Makalah Pengolahan Lumpurr (Infrastruktur Revisi)
Makalah Pengolahan Lumpurr (Infrastruktur Revisi)
Makalah Pengolahan Lumpurr (Infrastruktur Revisi)
Dikerjakan oleh :
Abdan Alimansyah (H75217024)
Elsa Dzatul Himma (H75217056)
Wulan Nur Aeni (H75217048)
Dosen Pengampu :
Teguh Taruna Utama, M.T
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Berkat rahmat, kekuatan,
kesehatan jasmani dan rohani yang diberikan Oleh Allah SWT, akhirnya penulis bisa
menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Infrastruktur Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT)”. Sekaligus kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Yang Terhormat
Bapak Teguh Taruna Utama, M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengolahan Lumpur,
yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam pembuatan makalah ini, semoga dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kelemahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Demikianlah makalah ini penulis buat, semoga dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
3.2. Saran............................................................................................................................. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai insfrastruktur IPLT dan operasionalnya, yang akan
dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja infrastruktur pada IPLT yang digunakan dalam pengolahan ?
2. Bagaimana operasional dan pemeliharaan infrastruktur pada IPLT dalam proses
pengolahan ?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang didapatkan, maka rumusan masalah tersebut mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Memberikan informasi, apa saja infrastruktur yang digunakan dalam
menunjang proses pengolahan lumpur tinja di IPLT pada umumnya
2. Memberikan informasi bagaimana proses pengolahan lumpur tinja yang terjadi
pada IPLT, sehingga dapat menghasilkan keluarkan air bersih atau aman saat
dibuang ke lingkungan dan untuk memberikan informasi tentang program
pemeliharaan unit pengolahan
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari tujuan yang sudah disebutkan di atas,
manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui unit apa saja yang digunakan IPLT dalam proses pengolahan
lumpurnya hingga menghasilkan keluaran yang aman bagi lingkungan
2. Dapat mengetahui bagaimana operasional dan program pemeliharaan
infrastruktur atau unit-unit pada IPLT dalam proses pengolahannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Sump Well
Yaitu sebuah lubang yang dirancang untuk mengumpulkan air cairan atau
tumpahan, yang akan di alirkan ke unit berikutnya. Bak pengumpul filtrat
(sump well) yaitu air resapan hasil filtrasi, kemudian akan masuk ke dalam
bak pengolahan selanjutnya.
3. Balancing Tank
Yaitu tangki yang berperan penting pada proses pengolahan limbah digunakan
untuk meredam variasi debit air limbah. Balancing Tank untuk meratakan
supernatan, baik beban organik, maupun hidrolik dan diharapkan polutan air
limbah dapat stabil sebelum masuk ke bak aerasi atau proses biologi.
Balancing tank berfungsi untuk mengatur kualitas air yang masuk ke bak
aerasi (Oxidation ditch) agar dapat dibuat secara stabil.
4. Oxidation Ditch
Oxidation ditch merupakan bak yang memiliki bentuk parit atau saluran
berbentuk oval. Berikut adalah fungsi dan spesifikasi unit oxidation ditch :
• Berjumlah 4 unit
• Memanfaatkan mikroorganisme untuk mendegradasi zat pencemar
yang ada pada air limbah (proses yang digunakan pendegradasian
polutan organik dalam air limbah menggunakan bakteri aerobik yang
dibantu aerasi dan menghasilkan lumpur aktif).
• Terdapat rotor untuk mencampurkan udara ke dalam air
• Berfungsi untuk :
a. Menurunkan konsentrasi BOD, COD, dan nutrien dalam air
limbah.
b. Sebagai bak penampung air limbah dari balancing tank dan sump
well dengan menggunakan pemompaan.
