Kti Fani Pransiska

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 67

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN

KETAPANG (Terminalia catappa L.) TERHADAP


JAMUR Candida albicans

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

FANI PRANSISKA
1648402018

PROGRAM STUDI D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN


KETAPANG (Terminalia catappa L.) TERHADAP
JAMUR Candida albicans

Diseminarkan
Oleh

FANI PRANSISKA
1648402018

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diseminarkan dan Dinyatakan Lulus


di Hadapan Para Penguji Seminar program Studi D III Anafarma
Universitas Abdurrab

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing I Pembimbing II

(M. Azhari Herli, M. Farm., Apt.) (Isna Wardaniati, M. Farm., Apt.)


LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : FANI PRANSISKA


NIM : 1648402018
JUDUL : UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL DAUN
KETAPANG (Terminalia catappa L.) TERHADAP
JAMUR Candida albicans
PROGRAM STUDI : D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

TIM PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

(M. Azhari Herli, M. Farm., Apt.) (Isna Wardaniati, M. Farm., Apt.)

TIM PENGUJI

Penguji

( Rini Lestari, M. Farm., Apt.)

Program Studi D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehasan Universitas Abdurrab Telah Menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini Sebagai
Bagian Dari Persyaratan Kelulusan Ahli Madya Kesehatan

(Isna Wardaniati, M. Farm., Apt.)


Ketua Program Studi D III Analis Farmasi dan Makanan
SK. Nomor : 120/REK-UNIVRAB/SK/A/XI/2018
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI D III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2019

Nama : Fani Pransiska


Nim : 1648402018
Judul KTI : Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia
catappa L.) Terhadap Jamur Candida albicans
Pembimbing : M. Azhari Herli, M. Farm., Apt.

ABSTRAK

Telah dilakukan uji daya hambat ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia
catappa L.) terhadap jamur Candida albicans. Kandungan kimia daun ketapang
adalah tannin, saponin, flavonoid, fenolik, triterpenoid. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia
catappa L.) terhadap jamur Candida albicans secara in-vitro menggunakan
metode difusi cakram. Pembanding yang digunakan adalah nistatin dan sebagai
kontrol negatif digunakan DMSO. Ekstrak dibuat dengan metode meserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak yang dihasilkan diencerkan menjadi
40%, 60%, 80% dan 100% menggunakan DMSO. Hasil penelitian didapatkan
konsentrasi diameter zona hambat rata-rata konsentrasi 40% sebesar 7,53 mm,
60% sebesar 10,38 mm, 80% sebesar 12,66 mm, 100% sebesar 14,89 mm dan
nistatin sebesar 17,88 mm. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol daun ketapang (Terminalia catappa L.) dapat menghambat pertumbuhan
Candida albcans.

Kata kunci: Daun ketapang (Terminalia catappa L.), Candida albicans, Nistatin

iv
SCIENTIFIC PAPERS
DAPARTEMEN OF D III PHARMACEUFICAL AND FOOD
FAKULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
ABDURRAB UNIVERSITY
2019

Name : Fani Pransiska


Nim : 1648402018
Title : Inhibition Test Of Ethanolic Extract From Katapang
(Terminalia leaves Catappa L.) against Candida albicans
Supervisor : M. Azhari Herli, M. Farm., Apt.

ABSTRACT

The inhibition test of ethanol extract from Ketapang (Terminalia catappa L.)
leaves on Candida albicans mushroom has been done. The chemical content of
ketapang leaves is tannin, saponin, flavonoid, phenolic, triterpenoid. This study
aims to determine the antifungal activity of ethanol extract of Ketapang leaves
(Terminalia catappa L.) against Candida albicans by in-vitro using disc diffusion
method. The comparison used was nistatin and as a negative control DMSO was
used. The extract was made by maseration method using 96% ethanol solvent.
The resulting extract was diluted to 40%, 60%, 80% and 100% using DMSO. The
results showed an average inhibition zone diameter concentration of 40% by 7.53
mm, 60% by 10.38 mm, 80% by 12.66 mm, 100% by 14.89 mm and nistatin by
17.88 mm. From the above results it can be concluded that the ethanol extract of
ketapang leaves (Terminalia catappa L.) can inhibit the growth of Candida
albcans.

Keyword : Ketapang leaves (Terminalia catappa L.), Candida albicans, Nistatin

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin, segala puji dan syukur penulis

ucapkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyusun dan menyelesaikan karya tugas ilmiah yang berjudul “Uji daya

hambat ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap jamur

Candida albicans” sebagai syarat untuk menempuh ujian seminar karya tugas

ilmiah pada program studi D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat Islam Nabi

Muhammad SAW Allahumma Sholli’ala Sayyidina Muhammad Wa’ala Ali

Sayyidina Muhammad.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun dan

menyelesaikan karya tugas ilmiah ini sebaik-baiknya. Untuk itu penulis telah

banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa

material, moril, informasi maupun dari segi administrasi secara langsung maupun

secara tidak langsung yang memberikan masukan, kritik, saran pengarahan dan

bimbingannya kepada penulis. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih yang setulus-tulusnya kepada,

1. Ibu Isna Wardaniati, M. Farm., Apt .Ketua Prodi D III Analis Farmasi dan

Makanan sekaligus sebagai pembimbing II.

vi
2. Bapak M. Azhari Herli, M. Farm., Apt. Pembimbing I yang telah banyak

memberikan masukan dan kritikan dan meluangkan waktunya serta

memberikan arahan sehingga terselesaikannya karya tugas ilmiah ini.

3. Karyawan dan Seluruh dosen Analis Farmasi dan Makanan Universitas

Abdurrab yang telah membantu memberikan saran dalam penulisan karya

tugas ilmiah ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

4. Ayahanda (Darul husni) dan Ibunda (Sriani) tercinta, Saudaraku tersayang

(Ryzki ananda pratama), M.nizam husni dan M.raisal rafi gibran, serta

keluarga besar Bahari atas segala do’a dan bantuannya, baik dalam hal

moral maupun secara materil demi keberhasilan penulis.

5. Sahabat terbaik di bangku kuliah Program Studi DIII Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab

Pekanbaru.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Utuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk

kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat disetujui

dan dilanjutkan ke tahapan berikutnya dan memberikan suatu yang bermanfaat

bagi siapa saja yang membaca, memahami dan membutuhkannya. Amin.

