MINI RISET VIONA LASAMA-dikonversi
MINI RISET VIONA LASAMA-dikonversi
MINI RISET VIONA LASAMA-dikonversi
MINI RISET
Oleh
MINI RISET
Oleh
bahwa mini riset yang disusun dalam memenuhi salah satu persyaratan menempuh
Pemberian Kompres Air Hangat Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis
Di Ruang Interna 1 Rsud Toto Kabila” adalah benar-benar hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai norma, kaidah, etika penulisan dan buku
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh dari mini riset ini bukan hasil
karya sendiri atau terdapat tindakan plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka
saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang disandang dan
Plebitis merupakan inflamasi vena yang ditandai dengan kemerahan, nyeri, panas,
edema, indurasi, venous cord bahkan demam. Tujuan penelitian adalah mengetahui
perbedaan efektivitas pemberian kompres air hangat dan normal salin 0,9%
terhadap pasien plebitis yang dirawat. penelitian ini menggunakan desain penelitian
Quasy Eksperimental dengan rancangan one group pre-post test. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien di Ruang Interna I RSUD Toto Kabila
Kabupaten Bone Bolango sebanyak 8 responden. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan secara total sampling sebanyak 8 responden. Analisa
data menggunakan Wilcoxon. Hasil penelitian ini dimana kompres air hangat
sebelum dan sesudah pada pasien plebitis hasilnya yaitu kompres air hangat dapat
menurunkan 1 derajat pada responden plebitis. sedangkan kompres normal salin
0,9% sebelum dan sesudah pada pasien plebitis hasilnya yaitu normal salin 0,9%
dapat menurunkan 2 derajat pada responden plebitis. sehingga dapat disimpulkan
terdapat pengaruh kompres air hangat dan normal salin 0,9% terhadap pasien
plebitis yang dirawat di runagan interna I RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone
Bolango, berdasarkan uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0.046 (<0,05).
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T. yang telah menganugerahkan rahmat
dan kekuatan serta kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan mini riset
Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di Ruang Interna 1 Rsud Toto
Kabila”. Penyususnan mini riset ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi
Penulis menyadari bahwa dalam penusunan mini riset ini banya di hadapkan
dari Allah SWT juga berkat kemauan serta kesungguhan hati, mini riset ini dapat
terhingga juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis khusunya kepada
Ns. Ita Sulistiani Basir , M.Kep selaku Suvervisor, dan Ns. Nurliah selaku
Perceptor Klinik, yang telah sabar dan penuh keikhlasan dalam memberikan
bimbingan, arahan, dan solusi pada setiap permasalahan penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan mini riset ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang
1. Dr. Eduarrt Wolok, ST., MT. Selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo
(UNG), Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku wakil rektor I, Dr. France M.
Wantu, SH., MH selaku wakil rektor II, Karmila Machmud, S.Pd., M.A., Ph.D
selaku wakil rektor III, dan Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris, M.Sc selaku wakil
2. Dr. Hj. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Hartono Hadjarati, S.Pd, M.Pd selaku wakil dekan I, dr. Zuhriana
K. Yusuf, M. Kes selaku wakil dekan II, Ruslan, S.Pd., M.Pd selaku wakil
dekan III, serta seluruh staf tata usaha yang telah memberikan bantuan selama
Negeri Gorontalo.
3. Ns. Yuniar Soely, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J selaku Ketua Jurusan Program
Studi Sarjana Keperawatan dan Ns. Wirda Y.Dulahu, M.Kep, selaku Sekretaris
4. Ns. Gusti Pandi Liputo, M.Kep selaku koordinator stase peminatan yang telah
5. Ns. Dewi Hiola selaku penguji terima kasih atas kesediaan dan keikhlasannya
6. Dr. Serli selaku direktur RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang
7. Seluruh staff Dosen dan staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Keperawatan
yang telah senantiasa memberikan dukungan, motivasi serta doa yang tiada
9. Kepada kedua Adik saya Zinedine Zidane Lasama dan Alifha Aqila Lasama
10. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada dalam suka maupun duka selama
Terimakasih untuk tangan yang selalu merangkul kembali ketika terlalu letih
untuk berdiri.
