Dimensi Tiga

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 50

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik, serta hidayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Makalah Matematika “Dimensi Tiga” ini. Tidak lupa pula sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa
kita dari alam jahiliyah ke alam yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapat syafaatnya besok di hari kiamat. Amin.

Makalah “Dimensi Tiga” ini kami buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Matematika yang di bimbing oleh Ibu Endang Setyowati Mas Ula, S.Pd selaku guru mata
pelajaran Matematika. Laporan praktikum ini berisi tentang materi dimensi tiga.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Kami menyadari
bahwa laporan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Apabila ada kekeliruan kata atau
kalimat, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………………….. 3
Rumusan Masalah …………………………………………………………. 3
Tujuan ……………………………………………………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN
Titik, Garis, Dan Bidang Dalam Ruang ………………….............................5
Menggambar Bangun Ruang..........................................................................13
Luas Permukaan Bangun Ruang....................................................................15

Volume Bangun Ruang..................................................................................18

Irisan Bangun Ruang......................................................................................20

Jarak Pada Bangun Ruang..............................................................................21

Proyeksi Garis Pada Bidang...........................................................................23


Sudut..............................................................................................................27
Soal.................................................................................................................34

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ………………………………………………………………....35
Saran...............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...36
LAMPIRAN..............................................................................................................37

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 2


BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pengetahuan geometri dapat mengambangkan pemahaman anak terhadap dunia
sekitarnya. Tidak hanya kemampuan tentang bangun datar, kemampuan tentang bangun
ruangpun dapat dikenalkan kepada anak usia Sekolah Dasar bahkan pada anak usia Taman
Kanak-kanak asalkan melalui pendekatan yang cocok dengan perkembangan tahap berfikir
seorang anak.
Kemampuan bangun ruang akan membantu anak memahami, menggambarkan, atau
mendekripsikan benda-benda di sekitar anak.
Anak akan lebih tertarik untuk mempelajari geometri jika mereka terlihat secara
aktif dalam kegiatan-kegiatan individu atau kelompok berkenaan dengan geometri
(bangunan-bangunan). Anak hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan inventigasi
secara individu atau kelompok dengan bantuan benda-benda kongkret di sekitar anak.

1.2    Tujuan
 Memenuhi salah satu tugas kelompok mata pelajaran Matematika tentang bangun-bangun
ruang.
 Mengetahui dan memahami bagaimana cara mengajarkan bangun tiga dimensi yang
berpermukaan lingkung
 Mengetahui dan memahami bagaimanan cara mengajarkan bidang-bidang banyak di kelas
baik mengenal penanaman konsep tentang bidang-bidang banyak, pembuatan model
bidang banyak dan penggambaran bidang banyak.
 Mengetahui dan memahami bagaimana cara mengajarkan bangun tiga dimensi yang
berpermukaan lengkung, pembuatan model bangun dan pembuatan gambar.

1.3    Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas oleh penulis diantaranya :
1) Pengajaran Bangun Tiga Dimensi yang berpermukaan lengkung
Mengenai : 1. Penanaman Bangun Tiga Dimensi yang Berpermukaan
      Lengkung
                      2. Penanaman Bangun Tiga Dimensi yang Berpermukaan
      Lengkung
2) Pembelajaran Bidang-bidang Banyak di Kelas 4 – 6

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 3


Mengenai : 1. Penanaman konsep tentang Bidang-bidang Banyak
  2. Pembuatan Model Bidang Banyak
                         3. Penggambaran Bidang Banyak
3) Pengajaran Bangun Tiga Dimensi di kelas 4 – 6
Mengenai : 1. Penanaman konsep Bangun Tiga Dimensi  yang
Berpermukaan Lengkung
2. Pembuatan Model Bangun
3. Pembuatan Gambar

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 4


BAB II

PEMBAHASAN

1. TITIK, GARIS, DAN BIDANG DALAM RUANG

Titik tidak memiliki ukuran dan biasanya dideskripsikan menggunakan tanda noktah.
Penamaan titik menggunakan huruf kapital, seperti titik A, titik B, titik C, dan sebagainya.
Berikut contoh titik,

Suatu garis memiliki panjang tak terbatas, sehingga tidak mungkin kita gambar semuanya,
yang digambar hanya sebagian dari garis tersebut yang disebut segmen garis. Suatu segmen
garis dapat diperpanjang sesuai keperluan dalam soal yang kita kerjakan. Berikut contoh garis
AB.

Bidang memiliki luas yang tak terbatas sehingga yang digambar hanya sebagian saja. Bidang
direpresentasikan oleh permukaan meja atau dinding.

1. Kedudukan Titik terhadap Garis dan Bidang

Secara umum, kedudukan titik terhadap garis dibagi menjadi dua yaitu terletak pada garis
dan tidak terletak pada garis, begitu juga kedudukan titik terhadap bidang. Perhatikan ilustrasi
di bawah ini.
Definisi :
*). Jika suatu titik dilalui garis, maka dikatakan titik terletak pada garis tersebut.
*). Jika suatu titik tidak dilalui garis, maka dikatakan titik tersebut berada di luar garis.
*). Jika suatu titik dilewati suatu bidang, maka dikatakan titik itu terletak pada bidang.
*). Jika titik tidak dilewati suatu bidang, maka titik itu berada di luar bidang.

1. Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah garis g, mungkin:


A. Titik T terletak pada garis g, atau garis g melalui titik T (Gb. 1 (i))
B. Titik T berada di luar g, atau garis g tidak melalui titik T. (Gb. 1 (ii))

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 5


Jika T pada g dan P pada g, maka dapat dinyatakan bahwa garis g melalui T dan P
Aksioma 1: Melalui dua buah titik dapat dibuat tepat satu garis.

2. Jika diketahui sebuah titik T dan sebuah bidang H, mungkin:


a. Titik T terletak pada bidang H, atau bidang H melalui titik T (Gb. 2 (i)).
Untuk menunjukkannya dibantu dengan menggambar sebuah garis pada bidang H.
b. Titik T tidak terletak pada bidang H, atau bidang H tidak melalui titik T(Gb. 2 (ii)).

Contoh soal :
1) Pada kubus ABCD.EFGH, Terhadap bidang DCGH, tentukanlah:
A. titik sudut kubus apa saja yang terletak pada bidang DCGH!
B. titik sudut kubus apa saja yang berada di luar bidang DCGH!

Penyelesaian :

Pandang kubus ABCD.EFGH, pada bidang DCGH dapat diperoleh:


A. Titik sudut yang berada di bidang DCGH adalah D, C, G, dan H.
B. Titik sudut yang berada di luar bidang DCGH adalah A, B, E, dan F.

2. Kedudukan Garis terhadap Garis

Kemungkinan kedudukan garis terhadap garis adalah berimpit, berpotongan, sejajar, dan
bersilangan.

A. Dua Garis Berpotongan

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 6


Dua buah garis dikatakan berpotongan, jika kedua garis itu terletak pada sebuah
bidang dan memiliki sebuah titik persekutuan. Titik persekutuan ini disebut titik
potong. Jika dua buah garis berpotongan pada lebih dari satu titik potong, maka kedua
garis ini dikatakan berimpit

B. Dua Garis Sejajar

Dua buah garis dikatakan sejajar, jika kedua garis itu terletak pada sebuah bidang dan
tidak memiliki satupun titik persekutuan

C. Dua garis bersilangan

Dua buah garis dikatakan bersilangan (tidak berpotongan dan tidak sejajar) jika kedua
garis itu tidak terletak pada sebuah bidang.

