BAB III KP Poji

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

14

1BAB III
TEORI DASAR

3. 1 Pengoperasian
3.1.1 Pengoperasian Boiler

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan
memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari
hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam
ruang bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar.
Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan
pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran yang diberikan. Boiler yang
konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air disebut dengan water tube boiler.
Pada unit pembangkit, boiler juga biasa disebut dengan steam generator
(pembangkit uap) mengingat arti kata boiler hanya pendidih, sementara pada
kenyataannya dari boiler dihasilkan uap superheat bertekanan tinggi.

3.1.2 Siklus Air di Boiler

Siklus air merupakan suatu mata rantai rangkaian siklus fluida kerja.
Boiler mendapat pasokan fluida kerja air dan menghasilkan uap untuk dialirkan ke
turbin. Air sebagai fluida kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisi
dengan melalui economiser dan ditampung didalam steam drum.
Economiser adalah alat yang merupakan pemanas air terakhir sebelum
masuk ke drum. Di dalam economiser air menyerap panas gas buang yang keluar
dari superheater sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong.
15

Peralatan yang dilalui dalam siklus air adalah drum boiler, down comer,
header bawah (bottom header), dan riser. Siklus air di steam drum adalah, air dari
drum turun melalui pipa-pipa down comer ke header bawah (bott om header).
Dari header bawah air didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun
membentuk dinding ruang bakar boiler. Di dalam riser air mengalami pemanasan
dan naik ke drum kembali akibat perbedaan temperatur.
Perpindahan panas dari api (flue gas) ke air di dalam pipa-pipa boiler
terjadi secara radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur
naik hingga mendidih juga terjadi sirkulasi air secara alami, yakni dari drum turun
melalui down comer ke header bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-
pipa riser. Adanya sirkulasi ini sangat diperlukan agar terjadi pendinginan
terhadap pipa-pipa pemanas dan mempercepat proses perpindahan panas.
Kecepatan sirkulasi akan berpengaruh terhadap produksi uap dan kenaikan
tekanan serta temperaturnya.
Selain sirkulasi alami, juga dikenal sirkulasi paksa (forced circulation).
Untuk sirkulasi jenis ini digunakan sebuah pompa sirkulasi (circulation pump).
Umumnya pompa sirkulasi mempunyai laju sirkulasi sekitar 1,7 artinya jumlah air
yang disirkulasikan 1,7 kali kapasitas penguapan. Beberapa keuntungan dari
sistem sirkulasi paksa antara lain :
a. Waktu start (pemanasan) lebih cepat.
b. Mempunyai respon yang lebih baik dalam mempertahankan aliran air ke pipa-
pipa pemanas pada saat start maupun beban penuh.
c. Mencegah kemungkinan terjadinya stagnasi pada sisi penguapan

Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai


tekanan, temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang
akan digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan
tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi
(high pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari
sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanaskan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau
16

membangkitkan energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi


mekanik kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik
(power boilers). Namun, ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler
tersebut, yang memanfaatkan tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan
energi listrik, kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur
rendah dapat dimanfaatkan ke dalam proses industri dengan bantuan heat
recovery boiler.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan dari sistem air umpan, penanganan air umpan diperlukan sebagai
bentuk pemeliharaan untuk mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem
steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem,
tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau
tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk
menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan
yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem.

3. 2 Pemeliharaan
3.2.1 Pemeliharaan Boiler

Pemeliharaan Boiler adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau


menjaga boiler dan melakukan perbaikan atau penggantian peralatan yang
diperlukan agar Boiler bisa dioperasikan kembali sesuai dengan yang
direncanakan. Adapun yang menjadi tujuan dari pemeliharaan suatu peralatan
dalam proses produksi atau operasional adalah untuk menekan kerugian akibat
kerusakan alat produksi, dengan biaya yang rendah diharapkaan mendapat hasil
yang tinggi. Bila dijabarkan lagi, maka tujuan perawatan yang paling efektif dan
optimal adalah tercapainya keadaan–keadaan sebagai berikut :
17

 Meningkatkan kemampuan produksi.

 Menjaga kualitas produksi tanpamengganggu kelancaran produksi.

 Menjaga agar boiler dapat bekerja dengan aman.

 Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan


dalam keadaan darurat setiap waktu.

 Agar komponen – komponen dapat mencapai umur yang panjang sesuai


dengan umur / life time peralatan tersebut.

 Menekan biaya maintenance atau perawatan dengan cara melaksanakan


kegiatan perawatan secara efektif.

Untuk mencapai tujuan perawatan seperti tersebut di atas perlu diambil,


langkah–langkah antara lain :

 Peningkatan hasil kerja (performance) dari personil/operator, serta proses


maintenance yang dilakukan secara menyeluruh.

 Pemanfaatan suku cadang secara efisien.

 teknik modifikasi dalam penggantian peralatan yangdilakukan selama


proses operasi.

