1289 2533 1 PB PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

77 M. Indica et al.

/ Maspari Journal 02 (2011) 77-82

Maspari Journal 02 (2011) 77-81

http://masparijournal.blogspot.com

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik


Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Mangifera Indica, T Zia Ulqodry, Muhammad Hendri


Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA Universitas Sriwijaya, Indralaya Indonesia

Received 07 Agustus 2010; received in revised form 19 Agustus 2010; accepted 02 September 2010

ABSTRACTS

The research about Changing of Mangrove Area by Using Remote Sensing in Sembilang National
Park, South Sumatera, had been conducted on October 2009 until Januari 2010. The aim of the
researches was to know the changing of mangrove in 2003-2009 period by using images data Landsat-
7 ETM+ and SPOT 2 2009. Monitoring of condition mangrove in the field, used quadrat plot which the
sizes 30 x 30 m and processing of images used algorithm NDVI (Normalize Difference Vegetation
Index) with supervised classification. The result of the research showed that mangrove area in 2003
was about 91.679,45 ha, area mangrove in 2009 have decreased becoming 83.447,23 ha. Changing of
mangrove area for 6 years (2003-2009) was 8.232, 29 ha or around 9,86%. Mangrove density in 2003
consist of rare mangrove (11.079,36 ha), medium mangrove (31.441,61 ha), and dense mangrove
(49.158,48 ha). Mangrove density in 2009 in 2009 had changed for each classes were, 10.695 ha,
28.545,16 ha and 44.206,53 ha for rare, medium, dense mangrove respectively. The compotition of
true mangrove vegetation consisted of four families and twelve species which dominated by genus of
Avicenia, Ceriops, Sonneratia, and, Xylocarpus.

Key Words : Mangrove, Remote Sensing, Landsat-7 ETM+, SPOT 2, Sembilang National Park.

ABSTRAK

Penelitian tentang Perubahan Luasan Mangrove dengan menggunakan Penginderaan Jauh di


Taman Nasional Sembilang Sumatera Selatan, telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai
dengan bulan Januari 2010. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perubahan luasan mangrove
periode 2003-2009 dengan memanfaatkan data citra Landsat-7 ETM+ 2003 dan SPOT 2 2009.
Pengamatan kondisi mangrove di lapangan dengan menggunakan metode plot kuadrat berukuran 30
x 30 m dan pengolahan pada citra menggunakan analisis NDVI (Normalize Differencce Vegetation
Index) dengan klasifikasi supervised. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa luasan mangrove pada
tahun 2003 sebesar 91.679,45 ha dan luasan mangrove pada tahun 2009 berkurang menjadi
83.447,23 ha atau sekitar 9,86 %. Perubahan luasan mangrove dalam kurun waktu 6 tahun (2003-
2009) sebesar 8.232,66 ha. Kerapatan Mangrove pada tahun 2003 terdiri dari mangrove jarang
seluas 11.079, 36 ha, mangrove sedang seluas 31.441,61 ha, dan mangrove rapat seluas 49.158,48.
Kerapatan mangrove tahun 2009 mengalami perubahan pada tiap kelas mangrove yaitu mangrove
jarang seluas 10.695,10 ha, mangrove sedang seluas 28.545,16 ha serta mangrove rapat seluas
44.206,53 ha. Komposisi vegetasi mangrove sejati terdiri dari empat famili dan dua belas spesies
yang didominasi oleh genus Avicenia, Bruguiera, Ceriops, Sonneratia, dan Xylocarpus.

Kata Kunci : Mangrove, Penginderaan Jauh, Landsat-7 ETM+, SPOT 2, TN.Sembilang.

