Stabilisasi Mud
Stabilisasi Mud
Stabilisasi Mud
BAB I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG....................................................................................................................3
1. DEFINISI............................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Mood Stabilizers adalah salah satu bagian dari golongan obat psikotropik. Psikotropik
sendiri merupakan obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang
biasa digunakan dalam bidang ilmu psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.
yaitu :
nyata dengan fungsi mental kognitif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi
4. Antimania (mood stabilizer) adalah obat yang terutama mencegah naik turunnya
Mood stabilizers ini terkadang efektif dalam pengobatan mania. Kata antimania sering
perubahan mood pada gangguan bipolar, istilah yang lebih baik adalah agen penstabil
mood atau agen profilaksis. Agen penstabil mood yang paling umum digunakan adalah
litium, valproat, karbamazepin dan lamotrigin, meskipun ada beberapa mood stabilizer
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Mood stabilizers adalah obat mampu mengobati dan menstabilkan mood pasien
dari atas sehingga bisa mencegah mania sedangkan pada keadaan depresi, mood
stabilizers mampu menstabilisasi mood dari bawah keatas atau dengan kata lain
lithium bekerja melalui penghambatan dari enzim second messenger seperti Inositol
tengah), atau dengan penurunan signal tranduksi kaskade, yang melibatkan penghambatan
dari Glycogen Syntase Kinase 3 (GSK-3) dan protein C kinase (gambar bagian kiri).
Semua aktifitas dari lithium ini akan mempengaruhi terbentuknya proteksi pada saraf dan
plastisitas jangka panjang dari sel saraf yang mampu mengurangi toksisitas dari
Guideline terbaru mengatakan lithium dipakai sebagai obat lini pertama pada pasien
dengan episode akut bipolar dengan depresi, yang bisa bekerja sebagai mencegah bunuh
diri (Leishouth, 2010). Beberapa orang dengan skizofrenia yang tidak bisa mendapat
antipsikotik mungkin bisa efektif dengan pengobatan lithium tersendiri .Begitu juga
pasien yang agresif, lithium disini berfungsi sebagai antiagresif yang bisa digunakan
karbonat capsul (Eskalith CR dan Lithonat), dan 8 mEq/5 mL lithium sitrat sirup.
Dosis awal untuk pemakaian lithium untuk dewasa adalah 300 mg yang diminum 3
kali sehari. Jika mengalami gangguan fungsi ginjal, bisa dimulai dengan 300 mg sekali
atau dua kali sehari. Dosis untuk stabilisasi biasanya 900-1200 mg per hari yang
diberikan 2-3 kali sehari atau sekali dosis yang CR. Pemberhentian obat lithium harus
secara pelan-pelan untuk mengurangi kekambuhan gejala mania (Sadock & Sadock,
2013).
Efek samping dari lithium berupa gejala intestinal seperti dispepsia, mual, muntah,
dan diare, kenaikan berat badan, rambut rontok, tremor, mengantuk, dan menurunnya
kognitif. Ada juga efek pemakaian jangka panjang berupa gangguan ginjal dan tiroid.
Untuk mengatasi efek samping ini, sebaiknya dilakukan monitor level obatnya dalam
plasma. Lithium ini biasanya dipakai dosis yang paling rendah dan jika hasilnya tidak
memuaskan akan dikombinasi dengan mood stabilizers yang lainnya (Stahl, 2013). Tabel
Lithium
Mekanisme kerja ‒ Proteksi dan plastisitas jangka panjang dari sel saraf yang
mampu mengurangi toksisitas NMDA dari hiperglutamat
Sediaan ‒ Lithium carbonat 150 mg, 300 mg, 600 mg
Dosis ‒ Dosis awal untuk dewasa adalah 300 mg 3 kali sehari.
‒ Jika ada gangguan fungsi ginjal, dimulai dengan 300 mg 1-
2 kali sehari.
‒ Dosis untuk stabilisasi biasanya 900-1200 mg per hari
Efek samping ‒ Sering : gangguan intestinal (dispepsia, mual, muntah, dan
diare), kenaikan berat badan, rambut rontok, tremor,
mengantuk, dan menurunnya kognitif.
‒ Efek jangka panjang : gangguan ginjal dan tiroid.
