SKPRIPSI
SKPRIPSI
SKPRIPSI
SKRIPSI
Oleh:
MARSELINUS NANI
2015610063
Sekolah Menengah Pertama Rangga Rame hingga lulus pada tahun 2011. Tahun
2011 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Loura dan lulus pada tahun 2014,
Malang.
iv
MOTTO
(Ly-Nuklir)
PERSEMBAHAN
v
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan Berkat dan RahmatNya, sehingga saya diberikan
kesehatan dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar.
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak Bapak Hendrikus Ngongo Rode, Ibu Lusia Gheda
Karere, terima kasih atas dukungan Doa dan dukungan
moril selama ini
2. Kakak Okta, Nona,Melki, adi Yote, St. Yuli,Roni, Oni, Isto,
Goris, Dete, Lois, Alfan dan ine tayi yang selalu
memberikan dukungan dan membuat saya selalu
tersenyum sehingga mampu mengatasi rintangan dan
membuat membuat hari-hari dirantauan lebih berwarna
3. Keluarga besar Lukas Nani dan Erminolda terima kasih
atas segala dukungan dan motivasinya sehingga
membuat saya kuat dan tegar serta ingin
membahagiakan kalian.
4. Family Squad Gg-1 Malang ,tempat saya belajar artinya
persaudaraan dan kebersamaan serta melalui semua
persoalan karena dukungan dan Motivasinya
5. Teman teman yang selalu bersama-sama dan saling
mendukung dalam melewati susah& senang. Terima kasih
untuk waktu yang kalian berikan dan kesempatan untuk
kita saling berbagi.
6. Family S.Kep 2015 terimakasih atas kerjasama dan
dukungannya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
penyusunan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini yaitu
Lansia di Panti Werdha Pangesti dan Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.”.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
vii
4. Yanti Rosdiana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
6. Kedua orang tua yang selalu mendukung dalam doa dan finansial sehingga
banyak kekurangan, baik dari segi pengetahuan maupun tulisan. Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis
Marselinus Nani
viii
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
x
Keywords: Burnout; Caregiver; coping Mechanism
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ii
LEMBAR KEASLIAN PENULISAN..................................................................iii
LEMBAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................iv
MOTTO...................................................................................................................v
PERSEMBAHAN...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR............................................................................................vii
ABSTRAK...............................................................................................................ix
ABSTRACT..............................................................................................................x
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................................7
1.3.1. Tujuan Umum......................................................................................7
1.3.2. Tujuan Kusus.......................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................................8
1.4.1. Manfaat Teoritis...................................................................................8
1.4.2. Manfaat Praktis....................................................................................8
xi
2.2.1 Pengertian Burnout..............................................................................20
2.2.2 Dimensi Burnout.................................................................................22
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Bournout................................................23
2.3 Caregiver.........................................................................................................23
2.3.1 Pengertian Caregiver..........................................................................23
2.3.2 Jenis Caregiver....................................................................................24
2.3.3 Tugas Dan Peran Caregiver................................................................25
2.3.4 Beban pada Caregiver.........................................................................26
2.3.5 Dukungan dan Kebutuhan Caregiver..................................................28
2.4 Lanjut usia (Lansia)........................................................................................30
2.4.1 Definisi Lanjut usia (Lansia)...............................................................30
2.4.2 Batasan-batasan usia lanjut.................................................................31
2.4.3 Cara Hidup Sehat Pada Lansia............................................................32
2.4.4 Klasifikasi Lansia................................................................................39
2.4.5 Karakteristik Lansia............................................................................39
xii
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Mekanisme koping Caregiver dalam merawat lansia
di Panti Wherda pangesti dan Griya Asih kabupaten malang.....................58
6.2.......................................................................................................................... Burnout Caregive
.........................................................................................................................60
6.3.......................................................................................................................... Hubungan mekan
dalam merawat lansia di Panti Wherda Lawang dan Griya Asih................63
6.4. Keterbatasan penelitian................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Menua bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia (lansia). Menurut
telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan karakteristik sosial dari
masyarakat, dimana orang yang sudah lanjut usia memiliki ciri-ciri rambut
2018). Perubahan yang terjadi pada lansia tidak hanya pada kondisi fisik, tetapi
tahun 2016, didapatkan jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa atau
8,69% dari jumlah penduduk sementara pada tahun 2018 jumlah mencapai 9,3%
atau 24,7 juta jiwa. Jumlah lansia yang semakin besar, menjadi tantangan untuk
dapat mempersiapkan lansia yang sehat dan mandiri sehingga nantinya tidak
menjadi beban bagi masyarakat maupun negara, dan justru menjadi aset sumber
daya manusia yang potensial. Lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental
dan sosial, salah satu keberadaan lansia seringkali dipersepsikan secara negatif,
1
2
dengan semakin banyaknya masalah yang dialami oleh lansia. Lansia cenderung
degeneratif (Nugroho, 2012). perubahan fisik yang terjadi terjadin pada lansia
orang lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas mengatur diri sendiri
atau aktivitas seseorang baik individu maupun kelompok dari berbagai kesehatan
hari, seperti usia, imobilitas dan mudah jatuh (Nugroho, 2012). Terjadinya
dan kemampuan fisik lansia dalam melakukan kegiatan, baik kegiatan untuk diri
kesehatan lansia perlu ditingkatkan untuk tercapainya lansia yang sehat dan
bahagia (Tamher dalam Kusumawardani, 2018). Oleh karena itu peran orang-
3
memberikan perawatan langsung pada anak atau orang dewasa yang menderita
seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya
sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut.
masalah dan memecahkan masalah (Hidayah, 2012). Jika keluarga atau orang
atau mengurangi dampak stressor. Caregiver yang memiliki strategi koping yang
baik akan dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi secara bijak
menghadapi beban kerja yang dirasakan oleh perawat. Apabila perawat memiliki
4
mekanisme koping yang adaptif, maka tidak akan menimbulkan stres yang
dan pendapatan yang dinilai dalam suatu keadaan yang penuh tekanan, dengan
melakukan suatu tindakan mengubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah
laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani
atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu (Nasir & Muhith, 2011).
koping yang efektif dapat membantu individu beradaptasi terhadap stres yang
berduka yang tidak terselesaikan dan depresi dapat mengarah pada keletihan
(Bare, 2011).