Corresponden number: Tel. +62711581118; Fax. +62711581118


E-mail address: [email protected]
Copy right © 2011 by PS Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI, ISSN: 2087-0558
78 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-82

I. PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan dua metode.


Pengolahan citra menggunakan metode
Mangrove merupakan ekosistem algorithma NDVI dan pengolahan lapangan
peralihan antara darat dan laut yang menggunakan metode line transect dimana
mempunyai peran unik dan rentan terhadap penentuan stasiun dengan memilih daerah
lingkungan serta tidak dapat tergantikan oleh yang mewakili lokasi penelitian di kawasan
ekosistem hutan hutan (Dahuri, 2003). Salah Taman Nasional Sembilang.
satu wilayah di provinsi Sumatera Selatan yang
memiliki kawasan Mangrove adalah Taman III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nasional Sembilang (TN. Sembilang).
Salah satu metoda yang digunakan Klasifikasi Bentuk Lahan TN. Sembilang Tahun
untuk mengetahui informasi mengenai luasan 2003
mangrove adalah dengan sistem penginderaan Hasil bentuk lahan dari klasifikasi citra
jauh. Penginderaan jauh didefinisikan sebagai Landsat-7 ETM+ tahun 2003 di kawasan TN.
ilmu atau seni untuk memperoleh informasi Sembilang terbagi menjadi 6 kelas yaitu :
atau data mengenai kondisi fisik suatu benda Mangrove, Hutan Primer, Kebun, Semak,
atau obyek maupun daerah dan fenomena Tambak, dan Lahan Gambut yang dapat kita
tanpa adanya kontak langsung dengan benda lihat pada Tabel 1.
tersebut (Lillesand and Kiefer, 1990).
Penelitian ini bertujuan untuk Tabel 1. Luas Kelas Perubahan Lahan TN.
mengetahui kondisi dan perubahan luasan Sembilang Tahun 2003
vegetasi mangrove di kawasan Taman Nasional
Sembilang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi No. Kategori Kelas 2003
Sumatera Selatan dengan memanfaatkan data Ha %
satelit citra Landsat-7 ETM+ Tahun 2003 dan
1 Mangrove 91.679,45 45,33
SPOT 2 Tahun 2009.
2 Hutan Primer 47.899,49 23,68
Informasi atau gambaran terkini
3 Kebun 299,61 0,15
mengenai luasan mangrove di Pesisir Timur
4 Semak 47.715,73 23,59
Sumatera Selatan, Taman Nasional Sembilang,
5 Tambak 1.673,98 0,83
Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera
Selatan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu 6 Lahan Gambut 5.316,25 2,63
7 Perairan 7.668,74 3,79
dasar dalam evaluasi dan penyusunan strategi
pengelolaan mangrove di kawasan ini
Total 202.253,25 100
selanjutnya.
Hasil klasifiksi penutupan lahan
II. METODOLOGI menunjukkan luasan mangrove di Tahun 2003
sebesar 91.679,45 ha (Gambar 1) Gambaran
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan kerapatan mangrove dianalisa dengan
Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari mengguanakan analisa NDVI. NDVI
2010 di Taman Nasional Sembilang Kabupaten merupakan suatu formula yang sering dipakai
Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. karena dapat membedakan vegetasi homogen
Data didapatkan dari pengolahan citra dengan non vegetasi. Rumus yang digunakan
Landsat-7 ETM+ Tahun 2003 dan SPOT 2 hanyalah perbandingan band merah dengan
Tahun 2009 kemudian dilakukan Ground Truth band inframerah dekat. Pada citra Landsat
atau pengamatan yang dilakukan di lapangan band yang digunakan yaitu band 4 dengan
sebanyak empat stasiun yang mewakili lokasi band 3. Kerapatan dibagi menjadi tiga kelas
penelitian di kawasan Taman Nasional yaitu kelas jarang, kelas sedang, dan kelas lebat
Sembilang.
79 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-81

yang diasumsikan dapat mewakili mangrove Klasifikasi ini menggunakan klasifikasi


sejati di daerah Taman Nasional Sembilang. terbimbing dan didapat 6 klasifiksi kelas yang
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Kelas Perubahan Lahan TN.


