Sejarah Perkembangan Islam Pasca Kemerde

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

http://waroeng-

alam.blogspot.com/2017/04/perkembangan-islam-pasca-
kemerdekaan.html

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Apabila diperhatikan dengan seksama diketahui bahwa


kekuatan yang mendorong lahirnya kemerdekaan Indonesia itu
mempunyai aspek rohaniah dan aspek jasmaniah. Keduanya
berhubungan sangat erat sehingga merupakan perpaduan
kekuatan yang mewujudkan eksistensi. Secara ideologis
kekuatan rohani ini adalah gabungan dari berbagai ide baik
merupakan asas keyakinan yang tertuang pada keimana
terdahap alam semesta yang rahmanya secara merata pada
setiap bangsa. Di samping itu, bertolak belakang atas kesadaran
terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mampu menyelaraskan
dirinya terhadap sesama dan alam semesta yang diyakini
memberikan unsur-unsur kehidupan.1

Butir-butir Pancasila terdapat pada setiap individu dan


golongan dari masyarakat Indonesia terutama kamun Muslim
yang melandaskan keyakinan pada tauhid. Menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan, memerintahkan agar menggalang persatuan,
memberikan pengarahan agar setiap persoalan hidup harus
diselesaikan dengan asas pemusyawaratan dan hidup tolong

M. Abdul Karim, MA., Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta:


1

Sumbangsih Press, 2005), hlm. 46-47.

1
menolong di antara sesama manusia agar nikmat yang
dilimpahkan kepada Allah SWT dapat dirasakan secara merata.2

Pengalaman di masa lampau jelas menggambarkan bahwa


suatu pemikiran akan berkembang secara fleksibel apabila ia
berakar dan mampu menjawab persoalan nyata yang dihadapi
masyarakat. Apa yang kita saksikan sekarang ini merupakan
perkembangan wajar dari langkah-langkah yang sudah ditempuh
di masa lalu.3

B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Islam di Indonesia pada masa
pasca kemerdekaan?
2. Apa saja dampak perkembangan Islam di Indonesia?

C.Tujuan
1. Mengetahui perkembangan Islam di Indonesia pada masa
pasca kemerdekaan.
2. Mengetahui dampak perkembangan Islam di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Setelah kemerdekaan, dalam berbagai lembaga politik,


seperti Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemedekaan
(BPUPKI), umat Islam hanya mewakili 25%, sedangkan dalam
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) hanya 12%.
Hanya dalam Panitia Sembilan umat Islam lebih dominan. 4 Di
masa sebelumnya telah dilahirkan beberapa organisasi massa
2
Ibid,hlm. 48.
3
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hlm. 275.

2
Islam, seperti Muhammadiyah 1908, Serekat Dagang Islam 1911
(kemudian Sarekat Islam 1912), Nahdatul Ulama 1926, dan lain-
lain.

Sebenarnya dalam konsep “Piagam Jakarta” yang


dihasilkan oleh Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945 terdapat
jaminan untuk menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluk
Islam tetapi satu hari setelah kemerdekaan (tanggal 18 Agustus
1945) konsep tersebut dicoret dan diganti hanya dengan kalimat
Ketuhanan Yang Maha Esa. Suatu kalimat yang sangat netral,
punya banyak makna, menguntungkan bagi non muslim dan
kelompok nasionalis, tetapi cukup merugikan dalam politik bagi
umat Islam. Oleh karena alasan bahwa Indonesia sedang
berjuang untuk menegakkan kemerdekaannya, umat Islam tidak
keberatan dengan adanya pencoretan tersebut tetapi akan
berjuang untuk mengembalikannya pada wakttu dan kondisi
sudah lebih baik.5

Yang sedikit agak melegakan hati umat Islam adalah


keputusan KNIP (Komite Nasional Indoesia Pusat) yang bersidang
pada 25-27 November 1945 yang dipimpin oleh Sultan Syahrir
antara lain, membahas usul agar dalam soal-soal keagamaan
Indonesia digarap oleh satu kementerian tersendiri dan tidak lagi
diperlakukan sebagai tanggungjawab Kementerian
Pendidikan.6Sebagai bukti bahwa Indonesia memang bukan
negara sekuler makapada 3 Januari 1946 dibentuk Kementerian
Agama. Kementerian ini mengakomodir kepentingan umat Islam.

4
Taufik Abdullah, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam jilid 5: Asia
Tenggara, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 432-434.
5
Ibid,hlm. 432-434.
6
Endang Saifudin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Bandung:
Pustaka, 1983), hlm. 60.

