A. Tujuan: Bandwidth. Bandwidth Adalah Jarak Antara Dua Frekuensi Yang Dibatasi Oleh f1 Atau

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

A.

Tujuan
Setelah melaksanakan praktek diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengukur respon penguatan terhadap frekuensi sinyal input
2. Mengukur respon pergeseran fase penguat terhadap frekuensi sinyal input

B. Teori Singkat
a. Pengertian Respon Frekuensi
Respon frekuensi suatu penguat merupakan tanggapan penguat tersebut terhadap
frekuensi sinyal masukan. Dapat diartikan juga bahwa respon frekuensi adalah
kemampuan suatu penguat dalam melewatkan gelombang sinyal input dengan
nilai frekuensi yang bervariasi. Tanggapan suatu penguat terhadap masing-masing
frekuensi seperti frekuensi rendah, frekuensi menengah, maupun frekuensi tinggi
tidaklah sama. Pada umumnya, penguatan dari suatu penguat akan menurun pada
frekuensi sangat rendah dan frekuensi sangat tinggi. Kemampuan suatu penguat
dalam melewatkan frekuensi mempunyai keterbatasan, dimana ada rentang
frekuensi agar penguat tersebut dapat bekerja secara maksimal. Hal ini dinamakan
bandwidth. Bandwidth adalah jarak antara dua frekuensi yang dibatasi oleh f1 atau
(fL) untuk frekuensi rendah dan f2 atau (fH) untuk frekuensi tinggi, dimana
diantara rentang frekuensi tersebut penguat dalam kondisi maksimal sehinga dapat
melewatkan frekuensi dengan baik. Karakteristik suatu penguat saat diberi
masukan frekuensi rendah hasilnya akan berbeda dengan saat penguat diberi
masukan frekuensi tinggi. Pada frekuensi rendah, nilai reaktansi kapasitif dari
kapasitor coupling dan kapasitor by-pass menjadi semakin besar. Pada frekuensi
tinggi, kapasitor liar yang timbul pada kaki-kaki transistor dan karena pengawatan
PCB yang nilainya sangat kecil (dalam pF) akan mempunyai reaktansi kapasitif
yang cukup berarti sehingga akan mempengaruhi faktor penguatan.
Gambar 1.1. Kurva respon frekuensi pada penguat CE dengan coupling C

(Dwi Surjono, Herman. 2008: 12)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa untuk mencari daerah bandwidth yakni
dengan mengalikan AVmid dengan 0,707 atau dapat juga didefinisikan dengan
mengalikan AV maksimum (saat praktik) dengan 0,707 untuk kemudian dapat
ditarik dengan garis lurus sehingga terdapat titik perpotongan (dinamakan
frekuensi cut-off) pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Daerah yang ada
diantara frekuensi cut-off tersebut yang dinamakan bandwidth. Dapat dituliskan :

Daerah Bandwidth (BW) = f2 - f1 , atau

= f H - fL

Dalam sistem komunikasi audio maupun video, penggambaran kurva respon


frekuensi menggunakan satuan desibel (dB) untuk menunjukkan level penguatan.
Kurva respon frekuensi dalam (dB) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 1.2. Kurva respon frekuensi dalam (dB)

(Dwi Surjono, Herman. 2008: 14)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa kurva dengan satuan desibel (dB) dapat
dibuat dengan mengkonversi satuan penguatan ke desibel (dB). Dapat dituliskan :

AV AV
( dB )=20 log
AV mid AV mid

Sehingga pada frekuensi menengah nilai dBnya adalah 20log1 = 0 dB, sedangkan

1
pada frekuensi cut-off nilainya adalah 20 log =−3 dB .
√2
b. Karakteristik Respon Frekuensi
a) Frekuensi Rendah
Untuk sebuah penguat satu tingkat biasanya terdapat tiga kemungkinan
jaringan RC yaitu: Cs dan Zi; Ce dan Re; serta Cc dan Zo + beban.
Masing-masing jaringan RC tersebut tentunya mempunyai karakteristik
tersendiri terhadap frekuensi (respon frekuensi) rendah. Oleh karena itu
masing-masing akan mempunyai frekuensi cutoff (fL) yang berbeda.
Gambar 1.3. Penguat CE dengan kapasitor penentu respon frekuensi rendah