Sembilang Tahun 2009

2009
No. Kategori Kelas Ha %

1 Mangrove 83.447,23 41,28


2 Hutan Primer 43.841,16 21,69
3 Kebun 7.770 3.67
Gambar 1. Peta Bentuk Lahan TN.Sembilang
4 Semak 50.131,30 25
dan Sekitarnya Tahun 2003
5 Tambak 1.626,5 0,80
Hasil luasan kerapatan mangrove pada 6 Lahan Gambut 5.773,01 2,85
Tahun 2003 menunjukkan bahwa distribusi 7 Perairan 9.523 4,71
kerapatan mangrove masih dalam kondisi baik
Total 202.111,81 100
dan belum banyak terkonversi akibat aktivitas
dari penduduk. Kerapatan Mangrove dapat
kita lihat pada Gambar 2 dan Tabel 2 dibawah Hasil mengenai perubahan lahan pada
ini. Tahun 2009 dapat dilihat dari gambar layout
dibawah ini (Gambar 3). Klasifikasi ini
didapatkan dari klasifikasi terbimbing pada
citra SPOT komposit 321 berdasarkan
kenampakan secara visual dan informasi-
informasi lainnya. Dari gabungan komposit
band ini terlihat warna merah pada vegetasi
sangat tampak mulai dari merah terang sampai
merah gelap, sedangkan untuk obyek lain
Gambar 2. Peta Kerapatan Mangrove TN. ditampilkan warna yang berbeda.
Sembilang Tahun 2003 Hasil analisa Citra
Landsat-7

Tabel 2. Luas kerapatan mangrove tahun 2003


2003
No. Kategori
Ha %
1 Mangrove Jarang 12,08
11.079,36
2 Mangrove Sedang 31.441,61 34,30
3 Mangrove Rapat 49.158,48 53,62

Total 91.679,45 91.679,45 100

Klasifikasi Bentuk Lahan TN. Sembilang Tahun Gambar 3. Peta Kerapatan Mangrove TN.
2009 Sembilang Tahun 2009 Hasil Analisis Citra
Klasifikasi bentuk lahan di kawasan SPOT
TN. Sembilang ini menggunakan citra SPOT 2.
80 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-81

Pada citra SPOT band yang digunakan dibukanya kawasan ini menjadi kawasan
pada analisis algoritma NDVI yaitu band 3 Taman Nasional, banyak luasan mangrove dari
dengan band 2 (Tabel 4). Kerapatan dibagi tahun ke tahun berkurang. Hal ini mungkin
menjadi tiga kelas yaitu kelas jarang, kelas disebabkan aktifitas penduduk seperti
sedang, dan kelas lebat yang diasumsikan penebangan hutan, pemanfaatan hutan
dapat mewakili mangrove di daerah Taman mangrove untuk kegiatan pertanian serta
Nasional Sembilang. kawasan ini juga mengalami pengurangan
lahan akibat dibangunnya pelabuhan Tanjung
Tabel 4. Luas Kerapatan Mangrove Tahun Api-api.
2009

No Kategori 2009 Analisis Perubahan Luas Mangrove Berdasarkan


Ha % Citra Landsat dan SPOT2
1. Mangrove Jarang 10.695,10 12,8
Berdasarkan hasil pengolahan data
2. Mangrove Sedang 28.545,16 34,20
citra Landsat-7 ETM+ tahun 2003 dan SPOT 2
3. Mangrove Lebat 44.206,53 53,00
tahun 2009 menunjukkan adanya
Total 83.447,23 100 pengurangan luas mangrove. Luas dan grafik
kerapatan mangrove yang didapat dari
algorthma NDVI periode 2003-2009 disajikan
Pada lokasi penelitian ini, mangrove pada Gambar 4 dan Tabel 6.
jarang ditemui di stasiun I, hal ini diasumsikan
bahwa pada stasiun ini telah banyak dilakukan
kegiatan pertambakkan sehingga mangrove
tidak lagi tumbuh dengan baik. Pada stasiun II
dan IV, banyak ditemui mangrove sedang dan
pada stasiun III, mangrove lebat banyak
terdapat pada stasiun ini. Hal ini disebabkan
karena pada Pulau Alagantang(Stasiun III)
masih alami, belum banyak aktivitas
penduduk dilakukan pada stasiun ini.
Indeks nilai kerapatan pada citra tahun
2009 dinyatakan banyak mengalami
kemunduran bila dibandingkan dengan 6 Gambar 4. Peta Perubahan Mangrove Periode
tahun yang silam (pada tahun 2003) pada saat 2003-2009