5. Clarifier
Clarifier atau tahap penjernihan ini dapat didefinisikan juga sebagai tahap
pengendapan padatan tersuspensi dengan bantuan zat kimia tertentu (Pasymi,
2007). Berikut adalah fungsi dan proses yang terjadi pada unit clarifier :
• Berjumlah 2 unit
4
• Lumpur sebagian akan dipompa ke sludge drying bed dan sebagian
dikembalikan ke oxidation ditch (untuk menambah bakteri)
• Berfungsi memisahkan lumpur dan supernatan dengan bantuan
scraper pada clarifier
6. Sludge Drying Bed
Sludge Drying Bed merupakan unit pengolahan lumpur yang menggunakan
sistem pengeringan ( Ummah dan Faizatul, 2018)
• Membutuhkan sinar matahari untuk proses pengeringannya
• Lumpur kering dapat digunakan sebagai pupuk
• Berfungsi untuk mengeringkan lumpur dengan cara mengurangi kadar
air dan volume lumpur
5
D. Operator di Lapangan
Terdapat 35 operator di lapangan dengan pembagian 3 shift, dimana 1
shift yaitu 8 jam kerja, tugas mereka yaitu keliling untuk mengambil limbah
tinja, bagian mencatat dan operasional unit di kantor (IPLT KEPUTIH
Surabaya).
E. Tata Letak dan Landscaping IPLT
a. Landscaping (IPLT KEPUTIH Surabaya)
D
G H
C
E
B
F
A
Keterangan :
A. Pos Jaga
B. Unit Pengolahan Bar Screen
C. Unit Pengolahan Solid Separation Chamber
D. Gudang
E. Unit Pengolahan Oxidation Ditch
F. Kantor
G. Unit Pengolahan Clarifier
H. Unit Pengolahan Sludge Drying Bed
b. Tata Letak
Memasuki gerbang area IPLT Keputih Surabaya akan terlihat
pos jaga, kemudian di depan pos jaga terdapat unit pengolahan bar
screen, setelah itu di utara bar screen terdapat unit pengolahan solid
separation chamber, dan di timur solid separation chamber terdapat
gudang yang letaknya sangat di belakang, di timur solid separation
chamber juga terdapat unit pengolahan oxidation ditch, tidak jauh dari
6
oxidation ditch terdapat kantor operasional yang dibelakangnya terdapat
unit pengolahan clarifier, dan terakhir di timur clarifier terdapat unit
pengolahan sludge drying bed.
F. Sarana Pendukung Lainnya
• Jalan masuk
Kondisi akses jalan masuk menuju ke area IPLT maupun di dalam
area bagus karena dilapisi aspal sehingga saat kemarau maupun
penghujan tetap dapat diakses.
• Pagar pembatas
Mencegah gangguan serta mengamankan aset yang berada di dalam
lingkungan IPLT
• Taman
Banyak terdapat taman-taman kecil untuk menambah estetika
lingkungan IPLT
• Gudang
Untuk menyimpan peralatan, suku cadang unit IPLT, dan
perlengkapan lainnya
• Fasilitas air bersih
• Sumber energi listrik
2.2.Operasional dan Pemeliharaan Unit
2.2.1. Operasional Unit
Pada sub bab operasional unit ini, penulis mengambil studi kasus atau
mengambil contoh operasional unit pada IPLT Keputih Surabaya.
1. Bar Screen
7
- Jarak antar kisi (b) = 40 mm
- Kemiringan = 60°
b. Perhitungan
𝑄 0,18 m3/det
➢ Area bar screen ( )= = 0,45 m2
𝑉 0,4 m/det
𝐻 𝑎𝑖𝑟
(Hef) =
𝑆𝑖𝑛 60𝑜
0.5 𝑚
= = 0.577 m
0.866
3) Luas efektif lubang
𝑄 𝑖𝑛
(Vef) =
𝐴 𝑒𝑓
0,18 𝑚3/𝑑𝑒𝑡
=
0,2135 𝑚
= 0,843 m/det
5) Tinggi kecepatan
𝑉 𝑒𝑓2
(Δh) = 2.𝑔
𝑚 2
(0,843 )
det
=
2 𝑥 9,81 𝑚/𝑑𝑒𝑡
8
= 0,0362 m
6) Headloss fine screen
𝑤
(Δhscr) = β. ( 𝑏 )4/3.∆ℎ. 𝑠𝑖𝑛𝜃
0,03 𝑚
= 1,79 x ( 0,04 𝑚 )4/3 x (0,0362 m) x sin 60
= 0,0383 m = 38,3 cm
9
B. Contoh Perhitungan SSC
a. Kriteria desain SSC
10
- volume solid = 1,6 m3
- Direncanakan akan dibangun empat unit bak pengeringan yang
masing-masing unit bak dapat menampung dari 1 bak SSC, maka
- volume lumpur kering (cake) dari 1 SSC = 6,4 m3
- Direncanakan ketebalan cake = 0,10 m
- Maka,
• Kebutuhan lahan per bak drying area = 64 m2
• lebar bak = 5 m
• Panjang Bak = 15 m
• Freeboard = 0,10 m
3. Oxidation Ditch
Proses yang terjadi pada unit OD ini adalah pendegradasian polutan organik
dalam air limbah dengan menggunakan bakteri aerobik yang dibantu dengan
aerasi. Proses aerasi pada unit OD ini menggunakan 2 rotor besar yang berada
pada 2 sisi unit Oxidation Ditch. Di IPLT Keputih, unit OD yang dimiliki ada 4
unit, 2 unit beroperasi dan 2 unit lainnya untuk keperluan jika ada unit yang
sedang dalam perbaikan atau maintenance. Pada ujung unit OD terdapat pipa
yang berfungsi sebagai pengembalian atau pemulihan bakteri, karena jika pada
unit OD kekurangan bakteri aerobik sebagai pendegradasi polutan organik, maka
pengolahan akan kurang optimal.