(Dwi Surjono, Herman. 2008: 17)

Kombinasi antara kapasitor kopling, kapasitor bypass, dan resistor beban


dari suatu penguat akan menentukan frekuensi cut off pada frekuensi
rendah (fL). Kombinasi berbagai rangkaian tersebut dapat disederhanakan

menjadi

Gambar 1.4. Jaringan R-C yang menentukan fL

(Dwi Surjono, Herman. 2008: 15)


Gambar 1.5. Grafik Respon Frekuensi Rendah

(Dwi Surjono, Herman. 2008: 15)

Apabila diperhatikan, maka jaringan R-C tersebut merupakan pembagi


tegangan, sehingga berlaku:

R.Vi
V O=
2 2
√( R + X C )
Pada saat R = Xc, maka:

R.Vi
V O=
2 2
√( R + R )
Vi
V O=
√2
Sehingga,

VO
Av=
Vi

1
A v=
√2
A v =0,707

Dengan kata lain, sinyal keluaran Vo menjadi 70.7 % dari sinyal masukan
Vi p ada saat reaktansi kapasitip Xc sama dengan resitor dalam jaringan
R-C. Pada saat ini (dimana Av = 0.707) frekuensi sinyal dapat ditentukan,
yakni:

1
XC =
2 πfC

Karena :

R=X C

Maka :

1
f=
2 πfC
b) Frekuensi Tinggi
Ada dua faktor yang mempengaruhi tanggapan penguat pada frekuensi
tinggi (respon frekuensi tinggi), yaitu: (a) kapasitor liar, dan (b) Beta (β)
yang tergantung frekuensi. Kapasitor liar merupakan efek kapasitansi yang
muncul dari ujung-ujung terminal suatu komponen atau pengawatan
lainnya. Reaktansi kapasitor liar ini menjadi berarti bila dikerjakan pada
frekuensi tinggi. Sedangkan dari Beta (β) suatu transistor juga sangat
dipengaruhi oleh frekuensi. Artinya, beta (β) suatu transistor akan
menurun bila dikerjakan pada daerah frekuensi tinggi. Frekuensi cut-off
tinggi (fH) suatu penguat di samping ditentukan oleh fH1 dan fH2
tersebut, juga dipengaruhi oleh variasi beta (β). Sebagaimana dijelaskan di
depan bahwa beta (β) suatu transistor akan menurun bila transistor tersebut
digunakan pada frekuensi tinggi. Semakin tinggi frekuensi semakin kecil
beta (β) nya. Perhatikan kurva berikut:
definisi fT adalah suatu frekuensi dimana hfe (β) suatu transistor

Gambar 1.6. Hubungan antara (β) transistor dengan frekuensi

(Dwi Surjono, Herman. 2008: 28)

Pada kurva tersebut terlihat bahwa nilai hfe (atau beta, β) suatu transistor
akan berkurang 3 dB (atau menjadi 0,707 nya) pada frekuensi fβ. Dengan
demikian menjadi 0,707 dari harga pada frekuensi menengah.

Ketiga frekuensi cut-off yang diperoleh di atas, yakni: fHi, fHo, dan fβ,
mempengaruhi respon frekuensi tinggi suatu penguat. Frekuensi cut-off
tinggi (fH) dari penguat secara keseluruhan ditentukan oleh harga
terendah (terkecil) dari ketiga frekuensi tersebut.
Gambar 1.7. Penguat CE dengan kapasitor liar penentu frekuensi tinggi

(Dwi Surjono, Herman. 2008: 26)

Harga dari kapasitor liar tersebut adalah :

Cbe = 100 pF

Cbc = 5 pF

Cce = tidak disebutkan dalam buku data ( dianggap tidak ada karna
nilainya sangat kecil)

Cwi dan Cwo = tergantung pada pengawatan rangkaian

Apabila pada suatu penguat sudah ditentukan frekuensi cut-off bawah (fL)
dan frekuensi cut-off atas (fH), maka selanjutnya bisa dihitung lebar
bandnya.

