Pekan3 - Kelompok2 - SAP ULKUS DIABETIKUM
Pekan3 - Kelompok2 - SAP ULKUS DIABETIKUM
Pekan3 - Kelompok2 - SAP ULKUS DIABETIKUM
Oleh:
KELOMPOK 2
Aditya Dwi Saputra 2030913310014
Muhammad Busyairi 2030913310020
Mustika Rahmadanti 2030913320010
Nopita Putri 2030913320005
Tazkia rahman 2030913320017
Yulia Octaviani 2030913320003
Kelompok 2
Aditya Dwi Saputra 2030913310014
Muhammad Busyairi 2030913310020
Mustika Rahmadanti 2030913320010
Nopita Putri 2030913320005
Tazkia rahman 2030913320017
Yulia Octaviani 2030913320003
Pokok Bahasan : Perawatan Kaki Dan Cara Untuk Mengurangi Kecemasan Pada
Ny.L
Sasaran : Ny. L
Hari/Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2020
Waktu : 11.00 - 11.30 WITA (30 menit)
Tempat : Zoom Meeting
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang
didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang
dewasa dengan atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dengan atau
tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah
merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah,
Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan
berupa bantuan yang diberikan dengan alasan, kelemahan fisik, mental,
masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan
patofisiologis.
B. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat
memahami bagaimana cara perawatan kaki dan cara untuk mengurangi
kecemasan .
C. TUJUAN KHUSUS
1. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali, bahaya jika tidak dirawat.
2. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali cara perawatan kaki.
3. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali cara untuk mengurangi
kecemasan
D. PENGORGANISASIAN
1. Penyuluh : Tazkia Rahman, S.Kep
Joblist Penyuluh:
a. Menggali pengetahuan peserta penyuluhan
b. Menjelaskan pokok bahasan penyuluhan
c. Memberikan materi penyuluhan
2. Moderator : Muhammad Busyairi, S.Kep
Joblist Moderator:
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan mengatur jalannya acara
penyuluhan serta menyebutkan materi yang akan diberikan
d. Memimpin jalannya diskusi (Tanya jawab)
e. Mengevaluasi pemahaman peserta dengan bertanya kembali
f. Mengatur kontrak waktu
g. Menutup acara
Joblist Fasilitator:
a. Mendorong peserta penyuluhan untuk tidak malu bertanya
b. Menyampaikan pertanyaan peserta penyuluhan ke moderator
c. Menjawab pertanyaan peserta
d. Menstimulasi peserta yang tidak aktif
e. Mendokumentasikan acara penyuluhan
4. Observer : Nopita Putri, S.Kep
Joblist Observer:
a. Mencatat pertanyaan peserta penyuluhan (Notulensasi)
b. Menjalankan absensi peserta penyuluhan
c. Menilai dan mengamati proses jalannya penyuluhan
d. Mengevaluasi peserta dengan menanyakan pertanyaan yang sudah
disiapkan
E. KEGIATAN PENYULUHAN
Alokasi waktu:
1. Pembukaan : 3 menit
2. Peyampaian materi : 10 menit
3. Tanya jawab : 15 menit
4. Penutup : 2 menit
F. SETTING TEMPAT
Keterangan :
D A = Penyuluh
B = Moderator
C = Peserta
C
B D = Fasilitator
D E = Observer
A
D E
G. GARIS BESAR MATERI
1. Pengertian Diabetes Mellitus, Pengertian perawatan Diabetes, Tujuan
perawatan kaki Diabetes, Bahaya jika tidak dirawat, cara perawatan kaki
Diabetes, Langkah-langkah Perawatan, Cara untuk mengurangi kecemasan
H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. Kesiapan peserta penyuluhan
b. Kesiapan tempat pelaksanaan.
c. Kesiapan tim penyaji
d. Kesiapan materi penyaji
2. Evaluasi Proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan
b. Keaktifan dalam melaksanakan tanya jawab
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. 75% pasien memahami materi yang disampaikan.
LAMPIRAN MATERI
2. Klasifikasi DM
Diabetes melitus terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 (DM tipe 1) terjadi akibat pankreas
sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu membuat insulin.
Akibatnya insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali, gula akan
menumpuk di dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel (Tandra 2015). Penderita DM tipe 1 bergantung pada
pemberian insulin dari luar yang diberikan dengan cara disuntikkan.