Pekanbaru, Juni 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
..........................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................ 3
1.4.1 Manfaat Ilmiah....................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5
2.1 Tumbuhan Terminalia catappa L.......................................... 5
2.1.1 Marfologi Daun Ketapang (folium simplex)........... 6
2.1.2 Habitat Tumbuhan Terminalia catappa L............... 7
2.1.3 Klasifikasi Tumbuhan Terminalia catappa L.......... 8
2.1.4 Manfaat Daun Terminalia catappa L...................... 8
2.1.5 Kandungan Daun Terminalia catappa L................. 9
2.2 Candida albicans.................................................................. 10

2.2.1 Taksonomi Candida albicans................................ 12


2.2.2 Marfologi Candida albicans ................................. 12

viii
2.2.3 Penyakit Yang Disebabkan Candida albicans....... 13

2.2.4 Pencegahan dan Pengobatan Candida albicans..... 14


2.3 Nistatin ................................................................................ 15
2.3.1 Aktivitas Antijamur Nistatin.................................. 17
2.4 Simplisia .............................................................................. 17
2.5 Ekstrak.................................................................................. 17
2.6 Pengujian Secara in vitro...................................................... 18
2.7 Sterilisasi.............................................................................. 19
2.8 Uji Aktivitas Antijamur........................................................ 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 21
.......................................................................................................
3.1 Desain Penelitian.................................................................. 21
3.2 Sampel.................................................................................. 21
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................. 21
3.4 Alat dan Bahan..................................................................... 21
3.4.1 Alat......................................................................... 21
3.4.2 Bahan...................................................................... 22
3.5 Prosedur Kerja...................................................................... 22
3.5.1 Pembuatan Simplisia.............................................. 22
3.5.2 Pembuatan Ekstrak................................................. 23
3.5.3 Pembuatan Larutan Ekstrak Daun Ketapang Dengan
Menggunakan Konsentrasi 40%, 60%, 80% dan
100%...................................................................... 24
3.5.4 Sterilisasi Alat........................................................ 24
3.5.5 Desinfeksi Tempat Kerja........................................ 25
3.5.6 Antiseptik Tangan.................................................. 25
3.5.7 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)... 25
3.5.8 Pembuatan Larutan Standar Mc. Farland............... 26
3.5.9 Pembuatan Suspensi Jamur Candida albicans....... 26
3.5.10 Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Ketapang............ 26

ix
3.6 Analisis Data........................................................................ 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 28


4.1 Hasil...................................................................................... 28
4.2 Pembahasan ......................................................................... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 35
5.1 Kesimpulan........................................................................... 35
5.2 Saran..................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36
LAMPIRAN.................................................................................................... 39

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel I. Kandungan ekstrak daun ketapang dalam beberapa pelarut........... 10
Tabel II. Hasil uji daya hambat.................................................................... 28

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Pohon ketapang (Terminalia catappa L.).................................... 6
.....................................................................................................
Gambar 2. Daun ketapang ............................................................................ 6
Gambar 3. Jamur Candida albicans.............................................................. 13
Gambar 4. Rumus struktur nistatin................................................................ 16
Gambar 5. Prosedur kerja.............................................................................. 39
Gambar 6. Klasifikasi daun ketapang (Terminalia catappa L.).................... 40
Gambar 7. Simplisia daun ketapang.............................................................. 45
Gambar 8. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 40%.............. 45
Gambar 9. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 60%.............. 46
Gambar 10. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 80%.............. 46
Gambar 11. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 100%............ 47
Gambar 12. Gambar media Potato Dextrose Agar (PDA) ............................. 48
Gambar 13. Peremajaan jamur Candida albicans .......................................... 49
Gambar 14. Suspensi jamur Candida albicans dan Mc. Farland.................... 50
Gambar 15. Hasil uji daya hambat pengulangan I.......................................... 51
Gambar 16. Hasil uji daya hambat pengulangan II......................................... 52
Gambar 17. Hasil uji daya hambat pengulangan III........................................ 53

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Prosedur kerja........................................................................... 39
Lampiran 2. Klasifikasi daun ketapang (Terminalia catappa L.)................. 40
Lampiran 3. Perhitungan dan cara pembuatan konsentrasi ekstrak
daun ketapang............................................................................ 41
Lampiran 4. Pembuatan media Potato dextrose agar (PDA)........................ 43
Lampiran 5. Perhitungan pembuatan larutan H2SO4 1% dan BaCl2 1%........ 44
Lampiran 6. Simplisia daun ketapang dan variasi larutan ekstrak daun
ketapang.................................................................................... 45
Lampiran 7. Media Potato Dextrose agar (PDA)......................................... 48
Lampiran 8. Peremajaan jamur Candida albicans........................................ 49
Lampiran 9. Suspensi jamur Candida albicans dan Mc. Farland ................. 50
Lampiran 10. .Hasil uji daya hambat Candida albicans.................................. 51

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman obat merupakan suatu komponen penting dalam

pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional terpilih sebagai suatu

alternatif jika pengobatan medis tidak membuahkan hasil. Perkembangan

pemanfaatan tanaman obat secara tidak langsung dapat dilihat dari

perkembangan pemanfaatan obat tradisional. Obat tradisional adalah ramuan

bahan yang bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian, atau

campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Sari et al.,2008:74).

Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat

adalah ketapang (Terminalia catappa L.). Ketapang merupakan tanaman

dengan batang berkayu, bercabang dan berwarna hijau. Daunnya

berkhasiat untuk mengatasi disentri, lepra, obat cacing, pencahar, kudis,

rematik. Bagian yang digunakan untuk terapi hepatitis secara empiris

adalah kulit kayu (Rudy dan Firman, 2018:48).

Ekstrak dari daun dan kulit Terminalia catappa L. telah dilaporkan

sebagai antikanker, antidiabetes, antioksidan, antijamur serta antibakteri.

Sari dari daun Terminalia catappa L. direkomendasikan untuk sakit,

termasuk sakit kepala. Sejumlah ekstrak tanaman yang mempunyai senyawa

1
aktif dan aktivitas biologi telah dilaporkan sehubungan dengan suplementasi

di bidang akufuntur (Rudy dan Firman, 2018:49).