3. 3 Boiler
3.3.1 Klasifikasi Boiler

Boiler atau Ketel Uap didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat
menghasilkan uap untuk digunakan di luar alat tersebut. Disamping boiler,
terdapat alat yang dapat menghasilkan uap, akan tetapi uap tersebut digunakan
untuk memanaskan produk di dalamnya. Alat ini disebut autoclave.Uap yang
dihasilkan oleh ketel uap diperoleh dari memanaskan air, sampai mendidih,
berubah menjadi uap yang bertemperatur dan bertekanan tinggi.Uap tersebut
dimanfaatkan panas dan tekanannya untuk berbagai keperluan. Uap digunakan
untuk pemanasan pada berbagai industri kimia, tekstil, makanan,hotel dll. Uap
bertekanan tinggi digunakan untuk penggerak turbin, yang selanjutnya digunakan
untuk pembangkit listrik, transportasi maupun penggerak mesin-mesin lainnya.
18

Mengingat luasnya penggunaan ketel, jenisnya pun sangat banyak,


sehingga tidak dapat diklasifikasikan secara sederhana.Boiler dirancang dan
dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kegunaannya. Dengan kemajuan teknik
produksi, material, kontrol dan berbagai teknologi pendukung lainnya, desain
boiler juga turut berkembang. Pada mata kuliah Dasar Mesin Kalor dan Fluida
telah dijelaskan klasifikasi boiler. Pada kesempatan ini akan diulang secara
singkat. Gambar 3.1 di bawah ini menunjukkan klasifikasi boiler.
Semakin tinggi temperatur boiler, semakin tinggi tekanannya, temperatur
gas asapnya juga semakin tinggi, sehingga rugi-ruginya juga semakin tinggi.
Akan tetapi rugi-rugi juga bisa dikurangi dengan peningkatan kapasitas. Kapasitas
ketel ditentukan oleh laju perpindahan panas dari nyala dan gas asap ke air atau
uap. Sedangkan laju perpindahan panas pada bolier bergatung pada beda
temperatur antara api/gas asap dan air/uap, luas permukaan perpindahan panas dan
koefisien perpindahan panas keseluruhan.

Gambar 3.1 Klasifikasi Boiler atau Ketel Uap.( Haryadi, 2010)


19

Keuntungan penggunaan tekanan tinggi adalah mengurangi ukuran fisik


ketel untuk kapasitas pengangkutan panas yang sama. Hal ini karena kenaikan
densitas uap, akibat naiknya tekanan.Tekanan tinggi juga diperlukan bila uap
digunakan untuk pembangkit. Diantara klasifikasi yang paling relevan untuk
kondisi saat ini adalah berdasarkan konstruksi, karena cara ini relatif dapat
mewakili jenis klasifikasi lainnya.

3.3.2 Kontruksi dan Bagian-bagian Boiler

Boiler dapat dipandang terdiri dari dua sistem yang terpisah, dalam arti
tidak ada pertukaran atau perpindahan massa di antara keduanya. Sistem yang
pertama adalah sistem air-uap, yang juga disebut sisi air ketel. Sedangkan sistem
yang kedua adalah bahan bakar-udara-gas asap, yang juga disebut sisi api.
Walaupun di antara keduanya tidak ada transfer massa, akan tetapi tentu saja ada
perpindahan panas.

Bagian-bagian utama boiler adalah sebagai berikut :

1. Sistem air-uap: pompa, deaerator, penampung air, penampung uap,


pemanas uap lanjut (superheater) dan penyalur uap.
2. Sistem bahan bakar-udara-gas asap: blower, pengumpan bahan bakar,
pencampur dan pembakar, pembuang gas asap (cerobong, blower).
3. Permukaan perpindahan panas
4. Sistem perolehan panas kembali: pemanas mula udara, ekonomiser

Disamping itu, pada ketel dilengkapi juga :

1. Alat-alat kontrol: pengontrol laju bahan bakar, pengontrol tekanan,


pengontrol muka air.
2. Alat-alat pengaman: safety valve, sight glass, pengisi-air tambahan, dsb.

Rugi-rugi gas asap bisa dikurangi dengan menambahkan penukar panas


terpisahpada ketel sederhana untuk memperoleh panas yang lebih banyak dan
20

mendinginkan gas asap. Salah satu cara yang biasa dilakukan adalah dengan
menambahkan pemanas udara bakar mula (combustion air preheater). Dengan
cara ini penghematan bahan bakar yang bisa diperoleh adalah sekitar 1% untuk
setiap 22°C kenaikan temperatur udara pembakar.
Cara lain perolehan panas udara pembakar adalah dengan menambahkan
ekonomiser. Gas asap yang keluar dari ketel, masuk ke dalam ekonomiser dan
memanaskan air umpan ketel. Lebih-kurang, untuk setiap kenaikan temperature
air umpan sebesar 5,5°C, menghemat bahan bakar sebesar 1%.

3. 4 Pembakaran dan Bahan Bakar

Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat antara oksigen dan bahan
yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan
kalor.Pembakaran spontan adalah pembakaran dimana bahan mengalami oksidasi
perlahan-lahan sehingga kalor yang dihasilkan tidak dilepaskan, akan tetapi
dipakai untuk menaikkan suhu bahan secara pelan-pelan sampai mencapai suhu
nyala. Pembakaran sempurna adalah pembakaran dimana semua konstituen yang
dapat terbakar di dalam bahan bakar membentuk gas CO2, air ( H 2O), dan gas SO2
,sehingga tak ada lagi bahan yang dapat terbakar tersisa.
Ditinjau dari sudut teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai
bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan
sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar dengan tujuan
untuk memperoleh kalor tersebut, untuk digunakan baik secara langsung maupun
tak langsung. Sebagai contoh penggunan kalor dari proses pembakaran secara
langsung adalah: untuk memasak di dapur-dapur rumah tangga, untuk instalasi
pemanas. Sedang contoh penggunaan kalor secara tidak langsung adalah: kalor
diubah menjadi energi mekanik, misalnya pada motor bakar.