Sampai sekarang hanya cara itu yang bisa dilakukan, karena insulin akan
dirusak asam lambung jika diminum. Gejala diabetes melitus tipe 1 yaitu
tiba-tiba cepat merasa haus, sering buang air kecil (anak-anak sering
mengompol), badan kurus dan lemah. Apabila insulin tidak segera
diberikan, penderita bisa tidak sadarkan diri (koma ketoasidosis atau
koma diabetik) (Nurrahmani & Kurniadi 2015).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 adalah yang paling
banyak ditemukan, sekitar 90-99%. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan
karena pola hidup yang tidak sehat, selain faktor keturunan. Penderita
diabetes melitus tipe 2, tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena
pankreasnya masih bisa menghasilkan insulin. Sebab yang pertama
insulin tersebut masih diproduksi, tetapi jumlah nya tidak mencukupi
yang kedua kerja insulin tidak efektif karena adanya hambatan pada kerja
insulin yang disebut resistensi insulin (Nurrahmani & Kurniadi 2015).
4. Komplikasi
a. Kerusakan saraf (Neuropathy)
b. Kerusakan ginjal (Nephropathy)
c. Kerusakan mata (Retinopathy)
d. Hipertensi
e. Penyakit jantung
f. Penyakit pembuluh darah perifer
g. Gangguan saluran makan
h. Ulkus kaki (Bilous, 2015).
5. Faktor Penyebab DM
Penyebab dari diabetes melitus sebagai berikut (Nurrahmani & Kurniadi
2015):
a.Gen Diabetes dalam Keluarga
Diabetes melitus adalah penyakit yang dapat diwariskan. Gen
adalah sel pembawa sifat yang dapat diwariskan orangtua kepada
keturunannya. Gen tidak selalu berasal dari orangtua kandung, tetap bisa
berasal dari kakek, nenek dan lain-lain. Bahkan meski orangtua terhindar
dari diabetes karena gaya hidup yang baik, bukan berarti anaknya bisa
terhindar dari faktor risiko diabetes di kemudian hari.
b. Insulin dan Gula Darah
Makanan dicerna di dalam saluran pencernaan, kemudian akan
diubah menjadi glukosa, glukosa diserap oleh dinding usus, beredar di
dalam aliran darah, selanjutnya didistribusikan ke sel-sel tubuh, insulin
dilepaskan sesuai dengan tinggi gula di dalam darah, selanjutnya insulin
akan ikut aliran darah menuju sel-sel. Insulin tersebut akan mulai
membuka pintu sel satu per satu, sehingga gula dan zat makanan lain bisa
masuk ke dalam sel. Selama insulin berada dalam jumlah yang cukup dan
bekerja secara normal, maka gula di dalam darah akan masuk ke sel-sel
dengan lancar sesudah makan, sehingga kadar gula di dalam darah turun
kembali ke batas kadar sebelum makan, mekanisme ini bertujuan untuk
menjaga gula darah agar tidak naik terus sesudah makan dan tidak
melebihi nilai aman.
c. Resistensi Insulin
Proses memasukkan gula ke dalam sel diperlukan insulin untuk
membuka pintu sel. Insulin di sini diibaratkan sebagai kunci yang harus
cocok dengan lubang kuncinya yaitu reseptor insulin yang terdapat pada
dinding sel biasa disebut proses key and lock. Jika proses key and lock
berlangsung sempurna, maka gula dapat masuk ke dalam sel, namun
terkadang reseptor insulin tidak sensitif atau tidak peka atas hadirnya
gula, sehingga proses key and lock tidak terjadi. Gula tidak masuk ke
dalam sel, melainkan masih berada di dalam darah yang menyebabkan
peningkatan kadar gula darah, kondisi inilah yang disebut dengan
resistensi insulin.
d. Obesitas
Obesitas adalah sel-sel lemak yang menggemuk yang
menghasilkan zat golongan adipositokin. Zat ini yang menyebabkan
resistensi insulin, yaitu terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin.
Sel lemak yang banyak mengandung adipositokin yaitu yang melapisi
organ-organ di dalam perut. Oleh karena itu, untuk menilai apakah
obesitas yang dialami dapat berdampak buruk ke diabetes dapat diukur
melalui lingkar pinggang yang besar.
6. Faktor Resiko DM
1. Dapat diubah
a. Gaya hidup
b. Diet yang tidak sehat
c. Obesitas
d. Tekanan darah tinggi
2. Tidak dapat diubah
a. Usia
b. Riwayat keluarga (Bilous, 2015)
8. Pencegahan
a. Pencegahan primer (Smeltzer, 2002)
Pencegahan primer merupakan salah satu upaya yang ditujukan
kepada orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni
mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk menderita
Diabetes Melitus dengan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui kadar gula darahnya.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mencegah atau
menghambat terjadinya penyakit menahun, pada orang yang telah
didiagnosa menderita Diabetes Melitus, dengan melakukan
pemeriksaan dan evaluasi laboratorium secara continue atau terus
menerus dan teratur.