Candida albicans adalah flora normal pada saluran pencernaan,

selaput mukosa, saluran pernapasan, vagina, uretra, kulit, dan di bawah

kuku. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans adalah

keputihan. Keputihan adalah satu nama penyakit reproduksi kaum wanita,

yang berupa keluarnya cairan berwarna putih dari vaginanya, yang berupa

lendir. Kadang-kadang lendir yang keluar dari vagina itu berbau busuk,

namun kadang-kadang tidak begitu berbau sama sekali (Saydam, 2012:118).

Ekstrak dari daun Terminalia catappa L. memberikan efek

antijamur, antibakteri dan kemampuan anti inflamasi. Antibiotik yang

digunakan pada penelitian ini adalah nistatin (Mycostatin) (Ricky et al.,

2017:18). Menurut penelitian Sukandar et al (2006:129) uji aktivitas

antijamur salep dan krim ekstrak daun ketapang Terminalia cattapa L. pada

kulit kelinci menggunakan konsentrasi 10% memberikan aktifitas yang baik.

Menurut penelitian Ricky et al (2017:20) pengaruh ekstrak metanol

daun ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap kepadatan serabut kolagen

pada penyembuhan luka sayat mencit (Mus musculus) menggunakan

konsentrasi 25%, 50% dan 100% hasil yang bagus terlihat pada konsentrasi

100%.

Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan menggunakan uji

daya hambat ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia catappa L.)

terhadap jamur Candida albicans dengan konsentrasi 10%, 15% dan 30%

2
hasil yang didapatkan kurang baik, karna daya hambat yang didapatkan

kecil nilai rata-rata adalah 7,1 mm , 7,5 mm dan 8,0 mm.

Berdasarkan latar belakang diatas dengan melihat khasiat dari

kandungan daun ketapang, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Uji daya hambat ekstrak etanol daun ketapang

(Terminalia catappa L.) terhadap jamur Candida albicans dengan

konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100%.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah, apakah ekstrak etanol

daun ketapang (Terminalia Catappa L.) pada konsentrasi 40%, 60%, 80%,

dan 100% dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat

ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia Catappa L.) terhadap

pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi 40%, 60%, 80%,

dan 100%.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

penulis dan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi bagi

mahasiswa lain serta dapat dijadikan referensi untuk mahasiswa

3
lainnya yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap

pertumbuhan jamur Candida albicans.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai informasi dan sumber edukasi kepada

masyarakat serta memberikan solusi terhadap permasalahan limbah

daun ketapang yang belum dimanfaatkannya dalam kehidupan

sehari-hari sebagai obat herbal.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Terminalia catappa L.

Terminalia catappa L. atau yang biasa disebut dengan nama

ketapang berasal dari Famili Combretaceae, dikenal luas dengan nama

Indian almond, Malabor almond serta Tropical almold ada sekitar 250

spesies dalam genus Terminalia tropis dari famili Combretaceae. Beberapa

berbuah kecil dengan 2-5 tonjolan, sayap kasar, yang lain menghasilkan

drupes-bulat, oval, atau berbentuk almond yang tipis agak tebal di lapisan

luar daging. Di beberapa jenis seperti T.chebula Retz dan setengah lusin

lainnya “myrobalans” buah yang begitu kaya akan tanin (hingga 53%)

menjadi sangat penting dalam industri penyamakan. Hal lainnya dengan

kandungan tanin rendah, digunakan untuk obat-obatan pribumi. Beberapa

T.edulis Hindia, T.ablonyata, T.platyphylla, T.saricocarpa dari Queensland

dan T.salomonensis Kepulauan salomon.

Pohon ketapang berasal dari famili Combretaceae, berbentuk pohon

atau perdu, seringkali berupa liana, berhadapan. Bunga tersusun dalam bulir

atau tandan, banci atau berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya kecil-

kecil. Daun kelopak, kadang-kadang tidak ada. Benang sari 4-10 atau

banyak. Bakal buah tenggelam dengan 1 tangkai putik, beruang 1 bakal biji

2-6. Buah dengan kulit yang bergigi atau bersayap, berisi 1 biji, sedikit atau

tidak membuka. Biji berisi lembaga yang mempunyai daun lembaga

5
terpuntir atau terlipat dengan akar lembaga pendek, tanpa endosperm.

Famili ini meliputi sekitar 450 jenis, terbagi dalam ± 20 genus, terbesar di

daerah tropikaa contoh-contoh: Terminalia T.Catappa (ketapang) salah satu

penyusun hutan pantai, buahnya dapat dimakan, T. Beleria, T.tomentosa,

T.augustifolia, T.chebula (Rudy dan Firman, 2018:47).

Gambar 1. Pohon ketapang (Terminalia catappa L.)

2.1.1. Marfologi Daun Ketapang (folium simplex)

Gambar 2. Daun Ketapang

Daun (folium) adalah daun ketapang atau disebut daun tidak

lengkap yaitu karna hanya memiliki tangkai daun (potiolus) dan

helaian daun (lamina). Ujung daun (apex folii) memiliki ujung daun

6
meruncing (acuminatus). Pangkal daun (basis folii) juga berbentuk

meruncing (acuminatus). Tepi daun (margo folii) memiliki tepi daun

yang rata (interger). Bentuk daun (circumscriptio) termasuk daun

dengan bagian terlebar terdapat di atas tengah-tengah helaian daun

dengan bentuk daun bulat telur sungsang (obovatus), yaitu seperti

bulat telur tetapi bagian yang terlebar terdapat dekat ujung daun.

Daging daun (intervenium) tumbuhan ketapang Terminalia catappa

adalah tipis lunak (herbaceous). Tulang daun (nervantio atau

venatio) memiliki pertulangan menyirip (penninervis) yaitu memiliki

satu ibu tulang daun dan beberapa tulang cabang yang berarah dari

pusat menuju tepi daun (Agashy, 2012).

2.1.2. Habitat Tumbuhan Terminalia catappa L.


Terminalia catappa L. tersebar dari Sumatera sampai Papua.