koping perawat di 4 ruangan rawat yaitu ruang Indragiri, Kuantan, Siak dan
baik, meminta bantuan kepada orang lain ketika melakukan pekerjaan yang sulit
(47,9%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Ozkan (2012) menyatakan bahwa
mekanisme koping dan dukungan sosial berdampak pada tekanan yang dialami
oleh pasien. Keputus asaan akan menyebabkan dampak yang negatif terhadap
situasi baru dan mekanisme koping yang digunakan menjadi kurang efektif.
dalam situasikerja, ditandai dengan adanya kelelahan fisik dan psikis, perasaan
tidak berdaya serta berkembangnya konsep diri negatif terhadap pekerjaan dan
layanan. Salah satu faktor kepribadian yang diduga memicu munculnya burnout
2012).
berpikir secara tenang dalam kondisi stres dan pada akhirnya mampu
lebih baik (Fudyartanto, 2012). Orang yang memiliki kematangan emosi, dapat
situasi baru. Menurut Walgito (2012) mengungkapkan bahwa ada beberapa ciri
kematangan emosi seseorang, antara lain mampu menerima baik keadaan dirinya
maupun keadaan orang lain seperti adanya sesuai dengan keadaan objektifnya.
Hal ini disebabkan seseorang yang memiliki kematangan emosi, dapat berpikir
secara lebih baik dan obyektif. Orang itu tidak akan bersifat impulsif, mampu
merespon stimulus dengan cara berpikir baik serta sanggup mengatur pikirannya
emosinya secara baik pula. Orang tersebut biasanya bersifat sabar, penuh
perhatian pada fakta-fakta penting dari masalah yang dihadapi. Hal tersebut akan
cargiver dimana 3 cargiver mengatakan bahwa mereka merasa bosan dan jenuh
mengatakan bahwa meskipun sering mengalami kebosan, stres dan malas, dan
beban kerja serta tuntutan yang dialami selama melakukan perawatan tapi tetap
mengatasi hal itu dengan menggunakan koping adaptif untuk mengatasi beban
kerja yang dijalani dengan selalu berpikir positif dan melakukan tugas dengan
caregiver di Panti Werdha Pangesti dan Griya Asih Lawang Kabupaten Malang.
b. Peneliti
Lansia.
c. Peneliti Selanjutnya
bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mengatur perbedaan yang diterima antara keinginan dan pendapatan yang dinilai
dalam suatu keadaan yang penuh tekanan, dengan melakukan suatu tindakan
mengubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan
internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang
dimiliki individu (Nasir & Muhith, 2011). Menurut Kozier, dkk (2010) menyatakan
masalah dan situasi. Koping juga dapat dipandang sebagai upaya kognitif dan
perilaku yang dilakukan oleh seorang individu untuk mengatasi tekanan secara
internal maupun eksternal yang dianggap melewati sumber daya yang dimiliki oleh
individu tersebut. Selain koping dikenal juga istilah mekanisme koping (Folkman dan
Lazarus, 2010)
Mekanisme koping merupakan cara yang digunakan oleh individu untuk dapat
beradaptasi terhadap suatu perubahan yang diperoleh melalui proses belajar dan
secara efektif dalam menghadapi suatu stressor maka stresor tersebut akan menjadi
10
11
perasaan atau pikiran yang tidak dapat diterima. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
baik koping secara adaptif maupun maladaptif terhadap kecemasan yang dialami
metode sadar yang digunakan individu untuk mengatasi masalah atau stres serta dapat
Mekanisme koping adalah metode secara sadar yang digunakan oleh individu
untuk mengatasi suatu masalah atau stres dengan belajar berespon secara adaptif atau
perilaku (Gorman & Sultan, 2010). Mekanisme koping merupakan cara berespons
berdasarkan sifat bawaan atau dapatan terhadap perubahan lingkungan atau masalah
Mekanisme koping terbagi atas coping style dan coping strategy, coping style
secara tidak realistis sampai pada tingkatan paling ringan. Coping strategy merupakan
mekanisme koping yang digunakan secara sadar dan terarah oleh individu dalam
12
menghadapi suatu stressor (Lipowski dalam Nursalam & Kurniawati, 2007). Menurut
Merupakan usaha untuk mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah
yang penuh stres atau memperluas sumber untuk mengatasinya. Metode ini
dari situasinya dapat diubah. Strategi yang dipakai dalam problem focused coping
yaitu:
menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi dan
pengambilan risiko,
c. planful problem solving yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap
Merupakan usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respons emosional dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan karena suatu
kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Hal ini bertujuan mengontrol
respon emosional terhadap situasi stres yang dapat dilakukan melalui pendekatan
perilaku dan kognitif. Strategi yang dipakai dalam emotional focused coping yaitu:
13
a. Self control merupakan usaha yang dilakukan untuk mengatur perasaan ketika
sebuah lelucon.
e. Escape atau avoidance strategi mengatasi situasi yang menekan dengan cara
lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain
Selain itu mekanisme koping juga dipandang sebagai koping jangka pendek
dan koping jangka panjang. Koping jangka pendek dapat mengurangi stres hingga
batas yang dapat ditoleransiuntuk sementara waktu, namun cara ini tidak efektif
obat-obatan, minum minuman beralkohol, tunduk pada orang lain untuk menghindari
kemarahan. Sementara itu koping jangka panjang dapat bersifat konstruktif dan
realistis seperti berbicara dengan orang lain mengenai suatu masalah dan berusaha
14
tidak terjadi pada individu atau orang lain yang terlibat dalam situasi tersebut (Kozier
dkk, 2010).
berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1984). Menurut konsep ini, membagi
mekanisme koping dalam 14 sub skala mekanisme koping. Dari 14 sub skala tersebut
dikelompokkan menjadi kategori koping yaitu : problem focused coping terdiri dari
sub skala active coping, planning, use instrumental support, emotional focused
coping meliputi sub skala religion, reframing positif, use emotional support, denial
dan acceptence, dysfunctional coping meliputi sub sakala humor, self distraction,
venting, behavioural disengagement, self blame, dan substance use (Carver, dkk
1989). Namun Cooper et al (2015) menyatakan bahwa sub skala mekanisme koping
humor termasuk dalam emotion focused coping dan sub skala denial termasuk dalam
dysfunctional coping. Penjelasan mengenai sub skala koping tersebut adalah sebagai
berikut:
Jenis koping ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh individu dalam
mengambil suatu tindakan untuk mengatasi atau mengurangi dampak dari stresor.
