MINI RISET VIONA LASAMA-dikonversi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 64

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT

DAN NORMAL SALIN 0,9% TERHADAP PASIEN PLEBITIS


DI RUANG INTERNA 1 RSUD TOTO KABILA

MINI RISET

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Profesi Ners

Oleh

VIONA VIONITA LASAMA,S.Kep


841 718 098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
PERBEDAAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT
DAN NORMAL SALIN 0,9% TERHADAP PASIEN PLEBITIS
DI RUANG INTERNA 1 RSUD TOTO KABILA

MINI RISET

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Profesi Ners

Oleh

VIONA VIONITA LASAMA, S.Kep


841 718 098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa mini riset yang disusun dalam memenuhi salah satu persyaratan menempuh

ujian akhir di Universitas Negeri Gorontalo dengan Judul “Perbedaan Efektivitas

Pemberian Kompres Air Hangat Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis

Di Ruang Interna 1 Rsud Toto Kabila” adalah benar-benar hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah

dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai norma, kaidah, etika penulisan dan buku

pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Negeri Gorontalo.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh dari mini riset ini bukan hasil

karya sendiri atau terdapat tindakan plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka

saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang disandang dan

sanksi lainnya sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Gorontalo, Januari 2020

Viona Vionita Lasama, S.Kep


ABSATRAK

Viona Vionita Lasama, 2020. Perbedaan Efektivitas Pemberian Kompres Air


Hangat Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di Ruang Interna 1 Rsud
Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Program Studi Profesi Ners, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Supervisor Ns. Ita
Sulistiani Basir, M.Kep, Perceptor Klinik Ns. Nurliah, M.Kep.

Plebitis merupakan inflamasi vena yang ditandai dengan kemerahan, nyeri, panas,
edema, indurasi, venous cord bahkan demam. Tujuan penelitian adalah mengetahui
perbedaan efektivitas pemberian kompres air hangat dan normal salin 0,9%
terhadap pasien plebitis yang dirawat. penelitian ini menggunakan desain penelitian
Quasy Eksperimental dengan rancangan one group pre-post test. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien di Ruang Interna I RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango sebanyak 8 responden. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan secara total sampling sebanyak 8 responden. Analisa
data menggunakan Wilcoxon. Hasil penelitian ini dimana kompres air hangat
sebelum dan sesudah pada pasien plebitis hasilnya yaitu kompres air hangat dapat
menurunkan 1 derajat pada responden plebitis. sedangkan kompres normal salin
0,9% sebelum dan sesudah pada pasien plebitis hasilnya yaitu normal salin 0,9%
dapat menurunkan 2 derajat pada responden plebitis. sehingga dapat disimpulkan
terdapat pengaruh kompres air hangat dan normal salin 0,9% terhadap pasien
plebitis yang dirawat di runagan interna I RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango, berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0.046 (<0,05).

Kata Kunci : Plebitis, Air Hangat, Normal Salin 0,9%.

Daftar Pustaka : Referensi (2005-2019)


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T. yang telah menganugerahkan rahmat

dan kekuatan serta kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan mini riset

dengan judul “Perbedaan Efektivitas Pemberian Kompres Air Hangat Dan

Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di Ruang Interna 1 Rsud Toto

Kabila”. Penyususnan mini riset ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi

persyaratan dalam menempuh Pendidikan Ners pada Program Profesi Ners,

Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

Penulis menyadari bahwa dalam penusunan mini riset ini banya di hadapkan

dengan berbagai hambatan,Alhamdulillah berkat rahmad dan petunjuk serta izin

dari Allah SWT juga berkat kemauan serta kesungguhan hati, mini riset ini dapat

terselesaikan. Oleh sebeb itu penulis menyampaikan penghargaan yang tak

terhingga juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis khusunya kepada

Ns. Ita Sulistiani Basir , M.Kep selaku Suvervisor, dan Ns. Nurliah selaku

Perceptor Klinik, yang telah sabar dan penuh keikhlasan dalam memberikan

bimbingan, arahan, dan solusi pada setiap permasalahan penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan mini riset ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang

sama juga penulis hanturkan kepada:

1. Dr. Eduarrt Wolok, ST., MT. Selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo

(UNG), Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku wakil rektor I, Dr. France M.

Wantu, SH., MH selaku wakil rektor II, Karmila Machmud, S.Pd., M.A., Ph.D
selaku wakil rektor III, dan Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris, M.Sc selaku wakil

rektor IV Universitas Negeri Gorontalo.

2. Dr. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan

Kesehatan, Hartono Hadjarati, S.Pd, M.Pd selaku wakil dekan I, dr. Zuhriana

K. Yusuf, M. Kes selaku wakil dekan II, Ruslan, S.Pd., M.Pd selaku wakil

dekan III, serta seluruh staf tata usaha yang telah memberikan bantuan selama

penulis menempuh pendidikan di Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas

Negeri Gorontalo.

3. Ns. Yuniar Soely, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J selaku Ketua Jurusan Program

Studi Sarjana Keperawatan dan Ns. Wirda Y.Dulahu, M.Kep, selaku Sekretaris

Jurusan Program Studi Sarjana Keperawatan

4. Ns. Gusti Pandi Liputo, M.Kep selaku koordinator stase peminatan yang telah

memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan mini riset ini.

5. Ns. Dewi Hiola selaku penguji terima kasih atas kesediaan dan keikhlasannya

meluangkan waktu untuk menguji, mengarahkan dan memberikan saran dan

kritik yang bersifat membangun demi penyelesaian mini riset ini.

6. Dr. Serli selaku direktur RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang

telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ini dalam rangka

penyelesaian Profesi Ners.

7. Seluruh staff Dosen dan staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Negeri Gorontalo yang telah memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.


8. Kepada kedua Orang Tua saya Helmi Lasama,S.kep dan dr. Winny Sowikromo

yang telah senantiasa memberikan dukungan, motivasi serta doa yang tiada

henti demi penyusuna mini riset ini.

9. Kepada kedua Adik saya Zinedine Zidane Lasama dan Alifha Aqila Lasama

yang selalu memberikan keceriaan serta telah menjadi motivator dan

memberikan dukungan dalam penyelesaian mini riset ini.

10. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada dalam suka maupun duka selama

berada dalam jurusan Keperawatan Rizki Ilham, Recha Lahmudin, Pinkan

Towapo, Restu Mokoginta, Magfira Suleman, Ika Saleh, Ramna Humonggio.

Terimakasih untuk tangan yang selalu merangkul kembali ketika terlalu letih

untuk berdiri.

11. Teman-teman seangkatan Ners X yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas bantuan dan motivasinya.

12. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat

saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti menyadari penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan

oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semoga segala bantuan segala bantuan, bimbingan, dukungan serta doa yang telah

diberkan mendapat imbalan yang setimpal dari maha kuasa. Amin Ya Rabbal

Alamin. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i


HALAMAN LOGO........................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.2.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4
1.3. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.3.1 Manfaat Bagi Pasien ......................................................................... 4
1.3.2 Manfaat Bagi Perawat ....................................................................... 4
1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit ............................................................... 5
1.3.4 Manfaat Bagi Peneliti ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6
2.1 Kajian Teoritis Plebitis ................................................................................ 6
2.1.1 Definisi Plebitis ................................................................................ 6
2.1.2 Etiologi Plebitis ................................................................................ 7
2.1.3 Skala Penilaian Plebitis ................................................................... 8
2.1.4 Tindakan Pencegahan Plebitis ......................................................... 9
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Plebitis ............................................. 12
2.1.6 Pengkajian Plebitis ......................................................................... 13
2.1.7 Intervensi Keperawatan ................................................................. 14
a. Kompres Normal Salin ............................................................ 14
b. Kompres Air Hangat ............................................................... 15
2.2 Kajian Yang Relevan ................................................................................. 15
2.3 Kerangka Konsep ....................................................................................... 16
BAB III METODE MINI RISET .................................................................. 17
3.1 Desain Mini Riset ...................................................................................... 17
3.2 Lokasi Dan Waktu Mini Riset ................................................................... 17
3.3 Populasi Dan Sampel ................................................................................. 18
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................... 18
3.5 Definisi Operasional .................................................................................. 19
3.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 20
3.7 Teknik Pengolahan Data ............................................................................ 20
3.8 Analisa Data ............................................................................................... 21
3.9 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 22
3.10 Etika Mini Riset ........................................................................................ 22
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 24
4.1 Hasil Mini Riset ......................................................................................... 24
4.1.1 Gambaran Lokasi Umum .............................................................. 24
4.1.2 Karakteristik Responden ................................................................ 24
4.1.3 Analisa Univariat............................................................................ 25
4.1.4 Analisa Bivariat .............................................................................. 27
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 28
4.2.1 Pengaruh Kompres Air Hangat Terhadap Derajat Plebitis ............ 28
4.2.2 Pengaruh Kompres Normal Salin 0,9% Terhadap Derajat Plebitis 30
4.3 Keterbatasan Mini Riset .............................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 34
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 34
5.2 Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38
DOKUMENTASI ............................................................................................ 47
CURICULUM VITAE .........................................................................................
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skor Visual Plebitis............................................................................... 9


Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 19
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ............................................. 24
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosa ....................................... 25
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Plebitis ............................. 25
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kompres Air Hangat
Sebelum dan Sesudah .................................................................................. 26
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kompres Normal Salin
0,9% Sebelum dan Sesudah ......................................................................... 26
Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Perbedaan Kompres Air Hangat
Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis ................................................ 27
Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Perbedaan Kompres Normal
Salin 0,9% Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis.............................. 28
Tabel 4.8 Hasil analisa uji Wilcoxon Signed Ranks Test Efektivitas Pemberian
kompres air hangat dan normal salin 0,9% pada derajat phlebitis .............. 28
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ...................................... 39
Lampiran 2. Lembar Kuesioner Penelitian ........................................................ 40
Lampiran 3. SOP Pemberian Kompres Air Hangat dan Normal Salin 0,9% ..... 41
Lampiran 4. Lembar Master Tabel..................................................................... 42
Lampiran 5. Karakteristik Responden................................................................ 43
Lampiran 6. Hasil Uji Analisis Univariat .......................................................... 44
Lampiran 7. Hasil Uji Analisis Bivariat ............................................................. 44
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi

kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi

intravena. Terapi interavena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan

untuk memasukkan cairan, obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien. Infeksi

dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intra vena ( IV ) terletak pada

sistem infus atau tempat menusukkan vena. Phlebitis dikarakteristikkan dengan

adanya dua atau lebih tanda nyeri seperti, kemerahan, bengkak, indurasi, dan

teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena (Avengeline,

2015)

Phlebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya

menjaditrombophlebitis, perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun

demikian jika trombus terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah dan

masuk jantung maka dapat menimbulkan seperti katup bola yang bisa

menyumbatatrioventrikular secara mendadak dan menimbulkan kematian

(Agustini,2013).

Menurut (Rusnawati,2015) Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang

terjadi pada pasien ketika berada di rumah sakit atau ketika berada di fasilitas

kesehatan lainnya. Suatu penelitian yang dilakukan WHO menunjukkan bahwa

sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur

Tengah, Asia Tenggara, dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial

Hospital Acquired Infection (HAIs) dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0%

(Rimba Putri, 2016). Angka kejadian infeksi nosokomial juga telah dijadikan
salah satu tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit.Infeksi nosokomial

merupakan infeksi yang terjadi pada pasien ketika berada di rumah sakit atau

ketika berada di fasilitas kesehatan lainnya.Dari sekian banyak jenis infeksi

nosokomial, flebitis menempati peringkat pertama dibanding dengan infeksi

lainnya (Depkes RI, 2013).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya flebitis pada pasien yang

terpasang infus. Salah satu diantara faktor yang perlu diperhatikan yaitu teknik

aseptik atau kesterilan sewaktu pemasangan infus, melakukan disinfektan

sebelum penusukan kanule intra vena pada daerah sekitar penusukan dengan

kapas alkohol 70% serta kesterilan alat-alat yang digunakan akan berperan

penting untuk menghindari komplikasi peradangan vena, seperti: cuci tangan

sebelum melakukan tindakan, disinfektan daerah yang akan dilakukan

penusukan (Brunner dan Suddart 2013). Adanya bakterial flebitis bisa menjadi

masalah yang serius sebagai predisposisi komplikasi sistemik yaitu septicemia.

Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian flebitis bakteri, antara lain: tehnik

cuci tangan yang tidak baik, tehnik aseptik yang kurang pada saat penusukan,

tehnik pemasangan kateter yang buruk, pemasangan yang terlalu lama. Prinsip

pemasangan terapi intravena memperhatikan prinsip sterilisasi, hal ini

dilakukan untuk mencegah kontaminasi jarum intravena (Rizky,2014).Oleh

karena itu menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan agen yang

terbaik dalam menangani pasien dengan flebitis, maka diperlukan upaya

penelitian untuk membandingkan efek dari dua agen tersebut yaitu normal salin

dan air hangat terhadap penanganan flebitis.

Penatalaksanaan nyeri phlebitis dengan teknik non farmakologis yaitu


dengan cara kompres.Kompres ada dua jenis yaitu kompres hangat dan

kompres dingin.Kompres hangat lembab pada sisi phlebitis dapat memberikan

rasa nyaman pada klien (Potter & Perry, 2010). Pemberian kompres hangat

pada lokal phlebitis yang menyebabkan proses fasodilatasi pembuluh darah,

karena pada kejadian phlebitis terjadi banyak kerusakan jaringan yang

membutuhkan banyak nutrisi dan oksigenasi untuk memperbaikinya. Dengan

demikian sebagai akibat pemberian kompres hangat dapat memperbaiki

peredaran darah dalam jaringan, penyaluran zat asam dan bahan makanan ke

sel-sel yang dibuang akan diperbaiki serta terjadi peningkatan aktivitas sel. Hal

tersebut akan mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses penyembuhan

phlebitis (Bouty,2014). Pemberian kompres hangat dilakukan selama 20 menit

sebanyak 3 kali sehari. Selain itu, ada penelitian lain juga mengatakan

pengompresan dengan menggunakan normal salin 0,9% juga efektif dalam

mengatasi plebitis karena mempunyai manfaat yang sama dengan kompres

hangat. Oleh karena itu menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan

agen yang terbaik dalam menangani pasien dengan flebitis, maka diperlukan

upaya penelitian untuk membandingkan efek dari dua agen tersebut yaitu

normal salin 0,9% dan air hangat terhadap penanganan flebitis (Agustini,2013).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mini riset yang berjudul “Perbedaan EfektivitasPemberian

Kompres Air Hangat Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di

Ruang Interna 1 Rsud Toto Kabila”


1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui Perbedaan Efektivitas Pemberian Kompres Air Hangat

Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di Ruang Interna 1 RSUD

Toto Kabila

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi efektivitas pemberian kompres air hangat pada pasien

phlebitis di ruang interna 1 RSUD Toto Kabila

2. Mengidentifikasi efektifitas pemberian kompres normal salin 0,9 % pada

pasien phlebitis di ruang Interna 1 RSUD Toto Kabila.

3. Mengidentifkasi perbedaan pemberian kompres air hangat dan kompres

normal salin pada pasien plebitis di ruang Interna 1 RSUD Toto Kabila.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta menambah

pengetahuan pasien dalam mengatasi kejadian plebitis yang sering biasa

dialami oleh pasien yang dirawat di Rumah sakit.

1.3.2 Bagi Perawat

Meningkat wawasan pengetahuan dan keterampilan perawat tentang

perbandingan pemberian kompres air hangat dengan normal salin 0,9%

sebagai salah satu intervensi non farmakologi baru yang dapat dilakukan

untuk mengatasi kejadian plebitis


1.3.3 Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan

pelayanan khususnya ketrampilan tenaga keperawatan dalam menangani

kejadian plebitis. Sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam keilmuan

keperawatan

1.3.4 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan dalam hal penanganan kejadian plebitis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis Plebitis

2.1.1 Definisi Plebitis

Plebitis merupakan salah satu komplikasi dari pemberian therapi intra

vena.Komplikasi dari pemberian therapi intravena bisa bersifat sistemik dan

lokal. Komplikasi sistemik lebih jarang terjadi, tetapi seringkali lebih serius

dibanding komplikasi lokal, seperti septikemia, reaksi alergi, overload

sirkulasi dan emboli udara. Komplikasi lokal selain phlebitis antara lain

infiltrasi, trombophlebitis, hematoma, iritasi vena, trombosis, occlusion,

spasme vena, reaksi vasovagal, dan kerusakan saraf, tendon, ligamen

(Nurjannah,2011).