Interaksi Antipsikotik : hati-hati terjadi perburukan dari gejala
ekstrapiramidal dan sindrom neuroleptik maligna
Antidepresan : sindrom serotonin, dengan penghambatan
uptake serotonin
Antikonvulsan : seperti asam valproat dan karbamazepin
saling menguntungkan dan tidak ada efek buruk
B. Asam Valproat
Asam valproat sudah diciptakan sejak tahun 1800-an. Obat ini disebut asam
valproat karena dengan cepat berubah menjadi bentuk asam saat masuk ke dalam perut.
penderita skizofrenia khususnya mengatasi gejala agresif dan agitasi. Asam valproat
kurang bermanfaat jika monoterapi untuk mengatasi gejala psikotik pada skizofrenia,
maka dari itu asam valproat biasanya sebagai terapi adjuvan pada skizofrenia (Versayanti,
Mekanisme kerja dari asam valproat adalah melalui 3 cara yaitu mengurangi aliran
ion kalsium ini dengan langsung menghambat disaluran Voltage Sensitive Sodium
Channels (VSSCs) dan yang kedua dengan menghambat fosforilasi enzim yang mengatur
neuron terutama glutamat dan transmisi dari excitatory neurotransmitter juga berkurang.
Cara kerja ini mampu memperbaiki hiperaktivasi glutamat yang terjadi pada penderita
Gambar 4. Mekanisme kerja asam valproat pada kanal voltase natrium (Stahl, 2013).
Teori lain menyatakan asam valproat meningkatkan mekanisme kerja GABA, dengan
inaktifasinya (Gambar 13). Dengan efek ini maka akan terjadi aktifitas GABA yang lebih
banyak, dan ini menyebabkan semakin banyaknya inhibisi pada transmisi neurotransmiter,
yang dapat menjelaskan efek antimania pada asam valproat dan mengurangi gejala pada
skizofrenia.
Saat mulai terapi dengan asam valproat, harus terlebih dahulu dilakukan tes fungsi hati,
darah lengkap dan tes kehamilan pada wanita. Pemberian untuk kasus mania akut, dimulai
dengan pemberian oral 20-30-mg/kgBB per hari. Jika pasien sangat gelisah maka bisa
dimasukkan kedalam infus intravena. Untuk pemberian obat pertama kalinya, dosis yang
dianjurkan mulai dosis kecil, yaitu 250 mg setelah makan dan bisa dilanjutkan sampai 3 kali
sehari setelah melewati 3-6 hari. Sebagian besar orang mendapat dosis 1200 mg dan 1500 mg
sehari dengan dosis terbagi dengan dosis maksimalnya adalah 2000 mg perhari. Jika
diminum, akan mulai diserap dalam waktu 2 jam dan waktu paruh plasmanya 6-16 jam
(Semple, 2010). Sediaan yang tersedia di Indonesia yaitu asam valproat yang 125 mg, 250
mg, dan 500 mg. Jika gejala sudah teratasi maka bisa diminum sekali sebelum tidur. (Sadock
Efek samping dari asam valproat ini yang paling sering adalah gangguan pencernaan
seperti mual muntah dan mengantuk. Efek samping lainnya dapat berupa peningkatan berat
badan, dan rambut rontok. Masalah efek samping yang serius dapat dicegah dengan
menurunkan dosis obat, dan bila perlu setelah diturunkan dikombinasi juga dengan mood
stabilizers lainnya.
Obat ini juga menyebabkan terganggunya fungsi hati dan pankreas, menimbulkan
toksik bagi janin (defek pada saraf), gangguan metabolisme tubuh serta kemungkinan
terjadinya amenorea dan kista ovarium jika diberikan pada anak wanita. Pada wanita juga
sering didapatkan efek gangguan pada menstruasi, hiperandrogenism, obesitas dan resisten
Metabolisme dari asam valproat ini terjadi pada sitokrom P-450 di sel hati. Asam
hati sehingga asam valproat sebaiknya tidak diberikan pada orang dengan gangguan hati
(Murray, 2008).
Asam valproat
Mekanisme kerja ‒ Merubah sensitifitas ion kanal natrium dengan menghambat
kerja enzim yang mengatur masuknya ion natrium, dan
blockade langsung pada kanal natrium, sehingga ion natrium
berkurang masuk kedalam sel yang menyebabkan
berkurangnya eksitasi glutamat (efek antimania)
‒ Meningkatkan pengeluaran GABA dengan menghambat
reuptake GABA, dan memperlambat inaktifasi GABA pada
sel GABAnergik
Sediaan ‒ 125mg, 250 mg, 500 mg (depakote), ikalep 300 mg
Dosis ‒ Pemberian pertama kali dianjurkan mulai dosis kecil, yaitu
250 mg setelah makan dan dilanjutkan sampai 250 mg 3 kali
sehari setelah 3-6 hari.
‒ Sebagain besar orang mendapat dosis 1200 mg dan 1500 mg
sehari dengan dosis terbagi.