Beberapa macam bahan bakar yang dikenal adalah :

1. Bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi, dan gas bumi.
21

2. Bahan bakar nuklir, seperti: uranium dan plutonium. Pada bahan bakar
nuklir, kalor diperoleh dari hasil reaksi rantai penguraian atom-atom
melalui peristiwa radioaktif.
3. Bahan bakar lain, seperti: sisa tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, minyak
hewani.

Bahan bakar konvensional, ditinjau dari keadaannmya dan wujudnya dapat


padat, cair atau gas, sedang ditinjau dari cara terjadinya dapat alamiah dan
nonalamiah atau buatan atau “manufactured”. Termasuk bahan bakar padat
alamiah ialah : antrasit, batubara bitumen, lignit, kayu api, sisa tumbuhan.
Termasuk bahan bakar padat nonalamiah antara lain: kokas, semi-kokas, arang,
briket, bris, serta bahan bakar nuklir.
Bahan bakar cair non-alamiah antara lain: bensin atau gasolin, kerosin atau
minyak tanah, minyak solar, minyak residu, dan juga bahan bakar padat yang
diproses menjadi bahan bakar cair seperti minyak resin dan bahan bakar sintetis.
Bahan bakar gas alamiah misalnya: gas alam dan gas petroleum, sedang bahan
bakar gas non-alamiah misalnya gas rengkah (atau cracking gas) dan “producer
gas”.

3.4.1 Komposisi Bahan Bakar

Bahan bakar fosil dan bahan bakar organik lainnya umumnya tersusun dari
unsur-unsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (belerang), P
(fosfor) dan unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil, namun unsur-unsur kimia
yang penting adalah C, H dan S, yaitu unsur-unsur yang jika terbakar
menghasilkan kalor, dan disebut sebagai “bahan yang dapat terbakar” atau
“combustible matter”, disingkat dengan BDT. Unsur-unsur lain yang terkandung
dalam bahan bakar namun tidak dapat terbakar adalah O, N, bahan mineral atau
abu dan air.
Secara singkat komposisi bahan bakar padat dinyatakan menurut analisis
pendekatan (proximate analysis) dan analisis tuntas (ultimate analysis). Analisis
pendekatan (proximate analysis), yaitu kandungannya akan air, zat volatil (zat
22

yang bisa menguap), karbon tetap (fixed char) dan abu. Sedangkan analisis tuntas
(ultimate analysis), yaitu analisis komposisi bahan bakar sampai unsurunsurnya,
seperti kandungan C, H, O, N, S, abu dan air.

3.4.2 Nilai Kalor Bahan Bakar

Nilai kalor atau heating value atau calorific value atau kalor pembakaran
adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna 1 kilogram atau satu
satuan berat bahan bakar padat atau cair atau 1 meter kubik atau 1 satuan volume
bahan bakar gas, pada keadaan baku.
Nilai kalor atas atau gross heating value atau higher heating value (HHV)
adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan berat bahan
bakar padat atau cair, (atau satu satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan
tetap,suhu 25℃) apabila semua air setelah pembakaran mengembun menjadi cair.
(HHV atau GCV = gross calorific value).
Nilai kalor bawah atau nett heating value atau lower heating value (LHV)
adalah kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang
diperlukan oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk
dari pembakaran untuk menguap. (LHV atau NCV = nett calorific value).

3.4.3Jenis-jenis Bahan Bakar

Bahan bakar cair terdiri dari seyawa hidrokarbon atau campuran beberapa
macam senyawa hidrokarbon.Pada minyak bumi, kandungan hidrokarbon terdiri
dari C5 sampai C16, meliputi seri parafin, napftena, olefin dan
aromatik.Hidrokarbon-hidrokarbon tersebut kadang-kadang merupakan senyawa
ikatan dengan belerang, oksigen dan nitrogen, yang jumlahnya beragam.

Bahan bakar cair yang biasa dipakai dalam industri, transportasi maupun
rumah tangga adalah fraksi minyak bumi. Minyak bumi adalah campuran berbagai
hidrokarbon yang termasuk dalam kelompok senyawa: parafin, naphtena, olefin,
dan aromatik. Kelompok senyawa ini berbeda dari yang lain dalam kandungan
hidrogennya.
23

