di dunia, bertobatlah dari
segala dosa dan terimalah Yesus Kristus sebaga Juruselamat dan Tuhan agar kita
tidak mengalami siksaan selamanya dalam api neraka.
Lokasi dunia orang mati (Hades) itu berada di suatu tempat di rahim bumi
(Bil. 16:32-33), sedangkan Gehena (lautan api) tampaknya terletak jauh dari dunia
ini, suatu tempat dalam kegelapan yang paling gelap (Mat. 8:12; 22:13, 25:30; 2Ptr.
2:17).
4. Penghuni Neraka
• Iblis (Why. 20:10).
• Antikristus (2Tes. 2:8).
• Nabi palsu (Why. 19:20).
• Malaikat-malaikat yang jatuh (Mat. 25:41).
78
• Semua orang yang belum diselamatkan (Why. 21:8), meliputi orang penakut,
tidak percaya, keji, pembunuh, sundal, tukang sihir, penyembah berhala,
pendusta.
79
B. SURGA
Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa ada satu tempat kebahagiaan
yang pasti bagi setiap orang percaya kepada Kristus, yakni Surga, “tempat kediaman
Allah”. Setelah Yesus selesai melakukan karya-Nya di bumi, ia terangkat naik ke
Surga (Kis. 1:9-11). Yesus menyebut tempat itu sebagai “rumah Bapa” (Yoh. 14:2).
Surga adalah tanah yang lebih baik, yaitu suatu tempat yang pasti (Ibr. 11:10, 16).
Di tempat itu kelak kita akan melihat wajah Tuhan Yesus Kristus (Wahyu 22;4).
Dalam Wahyu 21:10-27 Yohanes menulis tentang kemuliaan Surga. Tidak ada
kesakitan, sengsara dan air mata ataupun kematian di tempat itu (Why. 7:16; 21:4).
Tetapi yang paling indah dari semuanya itu, yaitu bahwa Yesus Kristus berada di
sana dan Dialah yang menjadi kesukaan yang paling besar bagi tiap orang beriman.
Surga adalah tempat yang sama sekali tidak terdapat di dalamnya sesuatu
yang najis atau orang yang melakukan kekejian atau dusta. Tempat itu semata-mata
suci (Why. 21:27). Segala yang najis tinggal di luar (Why. 22:15). Iblis tidak lagi di
situ, oleh sebab itu semua orang di surga tidak dapat dicobai. Tidak ada lagi
kerinduan untuk berbuat dosa. Ibarat kita akan sempurna, mulia dan penuh sukacita
di Surga (Why. 4:8-12; 6:9-13).
Di surga semua orang saleh akan saling mengenal. Jadi kita akan mengenal
Abraham, Ishak dan Yakub (Mat. 8:11). Kita akan mengenakan tubuh kebangkitan
yang berbeda dengan tubuh kita sekarang (1Kor. 15:41-42). Di surga kita akan
melayani Allah dan Tuhan Yesus sampai selama-lamanya (Why. 22:3; 7:15).
Alangkah dahsyatnya kemuliaan yang Allah sediakan bagi orang yang percaya
kepada Yesus Kristus.
Ibukota Surga adalah Yerusalem Baru, ini berbeda dengan kota Yerusalem
di Israel. Ciri-ciri Yerusalem Baru antara lain:
1. Bentuk kota ini
Kota itu berbentuk empat persegi,panjangnya sama dengan lebarnya . . . .
panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama (Why. 21:16).
2. Ukuran kota ini
. . . Maka malaikat itu mengukur kota itu dengan tongkat pengukurnya; ternyata
panjangnya 2400 kilometer (Why. 21:16).
3. Penduduk kota ini
a. Malaikat-malaikat yang kudus dan terpilih.
b. Dua puluh empat tua-tua (Why. 4:4).
c. Jemaat.
d. Israel yang diselamatkan.
e. Allah Tritunggal.
80
4. Fondasi kota ini terdiri dari duabelas lapisan batu fondasi dengan setiap
lapisannya diberi bertatah yang mahal (Why. 21:14).
5. Tembok-tembok kota ini sekitar 72 meter dan terbuat dari permata yaspis (Why.
21:17-18).
6. Pintu gerbang kota ini ada 12, yaitu tiga pintu di setiap sisi. Setiap gerbang
terbuat dari mutiara putih yang kokoh dan indah (Why. 21:12:13).
7. Jalan utama kota ini terbuat dari emas transparan yang murni (Why. 21:21).
8. Tahta yang di dalam kota ini (Why. 22:2).
9. Sungai kehidupan dalam kota ini (Mzm. 46:5; Why. 22:1).
10. Pohon kehidupan dalam kota ini (Why. 22:2).
11. Kegiatan orang-orang yang sudah diselamatkan di kota ini.
a. Surga merupakan tempat sorak-sorai dan nyanyian (Why. 5:9; 14:3; 15:3).
b. Surga akan merupakan tempat persekutuan.
c. Surga akan merupakan tempat untuk saling memberikan kesaksian.
d. Surga akan merupakan tempat untuk beribadah dan melayani (Why. 22:3).
e. Surga akan merupakan tempat untuk belajar (1Kor. 13:9:10).
Unsur-unsur yang tidak ada di Surga:
1. Tidak ada lagi laut (Why. 21:1).
2. Tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi maut, tidak ada lagi dukacita (Why. 21:4).
3. Tidak ada lagi matahari atau bulan (Why. 21:23).
4. Tidak ada lagi keadaan tidak aman, tidak ada lagi malam (Why. 21:25).
5. Tidak ada lagi dosa (Why. 21:27).
6. Tidak ada lagi penyakit, tidak ada lagi kutukan (Why. 22:2).
7. Tidak ada lagi rasa haus, atau rasa lapar, atau rasa kepanasan (Why. 7:16).
Unsur-unsur yang terdapat di Surga:
1. Kemuliaan (Yoh. 17:24; Rm. 8:18; Why. 21:23).
2. Kekudusan (Why. 21:27).
3. Keindahan (Mzm. 50:2).
4. Terang Ilahi (Yes. 60:1-3, 19-20).
5. Persatuan (Ef. 1:16).
6. Kesempurnaan (1Kor. 13:10).
7. Sukacita (Mzm. 16:11).
8. Kekekalan (Yoh. 3:15).
81