3
Hal ini tampak jelas dari kenyataan bahwa Kementerian Agama
mengelola beberapa aspek kehidupan beragama, seperti:7

1. Pendidikan Agama (Madrasah dan Perguruan Tinggi)


2. Pengadilan Agama
3. Perjalanan Haji
4. Urusan Agama (pencatatan nikah, talak, rujuk, pembinaan
masjid, zakat, waqaf, infak, shadaqah)

Perjuangan melalui Pemilihan Umum pada 15 Desember


1955 yang melahirkan Lembaga Konstiuante yang dilantik pada
10 November 1956. Ternyata perolehan kursi umat Islam hanya
230 kursi sedangkan partai-partai lainnya 286 kursi. 8 Usaha-
usaha partai Islam untuk menegakkan Islam sebagai ideologi
negara dalam konstituane mengalami jalan buntu. Demikian juga
Pancasila yang oleh umat Islam dipandang sebagai milik kaum
non-muslim.9 Jika pada awal kemerdekaan Soekarno berjanji
memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk
memperjuangkan ideologi Islam, Soekarno justru menegaskan
bahwa Indonesia adalah negara nasional dan bukan negara
Islam.10 Akhirnya pada 10 Okober 1956, ketika sidang Majelis
Konstituante dibuka di Bandung, Demokrasi Parlementer diganti
dengan Demokrasi Terpimpin.11

Dari aspek politik, partai Masyumi(Madjlis Sjura Muslim


Indonesia) yang dilahirkan pada Kongres Umat Islam di

7
Saifullah, SA.,Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 35.
8
Taufik Abdullah, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam jilid 5: Asia
Tenggara, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 439-441.
9
Endang Saifudin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Bandung:
Pustaka, 1983), hlm. 60.
10
Saifullah, SA.,Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 34.
11
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991),
hlm. 392.

4
Yogyakarta pada 7 November 1945, pernah menjadi partai politik
yang sangat kuat dengan 49 kursi di Parlemen dari 236 orang
anggota parlemen bahkan memenangkan perolehan suara
hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Masyumi pernah masuk
dalam kabinet, seperti Kabinet Natsir (1950-1951), Kabinet
Sukiman (1951-1952) dan Kabinet Burhanuddin Harahap (1955-
1956). Karena ada konflik internal, partai ini kehilangan sebagian
sebagian kekuatannya yaitu dengan keluarnya NU (April 1952
Muktamar NU di Palembang) dan PSII (Partai Sarikat Islam
Indoneisa).12 Perpecahan ini adalah dampak dari Masyumi berdiri
dengan kepengurusan partai yang terdiri dari dua bilik, Majelis
Syuro (Dewan Partai) dan Dewan Eksekutif Partai. Dewan Partai
berfungsi sebagai penasehat partai, beranggotakan para ulama
atau kiai dari pesantren. Dewan Eksklusif berfungsi menangani
masalah politik praktis, anggotanya terdiri dari cendikiawan
berpendidikan Barat. Dewan Partai menganggap orang
berpendidikan Barat dalam Dewan Esekutif kurang mengerti
agama sementara Dewan Eksekutif menganggap kaum ulama
tidak paham tentang masalah politik. Dalam praktik, kaum ulama
jabatannya hanya Menteri Agama sedangkan kelompok
intelektual dapat menjadi Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri,
Menteri Penerangan dan lain-lain. Kondisi ini melahirkan
kecemburuan.13Masyumi mengalami keruntuhan setelah
dibubarkan oleh Soekarnodengan dikeluarkannya Penpres No.
200 tahun 1960 dan tanggal 13 September 1960 pemimpin Pusat
Masyumi menyatakan pembubaran partai.14Kekuatan politik
Islam jatuh, sekalipun NU dan PSII serta PERTI (Persatuan
12
M. Abdul Karim, MA., Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta:
Sumbangsih Press, 2005), hlm. 77-78.
13
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 63-64.
14
M. Abdul Karim, MA., Islam dan Kemerdekaan Indonesia, (Yogyakarta:
Sumbangsih Press, 2005), hlm. 77-78.

