Makalah Kel 7tftrggv
Makalah Kel 7tftrggv
Makalah Kel 7tftrggv
ILMU KALAM
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
Kelompok 7
PAI regular A
Fadhlan Ridhwanullah
Halpi Julmiraj
Hasna Yulistina
FAKULTAS TARBIYAH
2018-2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Ilmu Kalam dengan judul “Aliran
Aliran Dalam Ilmu Kalam Klasik (Asy’ariyah Dan Maturidiyah)”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
………………………………………………………………...
DAFTAR ISI
ii
…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
1
……………………………………………………………..
A. Latar Belakang
1
………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah
1
………………………………………………………………
C. Tujuan
1
…………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2
……………………………………………………………...
A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah
2
………………………………………….
B. Aliran Asy’ariyah
3
……………………………………………………………….
1. Riwayat Singkat Al Asy’ari
3
………………………………………………..
2. Tokoh Tokoh Aliran Asy’ariyah
4
…………………………………………..
3. Metode Asy’ariyah
4
…………………………………………………………
4. Pandangan-Pandangan Asy’ariyah
5
………………………………………...
5. Doktrin-doktrin Teologi Al-asy’ari 5
………………………………………..
C. Aliran Maturidiyah
8
……………………………………………………………...
1. Definisi Al-Maturidiyah
8
……………………………………………………
2. Sejarah Aliran Al-Maturidi
8
………………………………………………...
3. Karya Aliran Al-Maturidi
9
………………………………………………….
4. Tokoh-Tokoh Dan Ajarannya
10
……………………………………………...
5. Doktrin-doktrin teologi Al-Maturidi
10
……………………………………….
6. Golongan-Golongan Dalam Al-Maturidi
13
…………………………………..
7. Pengaruh Al-Maturidi di dunia Islam
14
………………………………………
D. Perbedaan Asy’ariyah dan Al-Maturidiyah
14
……………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
19
…………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya berbagai macam golongan-golongan aliran pemikiran dalam Islam
telah memberikan warna tersendiri dalam agama Islam. Pemikiran-pemikiran ini muncul
setelah wafatnya Rosulullah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
berbagai golongan dengan segala pemikiranya. Diantaranya adalah faktor poitik
sebagaimana yang telah terjadi pertentangan antara kelompok Ali dengan pengikut
Muawiyah, sehingga memunculkan golongan yang baru yaitu golongan khawarij. Lalu
muncullah golongan-golongan lain sebagai reaksi dari golongan satu pada golingan yang
lain.
Asy'ariyah sebagai salah satu aliran dalam teologi Islam, mencuat ke atas secara
vulgar sebagai manifestasi sikap kritis dan reaktif terhadap pemikiran yang berembang
sebelumnya terutama aliran Mu'tazilah. Pendiri aliran ini tidak pernah memberikan label
nama tertentu terhadap aliran ini, tapi para pengikutnyalah yang memberii narna dengan
menisbatkan kepada pendirinya yakni Abu Hasan Ibnu Ismail al-Asy’ari.
Aliran Maturidiyah, baik Samarkand maupun Bukhara, sepakat menyatakan
bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya.
Adapun balasan yang di perolehnya kelak di akhirat tergantung pada apa yang di lakukan
di dunia. Pendirinya yakni Abu Mansur Al-Maturidi.
B. Rumusan Masalah
Simpulan masalah yang akan kami bahas adalah :
1) Apa itu ahlussunnah wal jama’ah?
2) Apa itu aliran asy’ariyah?
3) Apa itu aliran al-maturidiyah?
C. Tujuan
1) Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam
2) Mengetahui aliran ahlussunnah wal jama’ah
3) Memahami aliran asy’ariyah
4) Memahami aliran al-maturidiyah
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis, istilah ahlussunnah wal jama’ah, berarti golongan yang senantiasa
mengikuti jalan hidup rasulullah saw. Dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan
yang berpegang teguh pada sunnah rasul dan sunnah para sahabat, lebih khusus lagi
sahabat yang empat, yaitu abu bakar as-siddiq, umar bin khottob, utsman bin affan, dan
ali bin abi thalib.
