Tugas Minggu Ke-9 - 17 Nov 2020 - Kertas Kerja

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 40

KERTAS KERJA

Disusun Oleh :

Mia Yuniar Indriani (17116009)


Tiara Aurel Raihany (17116026)
Fitra Ramanda Ayu (17116023)
Idna Hadi (17116022)
Tazul Arifin (17116025)
Anastashia Elisabeth. S (17102047)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRILOGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Sholawat beserta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga-Nya, sahabat –
sahabat-Nya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
nikmat sehat sehingga kita bisa menyelesaikan pembuatan paper sebagai tugas
dari mata kuliah Audit Internal BAB 9 dengan judul “Kertas Kerja”.

Dalam makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari sempurna, hal ini
karena kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan.
Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, demi
perbaikan dan makalah ini yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat demi menambah pengetahuan terutama bagi


pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.

15 November 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB 9 ....................................................................................................................... 1
KERTAS KERJA ...................................................................................................... 1
Pengertian Kertas Kerja.......................................................................................... 1
Fungsi Kertas Kerja................................................................................................ 1
Dokumentasi .......................................................................................................... 3
Ringkasan Kertas Kerja .......................................................................................... 9
Pemberian Indeks dan Referensi Silang ................................................................ 11
Kertas Kerja Pro Forma........................................................................................ 14
Otomatisasi Kertas Kerja-Bank Nasional.............................................................. 15
Kertas Kerja Elektronik ........................................................................................ 16
Penelaahan Kertas Kerja oleh Penyelia ................................................................. 18
Kontrol atas Kertas Kerja ..................................................................................... 19
Menulis di Kertas Kerja saat Audit Berlangsung .................................................. 33
Penyimpanan Kertas Kerja ................................................................................... 35
Kepemilikan Kertas Kerja .................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 37

ii
BAB 9

KERTAS KERJA

Pengertian Kertas Kerja


Kertas kerja mendokumentasikan audit. Kertas kerja berisi catatan informasi yang
diperoleh dan analisis yang dilakukan selama proses audit. Kertas kerja
dipersiapkan sejak saat auditor pertama kali memulai penugasannya hingga mereka
menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi
dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit :
a. Rencana audit, termasuk audit program.
b. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan kontrol internal yang maksimal.
c. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang dicapai.
d. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
e. Laporan audit.
f. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.
Bab ini mengembangkan dan mengembangkan baru penyiapan kertas kerja audit yang
ditetapkan dalam Praktek Penasihat 2330-1, "Pencatatan Informasi," yang terdapat
pada Standar.

Fungsi Kertas Kerja


Auditor internal siapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang berbeda :
a. Untuk mendúkung laporan audit. Kertas kerja yang terstruktur dengan baik
memudahkan pengalihan dari materi yang ditulis selama audit menjadi
halaman-halaman laporan audit interim dan final. Di samping itu, auditor
yang berpengalaman senantiasa mengerjakan laporan akhir di sepanjang total
penugasan audit. Hal ini membuat pekerjaan lapangan menjadi relevan dan
mengikuti arah yang benar. Apa pun yang tidak layak untuk dilaporkan bisa
jadi tidak relevan untuk ditelaah.

1
b. Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya jawab, penelaahan
dan arahan. analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan
pemeriksaan transaksi.
c. Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan-temuan audit,
mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk menentukan yang terjadi dan
luasnya kondisi-kondisi yang kelemahan.
d. Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi. Operasi
kadang-kadang agak rumit dan sulit diingat. Penjelasan dan bagan yang
terdokumentasikan dengan baik dalam kertas kerja, diberi indeks untuk
memudahkan akses, bisa menempatkan auditor pada posisi yang sama dengan
karyawan operasional dan memahami operasi dengan mendalam. Jadi, kertas
kerja yang baik bisa menjadi alat pertahanan yang baik jika rekomendasi dan
audit dipertanyakan.
e. Untuk menjadi dasar bagi penyelia dalam menelaah kemajuan dan
penyelesaian audit. Penelaahan kerja yang terdokumentasi lebih produktif
dibandingkan perbandingan antara penyelia audit dan auditor. Penelaahan
oleh penyelia, yang juga didokumentasikan di kertas kerja, merupakan sarana
kontrol audit dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
f. Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah yang melibatkan
kecurangan, catatan hukum, dan klaim asuransi.
g. Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam pekerjaan audit internal
dan dapat diandalkan dalam biaya mereka sendiri atas sistem kontrol
organisasi internal.
h. Untuk menjadi latar belakang dan referensi data untuk penelaahan selanjutnya.,
Penugasan audit sering kali diulang atau ditindaklanjuti. Kertas kerja yang
profesional membuat audit rutin lebih mudah dan lebih efisien.
i. Untuk membantu memfasilitasi penelaahan rekan sejawat (peer review).
Banyak organisasi audit internal yang terlibat dalam program kontrol evaluasi
dan evaluasi mandiri. Baik auditor eksternal atau konsultan perlu
memperhatikan aktivitas audit internal. Kertas kerja menjadi dasar untuk
program jaminan jaminan departemen audit internal, yang menunjukkan
berdasarkan Standar.
j. Menjadi bagian dokumentasi yang disyaratkan oleh Undang-undang Praktik
Korupsi Luar Negeri Amerika Serikat (U.S. Foreign Corrupt Practices Act).

2
Undang-undang tersebut mensyaratkan perusahaan untuk, "mengembangkan
dan menjaga sistem kontrol akuntansi internal dengan memadai untuk
memberikan keyakinan yang wajar" sehingga tujuan-tujuan tertentu terkait
dengan otorisasi manajemen, pencatatan transaksi, akses ke aktiva, dan
akuntabilitas aktiva tercapai. Bukti kepatuhan harus didokumentasikan.
Bagian dari dokumentasi tersebut bisa menjadi kertas kerja arditor internal;
sehingga dokumen tersebut harus mampu mendukung pemeriksaan yang
mendalam.
Pendapat yang mendukung kertas kerja yang profesional cukup banyak dan
meyakinkan. Auditor internal harus menyiapkan kertas kerja yang akurat, jelas,
terorganisasi, dan profesional, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Pendokumentasian, termasuk penyusunan kertas kerja
2. Ringkasan, termasuk catatan temuan audit
3. Pemberian indeks dan referensi silang
4. Kertas kerja pro form
5. Penelaahan kertas kerja oleh penyelia
6. Kepemilikan dan kontrol atas kertas kerja
7. Kriteria kertas kerja yang ideal
8. Penulisan kertas kerja sejalan dengan kemajuan audit
9. Penyimpanan kertas kerja

Dokumentasi
Kertas kerja harus mengikuti bentuk dan susunan yang konsisten, tidak hanya dalam
setiap penugasan audit tetapi juga pada departemen audit internal. Jadi, kepala bagian
audit harus menetapkan kebijakan mengenai jenis-jenis kertas kerja audit yang harus
disimpan, sistem penempatan yang akan digunakan, sistem pemberian indeks yang
akan diikuti, dan hal-hal terkait lainnya.

