Tugas Metodik Khusus
Tugas Metodik Khusus
Tugas Metodik Khusus
Disusun oleh
Ni Wayan Fatmawati
P07124317022
Dosen Pengampuh
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Yang telah
memberikan banyak nikmat-Nya kepada kami. Sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan waktu yang kami rencanakan.Makalah ini yang berjudul
“KONSEP PEMBELAJARAN KLINIK” kami buat dalam rangka memenuhi salah
satu syarat penilaian mata kuliah METODIK KHUSUS yang meliputi nilai tugas,
Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan. Begitu
pula dalam penyusunan makalah ini yang mempunyai banyak kekurangan.Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing mata kuliah Organisasi
Manajemen Pelayanan Kebidanan yang telah membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar belakang……………………………………………………………...4
B. Rumusan masalah…………………………………………………………..4
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………...4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
PENUTUP..............................................................................................................19
A. Kesimpulan………………………………………………………………..19
B. Saran………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembelajaran praktik klinik adalah suatu proses transformasi mahasiswa
menjadi seorang bidan professional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk
beradaptasi dengan perannya sebagai bidan professional di situasi nyata pada
pelayanan kesehatan klinik atau komunitas (Nursalam, 2009)
B. Rumusan masalah
1. Apa saja issue-issue terkait pembelajaran praktek klinik?
2. Apa saja tantangan pada pembelajaran klinik?
3. Bagaimana komunikasi dalam bimbingan klinik dan perilaku asertif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui issue-issue terkait pembelajaran praktek klinik.
2. Untuk mengetahui tantangan pada pembelajaran klinik.
3. Untuk mengetahui komunikasi dalam bimbingan klinik dan perilaku asertif.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Konsep Pembelajaran Klinik
2
1. Target Kasus
a. Mahasiswa
Mahasiswa menyatakan bahwa model asuhan kebidanan pada pembelajaran
praktik klinik dengan target kasus selama ini sangat memberatkan dan hanya
berorientasi pada kuantitas, dibanding kualitas. Mereka mengharapkan agar
target kasus diturunkan dan kalau memungkinkan disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing mahasiswa untuk mencapai kompetensi.
b. Bidan
Kelompok bidan pembimbing menyatakan bahwa model beban kasus yang
diterapkan kurang dihayati karena mahasiswa hanya mem-berikan bukti tulisan
(laporan askeb). Mereka mengharapkan agar selama praktik klinik, mahasiswa
3
dibebani dengan kasus nyata di lapangan sebagai bentuk pembelajaran klinik
asuhan kebidanan.
c. Dosen
Disisi lain, dosen pembimbing juga memberikan komentar yang senada tentang
ketidaksetujuan-nya dengan model pembelajaran klinik ke-bidanan dengan target
kasus selama ini. Model pembelajaran klinik kebidanan yang terpotong-potong
dalam 3 kali PKK dinilai kurang ber-makna dalam menanamkan pemahaman
kepada mahasiswa tentang bagaimana dan seperti apa asuhan kebidanan
dijalankan. Mereka meng-harapkan adanya model pembelajaran klinik kebidanan
dengan memberikan asuhan kebidan-an yang sejalan dengan filosofi asuhan
kebidanan.
a. Mahasiswa
Kelompok mahasiswa merasa durasi praktik klinik selama ini masih kurang.
Mereka mengusulkan agar lama praktik klinik ditambah agar dapat memberikan
asuhan kebidanan kepada setiap kasus secara berkelanjutan dari hamil, bersalin
hingga masa nifas.
3. Penempatan Klinik
a. Mahasiswa
4
Menurut pendapat mahasiswa, kompetensi asuhan kebidanan akan lebih mudah
dicapai bila mereka ditempatkan di bidan komunitas (bidan desa) dan tidak perlu
dilakukan rolling (rotasi).
b. Bidan
Hal yang sama juga disampaikan oleh kelompok bidan pembimbing.
b. Dosen
Dari pihak dosen mengusulkan bimbingan dengan model kemitraan, dimana
mahasiswa sebagai calon bidan diperlakukan sebagai mitra bidan yang dapat
membantu tugas-tugas bidan.