5
Tarbiyah Islamiyah) tampil mewakili kepentingan politik Muslim. 15
Wakil-wakil dari partai Muslim itu ikut duduk dalam DPRGR
maupun dalam kabinet. NU mengikuti semua gagasan Soekarno.
PNI yang diharapkan Soekarno dapat mengikuti kemauannya,
ternyata tidak maka Soekarno lebih beralih mencari dukungan
PKI. Akhinya PKI dapat memanfaatkan Soekarno untuk mencapai
tujuan Partai Komunis. PKI menggunakan taktik mengiring konflik
yang sasaran utamanya adalah para pemilik tanah dari kalangan
Islam dan PNI. PKI melancarkan landreform. Gerakan ini
menimbulkan tekanan kepada pemilik tanah yang mayoritas
kaum agama dan priyayi. Tahun 1964, PKI melancarkan aksi
merebut tanah perkebunan, tanah wakaf, melakukan
penggrebegan dan penganiayaan. Tahun 1965, terjadi
pemberontakan anatara orang PKI dengan kaum santri sehingga
menimbulkan kekacauan. Di tingkat nasional, terjadi inflasi
besar-besaran sehingga terjadi kebangkrutan. Konfrontasi
dengan Malaysia membuat Indonesia dikucilkan oleh negara
kapitalis. Indonesia keluar dari PBB. Akhibatnya terputuslan
bantuan dari organisasi yang bernaung di bawah PBB, seperti
IMF, World Bank, dan lain-lain.16

Partai-partai ini sebagaimana partai lain mulai


menyesuaikan diri dengan keinginan Soekarno yang mendapat
dukungan dari dua pihak yang bermusuhan yaitu ABRI dan PKI.
Langkah akomodatif NU dan partai Islam lain selalu disandarkan
pada agama, seperti Al-Qur’an yang digunakan sebagai rujukan.
NU memberi gelar kepada Soekarno, Waliy al-Amr al-Dharuri bi
al-Syaukah. Untuk menyenangkan hati Soekarno, IAIN memberi

15
Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965, (Jakarta:
Grafiti Press, 1987), hlm. 151-196.
16
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 72-74.

6
gelar doktor kehormatan dalam ilmu ushuluddin dengan
promotor KH. Saifuddin Zuhri, pimpinan NU yang telah diberi
peran oleh Soekarno dalam pemerintahan Demokrasi Terpimpin.
Langkah akomodatif partai-partai Islam ini bertujuan agar
nasibnya berbeda dengan Masyumi yang tokoh-tokohnya
diintimidasi oleh golongan pro-Soekarno. 17 Betapapun NU
mengikuti kehendak Soekarno tetapi NU dapat menandingi PKI.
Kalau PKI membuat Lerka, NU membuat Lembaga Seni Budaya
Muslim (Lesbumi). PKI mempunyai Barisan Tani di desa-desa, NU
mempunyai Persatuan Tani NU (Pertanu). Dalam perburuhan, PKI
mempunyai Sobsi, NU punya Serikat Buruh Muslimin Indonesia
(Serbumusi). Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dibentuk untuk
mengimbangi aktivitas Pemuda Rakyat PKI yang tidak segan-
segan melakukan kekerasan terhadap umat Islam. Sejumalh
organisasi khusus, organisasi pelajar dan mahasiswa seperti
IPNU, PMII juga untuk mengimbangi kekuatan PKI. NU, PSII dan
Perti mendirikan organisasi Islam seperti HMI, PII, Pemuda
Muhammadiyah serta IMM, sementara Gabungan Serikat Buruh
Indonesia (Gasbindo) mendapat tekanan dari Soekarno dan
dituntut untuk dibubarkan.18

Walaupun partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian


terhadap kebijaksanaan Soekarno, tetapi secara keseluruhan
peranan partai Islam mengalami kemerosotan. Tidak ada jabatan
menteri penting yang diserahkan kepada Islam. Satu-satunya
kepentingan Islam yang diluluskan adalah keputusan MPRS 1960
yang memberlakukan pengajaran agama di universitas.19

17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hlm. 268-269.
18
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 73.
19
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991),
hlm. 405.

7
Untuk memperjuangkan Islam dan melawan hegemoni
kekuatan Soekarno, terjadi beberapa perlawanan, mulai dari
yang inkonstitusional (seperti pemberontakan DI/ TII di Jawa
Barat di bawah pimpinan Kartosuwirjo, DI di Aceh pmpinan Daud
Beureueh, DI/ TII Sulawesi Selatan di bawah pimpinan Kahar
Muzakkar, PRRI di Sumatera Tengah, PERMESTA di Sulawesi
Selatan.20

Dalam kondisi politik dan ekonomi tidak menentu, tersiar


kabar Soekarno sakit. D.N. Aidit telah menyusun suatu rencana
melakukan tindakan kekerasan. Sasarannya adalah para
pemimpin pusat Angkatan Darat dengan menciptakan desas-
desus bahwa di kalangan AD telah dibentuk Dewan Jendral yang
akan melakukan kudeta terhadap Soekarno. PKI harus bergerak
cepat. Pada tanggal 30 September 1965 malam, dibawah
komando Syam, Ketua Biro Khusu CC PKI, Kolonel Untung dan
pasukannya melakukan penculikan dan pembunuhan sejumlah
Jendral AD di Jakara, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Peristiwa ini
kidenal dengan G30S PKI. Namun peristiwa dengan cepat dapat
dilumpuhkan.21