11. Teman-teman seangkatan Ners X yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
12. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
Peneliti menyadari penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga segala bantuan segala bantuan, bimbingan, dukungan serta doa yang telah
diberkan mendapat imbalan yang setimpal dari maha kuasa. Amin Ya Rabbal
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman
kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi
intravena. Terapi interavena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan
untuk memasukkan cairan, obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien. Infeksi
dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intra vena ( IV ) terletak pada
adanya dua atau lebih tanda nyeri seperti, kemerahan, bengkak, indurasi, dan
2015)
demikian jika trombus terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah dan
masuk jantung maka dapat menimbulkan seperti katup bola yang bisa
(Agustini,2013).
terjadi pada pasien ketika berada di rumah sakit atau ketika berada di fasilitas
sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur
Hospital Acquired Infection (HAIs) dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0%
(Rimba Putri, 2016). Angka kejadian infeksi nosokomial juga telah dijadikan
salah satu tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit.Infeksi nosokomial
merupakan infeksi yang terjadi pada pasien ketika berada di rumah sakit atau
terpasang infus. Salah satu diantara faktor yang perlu diperhatikan yaitu teknik
sebelum penusukan kanule intra vena pada daerah sekitar penusukan dengan
kapas alkohol 70% serta kesterilan alat-alat yang digunakan akan berperan
penusukan (Brunner dan Suddart 2013). Adanya bakterial flebitis bisa menjadi
Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian flebitis bakteri, antara lain: tehnik
cuci tangan yang tidak baik, tehnik aseptik yang kurang pada saat penusukan,
tehnik pemasangan kateter yang buruk, pemasangan yang terlalu lama. Prinsip
karena itu menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan agen yang
penelitian untuk membandingkan efek dari dua agen tersebut yaitu normal salin
rasa nyaman pada klien (Potter & Perry, 2010). Pemberian kompres hangat
peredaran darah dalam jaringan, penyaluran zat asam dan bahan makanan ke
sel-sel yang dibuang akan diperbaiki serta terjadi peningkatan aktivitas sel. Hal
tersebut akan mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses penyembuhan
sebanyak 3 kali sehari. Selain itu, ada penelitian lain juga mengatakan
hangat. Oleh karena itu menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan
agen yang terbaik dalam menangani pasien dengan flebitis, maka diperlukan
upaya penelitian untuk membandingkan efek dari dua agen tersebut yaitu
normal salin 0,9% dan air hangat terhadap penanganan flebitis (Agustini,2013).
Kompres Air Hangat Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di
Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien Plebitis Di Ruang Interna 1 RSUD
Toto Kabila
normal salin pada pasien plebitis di ruang Interna 1 RSUD Toto Kabila.
sebagai salah satu intervensi non farmakologi baru yang dapat dilakukan
keperawatan
lokal. Komplikasi sistemik lebih jarang terjadi, tetapi seringkali lebih serius
sirkulasi dan emboli udara. Komplikasi lokal selain phlebitis antara lain
(Nurjannah,2011).
komplikasi dari pemberian therapi intra vena, yang disebabkan oleh iritasi
adanya satu atau lebih dari tanda-tanda phlebitis yaitu daerah yang merah,
pada dinding pembuluh darah. Selai itu juga disebabkan karena lokasi
insersi yang tidak tepat, seperti jika kateter ditempatkan pada area fleksi
Plebitis kimis terjadi karena iritasi tunika intima oleh obat dan/atau
janis cairan yang memiliki pH tinggi atau rendah (asam atau basa), serta
osmolaritas cairan yang tinggi. Cairan atau obat dengan pH < 5 atau > 9 atau
yang memiliki osmolaritas > 375 mOsm/I dapat menyebabkan iritasi lapisan
serius, karena jika tidak ditangani dengan benar dapat berkembang menjadi
tangan, cairan infus, set infus dan area penusukan (Alexander et al, 2010).
Dalam hal ini, hygiene tangan orang yang memasang infus memegang
inflamasi pada vena yang biasanya terjadi dalam waktu 48 sampai 96 jam
Assess(Barruel,2014).
