Hakikat Berfikir
Hakikat Berfikir
Hakikat Berfikir
Hakikat Berpikir Dalam arti yang terbatas berpikir itu tidak dapat didefinisikan. Tiap kegiatan jiwa yang
menggunakan kata-kata dan pengertian selalu mengandung hal berpikir. Menurut Costa (Hassoubah,
2008: 35), berpikir pada umumnya dianggap suatu proses kognitif, suatu tindakan mental untuk
memperoleh pengetahuan. Proses berpikir berhubungan dengan tingkah laku yang lain dan memerlukan
keterlibatan aktif seseorang yang melakukannya. Sedangkan menurut Purwanto (2002: 43) “berpikir
adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu
tujuan”. Fauzi (2004: 47) mengatakan bahwa “berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu
suatu proses simbolis”. Misalnya kalau kita makan, kita bukan berpikir. Tetapi kalau kita membayangkan
suatu makanan yang tidak ada, maka kita menggunakan ide atau simbol-simbol tertentu dan tingkah
laku ini disebut berpikir. Lebih lanjut ia juga menjelaskan tentang macam-macam kegiatan berpikir yang
digolongkan menjadi dua, yaitu: berpikir asosiatif dan berpikir terarah. Ciri-ciri yang utama dari berpikir
adalah adanya abstraksi. Abstraksi dalam hal ini berarti anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari
benda-benda, kejadian-kejadian, dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan.
Dengan demikian dalam arti luas kita dapat mengatakan bahwa berpikir adalah bergaul dengan
abstraksi-abstraksi. Menurut Purwanto (2002: 44)“dalam arti yang sempit berpikir adalah meletakkan
atau mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi”. Beberapa ahli psikologi setuju bahwa
berpikir melibatkan suatu bentuk aktivitas mental. Aktivitas tersebut dapat dijelaskan berdasarkan
aktvitas yang dilakukan pikiran ketika berpikir. Komponen operasi mental ini terdiri atas dua bentuk
umum, yaitu operasi kognitif dan metakognitif. Operasi kognitif terdiri dari operasi-operasi yang
digunakan untuk menemukan atau membangun makna. Operasi kognitif mencakup berbagai strategi
yang kompleks (seperti: membuat keputusan dan pemecahan masalah) dan keterampilan yang kurang
kompleks (misalnya: keterampilan proses menganalisis dan mensintesis, melakukan penalaran, dan
berpikir kritis). Dalam pemecahan masalah, digunakan proses dasar berpikir untuk memecahkan
kesulitan yang telah dikenal atau didefinisikan. Purwadhi (2004: 50) mengatakan bahwa “dalam
pembuatan keputusan, proses dasar berpikir digunakan untuk memilih cara yang terbaik di antara
beberapa pilihan”. Dalam berpikir kritis, proses dasar bepikir digunakan untuk menganalisis argumen
dan menghasilkan pemahaman tentang makna dan interpretasi tertentu. Adapun dalam berpikir kreatif,
proses dasar berpikir digunakan untuk penemuan hal-hal baru, karya seni, gagasan-gagasan yang
konstruktif yang berkaitan dengan persepsi atau konsep, yang menekankan aspek intuisi maupun
rasional dalam berpikir. Berdasarkan uraian pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
berpikir merupakan proses mental yang sangat rumit dan kompleks. Berpikir adalah manipulasi operasi
mental terhadap berbagai input indera dan data yang dipanggil dalam memori untuk diolah, diformulasi,
dan dinilai sehingga diperoleh suatu makna. Walaupun merupakan proses yang kompleks, namun
berpikir bukanlah proses yang misterius atau Jurnal Formatif 2(3): 248-262 ISSN: 2088-351X Supardi U.S.
– Peran Berpikir Kreatif dalam … - 255 - magis. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa pikiran bekerja untuk membuat makna sebagai produk berpikir. Hakikat Kreatif Kreatif berasal
dari bahasa Inggris create yang artinya mencipta, sedang creative mengandung pengertia memiliki daya
cipta, mampu merealisasikan ide-ide dan perasaannya sehingga tercipta sebuah komposisi dengan
warna dan nuansa baru. Malaka (2011: 67) mengemukakan bahwa, “Jangan berpikir bahwa kreatif itu
hanya membuat hal-hal yang baru. Justru salah, karena manusia tidak pernah membuat hal yang baru.
