Cover

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 80

Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Repacking Dalam

Transaksi E-Commerce Pada Akun Shopee Primera Shop Perspektif Undang


Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Hukum Ekonomi Syariah

SKRIPSI

Oleh: Nabila

NIM :17220045

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAHB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANGB

2021
Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Repacking Dalam Transaksi
E-Commerce Pada Akun Shopee Primera Shop Perspektif Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 dan Hukum Ekonomi Syariah

SKRIPSI

Oleh: Nabila

NIM : 17220045

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAHB

FAKULTAS SYARIAHB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANGB

2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah SWT,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,

Peneliti menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN REPACKING


DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE PADA AKUN SHOPEE PRIMERA SHOP
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN HUKUM EKONOMI
SYARIAH

Benar benar karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau memindah data milik

oranglain, kecuali yang disebutkan referensinya secara benar, jika dikemudian hari terbukti

skripsi ini disusun oleh orang lain, ada penjiplakan, duplikasi atau memindah data oranglain,

baik sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang peneliti peroleh karenanya, batal

demi hukum.

Malang, 06 Januari 2020


Peneliti,

Nabila
NIM 17220045

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudari Nabila, NIM 17220045, Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

dengan Judul:

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN REPACKING


DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE PADA AKUN SHOPEE PRIMERA SHOP
PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN HUKUM EKONOMI
SYARIAH

Maka pembimbing menyatakan bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat syarat ilmiah

untuk diajukan dan diuji pada Majelis Dewan Penguji.

Malang, 06 Januari 2020

Dosen Pembimbing

Dr. H. Noer Yasin, M.HI.

NIP: 196111182000031001

ii
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG FAKULTAS SYARI’AH
Terakreditasi “A” SK BAN-PT Depdiknas Nomor :01/BAN-
PT/Ak- X/S1/ VI/2007
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551345 Fax. (0341)
572533

BUKTI KONSULTASI

Nama : Nabila

Nim : 17220045

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Dosen Pembimbing : Dr. H. Noer Yasin, M.HI.

Judul Skripsi : Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Repacking Dalam


Transaksi E-Commerce Pada Akun Shopee Primera Shop Perspektif Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 dan Hukum Ekonomi Syariah

No. Hari/Tanggal Materi Konsultasi Paraf


1. Jum’at 20 November ACC Proposal 1.
2020
2. 2.
3. 3.
4. 4.

iii
Malang, 30 Januari 2021
Mengetahui
a.n Dekan Ketua Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah

Dr. Fakhruddin, M.H.I


NIP 19740819 200003 1 002

HALAMAN PENGESAHAN

iv
Yang bertandatangan di bawah ini, saya pembimbing skripsi dari mahasiswa:

Nama : Nabila

NIM : 17220045

Fakultas : Syariah

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Menyatakan bahwa skripsi mahasiswa yang bersangkutan telah selesai dan siap diujikan

oleh tim penguji skripsi.

Demikian untuk dijadikan maklum

Malang, 30 Januari2021
Dosen Pembimbing,

Dr. H. Noer Yasin, M.HI.


NIP: 196111182000031001

MOTTO

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

v
(HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni.)

PEDOMAN TRANSLITERASI

vi
A. Umum

Transliterasi adalah peimindah alihan tulisan Arab ke dalam tulisan Indonesia (Latin),

bukan terjemah bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. termasuk dalam kategoriini ialah

nama Arab dari bangsa Araba, sedangkan nama Arab dari bangsa Arab ditulis sebagaimana

ejaan bahasa nasionalnya, atau sebagaimana yang tertulis dalam buku yang menjadi rujukan.

penelitian judul buku dalam gootnote maupun daftar pustaka, tetap menggunakan ketentuan

transliterasi.

Banyak pilihan dan ketentuan transliterasi yang dapat digunakan dalam penelitian

karya ilmiah, baik yang standar internasional. Nasional maupun ketentuan yang khusus

digunakan penerbit tertentu. Transliterasi yang digunakan Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menggunakan EYD plus, yaitu

transliterasi yang didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 22 Januari 1998, No. 159/1987 dan

0543.b/U/1987, sebagaimana tertera dalam buku Pedoman Transliterasi bahasa Arab (A

Guidge Arabic Transliteration), INIS Fellow 1992.

B. Konsonan

‫ا‬ = Tidak dilambangkan ‫ض‬ = dl

vii
‫ب‬ = B ‫ط‬ = th

‫ت‬ = T ‫ظ‬ = dh

‫ث‬ = Ta ‫ع‬ = ‘ (mengahadap ke atas)

‫ج‬ = J ‫غ‬ = gh

‫ح‬ = H ‫ف‬ = f

‫خ‬ = Kh ‫ق‬ = q

‫د‬ = D ‫ك‬ = k

‫ذ‬ = Dz ‫ل‬ = l

‫ر‬ = R ‫م‬ = m

‫ز‬ = Z ‫ن‬ = n

‫س‬ = S ‫و‬ = w

‫ش‬ = Sy ‫ه‬ = h

‫ص‬ = Sh ‫ = ي‬y

Hamzah (‫ )ء‬yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak di awal kata maka

dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan, namun apabila terletak di

tengah atau akhir kata, maka dilambangkan dengan tanda koma di atas (‘), berbalik dengan

koma (‘) untuk penggantian lambang ‫ع‬.

C. Vokal, Panjang dan Diftong

Setiap penelitian bahasa Arab dalam bentuk tulisan latinvokal fathah ditulis dengan “a”,

kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis

dengan cara berikut:

viii
Vokal Panjang Diftong
a = fathah  ‫ قال‬menjadi qâla

i = kasrah î ‫ قيل‬menjadi qîla

u = dlommah û ‫ دون‬menjadi dûna

Khusus untuk bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “ î ”, melainkan

tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat diakhirnya. Begitu juga

untuk suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan

contoh berikut:

Diftong Contoh
aw = ‫و‬ ‫ قول‬menjadi qawlun

ay = ‫ي‬ ‫ خير‬menjadi khayrun

D. Ta’marbûthah (‫)ة‬

Ta’ marbûthah ((‫ ة‬ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah kalimat, tetapi ta’

marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan

“h” misalnya‫ الرسلة اللمدرسة‬menjadi al-risala li-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-

tengah kalimat yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka dytransiterasikan

dengan menggunakan “t” yang disambungkan dengan kalimat berikut, miasalnya‫هللا في رحمة‬

menjadi fi rahmatillâh.

E. Kata Sandang dan Lafdh al-Jalâlah

Kata sandang berupa “al” (‫)ال‬dalam lafadh jalâlah yag erada di tengah-tengah kalimat

yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Perhatikan contoh-contoh berikut :

1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan………………………

ix
2. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan …………..

3. Masyâ’Allah kânâ wa mâlam yasyâ lam yakun

4. Billâh ‘azza wa jalla

F. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang

terletak di tengah dan di akhir kata. Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan,

karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh : ‫شيء‬- syai’un ‫ أمرت‬- umirtu

- ‫النون‬an-nau’un ‫ تأخذون‬-ta’khudzûna

G. Penelitian Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis terpisah. Hanya

kata-kata tertentu yang penelitiannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan

kata lain, karena ada huruf Arab atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini

penelitian kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh : ‫ وان هللا لهو خير الرازقين‬- wa innalillâha lahuwa khairar-râziqȋn.

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf capital tidak dikenal, dalam transliterasi ini

huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf capital seperti yang berlaku dalam EYD,

diantaranya huruf capital digunakan untuk menuliskan oleh kata sandang, maka yang ditulis

dengan huruf capital tetap awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sanfangnya.

Contoh : ‫ = وما حممد اآل رسول‬wa maâ Muhammadun illâ Rasûl

x
‫ان اول بيت وضع للدرس‬ = inna Awwala baitin wu dli’a linnâsi

Penggunaan huruf capital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan arabnya memang

lengkap demikian dan jika penelitian itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau

harakat yang dihilangkan, maka huruf capital tidak dipergunakan.

Contoh : ‫ = نصر من اهلل فتح قريب‬nas‫ا‬run minallâhi wa fathun qarȋb

‫اهلل االمرمجيعا‬ = lillâhi al-amru jamȋ’an

Begi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan ilmu tajwid.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan segala rahmat dan

karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang menjadi salah satu syarat

mutlak untuk menyelesaikan program studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) jenjang Strata – 1

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Sholawat serta salam semoga

tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang

rela berkorban demi kepentingan Agama Islam.

Dalam skripsi yang berjudul “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan

Repacking Dalam Transaksi E-Commerce Pada Akun Shopee Primera Shop Perspektif Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Hukum Ekonomi Syariah” banyak sekali pihak yang

xi
memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Hanya Allah SWT yang mampu membalas segala kebaikan yang telah peneliti terima. Peneliti

mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang.

2. Dr. H. Saifullah, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Dr. Fakhruddin, M.HI, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Dr. H. Noer Yasin, M.HI, selaku dosen wali dan dosen pembimbing skripsi peneliti.

Terima kasih peneliti haturkan atas waktu yang telah beliau limpahkan untuk

bimbingan, arahan, serta motivasi dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang.

6. Keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga apa yang telah peneliti peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah Universitas

Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini dapat bermanfaat. Peneliti menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mohon maaf dan sangat

mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Malang, 30 Januari 2020


Peneliti,

xii
Nabila

17220045

ABSTRAK

Uut Wulandari, 16220003, 2020, Status Hak Milik Atas Tanah dan Bangunan oleh Korban
Bencana Alam Lumpur Lapindo Pasca Relokasi Ganti Kerugian (Tinjauan Undang-
Undang Pokok Agraria Pasal 20 dan Hukum Jual Beli), Skripsi, Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Pembimbing: Dr.
H. Noer Yasin. M.HI.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

1.1 Tabel Penelitian Terdahulu

D AFTAR GRAFIK ( Jika Ada)

DAFTAR BAGAN ( Jika Ada)

DAFTAR LAMPIRAN

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembanganya teknologi di era sekarang ini, telah banyak mengalami

perubahan khususnya dalam transaksi jual beli. Kebiasaan yang dulu dilakukan secara

tatap muka, kini dapat dilakukan di smartphone dengan bertransaksi online. Bertransaksi

secara online telah merubah gaya hidup manusia sekarang. Selain menghemat waktu

berbelanja juga mempermudah dalam pembayaran, karena cukup membayar melalui

sistem online. Saat ini banyak platform jual beli yang bermunculan serta mempermudah

dalam bertransaksi. Platform jual beli online pun beraneka ragam seperti lazada, shoppe,

instagram dan sebagainya. Tentunya platform jual beli online ini tidak hanya menjual

satu jenis produk saja, bisa menjual berbagai jenis kebutuhan primer seperti makanan.