Tabel 6. Luas Kerapatan Mangrove Tahun 2003-2009


No. Kategori 2003 2009 Pengurangan
Ha % Ha % 2003-2009
1 Mangrove Jarang 11.079,36 12,08 10.695,10 12,8 384,26

2 Mangrove Sedang 31.441,61 34,31 28.545,16 34,20 2.896,45


3 Mangrove Lebat 49.158,48 54,03 44.206,53 53,00 4.951,95
Total 91.679,45 100 83.447,23 100
Perubahan ekosistem mangrove di perubahan luasan tahun 2009. Gambar ini juga
kawasan TN. Sembilang juga dapat kita lihat menunjukkan informasi mengenai perubahan
pada Gambar 5. Dimana citra hasil perubahan luasan ekosistem mangrove di kawasan TN.
luasan tahun 2003 dioverlay dengan citra hasil Sembilang, luasan mangrove pada tahun 2003
81 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-81

sebesar 91.679,45 ha dan pada tahun 2009 umum ditemukan empat famili dan dua
berubah menjadi sebesar 83.447,23 ha. belas spesies yaitu : Avicenia sp. Rhizophora
Perubahan luasan mangrove dari tahun 2003 ke sp, Bruguiera sp, Ceriops sp, Sonneratia sp,
tahun 2009 mengalami pengurangan sebesar Xylocarpus sp.
8.232,29 ha atau sebesar 9.86 %. 2. Hasil Pengolahan Citra menunjukkan
Banyak sekali perubahan lahan yang kondisi total luas mangrove
terjadi selama 6 tahun terakhir ini, mangrove mengalami penyusutan dalam kurun
berubah menjadi tambak, semak, lahan gambut waktu 6 tahun (2003-2009) sebesar 8.232,29
dan masih banyak juga lahan mangrove yang ha atau sekitar 9,86%.
tetap terjaga kelestariannya, hal ini dapat kita 3. Komposisi kerapatan mangrove juga
lihat pada gambar dimana kawasan ekosistem mengalami pengurangan luasan selama 6
mangrove tetap ekosistem mangrove namun tahun. Pada kerapatan mangrove rapat,
sangat sedikit sekali reboisasi yang merupakan kelas yang paling tinggi
dilaksanakan oleh pemerintah dan warga mengalami pengurangan luasan sebesar
setempat. 4.951,95 ha, sedangkan kerapatan
Tabel 5 menunjukkan penurunan mangrove sedang mengalami
luasan kerapatan mangrove selama 6 tahun pengurangan luasan sebesar 2.896,45 ha.
terakhir ini. Tiap kelas dari kerapatan Kerapatan mangrove jarang juga
mangrove mengalami pengurangan luasan. mengalami pengurangan luasan sebesar
Pada kerapatan mangrove rapat, merupakan 384,26 ha.
kelas yang paling tinggi mengalami
pengurangan luasan sebesar 4.951,95 ha, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan kerapatan mangrove sedang
mengalami pengurangan luasan sebesar Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut:
2.896,45 ha. Kerapatan mangrove jarang juga Aset Pembangunan Berkelanjutan
mengalami pengurangan luasan sebesar 384,26 Indonesia. Gramedia. Jakarta.
ha.
Lillesand, T.M. and Kiefer. 1990. Penginderaan
Jauh dan Interprestasi Citra. Alih bahasa :
IV. KESIMPULAN Dulbahri, P., Suharsono, Hartono,

1. Secara umum kondisi mangrove di Taman Suharyadi. Gajah Mada University Press:
Nasional Sembilang didominasi secara Yogyakarta. 725 hal.
77 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-82