D. Aksioma Dua Garis Sejajar

Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis tertentu hanya dapat dibuat
sebuah garis yang sejajar dengan garis tertentu.
Dalil tentang dua garis sejajar :

1. Jika garis a sejajar dengan garis b dan garis b sejajar dengan garis c, maka garis a
sejajar dengan garis c..
2. Jika garis a sejajar garis b dan memotong garis c, garis b sejajar garis a dan juga
memotong garis c, maka garis - garis a,b, dan c terletak pada sebuah bidang.
3. Jika garis a sejajar dengan garis b dan garis b menembus bidang, maka garis a juga
menembus bidang.

4. Kedudukan Garis Terhadap bidang

kedudukan garis terhadap bidang adalah berpotongan atau sejajar.

A. Garis Terletak pada Bidang


Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang, jika garis dan bidang itu sekurang -
kurangnya memiliki dua titik persekutuan.

B. Garis Sejajar Bidang


Sebuah garis dikatakan sejajar bidang, jika garis dan bidang itu tidak memiliki
satupun titik persekutuan.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 7


C. Garis Memotong atau Menembus Bidang
Sebuah garis dikatakan memotong atau menembus bidang, jika garis tersebut dan
bidang hanya memiliki sebuah titik persekutuan. Titik persekutuan ini dinamakan titik
potong atau titik tembus

1. Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah bidang H, mungkin:

A. Garis g terletak pada bidang H, atau bidang H melalui garis g


Sebuah garis g dikatakan terletak pada bidang H jika setiap titik pada garis g terletak pada
bidang H.
Untuk menunjukkannya, ujung ruas garis wakil g harus terletak pada sisi jajar genjang wakil
bidang H.
Jika ada titik T di luar g juga terletak pada bidang H, maka dapat dinyatakan pula bahwa
bidang H melalui sebuah garis dan sebuah titik di luar garis itu.

Aksioma 2: Melalui sebuah garis dan sebuah titik di luar garis tersebut dapat dibuat tepat
sebuah bidang datar.

Karena garis g tertentu jika dua ada dua titik tertentu (misal A dan b) yang dilaluinya, maka:
Aksioma 3: Melalui tiga buah titik tak segaris dapat dibuat tepat sebuah bidang datar.

B. Garis g memotong bidang H, atau garis g dan H berpotongan.


Garis g dikatakan memotong bidang H jika garis g dan bidang H mempu-nyai
hanya sebuah titik persekutuan.
Titik itu disebut titik potong atau titik tembus garis g terhadap bidang H. Pada Gb. 3
(ii), T adalah titik tembus g terhadap H.

C. Garis g sejajar bidang H (g // H), atau bidang H sejajar garis g.


Sebuah garis g dikatakan sejajar bidang H jika garis g dan bidang H tidak
mempunyai titik persekutuan.
Untuk menunjukkannya dapat dilakukan dengan menggambar sebuah garis pada H
(misal h) sejajar garis g. Lihat Gb. 3 (iii).

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 8


2. Jika diketahui sebuah garis g dan sebuah garis H, mungkin:
Garis g dan garis H terletak pada sebuah bidang (misal H). Jika demikian maka yang
dapat terjadi adalah:

A. g dan H berimpit. Dikatakan g = H.


B. g dan H berpotongan (pada sebuah titik). (Gb. 4 (i))

Aksioma 4: Melalui dua garis berpotongan dapat dibuat tepat sebuah bidang datar.

C. g ║h, yaitu jika keduanya tidak mempunyai titik persekutuan. (Gb. 4 (ii))

Aksioma 5: Melalui dua garis sejajar dapat dibuat tepat sebuah bidang datar.

D. garis g dan garis H tidak sebidang. Dikatakan bahwa garis g dan H bersilangan
(silang menyilang). Jadi keduanya tidak sejajar dan juga tidak mempunyai titik persekutuan.

Contoh soal :
2) Perhatikan kubus ABCD.EFGH di bawah ini,

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 9


Pada gambar kubus di atas, garis AB :
*). berimpit dengan garis AB,
*). berpotongan dengan garis AD, BC, BF, AE
*). sejajar dengan garis DC, HG, EF
*). bersilangan dengan garis FC, CG, FG, EH, dan lainnya
*). terletak pada bidang ABCD, ABFE
*). memotong bidang BCGF, ADHE,
*). sejajar dengan bidang CDHG, EFGH

3. Kedudukan Bidang terhadap Bidang

Kedudukan bidang terhadap bidang yaitu berimpit, berpotongan, dan sejajar. Dua
bidang berimpit (semua titik pada bidang yang satu terletak pada bidang kedua, dan sebaliknya)
dipandang sebagai sebuah bidang saja.

1. Hubungan antara Dua Bidang

Jika diketahui bidang H dan V, maka mungkin:


A. Bidang H dan V sejajar
Keduanya sama sekali tidak mempunyai titik persekutuan. (Gb. 5 (i))

B. Bidang H dan V berpotongan pada sebuah garis. Garis potong ini biasa dilambangkan dengan
(H, V). (Gb. 5 (ii))

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 10


2. Hubungan antara Tiga Bidang (α, β, γ)

A. Ketiganya sejajar: → Bidang α║β║γ (Gb. 6 (i))


B. Dua bidang sejajar, dipotong bidang ketiga: Bidang α║β dan γ ╫ α, γ ╫β ⇒(α,γ)║(β, γ)
(Gb. 6 (ii))
C. Ketiga bidang berpotongan pada satu garis. ⇒ (α, β), (α, γ), dan (β, γ) berimpit. (Gb. 6
(iii))
D. Ketiga bidang berpotongan pada tiga garis potong yang sejajar. (α, β)║(α, γ) ║(β, γ)
(Gb. 6 (iV))
E. Ketiga bidang berpotongan pada sebuah titik ⇒ ketiga garis potong (α, β), (α, γ), dan
(β, γ) melalui sebuah titik. (Gb. 6 (V))

Contoh soal :
3) Perhatikan kubus ABCD.EFGH di bawah ini,

Pada gambar kubus di atas, bidang ABCD :


*). berimpit dengan bidang ABC,
*). berpotongan dengan bidang BCGF, ABFE, ADHE, CDHG
*). sejajar dengan bidang EFGH

4) Perhatikan kubus ABCD.EFGH berikut ini,

Beberapa hal akan kita peroleh dari kedudukan titik, garis, dan bidang yaitu :
*). AH dan GE bersilangan,
*). EC tegak lurus bidang BDG,

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 11


*). BE tegak lurus bidang ADGF,
*). AC bersilangan tegak lurus dengan DH,
*). AC bersilangan tidak tegak lurus dengan EB,
*). BG adalah titik potong antara bidang ABGH dan bidang BDG
*). EF tegak lurus dengan bidang BCGF, artinya semua garis yang ada pada bidang
BCGF akan tegak lurus dengan garis EF, seperti garis EF tegak lurus dengan garis
FG, garis EF tegak lurus dengan garis FB, garis EF tegak lurus dengan garis BC, garis
EF tegak lurus dengan garis CG, garis EF tegak lurus dengan garis BG, garis EF tegak
lurus dengan garis FC, dan EF tegak lurus dengan semua garis lain yang ada pada
bidang BCGF.