Infusion Nursing Society (INS 2010), phlebitis merupakan

peradangan pada tunika intima pembuluh darah vena, yang sering

dilaporkan sebagai komplikasi pemberian terapi infus. Peradangan

didapatkan dari mekanisme iritasi yang terjadi pada endhothelium tunika

intima vena, dan perlekatan tombosit pada area tersebut.Phlebitis adalah

komplikasi dari pemberian therapi intra vena, yang disebabkan oleh iritasi

kimia, mekanik maupun bakteri dan post infus.Phlebitis ditandai dengan

adanya satu atau lebih dari tanda-tanda phlebitis yaitu daerah yang merah,

nyeri, indurasi, teraba hangat atau panas, dan pembengkakan didaerah

penusukan. Peradangan phlebitis didapatkan dari mekanisme iritasi

yangterjadi pada endothelium tunika intima vena dan perlekatan trombosit

pada area tersebut.


2.1.2 Etiologi Plebitis

Plebitis disebabkan baik karena faktor mekanik, kimia maupun

infektif. Alexander, et al (2010), membagi penyebab plebitis menjadi empat

kategori, yaitu plebitis kemikal (kimia), plebitis mekanikal, plebitis

bakterial dan plebitis post-infusi.

Plebitis mekanik terjadi karena ukuran jarum yang terlalu besar

sehingga menganggu aliran darah disekitarnya, serta menyebabkan iritasi

pada dinding pembuluh darah. Selai itu juga disebabkan karena lokasi

insersi yang tidak tepat, seperti jika kateter ditempatkan pada area fleksi

sering menyebabkan plebitis mekanik (Hankins, et al, 2008).

Plebitis kimis terjadi karena iritasi tunika intima oleh obat dan/atau

janis cairan yang memiliki pH tinggi atau rendah (asam atau basa), serta

osmolaritas cairan yang tinggi. Cairan atau obat dengan pH < 5 atau > 9 atau

yang memiliki osmolaritas > 375 mOsm/I dapat menyebabkan iritasi lapisan

intima vena sehingga merangsang terjadinya proses inflamasi dan

thrombosis (Alexander, et al, 2010).

Plebitis bakterial adalah inflamasi lapisan intima vena yang

disebabkan karena infeksi bakteri. Komplikasi ini dapat menjadi sangat

serius, karena jika tidak ditangani dengan benar dapat berkembang menjadi

komplikasi sistemik dari septicemia. Karena kurangnya teknik aseptik saat

pemasangan alat intravena sehingga terjadi kontaminasi baik melalui

tangan, cairan infus, set infus dan area penusukan (Alexander et al, 2010).

Dalam hal ini, hygiene tangan orang yang memasang infus memegang

peranan penting dalam timbulnya komplikasi tersebut.


Plebitis post-infus merupakan komplikasi lain yang biasa dilaporkan

oleh pasien dengan terapi infus. Komplikasi ini berhubungan dengan

inflamasi pada vena yang biasanya terjadi dalam waktu 48 sampai 96 jam

setelah kateter dipasang.

2.1.3 Skala Penilaian Plebitis

Pada penilaian skala phlebitis terdapat 3 teori yang banyak dipakai

dalam penelitian, yaitu Visual Infusion Phlebitis (VIP) scale, Infusion

Nursing Standards of Phlebitis scaledan Peripheral Venous Catheter (PVC)

Assess(Barruel,2014).

1) Visual Infusion Phlebitis (VIP) Scale

Teori ini juga dikenal dengan Jackson scale yang dipublikasi di

guidelines untuk menilai skala phlebitis yang diadaptasi dari metode

Maddox dan skala yang dibuat oleh Lundgren (Barruel et al, 2013).

Kemudian teori ini dimodifikasi lagi oleh Gallant dan Schultz pada

tahun 2006 di Amerika Serikat, dimana skala awal yang dibuat oleh

Jackson tingkatannya 1-6 dimodifikasi menjadi 0-5. Skala penilaiannya

adalah berdasarkan gejala nyeri, eritema, bengkak, hangat, purulen dan

saluran vena teraba > 7,6 cm. Pada VIP scale ini dikatakan phlebitis bila

skornya ≥ 2 yang berhubungan dengan rekomendasi untuk pelepasan

dari peripheral intravena catheter (PIVC) (Barruel,2014).

2) Infusion Nursing Standards of Phlebitis scale Berdasarkan INS scale

skala penilaian phlebitis terdiri dari 0-4 dimana dengan melihat

gejala seperti : nyeri, eritema, oedem, streak formation, saluran vena

teraba > 2,54 cm dan cairannya purulen(Barruel,2014).


3) Peripheral Venous Catheter (PVC) Assess

Pada teori ini cara pengukurannya kurang jelas, sehingga sulit

untuk membuat tingkatan dari phlebitis. Pada teori ini gejala yang

dinilai adalah berdasarkan nyeri, eritema, nyeri tekan, oedem, indurasi,

eksudat purulen, streak formation dan saluran vena yang teraba (Barruel

et al, 2014).

Tabel 2.1 Berikut Merupakan Skor Visual Plebitis Untuk Menentukan


Derajat Keparahan Plebitis
Tempat penusukan tampak sehat 0 Tidak ada tanda plebitis
Observasi Kanula
Salah satu dari berikut jelas : 1 Mungkin tanda dini
1. Nyeri pada tempat suntikan plebitis
2. Eritema pada tempat suntikan Observasi Kanula
Dua dari berikut jelas : 2 Stadium dini plebitis
1. Nyeri 2. Eritema Ganti tempat kanula
3. Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : 3 Stadium moderat plebitis
1. Nyeri sepanjang kanula 1. Ganti kanula
2. Eritema, 3. Indurasi 2. Pikirkan terapi
Semua dari berikut jelas : 4 Stadium lanjut atau awal
1. Nyeri sepanjang kanula tromboplebitis
2. Eritema, 3. Indurasi 1. Ganti kanula
4. Venous cord teraba 2. Pikirkan terapi
Semua dari berikut jelas : 5 Stadium lanjut
1. Nyeri sepanjang kanula tromboplebitis
2. Eritema, 3. Indurasi 1. Lakukan terapi
4. venous cord teraba, 5. Demam 2. Ganti kanula

2.1.4 Tindakan Pencegahan Plebitis

Menurut Jayanti (2013), banyak hal yang dapat dilakukan untuk

mencegah terjadinya phlebitis yang telah disepakati oleh para ahli, antara

lain ;

1) Mencegah phlebitis bakteri.

Pedoman yang dianjurkan adalah menekankan pada kebersihan

tangan, tehnik aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit.


Untuk pemilihan larutan antisepsis, The Center for Disease

Control(CDC)merekomendasikan penggunaan chlorhexedine 2 %,

akan tetapipenggunaan tincture yodium, iodofor atau alcohol 70 % bisa

digunakan.

2) Selalu waspada dan tindakan aseptic

Selalu berprinsip aseptik setiap tindakan yang memberikan

manipulasi pada daerah infus.Studi melaporkan Stopcock (yang

digunakan sebagai jalan pemberian obat, pemberian cairan infus atau

pengambilan sampel darah merupakan jalan masuk kuman.

3) Rotasi katheter.

(Nurjannah,2011).melaporkan hasil pemberian Perifer Parenteral

Nutrition (PPN), di mana mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan

kontralateral setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas flebitis.

Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh

Webster dkk disimpulkan bahwa intravena kateter bisa dibiarkan aman

di tempatnya lebih dari 72 jam jika tidak ada kontraindikasi. The

Centers for Disease Control and Prevention menganjurkan penggantian

kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi.