5. Dokumentasi Laporan
a. Mahasiswa
Mahasiswa menghendaki dokumentasi laporan asuhan kebidanan dalam
pembelajaran praktik klinik berupa bukti target keterampilan tertentu yang telah
kuasai oleh mahasiswa dan beberapa laporan asuhan kebidanan panjang dari
kasus yang benar-benar dilakukan.
b. Bidan
Dari kelompok bidan juga mengusulkan bentuk dokumentasi laporan berupa
laporan asuhan kebidanan panjang berdasarkan kasus yang telah diberikan
asuhan oleh mahasiswa.
c. Dosen
Kelompok dosen menambahkan dokumen berupa portofolio atau log book, yang
dapat diguna-kan untuk membantu melatih mahasiswa berfikir refleksi.
5
C. Tantangan pembelajaran klinik
Tantangan dari pembelajaran klinik adalah sebagai berikut :
a. Dibatasi oleh waktu
b. Berorientasi pada tuntutan klinik
c. Meningkatnya jumlah mahasiswa
d. Jumlah klien yang sedikit
e. Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi pembelajaran (sarana dan
prasarana)
f. Reward yang diterima oleh pembimbing klinik kurang memenuhi standar
Komunikasi
6
A. Jenis Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata
yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai
dengan berbicara dengan lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh
bisa membuat penjelasan lebih mudah dipahami, dan ulang bagian yang penting.
Penerima pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana.
b. Perbendaharaan kata
Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata
dan ucapan (menggunakan kata yang tidak dimengerti).
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan (arti
yang sebenarnya), sedang arti konotatif merupakan fikiran, perasaan atau ide yang
terdapat dalam suatu kata
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi
verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok bahasan lain mungkin
akan menimbulkan kesan keraguan, ketidak tahuan atau mungkin menyembunyikan
sesuatu. Selaan perlu digunakan untuk menekankan hal tertentu, memberi waktu pada
pendengar untuk memahami arti kata.
7
e. Waktu dan relevansi
Pertimbangkan waktu yang tepat untuk mengungkapkan pesan. Bila klien sedang
menangis kesakitan, bukan waktunya untuk menjelaskan resiko operasi, tetapi duduklah
disamping klien, diam sejenak, gunakan sentuhan dan tunjukkan bahwa anda mengerti
apa yang sedang dialami oleh klien. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan
singkat, tetapi waktu yang tidak tepat dapat menghalami penerimaan pesan secara akurat.
f. Humor
“Tertawa” membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress, dan
meningkatkan keberhasilan tenaga kesehatan dalam memberikan dukungan emosional
terhadap klien. Humor merangsang produksi katekolamin dan hormon yang
menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi
ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan meningkatkan metabolisme. Namun
perlu berhati-hati jangan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak
atau menutupi ketidakmampuannya.
a. Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan
antara yang berbicara, misal; tersenyum ketika sedang marah. Jadi komunikasi tidak
hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan / reaksi antara pembicara dan
lawan bicaranya.
b. Penampilan personal
8
berdasarkan penampilannya (Ascosi, 1990). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias
menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Penampilan fisik mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan yang diterima, karena
tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan tenaga kesehatan.
Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan.
Hasil suatu penelitian menunjukkan 6 keadaan emosi utama yang tampak melalui
ekspresi wajah adalah; terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah
sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal, selain
itu kontak mata juga penting untuk diperhatikan. Orang yang mempertahankan kontak
mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan
memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik.
Langkah dan sikap tubuh menggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan keadaan
fisik.Tenaga kesehatan perlu meningkatkan kesadaran diri untuk mengamati langkah dan
sikap tubuh yang ditampilkan.
f. Sentuhan
9
Keadaan pertumbuhan dan perkembangan sangat mempengaruhi pola komunikasi.