- Berikut beberapa pernyataan yang terkait dengan kedudukan titik, garis, dan bidang
i). Jika bidang V tegak lurus dengan bidang W, maka
*). semua garis yang ada pada bidang V tegak lurus dengan bidang W,
*). semua garis yang ada pada bidang W tegak lurus dengan bidang V.
ii). Jika bidang V sejajar dengan bidang W, maka
*). semua garis yang ada pada bidang V sejajar dengan bidang W,
*). semua garis yang ada pada bidang W sejajar dengan bidang V.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 12


1.1 MENGGAMBAR BANGUN RUANG

Beberapa istilah dalam menggambar bangun ruang :

Pada gambar diatas menunjukkan kubus ABCD . EFGH yang panjang rusuknya 2 cm.

a) Panjang AB , AE , EF , BF , CD , DH , GH , dan CG menurut ukuran yang


sebenarnya, yaitu 2 cm. Bidang-bidang yang digambar menurut ukuran
sebenarnya disebut bidang frontal, dalam hal ini bidang yang sejajar dengan
bidang gambar (kertas). Pada gambar di atas, ABEF danCDHG merupakan bidang
frontal.
b) Panjang rusuk-rusuk BC , AD , FG , dan EH masing-masing 1 cm. Panjang ini
ditemukan oleh perbandingan antara garis yang tegak lurus pada bidang frontal
( garis ort h ogonal) dengan garis itu sebenarnya, dalam hal ini perbandingan 1:2
1
atau .
2
panjang AD yang digambar
Perbandingan ortogonal=
panjang ADyang sebenarnya

c) Sudut DHE sebenarnya 90 ° tetapi dalam gambar tersebut hanya 30 °. Sudut yang
demikian itu disebut sudut surut.

Bidang gambar
Bidang gambar adalah suatu bidang sebagai tempat untuk menggambar.

Bidang frontal
Bidang gambar yang sejajar dengan bidang gambar. Bidang ABFE dan DCHG adalah
frontal. Keistimewaan bidang frontal adalah ukuran dan bentuk sama dengan bentuk
dan ukuran sebenarnya.

Garis frontal
Garis yang terletak pada bidang frontal. Contoh garis frontal AE, BF, CG, DH, AB,
EF, GH, dan CD.

Garis ortogonal
Garis yang tegak lurus pada bidang frontal misalnya AD, BC, EH, dan FG.

Sudut surut (sudut menyisi)


Sudut dalam gambar ruang yang besarnya ditentukan oleh garis frontal horisontal ke

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 13


kanan dengan garis ortogonal ke belakang. Pada gambar di atas sudut surutnya ∠BAD
dan ∠FEH. Sudut - sudut itu sebenarnya 90°, tetapi dalam gambar ruang dilukis
kurang dari 90° atau lebih dari 90°.

Perbandingan Ortogonal (perbandingan proyeksi)


Perbandingan antara panjang garis ortogonal yang digambar dengan panjang garis
ortogonal yang sebenarnya.

panjang AD yang digambar


Perbandingan ortogonal=
panjang ADyang sebenarnya

Misal panjang AD yang digambar 3 cm sedangkan panjang AD yang sebenarnya 6 cm


maka :

3 cm 1
Perbandingan ortogonal= =
6 cm 2

Contoh soal:
4) lukislah sebuah kubus PQRS . TUVW dengan ketentuan TUVW frontal, TW horizontal,
sudut surut 70 °, dan perbandingan orthogonal 2:3!

Penyelesaian:

⟹Lukis bidang frontal TUVW dengan TW horizontal dan panjang rusuknya 9 cm.
⟹Lukis garis PT yang membentuk sudut 70 ° dengan garis TW . Panjang garis PT pada gambar
2
¿ × 9 cm=6 cm.
3
⟹Lukis garis SW dan PS untuk melengkapi bidang orthogonal TWSP.
⟹Lukis garis vertikal PQ dan PS yang panjangnya 9 cm.
⟹Lukis bidang orthogonal horizontal VUQR .

Hasil gambarnya:

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 14


1.1.1 LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG

Luas Permukaan Bangun Ruang. Bangun ruang atau 3 dimensi atau biasa disingkat 3D,
adalah bentuk dari benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Istilah ini biasanya
digunakan dalam bidang seni, animasi, komputer dan matematika. Bangun ruang yang
dimaksud di sini adalah :kubus, balok, tabung, kerucut, limas segitiga, limas segiempat,
dan prisma segitiga. Berikut ini gambar jaring-jaring bangun ruang tersebut.

1. Kubus
Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang
berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Kubus juga
disebut bidang enam beraturan, selain itu juga merupakan bentuk khusus dalam prisma
segiempat.
Rumus Luas Permukaan Kubus
L  =  6 x r2
L  :  luas permukaan
r  :  panjang rusuk

2. Balok
Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau
persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda. Balok
memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok yang dibentuk oleh enam persegi sama
dan sebangun disebut sebagai kubus.
Rumus Luas Permukaan Balok
L  =  2 x [ (p x l) + (p x t) + (l x t) ]
L   :  luas permukaan
p   :  panjang balok
l    :  lebar balok
t    :  tinggi balok

3. Tabung
Tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh dua buah
lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi panjang yang mengelilingi kedua
lingkaran tersebut. Tabung memiliki 3 sisi dan 2 rusuk. Kedua lingkaran disebut sebagai
alas dan tutup tabung serta persegi panjang yang menyelimutinya disebut sebagai selimut
tabung.
Rumus Luas Permukaan Tabung
L  =  2 x ( π r2 ) + π d x t
L    :  luas permukaan
r    :  jari-jari lingkaran alas
d   :  diameter lingkaran alas
t    :  tinggi tabung

4. Kerucut
Kerucut adalah sebuah limas istimewa yang beralas lingkaran. Kerucut memiliki 2 sisi
dan 1 rusuk. Sisi tegak kerucut tidak berupa segitiga tapi berupa bidang lengkung yang

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 15


disebut selimut kerucut.
Rumus Luas Permukaan Kerucut
L  =   π r2 + π dxt
L      :  luas permukaan
r      :  jari-jari lingkaran alas
d     :  diameter lingkaran alas
t      :  tinggi kerucut

5. Limas Segitiga
Limas Segitiga adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas berbentuk
segitiga dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga.
Limas Segiempat
Limas segiempat adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas berbentuk
segiempat dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga.
Rumus Luas Permukaan Limas
L =  luas alas + luas selubung limas

6. Prisma Segitiga
Prisma Segitiga adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas dan tutup
identik berbentuk segitiga dan sisi-sisi tegak berbentuk segiempat. Dengan kata lain
prisma adalah bangun ruang yang mempunyai penampang melintang yang selalu sama
dalam bentuk dan ukuran.
Rumus Luas Permukaan Prisma Segitiga
L = Keliling ∆  x  t  x ( 2 x Luas ∆)
L          :  luas permukaan
∆          :  alas dan atas segitiga
t           :  tinggi prisma

Contoh soal:

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 16


5) Tentukan luas seluruh permukaannya benda-benda berikut:
1. Kubus
2. Balok
3. Tabung
4. Kerucut
5. Limas segitiga
6. Limas segiempat
7. Prisma segitiga

Penyelesaian:

1. Gambar 1, Luas permukaan kubus dapat dicari dengan Rumus : 


Luas = 6 . s² 
          = 6 . 10² 
          = 6 . 100
          = 600 cm² 

2. Gambar 2, Luas permukaan balok dapat dicari dengan Rumus :


Luas = 2(p . l + p . t + l . t)
         =2((15 . 5) + (15 . 3) + (5 . 3))
         =2(75 + 45 + 15)
         =2 . 135
         = 270 cm² 

3. Gambar 3, Luas permukaan tabung dapat dicari dengan rumus :


Luas = 2πr(r + t)
22
         = 2 . .7 (7 + 10)
7
         = 44 . 17
         = 748 cm ² 

4. Gambar 4, Luas permukaan kerucut dapat dicari dengan rumus :


Luas = πr (r + s), misal s =10 cm
22
     = . 7(7+10)
7
         = 22 . 17
         = 374 cm²

5. Gambar 5, Luas permukaan Limas Segitiga dapat dicari dengan rumus :


Luas = ½ ( a . t1) + ½(b . t2) + ½(c . t3)
         = ½ (10 . 15) + ½ (10 . 15) + ½(10 . 15)
         = 75 + 75 + 75
        = 225 cm² 