2. Planning (Perencanaan)
digunakan serta cara yang paling baik dalam menyelesaikan suatu masalah yang
terjadi.
Hal ini dilakukan dengan menilai kembali strategi koping yang telah digunakan
secara positif yang berfokus untuk mengatasi perasaan tertekan dan tidak hanya
Mencari dukungan baik secara moral, simpati, atau pengertian untuk mengurangi
Hal ini biasanya tidak selalu adaptif karena hanya dilakukan untuk menenangkan
5. Acceptence (Penerimaan)
kenyataan bahwa hal tersebut pasti terjadi. Hal ini mengandung arti sebagai sikap
menerima kenyataan atau menerima karena belum adanya strategi yang efektif
6. Humor
Merupakan jenis koping yang digunakan oleh individu dengan membuat lelucon
7. Religion (Agama)
pada agama dengan cara memperbanyak beribadah dan berdoa meminta bantuan
kepada Tuhan.
Usaha yang dilakukan individu untuk mencari dukungan berupa saran, nasehat,
informasi atau bantuan yang dibutuhkan agar dapat membantu individu tersebut
Hal ini dilakukan dengan melakukan tindakan pelarian terhadap masalah yang
menganggap bahwa stresor tersebut tidak nyata. Hal ini terkadang memicu
masalah baru bila tekanan diabaikan dan sulit untuk mencari pemecahan masalah
yang dihadapi.
Hal ini dilakukan dengan melampiaskan emosi yang dirasakan terhadap suatu
Individu mencari cara lain untuk melupakan stresor yang dialami dengan
tersebut, menghentikan usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi stresor dan
14. Self-blame
setiap masalah atau kegagalan yang dahadapi. Individu biasanya berfokus pada
upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk menjauhkan pikiran dari pemicu yang
menimbulkan stresor.
individu dapat berubah dengan penilaian kembali terhadap situasi yang menimbulkan
stress. Biasanya individu akan mengubah stressor, beradaptasi terhadap stressor atau
menghindari stressor. Menurut Taylor dalam (Nasir & Muhith, 2011) keberhasilan
seseorang dalam memenuhi coping task akan menentukan efektifitas koping yang
digunakan. Coping task merupakan tugas yang harus digunakan individu untuk
Bila seseorang telah dapat memenuhi sebagian dari coping task maka akan
terlihat coping outcome yang dialami oleh individu yang merupakan kriteria
1. Koping dinyatakan berhasil dengan melihat ukuran fungsi fisiologis tubuh. Hal
tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan frekuensi pernapasan yang
3. Efektivitas koping baik bila psychological stress seperti rasa cemas dan depresi
1. Usia (maturasional)
Stressor bervariasi dalam setiap tahap perkembangan kehidupan. Hal ini akan
sesuai dengan tingkat usia dan menghasilkan reaksi yang berbeda dalam
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh yang kuat dalam berespon terhadap penyakit,
stres dan penggunaan koping. Secara umum laki-laki dan perempuan memiliki
2007).
3. Pendidikan
kognitif yang lebih baik dibandingkan individu dengan pendidikan rendah. Hal ini
terhadap masalah atau stressor yang mereka hadapai, sehingga mekanisme koping
yang akan terlihat dari perilaku individu tersebut. Perilaku kesehatan akan tumbuh
dari keinginan individu untuk menghindari penyakit dan adanya motivasi dari
terjadinya penyakit.
20
4. Kesehatan
Saat individu sakit dan mengalami kondisi tubuh yang lemah, maka individu
tersebut tidak memiliki energi yang cukup untuk melakukan mekanisme koping
secara efektif terhadap situasi yang penuh tekanan. Lazarus dan Folkman (2010),
masalah. Adapun indikator dari mekanisme koping ini yaitu sebagai berikut:
2.2 Burnout
sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk
bekerja. Burnout dapat merupakan akibat dari stress kerja yang kronis (King, 2010).
negatif yang terjadi dilingkungan kerja, ketika individu tersebut mengalami stress
tugas rutin seperti mengakibatkan timbulnya rasa cemas, depresi, atau bahkan dapat
kronis, kebosanan, depresi dan menarik diri dari pekerjaan. Pekerja yang terkena
burnout lebih gampang mengeluh, menyalahkan orang lain bila ada masalah, lekas
marah, dan menjadi sinis tentang karir mereka (Davis & Jhon, 1985). Reaksi stres
yang terutama sering terjadi pada orang dengan standar yang tinggi adalah burnout.
Burnout adalah keadaan kelelahan emosional dan fisik, produktifitas yang rendah,
dan perasaan terisolasi, sering disebabkan oleh tekanan yang berhubungan dengan
pekerjaan. Orang-orang yang menghadapi kondisi tekanan tinggi setiap hari sering
merasa lemah, putus asa, dan emosional terkuras dan akhirnya dapat berhenti
karyawan setelah berada dipekerjaan itu untuk jangka waktu tertentu. Seseorang yang
menderita burnout secara emosional kelelahan dan memiliki motivasi kerja yang
karyawan sehingga mereka sering lemas, lelah, putus asa dan motivasi kerja rendah.
Kelelahan emosional adalah perasaan lelah dan letih di tempat kerja (Spector,
energinya seperti terkuras habis dan ada perasaan “kosong” yang tidak dapat
b. Depersonalisasi (Depersonalization)
orang lain (Spector, 1996). Proses penyeimbangan antara tuntutan pekerjaan dan
kemampuan individu. Hal ini berupa sikap sinis terhadap orang-orang yang berada
dalam lingkup pekerjaan dan kecenderungan untuk menarik diri serta mengurangi
dengan berperilaku seperti itu, maka mereka akan aman dan terhindar dari
Biasanya ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan
(Widiastuti dan Kamsih, 2008). Ada dua faktor yang dipandang mempengaruhi
1. Faktor eksternal meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik, kurangnya
2. Faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik
kepribadian.