4) Aseptic dressing

Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah phlebitis dengan

penggantian kasa steril diatas tempat penusukan setiap 24 jam

5) Kecepatan pemberian infus

Para ahli sepakat bahwa makin lambat infus larutan hipertonik

diberikan makin rendah risiko phlebitis.Namun, ada paradigma berbeda


untuk pemberian infus obat injeksi dengan osmolaritas

tinggi.Osmolaritas boleh mencapai 1000 mOsm/L jika durasi hanya

beberapa jam. Durasi sebaiknya kurang dari tiga jam untuk mengurangi

waktu kontak campuran yang iritatif dengan dinding vena. Ini

membutuhkan kecepatan pemberian tinggi (150 – 330 mL/jam).Vena

perifer yang paling besar dan kateter yang sekecil dan sependek

mungkin dianjurkan untuk mencapai laju infus yang diinginkan, dengan

filter 0.45 mm. Katheter harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri

atau kemerahan.Infus relatif cepat ini lebih relevan dalam pemberian

infus sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan maintenance atau

nutrisi parenteral.

6) Titrable acidity

Titratable acidity mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

menetralkan pH larutan infus.Potensi phlebitis dari larutan infus tidak

bisa ditaksir hanya berdasarkan pH atau titrable acidity sendiri. Bahkan

pada pH 4.0, larutan glukosa 10% jarang menyebabkan perubahan

karena titrable acidity nya sangat rendah (0.16 mEq/L). Dengan

demikian makin rendah titrable acidity larutan infus makin rendah

risiko phlebitisnya.

7) Heparin dan hidrokortison

Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan infus sampai kadar

akhir 1 unit/mL, mengurangi masalah dan menambah waktu pasang

katheter. Risiko phlebitis yang berhubungan dengan pemberian cairan

tertentu (misal, kalium klorida, lidocaine, dan antimikrobial) juga dapat


dikurangi dengan pemberian aditif IV tertentu, seperti hidrokortison.

Pada uji klinis dengan pasien penyakit koroner, hidrokortison secara

bermakna mengurangi kekerapan phlebitis pada vena yang diinfus

lidokain, kalium klorida atau antimicrobial (Jayanti,2013).

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Plebitis

Faktor yang mempengaruhi terjadinya plebitis yaitu :

a. Faktor Usia

Pada pasien yang berusia sangat muda atau sangat tua (lansia)

memiliki vena yang rapuh, perawat harus menghindari vena yang

mudah bergeser atau rapuh seperti vena dipermukaan dorsal tangan.

b. Faktor Jenis Penyakit (Diagnosa)

Penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi terjadinya

plebitis, misalnya pada pasien Diabetes Mellitus (DM) yang mengalami

aterosklerosisakan mengakibatkan aliran darah ke perifer berkurang

sehingga jika terdapat luka mudah mengalami infeksi.

Riwayat penyakit lain seperti pembedahan, luka bakar, gangguan

kardiovaskular, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan

persyarafan dan juga keganasan dapat menimbulkan masalah

keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Pasien yang mengalami

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang buruk membutuhkan

cairan infus yang lebih hipertonis agar pergantian cairan dan elektrolit

lebih adekuat (Perry & Potter, 2008).


c. Lama Infus Terpasang

Salah satu yang memberi kontribusi terhadap faktor bakterial dari

plebitis adalah durasi lama infus terpasang. Salah satu cara untuk

mengatasinya adalah dengan merotasi lokasi infus apabila ada

kontraindikasi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Komaling dkk (2014)

diketahui bahwa dari total 21 responden yang lama pemasangan infus

lebih dari 72 jam (≥ 3 hari), 16 responden (27,6%) mengalami plebitis,

sedangkan 5 responden (8,6%) tidak mengalami plebitis. Sedangkan

dari 37 responden yang dipasang infus 48-72 jam (≤ 3 hari), 4

responden (6,9%) mengalami plebitis, sedangkan 33 responden

(56,9%) tidak mengalami plebitis. (Komaling, 2014).

The Center For Disease and Prevention telah menyusun

penggantian infus tidak boleh lebih dari 72 jam, kecuali untuk

penanganan darah dan lipid emulsi diganti tiap 24 jam (perry & potter,

2008).

2.1.6 Pengkajian Plebitis

Penatalaksanaan plebitis yang tepat adalah dengan melakukan

tindakan pencegahan terjadinya plebitis. Lokasi pemasangan infus harus

diperiksa secara rutin dan harus dipindahkan setiap ada perubahan gejala

awal plebitis. Kulit dipalpasi pada bagian yang terpasang kanul dengan

melakukan penekanan untuk mengobservasi adanya nyeri, panas, edema

dan indurasi vena. (Hankins et al, 2009).


2.1.7 Intervensi Keperawatan

Pada area yang mengalami plebitis dapat diberikan kompres hangat

dan lembab untuk mempercepat proses penyembuhan dan kenyamanan

pasien (Hankins et al, 2009). Kompres dapat diberikan selama 20 menit

dilakukan beberapa kali sehari lalu di evaluasi kemajuan penyembuhan luka

yang dialami. Jenis kompres yang dapat diberikan yaitu :

a. Kompres Normal Salin 0,9%

Normal salin merupakan cairan kristaloid yang bersifat isotonis,

fisiologi, non toksik, dan tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas

sehingga aman digunakan untuk tubuh dalam kondisi apapun. Normal

salin dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium dan klorida

yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga cairan ini sering digunakan untuk

terapi penggantian cairan melalui pemasangan infus. Natrium klorida

terdiri dari beberapa konsentrasi, yang paling sering digunakan adalah

natrium klorida 0,9% atau disebut dengan NaCl 0,9% yang merupakan

konsentrasi normal dari natrium klorida sehingga disebut normal salin.

Hasil penelitian bansel et al 2002 (dalam Bashir & Afzal, 2010)

menunjukkan bahwa penggunaan normal salin dan air tidak

meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada pasien yang mengalami

luka laserasi. Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian kompres

normal salin pada luka dapat membantu respon anti inflamasi dan

meningkatkan sirkulasi darah, sehingga mempercepat proses

penyembuhn luka dan menghilangkan gejala nyeri, kemerahan dan

edema.
b. Kompres Air Hangat

Air terdiri dari susunan senyawa kimia hydrogen dan oksigen. Air

merupakan unsur alam yang memiliki manfaat sangat banyak dalam

kehidupan alam semesta. Air dalam kesehatan biasanya digunakan

untuk hidroterapi, pelarut, dan pembersih luka. Menurut Godinez et al

(2001) dalam Trevilion (2008) penggunakan air dapat menurunkan

tingkat infeksi pada luka. Sedangkan hasil penelitian Kulisch et al

(2009) diungkapkan bahwa penggunakan kompres air hangat dengan

suhu 340C selama 20 menit dapat menurunkan tingkat nyeri pada

pasien. Pemberian kompres air hangat dan lembab pada area plebitis

dapat membantu proses penyembuhan luka dan memberikan

kenyamanan pada pasien. (Hankins et al 2009).

2.2 Kajian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh (Nurjannah,2010) dengan judul studi

komparasi efektivitas kompres normal salin dan airhangat terhadap derajat

flebitis pada anak yang dilakukanpemasangan infus di rsup dr. hasan sadikin

bandung. Berdasarkan hasil uji statistik disimpulkan bahwa tidak

terdapatperbedaan yang signifikanantara kompres normal salin dan air hangat,

ini menunjukkan bahwa kedua jenis cairankompres tersebut memiliki

pengaruh yang sama dalam menurunkan derajat flebitis dan

prosespenyembuhan luka flebitis. Berdasarkan hasil penelitinnya maka ditarik

kesimpulan bahwa terdapat pengaruh kompres normal salin terhadap

penurunan derajat flebitis, dan pengaruhkompres air hangat terhadap

penurunan derajat flebitis. Hal ini membuktikan bahwa diantarakedua jenis


kompres tersebut keduanya memiliki pengaruh yang sama dalam

menurunkanderajat flebitis.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ambrosis,2014)

dengan judul penelitian perbedaan kompres air hangat dan cairan normal salin

pada penurunan derajat plebitis pasca pemasangan infus di RSK Dr. Sitanala.

Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

pengaruh kompres normal salin dengan kompres air hangat terhadap

penurunan derajat plebitis. Dibuktikan dengan nilai P Value (ɑ) 0.374.