Berbagai jenis makanan dijual di platform seperti makanan kaleng, makanan

beku, makanan siap saji hingga cemilan kemasan. Menurut data perusahaan E-Commerce

enabler Sirclo, permintaan pada produk makanan dan minuman mengalami peningkatan

143% dari Februari sampai Maret 2020. Produk seperti minuman kemasan instan, jus

kemasan, dan susu adalah produk yang kenaikannya paling tinggi, kemudian diikuti

dengan produk makanan kemasan yang tahan lama, seperti biskuit, saus, dan camilan1

Kini makanan ringan atau cemilan kemasan pun sedang banyak digemari

konsumen. Ini dibukti kan oleh survey yang dilakukan oleh Mendelez Internasional, hasil

surveynya menunjukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki poin rata-rata 2,7 untuk

1
Anggoro Suryo Jati, “Snack Kemasan Ulang tanpa Izin Edar Langgar UU” Lampost.co, 12 May 2020, diakses 5
November 2020, https://www.lampost.co/berita-snack-kemasan-ulang-tanpa-izin-edar-langgar-uu.html

1
konsumsi cemilan sementara untuk makanan berat hanya berada pada 2,5.2

Semakin tinggi angka konsumsi, maka semakain besar peluang untuk berjualan, baik

secara online maupun offline. Wadah untuk bejualan online pun bervariasi salah satunya

E-Commerce.

Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mencatat, tahun 2017 sebanyak 24,74

juta orang Indonesia membeli produk melalui perdagangan elektronik (E-Commerce)

atau online3 salah satu produknya adalah makanan. Dengan proses yang mudah banyak

konsumen membeli kebutuhan secara online, salah satunya adalah makanan ringan.

Makanan ringan pun bervariasi salah satunya penjualan repacking makanan, tingginya

minat pembelian makanan online karena didapat dengan mudah dan harga yang

terjangkau serta juga isi yang banyak menjadikan pilihan makanan repacking andalan

konsumen dalam jual beli online ini.

Tanpa disadari, ketika melakukan transaksi jual beli online konsumen luput dari

hak-hak yang harus didapatkan. Menurut undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen pasal 4, hak konsumen salah satunya meliputi hak atas informasi

yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa4.

Makanan dan minuman termasuk produk kecantikan yang beredar di publik diawasi oleh

badan pengawasan obat dan makanan dan wajib mendapatkan izin dan sertifikat dari

badan pengawasan obat dan makanan menurut bidang sertifikasi dan layanan informasi

konsumen badan pengawasan obat dan makanan Jawa Timur5.


2
Syaful Millah, “Survey: Orang Indonesia Lebih Banyak Makan Camilan Ketimbang Makan Berat” Bisnis.com, 03
Desember 2019, diakses 5 November 2020, https://traveling.bisnis.com/read/20191203/223/1177360/survei-orang-
indonesia-lebih-banyak-makan-camilan-ketimbang-makan-berat.
3
Fery E, Citibank; E-Commerce Dorong Transaksi Kredit, Koran Tempo, (Jakarta), 29 Oktober 2020 Edisi Nomor
5779, 10
4
Pasal 4 ayat 3 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
5
Deasy Mayasari, “BPOM: Tak izin,repacking produk bisa di pidana” TimeIndonesia, 07 May 2017, diakses 5
November 2020, https://www.timesindonesia.co.id/read/news/147712/bpom-tak-izin-repacking-produk-itu-bisa-

2
Beredarnya cemilan kemasan repacking di pasaran tentunya harus memiliki izin

edear di pasaran. Berdasarkan pasal 2 ayat 1 peraturan badan pengawas obat dan

makanan nomor 27 tahun 2018 tentang pendaftaran pangan olahan, pada dasarnya setiap

pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan

dalam kemasan eceran, wajib memiliki izin edar di pasaran6. Namun dalam transaksi jual

beli online, penjualan makanan repacking ini jarang memperhatikan perizinan mengenai

beredarnya makanan ringan kemasan ulang, snack kemasan ulang tanpa izin edar ilegal

ini dikeluhkan konsumen tentang maraknya penjualan produk kemasan ulang yang

diduga palsu atau telah kadarluwarsa yang dikemas ulang. Pada situs online khususnya

pada akun shoppe, maraknya beredar makanan ringan kemasan ulang tanpa izin di

pasaran, ini memberikan dampak yang tidak baik kepada konsumen, salah satunya pada

kesehatan.7.

Dalam undang-undang perlindungan konsumen, telah diatur tentang perbuatan

yang dilarang yakni “bagi pelaku usaha yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan

standart yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Namun,

pada kenyataannya banyak hal yang terjadi di lapangan. Banyak peraturan-peraturan

yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Beredarnya makanan yang tidak memiliki

izin, kejelasan informasi pada produk makanan kemasan ulang dikhawatirkan kepada

konsumen yang mengonsumsi makanan ringan kemasan ulang tersebut, salah satunya

dari segi kesehatan, karena belum adanya izin dan pengujian terkait makanan yang

dipidana
6
Peraturan Badan Pengawas Obat dan makanan nomor 27 tahun 2018 tentang pedaftaran pangan olahan
7
Tempo.co, “Ribuan Pangan Impor yang Dijual Online Online Ternayat Ilegal” Tempo.co, 18 Juni 2015, diakses 5
November 2020 https://www.coursehero.com/file/41424251/Ribuan-Pangan-Impor-yang-Dijual-Online-Ternyata-
Ilegaldocx/

3
dikemas ulang dan di pasarkan, terkait masa kadarluarsa nya belum diketahui secara jelas

dan pasti.8.

Memberikan kejelasan informasi di dalam produk makanan sudah di atur dan juga

terdapat di dalam Al-Qur’an tentang adanya larangan terhadap pelaku usaha. Di dalam

undang-undang tersebut memberikan perlindungan serta menjadi salah satu tempat

berlindung bagi para konsumen dari perbuatan-perbuatan para pelaku usaha yang tidak

bertanggungjawab. Transaksi jual beli yang menggunakan media elektronik tersebut

merupakan bagian dari mu’amalah di bidang ekonomi, namun karena ada beberapa faktor

yang tidak selalu bersifat positif maka perlunya kaidah-kaidah dan prinsip yang menjadi

patokan untuk mengantisipasi pengaruh nilai - nilai negatif yang ada di dalamnya dan

juga dalam permasalahan mua’malah prinsip dan kaidah yang baik karena selain itu Islam

sendiri juga mengatur tentang perlindungan konsumen.

Dari paparan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“PerlindunganKonsumen Terhadap Produk Makanan Repacking Dalam Transaksi

E-Commerce Pada Akun Shoppe Primer Shop Perspektif Undang-undang Nomor 8

Tahun 1999 dan Hukum Ekonomi Syariah”

B. Rumusan Masalah

8
Desi Lestari, Perlindunganhukum bagi konsumen terhadap produk makanan tanpa izin edaran di pasaran,
Diponorogo law , volume 1( tahun 2013)

4
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka peneliti dapat

menarik beberapa permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini. Adapun rumusan

masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan konsumen dalam transaksi E-Commerce menurut

hukum ekonomi syariah?.

2. Bagaimana efektivitas hukum undang-undang nomor 8 tahun 1999 atas

produk makanan repacking terhadap pelaku usaha pada Akun Shopee Primer

Shop.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami perlindungan konsumen dalam

transaksi E-Commerce menurut hukum ekonomi syariah.

2. Untuk mengetahui dan memahami efektivitas hukum undang-undang

nomor 8 tahun 1999 atas produk makanan repacking terhadap pelaku

usaha.

D. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, sejumlah hasil temuan dalam penelitian ini diharapkan bisa

memberikan pemahaman mengenai praktik pelaku usaha dalam memasarkan

makanan repacking (kemasan ulang) yang sesuai dengan aturan undang-undang

perlindungan konsumen, serta memberikan pemahaman kepada konsumen tentang

aturan makanan yang diizinkan pemerintah untuk diedarkan.

5
b. Secara Praktis

Secara praktis, sejumlah hasil temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan

refrensi maupun pertimbangan-pertimbangan yang diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dan bahan pandangan pengetahuan bagi masyarakat

terutama konsumen terkait produk makanan ringan kemasan ulang yang dijual

secara bebas di akun shoppe.

E. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam mempelajari serta memahami skripsi ini sesuai

dengan judul yang telah peneliti ajukan yaitu Perlindungan Konsumen Terhadap Produk

Makanan Repacking Dalam Transaksi E-Commerce Pada Akun Shopee Primer Shop

Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Hukum Ekonomi Syariah. Maka

dari itu, maka peneliti akan menjelaskan variabel-variabel yang ada di dalam penelitian

ini:

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah mengenai perlindungan terhadap konsumen

mengenai produk makanan ringan yang dikemas ulang secara bebas dan dipasarkan di

akun shoppe studi pada toko Primer Shop.

Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang

menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Sesuai dengan judul di

penelitian ini, Maka variabel bebasnya adalah undang-undang perlindungan konsumen

nomor 8 tahun 1999 dan hukum ekonomi syariah. Maka dari itu, peneliti akan

mempertemukan variabel bebas dan terikat yang akan dibahas pada skripsi ini.

F. Sistematika Pembahasan

6
Sistematika pembahasan merupakan uraian tentang logika pembahasan yang akan

digunakan dalam penelitian. Sistematika penelitian dalam penelitian ini bertujuan agar

memberikan bagi para pembaca. penelitian ini dengan tujuan agar lebih sistematis yang

terdiri atas lima bab karena termasuk dalam penelitian empris atau lapangan antara lain :9

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini diuraikan secara garis besar mengenai latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian,definisi operasional serta penelitian

terdahulu.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Pada bab dua ini berisi tentang dasar konsep yuridis sebagai landasan teoritis

untuk untuk pengkajian permasalahan dalam penelitian ini.

Bab III : Metode Penelitian,

Pada bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang paparan dan analisis data yang diperoleh dari

lapangan. Pada bab ini disajikan data-data hasil wawancara dan data dari sumber pustaka

untuk menjawab rumusan masalah.

Bab V : Penutup

Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran dari peneliti.

Kesimpulan menjelaskan jawaban singkat atas rumusan masalah yang ditetapkan. Pada

9
Tim Penyusun, Pedoman penelitian Karya Ilmiah 2019, UIN Malang, Hlm. 24

7
bagian terakhir berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup

peneliti.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting untuk dibahas karena sebelum melakukan

penelitian ini perlu adanya bentuk pembuktian bahwa permasalahan yang peneliti angkat

memilki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya, adapun penelitian

terdahulu sebagai berikut :

1. Penelitian yang diteliti oleh Rizky Amelia Mahasiswa UIN Jakarta,

membahas tentang perlindungan konsumen dalam transaksi E-Commerce

pada situs muslimgaleri.co.id berdasarkan perspektif undang-undang

nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan hukum ekonomi

syariah. Persamaan dari penelitian ini adalah dari segi pembahasan


10

mengenai perlindungan konsumen perspektif undang-undang

perlindungan konsumen dan hukum ekonomi syariah dan kemudian jenis

penelitian sama-sama penelitan lapangan (Empiris). Perbedaan dari

penelitian ini adalah penelitian ini lebih fokus ke topik pembahasannya,

pembahasan tentang produk pada situs muslimgaleri.co.id sedangkan

peneliti lebih membahas mengenai produk makanan kemasan ulang

(repacking).