Begitu mereka terbiasa dengan suatu format, auditor internal tidak harus berpikir
banyak mengenai susunan kertas kerja, tetapi lebih kepada kebutuhan apa yang akan
dicatat. Kertas kerja bisa meneakup antara lain :
1. Perencanaan dokumen dan program audit.

3
2. Kuesioner induk, bagan alir, daftar pemeriksaan, dan hasil-hasilevaluasi
kontrol.
3. Catatan wawancara.
4. Bagan organisasi, pernyataan kebijakan dan prosedur, serta deskripsi kerja.
5. Salinan kontrak-kontrak dan perjanjian penting.
6. Surat konfirmasi dan representasi.
7. Foto, diagram, dan tampilan grafis lainnya
8. Uji dan analisis transaksi.
9. Hasil-hasil prosedur penelaahan analitis.
10. Laporan audit dan jawaban manajemen.
11. Korespondensi audit yang relevan.
Secara umum, auditor internal harus mengupayakan kertas kerja yang rapi, seragam,
dapat dipahami, relevan, ekonomis, lengkap secara wajar, sederhana, dan disusun
secara logis. Berikut ini penjelasannya masing-masing :
1. Menjaga Kerapian Kertas Kerja
Kertas kerja yang rapi mencerminkan pemikiran yang rapi. Kertas kerja seperti ini
memberikan kesan langsung mengenai kecermatan dan profesionalisme.
Semua nama dan jabatan harus dicetak dengan jelas dan mudah dipahami. Hanya satu
sisi lembar kerja yang harus digunakan; karena materi pada halaman belakang bisa
terlewatkan. Kertas kerja telah lama digunakan dalam sidang pengadilan. Kertas kerja
yang berantakan tidak layak menjadi bukti.
2. Menjaga Keseragaman Kertas Kerja
Semua kertas kerja harus disiapkan pada kertas dengan ukuran dan tampilan yang
sama. Kertas dengan ukuran lebih kecil harus dilekatkan ke lembar kertas berukuran
standar. Kertas berukuran lebih besar seharusnya dilipat sehingga memudahkan
penelaahan yang akan dilakukan.
Map yang memiliki penjepit berbentuk lingkaran cukup baik digunakan sebagai kertas
kerja audit. Map seperti ini mencegah tercecernya kertas dan kertas kerja juga bisa
disortir, disortir ulang, ditambah, atau dihilangkan tanpa kesulitan. Pembatas dapat
disisipkan untuk memisahkan bagian-bagian dokumen audit. Hasil cetak komputer
dan catatan elektronik juga harus disiapkan.
3. Menyiapkan Kertas Kerja agar Dapat Dipahami
Kertas kerja haruslah jelas dan dapat dipahami, tanpa membutuhkan informasi
tambahan. Setjap orang yang membaca kertas kerja tersebut harus dapat memahami

4
apa yang diputuskan auditor untuk dilakukan, apa yang telah mereka lakukan, apa
yang mereka temukan, apa kesimpulan yang diambil, dan apa saja yang tidak
diputuskan untuk diambil. Tentu saja perlu menjaga kertas kerja seringkas mungkin;
namun kejelasan jangan sampai dikorbankan hanya untuk menghemat waktu dan
kertas.
Informasi yang diperoleh secara lisan jarang dicatat secara harfiah. Auditor yang
memparafrasekan tanggapan klien juga harus mencatat interpretasi mereka sendiri
mengenai maksud kata-kata klien. Untuk memastikan bahwa tidak ada
kesalahpahaman, klien sebaiknya diminta mengonfirmasi interpretasi auditor. Jika
digunakan rekaman suara, sebaiknya tetap dibuat catatan tertulis.
4. Menjaga Kertas Kerja yang Relevan
Kertas kerja sebaiknya dibatasi hanya pada masalah-masalah yang relevan dan
material, yang secara langsung terkait dengan tujuan-tujuan audit. Catatan yang
mungkin menarik tetap tidak secara langsung relevan hartus dihilangkan. Program
audit yang terorganisasi dengan baik dan instruksi penyellia yang fektif bisa
membantu memastikan dimasukkannya dokumen yang relevan saja.
Memiliki pernyataan tujuan yang jelas pada kertas kerja membantu memastikan
relevansi. Jika tujuan audit tertentu tidak bisa dinyatakan dengan jelas, informasi yang
diperolch cenderung menjadi tidak velevan, Materi latar belakang bisa jadi penting.
Formulir dan arahan-arahan harus tercakup hanya jika relevan terhadap audit dan
terhadap temuan audit. Arahan tertulis sering kali mengandung banyak informasi
yang tidak berhubungan erat dengan audit; hanya beberapa arahan yang mungkin
terkait langsung dengan tujuan audit. Arahan tersebut harus ditekankan sehingga
mengemukakan pada penelaahan yang akan dilakukan. Bila kata-kata yang tepat dari
suatu prosedur tidak diperlukan untuk mendukung suatu temuan, maka hal ini bisa
dirujuk di kertas kerja tanpa memerlukan reproduksi.
Jika suatu pendekatan audit yang tercakup dalam program audit diabaikan, jelaskan
alasannya dan simpan kertas kerja yang berhubungan.
5. Menjaga Keekonomisan Kertas Kerja
Auditor harus menghindari daftar dan skedul yang tidak perlu. Untuk itu, gunakan
salinan dokumen klien atau hasil cetak komputer. Dokumen dokumen ini bisa
menunjukkan langkah-langkah audit yang dilakukan menggunakan tanda-tanda yang
berbeda, juga mencatat tanggapan audit pada pinggir kertas.

5
Masukkan sebanyak mungkin uji pada satu lembar kertas kerja. Sampel yang sama
kemudian bisa digunakan untuk sejumlah analisis.
Auditor internal sebaiknya tidak berusaha menjawab setiap pertanyaan yang mungkin
inuncul. Hal ini terutama berlaku bila pengujian yang dilakukan menunjukkan kondisi
yang memuaskan.