Disamping itu, para sahabat khususnya sahabat empat adalah generasi pertama dan
utama dalam melazimi perilaku rasulullah saw sehingga jalan hidup mereka praktis
merupakan penjabaran nyata dari petunjuk al-qur’an dan al-sunnah. Setiap langkah
hidupnya, praktis merupakan aplikasi dari norma-norma yang terkandung dan
terkehendaki oleh ajaran islam,serta mendapat petunjuk dan control langsung dari
baginda rasulullah saw. Oleh karena itu, jalan hidup mereka relative terjamin
kelulusannya dalam mengamalkan ajaran islam, sehingga jalan hidup mereka pula lah
yang paling tepat menjadi rujukan utama setelah jalan hidup rasulullah saw sendiri.
Dalam hadits diterangkan :
خير القرون قرني الذي بعثت فيهم ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
( ) )متفق عليه
“sebaik baik periode adalah periode hidupku yang mana aku(nabi) diutus kepada mereka,
kemudian disusul periode sesudah mereka(sahabat) dan kemudian periode berikutnya lagi
(tabi’in).” (H.R. Muttafaq ‘alaih)
Ada dua pendapat mengenai hadits tersebut. Pertama; periode seratus pertama dari
masa hidup nabi saw(abad I H). Kemudian seratus tahun kedua (abad II H) dan disusul
seratus tahun berikutnya lagi ( abad III H). Hal ini didasarkan pada pengertian qarnun,
yaitu abad atau hitungan 100 tahun. Kedua; ada yang berpendapat bahwa qarnun tidak
diartikan dengan perhitungan 100 tahun, tetapi yang dimaksud ialah suatu situasi yang
mana ajaran-ajaran islam secara kaffah, integral dan komprehensif diamalkan oleh
pemeluk-pemeluknya dan belum timbul adanya firqoh-firqoh.
Sementara, hadits lain menyatakan bahwa aliran ahlussunnah wal jama’ah ialah
aliran yang benar sesuai dengan tuntunan, ajaran dan sunnah rasulullah saw .sebagaimana
diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibnu umar ra.., bahwa nabi saw bersabda:
....و ان بني اسراء ليل تفرقت على اثنتين وسبعين ملة وتفتر ق امتي على ثالث وسبعين ملة كلهم في النار اال
)ملة واحد حدة قالوا ومن هي يا رسول هللا؟ قال ما انا عليه ياصباح بى (رواة الترمذي
“…. Dan sesungguhnya bani isroil telah terpecah menjadi 72 golongan. Sementara
ummatku bakal terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya masuk neraka kecuali hanya
satu golongan saja yang tidak masuk neraka. Para sahabat bertanya: siapakan satu
golongan itu wahai rasulullah?. Jawabnya: itulah golongan yang senantiasa menikuti jejak
ku dan jejak para sahabatku”. (H.R Al-Tirmidzi)
Meskipun belum secara tegas terungkap istilah “ahlussunnah wal jama’ah” namun
maknanya yang tersirat didalamnya, yakni bahwa golongan yang selamat dari anacaman
api neraka itu adalah golongan yang senantiasa mengikuti jejak(jalan hidup) rasulullah
saw. Dan para sahabatnya. Makna yang demikian inilah yang kita maksudkan sebagai
batasan(pengertian) ahlussunnah wal jama’ah.
Dengan demikian, maka golongan ahlussunnah wal jama’ah ialah satu satunya
golongan umat islam yang selamat dari ancaman neraka.