C. Contoh Perhitungan OD
a. Kriteria desain
11
b. Contoh desain
Karakteristik Influen :
- Penduduk dilayani = 80.000 jiwa
- Debit influen rerata, Qavg = 40 m3
- Debit puncak, Qpeak = 48 m3
- BOD5 = 150 mg/l (dari UAF)
- COD = 365 mg/l
- TSS = 1.687 mg/l - TVS = 0,71TSS
12
2. Tahap Kedua (Menghitung kapasitas OD)
➢ Volume OD
𝑌𝑄(𝑆𝑜 − 𝑆𝑒)𝑆𝑅𝑇
V= 𝑋𝑑(1 + 𝑘𝑑𝑆𝑅𝑇
Keterangan :
maka :
13
Lebar = 1,8 m
➢ Luas permukaan parit dibutuhkan
volume oxidation ditch
=
kedalaman parit
100,8 m3
= = 84 m2
1,8 m
➢ Panjang parit
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑡
=
𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑖𝑡
84 𝑚2
= = 46,7 m
1,8 𝑚
14
di mana:
Maka,
4.000 𝑔/𝑚3
R= 1
(8.000−4.000) 𝑔/𝑚3
15
- Periksa laju beban padatan (SLR)
(Q + QR)(X)
SLR =
A
di mana:
SLR = laju beban padatan, kg/m2.jam
Q = debit influen rata-rata, m3/hari
QR = debit resirkulasi lumpur aktif, m3/har
X = konsentrasi MLSS, mg/l
A = luas clarifier sekunder, m2
Maka,
(1+1)(40 m3/hari)(4.000 g/m3)(1 kg/1.000 g)
SLR =
(3,14 m2)(24 jam/hari)
16
- Waktu detensi = 7 hari
- Jumlah asumsi bak = 2 bak/hari
b. Perhitungan desain SDB
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
➢ Volume bak = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
12,244
= 2 𝑏𝑎𝑘/ℎ𝑎𝑟𝑖
= 6,122 m3/bak/hari
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑘 𝑆𝐷𝐵
➢ Luas bak SDB = 𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛
6,122
= 0,45
= 13,604 m2
➢ Dimensi bak SDB
(Perbandingan bak P x L = 2 : 1)
Dimensi bak = 2L x L
= 2L2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
=√ 2
13,604
=√ 2
= √6,8
= 2,608
= 2,61 m (Pembulatan)
Lebar bak SDB = 2,61 m
Panjang bak SDB = 2L
= 2 x 2,61 m
= 5,22 m
➢ Jumlah bak = Jumlah bak/hari x td
= 2 x 7 hari
= 14 bak
➢ Lahan yang dibutuhkan = Jumlah bak x Luas bak
= 14 bak x 13,604 m2
= 190,456
= 190,46 m2 (Pembulatan)
2.2.2. Program Pemeliharaan
17
Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal
investasi yang telah ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah
domestik, agar dapat dioperasikan dengan efisien dan kinerja yang optimum.