Manfaatkan semaksimal mungkin kertas kerja yang dibuat pada audit sebelumnya,
jika pernah dilakukan audit sebelumnya. Bagan alir, deskripsi sistem, dan data lainnya
mungkin masih valid. Dokumen-dokumen yang masih berguna sebaiknya
dipindahkan ke kertas kerja periode sekarang. Dokumen tersebut harus diperbarui
dengan informasi terkini, diberi nomor ulang, diberi acuan ulang, dan kemudian diberi
inisial dan tanggal oleh auditor yang melakukan audit periode sekarang. Kertas Kerja
yang telah diperbarui sekarang menjadi kertas kerja auditor yang melakukan audit
saat ini dan mereka bertanggung jawab penuh atas kertas kerja tersebut. Kenyataan.
bahwa kertas kerja tersebut uiarmbil dari kertas kerja tahun sebelumnya harus
dituliskan dalam kertas kerja.
6. Menjaga Kecukupan Kertas Kerja
Kertas kerja sebaiknya diusahakan tidak ada hal-hal yang tertinggal. Tidak ada
pertanyaan yang diajukan yang dibiarkan tak terjawab. Jika tersedia ruang untuk
referensi silang, maka harus diisi. Jika timbul pertanyaan, maka harus dijawab-atau
alasan untuk tidak menjawabnya harus diberikan.
Auditor harus menyimpan daftar "yang akan dikerjakan" di kertas kerja mereka. Pada
daftar ini mereka bisa menuliskan hal-hal yang masih harus dilakukan, pemikiran baru
yang layak dipertimbangkan, dan hal-hal lain yang tidak secara khusus ditetapkan di
program audit tetapi memerlukan tindakan audit. Kemudian, hal-hal yang ada di
daftar "masih harus dikerjakan" harus dilakukan atau kalau tidak berikan komentar
dan beri referensi. Daftar "yang akan dikerjakan" menjadi bagian dari dokumen kertas
kerja.
Setiap kali penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memberi tanggal dan
mencatat catatan penelaahan atau pertanyaan mereka, sebaiknya di sisi kiri kertas
kerja yang baru. Auditor harus menjawab setiap catatan, mencatat jawaban mereka
pada sisi lain kertas. Daftar "yang akan dikerjakan" milik penyelia dan catatan
tersebut juga menjadi bagian dari kertas kerja auditor.

6
Temuan-temuan audit sebelumnya, paling tidak dari audit sebelumnya harus
ditindaklanjuti. Manajemen umumnya sedikit tertarik mengenai apakah kekurangan
yang dilaporkan sebelumnya telah terjadi lagi. Kertas kerja harus mengandung
ringkasan temuan audit sebelumnya dan juga catatan mengenai statusnya saat ini.
Jika auditor internal melaporkan informasi keuangan, kertas kerja audit harus
menunjukkan apakah catatan akuntansi tersebut sesuai dengan atau direkonsiliasi
dengan informasi keuangan tersebut.
7. Menjaga Kesederhanaan Penulisan
Kertas kerja haruslah dengan mudah dipahami bagi yang menelaah. Penggunaan
jargon harus dihindari. Jika digunakan, harus dijelaskan pada bagian terpisah dari
kertas kerja-pada Daftar Istilah-bersama dengan istilah-istilah teknis dan kurang
dikenal yang digunakan dalam aktivitas dan dalam kertas kerja.
Kesederhanaan dan kejelasan dalam kertas kerja tidak berarti harus menggunakan
struktur bahasa yang sempurna. Kalimat-kalimat ringkas tetap bisa digunakan dan
menghemat waktu.
Uji terakhir dari seperangkat kertas kerja yang baik adalah apakah auditor internal
yang lain, yang tidak berhubungan dengan penugasan, bisa melangkah ke dalam
penugasan audit yang sedang dilakukan, memahami apa yang telah dilakukan dan
melakukan pemeriksaan tanpa menghabiskan banyak upaya.
8. Gunakan Susunan Kertas Kerja yang Logis
Kertas kerja harus disusun secara paralel dengan program audit. Setiap subjek yang
berbeda harus dimasukkan dalam bagian terpisah dari kertas kerja. Hubungan yang
sejajar antara program dan kertas kerja akan memudahkan pengacuan selama dan
setelah audit.
Untuk setiap segmen audit, auditor harus memberikan informasi umum dalam bentuk
narasi pada awal bagian. Informasi tersebut mencakup tujuan operasi yang diaudit dan
informasi latar belakang organisasi, statistik volume, dan sistem kontrol.
Untuk setiap bagian audit, auditor harus menyebutkan dengan jelas tujuan rinci dari
segmen, termasuk perluasan hal-hal yang ditetapkan di program audit jika diperlukan.
Juga, auditor harus menjelaskan dalam kertas kerja lingkup audit mereka : apa yang
tercakup dan yang tidak. Dalam bagian kertas kerja mereka, auditor akan membahas
metode pemilihan sampel yang mereka gunakan dan ukuran sampel serta tingkat
keyakinan-atau jika digunakan komputer, metodologí yang digunakan untuk
mengganti pemilihan sampel.

7
Setelah pernyataan tujuan dan ruang lingkup, auditor menuliskan pengujian dan
temuan mereka. Hal ini harus dibatasi pada fakta-fakta-yang baik maupun yang buruk.
Setelah fakta-fakta dicatat, auditor akan mengambil kesimpulan dari apa yang mereka
temukan. Berdasarkan temuan atas kontrol dan kinerja, auditor harus menyatakan
apakah kondisi yang mereka temukan memuaskan atau tidak. Yaitu, apakah tujuan
operasi tercapai atau tidak. Kesimpulan ini, secara agregat, akan mendukung opini
auditor atas keseluruhan organisasi atau fungsi yang ditelaah.
Akhirnya, auditor harus mendokumentasikan rekomendasi mereka untuk
memperbaiki kondisi-kondisi yang mereka temukan dan tindakan perbaikan yang
diambil oleh klien.
Di belakang narasi akan ada catatan audit: bagan alir dari sistem kontrol, jadwal
pengujian audit, dan ringkasan temuan. Setiap lembar kerja umumnya akan berisi :
1. Judul yang deskriptif. Judul harus memuat nama perusahaan, organisasi, atau
fungsi yang diaudit, yang menunjukkan sifat data yang tercantum dalam kertas
kerja, dan menunjukkan tanggal atau periode audit.
2. Referensi ke penugasan audit. Hal ini mengidentifikasikan nomor referensi
dari penugasan audit.
3. Tanda silang atau simbol lainnya. Tanda silang atau simbol-simbol lainnya
harus seragam di sepanjang audit. Tanda-tanda tersebut harus kecil dan
ditempatkan dengan rapi, berguna tetapi tidak terlalu mencolok. Tanda-tanda
tersebut harus dijelaskan di catatan kaki.
4. Tanggal pembuatan dan inisial auditor. Tanggal harus menunjukkan kapan
kertas kerja diselesaikan. Inisial auditor harus muncul pada setiap Jembar
Lembar terpisah pada kertas kerja harus berist daltar semua auditor dan staf
lainnya pada penugasan audit serta inisial mereka.
5. Nomor referensi kertas kerja. Kertas keria barus diruiuk saat disiapkan dan
dibuat dalam pengelompokan yang logis. Tidak ada yang lebih
mengganggu-bagi auditor maupun penelaan-selam kertas kerja dibiarkan tak
bernomor dan tak terkendali.
Kertas kerja bisa ditulis menggunakan pensil, pena, dan/atau dengan perangkat lunak
komputer dan dicetak. Pensil lebih disukai untuk skedul-skedul berisi angka-angka
yang mungkin diubah. Tulisan naratif lebih rapi bila ditulis menggunakan tinta.
Beberapa auditor internal memberi nuansa profesionalisme di kertas kerja mereka

8
dengan menulis di lembar dan induk kolom menggunakan tinta-maka tulisan ini sulit
untuk diubah-dan sisa skedul menggunakan pensil.
Sumber-sumber informasi yang tampil di kertas kerja harus diidentifikasi dengan jelas.
Pemeriksa independen harus bisa menelusuri ulang langkáh-langkah auditor-dari
skedul dasar ke ringkasan dan tanggapan-tanpa harus meminta informasi tambahan.
Untuk itu, lembar kerja harus dirujuk silang ke kertas kerja lainnya yang berkaitan
dan ke program audit. Referensi silang yang efektif sering kali mengurangi perlunya
duplikasi data. Jika data tersebut penting, total kolom, total baris, dan perhitungan
harus diverifikasi secara independen oleh seseorang yang tidak bekerja pada
penugasan yang sama.
Sampul muka setiap dokumen kertas kerja harus menunjukkan nomor proyek dan
nomor kode, nama organisasi atau fungsi, subjek masalah, periode audit atau tanggal
lainnya yang berlaku, klarifikasi pengamanan jika ada, dan nomor volume jika lebih
dari satu volume.
Setiap dokumen kertas kerja harus memuat daftar isi. Dokumen pertama juga harus
berisi ringkasan daftar isi, yang mengidentifikasikan seluruh dokumen.

