TS2 PKLH
TS2 PKLH
TS2 PKLH
C. Pendekatan PKLH
Perlindungan terhadap sumber daya alam merupakan pertanyaan dasar atas
eksistensi setiap orang dan seluruh umat manusia. Oleh karena itu sekolah
mempunyai kewajiban untuk membangkitkan kepekaan dan kesadaran akan
lingkungan pada kaum remaja, membuka wawasan dan mendidik mereka untuk
berinteraksi dan bersikap dengan penuh tanggung jawab. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 008C/U/1975 menetapkan
bahwa Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) mulai
diterapkan di Sekolah Dasar (SD). Dalam Surat Keputusan tersebut dinyatakan
bahwa PKLH diajarkan tidak dalam bentuk mata pelajaran tersendiri, tetapi dalam
bentuk kesatuan dengan mata pelajaran dan bidang studi tertentu melalui
pendekatan terpadu (integratif).
Pengajaran Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH)
khususnya melalui jalur pendidikan formal dapat ditempuh melalui dua pendekatan,
yaitu pendekatan monolitik dan pendekatan integratif.
a. Pendekatan monolitik
Pendekatan ini bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap pelajaran
merupakan sebuah komponen yang berdiri sendiri dan mempunyai tujuan
tertentu dalam satu kesatuan sistem. Pendekatan monolitik dalam PKLH
berarti PKLH merupakan satu mata pelajaran yang beridiri sendiri sejajar
dengan mata pelajaran lain, diajarkan oleh tenaga pengajar (guru) tertentu
serta memiliki jumlah jam pelajaran tersendiri setiap minggunya yang telah
ditentukan pula.
Bila pendekatan monolitik diterapkan di sekolah formal, maka berabgai
kendala akan segera muncul bersamaan dengan diterapkannya pendekatan
tersebut. Kendala ini terutama menyangkut masalah kurikulum sekolah yang
sampai saat ini dirasa sudah terlalu sarat serta pelaksanaannya telah menyita
waktu pelajaran yang termasuk cukup banyak. Kendala lain menyangkut
maslah penyediaan tenaga pengajar khususnya yang telah memiliki
kompetensi dalam bidang ini.
b. Pendekatan integratif (terpadu)
Yang dimaksud dengan pendekatan integratif (terpadu) dalam PKLH
adalah memadukan atau meyatukan materi PKLH ke dalam mata pelajaran
tertentu. Pendekatan ini muncul bertolak dari kenyataan sebagaimana telah
dikemukakan didepan bahwa bahan kurikulum sekolah yang ada sudah terlalu
sarat sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menambah mata pelajaran
baru.
Kita semua mungkin dapat memahami bahwa dengan masuknya unsur-
unsur baru dalam kurikulum sekolah sesungguhnya semakin terasa
kegunaannya bagi para siswa. Untuk mangatasi masalah ini maka ditempuh
pendekatan integratif dengan pertimbangan bahwa unsur baru tersebut dapat
dimasukkan tanpa harus menambah jumlah mata pelajaran.
PKLH tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja, melainkan
menyangkut seluruh kehidupan sekolah. Berbagai aspek kegiatan sekolah, selalu
diwarnai PKLH. Misalnya pada saat perayaan Hari Bumi (22 April), dan Hari
Lingkungan Hidup (5 Juni) dengan penanaman pohon; membahas masalah
lingkungan yang sedang terjadi seperti banjir, kebakaran hutan, pencemaran, dll;
studi lapangan dengan mengamati langsung objek lingkungan; penataan ruang kelas
dan lingkungan sekolah; gerakan kebersihan; dan efisiensi dalam pemakaian
seumber daya alam.