Minyak mentah, jika disuling akan menghasilkan beberapa macam fraksi,


seperti: bensin atau premium, kerosen atau minyak tanah, minyak solar, minyak
bakar, dan lain-lain. Setiap minyak petroleum mentah mengandung keempat
kelompok senyawa tersebut, tetapi perbandingannya berbeda.
Bahan bakar gas terdiri dari campuran senyawa-senyawa C dan H yang
mudah terbakar (CH4, C2H6, C2H4, C2H2, CO, H2 dan lain-lain), serta gas -gas
yang tidak terbakar (N2, CO2, SO2). Senyawa C dan H tersebut tidak selalu
senyawa hidrokarbon (CO, H2).Contoh bahan bakar gas adalah gas alam, yang
merupakan campuran gas-gas parafin hidrokarbon jenuh seperti metana, etana, gas
nitrogen, gas karbon dioksida, dan lain-lain.
Kandungan air di dalam bahan bakar cair dan bahan bakar gas terbatas
pada harga nisbi menurut kelarutan air di dalam cairan dan dalam gas
tersebut.Kandungan air, kandungan abu dan kandungan belerang dalam bahan
bakar sangat menentukan mutu bahan bakar tersebut, karena bahan-bahan tersebut
mempengaruhi besarnya nilai kalor dan sekaligus menentukan spesifikasinya.

3.4.4 Perbandingan Berbagai Jenis Bahan Bakar

Perbandingan ketiga bentuk bahan bakar, yaitu: padat, cair dan gas,
tersebuttercermin pada Tabel 3. 1 berikut ini.

Tabel 3.1 Perbandingan Bahan Bakar Padat, Cair dan Gas.( Haryadi, 2010)

Parameter Padat Cair Gas


Harga Murah Mahal Sedang
Nilai Kalor Rendah Tinggi Tinggi(¿Cair)
Nilai K/Volume Rendah Tinggi Rendah
Penanganan Sedang Mudah Sulit
Pengangkutan Mudah Mudah Sulit
Tingkat Bahaya Rendah Sedang Tinggi
Kemudahan- Sulit Mudah Sedang
Penggunaan
24

Secara umum bahan bakar cair lebih unggul dibanding dengan bahan
bakar padat dan gas, akan tetapi harganya paling mahal dan persediaannya terus
berkurang. Boiler adalah mesin konversi energi yang dapat dengan mudah
didisain untuk bahan bakar yang lebih murah.Dengan semakin mahalnya bahan
bakar, maka boiler semakin banyak menggunakan bahan bakar padat.

3. 5 Instrumentasi dan Kontrol pada Boiler

Boiler merupakan salah satu peralatan proses yang berfungsi


memprodukssteam/uap. Steam yang dihasilkan tersebut akan digunakan untuk
berbagai macam keperluan, antara lain sebagai penggerak turbin dan sebagai
media pemanas dalam unit proses.
Air (feedwater) dimasukkan ke boiler dan dipanaskan, dalam hal ini oleh
panas hasil pembakaran bahan bakar sehingga menghasilkan uap. Bahan bakar
yang digunakan bisa bahan bakar gas, cair, atau padat, atau kombinasi.
Secara umum, tujuan sistem kontrol pada boiler adalah :
1. Uap yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki
2. Boiler dapat beroperasi dengan efisien
3. Menjamin keamanan operasi, selama start up, sampai shutdown.
Secara garis besar, sistem kontrol pada boiler ini terdiri dari :
1. Drum level control;
2. Combustion control;
3. Atomizing control;
4. Blowdown control;
5. Steam temperature control.

3.5.1 Drum Level Control

Tujuan drum level control adalah menjaga agar level drum (tinggi
permukaan air dalam drum) tetap pada setpoint-nya walaupun terjadi perubahan
beban ataupun gangguan/disturbance lainnya. Level drum yang terlalu rendah
25

bisa menyebabkan terjadinya panas berlebih (overheated) pada boiler tubes


sehingga tubes bisa menjadi rusak/bengkok/bocor. Sebaliknya level drum yang
terlalu tinggi akan menyebabkan pemisahan air dan steam dalam drum tidak
sempurna sehingga kualitas steam yang dihasilkan kurang (banyak mengandung
air/basah).
Ada tiga alternative/jenis drum level control, yaitu: 1) Single element
drum level control; 2) Two-element drum level control; 3) Three-element drum
level control.
Single-element drum level control. Ini merupakan konfigurasi drum level
control yang paling sederhana, yaitu hanya menggunakan feedback level control.
Disebut single-element karena hanya level drum saja yang dikontrol. Konfigurasi
kontrol ini umumnya digunakan pada boiler berkapasitas rendah (kurang dari
150,000 lb/jam atau sekitar 70 ton/jam), tekanan rendah (kurang dari 250 psi atau
sekitar 12 bar), dan dengan beban yang relatif tetap/stabil. Kekurangan
konfigurasi kontrol ini adalah sulit mempertahankan level pada setpointnya jika
terjadi perubahan beban secara terus menerus.

Gambar 3. 2 Single-element drum level control. ( Haryadi, 2010)

Two-element drum level control. Konfigurasi ini digunakan untuk


mengatasi kekurangan konfigurasi single-element dalam menangani fluktuasi
beban, yaitu dengan jalan menambah steam flow control (yang mewakili beban
boiler) sebagai feedforward control.Jadi, dalam konfigurasi ini, terdapat dua
controller, yaitu level control sebagai feedback dan steam flow control sebagai
26

feedforward control, sehingga disebut dengan two-element control. Konfigurasi


ini cocok untuk single drum boiler dengan kondisi pressure/flow feedwater yang
relative konstan.