‒ Jika gejala sudah teratasi maka bisa diminum sekali sebelum
tidur
Efek samping ‒ Sering : gangguan pencernaan (mual, muntah dan
mengantuk), penambahan berat badan, dan rontok.
‒ terganggunya fungsi hati dan pankreas, toksik bagi janin
(defek pada saraf), kemungkinan terjadinya amenorea dan
kistik ovarium jika diberikan pada anak wanita.
‒ Pada wanita juga sering didapatkan efek gangguan pada
menstruasi, hiperandrogenism, obesitas dan resisten hormon
insulin
Interaksi Antipsikotik : Meningkatkan sedasi, ekstrapiramidal
sindrom, delirium dan stupor (pada
beberapa kasus)
Antidepresan : Meningkatkan konsentrasi dalam plasma
(amitriptilin dan fluoxetin)
Antikonvulsan : Menurunkan serum asam vaproat
(carbamazepine)
C. Carbamazepin
Carbamazepin adalah antikonvulsan yang pertama kali terbukti efektif untuk mengatasi gejala
Channels VSSCs, langsung pada sisi yang membuka kanal ion dari VSSCs sub unit α. (Stahl,
2013). Efek tambahan dari carbamazepin dapat mengurangi arus melalui NMDA glutamate-
mekanisme kerja dari enzim hati CYP tipe 3A4. Peningkatan dosis boleh diberikan setelah
oleh gangguan fungsi hati. Dosis terapi pada darah untuk pengobatan akut mania atau episode
campuran diperlukan sekitar 4-12 ug.ml. Konsentasi dalam plasma tercapai setelah 4-8 jam
Target dosis untuk mengatasi mania dari carbamazepin ini adalah 1200 mg per hari,
walaupun ada variasinya di setiap Negara. Carbamazepin biasa diperlukan dosis 3-4 kali
sehari dan obat yang Extended-Release (XR) lebih di utamakan karena cukup diminum 1-2
kali sehari. Salah satu sediaan carbamazepin generik adalah 100 mg, 200 mg, 400 mg,
tegretol 100 mg dan 200 mg dan bentuk carbamazepin lepas lambat adalah Extended-Release
(XR) carbatrol yang tersedia dalam kemasan 100, 200, 300 mg tablet.
Carbamazepin memiliki efek samping yang paling sering adalah ganguan gastrointestinal
yang ringan seperti mual, muntah, konstipasi, diare, dan tidak ingin makan dan gangguan
pada saraf pusat (diplopia, lemas, pusing, tremor, ataxia, penglihatan kabur). Efek yang berat
bisa saja terjadi, seperti kelainan darah seperti anemia aplastik dan agranulositosis, hepatitis
kenaikan berat badan. Kebanyakan efek samping penggunaan carbamazepin ini terjadi jika
plasma level diatas 9 ug/mL. Efek yang sangat berat sering juga terjadi seperti
pankreatitis. Efek samping ini diatasi dengan pemeriksaan test fungsi hepar, ginjal dan
Mekanisme kerja ‒ memblok VSSCs, langsung pada sisi yang membuka kanal
ion dari VSSCs sub unit α.
‒ Memperbaiki fungsi NMDAGlutamate-Receptor
Channels
Sediaan ‒ 100 mg, 200 mg, 300 mg tablet
Dosis ‒ Target dosis untuk mengatasi mania ini adalah 1200 mg
per hari, walaupun ada variasinya di setiap negara.
‒ Pengobatan diperlukan dosis 3-4 kali sehari dan obat yang
lepas lambat (XR) cukup diminum 1-2 kali sehari.
Efek samping ‒ Efek samping yang paling sering adalah ganguan
gastrointestinal yang ringan seperti mual, muntah,
konstipasi, diare, anoreksi dan gangguan pada saraf pusat
(diplopia, lemas, pusing, tremor, ataxia, penglihatan
kabur).
‒ Efek berat bisa saja terjadi, seperti kelainan darah seperti
anemia aplastik dan agranulositosis, hepatitis dan reaksi
kulit yang serius.
‒ Efek sangat berat yang meliputi agranulositosis, anemia
aplastik, gagal hepar, hipersensitifitas sistemik, gangguan
ginjal, gangguan konduksi jantung, psikosis, Sindrom
Steven-Johnson, trombositopenia dan pankreatitis
D. Lamotrigin
glutamat, yang mampu memperbaiki hiperaktifitas glutamat pada skizofrenia. Efek ini tidak
jelas, apakah karena pemblokkan pada VSSCs atau beberapa reaksi tambahan dari sinaps sel?
