Makalah Boolean

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

LOGIKA INFORMATIKA

PERTEMUAN 2 ( ALJABAR BOOLEAN)

DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Eka Fitrajaya Rahman, M.T.

NAMA : MUHAMMAD AZAR NUZY


NIM : 2004191
JURUSAN : ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BANDUNG
2020
Sistem Aljabar Boolean
Di dalam matematika dan matematika logika, aljabar boolean adalah cabang
dari aljabar dimana nilainya terdiri dari variabel berupa nilai true and false, yang
biasanya dinotasikan dengan 1 dan 0. Aljabar boolean ini pertama kali
dikemukakan oleh seorang matematikawan Inggris, George Boole, pada buku
pertamanya yang berjudul The Mathematical Analysis of Logic (1847) dan juga
tertera pada bukunya yang berjudul An Investigation of The Laws of Thought
(1854). Boole melihat bahwa himpunan dan logika proposisi atau logika yang
hanya memiliki nilai benar atau salah saja yang digunakan dalam penalaran.
Aljabar boolean ini telah menjadi dasar teknologi komputer digital karena
rangkaian pensaklaran, rangkaian digital, dan rangkaian IC ( integrated circuit )
komputer.

Aljabar boolean, adalah sistem aljabar himpunan atau proposisi yang


memenuhi aturan-aturan ekuivalen logis. Dalam pengertian lain Aljabar boolean
adalah aljabar Matematika yang hanya memiliki 2 bilangan yaitu 0 dan 1
(bilangan biner). Elemen 0 dan 1 adalah dua elemen unik, secara umum elemen 0
disebut dengan elemen zero, sedangkan elemen 1 disebut elemen unit. Operasi
dasar pada aljabar boolean adalah sebagai berikut:

1. And (conjunction), dilambangkan dengan ∧, operasi x ∧ y = 1 memenuhi jika


x = y = 1 atau x ∧ y = 0.
2. Or (disjunction), dilambangkan dengan ∨, operasi x ∨ y = 0 memenuhi jika x
= y = 0 atau x ∨ y = 1.
3. Not (negation), dilambangkan dengan ¬, opersi ¬x = 0 jika x = 1 dan ¬x = 1
jika x = 0.

Operasi dasar tersebut dapat juga dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
0 0 0 0
0 1

1 0 0 1

0 1 0 1 1 0

1 1 1 1

Terdapat perbedaan antara aljabar boolean dengan aljabar biasa untuk


aritmatika bilangan riil. Pada aljabar boolean notasi tanda petika tunggal (‘)
digunakan unutk menyatakan komplemen. Pada sebagian buku menggunakan
notasi garis atas (−) untuk menyatakan komplemen.

1. Hukum distributif yang pertama, a ∙ ( b + c ) = ( a ∙ b ) + ( a ∙ c ), sudah


dikenal di dalam aljabar biasa, tetapi hukum distributif yang kedua, a + ( b ∙
c ) = ( a + b ) ∙ ( a + c ), benar untuk aljabar boolean, tetapi salah pada aljabar
biasa
2. Aljabar boolean tidak memiliki kebalikan perkalian ( multiplicative inverse )
dan kebalikan penjumlahan, karena itu, tidak ada operasi pembagian dan
pengurangan di dalam aljabar boolean.
3. Aljabar biasa memperlakukan himpunan bilangan riil dengan elemen yang
tidak berhingga banyaknya. Sedangkan aljabar boolean memperlakukan
himpunan suatu elemen yang sampai sekarang belum didefinisikan, tetapi
pada aljabar boolean elemen pada himpunan tersebut hanya mempunyai dua
nilai 0 dan 1.

Pada aljabar boolean ini seetiap himpunan anggota S atau setiap elemen a,b,
dan c dari S memenuhi aksioma berikut:

1. Tertutup : (i) a + b ∈ B
(ii) a ⋅ b ∈ B
2. Asosiatif : (i) a + ( b + c ) + c = ( a + b ) + c
(ii) a ⋅ ( b ⋅ c ) = ( a ⋅ b ) ⋅ c
3. Identitas : (i) a + 0 = a
(ii) a ⋅ 1 = a
4. Komutatif : (i) a + b = b + a
(ii) a ⋅ b = b ⋅ a
5. Distributif : (i) a ⋅ (b + c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c)
(ii) a + (b ⋅ c) = (a + b) ⋅ (a + c)
6. Komplemen1 : (i) a + a’ = 1
(ii) a ⋅ a’ = 0