Manusia hanya bisa menemukan apa yang belum ditemukan oleh orang lain, manusia hanya bisa
mengubah atau menggabungkan hal-hal yang sudah ada, sekali lagi bukan menciptakan hal yang baru.”
Upaya menjadi kreatif berkaitan dengan antusiame dan gairah yang dikenal sebagai faktor substansial
pada tingkat puncak kerja. Akan tetapi, banyak orang yang mengabaikan kreativitas sebab dia tidak
menyadari manfaat dari kreativitas. Istilah kreativitas atau daya cipta sering digunakan di lingkungan
sekolah, perusahaan ataupun lingkungan lainnya. Pengembangan kreativitas ini diperlukan untuk
menghadapi arus era globalisasi. Komarudin (2011:279) mengatakan bahwa “kreativitas biasanya
diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu tidak perlu seluruh
produknya harus baru, mungkin saja gabungannya atau kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah
ada sebelumnya”. Dalam situasi pendidikan, proses belajar mengajar merupakan salah sati dari bentuk
kegiatan kreatif. Melalui proses belajar mengajar, kreativitas siswa dapat dipupuk dan dikembangkan.
Kreativitas siswa dapat muncul sewaktu-waktu pada sembarang tempat, oleh karena itu perlu dilatih
agar kemunculannya tidak sewaktu-waktu pada sembarang tempat, tetapi kreativitas ini muncul pada
waktu menghadapi permasalahan. Menurut Lilian (Aceng, 2007: 58), kreativitas adalah perkembangan
dan keinginan; pikiran yang menumpahkan cara berpikir yang tidak konvensional akan menuntun
menuju lompatan besar dalam pengetahuan dan aplikasinya. Guilford (Juwanda, 2006: 37) memandang
kreativitas sebagai individu yang kreatif. Ia mendefinisikan kreativitas sebagai fluency, flexibility, dan
originality. Lain halnya dengan Mednick yang memandang kreativitas sebagai proses yang kraetif. Ia
mendefinisikan kreativitas sebagai berikut: “Creativity is the forming of associative elements into new
combination which either meet specified requirements or are in some ways useful. The more mutually
remote the elements of thr new combination the more creative the process of solution”. Menurut
Sitompul (2003: 93) “kreativitas ialah proses mental atau cara berpikir yang berhubungan dengan ide,
inspirasi spontan, pemikiran baru, sesuatu yang tidak biasa, bersifat personal-individual”. Sedangkan
menurut Harris (Lubis, 2010: 45), kreativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk
membayangkan atau menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide baru
dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada; suatu sikap, yaitu
kemampuan menerima perubahan dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan
kemungkinan untuk fleksibilitas pandangan, kebiasaan menikmati sesuatu dengan baik, ketika mencari
cara untuk mengimprovisasi ide tersebut; suatu proses, yaitu orang kreatif bekerja keras dan terus
menerus, sedikit demi sedikit membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaannya. Sejalan
dengan Harris, Munandar (2002: 35) mengungkapkan bahwa “anak yang kreatif selalu ingin tahu,
memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan Jurnal Formatif 2(3): 248-262 ISSN: 2088-351X
Supardi U.S. – Peran Berpikir Kreatif dalam … - 256 - aktivitas yang kreatif”. Siswa kreatif biasanya cukup
mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada anak-anak pada
umumnya. Treffinger dalam Munandar (2002: 35) mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih
terorganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal mereka telah dipikirkan dengan
matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.