Peristiwa ini telah mengembangkan kerjasama yang baik


antara kelompok tentara dan kelompok Islam melawan PKI. Sejak
awal diketahui adanya pemberontakan G30S PKI, Pemuda
Muhammadiyah yang sedang mengikuti kursus kader di Jakarta,
membentuk Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda
Muhammadiyah (Kokam). Tanggal 1 Oktober 1965 diadakan
pertemuan antara HMI, Pemuda Muhammadiyah, PKI, PII dan
PMKRI. Dalam pertemuan berhasil disepakati untuk mengadakan

20
Saifullah, SA., Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 36.
21
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 74.

8
kerjasama mengahdapi kemungkinan perebutan kekuasaan yang
terjadi akibat perebutan kekuasaan G30S. Muhammadiyah
mendorong umat Islam untuk melakukan jihad melawan PKI.
Tanggal 9-11 November 1965, Muhammadiyah mengadakan
sidang kilat dan mengeluarkan fatwa penumpasan G30S PKI
adalah ibadah yang hukumnya wajib ‘ain. Di daerah-daerah,
pemuda Ansor merupakan kekuatan yang besar dalam
menumpas PKI. Terjadinya peristiwa G30S merupakan titik
klimaks dari pertentangan ideologi yang sangat tajam di zaman
Demokrasi Terpimpin.22Soekarno menulis Surat Perintah Sebelas
Maret kepada pimpinan AD, Soeharto. Dengan berbekal surat itu
Soeharto mengambil tindakan yaitu mebubarkan PKI pada
tanggal 12 Maret 1966, menangkap sejumlah menteri yang
diduga berindikasi PKI, dan pendukung-pendukung PKI
disingkirkan.23

Setelah kejatuhan Soekarno, muncul Orde Baru di bawah


pimpinan Soeharto. Tumbangnya Orde Lama memberikan
harapan baru kepada kaum Muslimin. Namun, umat Islam
merasa meskipun musuh bebuyutannya komunis telah tumbang,
kenyataan berkembang tidak seperti yang diharapkan. Pada
1966 umat Islam melahirkan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi)
setelah gagal memperjuangkan rehabilitasi Masyumi. Era ini
ditandai dengan gencarnya gerakan pembaruan pemikiran Islam
yang dipelopori oleh angkatan muda Islam, seperti HMI, PII dan
GPII. Gerakan ini muncul sebagai reaksi mulai kerasnya tekanan
terhadap politik Islam dan karena kesadaran bahwa arena
perjuangan Islam tidak hanya sebatas arena politik tetapi

22
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991),
hlm. 423.
23
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 76.

9
diperluas hingga ranah sosial budaya. Pada masa ini juga muncul
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mulai dari tingkat Pusat hingga
Kabupaten/ Kota juga Ikatan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang
dibidani oleh BJ Habibie yang menyebar sampai daerah-daerah.24

Pada masa ini terjadi penyederhanaan partai yang


dikelompokkan menjadi:

1. Kelompok nasionalis (PNI, IPKI, Murba)


2. Kelompok spiritual (NU, Parmusi, PSII, Perti, Parkindo
dan Katholik)
3. Golongan Karya

Kelompok spiritual menjadi Partai Persatuan Pembangunan


(PPP) dan kelompok nasionalis Partai Demokrasi Indonesia
(PDI).25

Walaupun mendapat tekanan dalam Orde Baru, politik


Islam muncul dalam bentuk Partai Persatuan Pembangunan
(yang merupakan fusi dari partai-partai: Permusi, NU, PSII, PERTI)
dan di Era Reforamasi berkembang dan bertambah dengan
Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan
beberapa partai kecil lainnya.26

Orde Baru memang sejak semula mencanangkan


pembaharuan sistem politik. Pada tanggal 26 November 1996,
dengan sebuah amanat dari presiden disampaikan kepada
DPRGR: RUU Kepertaian, RUU Pemilu dan RUU Susunan MPR,

24
Saifullah, SA., MA., Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 37.
25
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 78.
26
Saifullah, SA., MA., Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Teanggara,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 38.