2. Penelitian ini dibahas oleh Muhammad Khadafi, mahasiswa hukum UIN

Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, tahun 2016. Skripsi ini membahas

10
Rizky Amelia,Perlindungankonsumen dalam transaksi E-Commerce pada situs muslimgaleri.co.id persepektif
undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungankonsumen dan hukum ekonomi syariah , Skripsi, (Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta, 2018)

9
3. tentang judul Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi

E-Commerce. 11Persamaan penelitian ini dengan yang ingin peneliti bahas

adalah mengenai perlindungan konsumen dan menganalisis menggunakan

undang-undang perlindungan konsumen nomor 8 tahun 1999. Perbedaan

adalah terkait E-Commerce yang diteliti, peneliti membahas di akun

instagram sedangkan peneliti membahas pada akun shoppe, lalu penelitian

ini juga menggunakan pembahasan ekonomi syariah.

4. Penelitian ini diteliti oleh Apriyanti mahasiswa UIN Jakarta Fakultas

Syariah dan Hukum tahun 2014, skripsi dengan judul Perlindungan

Hukum Terhadap Konsumen dalam Transaksi E-Commerce Ditinjau Dari

Hukum Perikatan. 12
Persamaan dari penelitian ini adalah mengangkat

perlindungan hukum terhadap konsumen dalam bertransaski di E-

Commerce, perbedaanya adalah skripsi ini membahas sudut pandang

hukum perikatan, sedangkan peneliti membahas tentang perlindungan

konsumen dan juga hukum ekonomi syariah.

5. Penelitian ini ditulis oleh Kharisma Eka Fitriana mahasiswa IAIN

Tulungagung dengan judul Jual Beli Produk Minuman Repacking Ditinjau

Dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan dan Etika

Bisnis Islam (Studi Kasus Kedai Teh Mbah Djie Desa Kutoanyar

Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung). 13


Persamaan skripsi
11
Muhammad Khadafi,Perlindungan,perlindunganhukum terhadap konsumen dalam transaksi E-Commerce Skripsi,
(Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta, 2016)
12
Apriyanti, perlindunganhukum terhadap konsumen dalam transaksi E-Commerce di tinjau dari hukum perikatan.
Skripsi, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta, 2014
13
Kharisma Eka Fitriana ,Jual beli produk minuman repacking ditinaju dari undang-undang nomor 18 tahun 2012
tentang pangan dan etika bisnis Islam ( studi kasus keda teh mbah djie desa kutoanyar kecamatan tulung agung
kabupaten tulung agung . Skripsi, (Tulungagung: Fakultas Syariah dan Ilmi Hukum Institut agama Islam negeri
tulungagung, Tulung Agung, 2019)

10
ini dengan yang ingin peneliti teliti adalah membahas produk makanan

kemasan ulang, dan sama-sama jenis penelitian lapangan (empiris).

Perbedaan skripsi ini dengan yang peneliti bahas adalah penelitian ini

meninjau dari undang-undang nomor 8 tahun 2012 tentang pangan dan

etika bisnis Islam dan studi kasus yang diangkat berbeda topik, peneliti

mengangkat di platform shoope sedangkan skripsi ini studi kasus kedai teh

mbah djie desa kutoanyar Tulung Agung.

No Identitas Peneliti Persamaan Perbedaan


1. Rizky Amelia, Persamaan dari Perbedaan dari

Skripsi, tahun 2018, penelitian ini penelitian ini

mahasiswa UIN adalah dari segi adalah penelitian

Syarif Hidayatullah pembahasan ini lebih fokus ke

Jakarta, Program studi mengenai topik

Hukum Ekonomi perlindungan pembahasannya,

Syariah. konsumen yakni membahas

perspektif tentang produk

undang-undang pada situs

perlindungan muslimgaleri.co.i

konsumen dan d sedangkan

hukum ekonomi peneliti lebih

syariah dan membahas

kemudian jenis mengenai produk

penelitian sama- makanan ringan

11
sama penelitan kemasan ulang.

lapangan

( empiris).
2. Muhammad Khadafi, Persamaan Perbedaan adalah

Mahasiswa UIN penelitian ini E-Commerce

Syarif Hidayatullah dengan yang yang diteliti,

Jakarta, Program ingin peneliti peneliti

Studi Hukum Bisnis bahas adalah membahas di

tahun 2016 mengenai akun instagram

perlindungan sedangkan

konsumen dan peneliti

menganalisis membahas pada

menggunakan akun shoppe, lalu

undang-undang penelitian ini

perlindungan tidak

konsumen nomor menggangkat

8 tahun 1999. pembahas dari

perpektif hukum

ekonomi syariah
3. Apriyanti mahasiswa Persamaan dari Perbedaanya

UIN Jakarta Fakultas penelitan ini adalah skripsi ini

Syariah dan Hukum adalah membahas sudut

tahun 2014 menggangkat pandang hukum

perlindungan perikatan,

12
hukum terhadap sedangkan

konsumen dalam peneliti

bertransaski di membahas

E-Commerce,. tentang

perlindungan

konsumen serta

hukum ekonomi

syariah
4. Kharisma Eka Persamaan Perbedaan skripsi

Fitriana Mahasiswa skripsi ini dengan ini dengan yang

IAIN Tulungagung. yang ingin peneliti bahas

peneliti teliti adalah penelitian

adalah ini meninjau dari

membahas undang-undang

produk makanan nomor 8 tahun

kemasan ulang, 2012 tentang

dan sama-sama pangan dan etika

jenis penelitian bisnis Islam dan

lapangan studi kasus yang

(empiris). diangkat berbeda

peneliti

mengangkat di

platform shoope

sedangkan skripsi

13
ini studi kasus

pada Kedai Teh

Mbah Djie Desa

Kutoanyar Tulung

Agung

B. Kerangka Teori

1. Perlindungan konsumen

a. Definisi Perlindungan konsumen

Kata konsumen berasal dari bahasa Inggris yaitu cunsumer atau

dalam bahasa belanda consument. Secara harfiah, konsumen dapat

diartikan sebagai” orang yang memerlukan, menggunakan dan

memberlanjakan pemakai, pengguna, dan pembutuh.14

Di dalam undang - undang perlindungan konsumen nomor 8 tahun

1999 pasal 1 ayat 1 yang di maksud dengan perlindungan konsumen

adalah segala upaya menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberikan perlindungan kepada konsumen15

Sedangkan konsumen di dalam pasal 1 ayat 2 berbunyi“ setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

14
Widi Nugraha Ningsih, dan Mira Erlinawati perlindungankonsumen dalam transaksi online (Surakarta: Pustaka
Begawan, 2017), 1.
15
Pasal 1 ayat 1Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

14
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.16

Menurut buku perlindungan konsumen karya Zulham perlindungan

konsumen adalah istilah yang untuk menggambarkan perlindungan

hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk

memenuhi kebutuhan dari hal-hal yang merugikan konsumen itu

sendiri.17

Inosentius Samsul menyebutkan konsumen adalah pengguna atau

pemakai akhir suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh

melalui cara lain, seperti hadiah, pemberian. Mariam Darus Badrun

Zaman mendefinisikan bahwa konsumen dengan cara mengambil alih

pengertian yang digunakan oleh kepustakaan belanda, yaitu : “ Semua

individu yang menggunakan barang atau jasa secara konkret dan rill”18

Pengertian konsumen menurut Djokosantoso Moeljono konsumen

adalah seseorang yang secara terus menerus dan berulang kali datang ke

suatu tempat yang sama, untuk memuaskan keinginannya dengan

memiliki suatu produk, atau mendapatkan suatu jasa, dan membayar

produk atau jasa tersebut.

Berdasarkan dari beberapa pengertian konsumen yang telah

dijabarkan dia atas, maka konsumen dapat dibedakan menjadi tiga

batasan, yaitu:

16
Pasal 1 ayat 2 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
17
Zulham, Hukum perlindungankonsumen (Medan: Kencana, 2016 ), 1.
18
Zulham, Hukum perlindungankonsumen (Medan: Kencana, 2016 ), 1

15
a) Konsumen komersial adalah konsumen yang mendapatkan barang

atau jasa yang digunakan untuk memproduksi barang dan/atau jasa

lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

b) Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau

jas yang digunakan untuk diperdagangkan kembali juga dengan tujuan

mencari keuntungan.

c) Konsumen Akhir, adalah setiap orang yang mendapatkan dan

menggunakan barang dan/jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan

kehidupan pribadi, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lainnya

dan tidak untuk diperdagangkan kembali dan/atau untuk mencari

keuntungan kembali.

Di dalam Islam pengertian konsumen tidak ada pada kajian hukum secara

khusus, hanya saja sumber hukum Islam membicarakan bagaimana mengenai

prinsip-prinsip konsumen dan perlindungan konsumen dalam Islam, sehingga

definisi konsumen memilki kajian sendiri di dalam Islam.

Muhamaad dan Alimin, mendefinisikan konsumen berangkat dari

pandangan atau konsep Islam terhadap harta, hak dan kepemilikan dengan

transaksi atau tidak, yang sesuai dengan prinsip-prinsip perlindungan konsumen

dalam Islam. Definisi konsumen tersebut adalah setiap orang, kelompok atau

badan hukum pemakai suatu harta benda atau jasa karena adanya hak yang sah,

baik ia pakai untuk pemakai akhir ataupun untuk proses produksi selanjutnya.

16
Karena bukan tidak mungkin produk cacat yang dipakai oleh konsumen

komersial atau konsumen antara untuk diproduksi atau diperdagangkan kembali

maka akan melahirkan produk baru yang cacat pula. Kondisi ini juga

menimbulkan kerugian pada konsumen akhir yang mengonsumsi produk tersebut,

sekaligus juga merugikan pihak konsumen komersial dan konsumen antara yang

harus bertanggung jawab atas produknya.

Hukum ekonomi Islam tidak membedakan antara konsumen akhir, dengan

konsumen antara ataupun konsumen komersial. Karena konsumen dalam Islam

termasuk semua pemakai barang dan atau jasa, baik yang dipakai langsung habis

maupun dijadikan sebagai perantara. Menurut Islam keadilan ekonomi Islam

adalah milik semua orang baik berkedudukan sebagai individu maupun kelompok

publik.

b. Hak Konsumen

Sebagai pengguna barang atau jasa, konsumen memiliki banyak

hak dan kewajiban. Agar masyarakat memahami hak konsumen, hal ini

sangat penting dapat bertindak sebagai konsumen kunci dan independen.

Konsumen jika mencurigai bahwa tindakan tidak adil diambil

terhadapnya, kemudian konsumen menyadari ini. Konsumen kemudian

dapat memperjuangkan atas hak yang dimiliki . Dengan kata lain,

konsumen tidak hanya diam saja hanya jika mereka menyadari bahwa

hak mereka telah dilanggar oleh pelaku usaha.