Ringkasan Kertas Kerja


Meskipun kita telah menyinggung pembuatan ringkasan di Bab 8, Temuan Audit,
namun layak untuk dijelaskan di sini karena penting untuk penyajian kertas kerja.
Auditor, dalam melakukan penelusuran audit, sering kali enggan mengalokasikan
waktu audit untuk membuat ringkasan. Tidak membuat ringkasan sering kali
merupakan kesalahan. Apa yang dipikir auditor sudah mereka kuasai sepenuhnya bisa
terlupakan seiring berjalannya waktu. Ingatan bisa menjadi pelayan yang tidak setia,
kadang kala menyimpan apa yang diinginkan saja.
Proses pembuatan ringkasan menyediakan pandangan menyeluruh yang objektif.
Ringkasan bisa mengembalikan ingatan ke fakta-fakta yang ada. Ringkasan
membantu menempatkan temuan dalam perspektif yang wajar. Ringkasan
memfokuskan pada hal yang penting dan relevan serta membantu menempatkan
hal-hal yang tidak perlu dan tidak relevan secara tepat. Auditor yang secara periodik
meringkas temuan mereka, yang buruk maupun yang baik, memegang kendali atas
penugasan audit mereka.

9
Ringkasan juga bermanfaat dalam menghubungkan kelompok-kelompok kertas kerja
yang terkait dengan satu hal tertentu. Ringkasan dapat memberikan alur yang
berurutan dan logis untuk berbagai kertas kerja yang saling terkait dan dapat
memfasilitasi penelaahan atas bagian-bagian penugasan tertentu. Berikut ini beberapa
bentuk ringkasan yang dapat memberi manfaat :
1. Ringkasan Segmen-segmen Audit
Setiap segmen audit harus diringkas dalam bentuk narasi untuk menunjukkan subjek
audit, tujuan dan lingkup audit, temuan, kesimpulan dan rekomendasi auditor, serta
tindakan perbaikan yang dilakukan klien. Ringkasan harus memiliki referensi ke
dokumen pendukungnya. Bentuk ringkasan ini dibahas lebih awal dalam susunan
kertas kerja yang logis.
2. Ringkasan Statistik
Auditor sering kali menggunakan ringkasan statistik dari hasil-hasil pengujian audit.
Data yang tersebar pada skedul pengujian bisa diringkas sehingga mudah dibaca,
dipahami, dan ditangani.
Ringkasan ini harus diperlakukan sebagai sebuah beberapa skedul pengujian.
Ringkasan statistik yang baik memudahkan penelaah beralih dari ringkasan ke
masing-masing pengujian tanpa menggunakan pensil. Auditor akan melakukan hal ini
untuk iramie data akhir secara perlahan meluas ke mereka.
3. Ringkasan Rapat
Pembahasan dengan klien-pengamatan, kesepakatan, ketidaksepakatan, dan
saran-saran mereka- harus diringkas dengan lengkap dan segera. Ringkasan bisa
digunakan untuk mencatat hal-halini dengan tepat sesuai apa yang mereka katakan,
tidak seperti apa yang terlihat, disaring melalui pengumpulan ulang. Tanggal dan jam
pembahasan bisa bernilai bila suatu saat terjadi perselisihan.
4. Ringkasan Program Audit
Begitu auditor menyelesaikan suatu segmen audit, mereka harus membuat komentar
yang sesuai dalam program audit mengenai temuan-temuan mereka-komentar yang
dengan ringkas menyatakan kesimpulan mereka tentang aktivitas yang diaudit.
Saat mereka kemudian membaca program audit, auditor akan menyadari mengenai
cara audit yang Akukan. Proses ini akan memberitahu mereka apa yang telah
dilakukan dan apa yang masih harus dlakukan. Hal ini bisa membaritu mereka
memahami mutu kontrol operasi dan kinerja, juga membantu mengontrol audit.

10
Ringkasan juga bisa menjadi semacam sketsa ringkas kumulatif dari pendapat mereka
icngenai operasi yang sedang mereka telaah. Berikut ini beberapa contoh ringkas :

5. Ringkasan Temuan
Mungkin ringkasan yang paling penting adalah ringkasan temuan audit. Masalah ini
memerlukan dokumen pendukung paling banyak karena biasanya paling sering
dibahas. Ringkasan ini harus berisi fakta-fakta yang relevan dan signifikan tentang
temuan auditor. Catatan Temuan Audit yang lengkap bisa dilihat di Tampilan 9-1.

Pemberian Indeks dan Referensi Silang


Pemberian indeks silang yang baik memiliki beberapa tujuan. Pertama,
menyederhanakan penelaahan kertas kerja oleh penyelia. Meskipun auditor internal
memiliki semua fakta yang relevan mengenai suatu masalah dengan jelas, hubungan
antara fakta-fakta tersebut mungkin tidak jelas bagi orang lain. Referensi harus
dengan mudah menuntun penelaah ke fakta-fakta terkait pada bagian lain kertas kerja.
Kedua, referensi silang memudahkan jalan bagi auditor berikutnya yang
menggunakan kertas kerja untuk penelaahan tindak lanjut.

11
Ketiga, referensi silang menyederhanakan penelaahan berikutnya atas kertas kerja.
Dalam suasana diskusi dengan klien, referensi silang vang baik membantu mencegah
kesalahan dan kecanggungan- hal yang 'memalukan' setelah klien menanyakan
sesuatu dan auditor sibuk mencarinya di kertas kerja sehingga yang lain menjadi tidak
sabar.
Dan keempat, referensi silang meningkatkan hasil akhir: laporan audit internal. Saat
auditor menyiapkan draf laporan, kertas kerja yang memiliki referensi yang baik akan
menuntun pada informasi pendukune dengan cepat dan mudah. Kertas kerja yang