6. Gambar 6, Luas permukaan Limas Segiempat dapat dicari dengan rumus :


Luas = pl . 2(p . t 1 + l . t 2), misalnya t = 7 cm
          = (12 . 6) + 2((12 . 7) +(6 . 7))
          = 72 + 2(84 +42)
          = 72 + 252
          = 324 cm² 

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 17


7. Gambar 7, Luas Permukaan Prisma Segitia dapat dicari dengan rumus :
Luas = at + bt + ct +2 . ct1
          = (5 . 10) + (5 . 10) + (8 . 10) + 2(8 . 3)
          = 50 + 50 + 60 + 48
          = 208 cm²
1.1.2 VOLUME BANGUN RUANG

1. Kubus
Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang sisi yang
berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Kubus juga
disebut bidang enam beraturan, selain itu juga merupakan bentuk khusus dalam prisma
segiempat.
Rumus Volume Kubus
V  =  r3
        V  :  Volume
  r   :  panjang rusuk

2. Balok
Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau
persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda. Balok
memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok yang dibentuk oleh enam persegi sama
dan sebangun disebut sebagai kubus.
Rumus Volume Balok
V  =  p x l x t
      V     :  volume balok
      p     :  panjang balok
      l      :  lebar balok
      t      :  tinggi balok

Contoh soal:
Tentukan volume sebuah balok yang memiliki ukuran 6 m x 2 m x 2,5 m!

Penyelesaian :

V=p×l×t
= 6m × 2m × 2,5m
= 30 m3

3. Tabung
Tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh dua buah
lingkaran identik yang sejajar dan sebuah persegi panjang yang mengelilingi kedua
lingkaran tersebut. Tabung memiliki 3 sisi dan 2 rusuk. Kedua lingkaran disebut sebagai
alas dan tutup tabung serta persegi panjang yang menyelimutinya disebut sebagai selimut
tabung.
Rumus Volume Tabung

V =  1/3  (luas alas x t)


V            :   Volume

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 18


luas alas  :  π r2
r              : jari-jari alas
t              :  tinggi tabung

4. Kerucut
Kerucut adalah sebuah limas istimewa yang beralas lingkaran. Kerucut memiliki 2 sisi
dan 1 rusuk. Sisi tegak kerucut tidak berupa segitiga tapi berupa bidang lengkung yang
disebut selimut kerucut.
Rumus Volume Kerucut
V = 1/3  ( π r2  x  t )
V   :  volume
r    :  jari-jari lingkaran alas
t    :  tinggi kerucut

5. Limas Segitiga
Limas Segitiga adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas berbentuk
segitiga dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga.
Limas Segiempat
Limas segiempat adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas berbentuk
segiempat dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga.
Rumus Volume Limas
V =   1/3 ( luas alas  x  t )
V         :  volume limas
t          :  tinggi limas

6. Prisma Segitiga
Prisma Segitiga adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas dan tutup
identik berbentuk segitiga dan sisi-sisi tegak berbentuk segiempat. Dengan kata lain
prisma adalah bangun ruang yang mempunyai penampang melintang yang selalu sama
dalam bentuk dan ukuran.
Volume Prisma Segitiga
V  =  Luas Alas  x  t 
V                 :  Volume
Luas Alas  :  Luas ∆   =  ( ½ a x t )
t                  :  tinggi prisma

Contoh soal:
Tentukan volume kerucut terpancung jika diameter alasnya 10 dm, diameter sisi atas 4 dm,
dan tinggi 4 dm! Jari-jari alas = 5dm (simbol=R) , Jari-jari atas = 2dm (simbol=r)

Penyelesaian :

V = π .t( R2 + R.r +r 2)

= 3,14 . 4dm (5dm . 5dm + 5 dm . 2dm + 2dm . 2dm)


= 12,56dm (25dm2 + 10dm2+ 4dm2)
= 12,56 (39dm2)
Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 19
= 12,56dm . 39dm2
= 489,84 dm2

1.1.3 IRISAN BANGUN RUANG

Irisan antara bidang dan bangun ruang didefiniskan sebagai sebuah bangun datar
yang dibatasi oleh garis-garis potong antara bidang itu dengan bidang-bidang sisi dari
bangun ruang yang bersangkutan, sehingga irisan itu membagi bangun ruang itu menjadi
dua bagian.

Sebelum menggambar irisan bidang pada bangun ruang, Anda harus paham dengan
aksioma garis dan bidang yakni bahwa:
=>Melalui dua buah titik sembarang yang tidak berimpit hanya dapat dibuat satu garis
lurus
=>Melalui tiga titik sembarang, hanya dapat dibuat satu buah bidang.
=>Melalui satu titik dan garis yang tidak melewati titik tersebut dapat dibuat sebuah
bidang
=>Melalui dua buah garis sejajar atau garis yang saling berpotongan dapat dibuat sebuah
bidang.
=>Jika suatu garis dan suatu bidang mempunyai dua titik persekutuan, maka garis itu
seluruhnya terletak pada bidang.

Contoh soal:
Diketahui balok ABCD.EFGH. Titik R, S, dan T berturut-turut terletak pada rusuk AE,
BC, dan CG, sehingga AR = (1/3)AE, BS = ½ BC dan CT = (2/3)CG. Lukislah irisan
bidang melalui titik R, S, dan T dengan balok ABCD.EFGH.

Penyelesaian:
=>titik S dan titik T terletak pada bidang BCGF, hubungkan titik S dan titik T yang
memotong perpanjangan garis BF di titik V dan juga memotong perpanjangan garis FG di
titik W.

=>Hubungkan titik R ke titik V sehingga membentuk garis RV dan memotong garis AB


di titik X, perpanjangan garis RV akan memotong garis EF di titik U.

=>Hubungkan titik U ke titik W sehingga memotong garis EH di titik Z dan memotong


garis GH di titik Y.

=>Hubungkan titik S ke titik X, titik T ke titik Y dan titik R ke titik Z.

=>Irisannya adalah segienam RXSTYZ, seperti daerah yang diarsir pada gambar di
bawah ini.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 20


1.1.4 JARAK PADA BANGUN RUANG
Secara umum, yang dimaksud jarak pada dimensi tiga adalah jarak terdekat yang bisa
kita peroleh dari konsep jarak yang akan kita hitung. Jarak terdekat akan kita peroleh
ketika terbentuk saling tegak lurus sehingga penghitungannya bisa menggunakan teorema
phytagoras.

Contoh soal :
1). Perhatikan gambar kubus berikut ini,

*). Jarak titik E ke garis AF adalah jarak terdekatnya yaitu jaraknya = panjang EM,
dimana terdekat ketika EM tegak lurus dengan garis AF seperti gambar (a).

*). Jarak titik E ke NF adalah jarak terdekatnya yaitu jaraknya = panjang EN. Kenapa
jaraknya adalah panjang EN ? kok bukan panjang EM? ini disebabkan karena yang
ditanyakan adalah jarak titik E ke NF (NF yang dimaksud adalah segmen garis NF saja)
bukan jarak E ke garis NF sehingga NF tidak bisa diperpanjang. Artinya jika ditanya
jarak terhadap segmen garis tertentu, maka yang kita hitung adalah jarak terdekatnya
meskipun tidak membentuk siku-siku seperti gambar (b).

*). Jarak titik E ke garis NF adalah jarak terdekatnya dengan memperpanjang garis FN

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 21


sehingga menjadi FM, ini artinya jarak terdekatnya membentuk siku-siku. Jarak titik E ke
garis NF = panjang EM seperti gambar (c).

Konsep Jarak antara dua titik


       Jarak antara dua titik dihitung dengan menggunakan teorema phytagoras biasa, hanya
saja kita harus jeli dan pintar dalam memilih segitiga siku-siku yang melibatkan kedua
titik tersebut.

Konsep Jarak Titik ke Garis


Misalkan kita mau menghitung jarak titik A ke garis BC, perhatikan gambar berikut ini.

