LP Nyeri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
DI RUANGAN ANGGREK 2 DR. SARDJITO

Disusun Oleh :

AGUSTINA KURNIA SERENA

PN200832

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN NYAMAN
NYERI DI RUANGAN ANGGREK 2 DR. SARDJITO

Laporan Pendahuluan ini telah dibaca dan diperiksa pada


Hari/tanggal: .................................................

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

(………………………………) (Agustina Kurnia Serena)

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

( )
A. KONSEP DASAR KASUS KELOLAAN (KONSEP KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA)
1. Pengertian
Nyeri menrupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya. (Aziz Alimul, 2010).

2. Etiologi
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau
cidera.
2. Iskemik jaringan.
3. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak
terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot
yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan
atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama.
4. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan
juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5. Post operasi setelah dilakukan pembedahan.

3. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri menurut Prasetyo (2010) di bagi menjadi beberapa macam, yaitu
a) Nyeri Akut
Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cidera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat)
dan berlangsung untuk waktu singkat
b) Nyeri Kronis
Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya bervariasi
(ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.

4. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor
nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas
yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung
empedu.Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti histamine, bradikinin,
prostaglandin, dan macam-macam asam yang di lepas apabila terdapat kerusakan pada
jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik
atau mekanis.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri


Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
adalah :
a) Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hamper sebagian arti
nyeri merupakan negative, seperti membahayakan,merusak dll. Keadaan ini
dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
budaya, lingkungan, dan pengalaman
b) Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sngat subyektif tempatnya pada korteks
(pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat
memicu stimulasi nociceptor
c) Toleransi nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri.Factor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau
garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dsb.Sedangkan faktir yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang
tidak kunjung hilang, sakit dll.
d) Reaksi terhadap nyeri.
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk
respons nyeri yang dapat dipengaruhioleh beberapa factor, seperti arti nyeri, tingkat
persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan social, kesehatan fisik
dan mental, rasa takut,cemas, usia dll.

6. Respon perilaku terhadap nyeri


a) Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
b) Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
c) Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari &
tangan.
d) Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari
kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pada aktivitas menghilangkan
nyeri).
( Perry& Potter. 2014)

7. Mekanisme pengontrol nyeri


Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Melzack & Wall (1965). Menurut teori
gate kontrol, nyeri tergantung dari kerja serat saraf  besar dan kecil yang keduanya
berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan
meningkatkan aktivitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu
mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan
ikut terhambat. Substansi gelatinosa (SG) yang ada pada bagian ujung dorsal serabut
saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism),
mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang
sebelum mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri (Potter& Perry,
2014).

8. Tingkatan Nyeri
Skala intensitas nyeri dan tipe nyeri menurut Potter & Perry (2005).
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6 Nyeri sedang :Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat


menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasimemukul

Skala Nyeri Untuk Pasien Penurunan Kesadaran


Critical Care Pain Observation Tool (CPOT) merupakan alat ukur nyeri yang
direkomendasikan untuk mengukur nyeri pada pasien dengan penurunan kesadaran.
CPOT adalah sebuah skala sikap yang disarankan oleh para ahli untuk menilai nyeri pada
pasien-pasien kritis yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal. CPOT dikembang
oleh Gelines (dkk) pada tahun 2006.
TABEL SKALA CPOT (Critical-Care Pain Observasion Tool)
MENURUT GELINAS

Checklist
sesuai
Indikator Kondisi Skor Keterangan
kondisi
pasien

Ekspresi Rilek 0 Tidak ada ketegangan otot


wajah Kaku 1 Mengerutkan kening, mengangkat
alis, orbit menegang (misalnya
membuka mata atau menangis
selama prosefur nosiseptif)

Meringis 2 Semua gerakan wajah sebelumnya


ditambah kelopak mata tertutup rapat
(Pasien dapat mengalami mulut
terbuka, mengigit selang ETT)

Gerakan Tidak ada 0 Tidak bergerak (tidak kesakitan) atau


tubuh gerakan posisi normal (tidak ada gerakan
abnormal lokalisasi nyeri)

Lokalisasi 1 Gerakan hati-hati, menyentuh lokasi


nyeri nyeri, mencari perhatian melalui
gerakan

Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba untuk


duduk, tidak mengikuti perintah,
mencoba keluar dari tempat tidur

Aktivasi Pasien 0 Alarm tidak berbunyi


alarm kooperatif
ventilator terhadap
mekanik kerja
(Pasien ventilator
diintubasi) mekanik