Terminalia catappa L. dapat tumbuh pada dataran rendah sampai

dataran tinggi, di hutan primer maupun sekunder, hutan campuran

Dipterocarpaceae, hutan rawa, hutan pantai, hutan jati atau sepanjang

sungai (Faizal et al.,2009:29). Tumbuhan ketapang (Terminalia

catappa) merupakan tumbuhan yang sering dijumpai tumbuh liar di

daratan. Tumbuhan ketapang dimanfaatkan secara tradisional oleh

masyaraka tuntuk mengobati beberapa penyakit diantaranya penyakit

kardiovaaskuler (penyakit jantung), liver, kulit, pernafasan, perut dan

insomnia (Istarina et al., 2015:98).

7
Terminalia catappa L. merupakan tumbuhan pantai dengan

daerah penyebaran yang cukup luas. Tanaman ini berasal dari daerah

tropis di india, kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Di indonesia

tumbuhan ketapang sering kali dijumpai ada di pinggir-pinggir jalan

sebagai pohon hias dan peneduh. Tanaman ketapang menggugurkan

daunnya setiap hari dan paling banyak berguguran pada musim

kemarau, sehingga menimbulkan sampah. Sampah atau limbah daun

ketapang merupakan sumber karbon yang tinggi sehingga

berpeluang digunakan sebagai bahan dasar material biosorben

(Nopitasari et al.,2014:30).

2.1.3. Klasifikasi Tumbuhan Terminalia catappa L.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Bangsa : Myrtales

Suku : Comretaceae

Marga : Terminalia

Spesies : Terminalia catappa L.

Nama Daerah : Ketapang

2.1.4. Manfaat Daun Terminalia catappa L.

Ketapang diketahui memiliki banyak manfaat untuk

kesehatan. Daun dari tanaman ini telah sejak lama digunakan oleh

8
masyarakat di Asia untuk mengobati dermatitis dan hepatitis.

Ekstrak dari daun tersebut menunjukan efek anti inflamasi, anti

oksidan dan juga berperan sebagai hepatoprotektor. Beberapa tahun

terakhir ketapang pun banyak diteliti khasiat medisnya, terutama

perannya sebagai anti kanker dan efeknya untuk pencegahan

diabetes. Ekstrak berasal dari kulit kayu dan daun pohon ketapang

(Terminalia catappa L.) berisi campuran kompleks flavonoid,

fitosterol, tanin, saponin, dan senyawa fenolik. Ekstrak dari daunnya

memberikan efek antijamur, antibakteri, dan kemampuan anti

inflamasi (Ricky et al.,2017:18).

2.1.5. Kandungan Daun Terminalia catappa L.

Daun tanaman ini membuat makanan ternak berkualitas baik.

Kayunya digunakan untuk membuat alat-alat dekoratif dan perabotan

rumah tangga. Kandungan kimia daun ketapang antara lain, tannin

(punicalagin, punicalin, asam chebulagic, geranin, granatin B,

corilagin), flavonoid (isovitexin, vitexin, isoorientin, runin) serta

triterpenoid (Rudy dan Firman, 2018:28).

Sejumlah ekstrak tanaman yang mempunyai senyawa aktif dan

aktivitas biologi sehubungan dengan suplementasi di bidang

akufuntur. Data mengenai fitokimia ketapang sangatlah penting

dilakukan untuk menemukan manfaat senyawa bioaktif pada ikan.

Penelitian tentang senyawa daun ketapang coklat menunjukkan

bahwa ekstrak mengandung saponin, triterpenoid, kuinon, fenolik,

9
tanin dan flavonoid pada ekstrak daun ketapang (Rudy dan Firman,

2018:28). (Tabel I.)

Tabel I. Kandungan ekstrak daun ketapang dalam beberapa pelarut

catappaL.)

Sumber: Rudy dan Firman, 2018:49

2.2. Candida albicans

Candida albicans (nama lama: monilia) adalah jamur yang terdiri

dari sel-sel oval seperti ragi dan sel-sel yang memanjang sambung-

menyambung merupakan hyphae dan disebut pseudomycelium. Jamur ini

adalah bagian dari flora normal (komensal) selaput lendir di saluran

pernapasan, saluran cerna dan vagina (Tan dan Kirana, 2007:100).

Jamur Candida telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke-18 yang

menyebabkan penyakit yang dihubungkan dengan higiene yang buruk.

Namun Candida diperkenalkan pada Third International Microbiology

Congress di New York pada tahun 1938, dan dibakukan pada Eight

Botanical Congress albicans penyebab kandidiasis terdapat diseluruh dunia

dengan sedikit perbedaan variasi penyakit setiap area. Infeksi yang

disebabkan Candida albicans dapat berupa akut, subakut atau kronis pada

10
tubuh manusia. Candida albicans adalah monomorphic yeast like organisme

yang tumbuh baik pada suhu 25-30ºC dan 35-37ºC. Jamur Candida tumbuh

dengan cepat pada suhu 25-37ºC pada media pembenihan sederhana sebagai

sel oral oval dengan pembentukan tunas untuk memperbanyak diri dan

spora jamur disebut blastospora atau sel ragi/sel khamir. Berbentuk bulat

panjang berukuran 3-7x3-14 µm (Mutiawati, 2016:53-54).

Jamur Candida albicans merupakan flora normal yang biasa terdapat

di kulit tubuh, kulit kepala, mulut, sela-sela jari kaki, di dalam usus, di paru-

paru dan di vagina. Dalam keadaan biasa Candida albicans tidak

menyebabkan gangguan. Jika keseimbangan flora normal terganggu dan

pertumbuhannya meningkat maka terjadilah gangguan yang umumnya

menimbulkan rasa gatal (Setiowati dan Deswaty, 2007:72)

Menurut Pranoto et al (2012:2) jamur Candida adalah flora normal

pada saluran pencernaan, selaput mukosa, saluran pernafasan, vagina,

uretra, kulit, dan di bawah kuku. Candida dapat menjadi patogen dan

menyebabkan infeksi seperti septikemia, endokarditis atau meningitis.

Penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh jamur di Indonesia

masih relatif tinggi dan obat antijamur relatif lebih sedikit dibandingkan

dengan antibakteri, oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan.

Pengobatan terhadap Candida dapat menggunakan antijamur berbahan

kimia. Namun dapat menimbulkan resistensi dan efek samping.