Pengurangan eksitasi glutamat merupakan efek yang unik pada obat lamotrigin ini (Gabard,
Kebanyakan pasien mendapat 100 mg dan 200 mg per hari, namun hasil ini masih belum
konsisten. Jika diminum, konsentrasi puncak diplasma akan terjadi dalam waktu 1-5 jam, dan
waktu paruhnya 24 jam (Semple, 2010). Sediaan obat yang ada dipasaran mulai dari 25 mg,
100 mg, 150 mg dan 200 mg tablet. Obat yang bisa dikunyah juga tersedia dalam dosis 2,5
dan 25 mg. Obat ini tidak dianjurkan pada umur dibawah 16 tahun (Sadock & Sadock, 2013).
Efek samping yang paling sering dari pemberian lamotrigin ini adalah pusing,
ataxia, somnolen, pandangan kabur, mual, namun ringan. Penurunan kognitif dan nyeri sendi
dan punggung dilaporkan sering terjadi. Efek lainnya dari obat ini bisa menyebabkan
Sindrom Steven Johnson, tetapi sangat jarang. Reaksi rash pada kulit bisa terjadi, tetapi bisa
diminimalisasi dengan pemberian obat secara titrasi yang sangat pelan selama fase inisiasi
pemberian obat ini. Tabel dibawah menjelaskan akan spesifikasi dari obat lamotigin untuk
Pasien yang mendapatkan tambahan mood stabilizers rata-rata berusia muda, karena
kemungkinan pasien muda lebih banyak gejala positif dan meningkatnya agresifitas atau
perilaku impulsif. Pada pasien geriatri, banyak studi menunjukkan adanya efek samping yang
lebih banyak seperti jatuh, infeksi, gangguan gastrointestinal (Horowitz, 2014). Selama
kehamilan, sebagian besar mood stabilizers yang juga bekerja sebagai antikonvulsan (asam
valproat dan carbamazepine) dan lithium memiliki risiko tinggi untuk toxisitas terhadap fetus.
(Stahl, 2013).
memberikan efek positif terhadap peningkatan prepulse inhibition (PPI) pada mencit, dimana
keadaan ini kemungkinan bisa memperbaiki defisit PPI yang terjadi pada penderita
skizofrenia (Dorothy, 2009). Percobaan pada mencit juga didapatkan mood stabilizers
golongan lithium dan valproat efektif bekerja memperbaiki metabolism sel khususnya
memperbaiki fosforilasi mitokondria, sehingga adanya defek mitokondria pada penderita
skizofrenia bisa diperbaiki dan akhirnya bisa mengurangi gejala skizofrenia itu sendiri
mengurangi relaps gangguan mood pada kasus mania bipolar I yang bisa diaplikasikan juga
Obat ini jika diberikan bersamaan dengan carbamazepin maka akan terjadi hiperaktivasi oleh
enzim sitokrom P-450 tipe 3A4, yang menyebabkan peningkatkan metabolisme obat
antipsikotik tersebut, sehingga obat tersebut akan menjadi cepat dibuang keluar oleh tubuh.
Pemberian carbamazepin dengan obat-obatan tersebut, baik antipsikotik tipikal dan atipikal
tidak direkomendasi (Amir, 2008, Stahl, 2013 & Sadock, 2013). Interaksi obat carbamazepin
dengan dapat menurunkan kadar haloperidol sebanyak 50-60% (Monaco & Cicolin, 1999).
Gambar 11. Carbamazepin Menginduksi Enzim Sitokrom P-450 tipe 3A4 (Stahl, 2013).
Obat antidepresan golongan SSRI juga tidak disarankan dikombinasi dengan asam
valproat dan carbamazepin karena SSRI ini menghambat sitokrom P-450 yang akan
meningkatkan kadar asam valproat dan carbamazepin dalam plasma (Widyawati, 2011).
BAB III
KESIMPULAN
2. Sadock, B.J. and Sadock, V.A. 2003. Kaplan and Sadock’s Synopsis of
Psychiatry ninth edition. Philadelphia, USA. Pippincot Williams and Wilikins
p.623-631
5. Gabbard G., 2015. Treatment of Psychiatric disorder DSM-5 edition. New York
University. Washington DC. USA
8. Marcus R., Khan A., Rollin L, Morris B, Timko K, Carson W, et all. 2011,
Efficay of Aripiprazole adjunctive to lithium or valproat in the long term
treatment of patient with bipolar I disorder with an inadequate response to
lithium and valproate monotherapy: multicenter, double-blind, randomize study.
Bipolar disorder journal page 133-144. USA.
9. Semple D. dan Smyth R., 2010. Oxford Handbook of Psychiatry second edition.
Oxford University Press. USA