Tenaga kesehatan harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi, apakah
dengan anak, remaja, orang dewasa, atau usia lanjut. Sebab dari masing-masing
perkembangan tersebut menentukan sendiri pola komunikasinya.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Perbedaan cara pandang
dapat mempengaruhi arti dan tindakan seseorang, dengan demikian akan menghambat
komunikas
3. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang penting dan bermakna bagi seseorang. Tenaga kesehatan harus
mampu mengklarifikasi nilai dalam membuat keputusan dan berinteraksi, jangan pernah
memaksakan nilai pribadi kepada orang lain, sebab sesuatu yang penting bagi dirinya
belum tentu baik pula untuk orang lain.
4. Sosial budaya
Kebiasaan sosial atau ras juga mempengaruhi cara berkomunikasi, kebiasaan orang Solo
harus berbicara lemah lembut dan sebagainya yang bertolak belakang dengan cara bicara
orang Surabaya, keras dan langsung. Oleh karena itu tidak salahnya memperhatian latar
belakan sosial budaya lawan bicara.
5. Emosi
Emosi adalah suatu nada perasaan, subyektif terhadap suartu peristiwa. Emosi dapat
mempengaruhi kemampuan menerima pesan dengan benar, jika tidak tepat dapat
menimbulkan salah tafsir terhadap pesan yang disampaikan.
6. Pengetahuan
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Apa yang dikomunikasikan bisa tidak dimengerti, oleh sebab
itu tingkat pengetahuan harus dipertimbangkan. Berkomunikasilah seperti apa yang ia
ketahui.
7. Peran
10
Peran dalam status sosial akan mempengaruhi gaya komunikasi. Sebagai manajer, cara
berkomunikasinya jelas berbeda dengan bawahan
8. Tatanan interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam suatu lingkungan
yang menunjang, keadaan bising, kurang keleluasan pribadi, dan ruangan yang sempit
dapat menimbulkan kerancuan, ketegangan dan ketidak nyamanan.
C. Prinsip-prinsip Komunikasi
1. Prinsip relevan : buatlah pesan yang anda sampaikan relevan dengan keadaan
2. Prinsip kesederhanaan ; kurangilah ide-ide yang kompleks termasuk pemakaian kata
yang berbelit.
3. Prinsip definisi ; definisikan ide sebelum terlanjur jauh anda menerangkan apa yang
anda sampaikan.
4. Prinsip struktur; organisasikan pesan yang hendak anda sampaikan, perhatikan mana
yang harus anda sampaikan terlebih dahulu, mana yang menjadi pokok
permasalahan yang ingin disampaikan.
5. Prinsip pengulangan ; ulangilah konsep-konsep utama yang penting dari pesan yang
anda sampaikan.
6. Prinsip perbandingan ; bandingkan ide lama yang berkaitan dengan ide baru yang
sedang anda sampaiakan.
7. Prinsip penekanan ; berfokus pada aspek utama dan penting dari komunikasi.
Hubungan terapeutik antara tenaga kesehatan dengan klien telah dipelajari dan harus
diterapkan pada saat praktek klinik, sayangnya peserta didik jarang sekali merasakan
hubungan yang terapeutik dengan pembimbing walaupun prinsip yang sama dapat
digunakan. Jika pembimbing berperan sebagai “Role Model” dengan melakukan
komunikasi terbuka dan jujur, saling percaya, mendorong peserta didik mengungkapkan
fikiran, perasaan, mungkin peserta didik akan lebih cepat belajar hubungan terapeutik
yang dapat diterapkan pada klien.
11
ansietas. Situasi lain yang dapat menimbulkan ansietas adalah pada saat mulai masuk
klinik.
Situasi yang memfasilitasi proses pembelajaran klinik adalah kesiapan peserta didik
dan pembimbing klinik yang memberikan dukungan emosional dengan menciptakan
suasana yang kondusif dan tidak mengancam. Beberapa karakteistik pembimbing yang
diharapkan adalah; humor, respect (memperhatikan dan menghargai), dan antusias.
Peserta didik perlu merasakan sukses akan kerja dan upayanya. Pembimbing perlu
melakukan pendekatan yang positif dengan memberikan “reinforcement” terhadap
keberhasilan peserta didik, memberikan informasi dan arahan terhadap hal yang belum
tepat. Pembimbing klinik yang tidak supportif memberi dampak besar terhadap
kemampuan belajar peserta didik yang disebabkan kecemasan.