Maddox dan skala yang dibuat oleh Lundgren (Barruel et al, 2013).
Kemudian teori ini dimodifikasi lagi oleh Gallant dan Schultz pada
tahun 2006 di Amerika Serikat, dimana skala awal yang dibuat oleh
saluran vena teraba > 7,6 cm. Pada VIP scale ini dikatakan phlebitis bila
untuk membuat tingkatan dari phlebitis. Pada teori ini gejala yang
eksudat purulen, streak formation dan saluran vena yang teraba (Barruel
et al, 2014).
mencegah terjadinya phlebitis yang telah disepakati oleh para ahli, antara
lain ;
digunakan.
3) Rotasi katheter.
Namun, dalam uji kontrol acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh
4) Aseptic dressing
beberapa jam. Durasi sebaiknya kurang dari tiga jam untuk mengurangi
perifer yang paling besar dan kateter yang sekecil dan sependek
filter 0.45 mm. Katheter harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri
infus sebagai jalan masuk obat, bukan terapi cairan maintenance atau
nutrisi parenteral.
6) Titrable acidity
risiko phlebitisnya.
a. Faktor Usia
Pada pasien yang berusia sangat muda atau sangat tua (lansia)
cairan infus yang lebih hipertonis agar pergantian cairan dan elektrolit
plebitis adalah durasi lama infus terpasang. Salah satu cara untuk
kontraindikasi.
penanganan darah dan lipid emulsi diganti tiap 24 jam (perry & potter,
2008).
diperiksa secara rutin dan harus dipindahkan setiap ada perubahan gejala
awal plebitis. Kulit dipalpasi pada bagian yang terpasang kanul dengan
yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga cairan ini sering digunakan untuk
natrium klorida 0,9% atau disebut dengan NaCl 0,9% yang merupakan
normal salin pada luka dapat membantu respon anti inflamasi dan
edema.
b. Kompres Air Hangat
Air terdiri dari susunan senyawa kimia hydrogen dan oksigen. Air
pasien. Pemberian kompres air hangat dan lembab pada area plebitis
flebitis pada anak yang dilakukanpemasangan infus di rsup dr. hasan sadikin
menurunkanderajat flebitis.
dengan judul penelitian perbedaan kompres air hangat dan cairan normal salin
pada penurunan derajat plebitis pasca pemasangan infus di RSK Dr. Sitanala.
Kompres normal
:
salin 0,9%
Keterangan :
: Variabel Bebas
: Variabel Terikat
: Berhubungan
Desain mini riset adalah sesuatu yang vital dalam penelitian, yang
dua hal yakni desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam
Pemberian Kompres Air Hangat Dan Normal Salin 0,9% Terhadap Pasien
3.3.1 Populasi
2011). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami
3.3.2 Sampel
adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi
yang ada. Dan sampel dalam penelitian ini adalah pasien plebitis diruang
riset ini sampel yang digunakan adalah pasien yang mengalami plebitis di
a. Kriteria Inklus :
b. Kriteria ekslusi :
Visual Infusion Phlebitis untuk mengukur Phlebitis Grading Scale yang dibuat
3.7.2 Coding
data yang terdiri beberapa kategori.Pemberian kode ini sangat penting bila
3.7.3 Entry
3.7.4 Tabulating
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
1. Data Primer
berisi data demografi pasien dan poin kategori yang menjadi amatan peneliti
pada responden.
2. Data Sekunder
Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dari
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
3. Confidentiality( Kerahasiaan)
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
BAB IV
HASIL MINI RISET DAN PEMBAHASAN
merupakan rumah sakit yang dikelolah oleh pemerintah daerah kabupaten bone
bolango dan tercatat kedalam rumah sakit tipe C. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 16-22 Desember 2019 diruang Interna 1 RSUD Toto Kabila.