*). gambar (a), Jarak A ke garis BC.

*). gambar (b), Jarak A ke garis BC = panjang AD, dengan AD tegak lurus garis BC.
Titik D diperoleh dengan memproyeksikan titik A pada garis BC.

*). gambar (c), untuk menghitung panjang AD, kita buat segitiga bantuan dengan
menghubungkan AB dan AC sehingga terbentuk segitiga ABC.

Ada beberapa cara dalam menyelesaikan konsep jarak titik ke garis, diantaranya
menggunakan :

i). perbandingan luas segitiga.


       Cara ini digunakan jika segitiga yang terbentuk siku-siku di A atau panjang
semua segitiganya adalah bilangan bulat.

ii). teorema phytagoras.


       Cara ini bida digunakan untuk semua tipe soal jarak titik ke garis.

iii). aturan cosinus.


       Cara ini digunakan sebagai alternatif lain dari dua cara sebelumnya. Kita akan
mencari nilai cos dari sudut B atau C, kemudian kita cari lagi nilai sin sudut B atau C
dengan segitiga baru.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 22


1.1.5 PROYEKSI GARIS PADA BIDANG

Pengertian Proyeksi
Permisalan :
Proyeksian mewakili benda yang mau diproyeksikan (titik, garis, atau bidang), Hasil
Proyeksian mewakili hasil proyeksinya, dan Proyeksitor mewakili benda sebagai tempat
proyeksinya (titik, garis, atau bidang)

       Secara sederhana Proyeksi dapat kita artikan sebagai pencerminan proyeksian pada
proyeksitor yang hasil proyeksiannya ada pada proyeksitor, dimana jika proyeksian dan hasil
proyeksian kita hubungkan dengan garis maka garis tersebut tegak lurus dengan
proyeksitornya. Adapun hasil proyeksiannya sesuai dengan proyeksiannya yaitu jika titik
yang diproyeksikan maka hasilnya titik, begitu juga garis dan bidang.

Proyeksi Titik ke Garis


       Untuk proyeksi titik ke garis, titik sebagai proyeksian dan garis sebagai proyeksitor.
Berikut gambar proyeksinya :

Dari gambar, proyeksi titik P ke segmen garis AB yang hasil proyeksinya adalah titik R yang
ada pada garis AB. Titik R tersebut dikatakan hasil proyeksi jika garis PR (putus-putus) tegak
lurus dengan garis AB.

Proyeksi Titik ke Bidang


       Untuk proyeksi titik ke bidang, titik sebagai proyeksian dan bidang sebagai proyeksitor.
Berikut gambar proyeksinya :

Dari gambar, proyeksi titik P ke bidang W yang hasil proyeksinya adalah titik R yang ada
pada bidang W. Titik R tersebut dikatakan hasil proyeksi jika garis PR (putus-putus) tegak
lurus dengan bidang W. Proyeksian = titik P, hasil proyeksian = titik R, dan proyeksitor =
bidang W.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 23


Proyeksi garis ke Garis
       Untuk proyeksi garis ke garis, garis pertama sebagai proyeksian dan garis keuad sebagai
proyeksitor. Berikut gambar proyeksinya :

Dari gambar, proyeksi segmen garis AB ke garis g yang hasil proyeksinya adalah segmen
garis PR yang ada pada garis g. Segmen garis PR tersebut dikatakan hasil proyeksi jika garis
putus-putus tegak lurus dengan garis g. Proyeksian = segmen garis AB, hasil proyeksian =
segmen garis PR, dan proyeksitor = garis g.

Proyeksi Garis ke Bidang


       Untuk proyeksi garis ke bidang, garis sebagai proyeksian dan bidang sebagai proyeksitor.
Berikut gambar proyeksinya :

Dari gambar, proyeksi segmen garis AB ke bidang W yang hasil proyeksinya adalah segmen
garis PR yang ada pada bidang W. Segmen garis PR tersebut dikatakan hasil proyeksi jika
garis putus-putus tegak lurus dengan bidang W. Proyeksian = segmen garis AB, hasil
proyeksian = segmen garis PR, dan proyeksitor = bidang W.

Proyeksi Bidang ke Bidang


       Untuk proyeksi bidang ke bidang, bidang pertama sebagai proyeksian dan bidang kedua
sebagai proyeksitor. Berikut gambar proyeksinya :

Dari gambar, proyeksi bidang V ke bidang W yang hasil proyeksinya adalah bidang Y.
Bidang Y tersebut dikatakan hasil proyeksi jika garis putus-putus warna merah tegak lurus
dengan bidang W. Proyeksian = bidang V, hasil proyeksian = bidang Y, dan proyeksitor =
bidang W.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 24


Contoh soal proyeksi titik, garis, dan bidang :
1). Pada kubus ABCD.EFGH, tentukan hasil proyeksi titik A ke garis HF?

Penyelesaian :

Perhatikan kubus berikut ini,

dari gambar, hasil proyeksinya adalah titik R karena garis AR tegak lurus dengan garis HF.

2). Pada kubus ABCD.EFGH, tentukan hasil proyeksi titik A ke bidang HDC?

Penyelesaian :

Perhatikan kubus berikut ini,

dari gambar, hasil proyeksinya adalah titik D karena garis AD tegak lurus dengan bidang
HDC.

3). Pada kubus ABCD.EFGH, tentukan hasil proyeksi garis AH ke garis AD?

Penyelesaian :

Perhatikan kubus berikut ini,

dari gambar, hasil proyeksinya adalah garis AD karena garis putus-putus warna merah tegak
lurus dengan garis AD.

4). Pada kubus ABCD.EFGH, tentukan hasil proyeksi garis AE ke bidang AFH?

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 25


Penyelesaian :

Perhatikan kubus berikut ini,

dari gambar, hasil proyeksinya adalah garis AP karena garis putus-putus warna merah tegak
lurus dengan garis AP.

5). Pada kubus ABCD.EFGH, tentukan hasil proyeksi bidang AFH ke bidang ABCD?

Penyelesaian :

Perhatikan kubus berikut ini,

dari gambar, hasil proyeksinya adalah bidang ABD karena garis putus-putus warna merah
tegak lurus dengan ABD.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 26


1.1.6 SUDUT

Setelah kita selesai mempelajari materi tentang proyeksi garis pada bidang, sekarang kita
akan mulai mempelajari besar sudut.

Sudut yang akan kita pelajari nanti adalah sudut antara dua garis, sudut antara garis dan
bidang, serta sudut antara dua bidang..

SUDUT ANTARA DUA GARIS

Sudut antara garis g dan h yang berpotongan adalah sudut yang dibentuk oleh kedua garis
tersebut.

Untuk dua garis bersilangan besar sudutnya tidak dapat langsung kita tentukan. Cara
menghitung besar sudut antara dua garis yang bersilangan dengan cara menggeser salah garis
(atau keduanya), sehingga kedua garis berpotongan.

Selanjutnya untuk menghitung besar sudut sama dengan cara menghitung besar sudut antara
dua garis yang berpotongan.

Misal garis g dan h bersilangan (artinya garis g dan h tidak berpotongan), untuk menghitung
besar sudutnya kita geser garis g sehingga memotong garis h, maka sudut ϴ adalah sudut
yang dibentuk oleh g’ dan h .

Contoh soal:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 12 cm.
Hitung besar sudut antara :

a). AH dan HC

b). AF dan BG

c). EB dan HP

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 27


(titik P adalah perpotongan garis diagonal AC dan BD)

Penyelesaian:

a). sudut antara AH dan HC

Perhatikan ΔACH
Karena AH = AC = CH = diagonal sisi kubus, maka ΔACH adalah segitiga sama sisi,
sehingga ∠AHC = ϴ = 60o

b). sudut antara AF dan BG°

Garis AF dan BG bersilangan, sehingga untuk menentukan sudutnya salah satu garis harus
kita geser.
Misal AF kita geser ke DG, sehingga berpotongan dengan BG di titik G.
Jadi sudut antara AF dan BG adalah ∠DGB
Karena ΔDGB adalah segitiga sama sisi, maka ∠DGB = ϴ = 60

c). Sudut antara EB dan HP (titik P adalah perpotongan garis diagonal AC dan BD).