c. Pencegahan tersier
Jika kemudian penyakit menahun DM ternyata terjadi juga, maka
pengelola harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut, dan merehabilitas pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan
tersebut menetap, dengan cara pengendalian terhadap kadar gula
darah, melalui olahraga dan diet, bukan saja untuk mencegah
kestabilan kadar gula darah, tetapi juga untuk mencegah terjadinya
komplikasi
2. Klasifikasi
a. Grade 0 Tidak ada ulkus pada penderita kaki risiko tinggi.
b. Grade I Ulkus superfisial terlokalisir.
c. Grade II Ulkus lebih dalam, mengenai tendon, ligamen, otot,sendi,
belum mengenai tulang, tanpa selulitis atau abses.
d. Grade III Ulkus lebih dalam sudah mengenai tulang sering komplikasi
osteomielitis, abses atau selulitis.
e. Grade IV Gangren jari kaki atau kaki bagian distal.
f. Grade V Gangren seluruh kaki (Dr. Rubby, Billous.2008)
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengelolaan yaitu untuk mengakses proses kearah
penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus dapat
menurunkan kemungkinan terjadinya amputasi dan kematian pasien
diabetes.
Secara umum pengelolaannya meliputi (Smeltzer, 2002):
a. Perawatan luka
Menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab
b. Debridemen
Merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik, karena
luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan nonviable, debris
dan fistula.
c. Penanganan bedah
Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan
konservatif, misalnya angioplasti atau bedah vaskular.
d. Penanganan iskemia
Penilaian kompetensi vaskular pedis pada UKD (ulkus kaki diabetik)
seringkali memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang seperti MRI
angiogram, doppler maupun angiografi
7. Pemeriksaan
Pemeriksaanya ada 3 macam yaitu sebagai berikut (Dr. Robert B,
Cooper.1996.):
a. Glukosa darah puasa (fasting blood glucose) adalah pemeriksaan gula
darah terhadap seseorang yang telah dipuasakan semalaman. Nilai
normal untuk dewasa adalah 70-110 mg/dL. Seseorang dinyatakan
diabetes melitus apabila kadar glukosa darah puasanya lebih dari 126
mg/dL. Sedangkan kadar glukosa darah puasa di antara 110 dan 126
mg/dL menunjukkan gangguan pada toleransi glukosa.
b. Glukosa darah sewaktu atau glukosa darah 2 jam postprandial (2
jam setelah makan) adalah pemeriksaan gula darah terhadap seseorang
yang tidak dipuasakan terlebih dahulu. Seseorang dinyatakan diabetes
melitus apabila kadar glukosa darah sewaktunya lebih dari 200 mg/dL.
Di antaranya dinyatakan mengalami gangguan toleransi glukosa.
c. Glycosylated hemoglobin (HbA1c) adalah pemeriksaan penunjang
diabetes melitus yang ditujukan untuk menilai kontrol glikemik seorang
pasien. HbA1c ini menunjukkan kadar glukosa dalam 3 bulan terakhir,
karena sesuai dengan umur eritrosit (sel darah merah) yaitu 90-120 hari.
Nilai HbA1c yang baik adalah 4-6%. Nilai 6-8% menunjukkan kontrol
glikemik sedang; dan lebih dari 8%-10% menunjukkan kontrol yang
buruk
Salah satu pertahanan terbesar tubuh terhadap kecemasan kronis adalah memicu
respon relaksasi tubuh. Saat kamu memicu respons fisiologis ini, ketegangan otot
berkurang, detak jantung melambat, tekanan darah menurun, dan kadar hormon
stres turun. Coba lakukan teknik relaksasi setidaknya selama 10 menit setiap pagi.
Kamu bisa melakukannya dengan mengambil napas dalam-dalam dan
menghembuskannya perlahan atau mendengarkan lagu-lagu lembut.
Melakukan teknik pernapasan sering dijadikan solusi terbaik. Pasalnya, orang
yang gelisah dan stres biasanya punya napas yang dangkal. Padahal, pikiran yang
penuh kecemasan dan ketegangan terasa lebih buruk ketika tubuh tidak
teroksigenasi dengan baik. Menahan napas dan bernapas dengan dangkal juga
berkontribusi terhadap ketegangan otot yang parah. Nah, cara untuk
meredakannya adalah kamu bisa melakukan teknik bernapas "4-6-8" di sela-sela
waktu.
Caranya, tarik napas melalui hidung selama 4 hitungan, tahan selama 6 hitungan,
dan tarik napas melalui mulut selama 8 hitungan, dan rasakan tubuh menjadi
rileks.
Kalau kecemasan yang kamu alami disebabkan oleh masalah yang sedang
dihadapi, cobalah untuk menanganinya satu persatu. Ketika kamu mencoba
memikirkan semuanya, semua hal yang mengkhawatirkan ini bisa membuat tubuh
lebih sulit untuk pulih akibat hormon stres dan ketegangan otot naik terus
menerus. Coba tetapkan setiap hari untuk memikirkan dan menuliskan
kekhawatiran yang kamu alami.