B. Aliran Asy’ariyah
Nama al asy’ariyah sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam berasal dari nama
tokoh imam abu hasan al asy’ari yang nama lengkapnya adalah abu al hasan ali ibn ismail
al asy’ari. Ia lahir di kota basyrah (irak) pada tahun 260 H/ 873 M dan wafat pada tahu
324 H/ 935 M. Dengan menyebut nama al asy’ari di belakang namanya, benarlah bahwa
imam abu hasan al asy ari mempunyai hubungan dengan abu musa al asy’ari, seorang
sahabat yang menjadi hakam (perantara) dalam sengketa antara ali bin abi thalib dengan
muawiyah bin abi sufyan.
Pada usia remaja abu hasan al asy’ari berguru kepada seorang tokoh mu’tazilah
bernama abu ali al jubbai. Oleh sebab itu ajaran ajaran mu’tazilah sungguh telah didalami
oleh al asy’ari sampai ke akar akarnya. Malah dikatakan abu hasan al asy’ari menggeluti
faham yang terdapat dalam mu’tazilah selama lebih kurang 40 tahun. Tetapi oleh sebab-
sebab yang kurang jelas, abu hasan al asy’ari meninggalkan faham mu’tazilah, dan
kemudian membangun suatu system theology sendiri yang kemudian dikenal dalam
sejarah pemikiran islam dengan nama aliran asy’ariyah.diantara sebab yang sering disebut
dalam menjelaskan keluarnya abu hasan al asy’ari dari mu’tazilah adalah mimpi al
asy’ari sendiri bertemu dengan nabi Muhammad saw serta perdebatannya dengan abu ali
al jubbai tentang bagaimana kedudukan tiga orang,mukmin,kafir dan anak kecil, kelak di
akhirat.
Al Maqalat, peneliti buku At Tauhid berkata bahwa naskah buku ini ada di
beberapa perpustakaan Eropa. Akan tetapi karya-karya lainnya dan nama-namanya
tercantum di buku-buku terjemahan di antaranya adalah:
a. Akhdzu Al Syara’i
b. Al Jadal fi Ushul Al Fiqh
c. Bayan wa Hum Al Mu’tazilah
d. Rad Kitab Al Ushul Al Khomsah lil Bahili
e. Rad Al Imamah li ba’dzi Al Rawafidz
f. Al Rad ala Ushu Al Qaramathah
g. Rad Tahdzib Al Jadal Lil Ka’bi
h. Rad wa Aid Al Fisaq lil Ka’bi
i. Rad Awa’il Al Adilah lil Ka’bi
11. Tokoh-Tokoh Dan Ajarannya
Tokoh yang sangat penting dari aliran Al-Maturidiyah ini adalah Abu al-Yusr
Muhammad al-Badzawi yang lahir pada tahun 421 Hijriyah dan meninggal pada
tahun 493 Hijriyah.Ajaran-ajaran Al-Maturidi yang dikuasainya adalah karena
neneknya adalah murid dari Al-Maturidi.
Al-Badzawi sendiri mempunyai beberapa orang murid, yang salah
satunya adalah Najm al-Din Muhammad al-Nasafi (460-537 H), pengarang buku
al-‘Aqa’idal Nasafiah.
Seperti Al-Baqillani dan Al-Juwaini, Al-Badzawi tidak pula selamanya
sepaham dengan Al-Maturidi. Antara kedua pemuka aliran Maturidiyah ini, terdapat
perbedaan paham sehingga boleh dikatakan bahwa dalam aliran Maturidiyah terdapat
dua golongan, yaitu golongan Samarkand yang mengikuti paham-paham Al-Maturidi
dan golongan Bukhara yang mengikuti paham-paham Al-Badzawi.
12. Doktrin-doktrin teologi Al-Maturidi
a. Akal dan wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-Qur'an dan
akal dalam bab ini ia sama dengan Al-asy’ari. Menurut Al-Maturidi, mengetahui
Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal.
Kemampuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-
Qur'an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha
memperoleh pengetahuan dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan
dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya. Kalau akal tidak
mempunyai kemampuan memperoleh pengetahuan tersebut, tentunya Allah tidak
akan menyuruh manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau
menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah
berarti meninggalkan kewajiban yang diperintah ayat-ayat tersebut. Namun akal
menurut Al-Maturidi, tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya
Dalam masalah baik dan buruk, Al-Maturidi berpendapat bahwa penentu baik
dan buruk sesuatu itu terletak pada suatu itu sendiri, sedangkan perintah atau
larangan syari’ah hanyalah mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya
sesuatu. Dalam kondisi demikian, wahyu diperoleh untuk dijadikan sebagai
pembimbing
Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu:
Jadi, yang baik itu baik karena diperintah Allah, dan yang buruk itu buruk
karena larangan Allah. Pada korteks ini, Al-Maturidi berada pada posisi tengah
dari Mutazilah dan Al-Asy’ari.
b. Perbuatan manusia
Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala
sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Dalam hal ini, Al-Maturidi
mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan qudrat Tuhan
sebagai pencipta perbuatan manusia.
Dengan demikian tidak ada peretentangan antara Qudrat Tuhan yang
menciptakan perbuatan manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia. Kemudian
karena daya di ciptakan dalam diri manusia dan perbuatan yang di lakukan adalah
perbuatan manusia sendiri dalam arti yang sebenarnya, maka tentu daya itu juga
daya manusia.
c. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Telah diuraikan di atas bahwa perbuatan manusia dan segala sesuatu dalam
wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Allah Swt. Menurut Al-
Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan
kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah
ditetapkan-Nya sendiri.
d. Sifat Tuhan
Dalam hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah.
Perbedaan keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-
sifat Tuhan, sedangkan mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan. Tuhan
mempunyai sifat-sifat, seperti sama, bashar, kalam, dan sebagainya. Al-Maturidi
berpendapat bahwa sifat itu tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula
lain dari esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama/inheren) dzat
tanpa terpisah (innaha lam takun ain adz-dzat wa la hiya ghairuhu). Sifat tidak
berwujud tersendiri dari dzat, sehingga berbilangnya sifat tidak akan membawa
kepada bilangannya yang qadim (taadud al-qadama).
Tampaknya faham tentang makna sifat Tuhan ini cenderung mendekati faham
Mu’tazilah, perbedaannya terletak pada pengakuan terhadap adanya sifat Tuhan.
e. Melihat Tuhan
Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini
diberitahukan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al-Qiyamah
ayat 22dan 23. namun melihat Tuhan, kelak di akherat tidak dalam bentuknya
(bila kaifa), karena keadaan di akherat tidak sama dengan keadaan di dunia.
f. Kalam Tuhan
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan
bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam
nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan
suara adalah baharu (hadist). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya
bagaimana allah bersifat dengannya (bila kaifa) tidak di ketahui, kecuali dengan
suatu perantara.
g. Perbuatan manusia
Menurut Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini,
kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa atau
membatasi kehendak Tuhan kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang
ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Oleh karena itu, tuhan tidak wjib beerbuat
ash-shalah wa-al ashlah (yang baik dan terbaik bagi manusia). setiap perbuatan
tuhan yang bersifat mencipta atau kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepada
manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang di kehendaki-Nya. Kewajiban-
kewajiban tersebut adalah :
1) Tuhan tidak akan membebankan kewajiban-kewajiban kepada manusia di
luar kemampuannya karena hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan
manusioa juga di beri kemerdekaan oleh tuhan dalam kemampuan dan
perbuatannya.
2) Hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan tuntunan
keadilan yang sudah di tetapkan-Nya.
3. Tentang Al-Quran
Pandangan Asy`ariyah sama dengan pandangan Maturidiyah. Keduanya sama-
sama mengatakan bahwa Al-quran itu adalah Kalam Allah Yang Qadim. Mereka
berselisih paham dengan Mu`tazilah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu makhluq.