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Kompres Air Hangat
Plebitis

Kompres normal
:
salin 0,9%

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

: Berhubungan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


BAB III
METODE MINI RISET
3.1 Desain Mini Riset

Desain mini riset adalah sesuatu yang vital dalam penelitian, yang

memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi akurasi suatu hasil.Istilah desain penelitian digunakan dalam

dua hal yakni desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data,

dan desain penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana

penelitian dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian menggunakan desain quasieksperimen dengan rancangan

pendekatan the reversed-treatment nonequivalent control group design with

pretest and posttest. Merupakan penelitian yang memberikan perlakuan pada

setiap kelompok intervensi yang selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap hasil

intervensi. Disain quasi-Eksperimen merupakan disain penelitian yang

bertujuan menguji hubungan sebab akibat dengan mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan melibatkan satu kelompok subjek/tidak memiliki variabel

control (Burns & Grove, 2003 Dalam Zaidin, 2010).

Dimana pada penelitian ini akan melihat “Perbedaan Efektivitas

Pemberian Kompres Air Hangat Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien

Plebitis DiRuangan Interna 1, RSUD Toto Kabila”.

3.2 Lokasi dan Waktu Mini Riset

3.2.1 Lokasi Mini Riset

Mini riset ini telah dilaksanakan di ruangan Interna 1, RSUD Toto

Kabila Kabupaten Bone Bolango.


3.2.2 Waktu Mini Riset

Mini riset ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,

2011). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami

plebitis di ruang interna 1 RSUD Toto Kabila.

3.3.2 Sampel

Menurut Nursalam (2015) sampel terdiri atas bagian populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan melalui sampling. Sedangkan sampling

adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi

yang ada. Dan sampel dalam penelitian ini adalah pasien plebitis diruang

interna 1 RSUD Toto Kabila yang berjumlah 8 responden.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilann sample adalah consecutive sampling dimana

subjek yang datang memenuhi kriteria inklusi dimasukan kedalam

penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi (Sugiyono, 2011).Dalam mini

riset ini sampel yang digunakan adalah pasien yang mengalami plebitis di

ruangan Interna 1, RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.

dengan kriteria sebagai berkut :

a. Kriteria Inklus :

1) Pasien yang terpasang infus dan mengalami plebitis


2) Pasien yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria ekslusi :

1) Pasien dengan diagnosis adanya gangguan pembuluh darah vena

2) Pasien yang mendapatkan jalur injeksi khusus (injection plug)

3) Pasien yang mendapatkan antibiotik secara parenterall namun

observasi terhadap pemberian antibiotik dan penilaian status plebitis

tidak dapat dilakukan karena kondisi pasien memburuk.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini mencakup dua variabel

independen dan satu variabel dependen yaknipemberian kompres air hangat

dengan normal salin 0,9% terhadap kejadian plebitis.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definis Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


Operasional
1 Variabel Plebitis - (VIP) 0 = tidak Ordinal
Dependen merupakan Scale terdapat
inflamasi vena plebitis
- Plebitis yang ditandai 1 = nyeri,
dengan merah
kemerahan, 2 = nyeri,
nyeri, panas, merah,
edema, indurasi, bengkak
venous cord 3 = nyeri,
bahkan demam. merah,
mengeras
4 = nyeri,
merah,
mengeras,
saluran vena
teraba
5 = nyeri,
merah,
mengeras,
saluran vena
teraba,
demam.
2 Variabel - kompres air Lembar - -
Independen hangat dengan observasi
susu 340c
- Kompres selama 20 menit
air pada area
hangat phlebitis dapat
membantu
proses
penyembuhan
dan
memberikan
kenyamanan
pada pasien.

- Kompres - kompres Lembar - -


normal normal salin observasi
salin 0.9% pada
0,9% phlebitis dapat
membantu
respon anti
inflamasi dan
meningkatkan
sirkulasi darah,
sehingga
mempercepat
proses
penyembuhan
dan
menghilangkan
gejala nyeri,
kemerahan dan
edema.

3.6 Instrumen Mini Riset

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam mini riset yaitu

Visual Infusion Phlebitis untuk mengukur Phlebitis Grading Scale yang dibuat

dan disosialisasikan oleh Infusion Nurse Society.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2014), setelah data dikumpulkan, kemudian data

diolah dengan tahapan sebagai berikut :


3.7.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan.

3.7.2 Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri beberapa kategori.Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisa data menggunakan komputer.

3.7.3 Entry

Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau data base computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat table kontigensi.

3.7.4 Tabulating

Mengelompokan data sesuai variabel yang akan diteliti guna

memudahkan analisis data.

3.8 Analisa Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi masing - masing variabel, baik variabel bebas, variabel terikat

dan karakteristik responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Wilcoxon untuk mengetahui

pengaruh yang signifikan antara masing - masing variabel bebas dengan

variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada


tingkat signifikan (nilai p), yaitu:

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

3.9 Teknik Pengumpulan Data

3.9.1 Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer didapatkan dengan menggunakan lembar observasi yang

berisi data demografi pasien dan poin kategori yang menjadi amatan peneliti

pada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari ruangan tempat praktek mahasiswa

profesi ners yakni ruanginterna 1 RSUD Toto Kabila.

3.10 Etika Mini Riset

Menurut Hidayat (2014) masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent (Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk pesetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dari

tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Dan jika subjek tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak subjek.


2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah Etika Keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan

3. Confidentiality( Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
BAB IV
HASIL MINI RISET DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Mini Riset

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Mini Riset

RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. RSUD Toto Kabila

merupakan rumah sakit yang dikelolah oleh pemerintah daerah kabupaten bone

bolango dan tercatat kedalam rumah sakit tipe C. Penelitian ini dilaksanakan

pada tanggal 16-22 Desember 2019 diruang Interna 1 RSUD Toto Kabila.

Ruang Interna I RSUD Toto Kabila merupakan ruangan rawat inap yang

terdiri dari 12 ruangan pasien, 3 ruangan untuk kelas 1, 3 ruangan untuk kelas

2, 5 ruangan untuk kelas 3, dan 1 ruangan imunologi. Ruangan Interna 1 dapat

merawat berbagai penyakit dalam salah satunya gastritis. Selain penyakit

gastritis, terdapat juga beberapa penyakit yang termasuk dalam golongan

perawatan di ruangan ini seperti demam typhoid, diabetes melitus, kolik

abdomen, dan masih banyak lagi.

4.1.2 Karakteristik Responden

Dalam mini riset ini, responden yang terpilih adalah sebanyak 8 orang

responden pasien diruang interna 1 RSUD Toto Kabila yang mengalami

Plebitis.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur


No. Umur Jumlah (n) %
1. 17 – 39 2 25
2. 40 - 60 6 75
Total 8 100
Sumber :Data Primer 2020

Berdasarkan tabel distribusi diatas didapatkan responden yang

mengalami plebitisdengan usia 17 sampai 39 tahun berjumlah 2 orang


dengan jumlah prsentase 25% dan responden dengan usia 40 sampai 60

tahun berjumlah 6 orang dengan jumlah presentase 75%.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosa


No. Diagnosa Jumlah (n) %
1. Anemia 1 12,5
2. Melena 1 12,5
3. Gastritis 1 12,5
4. Dyspepsia 5 62,5
Total 8 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel distribusi diatas didapatkan responden dengan

diagnosa anemia berjumlah 1 orang dengan jumlah presentasi 12,5%,

diagnosa melena berjumlah 1 orang dengan jumlah presentasi 12,5%,

diagnosa gastritis berjumlah 1 orang dengan jumlah presentasi 12,5% dan

diagnosa dispepsia berjumlah 5 orang dengan jumlah presentasi 62,5%.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Plebitis


No. Derajat plebitis Jumlah (n) %
1. Derajat 3 4 50
2. Derajat 4 3 37,5
3. Derajat 5 1 12,5
Total 8 100
Sumber : Data Primer 2020.