10
DPR dan DPRD. Yang kedua dan yang ketiga ditetapkan 22
November 1969. Sedang yang pertama berhenti. Pada 9 Maret
1970, fraksi-fraksi parpol di dalam PPP dan PDI (5 Februari 1973).
Pada 14 Agustus 1975 RUU Kepartaian disahkan. Penataan
kehidupan kepartaian berikutnya adalah penetapan asas
tunggal, Pancasila, untuk semua parpol yaitu Golkar dan
organisasi lainnya, tidak ada asas ciri, tidak ada ideologi Islam
oleh karena itu tidak ada lagi partai Islam.27

Menjelang Pancasila diputuskan pada Sidang Umum MPR


1983 sebagai satu-satunya asas bagi kekuatan politik, banyak
kalangan yang melontarkan suara-suara kontra. Suara itu
semakin tajam ketika Pancasila bukan saja diputuskan sebagai
satu-satunya asas bagi kekuatan politik tetapi juga terhadap
organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi keagamaan di
Indonesia. Sangat wajar kalau suara kontra iu banyak yang
berasal dari umat Islam mengingat laar belakang sejarah yang
pernah dilaluinya. Hanya PPP, fusi dari empat partai Islam
Permusi, NU, PSII, Perti yang masih mempunyai ideologi Islam.
Dengan pengasastunggalan, sebagian umat Islam menganggap
penyalur aspirasi politik Islam hilang.28

Untuk merumuskan situasi baru sekaligus


memasyarakatkan kebijaksanaan tersebut, beberapa kalangan
menyelenggarakan forum-forum berkenaan dengan aspirasi
politik Islam. Kesimpulan dari kegiatan-kegiatan itu menyatakan
bahwa aspirasi keagamaan dalam kehidupan politik di Indonesia
tetap akan tersalurkan. 29

27
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hlm. 270.
28
Ibid, hlm. 271.
29
Ibid,hlm. 272.

11
Pada masa Orde Baru, umat Islam berhasil menggalang
persatuan, sehingga pada Pemilu 1971 perolehan kursi partai
mendapat 94 kursi. Pemilu tahun 1977, PPP meraih 99 kursi.
Namun, ketika menghadapi pembagian kursi di DPR/ MPR, sikap
politik yang berbeda, pembagian unsur pmpinan komisi di DPR,
masalah daftar calon anggota DPR dalam pemilu, menimbulkan
ketegangan. Akibatnya pada pemulu ketiga tahun 1982
perolehan kursi PPP menurun. Pembagian kursi 1982 NU merasa
dirugikan, maka dalam Muktamar ke-24 di Situbondo tahun 1984
NU menyatakan kembali ke Khattitahnya yaitu NU merarik diri
dari gelanggang politik kembali ke organisasi sosial. Keluarnya
NU dan PPP merupakan pukulan berat sehingga tahun 1987 PPP
mengalami kemerosotan yang luar biasa.30

Menjelang diberlakukannya asas tunggal, semula umat


Islam banyak yang cemas karena UU No. 8 tahun 1985 tentang
Organisasi Kemasyarakatan mewajibkan semua ormas
mencantumkan asas tunggal yang berarti dilarang
mencantumkan asas lain sebagai ciri khas atau identitas sendiri.
Dengan demikian, PPP harus menghapus asas Islamnya dan
menjadi partai nasionalis tanpa ciri Islam. Sementara, sikap NU
sejak dini menerima Pancasila sebagai asas tunggal. Kalangan
Muhammadiyah lebih berhati-hati. Berdasarkan pertimbangan
dari golongan umat Islam yang ikut merumuskan Mukkadimah
UUD 1945 maka umat Islam menerima Pancasila sambil
berusaha mengisinya dengan nilai-nilai Islam.31

Sesudah asas tunggal diterima oleh umat Islam, pada awal


Orde Baru pemerintah mengumumkan monopoli pengelolaan
perjalanan haji Indonesia. Menganai pelaksanaan hukum Islam.
30
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 78-79.
31
Ibid,hlm. 80-81.

12
Misalnya, RUU Perkawinan, ketika diajukan pada 7 September
1968 ke DPR mendapat tanggapan keras dan akhirnya dibekukan
sempai pemilu tahun 1971. Para penganut agama Hindu dan
Budha melaksanakan perkawinan dengan caranya sendiri. Kawin
dengan cara Islam di KUA adalah keterpaksaan. Pada tahun
1973, Pemerintah melalui Menteri Kehakiman menyampaikan
RUU tetapi masih mendapat tanggapan keras terutama masalah
poligami, kedudukan wanita, perceraian, kawin campur, dan
perjanjian perkawinan. Pembahasan di DPR mengalami
kemacetan lantaran fraksi ABRI di DPR ingin mempertahankan
RUU yang dinilai oleh kalangan Islam tidak cocok untuk
masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Wakil-wakil Islam
berusaha agar syariat Islam ditegakkan dalam UU Perkawinan,
baik melalui usaha legislatif atau melalui kerjasama PPP sampai
dengan kekuatan sosial politik Islam serta pendekatan langsung
dengan presiden. Pendekatan ini menghasilkan RUU baru yang
disepakati oleh fraksi PPP dan ABRI.32 Pada tahun 1969, Soeharto
membenuk Lembaga Pusat dakwah Islam Indonesia (LDII) untuk
memberi wadah kegiatan dan guna menekan kelompok militan
dan reformis Islam.33