Berbicara tentang hak konsumen universal tidak dapat dipisahkan.

Berjuang untuk kepentingan konsumen yang diakui ini penting jika hak

17
konsumen didefinisikan dengan jelas sistematis. Misalnya, pada tahun

1962, Presiden AS J.F. Kennedy dalam pidatonya di Kongres AS, 4 (4)

Hak konsumen, hak ini adalah hak keamanan, hak untuk mengetahui,

memilih, dan berekspresi. Disampaikan dalam pidato kongres pada bulan

Juni 15 Maret 1962. Pidato Presiden J.F Kennedy terinspirasi The United

Nations (PBB), jadi pada 1984, United Nations mengeluarkan pendapat

ulang nomor 39/248 dari panduan perlindungan konsumen bagian kedua

(prinsip umum).19

Perlindungan hukum konsumen adalah perlindungan hak

konsumen. Meskipun terdapat banyak jenis hak konsumen, secara garis

besar dapat dibagi menjadi tiga prinsip dasar itu adalah:20

a) Hak untuk mencegah hilangnya konsumen, kerugian pribadi dan

kerusakan properti;

b) Hak untuk memperoleh barang dan / atau jasa dengan harga yang

wajar;

c) Hak atas penyelesaian yang sesuai jika anda benar-benar ingin

melindungi konsumen, maka haknya ada konsumen harus diberikan

oleh negara dan pelaku komersial, karena pemenuhan hak konsumen

akan melindungi kerugian semua bagian konsumen.

Jika konsumen memang ingin dilindungi, maka haknya pada

konsumen harus diberikan oleh negara dan pelaku komersial, karena

19
Mariam Darus Badrulzaman, PerlindunganTerhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku,î Simposium
Aspek-aspek Hukum Masalah PerlindunganKonsumen yang diselenggarakan oleh BPHN, Jakarta, 1986, hlm. 61.
20
Ahmadi Miru, ìPrinsip-prinsip PerlindunganHukum Bagi Konsumen di Indonesia,î Disertasi, Program
Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2000, hlm. 140.

18
pemenuhan hak konsumen akan melindungi kerugian semua hak

konsumen.

Mulai dari hak konsumen di atas. Hal-hal yang perlu dipertanyakan

atas hak-hak yang diperoleh bagaimana hak-hak ini dapat dinikmati,

dipertahankan dan kapan adanya jaminan perlindungan. Secara global

hak-hak tersebut melekat pada konsumen. Karena transaksi E-

Commerce tanpa ada batas negara, maka penjabaran dan pelaksanaan

hak-hak tersebut di dalam hukum nasional masing-masing negara.

Pedoman perlindungan konsumen yang dikeluarkan pada tahun

1985 pernyataan perserikatan bangsa-bangsa (PBB): "Konsumen di

mana-mana di semua negara, mereka memiliki hak sosial dasar

maksud dari hak dasar ini adalah hak atas informasi jelas, jelas, hak

atas kompensasi, hak akses ke kebutuhan dasar manusia (makanan dan

tempat tinggal yang cukup), mendapatkan lingkungan yang baik dan

bersih serta memiliki kewajiban melindungi lingkungan, dan hak atas

pendidikan dasar. Persatuan negara-negara ajak semua anggota untuk

menggunakan hak mereka konsumen tersebut di negaranya masing-

masing21

Menurut undang-undang perlindungan konsumen pasal 4 hak-hak

konsumen adalah22

21
AZ. Nasution, 2002. Hukum PerlindunganKonsumen. Jakarta: Diadit Media, hlm. VII.
22
Pasal 4 ayat 1-9 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

19
a) hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa;

b) hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan

barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan

c) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

d) hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang

dan/atau jasa yang digunakan;

e) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f) hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g) hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif

h) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

c. Kewajiban Konsumen

Di dalam pasal 5 undang-undang perlindungan konsumen kewajiban

konsumen adalah sebagai berikut:23

23
Pasal 5 ayat 1-4 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

20
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan

dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

2. Efektivitas Hukum

Efektivitas adalah suatu kosa kata dalam bahasa Indonesia yang berasal

dari bahasa inggris yaitu “efective” yang berarti berhasil ditaato,

mengesahkan, mujarab dan mujur. Efektivitas hukum menurut Soerjono

Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh

5(lima) faktor, yaitu:24

1. Faktor Hukumnya itu sendiri (Undang-Undang)

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

dan diterapkan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup

3. Repacking ( kemasan ulang )

24
Soerjono Soekanto,Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), 8

21
Dalam dunia usaha, repackaging adalah mengemas. Agar lebih mudah

dipahami, repacking adalah proses mengemas kembali suatu kuantitas atau

kualitas produk menjadi ukuran kecil (biasanya dalam gram atau kg atau

ukuran lain) untuk tujuan penjualan. Suatu produk makanan, konsumen bisa

beli tanpa harus membeli dalam jumlah banyak dengan harga tertentu.25

a. Aturan Mengenai Repacking

Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT)

adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati atau Walikota

departemen poduksi pangan IRTP di wilayah kerjanya dan memenuhi

persyaratan peredaran pangan produksi IRTP. Setelah produsen

bersangkutan memiliki produksi pangan industri rumah tangga, produk

tersebut dapat diedarkan atau diperdagangkan secara legal. Apabila

produk tersebut sudah diproduksi oleh pabrikan, kemudian ada orang

lain atau badan usaha lain yang ingin mengemas kembali produk

tersebut, maka selama orang atau badan usaha lain tersebut memiliki

izin pengemasan ulang atau izin usaha pengemasan ulang, sebenarnya

diperbolehkan Setelah mendapatkan izin, pelaku usaha pengemasan

kembali harus mendaftarkan izinnya di badan pengawasan obat dan

makanan untuk mendapatkan izin edar di pasaran.

Peraturan badan pengawas obat dan makanan No. 22 Tahun 2018

tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah

25
Barisbisnis, “Peluang Usaha Repacking dan Rebranding” Barisbisnis, 22 Maret tahun 2020, diakses 5 November
2020, https://www.barisnis.com/peluang-usaha-repacking-dan-rebranding/.

22
tangga, produksi pangan adalah kegiatan atau proses memproduksi,

menyiapkan, mengolah, membuat, menyimpan, mengemas, mengemas

kembali, dan atau mengubah bentuk pangan. Izin pengemasan ulang

sama dengan izin produksi pangan sertifikat produksi pangan industri

rumah tangga, karena kegiatan pengemasan kembali makanan atau

minuman termasuk dalam kegiatan produksi pangan, maka izin

pengemasan kembali makanan atau minuman sama dengan izin

produksi pangan produksi pangan industri rumah tangga.

Untuk mendapatkan produksi pangan industri rumah tangga,

pelaku usaha harus mengikuti pendidikan keamanan pangan.

Kemudian, pelaku usaha harus mengajukan pemeriksaan fasilitas

produksi pangan. sertifikat yang diperoleh dari kegiatan promosi dan

pemeriksaan serta hasil pengujian sarana produksi pangan merupakan

salah satu persyaratan untuk memperoleh produksi pangan industri

rumah tangga. Kedua persyaratan tersebut diserahkan bersama dengan

formulir produksi pangan industri rumah tangga, surat keterangan atau

izin usaha kepala jalan atau kepala desa atau lurah, desain label

makanan, fotokopi kartu dan penduduk dan foto pemilik. izin tersebut

berlaku selama lima tahun, dan dapat diperpanjang selama pelaku

usaha masih memenuhi persyaratan. produksi pangan industri rumah

23
tangga disampaikan kepada pemerintah daerah masing-masing tempat

pelaku usaha melakukan kegiatan usaha26

4. E-Commerce

E-Commerce adalah pengguna jaringan komunikasi dan komputer yang

menjalankan proses bisnis. E-Commerce membawa peluang bisnis yang besar

bagi perusahaan seperti e-retailer, seperti penjualan produk dan penyediaan

layanan online, dan pertumbuhan pendapatan (Rohm dan Swamnathan, 2004),

terutama karena kemudahan penggunaan dan interaktivitasnya, Biaya rendah

dan tingkat penyesuaian dan personalisasi yang tinggi kepada pelanggan. E-

Commerce merupakan salah satu strategi penting dalam bisnis saat ini, karena

E-Commerce dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.

Jenis E-Commerce berdasarkan jenis hubungannya menurut terdiri dari 4

jenis. Berikut adal ah jenis-jenis E-Commerce tersebut:27

a. Business to Bussiness(B2B)

Jenis transaksi antara perusahaan dan perusahaan lain. Misalnya,

distributor mendapatkan barang dari pabrik. Harga yang dikeluarkan akan

disesuaikan dengan jumlah pesanan dan akan sering dinegosiasikan

b. Business to Consumer (B2C)

Smartlegal.id,“Bolehkah Mengemas Kembali Suatu Produk” Smartlegal.id,04 September 2020, diakses 5


26

November 2020, https://smartlegal.id/smarticle/2019/09/04/mengemas-kembali-suatu-produk/

27
Fika Ayu Widyanita,Analisi pnegaruh kualitas pelayana E-Commerce shoppe terhadap kepuasan konsumen
shoppe indonesia pada mahasiswa fe uii pengguna shoppe. Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Indonesia, 2018)

24
Transaksi yang terjadi biasanya mengarah langsung ke konsumen akhir,

dimana penjual dapat bertindak sebagai distributor, produsen, atau pengecer.

Dalam transaksi ini shopping cart pada halaman website digunakan untuk

menampung permintaan konsumen terhadap katalog yang tersedia di website.

c. Customer to Business(C2B)

Transaksi ini berlawanan dengan tipe B2C. Pelanggan akhir bertindak

sebagai penjual dan perusahaan bertindak sebagai pembeli. Aktivitas ini

dilakukan dengan menggunakan jaringan internet (seperti Google Play).

Google mengizinkan penggunanya untuk mengunggah acara ke servernya

sehingga aplikasi yang dibuat oleh pelanggannya dapat dijual ke pengguna

Google Play lainnya. kolaborasi ini terjadi sebagai konsumen dan Google Play

sebagai unit bisnis yang berisi produk-produk dari developer

d. Consumer to Consumer(C2C)

Jenis transaksi yang terjadi adalah antara konsumen dan konsumen.

Misalnya di marketplace. Di marketplace tersebut konsumen, menjual produk

atau jasa yang mereka miliki kepada pelanggan lain.

Pada penelitian ini fokus kepada consumer to consumer yakni shopee

merupakan situs jual beli atau marketplace online yang khusus menyediakan

transaksi jual beli. Iklan ini sering muncul di media sosial internet atau online.