2.3 Caregiver
yang memberikan perawatan langsung pada anak atau orang dewasa yang menderita
memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada
(2012) sebagai: seseorang yang bertugas untuk membantu orang-orang yang ada
hambatan untuk melakukan kegiatan fisik sehari-hari baik yang bersifat kegiatan
harian personal (personal activity daily living) seperti makan, minum, berjalan, atau
kegiatan harian yang bersifat instrumental (instrumental daily living) seperti memakai
24
caregiver sebagai seseorang dalam keluarga, baik itu orang tua angkat, atau anggota
mengalami ketergantungan.
kepada seseorang dengan kondisi medis yang kronis. Informal atau lay caregiving
informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang
memberikan perawatan tanpa di bayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal
bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan Caregiver formal
adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayanan, baik di bayar
terdapat dua jenis caregiver, yaitu formal dan informal. Caregiver formal atau disebut
juga penyedia layanan kesehatan adalah anggota suatu organisasi yang dibayar dan
informal caregiver bukanlah anggota organisasi, tidak memiliki pelatihan formal dan
tidak bertanggung jawab terhadap standar praktik, dapat berupa anggota keluarga
ataupun teman. Dengan demikian caregiver keluarga merupakan bagian dari informal
caregiver.
25
pasangan, anak dewasa, kenalan pasangan atau teman yang memiliki hubungan
pribadi dengan pasien, dan memberikan berbagai bantuan yang tidak dibayar untuk
orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi kronis atau lemah. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa caregiver keluarga adalah anggota keluarga pasien, yang
bersedia dan bertanggung jawab dalam merawat, memberikan dukungan secara fisik,
sosial, emosional serta menyediakan waktunya untuk pasien yang menderita stroke
dokter, merawat dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian
termasuk:
a. Bantuan dalam perawatan diri yang terdiri dari dressing, bathing, toileting.
Bantuan dalam mobilitas seperti: berjalan, naik atau turun dari tempat tidur.
luka.
d. Menjadi pendamping
fakta tugas caregiver pada lansia. Tugas yang dilakukan caregiver tidak hanya
terbatas kepada pekerjaan rumah tangga, akan tetapi dibagi ke dalam 4 kategori,
sebagai berikut:
menjadi supir, bertindak sebagai sumber informasi dari seluruh dunia di luar
perawatan di rumah.
c. Emotional Care, yaitu menunjukkan kepedulian, cinta dan kasih sayang kepada
mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis,
anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver merupakan stress
psikologis, emosi, sosial dan financial (Tantono, 2006). Beban caregiver dibagi atas
b. Beban objektif caregiver yaitu masalah praktis yang di alami oleh caregiver,
Ada 3 faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial
sejumlah waktu energi dan uang. Tugas ini dirasakan tidak menyenangkan,
menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang
dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan
tidak pasti. Faktor terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya
dapat melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik dan sebagainya
(Anneke, 2009).
pasien (progress penyakit). Lefley (1996, dalam Sales, 2003), menjabarkan beban
c. Manajemen perilaku,
kesehatan,
h. Gangguan bersosialisasi,
perawatan.
b. Dampak kesehatan yang umum pada caregiver, akan tetapi caregiver sering
kesembuhan pasien baik dari segi fisik, psikososial, dan spiritual. Tujuan dari rencana
pendidikan kesehatan juga berbeda antara pasien dan caregiver. Caregiver mungkin
berbeda. Misalnya, prioritas utama untuk pasien lansia yang menderita diabetes
dengan luka ynag luas di telapak kaki perlu pengajaran tentang bagaimana berpindah
dari kursi dengan cara yang benar. Di lain pihak, caregiver harus lebih fokus
sukses disarankan untuk melihat dari kebutuhan pasien dan kebutuhan caregiver yang
i. Nasihat hukum,
agar beban yang dirasakan caregiver stroke dapat berkurang. WGBH (Western Great
dalam:
a. Berkomunikasi
pasien stroke. Saat perasaan pasien dan caregiver mampu diutarakan, hal
tersebut dapat mendukung satu sama lain, dan mengurangi stres yang diikuti
stroek dapat ditata sedemikian rupa sehingga pengobatan dapat lebih efektif.
b. Menemukan informasi
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
31
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan
sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living
(Fatmah, 2010).
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65
tahun)
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang
yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia
lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu
berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia
lanjut.
Jadi walaupun usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan. Ada satu
Kesehatan segalanya tidak Berarti”, yang maksudnya orang yang sehat belum tentu
hidupnya makmur, segala keinginannya terpenuhi, bisa saja hidupnya sederhana atau
biasa saja. Akan tetapi kesehatan itu milik kita yang paling berharga, karena bila sakit
kita tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati dengan baik apa yang
dimiliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga, merawat, memelihara dan
menyayangi kesehatan.
Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai
tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu caranya
adalah berperilaku hidup sehat. Sebelum membahas tentang cara hidup sehat
sebaiknya terlebih dahulu diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa sehat adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu
33
keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari
menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan
Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga,
adalah:
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang
kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi
bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut
usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh
dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan
kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):
a. Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan
b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang
bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan
jumlah bertahap.
e. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat,
yoghurt, ikan.
f. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang –
i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah
melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per
hari.Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan
kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi
tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan
dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan.
Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas.
Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah
35
makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang
cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.Dan air mineral
atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman
untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai
akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan
akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga
penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara
lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau
sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan
yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam
dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat
diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan
degeneratif.
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini
bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan
imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat
tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang
akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup
5. Menjaga kebersihan
Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh
saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana
orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2
kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu
dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi
hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan
pakailah pakaian yang bersih. Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari
sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan
kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet,
seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.
Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari
orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga
kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara
37
adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi
suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi
pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko
menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun
petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap
sehat.
8. Rekreasi
dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi
dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat
rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga
dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan
otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.
Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau
kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi
paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan,
makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak
38
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air
putih.
usia (lansia) apabila usianya 65 tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut
organisasi kesehatan dunia, WHO seseorang disebut lanjut usia (elderly) jika berumur
60-74 tahun. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran usia 65 tahun keatas disebut masa
Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikologi dari Universitas
Indonesia), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa antara usia 65 tahun hingga
tutup usia. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi tiga yaitu usia 70-75 tahun (young old); usia 75-80 tahun (old); usia lebih
dari 80 tahun (very old). Kesimpulan dari pembagiaan umur menurut beberapa ahli,
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun keatas
(Nugroho, 2008). Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di
dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas
dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam
39
setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya
(Darmojo, 2004).
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes
RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu
seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia
potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak
berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
(sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah
yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat
Tipe Lansia Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman
hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
d. Tipe pasrah
e. Tipe bingung
acuh tak acuh. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
Kategori Burnout:
Cargiver Mekanisme Koping Bornout caregiver 1. Rendah
2. Tinggi
Keterangan :
: Di teliti
: Tidak di teliti
: Garis hubungan
41
42
usia, jenis kelamin, pendidikan dan status kesehatan. caregiver yang tidak
faktor internal meliputi depresi saat bekerja, stres saat bekerja, tertekan saat
dalam pekerjaan.
3.2. Hipotesis
yang satu dengan variabel yang lain melalui data yang berupa angka-angka dan
penelitian yang akan di lakukan, meliputi subjek yang akan di teliti (subyek
penelitian), variabel yang akan di teliti dan variabel yang akan mempengaruhi
43
44
Populasi:
Seluruh perawat yang bertugas di Panti Werdha Pangesti dan Griya Asih
sebanyak 48 orang
Teknik Sampling:
Total sampling
Sampel:
Perawat lansia yang bertugas di panti menagalami sebanyak 48 orang
Desai penelitian
Deskriptif Korelatif dengan pendekatan cross sectional
Pengumpulan data
Kuesioner
Pengolahan data
Editing,Coding,Scoring,Tabulating
Analisi data
Chi Square
Kesimpulan
4.3.1 Populasi
karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang
45
dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau
48 orang.
4.3.2 Sampel
penelitian ini sebanyak 48 orang perawat lansia di Panti Wherda Pangesti dan
Griya Asih
dalam penelitian ini adalah total sampling dimana keseluruhan dari populasi
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
saat penelitian
dari suatu subjek ke subjek yang lainnya (Hidayat, 2014). Menurut Setiawan
2010, variabel juga dapat diartikan sebagai atribut subjek atau objek yang akan
diteliti dan bervariasi antara satu subjek atau objek lainnya. Variabel-variabel
variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi. Variabel ini juga dikenal
dengan sebutan variabel prediktor, resiko atau kausal (Hidayat, 2014). Dalam
Koping.
47
atau menjadi akibat karena variabel bebas. Perubahan pada variabel ini
tergantung pada variabel bebas. Variabel ini sering juga disebut sebagai
variabel efek, hasil, outcome, atau even. Dalam penelitian ini yang menjadi
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
penelitian.
kuesioner.
responden.
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah
1) Editing
segera dilakukan
2) Coding
dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk
angka atau huruf yang memberikan pentunjuk atau identitas pada suatu
digunakan :
Kode responden
50
R1 : responden pertama
R2 : responden kedua
R3 : responden ketiga,dst
3) Scoring
Kriteria skor:
1. Ya=1
2. Tidak =0
Kategori skor:
1. Adaptif 1-74%
2. Maldaptif 75-100%
b. Variabel burnout
Kriteria skor:
1. Sangat setuju=4
2. Setuju=3
3. Tidak setuju=2
Kategori skor
1. Rendah=1-50%
2. Tinggi =51-100%
4) Tabulating
tersebut dapat berupa tabel, grafik atau bagan. Analisis univariat digunakan
Penelitian ini dilakukan uji statistik dengan uji Chi Square dengan
burnout menggunkan skala ordinal. Taraf signifikan yaitu nilai α = 0,05 dengan
interpretasi apabila α < 0,05 artinya H 0 ditolak dan H1diterima yaitu ada
tinggi harkat dan martabat manusia. Menurut Arikunto (2013) terdapat 4 prinsip
and confidentiality).
maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk
responden.
subyek.
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
Panti Wherda Pangesti dan Griya Asih. Panti Wherda pangesti berada
dilingkungan yang tenang karena jauh dari keramaian atau jalan raya dan
Lawang yaitu:
Lawang
kamar tidur, 1 ICU, ruangan dapur, 1 ruangan perawat dan 1 ruangan tamu,
dalam setiap kamar diisi dua sampai tiga lansia. Jadwal kunjungan masyarakat
dari jam 08:00 sampai jam 17:00. Dan saat ini jumlah lansia yang tinggal di
fasilitas alat bantu aktifitas lansia seperti kursi roda, dan memiliki sarana
sementara Panti jompo Griya Asih terletak di Jl, Pramuka RT 06/RW 07 Dusun
54
55
dapur 1 ruangan makan lansia dan 1 ruang aula, setiap kamar tidur ini ditempati
2 samapai 3 orang lansia dan saat ini di Panti jompo Griya Asih terdapat 43
orang lansia. Panti jompo Griya Asih ini memiliki fasilitas berupa kursi roda
dan alat bantu lainnya. Panti jompo Griya Asih memiliki 22 orang tenaga kerja
Data umum pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin dan lama
3 Data Khusus
3.1 Mekanisme koping caregiver di Panti Wherda Pangesti dan Griya Asih
Tabel 5.4 Tabulasi silang dan Analisis hubungan mekanisme coping dengan
bournout caregiver dalam merawat lansia di Panti Wherda pangesti dan
Griya Asih
Variabel Burnout
Rendah Tinggi Total r p value
Mekanisme koping
Adaptif 11(22.9%) 2(4.2%) 13(27.1%
)
Maladaptif 10(20.8%) 25(52.1%) 35 (72.9%) 0,502 0,001
Total 21 (43.8%) 27 (56.3%) 48 (100%)
57
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh responden
Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
tersebut. Hasil penelitian lain juga didapatkan oleh Nugraha (2017) yang
Mulyani (2017) yang meneliti hubungan mekanisme koping dengan stress kerja
58
59
perawat IGD dan ICU di RSUD Ulin Banjarmasin, dimana hasilnya didapatkan
hampir seluruh perawat IGD dan ICU memiliki mekanisme koping adaptif.
sosial, ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang individu yang
dihadapkan pada tuntutan-tuntutan yang berat oleh karena kondisi klien yang
yang tidak sebanding dengan beban kerjanya. Kondisi ini memicu terjadinya
stress pada caregiver jika tidak diimbangi dengan mekanisme koping yang baik.
dinilai dalam suatu keadaan yang penuh tekanan dengan melakukan suatu
tindakan mengubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah laku untuk
melebihi sumber daya yang dimiliki individu (Nasir & Muhith, 2011).