Alarm aktif 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi berhenti


tapi mati secara spontan
sendiri
Alarm selalu 2 Alarm sering berbunyi
aktif

Berbicara jika Berbicara 0 Bicara dengan nada pelan


pasien dalam nada
diekstubasi normal atau
tidak ada
suara

Mendesah, 1 Mendesah, mengerang


mengeran

Menangis 2 Menangis, berteriak

Ketegangan Tidak ada 0 Tidak ada ketegangan otot


otot ketegangan
otot

Tegang, 1 Gerakan otot pasif


kaku

Sangat 2 Gerakan sangat kuat


tegang atau
kaku

Total

Catatan:
1. Skor 0 : Tidak nyeri
2. Skor 1-2 : Nyeri ringan
3. Skor 3-4 : Nyeri sedang
4. Skor 5-6 : Nyeri berat
5. Skor 7-8 : Nyeri sangat berat

9. Faktor yang mempengaruhi nyeri


Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri menurut Prasetyo
(2010) yaitu :
a) Usia
Usia merupakan variable yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu,
anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur
pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri, pada pasien lansia sering kali memiliki
sumber nyeri lebih dari satu.

b) Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda signifikan dalam berespon terhadap
nyeri, hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki
harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam
situasi yang sama ketika merasakan nyeri.
c) Kebudayaan
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri.
d) Makna Nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
e) Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada
masing-masing individu.Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri.
f) Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri.
Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon
nyeri.
g) Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan
seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaan ansietas.
h) Keletihan
Keletihan dan kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri
dan menurunkan kemampuan koping individu.
i) Pengalaman Sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakanan nyeri akan lebih siap dan mudah
mengantisipasi nyeri daripada individu yangmempunyai pengalaman sedikit tentang
nyeri.
j) Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan,
perlindungan dari anggota keluarga lain dan orang terdekat, walaupun nyeri masih
dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan
ketakuta
10. Pathway
Trauma infeksi cedera

Kerusakan Sel Tekanan, Mekanisme,


Deformitas,suhu ekstrim
Pelepasan mediator nyeri
(Histamine, Bradikinin,
Prostaglandin,Serotonin,Ion Kalium)

Merangsang nosisseptor
(Reseptor Nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A


dan serabut tipe C

Medulla Spinalis

Sistem aktivasi Sistem aktivasi Area grisea peraikue duktus


retikuler retikuler

Talamus Hipotalamus dan System Talamus


Limbik

Otak
(Kortesks Somatosensoarik )

Persepsi Nyeri

Nyeri Akut Atau Nyeri Kronik

11. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3) Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang)
4) Kompres hangat
5) Mengajarkan teknik relaksasi

b) Penatalaksanaan medis
1) Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang
berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
2) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air.Terapi ini dapat menurunkan
rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI DARI KASUS


1. Pengkajian
a. Nyeri akut
1) Mengkaji perasaan klien
2) Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
3) Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri
b. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif. Selain itu
terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam memulai mngkaji respon nyeri
yang di alami pasien :
c. Penentu ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian nyeri , perawat harus percaya ketika pasien
melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam observasi perawat tidak menemukan
adanya cidera atau luka.
d. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T yaitu:
1) P  (Provocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus  nyeri,terasa setelah kelelahan,udara
dingin dan saat bergerak.
2) Q  (Quality)
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-pukul dan lain-lain.
3) R(Region)
Lokasi nyeri,meliputi byeri abdomen kuadran bawah,luka post operasi,dan
lain-lain.
4) S(Skala)
Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri.
5) T(Time)
Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan berakhir.
e. Respon simpatik
1) Peningkatan frekuensi pernafasan
2) Dilatasi saluran bronkiolus
3) Peningkatan frekuensi denyut jantung
4) Dilatasi pupil
5) Penurunan mobilitas saluran cerna
f. Respon parasimpatik
1) Pucat
2) Ketegangan otot
3) Penurunan denyut jantung
4) Mual dan muntah
5) Kelemahan dan kelelahan
g. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara lain perubahan postur
tubuh, mengusap, menopong wajah bagian nyeri yang sakit mengertakan gigi,
ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis.
h. Respon afektif
Respon afektif  juga perlu di perhatikan oleh seorang perawat. Dalam melakuk an
pengkajian terhadap pasien dengan gangguan nyeri.
i. Pengkajian pola fungsi Gordon
Pola kognitif dan perceptual
1) Nyeri (kualitas,intensitas,durasi,skala,cara mengurangi nyeri
2) Skala nyeri.
Menurut smeltzer, C. S, bare B.G (2014) adalah sebagai berikut :
1) Skala intensitas nyeri deskritif
2) Skala identitas nyeri numeric
3) Skala analog visual
4) Skala nyeri menurut bourbanis
Keterangan :
1 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi
10   : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul
(Potter & Perry,2010).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
c. Gangguan  pola tidur berhubungan dengan ketidaknyaman fisik
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake kurang
3. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,masalah   nyeri
teratasi dengan kriteria hasil :
1) Adanya penurunan intensitas nyeri
2) Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
3) Kidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri 1. Mengetahui daerah  nyeri, kualitas,
kapan nyeri dirasakan,
faktor   pencetus, berat ringannya
nyeri yang dirasakan
2. Ajarkan tekhnik relaksasi kepada 2. Untuk mengajarkan pasien apa bila
pasien nyeri timbul
3. Berikan analgetik sesuai program 3. untuk mengurangi rasa nyeri
4. Observasi TTV 4. Untuk mengetahui keadaan umum
pasien.