Di samping itu, sejak dekade 1970-an banyak bermunculan


intelektual muda Muslim yang meskipun sering kontroversial,
melontarkan ide-ide segar untuk masa depan umat. Kebanyakan
mereka adalah intelektual Muslim berpendidikan umum. Ini
adalah buah dari kegiatan organisasi-organisasi mahasiswa Islam
seperti HMI, PMII, IMM dan lain-lain.34

32
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991),
hlm. 454.
33
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 84-85.
34
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hlm. 274.

13
Demikian juga dengan kebijaksanaan pemerintah
mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975.
Bahkan, MUI bisa dikatakan sebagai suatu forum pemersatu
umat Islam Indonesia. Aspirasi-aspirasi umat termasuk aspirasi
politik mungkin bisa tersalurkan dengan lembaga ini. 35Demikian
juga dengan kebijaksanaan pemerintah mendirikan Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975. Bahkan, MUI bisa
dikatakan sebagai suatu forum pemersatu umat Islam Indonesia.
Aspirasi-aspirasi umat termasuk aspirasi politik mungkin bisa
tersalurkan dengan lembaga ini.36

Pada tahun 1973 di Saudi Arabia berdiri Islamic Develpement Bank


(IDB). Indonesia termasuk salah satu negara yang ikut mendatangani kesepakatan
pendiriannya. Upaya merealisasikan Bank Islam ternyata juga mendapat
tanggapan dai Majlis Ulama Indonesia (MUI), sehingga pada akhirnya dapat
mendirikan Bank Muamalah Indonesia (BMI). Berdirinya BMI mendapat respon
yang baik dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (IMCI) sehingga menjalin
kerjasama dengan mendirikan PT. Manajemen Musyarakah Indonesia (MMI), dari
kerjasama ini berhasil mendirikan Bank Perkreditan Syari’ah.37

Partai politik pemerintah, Golkar merekayasa Pemilu 1971


dan meraih 63% suara. Golkar menarik pendukung dari mantan
pendukung komunis, PNI, Masyumi dan NU. Pada Pemilu 1977
Golkar semakin kokoh dominasinya. Sepanjang periode ini,
Soeharto memberikan pengawasan ketat terhadap pergerakan
dan partai politik Muslim. Pihak militer yang diberi hak istimewa
dalam bidang kekuasaan menentang rehabilitasi Masyumi,
penerapan kembali Piagam Jakarta, dan pemberlakuan hukum
Islam. Soeharto kemudian mengizinkan pembentukan Parmusi

35
Ibid,hlm. 274.
36
Ibid,hlm. 274.
37
Mundzirin Yusuf,dkk, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: Pustaka, 2006), hlm. 177.

14
dengan syarat seluruh mantan pimpinan Masyumi tidak
dilibatkan dalam pimpinan eksekutif partai. NU lebih
memusatkan perhatian pada praktik keagamaan daripada oposisi
politik, selalu bekerjasama dengan pemerintah melalui
Departemen Agama dan MUI.38

Dalam masalah ekonomi, pemerintah membuat Bazis


(Badan Amil Zakat Infak dan Sodaqah) dengan harapan
pemanfaatannya dapat dikoordinasi menjadi berskala besar dan
produktif, dapat pula menjadi modal bagi pengembangan
ekonomi umat.NU mendirikan Bank Nusuma dan Muhammadiyah
mendirikan Bank Matahari. Beridiri juga bank tanpa bunga
seperti Bank Muamalah.Kehidupan dan syiar Islam semakin
semarak. Masjid-masjid didirikan. Pengajian dan diskusi agama
diadakan di hotel-hotel berbintang. Yayasan Islam di bawah
Soeharto mendirikan Masjid Pancasila sejak tahun 1982-1991
sebanyak 449 unit. Jamaah haji semakin semarak. Ulama
kampus yang dahulu berpusat di IAIN, kini mucul di universitas
lain. Berdiri ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) tahun
1990 yang anggota-anggotanya dari semua unsur dan tingkat
komitmen terhadap Islam serta memiliki pusat straegis. Muncul
pula keputusan-keputusan politik: UU Sistem Pendidikan
Nasional, UU Peradilan Agama 1989, KHI tahun 1991 dan tahun
yang sama dengan instruksi presiden mengenai kewajiban setiap
produk makanan untuk mencantumkan labeb halal atau tidak
untuk melindungi masyarakat Muslim.Dengan pemberian fasilias,
umat Islam semakin berkembang dan asyik dalam bidang sosial
keagamaan saja, tetapi tidak diberi kesempatan pada bidang
politik.39

38
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 84-85.