Ruang Interna I RSUD Toto Kabila merupakan ruangan rawat inap yang
terdiri dari 12 ruangan pasien, 3 ruangan untuk kelas 1, 3 ruangan untuk kelas
Dalam mini riset ini, responden yang terpilih adalah sebanyak 8 orang
Plebitis.
derajat 4 yaitu 3 orang dengan jumlah presentasi 37,5% dan derajat 5 yaitu
dan sesudah diberikan kompres air hangat pada pasien plebitis pada tabel
sebagai berikut.
hangat sebelum dan sesudah pada pasien plebitis yaitu kompres air hangat
dan sesudah diberikan kompres normal salin 0,9 pada pasien plebitis pada
normal salin 0,9% sebelum dan sesudah pada pasien plebitis yaitu normal
salin 0,9% pada pasien plebitis diruang Interna 1 RSUD Toto Kabila.
1. Hasil analisa uji Wilcoxon Signed Ranks Test perbedaan kompres air
Tabel 4.6 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Perbedaan Kompres
Air Hangat Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis
Variabel Sebelum Sesudah p-value
Mean ± SD Mean ± SD
Kompres air 3,50 ± 0,577 2,50 ± 0,577 0,046
hangat
Sumber : Data Primer, 2020
salin 0,9% sebelum dan sesudah pada pasien plebitis diruang interna 1
Tabel 4.7 Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Perbedaan Kompres
Normal Salin 0,9% Sebelum Dan Sesudah Pada Pasien Plebitis
Variabel Sebelum Sesudah p-value
Mean ± SD Mean ± SD
Kompres 3,75 ± 0,957 1,75 ± 0,957 0,046
normal salin
0,9%
Sumber : Data primer 2020
kompres air hangat dan normal salin 0,9% pada derajat plebitis
Tabel 4.8 Hasil analisa uji Wilcoxon Signed Ranks Test Efektivitas
Pemberian kompres air hangat dan normal salin 0,9% pada derajat
plebitis
variabel Mean Standar p-value
deviasi
Kompres air 2,50 0,577 0,046
hangat
Kompres 1,75 0,957 0,046
normal salin
09%
Sumber : Data primer 2020
pada kompres air hangat dan normal salin 0,9% diperoleh nilai p-value
kompres air hangat dan normal salin 0,9% memiliki efektivitas yang
4.2 Pembahasan
kompres air hangat terhadap penurunan derajat plebitis. kompres air hangat
radang vena yang biasanya terjadi pada trauma dinding pembuluh, infeksi,
imobilisasi dan pemasangan kateter IV dalam waktu lama. Tanda dan gejala
kemerahan pada jalur vena (INS, 2006 dalam Potter dan Perry, 2010).
Tujuan pemberian kompres air hangat menurut Asmadi (2012), yaitu
sakit, memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien. Hal ini
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cunliffe dan
Melihat hasil yang diperoleh dari post test setelah pemberian kompres
lunak.
kompres air hangat, luka plebitis menjadi lebih baik tanpa adanya infeksi
penggunaan air dapat menurunkan tingkat infeksi pada luka. Luka akibat
plebitis merupakan luka terbuka yang dapat menjadi port d’entry bakteri
atau penyakit tambahan. Oleh karena itu pemberian kompres air hangat tepat
Plebitis.
sesudah pada pasien plebitis yaitu normal salin 0,9% dapat menurunkan 2
plebitis antara sebelum dan sesudah diberikan kompres normal salin sebesar
satu bahan yang bersifat osmolaritas tinggi (Ayodeji et al, 2006). Hal ini
menurunkan gejala nyeri dan eritema yang timbul pada luka, serta
bahwa kompres normal salin 0,9% dapat menurunkan nyeri phlebitis dan
normal salin 0,9% lebih efektif pada pasien dengan phlebitis mekanik dan
kimiawi karena dapat mengurangi eritema dan edema. Pada pasien yang
bahwa pemberian kompres normal salin pada luka dapat menurunkan gejala
edema karena cairan normal salin dapat menarik cairan dari luka melalui
proses osmosis, hal ini terbukti karena tingkat osmolaritas pada kassa yang
respon anti inflamasi sehingga dapat menurunkan gejala nyeri dan eritema
yang timbul pada luka, serta meningkatkan aliran darah menuju area luka,
diberikan kompres normal salin tidak ditemukan keluhan atau efek samping
Imosemi dan Owaoye (2006) yang menyatakan bahwa cairan normal salin
penyembuhan luka
4.2.3 Pebedaan Pemberian Kompres Air Hangat dan Normal Salin 0,9%
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada kompres air hangat dan normal
salin 0,9% diperoleh nilai p-value sebesar 0,046. Artinya dapat disimpulkan
intervensi sesudah diberikan kompres air hangat dan normal salin 0,9%.