b. Nyeri kronis berhubungan dengan cidera fisik


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam nyeri berkurang
dengan kriteria hasil
1) Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
2) Tidak ada posisi tubuh yang melindungi
3) Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
4) Tidak kehilangan nafsu makan
5) Frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau ringan

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji KU, PQRST, TTV serta efek- 1. Untuk mengetahui keadaan umum
efek penggunaan pengobatan pasien, : mengetahui daera nyeri,
jangka panjang kualitas, kapan nyeri dirasakan,
faktor    pencetus, berat ringannya
nyeri yang dirasakan serta
mengetahui efek penggunaan obat
secara jangka panjang
2. Untuk mengetahui tingkat nyeri
pasien
2. Bantu pasien mengidentifikasi 3. Untuk mengurangi rasa nyeri
tingkat nyeri secara adekuat
3. Ajarkan pola istirahat/tidur yang 4. Untuk mengurangi rasa nyeri
adekuat
4. Kolaborasi pemberian obat
analgesic

c. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelelahan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,masalah dapat
teratasi dengan KH sebagai berikut:
1) Pasien dapat melakukan aktivitasnya sendiri
2) Pasien tidak lemas
Intervensi:
Inervensi Rasional
1. Kaji aktivitas dan mobilitas pasien 1. Untuk bisa mengetahui
2. Bantu aktifitas pasien perkembangan dari pasien
2. Untuk memperlancar aktivitas
3. Berikan terapi sesuai program pasien
3. Untuk memberikan pengobatan

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan(hospitalisasi)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan tidur
tercukupi dengan KH sebagai berikut :
1) Kebutuhan tidur tercukupi
2) Pasien tampak segar
3) Tidak sering terbangun pada saat tidur
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji pola tidur pasien 1. Untuk mengetahui kebutuhan tidur
pasien setiap hari
2. Ciptakan lingkungan nyaman dan 2. Agar pasien lebih nyaman dan
tenang dapat tidur dengan nyenyak.
3. Batasi pengunjung 3. Agar pasien dapat beristirahat
dengan tenang

e.  Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan perubahan nafsu makan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan
nutrisi pasien tercukupi dengan KH sebagai berikut :
1) Nafsu makan bertambah
2) Pasien tampak lemas
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji nutrisi pasien 1. Untuk mengetahui kebutuhan
nutrisi pasien
2. Jelaskan kepada pasien tentang 2. Membantu pasien dalam
pentingnya nutrisi tubuh memperluas pengetahuan tentang
3. Kolaborasi dengan ahli gizi nutrisi
3. Untuk mengetahui gizi yang
seimbang
DISCHARGE PLANING

1) Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping.


2) Anjurkan untuk mengkonsumsi secara teratur obat-obatan yang diberikan pada
saat pulang ke rumah.
3) Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwalInformasikan jika terjadi
tanda tanda kekambuhan (demam, batuk).
4) Sebelum menggunakan sendal atau sepatu di cek terlebih dahulu apakah ada
benda tajam yang dapat melukai kaki atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2010. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.
Kozier, Barbara, Glenora Erb, Audrey Berman, Shirlee J. Snyder. (2009). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis.Jakarta : EGC
Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan. Vol:2.
Jakarta: EGC.

Nanda.(2010-2011). Panduan Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Prima Medika.


Potter, P.A & Perry, A,G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Potter, P.A dan Perry, A, G. (2014). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta:EGC
Prasetyo, S. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner
Tamsuri, A. (2013). Konsep dan Penatalaksanaan nyeri.Jakarta : EGC.
Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Gelinas dkk. 2006. “Validation of the Critical-Care Pain Observational Tool in adult


patient”.American Journal of Critical-Care, Juli. 15(4):420-427.

Anda mungkin juga menyukai