Kecemasan terkadang juga bisa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Jika
kamu suka begadang dan konsumsi kafein, perbaiki kebiasaan tersebut mulai
sekarang. Biasakan untuk tidur setidaknya 8 jam sehari. Selain cukup tidur,
olahraga mampu menyembuhkan otak yang cemas dan melepaskan ketegangan
fisik dari kekhawatiran. Lakukan olahraga, setidaknya 20-30 menit setiap hari.
Kamu juga perlu menjauhi makanan olahan, alkohol, dan makanan tinggi gula.
Otak sangat peka terhadap jenis bahan bakar yang diberikan. Untuk itu, pilihlah
makanan yang sehat untuk memberikan bahan bakar terbaik bagi otak. Kamu juga
perlu mengatur asupan kafein agar jumlahnya tidak berlebihan. Hentikan semua
sumber kafein, termasuk cokelat secara bertahap.
4. Minta Bantuan
Jika kecemasan yang kamu alami memengaruhi kehidupan atau hubungan kamu
dengan orang-orang, jangan berpikir untuk mengatasinya sendiri. Temui dokter
untuk menilai apakah kecemasan yang dialami disebabkan oleh kondisi medis
tertentu. Jika ini murni psikologis, perawatan konseling, seperti terapi perilaku
kognitif dapat sangat membantu.
6. Gunakan aromaterapi
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengorganisasian
B. Kesesuaian Pelaksanaan
1. Hari/ tanggal Pelaksanaan : Kamis, 15 Oktober 2020
2. Jumlah Peserta : 1orang
3. Tempat Pelaksanaan : Zoom Meeting
4. Waktu Pelaksanaan : 11.00 WITA – 11.30 WITA
C. Sasaran
1. Moderator
Pembukaan ( 3 Menit )
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam. √
2) Memperkenalkan diri dan anggota kelompok.
3) Menentukan kontrak waktu. √
4) Menyepakati bahasa yang akan digunakan
5) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan √
6) Menyebutkan materi yang akan diberikan
2. Penyuluh/Penyaji Materi
Pelaksanaan ( 7 Menit )
1) Menggali pengetahuan peserta mengenai
2) Penyampaian materi: √
4. Pengertian diabetes melitus √
5. Pengertian perawatan diabetes melitus √
6. Tujuan perawatan kaki diabetes melitus √
7. Bahaya jika tidak dirawat √
8. Cara perawatan kaki diabetes mellitus di rumah √
9. Langkah-langkah perawatan √
10. Cara mengurangi kecemasan √
3. Moderator
Diskusi ( 5menit )
1) Memimpin jalannya diskusi ( Tanya jawab )
1. Melakukan Tanya jawab √
2. Memberi kesempatan peserta untuk bertanya √
Evaluasi (5 menit)
a) Mengevaluasi pemahaman peserta dengan bertanya √
kembali tentang materi yang telah diberikan
b) Memberi reinforcement kepada peserta yang √
dapatmenjawab pertanyaan
c) Menyimpulkan materi penyuluhan. √
√
2) Menutupkan acara
4. Fasilitator
1) Mendorong peserta penyuluhan untuk tidak malu
bertanya √
2) Menyampaikan pertanyaan peserta penyuluhan ke
moderator √
3) Menstimulasi peserta yang tidak aktif
√
Observer
1) Mencatat pertanyaan peserta penyuluhan √
2) Melakukan absensi peserta penyuluhan √
3) Mengamati dan menilai proses jalannya penyuluhan √
untuk evaluasi
4) Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan √
5) Mendokumentasikan berupa foto dan video √
8. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan SAP dan materi. √
2) Kesiapan media: Leaflet √
3) Peserta hadir di Zoom Meeting penyuluhan tepat √
waktu.
4) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Room √
Zoom Meeting
5) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan √
dilakukan sebelumnya
9. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan
pembelajaran dapat tercapai √
2) Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan. √
3) Peserta mengikuti jalannya kegiatan sampai selesai √
4) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab √
pertanyaan secara benar
5) Peserta yang diberikaan penyuluhan sesuai target √
6) Penyaji menyampaikan materi dengan jelas sehingga √
peserta lebih mudah dalam memahami isi dari
penyuluhan kesehatan yang diberikan penyuluh
10. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mampu menyebutkan :
1. Kenapa pasien dengan ulkus diminta untuk √
mengeringkan dibagian sela-sela kaki √
2. Sebutkan cara mengatasi / mengurangi kecemasan
3. Kenapa harus memeriksakan alas kaki sebelum
dipakai
Jawaban pasien
1. Kenapa pasien dengan ulkus diminta untuk mengeringkan dibagian sela-
sela kaki