Perbedaan yang tidak signifikan antara kompres air hangat dan normal salin
0,9% ini menunjukkan bahwa kedua kedua jenis cairan kompres tersebut
memiliki efektivitas yang sama dalam menurunkan derajat plebitis.
berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh tidak ada perbedaan akan tetapi
dengan plebitis.
efektivitas air hangat dan normal salin. Proses penelitian dilakukan dengan
memberikan kompres air hangat pada luka kelompok 1 dan kompres normal
2. Jumlah sampel yang terbatas yaitu 8 sampel, hal ini disebabkan oleh
5.1 Kesimpulan
mengambil kesimpulan :
1. Pemberian kompres air hangat sebelum dan sesudah pada pasien plebitis
yaitu 2,50.
2. pemberian kompres normal salin 0,9% sebelum dan sesudah pada pasien
plebitis hasilnya yaitu normal salin 0,9% dapat menurunkan 2 derajat pada
yaitu 1,75
3. pebedaan pemberian kompres air hangat dan normal salin 0,9% diperoleh
diberikan kompres air hangat dan normal salin 0,9%. Artinya kompres air
hangat dan normal salin 0,9% memiliki efektivitas yang sama terhadap
1. Bagi Pasien
2. Bagi Perawat
normal salin 0,9% sebagai salah satu intervensi non farmakologi baru yang
4. Bagi Peneliti
Agustini, Utomo & Agrina. 2013. Analisa faktor – faktor yang berhubungan
dengan kejadian flebitis pada pasien yang terpasang infus di ruang medikal
Brunner dan Suddart. 2013. Buku ajar keperawatan medikal bedah Edisi 8 Volume
1. Jakarta : EGC.
Infusion Nursing
Tugurejo Semarang
Nurjannah, Nunung. 2011. Studi komparasi efektivitas kompres normal salin dan
air hangat terhadap derajat flebitis pada anak yang dilakukan pemasangan
Rusnawati. 2015. Analisis faktor resiko terjadinya flebitis di RSUD Puri Husada
Rimba Putri. 2016. Pengaruh lama pemasangan infus dengan kejadian flebitis pada
pasien rawat inap di bangsal penyakit dalam dan syaraf Rumah Sakit Nur
Hidayah Bantul.
(INFORMED CONSENT)
Responden Peneliti
1. No. Responden :
2. Inisial Pasien :
3. Umur :
4. Diagnosa Pasien :
5. Derajat Plebitis :
diagnosa
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid anemia 1 12.5 12.5 12.5
melena 1 12.5 12.5 25.0
gastritis 1 12.5 12.5 37.5
dispepsia 5 62.5 62.5 100.0
Total 8 100.0 100.0
Derajat plebitis
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Derajat 3 4 50 50 50
Derajat 4 3 37,5 37,5 30.5
Derajat 5 1 12,5 12,5 19.5
Total 8 100.0 100.0 100.0
1. ANALISA UNIVARIAT
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Kompreshangatsebelu
4 3 4 3.50 .577
m
komprehangatsesudah 4 2 3 2.50 .577
Valid N (listwise) 4
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
naclsebelum 4 3 5 3.75 .957
naclsesudah 4 1 3 1.75 .957
Valid N
4
(listwise)
2. ANALISA BIVARIAT
Descriptive Statistics
Mean Sum of
N Rank Ranks
Ties 0c
Total 4
Test Statisticsa
sesudah air
hangat -
sebelum air
hangat
Z -2,000b
Descriptive Statistics
Ranks
Mean Sum of
N Rank Ranks
Ties 0c
Total 4
sesudah
NACL -
sebelum
NACL
Z -2,000b