Maspari Journal 02 (2011) 77-81

http://masparijournal.blogspot.com

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik


Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Mangifera Indica, T Zia Ulqodry, Muhammad Hendri


Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA Universitas Sriwijaya, Indralaya Indonesia

Received 07 Agustus 2010; received in revised form 19 Agustus 2010; accepted 02 September 2010

ABSTRACTS

The research about Changing of Mangrove Area by Using Remote Sensing in Sembilang National
Park, South Sumatera, had been conducted on October 2009 until Januari 2010. The aim of the
researches was to know the changing of mangrove in 2003-2009 period by using images data Landsat-
7 ETM+ and SPOT 2 2009. Monitoring of condition mangrove in the field, used quadrat plot which the
sizes 30 x 30 m and processing of images used algorithm NDVI (Normalize Difference Vegetation
Index) with supervised classification. The result of the research showed that mangrove area in 2003
was about 91.679,45 ha, area mangrove in 2009 have decreased becoming 83.447,23 ha. Changing of
mangrove area for 6 years (2003-2009) was 8.232, 29 ha or around 9,86%. Mangrove density in 2003
consist of rare mangrove (11.079,36 ha), medium mangrove (31.441,61 ha), and dense mangrove
(49.158,48 ha). Mangrove density in 2009 in 2009 had changed for each classes were, 10.695 ha,
28.545,16 ha and 44.206,53 ha for rare, medium, dense mangrove respectively. The compotition of
true mangrove vegetation consisted of four families and twelve species which dominated by genus of
Avicenia, Ceriops, Sonneratia, and, Xylocarpus.

Key Words : Mangrove, Remote Sensing, Landsat-7 ETM+, SPOT 2, Sembilang National Park.

ABSTRAK

Penelitian tentang Perubahan Luasan Mangrove dengan menggunakan Penginderaan Jauh di


Taman Nasional Sembilang Sumatera Selatan, telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai
dengan bulan Januari 2010. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui perubahan luasan mangrove
periode 2003-2009 dengan memanfaatkan data citra Landsat-7 ETM+ 2003 dan SPOT 2 2009.
Pengamatan kondisi mangrove di lapangan dengan menggunakan metode plot kuadrat berukuran 30
x 30 m dan pengolahan pada citra menggunakan analisis NDVI (Normalize Differencce Vegetation
Index) dengan klasifikasi supervised. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa luasan mangrove pada
tahun 2003 sebesar 91.679,45 ha dan luasan mangrove pada tahun 2009 berkurang menjadi
83.447,23 ha atau sekitar 9,86 %. Perubahan luasan mangrove dalam kurun waktu 6 tahun (2003-
2009) sebesar 8.232,66 ha. Kerapatan Mangrove pada tahun 2003 terdiri dari mangrove jarang
seluas 11.079, 36 ha, mangrove sedang seluas 31.441,61 ha, dan mangrove rapat seluas 49.158,48.
Kerapatan mangrove tahun 2009 mengalami perubahan pada tiap kelas mangrove yaitu mangrove
jarang seluas 10.695,10 ha, mangrove sedang seluas 28.545,16 ha serta mangrove rapat seluas
44.206,53 ha. Komposisi vegetasi mangrove sejati terdiri dari empat famili dan dua belas spesies
yang didominasi oleh genus Avicenia, Bruguiera, Ceriops, Sonneratia, dan Xylocarpus.

Kata Kunci : Mangrove, Penginderaan Jauh, Landsat-7 ETM+, SPOT 2, TN.Sembilang.