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 28


Karena EB dan HP bersilangan, maka EB kita geser ke HC sehingga berpotongan dengan HP
di titik H.

Jadi sudut antara EB dan HP adalah ∠PHC

Karena ΔAHC adalah segitiga sama sisi, maka ∠AHC = 60°


1
∠AHP = ∠PHC = ∠AHC
2
1
ϴ = ∠PHC = . 60°
2
ϴ = 30°

SUDUT ANTARA GARIS DAN BIDANG

Sudut antara garis g dan bidang V adalah sudut yang dibentuk oleh garis g dan proyeksinya
g’ pada bidang V.

Untuk lebih jelasnya dalam menghitung besar sudut antara garis dan bidang mari kita cermati
contoh berikut.

Contoh soal:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 12 cm.Hitung :
a). nilai sinus sudut antara rusuk BF dan bidang BEG
b). nilai cosinus sudut antara rusuk AE dan bidang DBG

Penyelesaian:

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 29


a) Cara menentukan sudut antara rusuk BF dan bidang BEG :
Kita proyeksikan titik B pada bidang BEG yaitu di titik B, kemudian proyeksikan titik F pada
bidang BEG dengan cara menarik titik F ke titik D sehingga memotong bidang BEG di titik
F’ (yaitu proyeksi F pada bidang BEG).

Jadi proyeksi rusuk BF pada bidang BEG adalah BF’.


Sudut antara rusuk BF dan bidang BEG adalah α = ∠GBF’ atau α = ∠GBT

´ =12 √ 2
HF (diagonal sisi kubus )
´ 1 HF
TF= ´
2
´
TF=6 √2

Dalam ΔTFB (segitiga siku-siku di F)

´ √TF
TB= ´ 2+ FB´ 2
2
TB=
´ (6 √ 2) +(12)2

´ √ 72+144
TB=
´ √ 216
TB=
´
TB=6 √6
Kita ingat rumus luas segitiga :

1 ´ ´ 1 TF
FF ' . TB= ´ . FB´
2 2
FF´ ' . 6 √ 6=6 √ 2 .12

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 30


´ ' = 6 √ 2 .12
FF
6 √6
´ ' = 12 √ 2 . √ 6
FF
√6 √6
´
FF ' =2 √ 12
´ ' =4 √ 3
FF

FF '
sin α =
FB
4 √3
sin α =
12
1
sin α = √ 3
3

b) Cara menentukan sudut antara rusuk AE dan bidang DBG :

Karena rusuk AE dan bidang DBG belum berpotongan, maka AE kita geser ke CG sehingga
berpotongan dengan bidang DBG di titik G.
Kemudian kita proyeksikan titik G pada bidang DBG yaitu di titik G sendiri, dan proyeksikan
titik C pada bidang DBG dengan cara menarik garis dari titik C ke arah E sehingga garis
memotong bidang DBG di titik C’.

Sudut antara rusuk AE dan bidang DBG adalah α = ∠CGC’ atau α = ∠CGT .

´
AC=12 √2 (diagonal sisi kubus )
1
TC=
´ AC
´
2
´
TC=6 √2

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 31


´ √TC
TG= ´ 2+ CG ´ 2
2
TG=
´ (6 √ 2) +(12)2

´ √72+144
TG=
´ √ 216
TG=
´
TG=6 √6
( ´¿)2 +( GC)
´ 2 −( TC)
´ 2
cos α= (ingat rumus aturancosinus)
2 . ¿´ . GC
´

2 2
(6 √ 6) +122−(6 √ 2)
cos α=
2 . 6 √6 . 12
216+144−72
cos α=
144 √ 6
288 √6
cos α= .
144 √ 6 √ 6
1
cos α= √6
3

SUDUT ANTARA DUA BIDANG

Sudut antara bidang V dan bidang W (yang berpotongan) adalah sudut yang dibentuk oleh
garis g yang terletak pada bidang V dan garis h pada bidang W. Masing-masing garis g dan h
tegak lurus terhadap garis potong bidang V dan bidang W.
Langkah – langkah menentukan sudut antara dua bidang :

1. Tentukan garis potong kedua bidang.


2. Ambil satu titik pada garis potong dua bidang, misal titik T.
3. Buat garis pada bidang pertama melalui titik T dan tegak lurus garis potong, misal
garis g.
4. Buat garis pada bidang kedua melalui titik T dan tegak lurus garis potong, misal garis
h.
5. Sudut antara garis g dan h adalah sudut antara dua bidang.

Contoh soal:
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 12 cm, hitung :

a) Besar sudut antara bidang ADHE dan bidang ABCD.


b) Nilai tangen sudut antara bidang ABCD dan bidang DBG.

Penyelesaian:

a) Cara menentukan sudut antara bidang ADHE dan bidang ABCD

 Kita tentukan garis potong antara bidang ADHE dan bidang ABCD, yaitu AD.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 32


 Ambil satu titik pada AD, misal titik A.
 Buat garis pada bidang ADHE melalui titik A dan tegak lurus AD, misal AE.
 Buat garis pada bidang ABCD melalui titik A dan tegak lurus AD misal AB.
 Sudut antara bidang ADHE dan ABCD adalah sudut yang dibentuk oleh garis AE dan
AB.

Karena AE ┴ AB, maka α = 90o

b) Cara menentukan sudut antara bidang ABCD dan bidang DBG

 Kita tentukan garis potong antara bidang ABCD dan bidang DBG, yaitu DB.
 Ambil satu titik pada DB, misal titik T (titik tengah DB).
 Buat garis pada bidang ABCD melalui titik T dan tegak lurus DB, yaitu TC.
 Buat garis pada bidang DBG melalui titik T dan tegak lurus DB, yaitu TG.
 Sudut antara bidang ABCD dan DBG adalah sudut yang dibentuk oleh garis TC dan
TG, yaitu ∠GTC = α.

´
AC=12 √2 (diagonal sisi kubus )
´ TC
TC= ´ ¿ 6 √2

Dalam ΔTCG (segitiga siku-siku di C)

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 33


TG
tan α=
TC
12 √ 2
tan α= .
6 √ 2 √2
tan α= √ 2

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 34


LATIHAN
PILIHLAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT!

1) Pak Budi hendak membuat kandang ayam berbentuk kubus dengan kerangka terbuat dari besi.
Panjang sisi kandang yang direncanakan adalah 40 cm. Jika Pak Budi memiliki bahan besi
sepanjang 30 meter, tentukan jumlah kandang yang dapat dibuat!
a) 6 d) 9
b) 7 e) 10
c) 8

Pembahasan:
Data :
panjang besi = 30 m = 3000 cm
s = 40 cm

Panjang besi yang diperlukan untuk kerangka satu buah kandang adalah:
panjang kerangka = 12 &times 40 cm = 480 cm

Jumlah kandang yang dapat dibuat adalah:


= panjang besi : panjang kerangka
= 3000 : 480 = 6,25

Jadi kandang yang bisa dibuat adalah 6 buah.

2) Sebuah kue berbentuk kubus memiliki panjang sisi 18 cm. Kue diiris  hingga sisanya seperti
gambar berikut.