Jenis-jenis program pemeliharaan yang penting adalah sebagai berikut:
• Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi
pemeliharaan harus direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat
memperkecil gangguan (misal: pelapis/coating tidak cepat keropos akibat
korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal: pelumasan peralatan) serta
memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat seperti ada
mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang
• Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemeliharaan
perbaikan meliputi normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti
peralatan atau perlengkapan yang telah rusak. Kerusakan pada saluran
diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan kerusakan
fungsi
• Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance):
menjaga kebersihan dan keindahan semua unit fasilitas yang ada
• Pendataan dan Pelaporan (Records and Report): Pendataan dan pelaporan
ada dua kelompok, yaitu data intern dan ekstern. Data internal yaitu data
sistem organisasi dan sumber daya manusia, desain dan pelaksanaan
pembangunan, investasi pelaksanaan dan pembiayaan operasi dan
pemeliharaan. Sedangkan data eksternal adalah dampaknya terhadap
lingkungan sekitar
2.2.2.1. Pemeliharaan Pada Unit IPLT
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun
setempat merupakan upaya menjamin operasional bangunan berjalan
optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan yang dilakukan. Faktor-
faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara lain:
• Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan
yang ada sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual
operasi yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya
• Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training
agar dapat melakukan operasi sesuai dengan juklak yang ada
18
• Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan
pengolahan air limbah domestik tersebut mengerti fungsi dan letak
dari masing-masing peralatan yang ada dalam bangunan tersebut
• Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada
manual operasi dan pemeliharaan
• Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan
kepentingan/keperluan serta harus diletakkan pada tempat yang
mudah untuk ditemukan secara cepat
• Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat
untuk memudahkan pengawasan keadaan sehari-hari
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Unit-unit pada Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) bisa menggunakan SSC,
Sump Well, Balancing Tank, OD, Clarifier, dan SDB. Unit-unit tersebut adalah contoh
unit yang diterapkan pada IPLT Keputih Surabaya. Masih banyak alternatif unit yang
dapat digunakan dalam pengolahan lumpur tinja pada IPLT, seperti kolam fakultatif,
kolam maturasi dan lain-lain.
b. Operasional setiap unit pada IPLT adalah saling berkesinambungan, apabila salah satu
yang tidak optimal, maka pengolahan juga tidak akan maksimal. Untuk menghindari
rusaknya unit, maka diperlukan program pemeliharaan unit-unit pengolahan. Program
yang dapat dilakukan adalah Pemeliharaan Pencegahan, Pemeliharaan Perbaikan,
Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga, dan Pendataan dan Pelaporan
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, kekurangan tersebut
dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis, kurangnya dasar teori yang digunakan,
dan perbedaan pendapat pada anggota kelompok penulis.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Fitrijani, Reni Nuraeni. 2015. Pengoperasian Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT): Manfaat Ekonomi Atau Dampak Lingkungan. Jurnal Sosek Pekerjaan Umum,
Vol.7 No.2, hal 78-139
Dian Gaby, Herumurti Welly. 2016. Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) Keputih Surabaya. Surabaya, Jawa Timur. Jurnal Teknik ITS
Hidayat Hafizhul, Aryo Sasmita, Muhammad Reza. 2017. Perencanaan Pembangunan
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Di Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Jom FTEKNIK, Vol.4 No.1
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, Tentang Perencanaan Pelayanan
Lumpur Tinja
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, Buku A : Panduan Perhitungan
Bangunan Pengolahan Lumpur Tinja. Edisi 2017
Laporan Kunjungan Lapangan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja Keputih Surabaya. 2017.
Mahasiswa Teknik Lingkungan – UINSA Surabaya
Matcalf and Eddy. 2004. Wast water engineering
Oktarina Dwi dan Helmi Haki. 2013. Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Sistem
Kolam Kota Palembang (Studi Kasus: Iplt Sukawinatan). Jurnal Teknik Sipil Dan
Lingkungan, Vol.1 No.1
Pasymi. 2007. Perancangan Incline Tube Clarifier. Jurnal Teknos-2k. Vol.07, No.01
Putri Novenda C dan Joni Hermana. 2015. Kajian Implementasi Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja di Indonesia. JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1
Ummah dan Faizatul. 2018. Pengeringan Lumpur IPAL Biologis pada Unit Sludge Drying Bed
(SDB). Undergraduate thesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
21