Corresponden number: Tel. +62711581118; Fax. +62711581118


E-mail address: [email protected]
Copy right © 2011 by PS Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI, ISSN: 2087-0558
78 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-82

I. PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan dua metode.


Pengolahan citra menggunakan metode
Mangrove merupakan ekosistem algorithma NDVI dan pengolahan lapangan
peralihan antara darat dan laut yang menggunakan metode line transect dimana
mempunyai peran unik dan rentan terhadap penentuan stasiun dengan memilih daerah
lingkungan serta tidak dapat tergantikan oleh yang mewakili lokasi penelitian di kawasan
ekosistem hutan hutan (Dahuri, 2003). Salah Taman Nasional Sembilang.
satu wilayah di provinsi Sumatera Selatan yang
memiliki kawasan Mangrove adalah Taman III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nasional Sembilang (TN. Sembilang).
Salah satu metoda yang digunakan Klasifikasi Bentuk Lahan TN. Sembilang Tahun
untuk mengetahui informasi mengenai luasan 2003
mangrove adalah dengan sistem penginderaan Hasil bentuk lahan dari klasifikasi citra
jauh. Penginderaan jauh didefinisikan sebagai Landsat-7 ETM+ tahun 2003 di kawasan TN.
ilmu atau seni untuk memperoleh informasi Sembilang terbagi menjadi 6 kelas yaitu :
atau data mengenai kondisi fisik suatu benda Mangrove, Hutan Primer, Kebun, Semak,
atau obyek maupun daerah dan fenomena Tambak, dan Lahan Gambut yang dapat kita
tanpa adanya kontak langsung dengan benda lihat pada Tabel 1.
tersebut (Lillesand and Kiefer, 1990).
Penelitian ini bertujuan untuk Tabel 1. Luas Kelas Perubahan Lahan TN.
mengetahui kondisi dan perubahan luasan Sembilang Tahun 2003
vegetasi mangrove di kawasan Taman Nasional
Sembilang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi No. Kategori Kelas 2003
Sumatera Selatan dengan memanfaatkan data Ha %
satelit citra Landsat-7 ETM+ Tahun 2003 dan
1 Mangrove 91.679,45 45,33
SPOT 2 Tahun 2009.
2 Hutan Primer 47.899,49 23,68
Informasi atau gambaran terkini
3 Kebun 299,61 0,15
mengenai luasan mangrove di Pesisir Timur
4 Semak 47.715,73 23,59
Sumatera Selatan, Taman Nasional Sembilang,
5 Tambak 1.673,98 0,83
Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera
Selatan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu 6 Lahan Gambut 5.316,25 2,63
7 Perairan 7.668,74 3,79
dasar dalam evaluasi dan penyusunan strategi
pengelolaan mangrove di kawasan ini
Total 202.253,25 100
selanjutnya.
Hasil klasifiksi penutupan lahan
II. METODOLOGI menunjukkan luasan mangrove di Tahun 2003
sebesar 91.679,45 ha (Gambar 1) Gambaran
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan kerapatan mangrove dianalisa dengan
Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari mengguanakan analisa NDVI. NDVI
2010 di Taman Nasional Sembilang Kabupaten merupakan suatu formula yang sering dipakai
Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. karena dapat membedakan vegetasi homogen
Data didapatkan dari pengolahan citra dengan non vegetasi. Rumus yang digunakan
Landsat-7 ETM+ Tahun 2003 dan SPOT 2 hanyalah perbandingan band merah dengan
Tahun 2009 kemudian dilakukan Ground Truth band inframerah dekat. Pada citra Landsat
atau pengamatan yang dilakukan di lapangan band yang digunakan yaitu band 4 dengan
sebanyak empat stasiun yang mewakili lokasi band 3. Kerapatan dibagi menjadi tiga kelas
penelitian di kawasan Taman Nasional yaitu kelas jarang, kelas sedang, dan kelas lebat
Sembilang.
79 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-81

yang diasumsikan dapat mewakili mangrove Klasifikasi ini menggunakan klasifikasi


sejati di daerah Taman Nasional Sembilang. terbimbing dan didapat 6 klasifiksi kelas yang
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Kelas Perubahan Lahan TN.