Caregiver di Panti Werdha dan griya Asih memiliki tanggung jawab dan
semakin berat. Masalah muncul dan semakin berat oleh karena tugas dan
tanggung jawab yang berat tersebut tidak disertai kompensasi pendapatan yang
yang sedang dikerjakan, mudah tersinggung dan marah, tidak bisa berpikir
jernih, dan cenderung bertindak dan bersikap yang kurang konstruktif. Oleh
sebab itu, perlu diperhatikan beban kerja dan kesejahteraan caregiver agar dapat
6.2. Burnout Caregiver di Panti Wherda Pangesti dan Griya Asih Lawang
caregiver di Panti Werdha pangesti dan Giya Asih memiliki bournout pada
kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena merasa jenuh dengan seharian penuh
di rumah sakit dan merasa emosi dengan situasi yang dihadapi dalam
mendapatkan hasil bahwa tidak ada responden yang mengalami kejenuhan kerja
responden (15%). Dari hasil tersebut bahwa kejenuhan yang dialami aspek yang
yang dilakukan oleh Tinambunan (2018) yang meneliti burnout syndrome pada
burnout pada kategori rendah. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sari
(2015) yang meneliti hubungan beban kerja, faktor demografi, locus of control
dan harga diri terhadap burnout syndrome pada perawat pelaksana IRD RSUP
61
rendah untuk bekerja. Burnout dapat terjadi sebagai akibat dari stress kerja yang
kronis (King, 2010). Burnout merupakan reaksi emosi negatif yang terjadi di
caregiver dapat terjadi oleh karena rutinitas pekerjaan yang sangat melelahkan
dalam perawatan diri yang terdiri dari dressing, bathing, toileting, memberikan
bantuan dalam mobilitas seperti berjalan, naik atau turun dari tempat tidur,
makan, mandi, berpakaian dan bahkan kebutuhan eliminasi harus dibantu oleh
caregiver. Oleh sebab itu, perlu upaya untuk menghindari atau mengurangi
stress psikologis yang muncul. Beberapa upaya yang bisa dilakukan diantaranya
62
cara lainnya yang bisa diterima. Dengan demikian para caregiver merasa jerih
kegiatan fisik sehari-hari baik yang bersifat kegiatan harian personal (personal
activity daily living) seperti makan, minum, berjalan, atau kegiatan harian yang
yang sangat tinggi mengalami stress karena beban kerja yang berat. Ada tiga
faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver,
waktu energi dan uang. Tugas ini dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan
stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan
oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan tidak
63
dapat melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik dan
(Rizka, 2013).
Hasil uji Chi Square didapatkan nilai a= 0,000 yang berarti terdapat
Pangesti dan Griya Asih Lawang Kabupaten Malang. Semakin sering responden
semakin rendah kejenuhan yang dialami. Hasil penelitian ini didukung oleh
mekanisme koping dengan stress kerja perawat IGD dan ICU di RSUD Ulin
pekerjaan yang penuh dengan tuntutan tetapi tidak diimbangi dengan jaminan
pekerjanya. Apabila tidak segera ditangani, maka pekerjaan tersebut akan sering
64
mengalami pergantian pekerja. Pekerja yang tidak kuat dengan kondisi tersebut
akan berhenti dan mencari pekerjaan lain yang lebih baik, lebih menyenangkan,
dan lebih menjanjikan. Akibatnya jumlah pekerja yang bekerja pada pekerjaan
yang tidak nyaman tersebut semakin sedikit, dan dampak langsung yang bisa
dirasakan oleh pekerja yang masih bertahan ialah beban kerja yang semakin
lain, maka akan memicu terjadinya burnout. Burnout yang berat dan terjadi
dalam waktu yang lama bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius,
yaitu:
1. Lebih dari separuh caregiver di Panti Werdha pangesti dan Giya Asih
2. Lebih dari separuh caregiver di Panti Werdha pangesti dan Giya Asih
7.2. Saran
1. Bagi responden
bekerja
65
66
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, M.R. dan Tomey, A.M. 2010. Nursing theorists and their work. seven.,
United States of America: Elsevier.
Anneke, L., Endarwati, R. 2009. Penentuan Validitas dan Reli abilitas The Zarit
Burden Interview untuk Menilai Beban Caregiver dalam Merawat Usia
Lanjut dengan Disabiltas. Thesis. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Apriani, Riska. 2013. Peningkatan Pembelajaran Perubahan Lingkungan melalui
Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Randugunting 3 Kota Tegal. Semarang: Skripsi S1 PGSD FKIP
Unnes.
Arguelles, J., Diaz, J., Malaga, I., Perillan, S., Costales, M., Vijande. 2007.
Sodium taste threshold in children and its relationship to blood
pressure. Brazillian Journal of Medical and Biological Research (2007)
40: 721-726
Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta
Bare BG., Smeltzer SC. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. Hal : 45-47.
Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikolog Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset
BKKBN. 2014. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BKKBN.
Bungin, Burhan. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers
Carver, C. S., & Scheier, M. F. 2001. Optimism, Pessimism, and Self Regulation.
In E. C. Chang,Optimism & pessimis: Implications for theory,
research, and practice. (pp. 31-51). Washington, DC: American
Psychological Association.
Davis, K. dan Newstrom, J. 1985. Human Behavior at Work. Organization
Behavior 9th Edition. Singapore. Mc. Graw-Hill. International Spector,
P.E. 1996. Industrial and Organizational Psychology. Canada: Jhon
Wiley & Sons, Inc
Depkes RI. 2006. Pedoman Pembinaan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga.
Dorland. 2012. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 32nd ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2012. p. 252-254, 403-407.