15
Departemen Agama yang dibentuk sebagai konsesi bagi
umat Islam banyak berjasa dalam membentuk dan mendorong
kebangkitan Islam. Empat belas IAIN induk dengan sekian
banyak cabangnya sangat berjasa menyiapkan guru-guru
agama, pendakwah dan mubalig dalam kuantitas besar. Bahkan,
Departemen Agama secara terus-menerus mengembangkan dan
meningkatkan mutu IAIN. Ditambah lagi peranan departemen ini
dalam membina madrasah dan pesantren yang ada di seluruh
Indonesia.40 Malalui Departemen Agama, kiai mempunyai
pengaruh besar dalam unsur keluarga berbagai urusan desa,
urusan keagamaan, dan pemerintahan. 41

Indikasi kebangkitan Islam juga terlihat di perguruan tinggi.


Sebagian besar perguruan tinggi mempunyai masjid atau
mushola. Selama Ramadhan, organisasi kemahasiswaan di
kampus menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat dan
kegiatan-kegiatan ramadhan lainnya, seperti aktivitas sosial
keagamaan, puitisasi Al-Qur’an, drama dan pagelaran seni islami
lainnya, disamping terawih, tadarus dan kuliah-kuliah
keagamaan. Kegiatan yang sama juga berlangsung di masjid
yang diselenggarakan oleh remaja-remaja suatu organisasi
pemuda oleh kalangan muda. Bahkan karang taruna juga ada
yang melakukan kegiatan yang sama. Sebagai indikasi
kebangkitan pelajar dan mahasiswa banyak yang memakai
busana muslim baik di sekolah dan perguruan tinggi maupun di
tempat umum lainnya.42

39
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: MUI, 1991),
hlm. 466.
40
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hlm. 274.
41
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Bagian Ketiga, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 348.
42
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2011), hlm. 273.

16
Pada Pemilu 1992 banyak pesantren dan kyai NU
menyatakan dukungan dan sedia dicalonkan oleh Partai Golkar
(partai penguasa). Tradisi, pikiran, ajaran dari ulama-ulama
klasik (abad ke-8 M sampai abad ke-13 M) tetap dipelihara,
bahkan dijadikanrujukan utama setelah Al- Qur’an. Mereka tidak
mempersoalkan apakah bentuk negara Islam atau bukan, bagi
mereka pemerintah yang zalim lebih baik ketimbang tidak ada
pemerintahan. Mereka berupaya menjaga harmonitas stabilitas
sambil melakukan perbaikan sesuai dengan kaidah fiqh
“menghindari kerusakan lebih baik daripada menciptakan
kebaikan”.43

Setelah pernyataan mundur 11 menteri serta penolakan


sejumlah tokoh menjadi anggota Komite Reformasi yang akan
dibentuk Soeharto maka pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto
resmi mengundurkan diri dan melantik BJ Habibie menjadi
Presiden RI.44

Jatuhnya pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan korup


membawa harapan munculnya pemerintahan pasca Orde Baru
yang demokratis. Hal ini tercermin dari kebebasan mendirikan
parai politik. Tercatat ada 48 partai baru yang mengikuti Pemilu
1999, termasuk partai-partai Islam. Kampanye tahun 1999
diwarnai dengan menghamburnya para kiai untuk membela
partai politiknya masing-masing sesuai dengan basis keulamaan
mereka. Ulama NU terdapat pada partai PKB yang merupakan
partai yang direstui PBNU. Ulama Muhammadiyah ada yang
bergabung dengan PAN. Sedangkan PBB ingin membangkitkan
kembali perjuangan Masyumi. Para mahasiswa dan halaqah-

43
Idris Thaha (Ed.), Pergulatan Partai Politik di Indonesia, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 30.
44
M. Zaenal Muttaqin, Mengapa Kita Harus Memilih Amien Rais sebagai
Presiden, (Jakarta: Hanif Press, 20014), hlm. 18.