Gambar 3. 3 Two-element drum level control. ( Haryadi, 2010)

Three-element drum level control.Ini merupakan konfigurasi yang


palinglengkap, yang dibentuk dengan menambah feedwater flow control dalam
konfigurasi cascade. Penambahan feedwater flow control ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi fluktuasi pada flow/pressure feedwater, yang umumnya terjadi
pada feedwater line yang menggunakan beberapa pompa (multiple pump) untuk
melayani beberapa boiler sekaligus (multiple boiler).

Gambar 3. 4 Three-element drum level control. ( Haryadi, 2010)


27

3.5.2 Combustion Control

Tujuan combustion control adalah untuk menjaga tekanan uap yang


dihasilkan boiler agar selalu sesuai dengan yang dikehendaki (sesuai setpointnya).
Oleh karena itu, dalam konfigurasi combustion control, tekanan uap (biasanya
diambil dari steam header) digunakan sebagai master control, outputnya di-
cascade dengan bahan bakar flow control dan combustion air flow control (kontrol
aliran udara). Jika terjadi kenaikan beban (yang ditandai dengan turunnya tekanan
uap dari setpoint-nya), maka bahan bakar flow control dan combustion air flow
controlakan bereaksi membuka control valve. Sebaliknya, apabila terjadi
penurunan beban (yang ditandai dengan kenaikan pressure steam dari
setpointnya), maka kedua control tersebut akan bereaksi menutup control valve.
Bahan bakar flow control dan combustion air flow control diinter
koneksikan untuk menjamin agar combustion air/udara selalu cukup tersedia
untuk membakar habis bahan bakar pada kondisi berapapun perubahan flow
bahan bakar. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi akumulasi bahan bakar yang
tidak terbakar di dalam ruang bakar karena sangat membahayakan (bisa
menimbulkan ledakan).Interkoneksi fuel flow control dan combustion air flow
control ini dilakukan melalui selector switch (high dan low), seperti pada gambar
berikut.
28

Gambar 3.5 Combustion Control.( Haryadi, 2010)

Dalam konfigurasi ini, apabila terjadi kenaikan beban, maka yang terlebih
dahulu bereaksi untuk membuka control valve adalah combustion air flow control
baru kemudian fuel flow control.Sebaliknya, apabila terjadi penurunan beban,
maka yang terlebih dahulu bereaksi untuk menutup control valve adalah fuel flow
control baru kemudian combustion air flow control.

3.5.3 Master control


Seperti yang dijelaskan di atas, yang menjadi master (utama) dalam
combustion control adalah pressure steam.Apabila lebih dari satu boiler
digunakan secara paralel, maka perlu ada pembagian beban (load) ke masing-
masing boiler. Untuk keperluan pembagian beban ini, maka sinyal/informasi yang
berasal dari master control akan dikirim ke loading station di masing-masing
boiler, seperti pada gambar berikut. Dengan loading station, operator dapat
memberikan bias ke master control. Output loading station akan dikirim ke steam
flow control masing-masing boiler.
Kadang kala, untuk pertimbangan efisiensi, suatu boiler diopresikan pada
beban tetap, sedangkan beban boiler lainnya dibiarkan berubah-ubah secara
otomatis untuk disesuaikan dengan perubahan total beban. Untuk keperluan ini,
boiler berbeban tetap tersebut dioperasikan berbasiskan beban (based load),
dimana sebagai master bukan steam pressure control, tetapi steam flow control.
29

Gambar 3. 6 Pembagi Beban Boiler. ( Haryadi, 2010)

3.5.4 Fuel Flow – Air Flow Control

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa salah satu hal yang paling
penting dalam combustion control adalah menjaga agar perbandingan fuel
flow/combustion air flow (fuel/air ratio) selalu terpenuhi untuk pembakaran yang
sempurna. Data fuel/air ratio diperoleh dari operation test. Indikator terjadinya
pembakaran yang sempurna adalah jika terdapat excess air (oksigen) secukupnya
dalam gas sisa pembakaran.Excess air yang berlebih menyebabkan operasi boiler
tidak efisien karena sebagian panas akan diserap oleh kelebihan udara tersebut.
Excess air yang kurang juga mengurangi efisiensi karena sebagian fuel tidak
terbakar.Yang lebih berbahaya adalah terakumulasinya bahan bakar yang tidak
terbakar dalam ruang bakar karena dapat menyebabkan ledakan.
Fuel/air ratio bisa berubah, antara lain disebabkan oleh perubahan
kandungan panas (HHV) dari bahan bakar atau perubahan suhu udara. Untuk itu
maka dalam combustion control perlu ada fasilitas untuk merubah nilai
perbandingan ini, seperti diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 3.7 Fuel Flow – Air Flow Control.( Haryadi, 2010)

Perubahan fuel/air ratio bisa dilihat dari perubahan excess air di gas
buangan hasil pembakaran. Dari informasi mengenai perubahan excess air ini
30

(melalui pengukuran dengan O2 analyzer), operator merubah ratio ini dengan cara
memberikan bias seperti pada gambar diatas.
Apabila bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar gas, maka
sebaiknya dilengkapi dengan pressure compensation untuk mengatasi fluktuasi
pressure pada supply bahan bakar gas.Jika menggunakan bahan bakar oil, maka
diperlukan atomizing control agar pembakaran bahan bakar oil bisa lebih
sempurna. Atomizing control akan dibahas pada topik tersendiri.