12
tidak diberi refeiensi yang baik cenderung menyulitkan pencarian data sehingga ada
"rahasia" yang tidak ditemukan.
Sistem pemberian indeks sebaiknya sederhana dan fleksibel. Jenis penelaahan yang
berbeda akan membutuhkan pola pemberian indeks yang berbeda, tetapi
prinsip-prinsip tertentu akan tetap berlaku. Sistem yang akan digunakan pada
pemeriksaan tertentu harus dipertimbangkan dan direncanakan segera setelah program
audit selesai dibuat. Dengan cara ini kertas kerja bisa diberi referensi saat audit
berlangsung. Sehingga auditor terhindar dari banyaknya kertas kerja yang tidak
memiliki referensi di mana sulit untuk menemukan sesuatu.
Sebuah sistem indeks yang sederhana menggunakan huruf besar untuk menandakan
bagian yang umum dari audit dan angka angka Rómawi. Hal ini bisa memuaskan
untuk pembagian proyek audit yang besar, tetapi jika angka melebihi 1, II, dan III,
auditor yang terbiasa dengan angka-angka Arab harus menerjemahkan angka- angka
Romawi dalam pikiran mereka. Pemberian indeks dan referensi silang cukup
membosankan jika tidak ditambah batas penerjemahan.
Beberapa auditor menggunakan Jadi, huruf besar dan angka-angka Arab biasanya
sudah memadai karena lulus uji sistem pemberian indeks yang baik: kesederhanaan
dan perluasan tak terbatas. Huruf besar bisa diulang jika urutan A, B, C, dan
seterusnya telah terpakai semua. Untuk selanjutnya, auditor bisa menggunakan AA,
BB, CC, dan lain-lain. Angka-angka Arab juga bisa dengan mudah diperluas : Al bisa
menjadi A1.1 atau Al.1.1 atau A1.1.1.1. Sistem yang sederhana ini lebih disukai
dibandingkan beberapa bentuk pemberian indeks yang kelihatan seperti rumus aljabar.

Misalnya: IX - A -1- a / (a) - (1)

Penanggung jawab audit sebaiknya meminta asisten menjaga referensi di kertas


kerjanya. Asisten harus diberikan suatu simbol pada saat mereka diberi tugas. Jumlah
penugasan harus direncanakan dalam program audit. Huruf abjad bisa diberikan ke
bagian-bagian dalam progam tersebut. Bila asisten diberikan simbol yang sesuai, D
atau D.1, misalnya, mereka kemudian bisa diserahi tanggung jawab untuk memberi
indeks pada kertas kerja mereka dan memberi referensi silang untuk segmen atau
bagian yang mereka pegang.
Referensi silang harus menunjukkan sumber informasi jika diambil dari kertas kerja
yang lain dan jika informasi tersebut digunakan pada kertas kerja yang lain, harus

13
digunakan warna yang berbeda, misalnya merah-dari kertas kerja; biru-ke kertas kerja.
Pembuatan referensi silang memang memakan waktu. Tetapi akan menghemat waktu
pada analisis akhir saat auditor membahas masalah dengan klien atau saat laporan
akhir disiapkan dan diverifikasi.

Kertas Kerja Pro Forma


Anggaran dan skedul sering kali digabungkan karena auditor ingin menghemat
penyajian kertas kerja.
Menyadari masalah ini, beberapa organisasi audit telah membuat aturan kertas kerja
yang mengandung informasi standar, yang mengingatkan auditor hal-hal penting yang
akan dicakup dalam audit. Sebuah organisasi audit membuat semacam kertas kerja
pro forma yang bisa membantu.' Pada contoh berikut ini, sebuah lembar indeks
memuat segmen-segmen audit dan memberikan nomor referensi awal untuk setiap
segmen :
Ref.2 Bagian Deskripsi A. Laporan Surat pengiriman, laporan audit, surat balasan
Tujuan audit, langkah-langkah untuk mencapai tujuan, surat penghubung eksekutif,
dan rapat pra-audit Rencana C Bagan alir Bagan alir dan rencana pemilihan sampel D
Referensi Prosedur tertulis dan praktik operasi Audit sebelumnya Laporan, jawaban,
dan temuan audit sebelumnya Pertemuan akhir Catatan dan flip charts G Catatan
waktu Estimasi dan aktual H Administrasi Lembar kontrol audit, draf laporan, dan
lain-lain. Selain itu dibuat pula format untuk program audit. Setiap lembar program
terdiri atas dua bagian : Bagian pertama memberikan ruang untuk tujuan audit; bagian
kedua memberikan ruang untuk langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan. Dengan menggunakan format ini, auditor harus menyatakan apa yang ingin
mereka capai dan langkah-langkah yang mereka ambil. Lembar kerja audit berisi tiga
set komentar naratif. Ketiganya diberi judul : Tujuan Kerja, Pekerjaan yang Telah
Dilakukan, dan Apa yang Disimpulkan Auditor. Jadi sekali lagi auditor dipaksa untuk
menunjukkan alasan mereka mengambil langkah-langkah tertentu, apa saja
langkah-langkah yang telah dilakukan, dan apa opini auditor. Lembar pro forma
terpisah digunakan untuk wawancara. Judul setiap lembar berisi informasi orang-
orang yang diwawancarai : nama mereka, jabatan, dan fungsinya. Juga berisi lokasi
wawancara, tanggal, dan waktu mulai/berakhir. Lembar tersebut memiliki judul
Catatan Wawancara, dan Hal-hal Penting untuk Diperhatikan. Lembar catatan untuk

14
pertemuan audit final berisi lokasi, tanggal, dan waktu mulai/akhir; orang-orang yang
hadir; dan catatan diskusi.
Setiap organisasi audit yang menggunakan kertas kerja pro forma harus membuat
format yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Format tersebut haruslah membantu
dan tidak membatasi. Format tersebut akan menuntun auditor dan meyakinkan bahwa
semua hal-hal signifikan telah tercakup- bahwa auditor tidak hanya melakukan hal-hal
rutin karena lembar kerja pro forma menuntutnya. Bila digunakan dengan tepat, kertas
kerja seperti ini akan bermanfaat, memastikan cakupan yang layak, dan menghemat
waktu.

Otomatisasi Kertas Kerja-Bank Nasional


Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Ikatan Auditor Internal mengenai
praktik-praktik inovasi dalam audit internal membahas otomatisasi dalam operasi
audit internal. Laporan tersebut menggambarkan prosedur tertentu pada Bank
Nasional dan menemukan Lotus Notes sebagai media pengoperasian proses. Laporan
tersebut mengidentifikasi 10 karakteristik aplikasi. Karakteristik tersebut dan
aplikasinya dalam kertas kerja sebagaimana yang digambarkan oleh penulisnya
adalah sebagai berikut :
Refleksi Informasi : Memungkinkan auditor memiliki salinan basis data dan kertas
kerja yang diperbarui tanpa harus kembali ke kantor. Juga menghasilkan penelaahan
kertas kerja yang tepat waktu.
Standardisasi: Kertas kerja diformat terlebih dahulu dan kertas kerja administratif
diatur terlebih dahulu (untuk mencapai konsistensi dalam proses audit).
Kenyamanan : Menghilangkan kebutuhan mencari bagian kertas kerja secara manual
menggunakan penyaring Lotus Notes.
Referensi Dokumen : Penghubung elektronik yang secara otomatis membawa auditor
dari satư kertas kerja ke dokumen lainnya dan kembali lagi. Jadi, kertas kerja tidak
perlu diberi nomor dan auditor bisa dengan mudah melihat kertas kerja dan
dokumen-dokumen pendukungnya.
Tampilan : Memungkinkan auditor dan penyelia melihat keseluruhan audit pada suatu
waktu dengan memberikan tampilan basis data dokumen, kertas kerja tahun ini, kertas
kerja permanen, dan format temuan. Kemajuan audit dapat ditelusuri seiring dengan
kemajuan audit.