17
halaqah kampus turut mendirikan partai Islam, yaiu PKS yang
menarik sebagian ulama yang merupakan alumnus Timur
Tengah. Belakangan, PKB dan PAN menyatakan diri sebagai
partai yang berasaskan Pancasila dan bersifat nasionalis tetapi
basisnya adalah massa Islam. Memang Pemilu 1999 telah
membawa ulama ikut berperan kembali dalam pemerintahan,
sehingga beberapa ulama menjadi anggota legislatif. Pemilu ini
telah membawa K.H Abdurrahman Wahid menjadi Presiden.
Peran ulama berpolitik sangat menonjol karen Gus Dur selalu
mengikutsertakan ulama dalam mengambil keputusan.
Sayangnya kedudukan yang terhormat harus berakhir dengan
singkat oleh MPR yang waktu itu ketuanya adalah Amien Rais
dan jabatan presiden diserahkan kepada Megawati.45

Sampai pada Pamilu pada 5 Juli 2004, peran ulama dalam


politik terus berlanjut. Namun, dalam tubuh partai PKB timbul
kegoncangan ketika dua orang elit ulama partai itu (K.H Hasyim
Muzadi dan Gus Solahuddin adik kandung Gus Dur) sama-sama
dicalonkan oleh dua partai nasionalis PDIP dan Golkar untuk
menjadi Calon Wakin Presiden Megawati dan Wiranto. Maka,
timbul ketegangan antara PKB dan PBNU. Hal ini memperlemah
persatuan Islam.46

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

45
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Nusantara, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hlm. 89-91.
46
Ibid.

18
Perdebatan kaum abangan dengan kaum santri telah banyak menyita
banyak energi yang mengebabkan hubungan tidak harmonis dan terus
berlangsung sampai masa kepemimpinan Soekarno, sehingga harus membubarkan
sebagian partai-partai. Setelah Rezim Soekarno jatuh, tiga partai yakni NU, PSI,
Perti terus bertahan sampai masa Orde Baru berdiri, namun umur mereka tidak
panjang, karena watak Negara Orba yang antidemokrasi. Sehingga partai Islam
digabungkan menjadi satu yang bertambahdengan Parmusi yaitu menjadi PPP.
Tetapi setelah Reformasi banyak partai-partai Islam bermunculan.

Pada masa Soeharto, Ia mengharapkan berdirinya Majelis Ulama


Indonesia. Dalam tahun 1975 usaha-usaha dimulai untuk mendirikan majelis
ulama yang baru. Majelis-majelis ulama di tiap ibukota profinsi dibentuk.
Setelah Indonesia ikut menandatangani Islamic Develpement Bank (IDB)
di Saudi Arabia, mendapat tanggapan dari MUI sehingga MUI juga mendirikan
lembaga perbankan yang di namai Bank Muamalah Indonesia
(BMI).Pemerintah membuat Bazis (Badan Amil Zakat Infak dan
Sodaqah) dengan harapan pemanfaatannya dapat dikoordinasi
menjadi berskala besar dan produktif, dapat pula menjadi modal
bagi pengembangan ekonomi umat.

Wewenang untuk melakukan pembinaan terhadap Pesanteren dan


Madrasah oleh pemerintah kemudian diserahkan kepada Departemen Agama.
Departemen Agama mengelola beberapa aspek kehidupan
beragama, seperti pendidikan Agama (Madrasah dan Perguruan
Tinggi), Pengadilan Agama, perjalanan haji, Urusan Agama
(pencatatan nikah, talak, rujuk, pembinaan masjid, zakat, waqaf,
infak, shadaqah). Setelah kemerdekaan,pendidikan mengalami kemajuan
dalan bidang pendidikan. Tetapi pada dasarnya Madrasah masih bertumpu pada
pesantren dalam sistem pengajarannya.pada awal Orde Baru pemerintah
mengumumkan monopoli pengelolaan perjalanan haji Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Taufik,2002, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam jilid 5:


Asia Tenggara,Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
Anshari,Endang Saifudin,1983,Piagam Jakarta 22 Juni
1945,Bandung: Pustaka.
Lapidus,Ira M.,1999,Sejarah Sosial Umat Islam, Bagian
Ketiga,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
MA., M. Abdul Karim, 2005, Islam dan Kemerdekaan
Indonesia,Yogyakarta: Sumbangsih Press.
Muttaqin,M. Zaenal,2014,Mengapa Kita Harus Memilih Amien
Rais sebagai Presiden, Jakarta: Hanif Press.
Noer,Deliar,1987,Partai Islam di Pentas Nasional 1945-1965,
Jakarta: Grafiti Press.
SA., Saifullah, 2010, Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia
Teanggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sunanto,Musyrifah,2012,Sejarah Peradaban Islam
Nusantara,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thaha, Idris (Ed.), 2004,Pergulatan Partai Politik di
Indonesia,Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yatim, Badri,2011, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Yusuf,Mundzirin,dkk, 2006,Sejarah Peradaban Islam di Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka.

20

Anda mungkin juga menyukai