Gambar 3.8 Fuel Flow – Air Flow Control Untuk Bahan Bakar Gas.
( Haryadi, 2010)

Apabila menggunakan dua jenis fuel (fuel gas dan fuel oil), maka hasil
pengukuran fuel gas flow dan fuel oil flow dijumlahkan dulu baru dikirim ke total
fuel flow control sebagai measurement/process variable (PV) dan ke combustion
air high selector switch, seperti diperlihatkan dalam gambar diatas. Selanjutnya,
output total fuel flow control dikirim ke masing-masing flow control fuel oil dan
fuel gas melalui pembagi (FY2) dan FY3). Besarnya porsi fuel oil dan fuel gas di-
set oleh operator melalui hand control (HC). Penggunaan high selector (>)
31

sebelum control valve dimaksud untuk mengantisipasi fluktuasi pressure pada


line fuel.

3. 5. 5 Oxygen Control

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa untuk mengatasi perubahan fuel/air


ratio, operator memberi/mengubah bias secara manual dengan berpedoman pada
excess air hasil pengukuran O2 analyzer. Jika kandungan panas (HHV) dalam
bahan bakar berfluktuasi secara terus menerus, maka akan lebih baik jika
adjustment fuel/air ratio tersebut tidak dilakukan secara manual, melainkan secara
otomatis. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah/menggunakan O2 control,
seperti gambar berikut.

Gambar 3.9 Oxygen Control.( Haryadi, 2010)

Nilai optimal excess air pada operasi boiler tidak tetap, tetapi bergantung
pada beban boiler, pada beban rendah nilai optimal excess air tinggi, sebaliknya
pada beban tinggi nilai optimal excess air rendah.Nilai optimal excess air pada
suatu boiler diperoleh dari plant/operational test, salah satu contohnya seperti
diperlihatkan pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3. 2 Contoh EA Optimal Pada Beban Boiler. ( Haryadi, 2010)


32

X : Load (%) F(X) : Excees Air (%)


0,0 4,5
17,0 4,5
22,6 3,8
34,0 2,8
51,0 2,1
68,0 1,9
80,0 1,9

Setpoint untuk O2 control (AC) akan mengikuti nilai pada tabel tersebut
sesuai perubahan beban, seperti terlihat pada konfigurasi kontrol di atas
(dijalankan di AY).
Fuel/air ratio juga diperoleh dari plant/operational test. Tabel 3.3 berikut
adalah contoh fuel/air ratio dari hasil test tersebut.
Tabel 3. 3 Contoh Fuel/Air Ratio Dari Hasil Test. ( Haryadi, 2010)

X : Comb Air Flow (%) F(X) : Fuel Flow (%)


0,0 0,0
5,0 0,0
23,0 20,20
29,4 26,9
42,1 40,4
61,0 60,6
81,3 80,0
100 99

Fungsi fuel/air ratio ini akan dijalankan/dieksekusi di FY1 (lihat Gambar


3.13 di atas). Automatic bias untuk fuel/air ratio dilakukan di FY2 dengan
menggunakan formula berikut: Bias air flow = (air flow/(0.4 x output oxygen
control + 80)) x 100.

3.5.6 Atomizing Control

Pada boiler yang menggunakan bahan bakar cair, diperlukan proses


atomizing untuk memecah-mecah molekul bahan bakar sehingga proses
pembakaran berjalan dengan sempurna. Salah satu jenis proses atomizing ini
33

adalah dengan menggunakan steam atomizing, yaitu dengan cara memberi


tekanan (dengan menggunakan tekanan steam) pada nozzle penyemprot bahan
bakar (cair). Agar proses atomi zing ini selalu berjalan dengan sempurna pada
berbagai kondisi tekanan/pressure fuel oil maupun steam atomizing , maka
digunakan sistem kontrol yang disebut atomizing control. Tujuan konfigurasi
atomizing control adalah menjaga beda tekanan (pressure differential) antara
atomizing steam dan fuel oil yang menuju burner agar tidak berubah, seperti
diperlihatkan pada Gambar 3. 14 di bawah ini.

Gambar 3.10 Atomizing Control.( Haryadi, 2010)