Berikut merupakan hukum-hukum yang terdapat di dalam aljabar boolean :

1. Hukum identitas 2. Hukum idempotent


(i) a + 0 = a (i) a + a = a
(ii) a . 1 = a (ii) a . a = a
3. Hukum komplemen 4. Hukum dominansi
(i) a + a’ = 1 (i) a . 0 = 0
(ii) a . a’ = 0 (ii) a + 1 = 1
5. Hukum involusi 6. Hukum penyerapan
(i) (a’)’ = a (i) a + ab = a
(ii) a(a + b) = a
7. Hukum komutatif 8. Hukum asosiatif
(i) a + b = b + a (i) a + (b + c) = (a + b) + c
(ii) ab = ba (ii) a (b c) = (a b) c
9. Hukum distributif 10. Hukum De Morgan
(i) a + (b c) = (a +b) (a +c) (i) (a + b)’ = a’ b’
(ii) a (b + c) = a b + a c (ii) (a b)’ = a’ + b’
11. Hukum 0/1
(i) 0’ = 1
(ii) 1’ = 0
Fungsi Boolean (fungsi biner) adalah pemetaan dari Bn ke B. Dengan
bentuk Boolean, kita dapat menuliskannya sebagai f : Bn → B, dimana Bn
adalah himpunan yang beranggotakan pasangan terurut ganda-n di dalam
daerah asal B.
Setiap bentuk Boolean merupakan fungsi Boolean. Misalkan sebuah
fungsi Boolean adalah f(x, y, z) = xyz + x’y + y’z. Fungsi f memetakan nilai-
nilai pasangan terurut ganda-3 (x, y, z) ke himpunan {0, 1}.
Contoh:
(1, 0, 1) yang berarti x = 1, y = 0, dan z = 1 sehingga
f (1, 0, 1) = 1 ⋅ 0 ⋅ 1 + 1’ ⋅ 0 + 0’⋅ 1
=0+0+1
=1
Selain secara aljabar, fungsi Boolean juga dapat dinyatakan dengan
tabel kebenaran dan dengan rangkaian logika. Jika fungsi Boolean dinyatakan
dengan tabel kebenaran, maka untuk fungsi Boolean dengan n buah peubah,
kombinasi dari nilai-nilai peubahnya adalah sebanyak 2n. Ini berarti terdapat
2n bris yang berbeda didalam tabel kebenaran tersebut. Misalkan n=3, maka
akan terdapat 23=8 baris tabel. Cara yang praktis membuat semua kombinasi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk peubah pertama, isi 4 baris pertama pada kolom pertama dengan
sebuah 0 dan 4 baris selanjutnya dengan sebuah 1 berturut-turut.
2. Untuk peubah kedua, isi 2 baris berikutnya dengan 0 lagi, dan 2 baris
terakhir dengan 1.
3. Untuk peubah ketiga, isi kolom ketiga secara berselang seling dengan 0
dan 1 mulai baris pertama sampai baris terakhir.

Prinsip Dualitas
Di dalam Aljabar Boolean banyak ditemukan kesamaan (identity)
yang dapat diperoleh dari kesamaan lainnya, misalnya pada dua aksioma
distributive yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu:
(i) a ( b+ c )=ab+ ac
(ii) a+ bc=( a+b ) (a+ c)
Aksioma yang kedua diperoleh dari aksioma pertama dengan cara
mengganti . dengan + dan mengganti + dengan . Prinsip ini dikenal dengan
prinsip dualitas, prinsip yang juga kita temukan di dalam teori himpunan
maupun logika. Definisi prinsip dualitas di dalam Aljabar Boolean adalah
sebagai berikut.
“Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam Aljabar Boolean yang
melibatkan operator +, ⋅ , dan komplemen, maka jika pernyataan S’ diperoleh
dari S dengan cara mengganti :
⋅ dengan +
+ dengan ⋅
0 dengan 1
1 dengan 0
Dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya maka
kesamaan S’ juga benar. S’ disebut dual dari S.Teorema Untuk setiap elemen a
pada S berlaku :
1. a + a = a dan a . a = a
2. a + 1 = 1 dan a . 0 = 0
3. a + a.b = a dan a . ( a + b ) = a
4. ( a . b )’ = a’ + b ‘ dan ( a + b )’ = a’ . b ‘
5. 0’ = 1 dan 1’ = 0