Berdasarkan uraian pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas bukan saja
berhubungan dengan penemuan yang bagus dan menarik dengan persiapan yang matang, tetapi lebih
banyak berhubungan dengan penemuan yang menunjukkan penerapan, dan mungkin agak
membosankan sehingga menjadikan aspek kreatifnya “tak terlihat”. Hakikat Berpikir Kreatif
Perkembangan berpikir seorang siswa bergerak dari kegiatan berpikir konkret menuju berpikir
abstrak.Seorang guru perlu memahami kemampuan berpikir siswa sehingga tidak memaksakan materi-
materi pelajaran yang tingkat kesukarannya tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Apabila hal ini
terjadi maka siswa mengalami kesukaran untuk mencerna gagasan-gagasan dari materi pelajaran yang
diberikan, maka usaha guru untuk membelajarkan siswa bisa disebut gagal. Disini penting bahwa setiap
siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif. Menurut Krulik (Siswono, 2005: 2) mengemukakan bahwa
dalam memahami maupun merencanakan penyelesaian masalah diperlukan suatu kemampuan berpikir
kreatif siswa yang memadai, karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan berpikir (bernalar)
tingkat tinggi setelah berpikir dasar (basic) dan kritis. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan cara yang mendorong siswa untuk memahami masalah,
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyusun rencana penyelesaian dan
melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan sendiri penyelesaian masalah. Fauzi (2004: 48)
mengemukakan pendapatnya tentang pengertian berpikir kreatif “berpikir kreatif yaitu berpikir untuk
menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu
soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru, dan sebagainya”. Oleh karena itu
dengan berpikir kreatif kita dapat menemukan dan menentukan hal-hal baru dalam penyelesaian suatu
masalah. Wilson (Sudiarta, 2007: 1014) memberikan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
(1) Kelancaran (Fluency) yaitu kemampuan untuk membangkitkan sebuah ide sehingga terjadi
peningkatan solusi atau hasil karya, (2) Fleksibelitas (Flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi
atau mengasilkan suatu produk, persepsi, atau ide yang bervariasi terhadap masalah, (3) Elaborasi
(Elaboration) yaitu kemampuan untuk mengembangkan atau menumbuhkan suatu ide atau hasil karya,
(4) Orisinalitas (originality) yaitu kemampuan menciptakan ide-ide, hasil karya yang berbeda atau betul-
betul baru, (5) Kompleksitas (Complexity) yaitu kemampuan memasukkan suatu konsep, ide, atau hasil
karya yang sulit, ruwet, berlapis-lapis atau berlipat ganda ditinjau dari berbagai segi, (6) Keberanian
mengambil resiko (Risk-taking) yaitu kemampuan bertekad dalam mencoba sesuatu yang penuh resiko,
(7) Imajinasi (Imagination) yaitu kemampuan untuk berimajinasi, menghayal, menciptakan
barangbarang baru melalui percobaan yang dapat menghasilkan produk sederhana, dan (8) Rasa ingin
tahu (Curiosity) yaitu kemampuan mencari, meneliti, mendalami, dan keinginan mengetahui tentang
sesuatu lebih jauh. Guilford (Munandar, 2002: 10) membedakan antara aptitude dan non aptitude traits
yang berhubungan dengan kreativitas. Ciri- ciri aptitude dari kreativitas (berpikir Jurnal Formatif 2(3):
248-262 ISSN: 2088-351X Supardi U.S. – Peran Berpikir Kreatif dalam … - 257 - kreatif) meliputi
kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, dan ciri-ciri ini
dioperasionalisasikan dalam tes berpikir divergen. Namun produktivitas kreatif tidak sama dengan
produktivitas divergen. Sejauh mana seseorang mampu menghasilkan prestasi kreatif ikut ditentukan
oleh ciri-ciri non-aptitude (afektif). Andi (Kheng Sun, 2011: 47) menguraikan tentang manfaat dari
berpikir kreatif. Dengan kemampuan berpikir kreatif, seorang pelajar mampu meraih prestasi-prestasi
yang jauh di atas prestasi rata-rata kebanyakan pelajar. Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
sangatlah penting dalam pembelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan oleh Munandar (Parwati,
2005: 46) sebagai berikut: (1) Kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi
sepenuhnya dalam perwujudan dirinya, (2) Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk
melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, dan (3) Bersibuk diri
secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Menurut
Sitompul (2003: 93) “cara berpikir kreatif adalah cara berpikir divergen atau kombinasi dua wajah dalam
berpikir yaitu hakim (analitis, rasional dan logis) dan pemimpi (imajinatif, impulsif dan intuitif)”. Di
sekolah biasanya anak hanya dilatih untuk berpikir “konvergen”, yaitu untuk dapat menemukan satu
jawaban terhadap suatu persoalan, atau pemikir logis. Anak kurang dirangsang untuk berpikir
“divergen” atau berpikir kreatif, yaitu mampu untuk menemukan macam-macam kemungkinan jawaban
terhadap suatu persoalan, jadi tidak hanya satu. Dengan berpikir divergen/kreatif ini cakrawala
pemikiran si anak seakan-akan dibentangkan, sehingga terbuka kemungkinan baginya kemungkinan-
kemungkinan yang tidak pernah di lihat atau dialaminya sebelumnya. Berdasarkan uraian pendapat-
pendapat di atas dapat dsimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam memahami
masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (divergen).