Englin Moria K. Tinambunan. 2018. Burnout Syndrome Pada Perawat di Ruangan
Rawat Inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Jurnal Keperawatan
Priority, Vol 1, No. 1, Januari 2018 .
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga
Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Fudyartanto, R. B. S. 2012. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Gorman, M. L., & Sultan, F.D. 2008. Psykologikal Nursing for General Patient
Care. Philadelphia: F.A Davis Company.
68
Grace Jinny Mundung. 2019. Hubungan Mekanisme Koping dengan Stres Kerja
Perawat di RSU GMIM Bethesda Tomohon .e -journal Keperawatan
(e-Kp) Volume 7 Nomor 1,2019
Hanahan, D. and Weinberg, R.A., 2011. Hallmarks of Cancer: The Next
Generation, Cell, 144: 646-674.
Hidayah, D. N. 2012. Persepsi Mahasiswa tentang Harapan Orang Tua terhadap
Pendidikan dan Ketakutan akan Kegagalan. Educational Psychology
Journal Tahun 2012. (http:// journal. unnes. ac.id/sju/index.php/ epj
diakses 12 april 2019)
Hidayat, A. Alimul Aziz. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.A. 2012. Metode Penelitian Kesehatan : Pradigma Kuantitatif.
Surabaya: Kelapa Pariwara.
Jagannathan, Thirthalli, et al. 2014. Predictors family caregiver burden in
schizophrenia: study from an inpatent tertiary care hospital in india.
Asian Journal of psychiatry 94-98.
King, A, Laura. 2010. Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif. buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika
King, Laura. 2010. Psikologi Umum. Jakarta : Salemba Humanika.
Kozier, B., Berman, A.and Shirlee J. Snyde, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni,
dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik. edisi VII Volume 1. Jakarta : EGC.
Kristensen, T.S., Borritz, M., Villadsen, E. & Christensen. 2015. The Copenhagen
Burnout Inventory: a New Tool for the Assessment of Burnout. Work &
Stress. Journal. Vol 19, no. 3: 192-207.
Kristna Adi Nugraha, 2017. Kecerdasan Emosional dan Coping Caregiver Pada
Pasien Stroke Hemoragik Di Rsud Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri.. Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2. 2017
Lazarus, S. & Folkman, R.S. 2010. Stress, appraisal, and coping. Springer
Publishing: New York.
Lefton, L. A. 1997. Psychology. sixty edition. America: Allyn & Bacon.
Lewis, et al. 2011. Medical Surgical Nursing Assesment and Management of
Clinical Problems. Volume 2. Mosby: ELSEVIER.
Maryam, R. Siti & dkk 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. 2001. Job burnout. Annual Review
of Psychology, 52(1), 397-422.
Merriam-Webster. 2012. Webster’s New Collegiate Dictionary.London: Merriam
Webster, Inc
Mifflin, Mark D., St. Jeor, Sachiko., A. Hill, Lisa., Barbara J.Scott, Sandra A.
Daugherty, dan Young O Koh. 1990. A New Predictive Equation for
Resting Energy Expenditure in Healthy Individuals. American Journal
Clinical Nutrition, 51, pp 241-247.
Munthe, Y. M. 2014. Mekanisme Koping Perawat Terkait Konflik Yang Terjadi di
Tempat Kerja Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Djasamen Saragih Pematang Siantar.
Nasir, Abdul dan, Abdul Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan jiwa.
Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika
69
Lampiran 1
Kepada:
Yth. Calon Responden Penelitian
di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya berharap partisipasi dan kerjasamnya dalam penelitian yang akan saya
lakukan, saya menjamin kerahasiaan dan identitas anda. Informasi yang anda
berikan hanya digunakan untuk keperluan dalam penelitian saja. Responden yang
bersedia silahkan mengisi dan menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden ini. Jika responden mengundurkan diri pada saat penelitian
berlangsung, tidak akan diberikan sanksi apapun. Atas perhatian dan kerja
samanya saya ucapkan limpah terima kasih.
Peneliti
Marselinus Nani
Nim: 2015610063
72
Lampiran 2
INFORMED CONCENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Marselinus Nani
Nim. 2015610063 (…………………………………….)
Nama terang dan tanda tangan
*) coret yang tidak dipilih
Lampiran 3
73
KISI-KISI KUESIONER
Lampiran 4
74
KUESIONER
A. Identitas Responden
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Lama bekerja : < 5 tahun .> 10 Tahun
Alamat :
C. Kuesioner Burnout
Petunjuk pengisian : Berilah tanda checklist (√) pada setiap pernyataan yang
dianggap benar
Keterangan :
Sangatsetuju (SS), Setuju (S), Tidaksetuju (TS) dan Sangat tidak setuju (STS)
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1. Saya mulai emosi ketika memulai pekerjaan
2. Saya merasa kelelahan ketika seharian penuh di
lingkungan kerja
3. Saya merasa malas bangun pagi kerumah sakit
untuk mulai bekerja
4. Saya memahami bahwa menjadi perawat dapat
mengerti banyak hal khususnya dalam merawat
pasien
5. Saya merasa di kucilkan oleh perawat lain
6. Saya kesulitan dalam bekerja sama dalam
melakukan tindakan keperawatan
7. Saya dapat menyelesaikan tugas saya sebagai
perawat
8. Saya merasa jenuh dengan banyaknya pekerjaan
di rumah sakit
9. Lingkungan rumah sakit membuat saya nyaman
dalam melakukan tindakan keperawatan
10 Saya acuh tak acuh dalam bekerja
11. Melakukan tindakan keperawatan membuat saya
emosi
12. Saya merasa frustasi dengan aktivitas dirumah
sakit
13. Saya merasa kesulitan dalam membagi waktu
dalam bekerja
14. Saya tidak peduli dengan apa yang dialami oleh
perawat lain
15. Saya dapat membuat lingkungan kerja menjadi
nyaman
16. Saya merasa senang dalam melakukan tindakan
bersama rekan kerja
17. Saya mendapatkan banyak manfaat dari
melakukan tindakan keperawatan
18. Saya merasa tidak sanggup menjadi perawat
19. Saya dapat mengendalikan emosi saya saat
melakukan tindakan keperawatan
20. Saya merasa rekan kerja selalu menyalahkan saya
saat melakukan kesalahan tindakan
21. Ssaya merasa tidak terganggu dengan persoalan
yang di alami oleh perawat lain
22. Saya berusaha menghindarkan diri dari persoalan
yang di alami oleh perawat lain
76
Lampiran 5
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.098a 1 .001 .001 .001
Continuity Correctionb 9.928 1 .002
Likelihood Ratio 12.749 1 .000 .001 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
N of Valid Cases 48
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.69.