Berdasarkan tabel distribusi diatas didapatkan responden yang

mengalami plebitis derajat 3 yaitu 4 orang dengan jumlah presentasi 50%,

derajat 4 yaitu 3 orang dengan jumlah presentasi 37,5% dan derajat 5 yaitu

1 orang dengan jumlah presentasi 12,5%

4.1.3 Analisa Univariat

Dalampenelitian ini, variabelyang dianalisa peneliti dengan analisa

univariat yakniperbedaan efektivitas pemberian kompres air hangat dan normal

salin 0,9% pada pasien plebitis.


1. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kompres Air Hangat

Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh perbedaan sebelum

dan sesudah diberikan kompres air hangat pada pasien plebitis pada tabel

sebagai berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kompres Air


Hangat Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis.
Hasil Min Max Mean Std.Deviasi
Kompres air hangat 3 4 3,50 .577
sebelum
Kompres air hangat 2 3 2,50 .577
sesudah
Sumber : Data Primer 2020.

Tabel 4.4 distribusi responden berdasarkan pemberian kompres air

hangat sebelum dan sesudah pada pasien plebitis yaitu kompres air hangat

dapat menurunkan 1 derajat pada responden plebitis. Dengan nilai rata-rata

(mean) sebelum diberikan intervensi 3,50 dan sesudah diberikan intervensi

mengalami penurunan yaitu 2,50.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kompres Normal Salin

0,9% Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh perbedaan sebelum

dan sesudah diberikan kompres normal salin 0,9 pada pasien plebitis pada

tabel sebagai berikut.

Tabel 4.5Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Kompres


Normal Salin 0,9% Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis.
Hasil Min Max Mean Std.Deviasi
Kompres normal 3 5 3,75 .957
salin 0,9% sebelum
Kompres normal 1 3 1,75 .957
salin 0,9% sesudah
Sumber : Data Primer 2020.
Tabel 4.5 distribusi responden berdasarkan pemberian kompres

normal salin 0,9% sebelum dan sesudah pada pasien plebitis yaitu normal

salin 0,9% dapat menurunkan 2 derajat pada responden plebitis. Dengan

nilai rata-rata (mean) sebelum diberikan intervensi 3,75 dan sesudah

diberikan intervensi mengalami penurunan yaitu 1,75

4.1.4 Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

perbedaan efektivitas pemberian kompres air hangat dan kompers normal

salin 0,9% pada pasien plebitis diruang Interna 1 RSUD Toto Kabila.

1. Hasil analisa uji Wilcoxon Signed Ranks Test perbedaan kompres air

hangat sebelum dan sesudah pada pasien plebitis diruang interna 1

RSUD Toto Kabila pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Perbedaan Kompres
Air Hangat Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis
Variabel Sebelum Sesudah p-value
Mean ± SD Mean ± SD
Kompres air 3,50 ± 0,577 2,50 ± 0,577 0,046
hangat
Sumber : Data Primer, 2020

Kelompok kompres air hangat sebelum dilakukan kompres di

peroleh Mean ± SD (3,50±0,577) dan sesudah dilakukan kompres

diperoleh Mean ± SD (2,50±0,577) dan dengan didapatkan p-value pada

uji Wilcoxon = 0,046 (P≤0,05) yang artinya ada pengaruh pemberian

kompres air hangat pada pasien plebitis.


2. Hasil analisa uji Wilcoxon Signed Ranks Test perbedaan kompres normal

salin 0,9% sebelum dan sesudah pada pasien plebitis diruang interna 1

RSUD Toto Kabila pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Perbedaan Kompres
Normal Salin 0,9% Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis
Variabel Sebelum Sesudah p-value
Mean ± SD Mean ± SD
Kompres 3,75 ± 0,957 1,75 ± 0,957 0,046
normal salin
0,9%
Sumber : Data primer 2020

Kelompok kompres normal salin 0,9%sebelum dilakukan kompres

di peroleh Mean ± SD (3,75±0,957) dan sesudah dilakukan kompres

diperoleh Mean ± SD (1,75±0,957) dan dengan didapatkan p-value pada

uji Wilcoxon = 0,046 (P≤0,05) yang artinya ada pengaruh pemberian

kompres normal salin 0,9% pada pasien plebitis.

3. Hasil analisa uji Wilcoxon Signed Ranks Test Efektivitas Pemberian

kompres air hangat dan normal salin 0,9% pada derajat plebitis

Tabel 4.8 Hasil analisa uji Wilcoxon Signed Ranks Test Efektivitas
Pemberian kompres air hangat dan normal salin 0,9% pada derajat
plebitis
variabel Mean Standar p-value
deviasi
Kompres air 2,50 0,577 0,046
hangat
Kompres 1,75 0,957 0,046
normal salin
09%
Sumber : Data primer 2020

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji Wilcoxon

pada kompres air hangat dan normal salin 0,9% diperoleh nilai p-value

sebesar 0,046. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan derajat plebitis diantara kedua kelompok intervensi


sesudah diberikan kompres air hangat dan normal salin 0,9%. Artinya

kompres air hangat dan normal salin 0,9% memiliki efektivitas yang

sama terhadap penrunan derajat plebitis.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Efektivitas Pemberian Kompres Air Hangat Terhadap Derajat Plebitis

Berdasarkan hasil uji pemberian kompres air hangat pada pasien

flebitis dapat menurunkan 1 derajat pada responden plebitis. Dengan nilai

rata-rata (mean) sebelum diberikan intervensi 3,50 dan sesudah diberikan

intervensi mengalami penurunan yaitu 2,50. Artinya dapat berpengaruh

kompres air hangat terhadap penurunan derajat plebitis. kompres air hangat

pada pasien penderita plebitis dapat mengurangi nyeri pada pasien.

Nilai derajat plebitis responden bervariasi mulai dari derajat 1 sampai

dengan 5. Selisi penurunan derajat plebitis antara sebelum dan sesudah

diberikan kompres air hangat sebesar 1 angka. Responden yang sebelumnya

berada pada derajat 4 menurun menjadi 2, dan responden yang sebelumnya

berada pada derajat 3 menurun menjadi 1. Sehingga terlihat kompres air

hangat efektif menurunkan plebitis.

Phlebitis menurut Potter dan Perry (2010), yaitu, flebitis merupakan

radang vena yang biasanya terjadi pada trauma dinding pembuluh, infeksi,

imobilisasi dan pemasangan kateter IV dalam waktu lama. Tanda dan gejala

yang ditimbulkan dari flebitis yaitu nyeri, edema, eritema, dan

meningkatnya suhu kulit di sekitar vena dan pada beberapa instansi,

kemerahan pada jalur vena (INS, 2006 dalam Potter dan Perry, 2010).
Tujuan pemberian kompres air hangat menurut Asmadi (2012), yaitu

kompres air hangat dapat memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa

sakit, memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien. Hal ini

terbuktisaat dilakukan intervensi kompres air hangatdengan suhu 34oC

menggunakan kain kasa dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari tidak

ditemukan adanya efek saping apapun yang merugikan pasien. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cunliffe dan

Fawset (2008), menunjukkan bahwa penggunaan air untuk perawatan luka

terbukti aman dan dapat menghemat biaya pengeluaran.

Melihat hasil yang diperoleh dari post test setelah pemberian kompres

air hangat menunjukkan bahwa responden mengalami suatu penurunan

terhadap tingkat nyeri yang sebelumnya telah dialami. Hasil penelitian

Jayanti, Kristiyawati dan Purnomo, 2013) menyatakan bahwa kompres

hangat merupakan tindakan untuk menurunkan nyeri dengan memberikan

energi panas melalui proses konduksi, di mana panas tersebut dapat

menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) sehingga menambah

pemasukan oksigen, nutrisi dan leukosit darah yang menuju ke jaringan

tubuh. Akibat positif yang ditimbulkan adalah memperkecil inflamasi,

menurunkan kekakuan nyeri otot serta mempercepat penyembuhan jaringan

lunak.

Selain itu, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sesudah diberikan

kompres air hangat, luka plebitis menjadi lebih baik tanpa adanya infeksi

tambahan menurut Godinez et al, 2001 (dalam Trevillion, 2008)

penggunaan air dapat menurunkan tingkat infeksi pada luka. Luka akibat
plebitis merupakan luka terbuka yang dapat menjadi port d’entry bakteri

atau virus ke dalam tubuh manusia, sehingga dapat menimbulkan infeksi

atau penyakit tambahan. Oleh karena itu pemberian kompres air hangat tepat

diberikan pada pasien yang mengalami plebitis untuk menyembuhkan luka

dengan meminimalkan risiko terjadinya infeksi tambahan.