11
2.2.1 Taksonomi Candida albicans

Taksonomi Candida albicans menurut Lodder dalam Siregar

(2015) adalah sebagai berikut :

Famili : Cryptococcaccae

Subfamili : Candidoidae

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

2.2.2 Marfologi Candida albicans


Sel-sel jamur kandida berbentuk bulat, lonjong atau bulat

lonjong dengan ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5µ x 5-28,5µ.

Berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang

tumbuh dari tunas, disebut blastospora.

Candida dapat mudah tumbuh di dalam media sabauroud

dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas, yakni:

menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin,

berwarna putih kekuning-kuningan dan berbau ragi. Jamur kandida

dapat hidup di dalam tubuh manusia, hidup sebagai parasit atau

saprofil, yaitu di dalam alat pencernaan, alat pernapasan atau vagina

orang sehat. Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah

menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut

kandidasis atau kandidosis (Siregar, 2015:45).

12
Gambar 3. Jamur Candida albicans

2.2.3 Penyakit yang Disebabkan Candida albicans

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans

seperti:

1. Candidiasis mulut (sariawan). Infeksi di mulut bergejala luka

perih dan bercak-bercak putih pada mukosa mulut serta lidah,

yang dapat menjalar ke tenggorok dan oesophagus. Ciri lainnya

berupa cheilitis (radang di sudut-sudut mulut). Infeksi ini sering

terjadi akibat penggunaan antibiotik berspektrum luas,

kartikosteroid dan sitostatika, selama terapi radiasi, leukimia,

juga pada pasien AIDS dengan sistem-imun lemah (CD4+ < 300

mm3).

2. Candidiasis usus. Candidiasis di usus bergejala diare, nyeri

perut, obstipasi atau terbentuknya banyak gas. Ditemukan

Candida dalam jumblah banyak di saluran dapat diakibatkan oleh

penggunaan antibiotik broad-spectrum, yang mengubah susunan

flora kuman yang normal.

13
3. Candidiasis vagina (vaginitis). Infeksi paling umum pada alat

kelamin wanita bergejala iritasi, keputihan, gatal-gatal dan rasa

terbakar. Gatal-gatal dapat merupakan gejala dari penyakit

kelamin lain (trichomonas, chlamydia, genore atau herpes).

Disamping faktor-faktor tersebut diatas, kehamilan, hygiene yang

tidak memadai, penggunaan antibiotika berspektrum luas (yang

menekan flora bakteri yang melindungi) dan pil anti hamil

membentu terjadinya infeksi.

4. Candidiasis kulit. Terutama timbul pada bagian tubuh yang

lembab dan hangat, misalnya ketiak dan lipatan paha.

Kebanyakan infeksi menghinggapi orang gemuk dan penderita

diabetes. Gejalanya berupa kulit merah dan mengeluarkan cairan.

5. Sistemis. Pada dekade terakhir semakin banyak timbul Candida

sistemis (umum) yang bercirikan rasa penat dan lemah, keletihan

kronis, disertai antara lain perasaan mengamuk, lemah ingatan,

nyeri otot dan persendian. Pada sindron ini, karena sebab

berbagai Candida menjadi ganas. Setelah menembus mukosa

usus, ragi ini melalui sirkulasi darah menyebar ke semua organ,

jaringan ikat dan sebagainya (Tan dan Kirana, 2007:100-101).

2.2.4 Pencegahan dan Pengobatan Candida albicans

Candidiasis mulut (sariawan) pengobatan efektif dapat

dilakukan dengan flukonazol oral. Pilihan kedua dengan

itrakonazol dan ketokonazol oral dan pilihan ketiga berupa

14
penggunaan lokal (suspensi nistatin, tablet hisap amfoterisin).

Pada pasien AIDS tak jarang terjadi resistensi akibat profilaksis

jangka panjang dengan antimikotika. Candidia vagina (vaginitis)

pengobatan dapat dilakukan dengan senyawa imidazol

mikonazol, klotrimazol dan ketokenazol dalam bentuk ovula

(supp.vaginal) selama 2-6 malam. Sama efektifnya adalah

penggunaan oral dari ketokonazol, itrakonazol dan flukonazol

sebagai single dose atau 2 doses dengan jarak waktu 8 jam.

Candidiasis kulit pengobatan dapat dilakukan dengan krem

mikonazol atau ketokonazol. Sistemis dengan ketokonazol atau

itrakonazol, ditunjang dengan diet ketat untuk menghambat

perbanyakan ragi, terutama gula dan produk-produk yang

mengandung ragi dan jamur (roti, kue, sampinyon, tempe,

oncom) perlu dihindari, begitupula buah-buahan manis, alkohol,

susu dan daging babi (Tan dan Kirana,2007:100-102).

2.3. Nistatin

Nistatin berasal dari Streptomyces noursei; namanya diambil dari

New York State Dapaetemen of Health (1951) dan memiliki struktur kimia

yang mempunyai amfoterisin B. Resorpsinya di usus praktis tidak ada,

begitu pula tidak diserap oleh kulit atau mukosa. Sering kali zat ini

digunakan pada Candidiasis usus atau guna mencegahnya pada terapi

dengan antibiotika berspektrum-luas yang buruk resorpsinya (Tetrasiklin)

atau sewaktu terapi dengan Kortikosteroida, juga pada Candidiasis mulut

15
(Stomatitis sariawan ) atau vagina (Vaginitis), sedangkan lokal digunakan

sebagai salep atau krem. Berhubung dengan toksisitasnya, nistatin tidak

digunakan secara parenteral (Tan dan Kirana, 2007: 103).

Nistatin adalah zat antijamur yang umumnya dihasilkan oleh biakan

Streptomyces noursei (Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia, 1984:

447). Nistatin adalah zat atau campuran dua atau lebih zat, dihasilkan oleh

biakan Streptomyces noursei. Mempunyai potensi tidak kurang dari 4400

unit nistatin FI per mg, bila ditujukan untuk pemakaian dalam bentuk

suspensi oral tidak kurang dari 5000 unit nistatin FI per mg. Pemerian

serbuk kuning hingga coklat muda, berbau buji-bijian hidrokropik dan dapat

terpengaruh oleh cahaya panas dan udara dalam waktu lama. Kelarutan

sukar larut dalam air, sukar hingga agak sukar larut dalam etanol, dalam

metanol, dalam n-propanol dan dalam n-butanol, tidak larut dalam

kloroform, dalam eter dan dalam benzen (Dapartemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2014: 949).