3.5.7 Blowdown Control

Blowdown system dalam boiler berguna untuk mengontrol kandungan


padatan dalam drum agar tidak berlebih. Kandungan solid dalam feedwaterakan
terikut ke uap yang diproduksi, sehingga apabila kandungan padatan dalam
feedwater tinggi, maka kandungan padatan di steam juga akan tinggi, sehingga
bisa menurunkan kualitas uap yang dihasilkan. Selain itu, kandungan padatan
dalam feedwater yang berlebih juga akan menyebabkan terjadinya kerak/scale
pada pipa/tube/drum sehingga selain peralatan tersebut cepat rusak, juga efisiensi
34

boiler menurun karena kehadiran kerak tersebut akan mengurangi area


perpindahan panas (heat transfer area).
Ada dua jenis blowdown, yaitu intermittent blowdown dan continuous
blowdown.Intermittent blowdown dioperasikan secara manual oleh operator,
berdasarkan hasil pengukuran kualitas feedwater (pengukuran electrolytic
conductivity dalam feedwater) atau hasil pengukuran steam purity dengan
menggunakan sodium analyzer. Sedangkan continuous blowdownakan membuang
air yang mengandung solid dalam drum secara terus menerus dengan besarnya
aliran buangan dikontrol berdasarkan hasil pengukuran/perkiraan jumlah
kandungan solid dalam feedwater di boiler drum.
Ada dua jenis sistem kontrol yang digunakan pada continuous blowdown,
yaitu conductivity control dan ratio control. Dalam konfigurasi conductivity
control,electrolytic conductivity feedwater diukur menggunakan conductivity
meter secara online, kemudian sinyal hasil pengukuran ini dikirim ke controller
(AC) untuk menggerakan control valve, seperti pada gambar berikut. Semakin
tinggi electrolytic conductivity hasil pengukuran conductivity meter, semakin
besar bukaan control valve continuous blowdown (semakin banyak air yang
dibuang/dikuras), begitu pula sebaliknya.

Gambar 3.11 Blowdown Control.( Haryadi, 2010)

Continuous blowdown juga dapat dikontrol dengan menggunakan ratio


control, yaitu ratio antara blowdown flow dan feedwater flow, seperti
35

diperlihatkan pada gambar berikut.Setpoint untuk ratio control ini


ditentukan/diberikan secara manual berdasarkan hasil pengukuran kualitas
feedwater (electrolytic conductivity) atau kualitas uap (steam purity).

Gambar 3.11 Continuous Blowdown Control.( Haryadi, 2010)

3.5.8 Steam Temperature Control

Untuk boiler yang menghasilkan steam dengan tekanan tinggi (HP


steam),biasanya dilengkapi dengan Superheater – Desuperheater. Superheater
berfungsi menaikan temperature steam yang dihasilkan boiler (saturated steam).
Sedangkan Desuperheater digunakan untuk menstabilkan temperature steam yang
keluar dari Superheater, dengan jalan menyemprotkan steam tersebut dengan
water (feedwater). Untuk menjaga temperature steam selalu stabil pada berbagai
beban, maka Desuperheater dilengkapi dengan temperature control,seperti
Gambar 3. 12 berikut.
36

Gambar 3.12 Steam Temperature Control.( Haryadi, 2010)

Temperature steam yang keluar dari Desuperheater diukur, hasil


pengukuran digunakan oleh temperature control (TC) untuk menggerakan control
valve pada feedwater lineyang masuk ke Desuperheater. Bila temperature steam
lebih tinggi dari setpoint, control valve membuka untuk menaikan aliran
feedwater yang masuk ke Desuperheater, sebaliknya jika temperature steam lebih
rendah dari setpoint-nya maka control valveakan menutup.
Perlu diketahui bahwa, dalam prakteknya belum tentu semua jenis kontrol
yang dibahas diatas digunakan, karena penggunaan jenis kontrol tersebut
bergantung pada kebutuhan. Sehingga sering kita temukan suatu boiler memiliki
sistem kontrol yang lebih lengkap dibandingkan dengan boiler lainnya, seperti dua
contoh berikut ini.

3. 6 Pengolahan Air Umpan


Pada umumnya, sumber-sumber air umpan boiler adalah :
1. Air permukaan: sungai, kolam danau, dsb, memiliki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut :
 Komposisi tidak stabil karena terpengaruh hujan, buangan dan
sebagainya.
 Keruh
 Suhu berubah-ubah.
 Lebih murah
37

2. Air tanah : sumur dalam, sumur dangkal, memiliki kekurangan dan


kelebihan sebagai berikut :
 Jernih, tidak berwarna
 Komposisi stabil, tidak bau
 Bebas buangan
 Suhu tetap
 Lebih mahal
3. Air laut yang didesalinasi, yang memiliki sifat seperti air tanah, hanya saja
bisa lebih mahal.

Zat-zat pengotor yang terkandung dalam air umpan tersebut dapat


digolongkan sebagai berikut :
1. Gas : O2, CO2, H2S, NO3, NO2, NH3
2. Garam :
 Garam-garam bikarbonat: Ca, Mg, Na, K
 Chlorida, Sulfat, silikat
3. Bahan padat :
 Lumpur, pasir halus, dan sebagainya dalam air kali
 Koloid besi, mangaan dalam air tanah

Masalah pada ketel yang disebabkan oleh air umpan dapat dibagi menjadi
3 bagian :