Tentukan volume sisa kue di atas piring!


a) 5832,5 cm3 d) 3833,5 cm3
b) 3121,5 cm3 e) 4858,5 cm3
c) 5710,5 cm3

Pembahasan:
Volume awal kue adalah:
= 18 x 18 x 18 = 5832 cm3

Potongan kue berbentuk limas dengan alas segitiga:

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 35


Volume limas

Lalas ×t
V=
3
9 ×9
V =¿ 2 )
( ×9 3
¿ 121,5 cm
3

Sisa kue = 5832 − 121,5


= 5710,5 cm3

3) Perbandingan volume dua buah kubus adalah 1 : 27. Tentukan perbandingan luas permukaan
kedua kubus!
a) 1 : 3 d) 1 : 1
b) 1 : 7 e) 1 : 9
c) 1 : 2

Pembahasan:
Data:
V1 : V2 = 1 : 27
Perbandingan luas permukaan adalah = ....

Menentukan perbandingan sisi kedua kubus dari perbandingan volumenya

S 1 √3 V 1 √3 1 1
= = =
S 2 √3 V 2 √3 27 3

Perbandingan luas permukaan sebanding dengan perbandingan kuadrat panjang kedua sisi
kubus

L1 S 1 2 1 2 1
= ( )()
L2 S 2
=
3
= =1: 9
9

4) Diketahui bidang empat DABC . ABC sama sisi, DC tegak lurus bidang ABC , panjang
DC=1 dan sudut DBC 30 ° . Bila α adalah sudut antara DAB dan CAB , maka tangen α
adalah . . . . . . .

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 36


3
a) √3 d)
2
1 2
b) √3 e)
3 3
2
c) √ 3
3

Pembahasan:
Perhatikan ∆ BCD
CD
tan30 °=
BC
1
BC=¿ ¿ 3
tan 30 ° √
∆ BCD sama aiai sehingga BC=BA dan,
1 1
BE= BA= √ 3
2 2
Perhatiakan ∆ BCE siku-siku di E :
CE= √(BC )2 +(BE)2
2
1
√ 2
¿ ( √ 3) +(
2
√ 3)

12 3
¿
√ −
4 4
9 ¿2
¿
√ 4 3

30◦
1 B

C ̊α
E
A

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 37


5)

B D
12 E

Limas ABCD pada gambar di atas, merupakan limas segitiga beraturan. Jarak titik A ke BE
adalah . . . . . . .
a) 3 √ 2 d) 4 √3
b) 2 √ 6 e) 8
c) 6

Pembahasan:
O adalah titik berat ∆ ABCD .Proyeksi titk A pada bidang BCD adalah titk O . Perhatikan
∆ BCE
BE=√ (BC )2−(CE)2
¿ √(12)2−(16)2
¿ √ 144−36
¿ √ 108 ¿ √ ( 36 ) (3) ¿ 6 √ 3
2 2
BO= ( BE ) = ( 6 √ 3 )=4 √ 3
3 3

Perhatikan ∆ ABO
AO=√( AB)2−( BO)2
2 2

¿ (6 √ 3) −( 4 √ 3)
¿ √ 72−48 ¿ √ 24 ¿ 2 √6

Jarak titik A ke BE adalah AO=2 √ 6

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 38


A

B D
12 O E

6) Belahan bola padat mempunyai diameter 20cm . hitunglah luas permukaan belahan bola padat
tersebut . . . . . . .
a. 342cm d. 842cm
b. 442cm e. 942cm
c. 542cm

Pembahasan:
Belahan bola padat memiliki permukaan bola dan lingkaran dengan d=20cm r=10cm . luas
permukaan belahan bola padat .
= luas bola + luas lingkaran
= (4r) + r
= 3r
=3 x 3,14 x 10
= 942cm

7) Suatu bangun ruang dibentuk dari limas sisi dengan enam titik sudutnya. Tentukan banyak
rusuk bangun ruang itu . . . . . . .
a. 7 d. 10
b. 8 e. 11
c. 9

Pembahasan:
Sisi = S = 5
Titik sudut = T = 6
Berdasarkan rumus S+T = R + 2
5+6 = R + 2
11 = R + 2
R = 11-2 = 9
Jadi, banyaknya rusuk bangun ruang itu ada 9 buah .

8) Volume sebuah kubus 27 Liter, tentukan Luas permukaan kubus . . . . . . .


a. 54 dm d. 34 dm
b. 44 dm e. 77 dm
c. 65 dm

Pembahasan:
Volume = 27 liter = 27dm
Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 39
a. Volume = a = 27 dm
(3dm )
a. 3dm
b. Luas permukaan kubus
= 6a dm
=6(3) dm
=6.9dm
=54dm

9) Perhatikan gambar sebuah kubus berikut ini

Panjang sisi AB adalah 12 cm. Tentukan jarak titik A ke titik C . . . . . . .


a. 12 √ 2 cm d. 6 cm
b. √ 9 cm e. 9 cm
c. 9 √ 3 cm

Pembahasan:
Lukis gambar segitiga yang dibentuk oleh titik-titik A, B, dan C seperti ilustrasi berikut:

Dengan dalil phytagoras


AC2 = AB2 + BC2
AC2 = 122 + 122
AC2 = 2 x 122
AC = √ (2 x 12 2)
AC = 12 √ 2 cm

10) Sebuah bak mandi berbentuk kubus dengan panjang sisi bagian dalam adalah 80 cm. Jika bak
3
mandi terisi bagian dengan air tentukan berapa liter volume air di dalam bak mandi tersebut
4
.......
a. 445 liter
b. 512 liter
c. 122 liter
d. 384 liter
e. 421 liter
Pembahasan:
Volume bak mandi jika terisi penuh = S3
= 803 = 80 x 80 x 80
= 512.000 cm3

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 40


3
Bak mandi hanya terisi bagian saja sehingga
4
3
Volume air = x 512.000
4
= 384.000 cm3 = 384 liter

11) Pada kubus ABCD.EFGH, panjang rusuk 8 cm. α adalah sudut antara garis AD
dengan garis AH. Tentukan nilai tan α . . . . . . .
a. 15° d. 45°
b. 25° e. 55°
c. 35°

Pembahasan:
Perhatikan gambar berikut.
Letak garis AD, AH dan sudut yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Ambil segitiga ADH dengan siku-sikunya di titik D

tan α = sisi depan : sisi samping = DH : AD


tan α = 8 cm : 8 cm = 1
Sudut dengan nilai tan sama dengan satu adalah 45°

12) Kubus ABCD.EFGH memiliki rusuk 4 cm. Sudut antara AE dan bidang AFH adalah
α. Nilai sin α = ....
1
a. √ 2
2
1
b. √ 3
2
1
c. √ 3
3
2
d. √ 2
3
3
e. √ 3
4

Pembahasan:
Posisi AE dan bidang AFH pada kubus sebagai berikut

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 41


Ambil segitiga AEP dengan siku di titik E.