Gambar 4. Rumus struktur nistatin C47H75NO17

16
2.3.1 Aktivitas Antijamur Nistatin

Aktivitas antijamur nistatin tidak memberikan efek terhadap bakteri

atau protozoa, tetapi secara in vivo menghambat daya jamur termasuk

Candida, dermatofit dan organisme yang menghasilkan oleh mikosis dalam

badan manusia. Secara in vivo, kerjanya terbatas pada permukaan dengan

obat yang tidak diserap dan dapat kontak langsung dengan ragi/jamur

(Rahardjo, 2004:228).

2.4. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga bagian

yaitu, simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral)

(Dapkes RI, 2000).

2.5. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang di peroleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dengan

massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi

baku yang telah diterapkan (BPOM RI, 2006).

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2006) ekstraksi

adalah tehnik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi

17
zat terlarut diantara dua pelarut yang saling tercampur. Pada umumnya zat

terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu

pelarut terapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat

digunakan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan

senyawa-senyawa yang akan diisolasi.

proses pemisahan senyawa dalam simplisia menggunakan pelarut

tertentu sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan

pelarut berdasarkan kaidah “like dissolved like” artinya suatu senyawa polar

akan larut dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat dilakukan dengan

bermacam-macam metode, tergantung dari tujuan ekstrasi, jenis pelarut

yang digunakan dan senyawa yang diinginkan. Metode ekstraksi yang

paling sederhana adalah meserasi.

Meserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruangan. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam

jumblah banyak, serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa

tertentu karena pemanasan.

2.6. Pengujian Secara In-Vitro

Pengujian secara in-vitro adalah pengujian yang dilakukan di luar

tubuh, yang berkenaan dengan percobaan biologis yang dilakukan di

dalam tabung reaksi, cawan petri atau wadah-wadah laboraturium lainnya,

biasanya dilakukan dengan tujuan untuk percobaan laboraturium (Iranto,

1989: 121).

18
Sensitivitas antimikroba secara in-vitro diukur dengan menentukan

potensi agen bakteri dalam larutan, konsentrasi dalam cairan tubuh atau

jaringan dan kerentanan mikroorganisme tertentu terhadap obat dengan

konsentrasi tersentu (Jawetz, 2007:156).

2.7. Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua

jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (Protozoa,

fungi, balteri mycoplasma, virus). Metode sterilisasi dibagi menjadi dua,

yaitu metode fisika dan metode kimia. Metode sterilisasi kimia dilakukan

untuk bahan-bahan yang rusak bila disterilisasi pada suhu tinggi (seperti

bahan dari plastik). Metode sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan

cara panas kering dan panas basah (Pratiwi, 2008:136-137).

2.8. Uji Aktivitas Antijamur

Aktivitas atau potensi antijamur dapat ditunjukkan pada kondisi

yang sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikro organisme. Suatu

penurunan aktivitas antimikroba juga dapat menunjukkan perubahan kecil

yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia sehingga pengujian secara

mikrobiologi atau biologi.

Uji aktivitas antijamur dapat dilakukan dengan metode difusi.

Metode difusi telah digunkan secara luas dengan menggunakan cakram

kertas saring yang tersedia secara komersial, kemasan yang menunjukkan

konsentrasi antibitik tertentu juga tersedia. Ukuran zona hambatan dapat

19
dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi

antibiotik, konsentrasi antibiotik pada cakram filter, sensitivitas organisme

terhadap antibiotik, dan interaksi antibiotik dengan media. Metode cakram

difusi mewakili prosedur prosedur sederhana untuk menyelidiki zat dalam

menentukan apakah zat tersebut signifikan dan mempunyai aktivitas

antibiotik yang berguna (Harmita dan Maksum, 2006:2).

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan uji kualitatif untuk mengetahui daya

hambat ekstrak etanol daun ketapang terhadap Candida albicans dengan

konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100% dengan pembanding nistatin.

3.2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun ketapang

(Terminalia catappa L.) yang sudah berguguran berwarna coklat disekitar

Kampus Universitas Abdurrab.

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Universitas Abdurrab

pada bulan September 2018.

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass

(Iwaki), gunting, penggaris, timbangan analitik, belender, autoclave

(Memmert), pipet tetes, batang pengaduk, kawat ose, cawan

petridish (Iwaki), erlenmeyer (Iwaki), gelas ukur (Iwaki), inkubator

21
(Memmert), lampu bunsen, asbes, labu ukur (Iwaki), oven

(Memmert), rotary evaporator (Labo RE-52CS), jangka sorong

(Kenmaster), pinset, pipet volume (Iwaki), gelas ukur (Iwaki), pipet

mikro, tabung reaksi (Iwaki), rak tabung reaksi, spatel.

3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

ketapang, akuades steril, kertas disk kosong, etanol 70% dan etanol

96%, strain Candida albicans, Potato dextrose Agar (PDA),

dimethyl sulfoxide (DMSO), H2SO4 1%, BaCl2 1%, NaCl fisiologis

steril 0,9% dan disk nistatin.

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1 Pembuatan Simplisia

1. Sampel yang digunakan adalah daun ketapang yang berwarna

coklat.

2. Sampel dicuci bertujuan untuk membersihkan daun ketapang dari

kotoran yang menempel pada daun ketapang tersebut.

3. Kemudia dikeringkan dengan menggunakan kertas koran.

4. Setelah kering lakukan penirisan bertujuan untuk mengurangi

kadar air, lalu dikeringkan dengan cara dijemur selama 3 hari,

sortasi kering bertujuan untuk membuang kotoran yang masuk

dalam tempat saat proses pengeringan, kemudian sampel digerus

atau dihaluskan dan timbang simplisia yang dihasilkan.

22
Dengan rumus :

Berat simplisia
%Rendemen simplisia= x 100 %
Sampel awal

3.5.2 Pembuatan Ekstrak

1. Simplisia yang sudah kering ditimbang sebanyak 333,33 gram.

Kemudian diekstraksi secara maserasi dengan menggunakan

pelarut etanol 96% sampai semua sampel terendam.

2. Maserasi dilakukan selama 3-4 hari dan setiap hari dilakukan

pengocokan.