15
Pencitraan : Memungkinkan digunakannya media nonelektronik menjadi kertas kerja
oto- matis, melalui alat pembaca optik (optical scanners).
Komunikasi : Surat elektronik Note bisa terhubung dengan PC, LAN, dan sistem surat
elek- tronik (mainframe e-mail systems) lainnya.
Menjadi Alat Kontrol : Kertas kerja disimpan pada satu atau lebih wadah penyimpan
(server). Kertas kerja ini tidak bisa hilang dan auditor memiliki salinan kertas kerja
pada basis lokal (yaitu, pada komputernya). Hal ini menjadi rencana kontinjensi
melekat.
Integrasi Aplikasi : Lingkungan kertas kerja otomatis tidak berarti menghilangkan
atau memo- difikasi aplikasi yang sudah ada. Misalnya, produk Windows yang sesuai
bisa diintegrasikan dengan Lotus Notes untuk menjadi kertas kerja auditor.
Pengamanan Hak Akses : Melalui hak akses, hanya orang-orang tertentu yang perlu
membaca, mengedit, atau menghapus kertas kerja yang bisa melakukannya. Orang
lain hanya bisa diizinkan membaca saja, sehingga memberi pengamanan yang lebih
dibanding pengamanan pada dokumen kertas kerja.
Para penulis menggambarkan pembuatan kertas kerja otomatis diperlukan untuk
menelaah dan mengevaluasi proses dan metodologi audit. Untuk itu perlu
dipindahkan format-format audit dan proses manual ke dalam bentuk basis data yang
berisi semua dokumen yang telah diformat sebelumnya dan siap digunakan dalam
proses audit. Salah satu tantangan terberat adalah mengonsolidasikan keragaman
berbagai format dan prosedur yang berbeda dari sebuah divisi beranggotakan 300
auditor. Telah diyakini bahwa standardisasi membuat proses otomatisasi menjadi
sederhana, khususnya untuk pelatihan.
Bab 7 dan 13 hingga 16 mengenai komputer dan operasi sistem informasi
mengandung informasi yang lebih mendasar tentang aplikasi komputer dalam audit
internal. Berbagai porsi dari bab-bab ini menggambarkan aspek komputer. dari proses
audit internal yang akan dimasukkan ke dalam kertas kerja audit dan akan
memberikan kekhususan mengenai proses aplikasi terkomputerisasi.

Kertas Kerja Elektronik


Kertas kerja audit bisa memiliki bentuk yang berbeda dengan media tradisional
lainnya: pita kaset, cakram, disket, film, atau media lainnya. Penggunaan kertas kerja
elektronik membantu mengurangi kompleksitas dan meningkatkan fleksibilitas

16
pendokumentasian. Kertas kerja yang dihasilkan sistem memungkinkan kapasitas
yang lebih besar untuk menelaah dan mengubah rancangan, pengembangan yang
lebih cepat saat digunakan dengan perangkat Teknik Audit Berbantuan Komputer
(Computer Assisted Audit Techniques-CAAT) dan Rekayasa Sistem Berbantuan
Komputer (Computer Aided System Engineering-CASE), dan membuat
pendokumentasian menjadi lebih rasional.
Teknik-teknik sistem pendokumentasian dan analisis kandungan kertas kerja
mengandung fleksibilitas Yang lebih besar untuk evaluasi kontrol internal melalui
penggunaan kuesioner yang terstruktur, bagan item analitis, dan diagram arus data.
Bagan alir program, tabel-tabel keputusan, dan matriks Kontrol dapat dikembangkan
menggunakan perangkat ini.
Bukti audit bisa lebih mudah diperoleh kembali, disimpan, dan didukung serta bisa
diakses diperangkat online. Sejak permulaan 1990-an telah terjadi peningkatan dalam
penggunaan media elektronik untuk mencatat hasil-hasil audit.
Dengan kertas kerja elektronik, bahan-bahan bisa dimasukkan secara langsung ke
dalam komputer, dalam hal-hal tertentu materi tersebut bisa dipindahkan dari catatan
klien ke kertas kerja. Referensi silang seperti yang dijelaskan sebelumnya pada bab
ini digunakan, dan bahan-bahan dari kertas kerja yang telah selesai dan telah dirujuk
lebih awal bisa secara simultan digunakan saat menyusun subjek kertas kerja. Kertas
kerja bisa dicetak meskipun bisa tetap disimpan dalam bentuk elektronik dan
digunakan dalam bentuk ini saat pertemuan dengan klien dan untuk penelaahan oleh
penyelia.
Halaman-halaman kertas kerja bisa secara otomatis diberi judul oleh program
komputer dan program audit tersebut bisa diperbarui dan diberi referensi silang oleh
auditor seiring kemajuan pekerjaan.
Struktur sebenarnya dari kertas kerja akan tampil menyerupai kertas kerja yang
disusun secara manual dengan pengecualian pada lembar kerja, bagan alir, dan format
khusus lainnya yang merupakan bagian dari program komputer untuk kertas kerja.
Akses ke kertas kerja harus dikontrol melalui penggunaan kata rahasia (password).
Kertas kerja tersebut harus dilindungi terhadap para penyusup yang berusaha
memperoleh informasi rahasia atau informasi sensitif lainnya. Juga harus diperhatikan
adalah orang-orang yang tidak memiliki otorisasi tidak menggunakan arahan yang
terkandung dalam program audit untuk memperoleh informasi atau untuk

17
menyebabkan aktivitas-aktivitas yang tidak terotorisasi untuk mengacaukan
organisasi.
Banyak entitas menggunakan perangkat lunak kertaskerja yang mengandung bentuk
dan memungkinkan. auditor mengembangkan program audit dan bentuk kertas kerja
pada saat yang bersamaan.

Penelaahan Kertas Kerja oleh Penyelia


Sebagaimana pada banyak aktivitas lainnya, kontrol terbaik adalah pengawasan oleh
penyelia yang memiliki pengetahuan lebih. Penelaahan ini harus dibuktikan pada
setiap kertas kerja menggunakan nama atau inisial penyelia dan tanggal penelaahan.
Pertanyaan yang muncul harus tercakup dengan setiap kelompok kertas kerja yang
berhubungan, dan kertas kerja tersebut tidak boleh dianggap selesai hingga
pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab dengan jawaban yang memuaskan penyelia.
Saat penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memastikan bahwa :
a. Program audit diikuti dan instruksi-instruksi khusus bagi auditor telah diikuti.
b. Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan-yang membuktikan
pekerjaan yang memadai telah dilakukan-dan memang mendukung
temuan-temuan audit.
c. Kesimpulan yang dicapai memang wajar, logis, dan valid.
d. Tidak ada langkah-langkah yang belum diperiksa.
e. Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan memadai telah dicatat
dan bahwa perselisihan telah diselesaikan.
f. Aturan-aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti.