Begitu pula dengan masyarakat, ketika melihat iklan shoope di media online

banyak konsumen yang tertarik dan melakukan transaksi jual beli. Mereka

sering membeli produk-produk semacam baju, alat kecantikan dan produk-

produk aksesoris lainya. Iklan shopee hampir setiap saat muncul di media

25
sosial, pada iklan shoope juga menawarkan diskon, gratis ongkos kirim, dan

barang berkualitas. Shopee bisa dibilang menjadi pemain baru di ranah E-

Commerce tanah Air28

Shopee mulai memasuki pasar Indonesia pada akhir Mei 2015, sedangkan

Shoote mulai beroperasi di Indonesia pada akhir Juni 2015. Shoope adalah

anak perusahaan Garena yang berbasis di Singapura. Shoope beroperasi

dibanyak negara atau kawasan di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia,

Vietnam, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Shopee Indonesia berlokasi di

Wisma 77 Tower 2, Jalan Letjen. S.Parman, Palmerah, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 11410, Indonesia29

Hukum Perlindungan Syariah

Perlindungan konsumen dalam ekonomi Islam sudah sering disebut

semenjak periode antara tahun 1 H sampai dengan tahun 40 H yang

merupakan periode berdirinya negara Islam dan juga pembentukan basis

legislative dimana di dalamnya diwujudkan prinsip-prinsip Islam dalam

semua urusan kehidupan dan tingkat budaya masyarakat dari waktu ke waktu.

a. Landasan Perlindungan Konsumen Dalam Hukum Islam

Sumber hukum dalam Islam yang telah disepakati oleh para

Fuqaha ada 4, yaitu berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas.

Sumber-sumber hukum ini dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan

hukum perlindungan konsumen dalam Islam. Al-Qur’an merupakan

28
Jeko.Ir,“Ini yang bikin shoppe beda dengan alikasi belanja online lain”Liputan6.com,01 Desember 2015, diakses 5
November 2020, https://www.liputan6.com/tekno/read/2379358/ini-yang-bikin-shopee-beda-dengan-aplikasi-
belanja-online-lain
29
https://openlibrary.telkomuniversityac.id>diakses pada tanggal 31 Oktober 2020

26
sumber hukum pertama (sumber primer) dalam ajaran Islam. Sunnah

adalah sumber hukum kedua (sumber sekunder) setelah Al-Qur’an, dan

dapat dijadikan sumber hukum pertama (sumber primer) apabila tidak

ditemukan penjelasan atas suatu masalah di dalam Al-Qur’an.

Adapun ijma’ adalah kesepakatan semua mujtahid dari kalangan

umat Islam pada suatu masa, setelah wafatnya Rasulullah SAW atas suatu

hukum syara’ mengenai suatu kejadian maupun kasus. Ijma’ hanya

ditetapkan setelah wafatnya Rasulullah SAW dan hanya dapat dijadikan

sebagai sumber hukum apabila tidak ditemukan penjelasan atau norma-

norma hukum di dalam Al-Qur’an maupun sunnah mengenai suatu

masalah atau kasus. Sedangkan qiyas adalah menghubungkan suatu

kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian yang ada nashnya,

dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash. Qiyas ini merupakan

metode dalam pengambilan hukum yang didasarkan pada illat-illat hukum

yang terkandung di dalamnya.

b. Asas Perlindungan Konsumen Dalam Islam

Untuk melindungi kepentingan para pihak di dalam lalu lintas

perdagangan atau berbisnis, hukum Islam menetapkan beberapa asas yang

dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan transaksi, yaitu at-tauhid,

istiklaf, al ihsan, al amanah, ash shiddiq, al adl, al khiyar, at ta’wun,

keamanan dan keselamatan, dan at taradhin. Di dalam undang-undang

perlindungan konsumen asas perlindungan konsumen diatur pada pasal 2

yang menyebutkan bahwa “Perlindungan konsumen berasaskan manfaat,

27
keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta

kepastian hukum”.

Asas pokok atau pondasi dari seluruh kegiatan bisnis di dalam

hukum Islam ditempatkan pada asas tertinggi, yaitu tauhid(mengesakan

Allah SWT). Dari asas ini kemudian lahir asas istikhlaf, yang menyatakan

bahwa apa yang dimiliki oleh manusia hakekatnya adalah titipan dari

Allah SWT, manusia hanyalah sebagai pemegang amanah yang diberikan

kepadanya. Dari asas tauhid juga melahirkan asas al ihsan (benevolence),

artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan

kemanfaatan kepada orang lain tanpa ada kewajiban tertentu yang

mengharuskannya untuk melaksanakan perbuatan tersebut30

Dari ketiga asas di atas melahirkan asas al-amanah, ash shiddiq, al

adl, al hiyar, at ta’wun, keamanan dan keselamatan, danat taradhin.

Menurut asas al-amanah setiap pelaku usaha adalah pengemban amanah

untuk masa depan dunia dengan segala isinya (kholifah fi al-ardhi), oleh

karena itu apapun yang dilakukannya akan dipertanggung jawabkan di

hadapan manusia dan dihadapan sang pencipta (Allah SWT). Ash shiddiq

adalah perilaku jujur, yang paling utama di dalam berbisnis adalah

kejujuran.31

c. Tujuan Perlindugan Konsumen Dalam Islam

Tujuan perlindungan konsumen dalam hukum Islam adalah untuk

mewujudkan mashlahah (kemaslahatan) bagi umat manusia. Sedangkan

30
Faisal Badroen et all, Etika bisnis Dalam Islam, Ja-karta, Kencana, 2007, Hlm. 102-103
31
Hasan Aedi, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, Bandung, Alfabeta, 2011, Hlm. 59

28
tujuan perlindungan konsumen di dalam undang-undang perlindungan

konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 32

Dalam Islam, kerugian atau bahaya fisik yang diderita oleh

konsumen karena cacat produk atau penipuan adalah perbuatan yang tidak

dibenarkan, oleh karena itu pelaku usaha atau produsen harus bertanggung

jawab atas perbuatannya itu. Tanggung jawab jika dihubungkan dengan

penyebab adanya ganti rugi (dhaman).

d. Tanggung Jawab Perlindungan Konsumen Dalam Islam

Menurut Islam negara memiliki kewenangan untuk turut campur

dalam kegiatan ekonomi, baik untuk mengawasi kegiatan pasar maupun

untuk mengatur dan melaksanakan kegiatan ekonomi yang tidak mampu

dilaksanakan oleh individu - individu. Dasar hukum campur tangan negara

dalam ekonomi Islam adalah firman Allah SWT :33

ِ ِ ِ ِ َّ
َ َ‫ فَ ِإ ْن َت ن‬zۖ ‫ول َو أُو يِل ا أْل َ ْم ِر م ْن ُك ْم‬
ْ‫از ْع تُ م‬ َ ‫الر ُس‬ ُ ‫يع وا اللَّ هَ َو أَط‬
َّ ‫يع وا‬ ُ ‫آم نُ وا أَط‬ َ ‫يَ ا أَ يُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫ين‬

ِ ِ ٍ
َ ‫ َٰذ ل‬zۚ ‫ون بِ اللَّ ِه َو الْ َي ْو م ا آْل ِخ ِر‬
َ ُ‫ول إِ ْن ُك ْن تُ ْم ُت ْؤ ِم ن‬
ِ ‫الر س‬ ِ ِ
‫ك َخ ْي ٌر‬ ُ َّ ‫يِف َش ْي ء َف ُر ُّد وهُ إ ىَل اللَّ ه َو‬

‫َح َس ُن تَ أْ ِو ي اًل‬
ْ ‫َو أ‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada

32
Pasal 3 Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungankonsumen
33
Ahmad Muhammad Al-Assal & Fathi Ahmad Ab-dul Karim,Sistem, Prinsip Dan Tujuan Ekonomi
Islam,Terjemahan H. Imam Saefudin, Bandung, Pustaka Setia, 1999, Hlm. 101-103

29
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan

lebih baik akibatnya.” (An-Nisa : 59)

Pejabat yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas lembaga

al-hisbahini disebut muhtasib. Oleh karena itu, kewenangan

mengawasi pasar menjadi tanggung jawab muhtasib. Selain

mengawasi pasar, muhtasib juga mengawasi perilaku sosial

masyarakat, bagaimana kegiatan mereka dalam melaksanakan

kewajiban agama dan bekerja untuk pemerintah. Ada beberapa fungsi

ekonomis yang menjadi kewenangan muhtasib, yaitu memenuhi dan

mencukupi kebutuhan, pengawasan terhadap industri dan produksi,

pengawasan atas jasa, pengawasan atas perdagangan, mengawasi jual

beli terlarang, mengawasi standar kehalalan, kesehatan dan kebersihan

suatu komoditas, pengaturan pasar, melakukan intervensi pasar, dan

memberikan hukuman terhadap pelaku pelanggaran34

e. Transaksi Bai’ As salam

Menurut al-Bahuti dalam Haris Faulidias-salam atau disebut juga

as-salaf merupakan istilah dalam bahasa Arab yang mengandung makna

penyerahan. Lebih lanjut ia mendefinisikan as-salam sebagai transaksi atas

sesuatu yang masih berada dalam tanggungan dengan kriteria-kriteria

tertentu dan diserahkan kemudian dengan pembayaran harga di tempat

34
Nurhalis,perlidnungan konsumen dalam perspektif hukum Islam dan undang-undang nomor 8 tahun 1999, Jurnal
IUS , volume II I tahun 2015)

30
kontrak. Atau secara lebih ringkas disebutkan jual beli yang ditangguhkan

dengan harga disegerakan.35

Dari berbagai perbedaan definisi yang disebutkan nampak ada

beberapa poin yang disepakati. Pertama, disebutkan bahwa as-salam

merupakan suatu transaksi dan sebagian menyebutnya sebagai transaksi

jual beli. Kedua, adanya keharusan menyebutkan kriteria-kriteria untuk

sesuatu yang dijadikan obyek transaksi / al-muslam fîh. Ketiga, obyek

transaksi / al-muslam fîh harus berada dalam tanggungan.

Transaksi as-salam boleh sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah

dan berlandaskan atas

dasar, bahwa:

a. Di dalam transaksi as-salam terdapat unsur yang sejalan dengan upaya

merealisasikan kemaslahatan perekonomian (mashlahahal-iqtishâdiyyah).

b. Transaksi as-salam merupakan rukhsah(suatu dispensasi atau sesuatu

yang meringankan) bagi manusia.

c. Transaksi as-salam memberikan kemudahan kepada manusia.

Transaksi as-salam merupakan bagian dari transaksi jual beli biasa.

Hanya saja dalam transaksi as-salam terdapat persyaratan tambahan yang

menentukan validitas transaksi tersebut. Karena dalam transaksi as-salam

produk yang dijadikan obyek transaksi tidak ada / tidak dapat dihadirkan

pada saat transaksi terjadi. Penjual, dalam hal ini, hanya menyebutkan

kriteria-kriteria tertentu pada produk yang akan dijual.