3. Selanjutnya ekstrak tersebut disaring kedalam botol gelap dan

maserasi dilakukan sampai pelarut yang digunakan tidak ada

warna lagi dengan pelarut yang sama. Lakukan dengan 3 kali

pengulangan.

4. Hasil ekstrak tersebut disatukan kemudian ditimbang dan

selanjutnya dikentalkan dengan rotarry evaporator pada suhu

70°C sampai diperoleh ekstrak kental, ekstrak kental yang

diperoleh kemudian ditimbang lalu rendamen ekstrak yang

didapat dihitung.

Dengan rumus :

Ekstrak kental
%Rendemen ekstrak= x 100 %
Simplisia

3.5.3 Pembuatan Larutan Ekstrak Kental Daun Ketapang Dengan

Menggunakan Konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100%

1. Konsentrasi 100% b/v

23
Ekstrak ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan kedalam labu

ukur 10 ml, ditambahkan DMSO hingga tanda batas.

2. Konsentrasi 80%

Ekstrak ditimbang sebanyak 8 gram kemudian dilarutkan dengan

DMSO steril , diaduk hingga larut, kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur 10 ml, lalu tambahkan DMSO sampai tanda

batas.

3. Konsentrasi 60%

Larutan ekstrak 80% dipipet sebanyak 7,5 ml kemudian

dilarutkan dengan DMSO steril , diaduk hingga larut, kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu tambahkan DMSO

sampai tanda batas.

4. Konsentrasi 40%

Larutan ekstrak 60% dipipet sebanyak 6,6 ml kemudian

dilarutkan dengan DMSO steril, diaduk hingga larut, kemudian

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu tambahkan DMSO

sampai tanda batas.

3.5.4 Sterilisasi Alat

Alat yang digunakan dicuci dengan bersih lalu dikeringkan.

Selanjutnya alat yang tidak memiliki ukuran dibungkus dengan

kertas padi, dimasukkan kedalam oven pada suhu 170°C selama 1

jam. Setelah cukup waktu dikeluarkan dari dalam oven dan untuk

24
alat yang memiliki skala disterilkan dengan menggunakan etanol

70%.

3.5.5 Desinfeksi Tempat Kerja

Meja dibersihkan dari debu, kemudian disterilisasikan dengan

etanol 70%. Lingkungan kerja harus tenang dan bebas angin, napas

sedapat mungkin dihembuskan menjauhi biakan yang dipindahkan.

3.5.6 Antiseptik Tangan

Antiseptik tangan dilakukan dengan cara tangan dicuci bersih

dengan menggunakan sabun. Selanjutnya tangan disemprot dengan

etanol 70%. Kemudian menggunakan masker dan glove steril untuk

melakukan penelitian.

3.5.7 Pembuatan Potato Dekstro Agar (PDA)

Media PDA ditimbang sebanyak 3,9 gram, kemudian

dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan akuades 100

ml setelah itu dididihkan sampai homogen di atas api bunsen, ditutup

dengan kapas. Kemudian dimasukkan kedalam autoclave, kemudian

klep pipa ditutup hingga rapat, maka suhu terus menerus akan naik

sampai dengan suhu 121°C selama 15 menit. Setelah cukup waktu

medium PDA dikeluarkan dari autoclave, lalu dituangkan kedalam

masing-masing cawan petri steril dan dibiarkan membeku .

25
3.5.8 Pembuatan Larutan Standar Mc. Farland

Pembuatan larutan standar Mc. Farland yaitu larutan H2SO4

1% dari H2SO4 97% kemudian dipipet sebanyak 9 ml H 2SO4 1%

dicampurkan dengan larutan BaCl2 1% sebanyak 1 ml dalam tabung

reaksi. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang keruh.

Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan suspensinya.

3.5.9 Pembuatan Suspensi Jamur Candida albicans

Pembuatan suspensi jamur dilakukan untuk memperoleh

kekeruhan yang sama dari larutan Mc. Farland yang dilakukan

dengan cara disiapkan kawat ose yang steril, kemudian streng jamur

Candida albicans yang telah diinokulasi diambil dengan ujung

kawat ose, setelah itu disuspensikan kedalam tabung yang berisi 5 ml

larutan NaCl fisiologis 0,9% hingga diperoleh kekeruhan yang sama

dengan standar kekeruhan larutan Mc. Farland.

3.5.10 Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Ketapang

Pengujian daya hambat dilakukan untuk mengetahui

hambatan pertumbuhan mikro organisme yang dilakukan dengan

cara, kapas lidi steril dicelupkan kedalam tabung reaksi yang telah

berisi suspensi uji, setelah itu suspensi uji dioleskan pada permukaan

media secara zig-zag sampai semua media teroleskan secara merata

dengan menggunakan kapas lidi steril, kemudian kertas cakram

kosong diletakkan ditengah permukaan media sambil ditekan dengan

26
pinset dan dilapisi dengan larutan DMSO menggunakan pipet mikro

yang digunakan sebagai kontrol negatif (-), lalu kertas disk nistatin

diambil dan diletakkan pada permukaan media digunakan sebagai

kontrol positif (+), selanjutnya kertas cakram kosong diberi tekanan

dengan pipet mikro menggunakan larutan konsentrasi 40%, 60%,

80% dan 100% sebanyak 10 mikroliter diletakkan di atas media yang

telah diolesi suspensi jamur secara merata. Pengulangan dilakukan

sebanyak 3 kali. Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 24

jam pada suhu 37°C. Zona hambat pertumbuhan jamur dari masing-

masing cakram diukur sebagai data penelitian.

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini ditandai dengan zona bening

disekitar kertas disk. Zona hambat di ukur menggunaka jangka sorong,

akan disajikan dalam bentuk tabel.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

27
4.1 Hasil
Telah dilakukan uji daya hambat ekstark etanol daun ketapang (Terminalia

Catappa L. ) dengan pembanding nistatin untuk menghambat jamur Candida

albicans, maka didapatkan hasil ekstrak daun ketapang efektif terhadap jamur

Candida albicans, dengan didapatkan diameter zona hambat rata-rata pada

konsentrasi 40% yaitu 7,53 mm zona hambat lemah , konsentrasi 60% yaitu 10,38

mm zona hambat lemah, konsentrasi 80% yaitu 12,66 mm zona hambat lemah,

konsentrasi 100% yaitu 14,89 mm zona hambat lemah dan pembanding nistatin

yaitu 17,88 mm zona hambat sedang.