c) Menentukan Pergeseran Fasa


Dengan kemampuannya untuk menampilkan gambar sinyal gelombang
AC yang diukur, osiloskop dapat mengukur beda fasa dari dua sinyal input
melalui gambar yang muncul pada layar. Untuk dapat menentukan beda
fasa dari dua sinyal AC tersebut, dapat dilihat seperti gambar di bawah
ini :
Gambar 1.8. Dua sinyal gelombang AC dengan beda Fasa

Beda fasa dari kedua sinyal tersebut adalah :

A
θ= .360 °
T

Cara pengukuran beda fasa di atas yakni menggunakan metode


langsung atau metode dual trace, dengan kata lain yakni
membandingkan secara langsung antara gelombang 1 dengan
gelombang 2. Dimana A dan T diukur dalam satuan kotak (divisi),
dan satuan beda fasanya adalah derajat. Beda fasa dari kedua sinyal
ini hanya berlaku untuk sinyal input dengan frekuensi yang sama.

C. Alat yang Digunakan


1. Sumber tegangan DC variable 0 – 15 Volt
2. Osciloscope
3. AFG
4. Voltmeter
5. Unit Praktik
6. Multimeter
7. Kawat Penghubung
D. Langkah Kerja
1. Buat rangkain seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1.9.

2. Hubungkan input dengan signal dari AFG, frekuensi 1 KHz dan tegangan
input minimum
3. Hubungkan output dengan osciloscope
4. Amati output, atur tegangan signal output maksimum tanpa cacat
5. Amati penguatan dan beda phase output terhadap input pada frekuensi signal:

Frekuensi input AV
Vin Vout AV θ
(Hz) (dB)
20          
30          
40          
50          
60          
70          
80          
90          
100          
200          
300          
400          
500          
600          
700          
800          
900          
1000          
2000          
3000          
4000          
110K          
300K          
500K          
800K          
fh          

6. Lanjutkan pengamatan di atas sampai didapat fh


7. Lukiskan grafik respon frekuensi untuk penguatan dari θ
8. Bandingkan hasil pengamatan dengan perhitungan secara teoritis
9. Buat rangkaian seperti gambar dibawah dan lakukan langkah 1 sampai tujuh

Gambar 1.10.

E. Tabel Percobaan
a. Tabel Percobaan I
Contoh pada frekuensi 20 Hz dengan V ¿ =0,08 V p− p, V out =0,3V p− p
V out 0,3
AV = = =3,75
V ¿ 0,08
AV ( dB )=20 log AV
AV ( dB )=20 . 0,5740=11,4806 dB
A
θ= ×360 °
T
7,5
θ= ×360 °=180 °
15

Frekuensi input AV
Vin Vout AV θ
(Hz) (dB)
20 0,08 0,3 3,75 11,4806 180o
30 0,08 0,3 3,75 11,4806 174,5455o
40 0,08 0,3 3,75 11,4806 187,2o
50 0,08 0,4 5 13,9794 173,7931o
60 0,08 0,5 6,25 15,9176 170,5263o
70 0,08 0,6 7,5 17,5012 174,8571o
80 0,08 0,7 8,75 18,8401 180o
90 0,08 0,8 10 20 172,1739o
100 0,08 1 12,5 21,9382 180o
200 0,08 1,2 15 23,5218 186,2069o
300 0,08 1,5 18,75 25,46 180o
400 0,08 1,8 22,5 27,0436 180o
500 0,08 2 25 27,9588 174,5455o
600 0,08 2,2 27,5 28,7866 170,5263o
700 0,08 2,2 27,5 28,7866 180o
800 0,08 2,2 27,5 28,7866 172,1739o
900 0,08 2,3 28,75 29,1727 174,8571o
1000 0,08 2,3 28,75 29,1727 180o
2000 0,08 2,4 30 29,5424 187,2o
3000 0,08 2,4 30 29,5424 186,2029o
4000 0,08 2,4 30 29,5424 180o
110K 0,08 2,2 27,5 28,7866 174,5455o
300K 0,08 1,8 22,5 27,0436 170,5263o
500K 0,08 1,4 17,5 24,8607 172,1739o
800K 0,08 0,4 10 20 180o

b. Tabel Percobaan II
Contoh pada frekuensi 40 Hz dengan V ¿ =0,02 V p− p, V out =0,2V p −p
V out 0,2
AV = = =10
V ¿ 0,02
AV ( dB )=20 log AV
AV ( dB )=20 . 1=20 dB
A
θ= ×360 °
T
0
θ= ×360 °=0°
T