35
Azhar Mutaqqin, Transaksi E-commerce dalam tinjauan hukum jual beli Islam, Ulumuddin , volume VI tahun IV
(Januari-juni 2020):460

31
Seperti halnya jual beli biasa, transaksi assalam memiliki unsur-

unsur yang harus ada dan saling berhubungan ketika terjadinya suatu

transaksi jual beli. Unsur-unsur yang dimaksudkan merupakan tiga unsur

rukun termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi as-salam, yaitu

pertama tentang sighat transaksi, kedua tentang pelaku transaksi, dan

ketiga tentang obyek transaksi.

Ketiga unsur tersebut harus ada untuk terjadinya transaksi (as-

salam). Tidak mungkin dapat dibayangkan terciptanya suatu transaksi

apabila tidak ada orang yang melakukan transaksi. Tetapi adanya orang

yang bertransaksi belum dengan sendirinya melahirkan transaksi, karena

untuk terciptanya transaksi harus ada kehendak untuk melahirkan akibat

hukum tertentu dari masing-masing pihak dan agar kehendak itu dapat

diketahui oleh pihak lain sehingga bisa diberi persetujuan (kesepakatan) ia

harus dinyatakan. Pernyataan kehendak masing-masing pihak yang

bersepakat itu merupakan unsur yang membentuk transaksi dan dalam

istilah fiqh disebut sighat transaksi. Selanjutnya harus ada sesuatu yang

mengenai persetujuan dan kata sepakat itu diberikan, yaitu yang disebut

obyek transaksi. Masing-masing unsur yang membentuk transaksi di atas

memerlukan ketentuanketentuan agar terbentuknya transaksi itu menjadi

sempurna. Dalam istilah fiqh ketentuan-ketentuan dimaksud disebut

syarat- syarat terbentuknya transaksi (as-salam).36

36
Azhar Mutaqqin, Transaksi E-commerce dalam tinjauan hukum jual beli Islam, Ulumuddin , volume VI tahun IV
(Januari-juni 2020):46

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris atau penelitian lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui objek yang ingin diteliti secara

langsung dengan terjun ke lapangan dan mencari data yang ada di lapangan secara

langsung.

B. Pendeketan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis dan pendekatan

undang-undang. Pendekatan yuridis sosiologis adalah mengidentifikasi dan

mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional dalam

sistem kehidupan nyata37. Pendekatan undang-undang kareana menggunakan

perspektif undang-undang. Penelitian ini dilakukan dengan cara terjun langsung

ke objek penelitian yakni yang terdapat di dalam lapangan, lalu kemudian melihat

penerapan hukum yang berlaku atas undang-undang perlindungan konsumen

nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

C. Sumber Data

37
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), Hlm.51

33
Sumber data yang digunakan di penelitian ini antara lain :

1. Sumber Data Primer

Data ini didapatkan melalui wawancara di platform shopee

juga media sosial whatsapp, beliau selaku pemilik akun shopee

Primer Shop pada penelitian ini.

34
2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini antara lain buku-buku,

skripsi, laporan, jurnal, berita yang berhubungan dengan judul

skripsi ini.

a) Metode Pengolahan Data

Untuk mempermudah pemahaman serta menghindari kesalahan data, maka

peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a.Editing (Pemeriksaan data)

Adalah meneliti dan memeriksa kembali catatan peneliti yang diperoleh

dari proses pencarian data. Pencarian data yang dilakukan peneliti berupa

wawancara maupun dokumentasi. Langkah ini dilakukan agar mengetahui apakah

catatan tersebut sudah cukup jelas, lengkap, sesuai serta relevan dengan penelitian

yang dilakukan.

b.Classifying (Klasifikasi)

Adalah mengkategorikan data yang telah diperoleh. Langkah ini dilakukan

dengan tujuan untuk memilah data sehingga memudahkan peneliti dalam

membaca data untuk kemudian mengetahui data yang perlu dicantumkan dan

yang tidak perlu dicantumkan.

c.Verifying (Verifikasi)

Tahap verifikasi data merupakan tahap pembuktian akan kebenaran data

yang diperoleh. Pada metode ini peneliti akan memberikan hasil dari wawancara

kepada narasumber untuk ditanggapi apakah data tersebut sudah sesuai dengan

yang diinformasikan oleh para narasumber.

35
d.Analysing (Analisis)

Adalah menganalisis data-data dari hasil wawancara, observasi, maupun

dari buku-buku, skripsi, jurnal, berita, laporan dan dokumen lainnya agar

memperoleh hasil yang efisien dan sesuai harapan peneliti. Langkah ini

menggambarkan keadaan fenomena dengan kata-kata atau kalimat yang kemudian

dikategorikan guna memperoleh kesimpulan.

f. Concluding (Concluding)

Adalah menarik jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian

Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Repacking Dalam Transaksi

E-Commerce Pada Akun Shopee Primer Shop Perspektif Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum Ekonomi Syariah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis sosiologis maka penggalian

data disini menggunakan 2 cara:

1.Wawancara

Wawancara adalah situasi peran antara pribadi yang saling komunikasi di

media sosial, ketika pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyan yang sudah

disusun untuk mendapatkan sebuah jawaban yang sesuai dengan masalah yang

akan diteliti kepada narasumber38 Penelitian ini dilakukan dengan melakukan

wawancara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada pemiliki akun shoope Primer Shop.

38
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Grafindo Persada:2006),hlm 82

36
2.Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mengalisis

data yang telah didapatkan. Dokumentasi dapat dicari melalui buku-buku, berita,

arsip, dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan permasalahan peneliti.

37
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Perlindungan konsumen dalam transaksi E-Commerce menurut hukum ekonomi

syariah

Secara historis, sejarah perlindungan konsumen dalam Islam sudah di mulai sejak

nabi muhammad saw belum diangkat menjadi rasul, beliaulah yang membawa barang

dagangan Siti Khadijah dengan mendapatkan imbalan, atau upah. Sekalipun tidak banyak

literatur yang berbicara tentang aspek perlindungan konsumen ketika itu, namun prinsip

perlindungan konsumen dapat ditemukan dari praktik-praktik bisnis yang dilakukan

rasulullah. Kejujuran, keadilan, dan integrasi rasulullah tidak diragukan lagi oleh

penduduk mekkah, sehingga potensi tersebut meningkatkan reputasi dan kemampuannya

dalam berbisnis. Setelah nabi muhammad saw diangkat menjadi rasul, konsumen

mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam ajaran isla, baik dalam al quran maupun

hadits. Bisnis yang adil dan jujur menurut al quran adalah bisnis yang tidak menzalimi

dan tidak pula dizalilmi39

Di dalam Qs. Al-Baqarah ayat (279)

ْ zُ‫ اَل ت‬z‫ َو‬z‫ن‬zَ z‫ و‬z‫ ُم‬zِ‫ ل‬z‫ظ‬


z‫ َن‬z‫ و‬z‫ ُم‬zَ‫ ل‬z‫ظ‬ ْ zَ‫ اَل ت‬z‫ ْم‬z‫ ُك‬zِ‫ل‬z‫ ا‬z‫و‬zَ z‫ ْم‬zَ‫ أ‬z‫س‬ ٍ z‫ر‬zْ z‫ح‬zَ zِ‫ ب‬z‫ا‬z‫ و‬zُ‫ ن‬z‫ َذ‬zْ‫ أ‬zَ‫ ف‬z‫ا‬z‫ و‬zُ‫ ل‬z‫ َع‬z‫ ْف‬zَ‫ ت‬z‫م‬zْ zَ‫ ل‬z‫ن‬zْ zِ‫ إ‬zَ‫ف‬
zُ z‫ و‬z‫ ُء‬z‫ ُر‬z‫ ْم‬z‫ ُك‬zَ‫ ل‬zَ‫ ف‬z‫ ْم‬zُ‫ ت‬z‫ ْب‬zُ‫ ت‬z‫ن‬zْ zِ‫ إ‬z‫ َو‬zۖ z‫ ِه‬zِ‫ل‬z‫ و‬z‫ ُس‬z‫ َر‬z‫و‬zَ zِ ‫ هَّللا‬z‫ن‬zَ z‫ ِم‬z‫ب‬

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah

dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka

bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

39
Ahmad miru, prinsip-prinisi perlindungan bagi konsumen di Indonesia, h. 73.

38
Sepintasnya ayat ini memang berbicara tentang riba, tetapi secara impilisit

mengandung pesan-pesan perlindungan konsumen. Di akhir ayat disebutkan tidak

menganiaya dan tidak dianiaya (tidak menzalimi dan tidak tidak pula dizalimi). Dalam

konteks bisnis, potongan ayat tersebut mengandung perintah perlindungan konsumen,

bahwa antara pelaku dan konsumen dilarang untuk saling menzalimi atau merugikan satu

dengan yang lainnya. Hal ini berkaitan dengan hak-hak konsumen dan juga hak-hak

pelaku usaha ( produsen)40

Islam membolehkan seluruh umatnya untuk melakukan berbagai bentuk

muammalah, dengan tujuan untuk kemaslahatan bersama. Salah satu fenomena muamlah

dalam bidang ekonomi adalah transaksi jual beli yang menggunakan media elektronik.

Aktivitas perdagangan melalui media internet ini populer disebut dengan electronic

commerce atau yang disingkat ecommerce sama seperti jual beli konvensional terdapat

pula hak-hak yang melekat diantara konusmen dan produsen .

Proses transaksi perniagaan atau jual beli dalam sebuah bisnis online syariah

dapat dikatan sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh

hukum ekonomi syariah. Mengenai rukun dan syarat perniagaan yang berlaku dalam jual

beli online, pendapat para ulama berbeda-beda, namun menurut pendapat jumhur ulama,

jual beli online harus memenuhi empat rukun, di antaranya :

A. Orang yang berakad

Perjanjian antara penjual dan pembeli dibutuhkan dalam rukun jual beli online yang

pertama. Pada umumya al-‘aqid atau pelaku bisnis online syariah disyaratkan harus ahli dan

memiliki kemampuan untuk melakukan akad atau mampu menjadi pengganti orang lain jika ia

40
ibid

39
menjadi wakilnya. Salah satu syarat utama seorang al-‘aqid haruslah berumur minimal 7 tahun

dan arus baligh, serta berakal, juga mampu memelihara agama dan hartanya. Yang terpenting

dalam melaksanakan transaksi bisnis online syariah adalah kedua pihak yaitu penjual dan

pembeli harus mengerti tentang pengoperasian komputer dan internet, dan hal ini tidak mungkin

dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kecakapan yang sempurna, seperti dilakukan oleh

anak-anak yang belum berakal atau orang gila. Jadi dengan demikian, transaksi e-commerce

antara orang yang telah berakad akan telah memenuhi rukun di atas.

B. Sighat

Adapun yang dimaksud dengan sighat adalah lafal ijab dan qabul dari dua pihak yang

berakad dan menunjukkan atas apa yang ada di hati keduanya tentang terjadinya suatu akad.