Panjang EP adalah setengah dari panjang diagonal sisi yaitu 2 √2 cm. Panjang AP

2
AP=√ AE2 + EP 2= 42 +(2 √ 2) =√16 +8= √24 cm

Sinus sudut α dengan demikian adalah
EP 2 √ 2 2 2 2 1
sin α = = = = = = √3
AP √24 √ 12 √ 4 × 3 2 √3 3

1
13) Sebuah kubus dengan rusuk S diperkecil sedemikian rupa sehingga menjadi kubus
3
S. Panjang diagonal kubus kecil itu 6 √ 3cm. Panjang kubus semula adalah...
a. 6 cm
b. 12 cm
c. 18 cm
d. 24 cm
e. 36 cm

Pembahasan:
Berikut untuk mencari hubungan panjang sisi kubus dengan diagonal ruangnya

Dari data soal d = 6√ 3dapat langsung diambil panjang sisi kubus kecil adalah 6 cm.
Atau kalau dihitung seperti ini
d √ 3 6 3× 3
s= r = √ √ =6 cm
3 3
Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 42
Untuk kubus besar, panjang sisinya 3 kali yang kecil sehingga panjang sisinya = 3 x 6
= 18 cm

14) Sebuah bak mandi berbentuk kubus dengan ukuran panjang sisi 80 cm. Jika bak
mandi diisi dengan air kran yang memiliki debit 1 500 cm3 / detik, tentukan waktu
yang diperlukan untuk mengisi bak mandi dari kondisi kosong hingga penuh . . . . . . .
a. 10,24 menit
b. 5,12 menit
c. 8,15 menit
d. 13,17 menit
e. 17,01 menit

Pembahasan:
Volume bak mandi adalah
= 80 x 80 x 80
= 512000 cm3

Waktu yang diperlukan


= volume : debit air
= 512000 : 500 = 1024 detik
= 17,01 menit

15) Diketahui limas beraturan T.ABCD dengan rusuk alas 2 cm dan rusuk tegak √ 3cm.
Nilai tangen sudut antara rusuk TD dan bidang alas ABCD adalah...
1
a. √ 2 cm
4
1
b. √ 2 cm
2
2
c. √ 2 cm
3
d. √ 2 cm
e. 2 √ 2 cm

Pembahasan:
Terjemahkan ke dalam gambar seperti berikut ini

Ambil segitiga TDE

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 43


Tentukan panjang T ke E lanjutkan dengan tangen sudut α

2 2
TE=√(TD)2 −( DE )2= ( √ 3) −( √ 2) =√ 3−2=1

sisi depan sudut α TE 1 1
tan α=¿¿ = = = √2
sisi samping sudut α DE √ 2 2

16) Kubus ABCD.EFGH dengan panjang sisi 12 cm. Titik P adalah perpotongan diagonal bidang
ABCD. Tentukan jarak titik P ke titik G . . . . . . .
a. 6√ 6 d. √ 3
b. 7√ 3 e. 9 √ 2
c. 7

Pembahasan:
Gambar sebagai berikut

AC panjangnya 12√2, sementara PC adalah setengah dari AC. Sehingga PC = 6√2 cm. CG =
12 cm.
PG = √ PC 2 +CG2
PG = √ ¿ ¿ = √ 72+ 144 =√ 216 = 6√ 6

17) Pada kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm, jarak titik B ke diagonal ruang AG
adalah . . . . . . .
a. 2√ 6 d. √ 3
b. 7√ 3 e. 9 √ 2
c. 7

Pembahasan:
Misalkan jaraknya adalah BP, dimana BP dengan AG harus tegak lurus.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 44


Ambil segitiga ABG sebagai acuan perhitungan. Jika AB dijadikan alas segitiga, maka BG
menjadi tingginya. Jika AG yang dijadikan alas, maka tinggi segitiganya adalah BP, dimana
BP itulah yang hendak dicari.

alas1 x tinggi1 = alas2 x tinggi2


AG X BP = AB X BG
AB X BG 6 X 6 √2 6 √2 √3
BP = AG
= = X = 2√ 6
6 √3 √3 √3
18) Pada kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 12 cm, titik P adalah tepat ditengah CG,
tentukan jarak titik C ke garis AP. . . . . . .
a. 3 √ 2 d. 4 √3
b. 4 √ 2 e. 8
c. 6

Pembahasan:
Posisi titik C dan garis AP pada kubus sebagai berikut:

Cari panjang AP terlebih dahulu,


2
AP=√ AC 2+ CP2= (12 √2) + 62=√ 324=18 cm

dilanjutkan menentukan jarak C ke AP,
AP× d= AC ×CP
AC ×CP 12 √ 2× 6
d= = =4 √ 2cm
AP 18

19) Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Jarak titik G ke diagonal BE
adalah . . . . . . .
a. d. 21

b. e. 25
c. 3√ 6

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 45


Pembahasan:
Sketsa kubusnya dulu, beri nama titik-titik sudutnya. Diberi tanda titik dan garis yang hendak
dicari jaraknya.

Tambahkan 2 garis lagi, hingga muncul segitiga BGE.

Pada segitiga BGE, EB sama panjangnya dengan BG, sama juga dengan GE yaitu 6√2
(dapatnya dari rumus langsung diagonal sisi). Karena sama sisi, maka garis x tegak lurusnya
akan di tengah-tengah garis EB. Terapkan pythagoras untuk segitiga BGJ untuk mendapat
panjang x:

x=√ (GB )2−( BJ )2


2 2

x= (6 √ 2) −( 3 √2)
x=√ 72−18=√ 54
x=3 √ 6 cm

Metode kedua, bisa juga dengan penggunaan setengah luas segitiga, seperti beberapa soal
terdahulu. Namun di sini perlu digunakan rumus luas segitiga yang ada sinusnya, karena
diketahui dua sisi dan sudut diantaranya, tengok catatan jika lupa. Misal perlu sudutnya, ∠E =
∠B = ∠ G = 60°karena sama sisi:

BG ×≥× sin 60° =EB× x


1
6 √ 2× 6 √ 2× √ 3=6 √ 2× x
2
1
6 √ 2× 6 √2 × √3
2
x= =3 √ 6
6 √2

20) Diketahui limas beraturan T.ABCD dengan ABCD adalah persegi yang memiliki panjang AB
= 4 cm dan TA = 6 cm. Jarak titik C ke garis AT . . . . . . .
3 1
a) √ 14 d) √3
4 3

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 46


3 1
b) e)
4 2
1
c) √ 3
2

Pembahasan:
Sketsa soalnya seperti berikut ini

Dengan pythagoras dapat ditentukan panjang AC,

dan juga tinggi limas TP

Akhirnya dari segitiga ACT diperoleh nilai x


AC . PT =x . AT
AC . PT ( 4 √ 2 ) ( 2 √ 7) 4
x= = = √ 14 cm
AT 6 3

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 47


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

 Mengajarkan Bangun Tiga Dimensi yang berpermukaan Lengkung dilakukan dengan cara
mengenalkan dan menanamkan Bangun Tiga Dimensi yang Berpermukaan Lengkung
terlebih dahulu
 Mengajarkan bidang-bidang banyak di kelas dilakukan dengan cara menanamkan konsep
tentang bidang-bidang banyak setelah anak memahami konsep bidang-bidang banyak
anak dapat belajar membuat mode bidang banyak di bawah bimbingan seorang guru.
Menggambarkan bidang banyak melalui tahapan-tahapan tertentu.
 Mengajarkan Bangun Tiga Dimensi di kelas harus dilakukan dengan menanamkan
konsep  Bangun Tiga Dimensi yang Berpermukaan Lengkung, pembuatan model bangun
dan pembuatan gambar yang dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu.

3.2    Saran
Saran yang hendak disampaikan oleh penulis diantaranya : Jadikanlah siswa sebagai
subjek ajar di dalam melakukan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas sehingga
mereka terlibat aktif di dalamnya. Dengan demikian mereka akan mempunyai pengalaman-
pengalaman yang didapat, dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
pemberian alasan yang dapat mendukung banyak topik lainnya dalam pembelajaran
matematika maupun yang lainnya. Bawalah alat peraga yang akan diperlukan dalam
melakukan pembelajaran baik dengan cara membuat sendiri secara sederhana tetapi sesuai
ataupun memanfaatkan alat peraga yang disediakan oleh sekolah.

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 48


DAFTAR PUSTAKA
Sa' dijah, Cholis, 1998. Pendidikan Matematika II. Malang : Dirjen Dikti Depdikbud.
http://www.sekolahmatematika.com/bangun-ruang/
http://web-matematik.blogspot.com/2012/09/sifat-sifat-bangun-ruang.html
http://agil-asshofie.blogspot.com/2012/03/rumus-bangun-ruang-matematika.html

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 49


LAMPIRAN

Makalah Matematika “Dimensi Tiga” 50

Anda mungkin juga menyukai