12
sentuhan, dan jarak. Dengan penerimaan yang ihlas dari pembimbing, peserta didik
akan menyadari bahwa ia mampu belajar.
3. Mengembangkan respon pada lingkungan
Pembimbing yang efektif cenderung memberi kebebasan pada peserta didik dari
pada mengekang, memberi kesempatan mengungkapkan pendapat dan rencana
terhadap lingkungan yang tidak menyimpang dari tujuan. Keadaan ini dapat lebih
mengembangkan ototnomi, kreativitas dan penghargaan terhadap peserta didik.
4. Menggunakan komunikasi yang wajar, terbuka dan sentuhan pribadi
Saling terbuka akan mengurangi jarak jauh, rasa takut antara peserta didik dan
pembimbing. Keterbukaan akan hal-hal tertentu diperlukan untuk mengembangkan
hubungan saling percaya.
5. Demonstrasikan empati
Peserta didik yang menerima empati dan perhatian dari pembimbing akan tumbuh
rasa percaya diri dan hubungan interdependen. Dengan mendengar peserta didik,
pembimbing memperlihatkan penghargaan dan perhatian. Perhatian pembimbing
mengkomunikasikan bahwa pembimbing ingin mengerti situasi yang dihadapi
peserta didik. Peserta didik tidak perlu takut salah, karena disitu ada pembimbing.
6. Contoh peran dan nara sumber
Pembimbing klinik sudah seharusnya dapat menjadi contoh peran dan nara sumber.
Pengalaman belajar klinik adalah merupakan wahana untuk sosialisasi profesi bagi
peserta didik, disitulah mereka mempelajari pengetahuan, sikap dan ketrampilan
profesionalnya di tatanan nyata pemberi pelayanan kesehatan. Apapun yang
diajarkan dan diperkenalkan di tatanan nyata pemberi pelayanan kesehatan disitulah
menjadi tempat pembelajaran “kedua” setelah institusi pendidikannya.. Jika
pengetahuan, ketrampilan, keahlian, perasaan dan reaksi emosi pembimbing siap
membantu peserta didik, maka meraka akan merasa bebas untuk berinteraksi dan
memanfaatkan pembimbing sebagai nara sumber.
7. Tekankan tanggung jawab peserta didik dalam pembelajaran
Individu yang merasa diberi kepercayaan untuk mengontrol kehidupan dirinya
sendiri akan lebih bertanggung jawab, mengembangkan motivasi yang positif,
optimis dan percaya diri. Pembimbing klinik sebaiknya dapat mengajarkan
“antisipasi” kepada peserta didik, sehingga mereka dapat mengetahui apa yang harus
disiapkan, dikerjakan dan dievaluasi.
8. Beri kesempatan pengalaman belajar yang sukses
13
Kesempatan belajar dengan sukses dapat mengembangkan konsep diri yang positif
dan meningkatkan harga diri. Pembimbing dapat merancang kegiatan yang
memungkinkan peserta didik dapat mengerjakan dengan sukses, hargai upaya peserta
didik dan berikan reinforcement yang positif.
9. Beri penghargaan dan evaluasi yang jujur
Pemberian penghargaan yang konkrit dan obyektif dengan suasana hangat akan
mengembangkan konsep diri peserta didik. Peserta didik akan mempunyai gambaran
diri yang akurat dan mungkin merubah sikap. Jika peserta didik tahu bahwa
pembimbing “care” terhadap dirinya, mereka akan menerima pencapaiannya dan
memperbaiki kelemahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Konsep pembelajaran klinik adalah Merupakan salah satu metode mendidik
peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidikan memilih dan menerapkan
cara mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual
peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran.
B. Saran
Masyarakat professional kebidanan harus mempunyai tanggung jawab bersama
dalam menyiapkan peserta didik kebidanan menjadi bidan yang professional.
DAFTAR PUSTAKA
15