Dalam hukum syariah, pernyataan ijab dan qabul dapat dilakukan baik secara lisan maupun

tulisan, atau menggunakan isyarat yang memberi pengertian jelas tentang adanya ijab dan qabul,

dan dapat juga dilanjutkan berupa perbuatan yang telah menjadi kebiasaan dalam ijab dan qabul

di suatu tempat yang telah dimaklumi dan menjadi kebiasaan hingga keduanya saling

memahami. Sudut pandang sighat dalam transaksi e-commerce adalah ketika pembeli dan

penjual bertemu dalam satu majelis, yaitu majelis transkasi online.

Di dalam majelis tersebut pembeli dan penjual tidak berada dalam suatu tempat tertentu

dalam artian secara fisik dan bisa saja transaksi dilakukan dari berbagai belahan negara yang

berbeda. Jika terdapat suatu perbedaan antara informasi yang diberikan penjual dalam situs

barang yang dijual dan telah dilakukan pembayaran atas barang tersebut, maka pembeli dapat

memberitahukan kepada pihak penjual untuk ditukarkan dengan sesuai di situs atau

mengembalikan barang tersebut dan mengambil uang yang telah dibayarkan. Tetapi hal ini tidak

berlaku jika pembeli telah menggunakan barang atau produk tersebut. Pada dasarnya pernyataan

40
kesepakatan transaksi e-commerce sama dengan pernyataan kesepakatan sighat atau transaksi

dalam ekonomi syariah yang pernyataan kesepakatannya dapat dilakukan dengan berbagai cara

dan melalui berbagai media, namun substansinya adalah pernyataan tersebut dapat dipahami

maksudnya oleh kedua pihak yang melakukan transaksi, sehingga dapat dipahami sebagai

kerelaan dari kedua belah pihak.

C. Objek transaksi dan nilai tukar pengganti barang

Pada dasarnya objek yang dijadikan komoditi transaksi e-commerce dalam bisnis online

syariah tidak berbeda dengan transaksi yang digariskan dalam hukum ekonomi syariah, sejauh

objek transaksi tersebut berupa komoditi halal yang mempunyai nilai dan manfaat bagi umat

manusia, serta memiliki kejelasan baik bentuk, fungsi dan keadaannya, dan dapat memenuhi

waktu dan tempat yang telah disepakati pada saat serah terima transaksi. Sedangkan nilai tukar

pengganti barang berupa pembayaran atas harga dalam transaksi e-commerce yang ada pada

prinsipnya merupakan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat, yakni uang yang digunakan sebagai

instrumen pembayaran pengganti nilai barang. Selanjutnya setelah nilai uang pembayaran

pengganti barang telah ditentukan dan diketahui oleh pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi,

harus dibayarkan segera sesuai kesepakatan setelah semua proses otorisasi selesai dilaksanakan.

Menurut hukum Islam, pelaksanaan transaksi jual beli online sama dengan transaksi bai’

al-salam dalam hal pembayaran dan penyerahan barang. Maka untuk mengetahui apakah

transaksi jual beli online sejalan dengan prinsip-prinsip hukum Islam dapat ditinjau kembali

melalui syarat- syarat bai‟ al-salam. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 101 s/d

Pasal 103, bahwa syarat ba‟i salam adalah sebagai berikut:

a. Kualitas dan kuantitas barang sudah jelas. Kuantitas barang dapat diukur dengan

takaran, atau timbangan, dan/atau meteran.

41
b. Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh semua

pihak

c. Bai’ salam harus memenuhi syarat bahwa barang yang dijual, waktu, dan tempat

penyerahan dinyatakan dengan jelas.

d. Pembayaran barang dalam bai’ salam dapat dilakukan pada waktu dan tempat

yang disepakati.

Primera shop telah memberikan informasi mengenai kejelasan informasi kualitas dan kuantitas

produk yang dijual, yakni makanan kemasan ulang. Mengenai kualitas dan kuantitas barang

dijelaskan dideskripsi produk di akun shoope tersebut. Untuk ukuran takaran dan timbangan

sudah disediakan berbagai takaran mulai dari 100 gram hingga 250 gram, pembeli bisa memilih

sesuai dengan keingan yang diinginkan.

Untuk spesifikasi barang nya di deskripisi box menjelaskan “Chitato makanan kemasan

ulang” dijamin produk original yang kami repack dengan higienis untuk menjaga kualitas

makanan barang baru dikemas setelah orderanmasuk,jadi bukan barang lama. Untuk pengiriman

berat ditambah 80 gram” spesifikasi yang dijelaskan oleh akun primera shop ini hanya

menjelaskan nama cemilan, rasa cemila, berat yang disediakan oleh penjual. Tetapi untuk

keterangan masa kadarluarsa, perizinan makanan repacking dan jaminan mutu apabila keselahan

dari makan tidak dijelaskan lebih lanjut. Oleh karena itu, untuk spesifikasinya hanya penjual

yang mengetahui namun pembeli tidak mengetahui lebih lanjut dan jelas mengenai keadaan

produk makanan yang akan dibeli.

Syarat didalam akad bai salam yakni memenuhi aspek yang dijual melingkupi waktu dan

tempat penyerahan dinyatakan dengan jelas. Primera shop adalah toko jual beli onlin di akun

42
shoope, untuk melakukan transaksi maka sistem online ini otomatis menginput pendataan apabila

pembeli membeli barang atau produk. Untuk membeli sebuah produk, maka waktu pembayaran

yang dilakukan tercatat oleh sistem sehingga waktu nya sangat jelas dalam jual beli ini baik

tanggal hari dan jam pembelian barang. Kemudian untuk tempat penyerahann barang yang akan

dibeli, sesuai dengan alamat yang dicatatkan oleh pembeli saat membayar makanan yang akan

dibeli, seperti alamat lengkap, nomor telfon, noor rw, nomor rt hingga provinsi yang dipilih.

Ketika barang yang dipesan sudah dimasukan ke ekpedisi. Maka barang atau makana ini yang

akan diantarkan oleh kurir sesuai alamat yang dimasukan ke sistem shoope. Oleh karena itu

untuk kejelasan waktu dan juga kejelasan penyerahan tempat barang sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Pembayaran yang dilakukan oleh konsumen melalui sistem yang telah ditentukan oleh

layanan akun shoopee dengan metode pembayaran yang bervariasi. Dimulai dari via tranfer

bank, kartu kredit atau debit online, sistem cod ( bayar di tempat), pembayaran di minimarket

alfamart atau indomaret, oneklik, isaku. Berbagai metode pembayaran disediakan oleh shopee,

sehingga mempermudah transaksi yang dilakukan oleh konsumen kepada pembeli sesuai wadah

pembayaran yang telah disediakan dan disepakati. Oleh karena itu pembayaran ini dapat

dilakukan sesuai dengan syariat Islam.

b. Efektivitas hukum undang-undang nomor 8 tahun 1999 atas produk makanan

repacking terhadap pelaku usaha pada Akun Shopee Primera Shop.

Jual beli makanan secara online yang praktikan oleh pemiliki akun shoope

primera shop ini telah berlangsung pada bulan juni 2016. Primera shop ini menyediakan

makanan ringan masa kini yang banyak varian, sehingga banyak variant rasa yang jual.

“Makanan cemilan kemasan ulang ini kami ambil didistibutor (pihak ke dua) langsung,

43
mengambil perpack besar didistributor resminya, kemudian dikemas kembali dengan

kemasan yang dibuat oleh primera shop. Makanan ini belum ada izin nya karena masih

skala kecil, dan kita juga usahanya masih di rumah. Sejauh ini belum ada custumer yang

menanyakan perizinan makanan kemasan ulang ini. Untuk perlabelan kami masih

mengikuti distributor, karena kami menginformasikan kepada customer bahwa produk

yang kami jual adalah original dan kami pastikan bahwa masa berlaku produck tersebut

masih lama. Untung bungkus snack Kami memakai bagian depan bungkus snack. Karena

dari berbagai experimen yg kami lakukan, cara tersebut yg cukup aman.41

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara, maka peneliti

berpendapat bahwa pejual dan pembeli belum memahami apa saja hak dan kewajibannya

di dalam undang-undang perlindungan konsumen. Sesuai dengan ketentuan undang-

undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, salah satunya mencakup

hak dan kewajiban oleh konsumen dan pelaku usaha. Bab tiga pasal 4 tentang hak dan

kewajiban konsumen yakni :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalammengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai konsidi dan jaminan barang dan/atau

jasa;

c. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

Kewajiban Pelaku usaha dalam pasal 7

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;


41
Enosahdini, Wawancara, (Via Whatsapp, Januari 2021)

44
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan

ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

Dalam pasal 4 point a, dijelaskan bahwa hak konsumen yakni hak atas kenyamanan, keamanan,

dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Akun primera shop memberikan

kenyaman kepada konsumen, salah satunya adalah dalam bentuk membalas setiap orderan yang

masuk dan mengomentari penilaian dari konsumen tersebut. Dalam keamanan dan keselamatan

selama mengkonsumsi produk makanan primera shop memberikan keamana dalam pelayanan

produk sampai ketangan konsumen, akan tetapi untuk keamanan dalam kesehatatan dan

keselamatan selama mengonsumsi makanan belum adanya hal ini peneliti simpulkan pasalnya

karena belum adanya perizinan edaran makanan repacing dan juga kejelasan bahan dan tanggal

kadaluarsa nya makanan yang tidak dijelaskan secara rinci di produk kemasan, sehingga dapat

disimpukan bahwa untuk hak-hak konsumen dalam mendapatkan kenyamanan sudah terpenuhi,

namun dalam keamanan dan keselamatan masih belum ada.

d. Point b pasal 4 menjelaskan tentang hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

konsidi dan jaminan barang dan/atau jasa. Primera shop memberikan hak-hak konsumen salah

satunya dalam bentuk atas informasi yang benar dan jelas, di delam dskripsi toko sudak

dijelaskan bahwa produk original dan masa berlaku expired masih lama dari sini sudah dapat

disimpulkan bahwasanya pelaku usaha bersikap jujur mengenai produk makanannya. Akan tetapi

untuk kejelasan diperlabelan dimana setiap makanan harus memiliki label yang benar dan jelas

45
akan informasinya maka hal ini berbanding terbali dengan keadaan sebenarnya, karena produk

tidak sesuai dengan ketentuan yang telah diatur. Oleh karean itu maka untuk kejelasan informasi

produk masih belum jelas baik dari segi perlabelan suatu produk.

e. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; pemiliki

toko primera shop memilki itikad baik dalam hal kejujuran suatu barang yang dijualnya, yakni

menginformasikan keadaan barang yang dijualnya apabila mendekati masa expired hanya saya

dalam pengemasanya tidak dijelaskan kapan expired sebuah poduk yang dijualnya.