4. Tentang Kewajiban Tuhan
Pandangan Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Maturidiyah
berpendapat bahwa Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu. Pendapat
Maturidiyah ini sejalan dengan pendapat Mu`tazilah.
5. Tentang Pelaku Dosa Besar
Pandangan Asy`ariyah dan pandangan Maturidiyah sama-sama mengatakan
bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar tidak menjadi kafir dan tidak
gugur ke-Islamannya. Sedangkan Mu`tazilah mengatakan bahwa orang itu berada
pada tempat diantara dua tempat “Manzilatun baina manzilatain”.
6. Tentang Janji Tuhan
Keduanya sepakat bahwa Tuhan akan melaksanakan janji-Nya. Seperti
memberikan pahala kepada yang berbuat baik dan memberi siksa kepada yang
berbuat jahat.
7. Tentang Rupa Tuhan
Keduanya sama-sama sependapat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang
mengandung informasi tentang bentuk-bentuk pisik jasmani Tuhan harus ditakwil dan
diberi arti majaz dan tidak diartikan secara harfiyah. Az-Zubaidi menyatakan bahwa
jika dikatakan Ahlus Sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah
Asy'ariyah dan Maturidiyah.
Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah mengemukakan bahwa pokok semua aqaid Ahlus
Sunnah wal Jamaah atas dasar ucapan dua kutub, yakni Abul Hasan Al-Asy'ari dan
Imam Abu Manshur Al-Maturidi.
Uraian di atas menjelaskan bahwa Asy’ariyah adalah ahlus sunnah wal jamaah
itu sendiri. Pengakuan tersebut disanggah oleh Ibrahim Said dalam majalah Al-Bayan
bahwa:
a. Bahwa pemakaian istilah ini oleh pengikut Asy'ariyah dan Maturidiyah dan orang-
orang yang terpengaruh oleh mereka sedikit pun tidak dapat merubah hakikat
kebid'ahan dan kesesatan mereka dari Manhaj Salafus Shalih dalam banyak sebab.
b. Bahwa penggunaan mereka terhadap istilah ini tidak menghalangi kita untuk
menggunakan dan menamakan diri dengan istilah ini menurut syar'i dan yang
digunakan oleh para ulama Salaf. Tidak ada aib dan cercaan bagi yang
menggunakan istilah ini.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ahlussunnah wal jama’ah, berarti golongan yang senantiasa mengikuti jalan hidup
rasulullah saw. Dan jalan hidup para sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang teguh
pada sunnah rasul dan sunnah para sahabat, lebih khusus lagi sahabat yang empat, yaitu
abu bakar as-siddiq, umar bin khottob, utsman bin affan, dan ali bin abi thalib.
Aliran ahlussunnah wal jama’ah terbagi kedalam 2 aliran, yaitu:
1. Asy’ariyah; Nama al asy’ariyah sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam berasal dari
nama tokoh imam abu hasan al asy’ari yang nama lengkapnya adalah abu al hasan ali
ibn ismail al asy’ari. Ia lahir di kota basyrah (irak) pada tahun 260 H/ 873 M dan
wafat pada tahu 324 H/ 935 M. Dengan menyebut nama al asy’ari di belakang
namanya, benarlah bahwa imam abu hasan al asy ari mempunyai hubungan dengan
abu musa al asy’ari, seorang sahabat yang menjadi hakam (perantara) dalam sengketa
antara ali bin abi thalib dengan muawiyah bin abi sufyan.
Hanafi, A, 2003. Pengantar Teologi Islam. Cet 1.Jakarta: Pustaka Al Husna Baru
Ibrahim. 1995. Aliran dan Teori filsafat Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Madkour, Ibrahim. 1995. Aliran dan teori filsafat islam. Jakarta: Bumi Aksara
Nasir, Sahilun A. 2010. Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Yunan,Yusuf. 2014. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam. Cet 1. Jakarta: Prenadamedia
Group