Kelompok 2 MAKALAH INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM
Kelompok 2 MAKALAH INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM
Kelompok 2 MAKALAH INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM
Revisi Makalah
Disusun :
Kelompok 2
S1 PERBANKAN SYARIAH
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kebijakan dalam bidang ekonomi yang dapat diambil pemerintah
guna mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik lagi dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran ialah dengan kebijakan fiskal. Dimana di
dalamnya terdapat instrumen pajak yang merupakan salah satu sumber penerimaan
suatu negara dan masih ada lagi beberapa instrumen dari kebijakan fiskal itu sendiri
yang akan kami bahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana instrumen kebijakan fiskal dalam konvensional dan Islam?
2. Bagaimana dampak dari instrumen kebijakan fiskal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami instrumen kebijakan fiskal menurut pandangan
konvensional dan Islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami dampak dari instrumen kebijakan fiskal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pajak
3. Meminjam Uang
1
Karim, Adiwarman A. 2012. EKONOMI MAKRO ISLAMI. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Hlm.
255
3
1. Anggaran Belanja Seimbang
2. Pembiayaan Fungsional
4
4. Anggaran Surplus Atau Kebijakan Fiskal Kontraktif
5. Pengelolaan Anggaran
5
dari zakat, kharaj (pajak bumi/tanah), ghanimah (harta rampasan peran), jizyah
(pajak yang dikenakan pada kalangan non muslim, pajak atas pertambangan dan
harta karun, bea cukai dan pungutan. 2 Jika diklasifikasikan, maka sumber
penerimaan negara (pendapatan negara) ada yang bersifat rutin seperti zakat, kharaj,
ushr (cukai), infak, shadaqah, serta pajak jika diperlukan, dan ada yang bersifat
sewaktu-waktu seperti ghanimah, fa’i, dan harta yang tidak ada pewarisnya.Dalam
sistem kebijakan fiskal menurut perspektif Islam pastinya sungguh berbeda
dengan kebijakan fiskal konvensional. Dapat dilihat dari tujuan yang ingin
dicapai menurut perspektif Islam, yakni mencakup dua aspek, spiritual dan
material. Sedangkan menurut konvensional mencakup material dan nilai positif
saja.
2
Suprayitno. Eko . 2011. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 159 dan 173
6
penimbunan uang (harta). Sehingga zakat memiliki andil dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara makro.
b. Kharaj
c. Jizyah
Jizyah (poll tax) merupakan pajak yang hanya diperuntukan
bagi warga negara bukan muslim yang mampu. Berdasarkan
banyak literatur klasik ekonomi Islam, pajak jenis ini dikenakan
pada warga non muslim laki-laki. Bagi yang tidak mampu seperti
mereka yang uzur, cacat dan mereka yang memiliki kendala dalam
ekonomi akan terbebas dari kewajiban ini. Hal ini berkaitan erat
dengan fungsi utama negara yaitu untuk memenuhi kebutuhan
minimal rakyatnya. Jadi pemenuhan kebutuhan tidak terbatas
hanya pada penduduk muslim saja.
d. ‘Ushur
Merupakan pajak khusus yang dikenakan atas barang niaga
yanga masuk ke negara Islam (impor). Menurut Umar bin Khattab,
ketentuan ini berlaku sepanjang ekspor negara Islam kepada negara
yang sama juga dikenakan pajak ini.
e. Infaq, Shodaqoh, Wakaf
Merupakan pemberian sukarela dari rakyat demi
kepentingan umat untuk mengaharapkan ridho Allah SWT semata.
Pada kondisi keimanan rakyat yang begitu baik maka besar
kemungkinannya penerimaan negara yang berasal dari variabel
sukarela ini akan lebih besar dibandingkan dengan variabel wajib,
sepanjang faktor-faktor produksi digunakan pada tingkat yang
maksimal.
f. Fai’
7
Yaitu harta kekayaan negara musuh yang telah dikalahkan
(didapat bukan melalui peperangan atau di medan perang), yang
kemudian dimiliki dan dikelola oleh negara Islam.
g. Pajak Khusus (Nawaib)
Pajak ini penentuannya tergantung kondisi perekonomian
negara (sifatnya sementara) dan menjadi hak prerogatif. 3
h. Khums
Khums adalah dana yang diperoleh dari seperlima bagian
rampasan perang. Khums juga merupakan suatu sistem pajak
proporsional, karena ia adalah persentase tertentu dari rampasan
perang yang diperoleh tentara Islam sebagai ghanimah (harta
rampasan perang) setelah memenangkan peperangan. Persentase
tertentu dari pendapatan sumber daya alam, barang tambang, minyak
bumi dan barang-barang tambang lainnya juga dikategorikan khums.
i. Kaffarah
Kaffarah merupakan denda yang dulu dikenakan kepada
suami istri yang melakukan hubungan di siang hari pada bulan puasa
(Ramadhan). Denda tersebut dimasukkan dalam pendapatan negara.
j. Amwal fadla
Amwal fadla merupakan harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris, atau berasal dari barang- barang seorang
Muslim yang meninggalkan negerinya. 4 Dari kesepuluh isntrumen
tersebut merupakan sumber penerimaan suatu negara Islam,
sedangkan dilihat dari sisi pengeluarannya yakni seperti
pinjaman atau hutang negara serta biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk pembangunan suatu negara mulai dari infrastruktur,
pertahanan, biaya untuk upah (misalnya gaji yang diberikan dari
pemerintah), subsidi dan lain sebagainya.
