Proposal Pmba
Proposal Pmba
Proposal Pmba
Jl. HOS Cokro Aminoto Perumahan Pondok Lestari Blok C1 No.1 & 2 Ciledug
Kota Tangerang
Pemberian Makanan Bayi dan Anak sesuai standar emas yaitu Inisiasi Menyusu Dini
(IMD), ASI Eksklusif, MP-ASI dan ASI sampai dengan 2 tahun atau lebih masih
menjadi tantangan di Indonesia, salah satu strategi untuk memperluas cakupan
pemberian makan bagi bayi anak sesuai standar adalah melalui pelatihan PMBA.
Pemberian makan yang baik sejak lahir hingga usia dua tahun merupakan salah satu
upaya mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas tumbuh kembang sekaligus
memenuhi hak. Menurut World Health Organization (WHO)/ United Nations
Children’s Fund (UNICEF), lebih dari 50 % kematian anak balita terkait dengan
keadaan kurang gizi, dan dua pertiga diantara kematian tersebut terkait dengan praktik
pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, seperti tidak dilakukan inisiasi
menyusu dini dalam satu jam pertama setelah lahir dan pemberian MP-ASI yang terlalu
cepat atau terlambat diberikan. Keadaan ini akan membuat daya tahan tubuh lemah,
sering sakit dan gagal tumbuh. Oleh karena itu upaya mengatasi masalah kekurangan
gizi pada bayi dan anak balita melalui pemberian makanan bayi dan anak yang baik dan
benar, menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi masa depan.
Pada tahun 2010, Kementerian Kesehatan berserta lintas program dan lintas sektor
terkait telah menyusun buku Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak, yang
bertujuan untuk membangun komitmen dan menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan upaya strategi PMBA. Salah satu rekomendasi dalam Global
Strategy on Infant and Child Feeding, pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan
anak sejak lahir sampai umur 24 bulan sebagai berikut : (1) Menyusui segera dalam
waktu satu sampai dua jam pertama setelah bayi lahir (IMD), (2) Menyusui secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, (3) Mulai memberikan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang baik dan benar sejak bayi berumur 6 bulan; dan (4)
Tetap menyusui sampai anak berumur 24 bulan atau lebih.
Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak anak yang
menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan sejak lahir
secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena “gagal tumbuh” atau growth faltering
pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan selain
ASI dan terus memburuk hingga usia 18-24 bulan. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan
19,6% balita di Indonesia yang menderita gizi kurang (BB/U <-2 Z-Score) dan 37,2%
termasuk kategori pendek (TB/U <- 2 Z-Score).
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep model
bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih dipengaruhi oleh faktor gangguan
pertumbuhan pada masa janin, kekurangan asupan zat gizi mikro dan kekurangan
asupan energy dan protein yang dapat menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau
disability serta kematian.
Untuk menindak lanjuti strategi peningkatan makanan bayi dan anak, WHO/UNICEF
telah melatih tenaga-tenaga kesehatan untuk menjadi fasilitator yang akan melatih kader
dalam pelaksanaan praktek-praktek pemberian makan bayi dan anak secara nyata di
masyarakat. Pada awal tahun 2013 ini diadakan pelatihan ToT bagi petugas kesehatan di
5 Provinsi yakni, Provinsi Sumatera Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Jawa Barat dan
Jawa Timur. Pelatihan PMBA ini diharapkan akan terus dikembangkan.
Mengurangi anak lahir dengan berat badan kurang (low birth weight) dan anak pendek
(stunting); dan
B. TujuanKhusus:
Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta dapat:
B. Pelatih
1. Materi Dasar: .Ns. Imelda Yanti, M.Kep.Sp.Kep.An
V. EVALUASI
a. Evaluasi Terhadap Peserta: pre dan posttest, ujian praktik
b. Evaluasi Terhadap Pelatih dan fasilitator: reflektif dan kuisioner
c. Evaluasi Terhadap Penyelenggaraan Pelatihan: reflektif dan kuisioner.
VI. SERTIFIKAT
Bagi peserta yang dapat menyelesaikan pelatihan ini akan mendapat 2 (dua) sertifikat,
sebagai berikut:
1. Sertifikat mengikuti pelatihan (certificate of attendance)
Sertifikat yang diberikan kepada peserta latih yang berhasil mengikuti pelatihan
dengan beban JPL 95% dari total JPL yang harus diikutinya.
2. Sertifikat kelulusan uji kompetensi kemahiran (certificate of competence)
Sertifikat ini di berikan kepada peserta latih yang telah lulus uji kompetensi
(kompeten) dengan tingkat keterlibatan minimal 95% dari total JPL yang harus di
ikutinya.
Konsumsi :
Rp. 3.200.000,-
2. Coffee Break 2 kali sehari untuk 40 orang peserta ( 4 hari ) @ Rp. 10.000
Makan siang /Prasmanan 1x ( 4 hari ) @ 30.000,- Rp. 5.600.000,-
\
VIII. PENUTUP
Demikian proposal ini, semoga dapat terjalin kerjasama demi peningkatan kemampuan
para perawat, terutama dalam Manajemen Bangsal dan penerapan SP2KP.
10.00-10.45 Aspek etik dan legal dalam Keperawatan Ns. Imelda Yanti.,
10.45-11.30 Kebijakan profesi M.Kep.,Sp,Kep.An
16.00-17.00 Praktik
17.00 Penutup MC
10.45-11.45 Praktik
11.45-12.15 ISHOMA
17.00 Penutup MC
12.30-13.00 ISHOMA
13.00-14.30 Dokumentasi dan system informasi dalam keperawatan Ns. Imelda Yanti,
terintegrasi M.Kep.,Sp.Kep.An
Praktik
14.30-15.45 Metode pemberian Asuhan Keperawatan Profesional Ns. Imelda Yanti,
M.Kep.,Sp.Kep.An
17.00 Penutup MC
RUNDOWN ACARA PELATIHAN MANAJEMEN BANGSAL
Harikeempat
Jam Kegiatan Keterangan
08.00-08.30 Pembukaan Panitia
Reflektif
08.30-10.15 Komunikas iefektif dan terapeutik serta pengembangan Ns.ImeldaYanti,
interpersonal relationship M.Kep.,Sp.Kep.An
12.15-13.00 ISHOMA
15.30-16.30 Presentasi
16.30-17.00 Posttest
Pengumumanhasil
17.00 Penutup
SUSUNAN PANITIA