4.2.2 Efektivitas Pemberian Kompres Normal Salin 0,9% Terhadap Derajat

Plebitis.

Berdasarkan pemberian kompres normal salin 0,9% sebelum dan

sesudah pada pasien plebitis yaitu normal salin 0,9% dapat menurunkan 2

derajat pada responden plebitis. Dengan nilai rata-rata (mean) sebelum

diberikan intervensi 3,75 dan sesudah diberikan intervensi mengalami

penurunan yaitu 1,75. Artinya terdapat berpengaruh kompres air hangat

terhadap penurunan derajat plebitis.

Sebelum diberikan kompres, nilai derajat plebitis responden

bervariasi mulai dari derajat 1 sampai dengan 5. Selisi penurunan derajat

plebitis antara sebelum dan sesudah diberikan kompres normal salin sebesar

2 angka. Responden yang sebelumnya berada pada derajat 5 menurun

menjadi 3, responden yang sebelumnya berada pada derajat 4 menurun

menjadi 2, dan responden yang sebelumnya berada pada derajat 3 menurun

menjadi 1. Hasil ini menunjukkan bahwa kompres normal salin efektif

untuk menurunkan derajat plebitis.

Normal salin 0,9% sebagai bahan kompres luka merupakan salah

satu bahan yang bersifat osmolaritas tinggi (Ayodeji et al, 2006). Hal ini

sejalan dengan penelitian Bashir dan Afzal (2010) yang menunjukkan


bahwa normal salin 0,9% memiliki respon anti inflamasi sehingga dapat

menurunkan gejala nyeri dan eritema yang timbul pada luka, serta

meningkatkan aliran darah menuju area luka, sehingga mempercepat proses

penyembuhan luka. Selain itu dapat menurunkan derajat phlebitis,

pemberian kompres normal salin tidak menimbulkan efek samping apapun

pada pasien yang mengalami infeksi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Nurjanah (2011) diperoleh nilai p

value= 0,000 artinya terdapat pengaruh kompres normal salin terhadap

penurunan derajat phlebitis. Pemberian kompres normal salin pada pasien

yang mengalami phlebitis bertujuan untuk mengurangi gejala eritema, nyeri,

dan edema pada area sekitar phlebitis sehingga dapat membantu

menurunkan derajat phlebitis dan memberikan kenyamanan pada pasien

yang mengalami phlebitis. Penelitian Evangeline et al (2015) menunjukkan

bahwa kompres normal salin 0,9% dapat menurunkan nyeri phlebitis dan

membantu proses granulasi jaringan dan penyembuhan luka. Kompres

normal salin 0,9% lebih efektif pada pasien dengan phlebitis mekanik dan

kimiawi karena dapat mengurangi eritema dan edema. Pada pasien yang

mengalami phlebitis yang dengan masalah pada perfusi jaringan sebaiknya

diberikan kompres normal salin 0,9% karena tidak memberikan rangsangan

dingin yang dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga

mengakibatkan aliran darah menuju area luka phlebitis terhambat.

Menurut penelitiannya Bashir dan Afzal (2010) yang menunjukkan

bahwa pemberian kompres normal salin pada luka dapat menurunkan gejala

edema karena cairan normal salin dapat menarik cairan dari luka melalui
proses osmosis, hal ini terbukti karena tingkat osmolaritas pada kassa yang

digunakan untuk kompres luka berubah menjadi hiperosmolar. Selain itu

dalam penelitian tersebut juga diketahui bahwa normal salin memiliki

respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan eritema

yang timbul pada luka, serta meningkatkan aliran darah menuju area luka,

sehingga mempercepat proses penyembuhan luka.

Selain dapat menurunkan derajat plebitis, pemberian kompres normal

salin tidak menibulka efek samping apapun pada responden yang

mengalami infeksi. Saat dilakukan penelitian seluruh responden yang

diberikan kompres normal salin tidak ditemukan keluhan atau efek samping

yang merugikan pasien. Hal ini sesuai dengan penelitiannyan Salami,

Imosemi dan Owaoye (2006) yang menyatakan bahwa cairan normal salin

tidak menimbulkan iritasi, tidak merusak pada jaringan baru, melindungi

granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka,

tidak berdampak pada fungsi fibroblas dan fungsi keratinosit pada

penyembuhan luka

4.2.3 Pebedaan Pemberian Kompres Air Hangat dan Normal Salin 0,9%

Terjadap Derajat Plebitis.

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada kompres air hangat dan normal

salin 0,9% diperoleh nilai p-value sebesar 0,046. Artinya dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan derajat plebitis diantara kedua kelompok

intervensi sesudah diberikan kompres air hangat dan normal salin 0,9%.

Perbedaan yang tidak signifikan antara kompres air hangat dan normal salin

0,9% ini menunjukkan bahwa kedua kedua jenis cairan kompres tersebut
memiliki efektivitas yang sama dalam menurunkan derajat plebitis.

Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan bahwa selisih penurunan

derajat plebitis pada kelompok normal salin 0,9% sebesar 2 angka,

sedangkan selisih penurunan derajat plebitis pada kelompok air hangat

sebesar 1 angka. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bahwa meskipun

berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh tidak ada perbedaan akan tetapi

berdasarkan fakta yang ditemui dilapangan dan perbedaan penurunan

derajat plebitis terutama pada derajat 3 dan 4. Diketahui bahwa pemberian

kompres normal salin 0,9% dapat menurunkan hingga 2 derajat, sedangkan

kompres air hangat hanya dapat menurunkan 1 derajat pada responden

dengan plebitis.

Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Salami,

Imosemi dan Owaoye (2006), yang memiliki tujuan untuk membandingkan

efektivitas air hangat dan normal salin. Proses penelitian dilakukan dengan

memberikan kompres air hangat pada luka kelompok 1 dan kompres normal

salin pada luka kelompok 2. Hasil penelitian menunjukkan luka yang

dikompres dengan normal salin mengalami granulasi jaringan yang lebih

baik dan sembuh dengan normal.


4.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan desain quasieksperimen dengan pendekatan

the reversed-treatment nonequivalent control group design with pretest

and posttest.Dalam penelitian ini hanya terdiri dari kelompok intervensi

tanpa adanya kelompok kontrol.

2. Jumlah sampel yang terbatas yaitu 8 sampel, hal ini disebabkan oleh

keterbatasan waktu penelitian sehingga subjek yang didapatkan terbatas.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 8 responden maka peneliti

mengambil kesimpulan :

1. Pemberian kompres air hangat sebelum dan sesudah pada pasien plebitis

hasilnya yaitu kompres air hangat dapat menurunkan 1 derajat pada

responden plebitis. Dengan nilai rata-rata (mean) sebelum diberikan

intervensi 3,50 dan sesudah diberikan intervensi mengalami penurunan

yaitu 2,50.

2. pemberian kompres normal salin 0,9% sebelum dan sesudah pada pasien

plebitis hasilnya yaitu normal salin 0,9% dapat menurunkan 2 derajat pada

responden plebitis. Dengan nilai rata-rata (mean) sebelum diberikan

intervensi 3,75 dan sesudah diberikan intervensi mengalami penurunan

yaitu 1,75

3. pebedaan pemberian kompres air hangat dan normal salin 0,9% diperoleh

nilai p-value sebesar 0,046, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan derajat plebitis diantara kedua kelompok intervensi sesudah

diberikan kompres air hangat dan normal salin 0,9%. Artinya kompres air

hangat dan normal salin 0,9% memiliki efektivitas yang sama terhadap

penrunan derajat plebitis.


5.2 Saran

1. Bagi Pasien

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat serta menambah

pengetahuan pasien dalam mengatasi kejadian plebitis yang sering biasa

dialami oleh pasien yang dirawat di Rumah sakit.