Sembilang Tahun 2009

2009
No. Kategori Kelas Ha %

1 Mangrove 83.447,23 41,28


2 Hutan Primer 43.841,16 21,69
3 Kebun 7.770 3.67
Gambar 1. Peta Bentuk Lahan TN.Sembilang
4 Semak 50.131,30 25
dan Sekitarnya Tahun 2003
5 Tambak 1.626,5 0,80
Hasil luasan kerapatan mangrove pada 6 Lahan Gambut 5.773,01 2,85
Tahun 2003 menunjukkan bahwa distribusi 7 Perairan 9.523 4,71
kerapatan mangrove masih dalam kondisi baik
Total 202.111,81 100
dan belum banyak terkonversi akibat aktivitas
dari penduduk. Kerapatan Mangrove dapat
kita lihat pada Gambar 2 dan Tabel 2 dibawah Hasil mengenai perubahan lahan pada
ini. Tahun 2009 dapat dilihat dari gambar layout
dibawah ini (Gambar 3). Klasifikasi ini
didapatkan dari klasifikasi terbimbing pada
citra SPOT komposit 321 berdasarkan
kenampakan secara visual dan informasi-
informasi lainnya. Dari gabungan komposit
band ini terlihat warna merah pada vegetasi
sangat tampak mulai dari merah terang sampai
merah gelap, sedangkan untuk obyek lain
Gambar 2. Peta Kerapatan Mangrove TN. ditampilkan warna yang berbeda.
Sembilang Tahun 2003 Hasil analisa Citra
Landsat-7

Tabel 2. Luas kerapatan mangrove tahun 2003


2003
No. Kategori
Ha %
1 Mangrove Jarang 12,08
11.079,36
2 Mangrove Sedang 31.441,61 34,30
3 Mangrove Rapat 49.158,48 53,62

Total 91.679,45 91.679,45 100

Klasifikasi Bentuk Lahan TN. Sembilang Tahun Gambar 3. Peta Kerapatan Mangrove TN.
2009 Sembilang Tahun 2009 Hasil Analisis Citra
Klasifikasi bentuk lahan di kawasan SPOT
TN. Sembilang ini menggunakan citra SPOT 2.
80 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-81

Pada citra SPOT band yang digunakan dibukanya kawasan ini menjadi kawasan
pada analisis algoritma NDVI yaitu band 3 Taman Nasional, banyak luasan mangrove dari
dengan band 2 (Tabel 4). Kerapatan dibagi tahun ke tahun berkurang. Hal ini mungkin
menjadi tiga kelas yaitu kelas jarang, kelas disebabkan aktifitas penduduk seperti
sedang, dan kelas lebat yang diasumsikan penebangan hutan, pemanfaatan hutan
dapat mewakili mangrove di daerah Taman mangrove untuk kegiatan pertanian serta
Nasional Sembilang. kawasan ini juga mengalami pengurangan
lahan akibat dibangunnya pelabuhan Tanjung
Tabel 4. Luas Kerapatan Mangrove Tahun Api-api.
2009

No Kategori 2009 Analisis Perubahan Luas Mangrove Berdasarkan


Ha % Citra Landsat dan SPOT2
1. Mangrove Jarang 10.695,10 12,8
Berdasarkan hasil pengolahan data
2. Mangrove Sedang 28.545,16 34,20
citra Landsat-7 ETM+ tahun 2003 dan SPOT 2
3. Mangrove Lebat 44.206,53 53,00
tahun 2009 menunjukkan adanya
Total 83.447,23 100 pengurangan luas mangrove. Luas dan grafik
kerapatan mangrove yang didapat dari
algorthma NDVI periode 2003-2009 disajikan
Pada lokasi penelitian ini, mangrove pada Gambar 4 dan Tabel 6.
jarang ditemui di stasiun I, hal ini diasumsikan
bahwa pada stasiun ini telah banyak dilakukan
kegiatan pertambakkan sehingga mangrove
tidak lagi tumbuh dengan baik. Pada stasiun II
dan IV, banyak ditemui mangrove sedang dan
pada stasiun III, mangrove lebat banyak
terdapat pada stasiun ini. Hal ini disebabkan
karena pada Pulau Alagantang(Stasiun III)
masih alami, belum banyak aktivitas
penduduk dilakukan pada stasiun ini.
Indeks nilai kerapatan pada citra tahun
2009 dinyatakan banyak mengalami
kemunduran bila dibandingkan dengan 6 Gambar 4. Peta Perubahan Mangrove Periode
tahun yang silam (pada tahun 2003) pada saat 2003-2009