Frekuensi input AV
Vin Vout AV θ
(Hz) (dB)
13,979
20
0,02 0,1 5 4 0°
13,979
30 0,02 0,1 5 4 0°
40 0,02 0,2 10 20 0°
50 0,02 0,2 10 20 0°
60 0,02 0,3 15 23,5218 0°
70 0,02 0,4 20 26,0205 0°
80 0,02 0,4 20 26,0205 0°
90 0,02 0,4 20 26,0205 0°
100 0,02 0,6 30 29,5424 0°
200 0,02 0,8 40 32,0411 0°
300 0,02 1 50 33,9794 0°
400 0,02 1,2 60 35,563 0°
500 0,02 1,4 70 36,9019 0°
600 0,02 1,5 75 37,5012 0°
700 0,02 1,6 80 38,0617 0°
800 0,02 1,7 85 38,5883 0°
900 0,02 1,7 85 38,5883 0°
1000 0,02 1,7 85 38,5883 0°
2000 0,02 1,9 95 39,5544 0°
3000 0,02 1,9 95 39,5544 0°
4000 0,02 1,9 95 39,5544 0°
100K 0,02 1,8 90 39,0848 0°
300K 0,02 1,3 65 36,2582 0°
500K 0,02 0,8 40 32,0411 0°
800K 0,02 0,4 20 26,0205 0°

F. Data Grafik Respon Frekuensi


Rangkaian I
3

2.5

1.5
Vout (Vp-p)

0.5

0
30
40
20

50
60
70
80
90
0
0
0
0
0
0
0
0

10 0
20 0
30 0
40 0
10 00
30 000
50 000
80 000
00
60
70
80
90
0
0
0
10
20
30
40
50

00
0
0
0
Frequensi (Hz)

Rangkaian II
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
Vout (Vp-p)

0.8
0.6
0.4
0.2
0
20 3 0 4 0 50 60 70 80 90 10 0 20 0 30 0 40 0 50 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 3 4 00 00 00 00
1 3 5 8

Frequensi (Hz)

G. Analisis Data
Dari praktik yang telah dilaksanakan dapat dianalisis untuk mengukur respon
frekuensi, hal pertama yang kami lakukan adalah mencari V out dan Vin yang

V out
digunakan untuk mencari AV, yaitu AV = . Setelah nilai AV ditemukan maka hal
V¿
selanjutnya adalah mencari AV (dB), dengan rumus AV ( dB )=20 log AV .
Pada tabel percobaan I dan II dapat terlihat bahwa semakin tinggi keluaran atau V out
maka penguatan tegangannya (AV (dB)) juga akan semakin naik. Akan tetapi pada
nilai frekuensi input tertentu terjadi penurunan penguatan tegangan, penurunan
tersebut dipengaruhi oleh nila hfe atau β. Apabila frekuensi dinaikkan terus hingga
suatu frekuensi yang disebut fT maka hfe atau β akan turun menjadi satu (atau 0 dB).
Harga fT sering terdapat pada buku data transistor, karena fT ini sering dipandang
sebagai bata frekuensi kerja transistor.

H. Kesimpulan
Dalam percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam percobaan I dan II, apabila
frekuensinya dibuat variable dari frekuensi rendah ke frekuensi tinggi maka keluaran
(Vout) dan Penguatan Tegangan (AV) juga makin lama makin naik seiring dengan
naiknya frekuensi input dan pada titik tertentu yang mengalami penurunan walaupun
frekuensinya dinaikkan karena pengaruh dari β.

I. Lampiran
a. Data Sementara
b. Frekuensi Gelombang Hasil Praktik
 Rangkaian Pertama
V ¿ =0,8÷×0,1 volt /¿=0,08 V p− p
V out =1,1÷×1 volt /¿=1,1 V p− p
 Rangkaian Kedua
V ¿ =0,8÷×0,1 volt /¿=0,08 V p− p
V out =1,2÷×1 volt /¿=1,2 V p− p

J. Daftar Pustaka
Surjono, Herman Dwi. 2008. Elektoronika Analog. Jawa Timur:
Penerbit Cerdas Ulet Kreatif

Anda mungkin juga menyukai