Bukti:
(1i) a + 0 = a + (aa’) (Hukum komplemen)
= (a + a) (a + a’) (Hukum distributif)
= a (a + a’) (Hukum idempoten)
=a.1 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(1ii) a . 1 = a . (a + a’) (Hukum komplemen)
= aa + aa’ (Hukum distributif)
= a + aa’ (Hukum idempoten)
=a+0 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(1ii) adalah dual dari (1i)

(2i) a + a = (a + a) (1) (Hukum identitas)


= (a + a) (a + a’) (Hukum komplemen)
= a (a + a’) (Hukum distributif)
=a.1 (Hukum komplemen)
=a (Hukum identitas)
(2ii) a a = a a + 0 (Hukum identitas)
= a a + a a’ (Hukum komplemen)
= a (a + a’) (Hukum distributif)
=a.1 (Hukum komplemen)
=1 (Hukum identitas)
(2ii) adalah dual dari (2i)

(3i) a + a’ = (a’ . a)’ (Hukum De Morgan)


= 0’ (Hukum komplemen)
=1 (Hukum 0/1)
(3ii) a a’ = (a’ + a)’ (Hukum De Morgan)
= 1’ (Hukum komplemen)
=0 (Hukum 0/1)
(3ii) adalah dualiitas dari (3i)

(4i) a + 1 = a + (a + a’) (Hukum komplemen)


= (a + a) + a’ (Hukum asosiatif)
= a + a’ (Hukum idempoten)
=1 (Hukum komplemen)
(4ii) a . 0 = a (a a’) (Hukum komplemen)
= (a a) a’ (Hukum asosiatif)
= a a’ (Hukum idempoten)
=0 (Hukum komplemen)
(4ii) adalah dualitas dari (4i)

(5i) (a’)’ = (a’ . 1)’ (Hukum identitas)


= a + 1’ (Hukum De Morgan)
=a+0 (Hukum 0/1)
=a (Hukum identitas)

(6i) a + ab = a . 1 + a . b (Hukum identitas)


= a (1 + b) (Hukum distributif)
=a.1 (Hukum dominansi)
=a (Hukum identitas)
(6ii) a (a + b) = (a + 0) (a + b) (Hukum identitas)
= a + (0 . b) (Hukum distributif)
=a+0 (Hukum dominansi)
=a (Hukum identitas)
(6ii) adalah dualitas dari (6i)

(7i) a + b = a . 1 + b . 1 (Hukum identitas)


= 1 (a + b) (Hukum distributif)
= (b + 1) (a + b) (Hukum dominansi)
= b + (a . 1) (Hukum distributif)
=b+a (Hukum identitas)
(7ii)ab = (a + 0) . (b + 0) (Hukum identitas)
= 0 + (ab) (Hukum distributif)
= (b .0) + (a . b) (Hukum dominansi)
= b (a + 0) (Hukum distributif)
= ba (Hukum identitas)
(7ii) adalah dualitas dari (7i)

(10i) (ab)’ = a’ + b’
Diketahui : (ab) (ab)’ = 0
Perlihatkan : (ab) (a’ + b’) = 0
Bukti:
(ab) (a’ + b’) = ab a’ + ab b’ (Hukum distributif)
=0.b+a.0 (Hukum komplemen)
=0+0 (Hukum dominansi)
=0 (Hukum identitas)
(10ii) (a + b)’ = a’ . b’
Diketahui : (a + b) + (a + b)’ = 1
Perlihatkan : (a + b) + (a’ b’) = 1
Bukti:
(a + b) + (a’b’) = (a + b + a’) (a + b + b’) (Hukum distributif)
= (1 + b) + (a +1) (Hukum komplemen)
= (1 + 1) (Hukum dominansi)
=1 (Hukum identitas)
(10ii) adalah dualitas dari (10i)

Aturan Lebih Kecil daripada

Aturan <= ( lebih kecil daripada) didefinisikan dengan x dan y adalah elemen-elemen
dari aljabar Boolean.

 Dinyatakan bahwa: x lebih kecil daripada y (x <= y) jika dan hanya jika x + y
= y.
1. Jika ( x <= y ) dan ( y <= x ) , maka x = y
Bukti :
Jika ( x <= y ) , maka x + y = y

Jika ( y <= x ) , maka y + x = x , dengan aksioma komutatif x + y = x


sehingga x = y ( terbukti )
2. Jika ( x <= y ) dan ( y <= z ), maka ( x <= z )
Bukti :
Jika ( x <= y ) , maka x + y = y

Jika ( y <= z ) , maka y + z = z


x + z = x + (y + z ) = ( x + y ) + z
=y+z
= z , sehingga ( x <= z ) ( terbukti )

Anda mungkin juga menyukai