b. Computed only for a 2x2 table
mekanisme koping
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid adaptif 13 27.1 27.1 27.1
maladaptif 35 72.9 72.9 100.0
Total 48 100.0 100.0
Burnout
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 21 43.8 43.8 43.8
tinggi 27 56.2 56.3 100.0
Total 48 100.0 100.0
77
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid LAKI-LAKI 10 20.8 20.8 20.8
PEREMPUAN 38 79.2 79.2 100.0
Total 48 100.0 100.0
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 25-35 tahun 12 25.0 25.0 25.0
36-45 tahun 32 66.7 66.7 91.7
46-55 tahun 4 8.3 8.3 100.0
Total 48 100.0 100.0
LAMA KERJA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 5 Tahun 7 14.6 14.6 14.6
> 5 Tahun 41 85.4 85.4 100.0
Total 48 100.0 100.0
TABULASI DATA MEKANISME KOPING
Kode Lama 1 1 1
. Res JK Us Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 12 3 14 5 total Kategori
R1 Laki-laki 44 3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11 Adaptif
R2 Perempuan 35 4 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 11 Adaptif
R3 Perempuan 37 5 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R4 Perempuan 40 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Maladaptif
R5 Perempuan 45 8 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 Adaptif
R6 Perempuan 37 3 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 Adaptif
R7 Perempuan 45 5 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R8 Perempuan 38 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R9 Laki-laki 54 12 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11 Adaptif
R10 Perempuan 34 3 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 11 Adaptif
R11 Perempuan 42 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R12 Perempuan 44 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Maladaptif
R13 Laki-laki 35 10 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10 Adaptif
R14 Perempuan 45 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R15 Laki-laki 39 9 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R16 Perempuan 37 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R17 Perempuan 40 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R18 Perempuan 47 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Maladaptif
R19 Perempuan 42 4 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R20 Perempuan 40 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 maladaptif
R21 Laki-laki 37 5 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11 Adaptif
R22 Perempuan 33 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Maladaptif
R23 Perempuan 32 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R24 Perempuan 47 11 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Maladaptif
R25 Laki-laki 44 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Maladaptif
R26 Perempuan 45 3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11 Adaptif
78
R27 Laki-laki 35 4 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11 Adaptif
R28 Perempuan 32 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R29 Perempuan 29 4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 Maladaptif
R30 Perempuan 44 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Maladaptif
R31 Perempuan 37 5 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R32 Perempuan 37 4 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R33 Laki-laki 38 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R34 Perempuan 40 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 maladaptif
R35 Perempuan 42 5 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R36 Perempuan 34 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R37 Perempuan 37 3 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R38 Laki-laki 39 4 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 11 Adaptif
R39 Perempuan 28 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R40 Perempuan 35 4 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R41 Perempuan 37 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 12 maladaptif
R42 Perempuan 42 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Maladaptif
R43 Perempuan 45 5 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 Adaptif
R44 Perempuan 53 10 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R45 Perempuan 37 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Maladaptif
R46 Laki-laki 35 4 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 Adaptif
R47 Perempuan 44 5 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 Maladaptif
R48 Perempuan 43 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 maladaptif
79
1 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Total kategori
3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3 43 rendah
3 1 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 40 rendah
3 4 2 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 2 4 4 2 3 2 3 4 70 tinggi
3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 83 tinggi
2 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 43 rendah
1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 1 3 1 1 2 3 2 2 3 3 44 rendah
2 2 1 3 2 2 3 2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 46 tinggi
2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 3 2 4 2 3 2 2 2 4 3 2 2 49 tinggi
3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 2 78 tinggi
2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 3 3 2 3 41 rendah
3 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 3 1 36 tinggi
3 1 1 3 1 3 1 4 3 2 4 2 2 2 2 4 2 1 4 2 2 3 52 tinggi
3 3 4 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 44 rendah
3 3 4 2 4 3 3 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 74 tinggi
4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 75 tinggi
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 2 42 rendah
4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 1 2 3 4 3 2 2 4 4 61 tinggi
2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 43 rendah
4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 75 tinggi
2 2 1 2 2 3 4 3 1 2 3 4 3 1 2 4 2 3 4 3 4 3 58 tinggi
4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 76 tinggi
2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 37 rendah
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 77 tinggi
2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 3 3 42 rendah
2 2 1 1 2 3 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 44 rendah
3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 43 rendah
2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 44 rendah
2 2 2 4 2 2 4 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 54 tinggi
80
2 3 1 2 2 3 2 3 2 2 4 2 2 1 2 4 2 2 2 4 2 2 51 tinggi
4 2 4 3 4 4 2 4 4 4 2 1 2 3 4 2 4 4 2 4 2 2 67 tinggi
4 4 3 4 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 1 2 3 59 tinggi
3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 76 tinggi
2 4 3 2 3 3 3 3 4 4 2 4 2 4 3 2 3 4 4 2 4 2 67 tinggi
4 4 3 2 2 3 3 2 4 3 2 4 2 4 2 4 2 2 2 2 3 4 63 tinggi
1 1 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 4 1 4 2 4 2 4 55 tinggi
3 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 76 tinggi
3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 43 rendah
2 2 3 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 1 2 44 rendah
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 43 rendah
4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 2 77 tinggi
2 3 1 2 3 2 3 2 2 1 2 3 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 42 rendah
3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 75 tinggi
1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 43 rendah
3 1 2 3 4 2 2 3 4 3 2 2 3 1 4 2 1 2 4 2 3 3 56 tinggi
2 3 1 2 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 3 2 2 3 43 rendah
1 2 3 1 1 2 1 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 38 rendah
2 2 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 43 rendah
3 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 49 tinggi
81
82
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lembar Konsultasi
87
88
Lampiran 10
Dokumentasi Penelitian