Penyelia harus menelaah kertas kerja sesegera mungkin setelah diselesaikan. Jadi,
kekacauan kerja bisa Fe ngi dan masalah-masalah diselesaikan sebelum laporan
ditulis dan auditor ditugaskan ulang.
Sebuah organisasi audit menggunakan format khusus untuk melakukan penelaahan
akhir atas kertas kerja audit. Berikut iní beberapa standar yang tercatat pada format
tersebut :
1. Laporan
 Temuan-temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan memadai
ke dokumen pendukung.

18
 Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan lingkup penuh.

2. Rencana
 Program audit yang memadai telah dibuat.
 Rencana pra-audit telah didokumentasikan.
 Penghilangan langkah-langkah yang diperlukan dalam program audit telah
dijelaskan dengan memadai.
 Waktu audit yang diestimasi dan yang sebenarnya telah didokumentasikan
dengan memadai.
3. Umum
 Bagan alir telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya dan diperbarui.
 Rencana pengambilan sampel telah didokumentasikan dengan memadai dan
informatif.
 Bahan referensi (kebijakan, prosedur, dan lain-lain) disimpan untuk tujuan
konstruktif.
 Laporan audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup.
 Temuan audit sebelumnya telah diinvestigasi.
 Pertemuan setelah audit telah didokumentasikan.
 Data administratif telah diselesaikan.
4. Pekerjaan Lapangan
 Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan
temuan-temuan disusun.
 Ringkasan dirujuk silang ke bahan-bahan pendukung yang sesuai.
 Tujuan, lingkup, dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat.
 Kesimpulan auditor diberikan.
5. Supervisi
 Semua pertanyaan penyelia telah dijawab.
 Mutu pekerjaan dinilai.

Kontrol atas Kertas Kerja


Kertas kerja merupakan milik auditor dan harus dijaga oleh auditor. Auditor harus
mengetahui dengan tepat letak kertas kerja saat melakukan audit. Jika terdapat risiko

19
kehilangan, kertas kerja harus disimpan dalam lemari atau meja terkunci saat jam
makan siang dan sepanjang malam. Jika kertas kerja dibawa ke ruangan hotel, maka
harus disimpan dalam koper terkunci. Kertas kerja tidak boleh diakses orang- orang
yang tidak memiliki otoritas untuk memiliki atau menggunakannya, karena bisa
disalahgunakan; informasi bisa dipindahkan, diubah, atau dibaca oleh orang yang
tidak berhak membacanya.
Hal ini tidak berarti bahwa auditor tidak boleh memperlihatkan kertas kerja mereka
kepada klien pada keadaan-keadaan yang sesuai. Bila tidak ada komentar yang
mengganggu atau indikasi kecurangan, auditor mungkin merasa penyebaran hasil
penelaahan akan bermanfaat sebelum bertemu klien.
Akses ke kertas kerja dan laporan bisa diizinkan untuk auditor eksternal dan
orang-orang dalam organisasi selain klien. Tetapi hal ini harus disetujui oleh kepala
bagian audit. Bila orang di luar organisasi meminta akses ke kertas kerja, kepala
bagian audit harus mendapatkan persetujuan dari manajemen senior dan/atau
penasihat hukum.
Manajemen audit harus mementingkan kontrol atas kertas kerja auditor. Bisa saja
kertas kerja hilang di - tengah-tengah pelaksanaan audit. Manajemen audit juga harus
memerhatikan apakah seorang auditor pengganti bisa menggantikan pekerjaan yang
ditinggalkan oleh auditor sebelumnya. Aturannya adalah : Usahakan kertas kerja
Anda mengikuti pedoman, terorganisasi dengan baik, dan diberi indeks dan referensi
silang dengan baik sehingga pekerjaan audit bisa dilanjutkan oleh auditor selanjutnya
dengan kesulitan yang minimal.
Kontrol yang baik atas kertas kerja elektronik mengharuskan perubahan hanya
dilakukan oleh auditor yang membuatnya.

Contoh-contoh Kertas Kerja


Tampilan 9-2 hingga 9-11 merupakan contoh-contoh bagian kertas kerja yang
formatnya bisa digunakan dalam setiap audit operasional dan kertas kerja
terkomputerisasi memiliki sedikit kesamaan. Tampilan tersebut mengilustrasikan
audit atas fungsi produksi, tetapi bisa digunakan dalam setiap audit operasional.
Bagian tersebut berhubungan dengan pemberian gambar contoh setelah disiapkan.
Kertas-kertas kerja tersebut díambil dari audit sebenarnya. Beberapa organisasi audit
bisa merasa bahwa penyiapan yang terlalu rinci akan terlalu sukar. Oleh karena itu,
contoh-contoh tersebut harus dipandang sebagai contoh-contoh yang ideal, bukan

20
sebuah keharusan. Tetapi subjek yang disebutkan harus diterapkan di setiap audit
sebelum kertas kerja tersebut dianggap telah disiapkan dengan profesional. Kertas
kerja aktual biasanya disiapkan menggunakan pensil, tetapi ditunjukkan dalam bentuk
cetakan agar lebih jelas dan mudah dibaca.
Pada bagian "Informasi Umum" (Tampilan 9-2) akan ditemukan tujuan aktivitas,
informasi latar helakang, dan pembahasan sistem kontrol. Tujuan aktivitas akan
menuntun pendekatan yang diambil auditor dalam penelaahan mereka. Informasi latar
belakang hanya berisi hal-hal yang berguna untuk memahami pengujian. Penjelasan
sistem kontrol didukung oleh bagan alir yang sederhana.
Pernyataan "Tujuan" bisa dihubungkan dengan tujuan aktivitas karena jelas bahwa
auditor terutama berkepentingan dengan apakah tujuan aktivitas telah dicapai.
Pernyataan"Ruang Lingkup" menunjukkan sumber informasi atau catatan yang
digunakan dalam pengujian dan teknik pemilihan sampel yang digunakan.
"Ternuan" menjawab setiap hal yang ada di Tujuan. Pernyataan ini memberikan
informasi faktual saja, karena penting untuk penelaahan lanjutan guna membedakan
fakta-fakta yang bisa dibuktikan dan masalah-masalah pertimbangan audit. "Opini"
mencakup semua temuan dan berisi penilaian auditor mengenai temuan-temuan.
"Rekomendasi" mencakup semua kelemahan signifikan yang ditemukan dalam audit
dan menunjukkan tindakan yang diambil oleh klien untuk meningkatkan
kondisi-kondisi yang membutuhkan perbaikan.
Skedul-skedul pendukung menggambarkan pengujian (Tampilan 9-7 hingga 9-9) dan
menekankan kekurangan-kekurangan yang ada (Tampilan 9-6). Skedul-skedul
tersebut kemudian diringkas dalam suatu format (Tampilan 9-5). Tindakan perbaikan
didokumentasikan di akhir kertas kerja (Tampilan 9-10 dan 9-11).
Dengan mengikuti susunan kertas kerja yang standar, auditor akan bisa
menyelesaikan satu bagian audit sebelum melanjutkan ke yang lain. Auditor akan
mengetahui apa yang diperlukan setiap bagian, tanpa ada yang tertinggal. Bahkan saat
mereka harus menunggu informasi tambahan, praktik menyelesaikan bagian sebanyak
mungkin akan memudahkan pada saat kembali lagi ke bagian tersebut.