2. Bagi Perawat

Diharapkan dapat meningkat wawasan pengetahuan dan keterampilan

perawat tentang perbandingan pemberian kompres air hangat dengan

normal salin 0,9% sebagai salah satu intervensi non farmakologi baru yang

dapat dilakukan untuk mengatasi kejadian plebitis

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya

peningkatan pelayanan khususnya ketrampilan tenaga keperawatan dalam

menangani kejadian plebitis. Sehingga dapat digunakan sebagai acuan

dalam keilmuan keperawatan

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan dalam hal penanganan kejadian plebitis.


DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Utomo & Agrina. 2013. Analisa faktor – faktor yang berhubungan

dengan kejadian flebitis pada pasien yang terpasang infus di ruang medikal

chrysant Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru

Avengeline. 2015. Perbedaan Kompres Nacl 0,9% dengan Kompres Alkohol

70%Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Flebitis

Brunner dan Suddart. 2013. Buku ajar keperawatan medikal bedah Edisi 8 Volume

1. Jakarta : EGC.

Bouty.2014. Pengaruh lama pemasangan infus terhadap kejadian flebitis di RSUD

Dr. M. M Dunda Limboto.

Infusion Nurses Society. 2010. Infusion nursing standards of practice. Journal of

Infusion Nursing

Jayanti.2013. Perbedaan Efektivitas Kompres Hangat dan Kompres Alkohol

Terhadap Penurunan Nyeri Plebitis Pada Pemasangan Infus Di RSUD

Tugurejo Semarang

Nurjannah, Nunung. 2011. Studi komparasi efektivitas kompres normal salin dan

air hangat terhadap derajat flebitis pada anak yang dilakukan pemasangan

infus di RSUP dr. Hasan sadikin bandung

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2016. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan.

Edisi 4.Jakarta : Salemba Medika


Potter & Perry, 2010. Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses dan

praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Rusnawati. 2015. Analisis faktor resiko terjadinya flebitis di RSUD Puri Husada

Tembilahan. Thesis. Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas.

Rimba Putri. 2016. Pengaruh lama pemasangan infus dengan kejadian flebitis pada

pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam dan syaraf Rumah Sakit Nur

Hidayah Bantul.

Rizky, S. 2014. Surveillance kejadian phlebitis pada pemasangan kateter intravena

pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Ar. Bunda Prabumulih.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian.Bandung : CV ALFABETA


LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Kepada Yth. Responden


Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya mahasiswa S1 Program Studi Profesi Ners Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.

Nama : Viona Vionita Lasama

NIM : 841 718 098

Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Perbedaan


Efektivita Pemberian Kompres Air Hangat Dan Normal Salin
0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di Ruang Interna 1 Rsud Toto
Kabila
”. Sehubung dengan hal tersebut peneliti mengharapkan kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian
ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu
bersedia, peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi
responden.. Adapun segala informasi yang Bapak/Ibu berikan akan
dijamin kerahasiaannya, untuk kesediaan menjadi responden dengan
menandatangani kolom dibawah ini.

Atas kesediaannya dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Responden Peneliti

( ) Viona Vionita Lasama, S.kep

841 718 098


KUESIONER PENELITIAN

1. No. Responden :

2. Inisial Pasien :

3. Umur :

4. Diagnosa Pasien :

5. Derajat Plebitis :

Kompres Air Hangat Kompres Normal Salin 0,9%

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah


SOP Pemberian Kompres Air Hangat Dan Normal Salin 0,9%

KOMPRES AIR HANGAT


Persiapan Alat
1. Kassa ukuran 5 x 5 cm
2. Kom kecil
3. Termos tempat air hangat (untuk kompres menggunakan air hangat)
4. Alat pengukur suhu air
5. Jenis cairan yang digunakan: air hangat yang telah dimasak sampai dengan
suhu 340C
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Rendam kassa dalam kom kecil yang telah di isi air hangat dengan suhu
340C
3. Peras kassa 1 kali dengan menggunakan satu tangan
4. Tempelkan kassa pada area yang mengalami plebitis
5. Lakukan kompres 3x selama sehari
6. Dokumentasikan setiap dilakukan kompres.

KOMPRES NORMAL SALIN 0,9%


Persiapan Alat
1. Kassa ukuran 5 x 5 cm
2. Kom kecil
3. Jenis cairan yang digunakan NaCl 0,9%
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Rendam kassa dalam kom kecil yang telah di isi cairan NaCl 0,9%
3. Peras kassa 1 kali dengan menggunakan satu tangan
4. Tempelkan kassa pada area yang mengalami plebitis
5. Lakukan kompres 3x selama sehari
6. Dokumentasikan setiap dilakukan kompres
MASTER TABEL
PERBEDAAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT DAN NORMAL
SALIN 0,9%

No. kompres air hangat


umur kode diagnosa kode derajat plebitis kode
Responden sebelum sesudah
1 39 tahun 1 anemia 1 derajat 3 1 derajat 3 derajat 2
2 60 tahun 2 dispepsia 4 derajat 4 2 derajat 4 sderajt 3
3 51 tahun 2 melena 2 derajat 4 2 derajat 4 derajat 3
4 56 tahun 2 dispepsia 4 derajat 3 1 derajat 3 derajat 2
kompres normal salin 0,9%
sebelum sesudah
5 60 tahun 2 dispepsia 4 derajat 4 2 derajat 4 derajat 2
6 17 tahun 1 dispepsia 4 derajat 5 3 derajat 5 derajat 3
7 57 tahun 2 gastritis 3 derajat 3 1 derajat 3 derajat 1
8 55 tahun 2 dispepsia 4 derajat 3 1 derajat 3 derajat 1

Keterangan Umur Diagnosa Derajat Plebitis


1 = 17 - 39 1 = anemia 1=3
2 = 40 - 60 2 = melena 2=4
3 = gastritis 3=5
4=
dispepsia
LAMPIRAN

1. DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN


umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 2 25.0 25.0 25.0
2 6 75.0 75.0 100.0
Total 8 100.0 100.0

diagnosa
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid anemia 1 12.5 12.5 12.5
melena 1 12.5 12.5 25.0
gastritis 1 12.5 12.5 37.5
dispepsia 5 62.5 62.5 100.0
Total 8 100.0 100.0

Derajat plebitis
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Derajat 3 4 50 50 50
Derajat 4 3 37,5 37,5 30.5
Derajat 5 1 12,5 12,5 19.5
Total 8 100.0 100.0 100.0
1. ANALISA UNIVARIAT

Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Kompreshangatsebelu
4 3 4 3.50 .577
m
komprehangatsesudah 4 2 3 2.50 .577
Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
naclsebelum 4 3 5 3.75 .957
naclsesudah 4 1 3 1.75 .957
Valid N
4
(listwise)

2. ANALISA BIVARIAT

KOMPRES AIR HANGAT

Descriptive Statistics

Std. Minimu Maximu


N Mean Deviation m m

sebelum air hangat 4 3,50 ,577 3 4

sesudah air hangat 4 2,50 ,577 2 3


Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

Mean Sum of
N Rank Ranks

sesudah air hangat - Negative 4a 2,50 10,00


sebelum air hangat Ranks

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 0c

Total 4

a. sesudah air hangat < sebelum air hangat


b. sesudah air hangat > sebelum air hangat
c. sesudah air hangat = sebelum air hangat

Test Statisticsa

sesudah air
hangat -
sebelum air
hangat

Z -2,000b

Asymp. Sig. (2- ,046


tailed)

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
KOMPRES NORMAL SALIN 0,9%

Descriptive Statistics

Std. Minimu Maximu


N Mean Deviation m m

sebelum 4 3,75 ,957 3 5


NACL

sesudah 4 1,75 ,957 1 3


NACL

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

Mean Sum of
N Rank Ranks

sesudah NACL - Negative 4a 2,50 10,00


sebelum NACL Ranks

Positive Ranks 0b ,00 ,00

Ties 0c

Total 4

a. sesudah NACL < sebelum NACL


b. sesudah NACL > sebelum NACL
c. sesudah NACL = sebelum NACL
Test Statisticsa

sesudah
NACL -
sebelum
NACL

Z -2,000b

Asymp. Sig. (2- ,046


tailed)

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
DOKUMENTASI

Pemberian Kompres Air Hangat


Pemberian Kompres Normal Salin 0,9%

Anda mungkin juga menyukai