Dari hak- hak kosumen yang seharusnya di dapatkan adapula kewajiba pelaku usaha yang harus

diketahui.

c. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

Pelaku usaha memilki kewajiban untuk memberikan informasi yang jelas dan benar serta jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang yang akan dijualnya. Guna memberikan hak-hak

konsumen atas informasi yang jelas benar dan jujur atas kewajiban konsume.

d. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

Pelaku usaha berkewajiban melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

sehingga konsumen terpenuhi akan hak-hak nya sebagai pembeli.

e. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan

ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

Kewajiban pelaku usaha adalah menjamin mutu barang yang diproduksi atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang. Jadi barang yang akan diedarkan ketangan

46
konsumen memiliki kejelasan mengenai kondisi barang, memiliki izin edar yang sesuai dengan

aturan pemerintah, memiliki tanggal masa kadaluarsanya produk yang dijual sehingga mutu

barang atau makanan terjamin baik dari segi kesehatan maupun dari aturan yang berlaku

47
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Adanya perlindungan konsumen dalam transaksi E-Commerce menurut hukum ekonomi

syariah. Maraknya transkasi jual beli secara online tentu perlunya ada payung hukum yang kuat,

jual beli online ini dilakukan tidak bertatap muka melaikan secara online penjual dan pembeli

berada di wilayah yang berbeda, tentunya perlu ada payung hukum yang jelas dalam transaksi

secar onlin ini. Menurut hukum ekonomi syariah, jual beli secara online ini diperbolehkan

berdasarkan prinsip-prinsip yang ada didalam perdagangan secara islam. Dianalogikan dengan

prinsip transaksi bai’ as salam. Secara hukum ekonomi syariah di kaitakan dengan bai’ as salam

transaksi jual beli online ini diperbolehkan kemudaia perlindungan secara hukum islam yakni

terpenuhinya hak-hak konsumen secara Islam.

2. Efektivitas hukum undang-undang nomor 8 tahun 1999 atas produk makanan repacking

terhadap pelaku usaha pada Akun Shopee Primer Shop mengenai hak, kewajiban konsumen dan

pelaku usaha tentunya sudah diatur didalam pasal 4 dan 7 undang-undang perlindungan

konsumen. Pasalnya masih banyak konsumen dan pelaku usaha yang masih belum mengetahui

apa saja hak dan kewajibanya sebagai konsumen maupun pelaku usaha, tentunya perlu ada

sosialisasi oleh pemerintah agar masyarakat mengetahui hak dan kewajiban sebagai konsumen

dan pelaku usaha

B. Saran

48
1. Hendaknya pemerintah lebih memperhatikan penjual yang dilakukan secara online guna

melindungi pelaku usaha dan konsumen yang bertransaksi secara online di e-commerce

2. Hend Pelaku usaha memperhatikan perizinan dan perlabelan sebelum berjualan secara online

guna memenuhi hak dan kewajiban sebagai pelaku usaha dan juga melindungi hak- hak

konsumen

3. Hendaknya konsumen maupun masyarakat memperhatikan dasar hukum, rukun, syarat-syarat

dalam jual beli, serta asas-asas dalam bermuamalah. Sehingga transaksi dalam jual beli sesuai

dengan syariat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Tim Penerjemah, Al-Qur’an dan Terjemahannya, diakses di https://tafsirq.com/


Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Badan Pengawas Obat dan makanan nomor 27 tahun 2018 tentang
pedaftaran pangan olahan

49
Buku
AH Azharudin Lathif. Fiqh Muamalat.Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005).
Ahmad Muhammad Al-Assal & Fathi Ahmad Ab-dul Karim.Sistem, Prinsip Dan Tujuan
Ekonomi Islam,Terjemahan H. Imam Saefudin, Bandung, Pustaka Setia, 1999.
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum.Jakarta: PT Grafindo Persada:2006.
Faisal Badroen et all, Etika bisnis Dalam Islam, Jakarta, Kencana, 2007.
Hasan Aedi, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, Bandung, Alfabeta, 2011
Mariam Darus Badrulzaman, PerlindunganTerhadap Konsumen Dilihat dari Sudut
Perjanjian Baku Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah PerlindunganKonsumen yang
diselenggarakan oleh BPHN, Jakarta, 1986
Nasution, Nasution, Hukum PerlindunganKonsumen.Jakarta: Diadit Media,2002.
Ningsih Widi Nugraha, dan Mira Erlinawati. PerlindunganKonsumen Dalam Transaksi
Online.Surakarta: Pustaka Begawan, 2017.
Soekanto,Soekanto.Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta:Universitas Indonesia Press,
1986.
Zulham. Hukum Perlindungankonsumen.Medan: Kencana, 2016.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah 2019, UIN Malang

Jurnal
Desi Lestari.“PerlindunganHukum Bagi Konsumen Terhadap Produk Makanan Tanpa
Izin Edaran di Pasaran”, Diponorogo law , volume 1 (2013):2
https://media.neliti.com/media/publications/18893-ID-perlindungan-hukum-bagi-
konsumen-terhadap-produk-makanan-kemasan-tanpa-izin-edar.pdf
Nurhalis.”PerlindunganKonsumen Dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-Udang
Nomor 8 Tahun 1999”, Jurnal IUS , volume III (2015):223-235.
Mutaqqin Azhar.”Transaksi E-commerce Dalam Tinjauan Hukum Beli Islam”, Jurnal
Ulumuddin , volume VI (2010):460-461

Skripsi
Apriyanti. “Perlindunganhukum terhadap konsumen dalam transaksi E-Commerce
di tinjau dari hukum perikatan.” Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah,2014.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24973/1/APRIYANTI-FSH.pdf
Kharisma Eka Fitriana.”Jual beli produk minuman repacking ditinaju dari
undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan dan etika bisnis Islam ( studi
kasus keda teh mbah djie desa kutoanyar kecamatan tulung agung kabupaten tulung
agung.” Skripsi,Fakultas Syariah dan Ilmi Hukum Institut agama Islam negeri
tulungagung,2019.http://repo.iain-tulungagung.ac.id/11336/
Muhammad Khadafi.” Perlindunganhukum terhadap konsumen dalam transaksi
E-Commerce,Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah,2016.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/41563
Rizky Amelia.”Perlindungankonsumen dalam transaksi E-Commerce pada situs
muslimgaleri.co.id persepektif undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungankonsumen dan hukum ekonomi syariah”, Skripsi, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah,2018.

50
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42939/1/RIZKY%20AMELIA-
FSH.pdf
Ahmadi Miru, “Prinsip-prinsip PerlindunganHukum Bagi Konsumen di
Indonesia”.Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2000
Fika Ayu Widyanita.”Analisi pnegaruh kualitas pelayana E-Commerce shoppe
terhadap kepuasan konsumen shoppe indonesia pada mahasiswa fe uii pengguna
shoppe.” Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia,2018.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7821/SKRIPSI%20Fika%20Ayu
%20Widyanita.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Website
Jati, Anggoro Suryo , “Snack Kemasan Ulang tanpa Izin Edar Langgar UU,” Lampost.co,
May 12, 2020, diakses 21 Oktober 2020,https://www.lampost.co/berita-snack-
kemasan-ulang-tanpa-izin-edar-langgar-uu.html
Syaiful Millah, “Survey: Oran Indonesia Lebih Banyak Makan Camilan Ketimbang Makan
Berat,” Bisnis.com, Desember 03, 2019, diakses 21 Oktober 2020,
https://traveling.bisnis.com/read/20191203/223/1177360/survei-orang-indonesia-
lebih-banyak-makan-camilan-ketimbang-makan-berat
Fery E, Citibank,” E-Commerce Dorong Transaksi Kredit”, Koran Tempo, 29 Oktober 2020
Edisi Nomor 5779,
Deasy Mayasari, “BPOM: Tak izin,repacking produk bisa,”TimeIndonesia, May 07, 2017,
diakses 21 Oktober 2020.https://www.timesindonesia.co.id/read/news/147712/bpom-
tak-izin-repacking-produk-itu-bisa-dipidana
Tempo.co, «Ribuan Pangan Impor yang Dijual Online Online Ternayat Ilegal »Tempo.co,
Juni 18, 2015, https://www.coursehero.com/file/41424251/Ribuan-Pangan-Impor-
yang-Dijual-Online-Ternyata-Ilegaldocx/
Barisbisnis, maret,22 tahun 2020 https://www.barisnis.com/peluang-usaha-repacking-
dan-rebranding/
Smartlegal.id, 04 September 2019,
https://smartlegal.id/smarticle/2019/09/04/mengemas-kembali-suatu-produk/
http:.//www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/2379358/ini-yang-bikin-shoope-
beda-dengan-aplikasi-belanja-online-lain diakses tanggal 31 Oktober 2020
https://openlibrary.telkomuniversityac.id>diakses pada tanggal 31 Oktober 2020

LAMPIRAN – LAMPIRAN

51
A. Daftar Pertanyaan wawancara

1. Sudah berapa lama memulai usaha di akun shoope dan apakah ada toko offline nya juga?
2. Makanan kemasan ini , apakah dibeli perkiloan atau berpack di distributor besar atau di
pabrik ?
3. Perbedaan produk primera shop dengan distributor ?
4. Untuk perizinan repacking dari primera shop biasannya kemana ya ?
5. Apakah ada customer yang mengeluhkan perihal perizinan dan pelabelan pada makanan ?
6. Apakah produk makanan yang kakak jual menjamin mutu dan kuliatasnya setelah di
repacking? Dan bagaimana pengemasannya
7. apakah kakak tau prosedur atau aturang menganai repacking makanna yang di atur oleh
pemerintah ?
8. alasan kakak menjual makanan repacking, apakah banyaknya permintaan konsumen yang
tinggi terhadap makanan repackng ?
9. sejauh ini apa kendala yang kakak alami selama menjual makanan repacking?
10. Apakah diakun shopee kakak dan di kemasaan atau saaat kakak menjual ada menjelaskan
informasi yang mengenai makanan yang kakak jual. Sepeerti pelabelan pada umumnya.
11. Apakah makanan ini label nya dari kakak atau dari ditriburonya ? dan makasa expaired nya
di keluarkan oleh siapa ?

B. Dokumentasi wawancara

52
53
54
55
56
57
C. Lokasi Penelitian

58
D. Foto Peristiwa

59
60
CURICCULUM VITAE (CV)

3x6

A. Biodata Pribadi

1. Nama : Nabila
2. Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 05 Mei 1998
3. Agama : Islam
Domisili : Jl. HR. Subrantas RT/RW 001/012 Kelurahan Tobek
Gadang Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, Riau.
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Status : Belum Kawin
6. Tinggi, Berat Badan : 150, 48kg
7. No. HP : 0822 6761 0008
8. Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan
I. Pendidikan Formal
 SDN 013 Pekanbaru – ( 2005 – 2011)
 SMP IT Al Izhar Pekanbaru – ( 2011 – 2014)
 MAN 1 Pekanbaru – ( 2014 – 2017)
2. Pendidikan Non Formal
 Pengurus Organisasi Daerah Riau-Malang - 2018-2019

61
 Redaktur Pelaksana Majalah Suara Akademika Kemahasiswaan UIN MALANG -
2019-2020
 Kepala Biro Keorganisasian UKM LKP2M UIN MALANG - 2019-2020

62
63

Anda mungkin juga menyukai