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Menulis di Kertas Kerja saat Audit Berlangsung
Auditor internal yang terus-menerus berada di bawah tekanan waktu mungkin
meragukan kemampuan areka untuk membuat kertas kerja seperti yang diilustrasikan
dalam tampilan bab ini. Tetapi pengorganisasian pekerjaan lapangan yang baik akan
membantu. Rahasianya adalah tulislah saat melakukan pekerjaan lapangan.

33
Tulisan awal tentang tujuan, latar belakang, kontrol, sasaran, dan lingkup bisa dibuat
segera setelah auditor melakukan penelaahan awal atas operasi. Mereka tidak harus
menunggu hingga audit atas segmen tersebut selesai. Bila menunggu seperti ini maka
pekerjaan menjadi terlalu berat dan banyak fakta yang menjadi kabur dalam pikiran
mereka. Temuan bisa diringkas segera setelah pengujian dilakukan. Hasil-hasilnya
kemudian segera bisa digunakan dalam diskusi dengan klien. Dalam beberapa
organisasi bahan-bahan yang akan dipertimbangkan untuk laporan audit juga
dikonstruksikan dan mungkin perlu ditelaah dengan klien pada saat tersebut. Hal ini
khususnya bermanfaat jika klien telah mulai mengimplementasikan rekomendasi
auditor.
Banyak auditor internal, yang bekerja di bawah tekanan anggaran dan jadwal,
keberatan untuk menyiapkan kertas kerja seperti yang diilustrasikan pada bab ini.
Memang benar bahwa mencatat pada secarik kertas tidak membutuhkan banyak
waktu persiapan. Dalam beberapa kasus, menyiapkan kertas kerja bisa lebih mudah
dengan penggunaan kertas kerja pro forma yang memiliki judul dan beberapa segmen
yang telah tersedia. Dalam kasus-kasus lainnya, khususnya dalam audit operasional
yang pemeriksaannya tidak bersifat pengulangan, atau auditor mungkin membuat
audit awal dari subjek yang baru, kertas kerja pro forma mungkin tidak bisa
digunakan.
Apa pun kondisinya, kertas kerja yang memenuhi standar profesional harus
menunjukkan apa yang ingin dilakukan auditor internal, apa yang telah mereka
lakukan, dari mana sumber bahan-bahan mereka, dan langkah-langkah audit apa yang
diambil, apa yang mereka temukan, dan apa yang mereka simpulkan dari temuan
mereka.
Argumen lain yang menentang pencatatan pada secarik kertas adalah waktu tambahan
yang dibutuhkan antuk menulis laporan audit mungkin akan melebihi waktu yang
dihemat melalui penulisan catatan tersebut. Dan trauma karena memiliki temuan yang
tidak didukung pendokumentasian bisa dihindari tengan menggunakan kertas kerja
yang memenuhi uji profesionalisme dan bisa meyakinkan pengamat yang objektif.

34
Penyimpanan Kertas Kerja
Kertas kerja harus dibuang bila tidak lagi digunakan. Bila audit lanjutan atas sebuah
operasi telah iselesaikan, auditor harus membuat keputusan, disetujui oleh penyelia
mereka, mengenai apakah ertas kerja sebelumnya harus disimpan atau dimusnahkan.
Bila kertas kerja mengandung dokumentasi tau bahan-bahan lainnya yang akan terus
digunakan, maka bagian kertas kerja tersebut harus dibawa ke kertas kerja tahun ini.
Ketentuan kontraktual atau hukum mungkin harus disimpan. Oleh karena itu,
prosedur dan jadwal untuk departemen audit internal harus disiapkan oleh kepala
bagian audit dan disetujui oleh penasihat hukum.
Dokumentasi sebagai bukti kepatuhan terhadap Undang-undang Praktik Korupsi Luar
Negeri Amerika Serikat (U.S. Foreign Corrupt Practices Act) sebaiknya disimpan
terpisah.
Beberapa kertas kerja mengandung informasi yang akan terus digunakan, sering kali
disebut dokumen permanen (permanent files). Auditor harus mengidentifikasikan
dokumen seperti ini pada saat kesimpulan audit.Penyelia harus menyetujui
penyimpanannya dengan memberi inisial dán tanggal dibuatnya keputusan. Dokumen
permanen dibahas lebih lengkap pada Bab 23, Mengendalikan Proyek Audit.

Kepemilikan Kertas Kerja


Jika pihak-pihak terbatas ingin melihat kertas kerja audit internal, auditor internal
merupakan korban dari kesuksesannya sendiri. Bila hasil kerja dan efektivitas kerja
mereka sėmakin dikenal dan diterima, permintaan untuk melihat kertas kerja mereka
akan meningkat. Sebuah pertanyaan tambahan yang muncul adalah mengenai
kepemilikan dokumentasi audit internal. Apakah kertas kerja tersebut milik
manajemen, pemegang saham, atau departemen audit internal? Dalam banyak kasus,
tulisan yang tertera di akta perusahaan, undang-undang, dan akta audit bisa
menentukan hal ini.
Sayangnya, hak pihak luar terhadap kertas kerja audit internal belum pernah
ditetapkan dengan jelas secara hukum. Pada umumnya permintaan oleh badan
pemerintahan diizinkan oleh pengadilan atau dijelaskan dalam kontrak. Permintaan
oleh orang atau organisasi tertentu masih merupakan perdebatan di antara beberapa
aturan yang ada. Juga, sifat bukti yang diminta akan memengaruhi bisa tidaknya
kertas kerja dilihat oleh pihak luar. Keseluruhan masalah ini diperparah dengan

35
adanya fakta bahwa dalam beberapa kasus hak akses ditentukan melalui pengadilan
dan bukan pengadilan banding, sehingga bisa menyebabkan penerapan yang tidak
konsisten.

Dalam kasus-kasus tertentu, kertas kerja audit internal harus diserahkan ke Kantor
Pajak (Internal Revenue Service-IRS). Dalam perkara U.S. vs. Powell 85 S.Ct. 248,
379 U.S. 48 (1964), pengadilan memutuskan pengujian empat hal untuk menentukan
kapan penyerahan ke IRS harus dilakukan.

a. Investigasi tersebut adalah untuk tujuan yang sah,


b. Permintaan tersebut memang relevan.
c. Informasi tersebut belum menjadi milik IRS.
d. Tahapan administratif dalam Aturan Pajak (Internal Revenue Code) telah
diikuti.

36
DAFTAR PUSTAKA

James H. Scheiner, Ph.D.,dkk.2018.Sawyer's Internal Auditing.Jakarta:Salemba


Empat.

37

Anda mungkin juga menyukai