2. Pengeluaran Negara
3
Naf’an. 2014. EKONOMI MAKRO;Tinjauan Ekonomi Syariah. (Yogyakarta: GRAHA ILMU). Hlm. 188-
190
4
Rahmawati, Lilik. Sistem Kebijakan Fiskal Modern dan Islam. OECONOMICUS
Journal of Economics. (Vol. 1/No. 1, Desember/2016). Hlm. 52 dan 54
8
Berdasarkan sumber-sumber pengeluaran tersebut, maka
dapat disalurkan untuk pembelanjaan negara, yang kesemuanya
ditujukan untuk kemakmuran masyarakat. Kepentingan pertama
diarahkan pada biaya pertahanan negara dan menjaga perdamaian
negara. Kemudian kepentingan kedua dikeluarkan untuk pokok
pengeluaran lain, menurut Ibnu Taimiyah, dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pengeluaran untuk para gubernur, menteri dan pejabat
pemerintah lain.
b. Memelihara keadilan. Negara harus mengurus hakim atau
qadi.
c. Biaya pendidikan warga negara, baik siswa maupun
gurunya.
d. Kepentingan umum, infrastruktur dan gugus tugas
ekonomi, harus ditanggung negara.
3. Utang Negara
Utang negara berasal dari utang dalam negeri maupun luar
negeri. Kenyataannya bahwa di dalam Islam semua pinjaman
harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan bebas-bunga.
Pinjaman dapat diperoleh dengan cara langsung dari publik atau
secara tidak langsung dalam bentuk pinjaman yang diperoleh dari
bank sentral. Pinjaman dari bank sentral merupakan suatu bentuk
pinjaman yang dilakukan karena menggambarkan buruknya
situasi harga pada umumnya. Dengan demikian, pinjaman
dilakukan untuk menstabilkan harga. Pinjaman dari negara lain
yang menggunakan sistem bebas-bunga pada umumnya susah
untuk didapatkan. Oleh karenanya, suatu negara tertentu
mungkin akan mendapatkan dari negara lain, yang sepaham.
Akan tetapi, di dalam umat Islam, hal tersebut merupakan tugas
bagi negara-negara kaya untuk membantu, kepada negara-negara
Muslim yang miskin. 5 Utang negara sangat dibutuhkan bagi tiap
negara untuk membantu mengembangkan negara itu sendiri,
5
Muhammad, KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER DALAM EKONOMI ISLAM, (Jakarta: Salemba Empat,
2002), hlm 202
9
untuk membangun infrastruktur, memperkuat pertahanan dan lain
sebagainya.
C. DAMPAK DARI INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal dapat menggerakkan perekonomian, karena peningkatan
pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak mempunyai efek multiplier dengan
cara menstimulasi tambahan permintaan untuk barang konsumsi rumah tangga. Begitu
pula halnya apabila pemerintah melakukan pemotongan pajak sebagai stimulus
perekonomian. Pemotongan pajak akan meningkatkan disposable income dan
akhirnya mempengaruhi permintaan.6 Sehingga kebijakan fiskal ini sangatlah
berpengaruh bagi perekonomian suatu negara. Serta apabila dibandingkan dengan
kebijakan moneter, kebijakan fiskal ini memiliki dampak yang lebih besar daripada
kebijakan moneter. Akan tetapi keduanya memiliki keterkaitan.
6
http://fadiadiniaulia.blogspot.com/2017/05/makalah-kebijakan-fiskal-islam-ekonomi.html
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap tahun pemerintah membuat suatu Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN) yang kemudian diajukan kepada DPR untuk disahkan
menjadi APBN. RAPBN tersebut berisikan beberapa kebijakan yang intinya adalah
kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan yang diambil oleh
pemerintah yang meliputi penerimaan dan pengeluaran suatu negara guna
menciptakan stabilitas ekonomi. Dengan menggunakan beberapa instrumen kebijakan
fiskal itu sendiri yang dapat diambil sesuai dengan keperluan yang ada.
B. Kritik dan Saran
Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadiran Illahi Robbi yang telah
memberikan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun
masih dalam keadaan yang sangat sederhana dan masih banyak kekurangan dan juga
kesalahan dalam penulisanya namun demikian kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada kami khususnya. Aamiin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Suprayitno. Eko . 2011. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://fadiadiniaulia.blogspot.com/2017/05/makalah-kebijakan-fiskal-islam-ekonomi.html
12