1. Pengkerakan (scale)
2. Pembusaan dan priming
3. Korosi

3.6.1 Pengkerakan(scale)

Kerak Boiler disebabkan oleh kotoran yang diendapkan dari air secara
langsung pada permukaan perpindahan panas atau dengan padatan tersuspensi
dalam air mengendap pada logam yang melekat dan menjadi keras. Penguapan di
dalam boiler juga menyebabkan kotoran menjadi terkonsentrasi. Hal ini
38

mengganggu transfer panas dan dapat menyebabkan pemanasan lokal (hot spot),
selanjutnya menyebabkan pemanasan berlebih (overheating). Pengkerakan terjadi
akibat konstrasi zat mineral melebihi batas kelarutan dari karena suhu tinggi, dan
selanjutnya padatan terkonsentrasi pada permukaan pipa. Semakin sedikit panas
yang bisa di transfer, pemanasan lokal akan semakin berbahaya, karaena kekuatan
pipa akan semakin berkurang akibat temperaturnya yang semakin tinggi.
Kontaminan air umpan yang dapat membentuk endapan boiler adalah
kalsium, magnesium, besi, aluminium, dan silika.Kerak dibentuk oleh garam yang
memiliki kelarutan terbatas namun tidak sepenuhnya larut dalam air boiler.
Garam-garam ini mencapai lokasi deposit dalam bentuk yang larut dan
mengendap.

Gambar 3.13 Kerak Pada Pipa Air.( Haryadi, 2010)

Tabel 3.4 Tabel konduktivitas termal baja dan kerak.( Haryadi, 2010)

Bahan Konduktivitas Termal


(kcal/m2.h.°C)
Baja 15
CaSO4 1-2
CaCO3 0.5-1
SiO2 0.2-0.5

3. 6. 2 Pembusaan dan Priming


39

Carry-over air boiler adalah kontaminasi uap boiler dengan padatan yang
terdapat pada air boiler .Gelembung atau buih tumbuh di atas permukaan air boiler
dan terbawa bersama uap.Ini disebut pembusaan (foaming) dan hal itu disebabkan
oleh konsentrasi tinggi dari setiap padatan dalam air boiler.Dipercaya bahwa zat
tertentu seperti alkali, minyak, lemak, gemuk, beberapa jenis bahan organik dan
padatan tersuspensi sangat memudahkan untuk terbentuk busa.Secara teori,
padatan tersuspensi terkumpul pada lapisan permukaan sekitarnya gelembung uap
dan membuatnya lebih tangguh.Gelembung uap itu tidak mudah pecah dan
terbentuklah busa.Hal ini diyakini bahwa makin halus partikel makin mudah
terkumpul di dalam gelembung.
Priming adalah terbawanya sejumlah tetesan air dalam uap (busa dan
kabut),yang menurunkan efisiensi energi uap dan mengarah ke deposit kristal
garam pada superheater dan turbin. Priming mungkin disebabkan oleh konstruksi
yang tidak tepat boiler, penggunaan yang melebihi kapasitas, atau fluktuasi tiba-
tiba dalam permintaan uap. Priming kadang-kadang diperparah oleh kotoran
dalam air boiler.
Tindakan paling umum untuk mencegah busa dan priming adalah menjaga
konsentrasi padatan dalam air boiler pada tingkat yang cukup rendah.Menghindari
level air yang tinggi, pembeban boiler yang berlebihan, dan perubahan beban tiba-
tiba.Sangat sering kondensat terkontaminasi kembali ke sistem boiler menjadi
penyebab masalah carry-over.Dalam kasus ini kondensat harus dibuang sementara
sampai sumber kontaminasi ditemukan dandieliminasi. Penggunaan bahan kimia
anti-busa dan agen anti-priming, campuran bahan aktif permukaan yang
mengubah tegangan permukaan cairan,dapat menghilangkan busa dan mencegah
carry-over partikel air halus, dansangat efektif dalam mencegah carry-over akibat
konsentrasi tinggi kotoran dalam air boiler.

3.6.3 Korosi

Korosi adalah kembalinya suatu logam untuk menjadi bentuk kimiawi


alaminya,yaitu bijih. Besi, misalnya, beralih menjadi besi oksida sebagai akibat
dari korosi. Proses korosi merupakan reaksi elektro kimia yang kompleks
40

kompleks. Korosi dapat menyerang permukaan logam yang luas atau mungkin
mengakibatkan titik sempit penetrasi logam. Masalah korosi adalah selalu ada
akibat air dalam boiler. Korosi dapat terjadi akibat oksigen terlarut, maupun
langsung karena air.
Walaupun korosi boiler terjadi terutama karena reaksi logam dengan
oksigen,faktor-faktor lain seperti tegangan, kondisi asam, dan kandungan kimia
tertentu mungkin memiliki pengaruh penting dan menghasilkan berbagai bentuk
serangan. Hal ini diperlukan untuk memperhitungkan kuantitas berbagai zat
berbahaya yang dapat diperbolehkan dalam air boiler tanpa risiko kerusakan
boiler.Korosi dapat terjadi dalam sistem umpan-air sebagai akibat dari air pH
rendah dan adanya oksigen terlarut dan karbon dioksida.
Perlindungan besi-baja dalam sistem boiler tergantung pada suhu, pH, dan
kadar oksigen. Umumnya, suhu yang lebih tinggi, pH tinggi atau rendah dan
oksigen yang terkonsentrasi meningkatkan laju korosi baja.Faktor-faktor mekanis
dan operasi seperti kecepatan, tegangan, dan tingkat kehati-hatian pengoperasian
sangat dapat mempengaruhi laju korosi.Setiap sistem bervariasi dalam
kecenderungan korosi dan harus dievaluasi secara individual.

Anda mungkin juga menyukai