Tabel 6. Luas Kerapatan Mangrove Tahun 2003-2009


No. Kategori 2003 2009 Pengurangan
Ha % Ha % 2003-2009
1 Mangrove Jarang 11.079,36 12,08 10.695,10 12,8 384,26

2 Mangrove Sedang 31.441,61 34,31 28.545,16 34,20 2.896,45


3 Mangrove Lebat 49.158,48 54,03 44.206,53 53,00 4.951,95
Total 91.679,45 100 83.447,23 100
Perubahan ekosistem mangrove di perubahan luasan tahun 2009. Gambar ini juga
kawasan TN. Sembilang juga dapat kita lihat menunjukkan informasi mengenai perubahan
pada Gambar 5. Dimana citra hasil perubahan luasan ekosistem mangrove di kawasan TN.
luasan tahun 2003 dioverlay dengan citra hasil Sembilang, luasan mangrove pada tahun 2003
81 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-81

sebesar 91.679,45 ha dan pada tahun 2009 umum ditemukan empat famili dan dua
berubah menjadi sebesar 83.447,23 ha. belas spesies yaitu : Avicenia sp. Rhizophora
Perubahan luasan mangrove dari tahun 2003 ke sp, Bruguiera sp, Ceriops sp, Sonneratia sp,
tahun 2009 mengalami pengurangan sebesar Xylocarpus sp.
8.232,29 ha atau sebesar 9.86 %. 2. Hasil Pengolahan Citra menunjukkan
Banyak sekali perubahan lahan yang kondisi total luas mangrove
terjadi selama 6 tahun terakhir ini, mangrove mengalami penyusutan dalam kurun
berubah menjadi tambak, semak, lahan gambut waktu 6 tahun (2003-2009) sebesar 8.232,29
dan masih banyak juga lahan mangrove yang ha atau sekitar 9,86%.
tetap terjaga kelestariannya, hal ini dapat kita 3. Komposisi kerapatan mangrove juga
lihat pada gambar dimana kawasan ekosistem mengalami pengurangan luasan selama 6
mangrove tetap ekosistem mangrove namun tahun. Pada kerapatan mangrove rapat,
sangat sedikit sekali reboisasi yang merupakan kelas yang paling tinggi
dilaksanakan oleh pemerintah dan warga mengalami pengurangan luasan sebesar
setempat. 4.951,95 ha, sedangkan kerapatan
Tabel 5 menunjukkan penurunan mangrove sedang mengalami
luasan kerapatan mangrove selama 6 tahun pengurangan luasan sebesar 2.896,45 ha.
terakhir ini. Tiap kelas dari kerapatan Kerapatan mangrove jarang juga
mangrove mengalami pengurangan luasan. mengalami pengurangan luasan sebesar
Pada kerapatan mangrove rapat, merupakan 384,26 ha.
kelas yang paling tinggi mengalami
pengurangan luasan sebesar 4.951,95 ha, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan kerapatan mangrove sedang
mengalami pengurangan luasan sebesar Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut:
2.896,45 ha. Kerapatan mangrove jarang juga Aset Pembangunan Berkelanjutan
mengalami pengurangan luasan sebesar 384,26 Indonesia. Gramedia. Jakarta.
ha.
Lillesand, T.M. and Kiefer. 1990. Penginderaan
Jauh dan Interprestasi Citra. Alih bahasa :
IV. KESIMPULAN Dulbahri, P., Suharsono, Hartono,

1. Secara umum kondisi mangrove di Taman Suharyadi. Gajah Mada University Press:
Nasional Sembilang didominasi secara Yogyakarta. 725 hal.

Anda mungkin juga menyukai