Tabel II. Hasil uji daya hambat


Diameter Zona Hambat
Pengulanga Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Kontrol
n 40% 60% 80% 100% (+)
Nistatin
1 8,1 mm 10,63 mm 12,36 mm 14,31 mm 17,18 mm
2 8,01 mm 10,51 mm 12,86 mm 16,53 mm 18,03 mm
3 6,48 mm 10 mm 12,78 mm 13,83 mm 18,45 mm
Rata-rata 7,53 mm 10,38 mm 12,66 mm 14,89 mm 17,88 mm

Keterangan = Diameter kertas disk yang digunakan adalah 5 mm.

4.2 Pembahasan
Daun ketapang (Terminalia catappa L.) merupakan tumbuhan pantai

dengan daerah penyebaran yang cukup luas. Tanaman ini berasal dari daerah

tropis di india, kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Di indonesia tumbuhan

28
ketapang sering kali dijumpai ada di pinggir-pinggir jalan sebagai pohon hias dan

peneduh. Tumbuhan ketapang dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat

untuk mengobati beberapa penyakit diantaranya penyakit kardiovaaskuler

(penyakit jantung), liver, kulit, pernafasan, perut dan insomnia (Nopitasari et al.,

2014:30) Ekstrak dari daun ketapang tersebut menunjukan efek anti inflamasi,

anti oksidan dan juga berperan sebagai hepatoprotektor. Ekstrak berasal dari kulit

kayu dan daun pohon ketapang (Terminalia catappa L.) berisi campuran

kompleks flavonoid, fitosterol, tanin, saponin dan senyawa fenolik. Ekstrak dari

daunnya memberikan efek antijamur, antibakteri dan kemampuan anti inflamasi

(Ricky et al., 2017:18).

Pada penelitian ini penulis menggunakan sampel daun ketapang (Terminalia

catappa L.) daun ketapang tersebut dibuat dalam bentuk ekstrak dengan

konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100%. Pada pembuatan ekstrak etanol daun

ketapang, pengambilan sampel dipilih daun yang kering dan warnanya coklat

karena penuh dengan asam organik dan tanin. Sampel dibersihkan dengan

menggunakan air yang bersih dan di keringkan pada suhu kamar sampai kering

dianginkan agar tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia, rajang-

rajang dan dihaluskan menggunakan blender. Tujuan pengeringan simplisia agar

kandungan air pada simplisia hilang selain itu pengeringan juga bertujuan agar

simplisia awet, terhindar dari cahaya matahari langsung dan dapat digunakan

dalam jangka waktu yang lama, kemudian simplisia daun ketapang ditimbang

sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam 1000 ml etanol 96%, karena etanol 96%

dapat menarik senyawa-senyawa yang berbeda dalam sampel, hingga senyawa-

29
senyawa terkandung didalamnya akan dapat larut, selain itu etanol 96% dapat

menghambat pertumbuhan jamur (Gunawan dan Sri, 2004:13).

Perendaman menggunakan etanol 96% dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan. Selama perendaman sesekali dikocok tujuannya untuk mempercepat

proses pelepasan senyawa-senyawa kimianya yang terdapat pada sampel.

Kemudian pemisahan ekstrak dilakukan dengan menggunakan proses penyaringan

sehingga didapatkan ekstrak kental dan ampasnya. Selanjutnya ekstrak etanol

yang didapat, kemudian diuapkan untuk memproleh ekstrak dalam bentuk kental.

Penguapan dilakukan dengan menggunkan alat Rotarry evaporator. Rotarry

evaporator merupakan alat yang biasa digunakan di laboraturium kimia untuk

mengidentisien dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan. Alat ini

menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan menurun dan

pelarut akan menguap pada suhu 5-10ºC dibawah titik didih pelarutnya dan zat

yang terkandung didalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi (Nugroho, 2014).

Sebelum melakukan pengujian uji daya hambat ekstrak etanol daun

ketapang terhadap Candida albicans, alat-alat kaca disterilkan terlebih dahulu

didalam oven pada suhu 160-170ºC selama 2-3 jam, tujuannya adalah untuk

mematikan dan membebaskan organisme yang terdapat pada alat-alat kaca

tersebut. Sebelum dimasukkan ke dalam oven, alat-alat dibungkus dengan kertas

pada untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada waktu pendinginan atau

penyimpanan (Hasdianah, 2012).

Selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan medium padat karena metode

pengujian yang akan digunakan adalah metode difusi lempeng agar. Medium

30
padat yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA). Hal ini dikarenakan

media PDA merupakan salah satu media kultur yang paling umum digunakan

karena formulasinya yang sederhana dan merupakan media terbaik karena

kemampuannya dalam mendukung pertumbuhan pada berbagai jamur media ini

padat (agar) dengan kandungan nutrisi karbohidrat (dektrosa) yang baik untuk

pertumbuhan kapang dan khamir. Jamur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jamur Candida albicans (Saha et al dalam jurnal Aini, 2015). Selanjutnya

pembuatan larutan konsentrasi ekstrak yaitu dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%

dan 100%. Pembuatan konsentrasi tersebut dikarenakan pada pengujian

sebelumnya telah dilakukan penelitian uji potensi antifungi ekstrak etanol daun

ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap jamur Candida albicans secara in-

vitro dengan menggunakan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%,

80%, 90% dan 100%. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut mempunyai

potensi antifungi terhadap Candida albicans.

Selanjutnya pembuatan konsentrasi ekstrak dilakukan dengan cara

pengenceran bertingkat, pengenceran bertingkat dipilih karena ekstrak yang

dihasilkan tidak terlalu banyak, untuk itu ekstrak etanol daun ketapang dilakukan

dengan cara pengenceran bertingkat untuk menghemat ekstrak yang digunakan.

Ekstrak dilarutkan dengan menggunakan pelarut DMSO (Dimethyl sulfoxide).

DMSO merupakan salah satu pelarut organik paling kuat yang melarutkan hampir

semua senyawa baik polar maupun non polar. DMSO digunakan sebagai pelarut

didasarkan pada kemampuan DMSO untuk melarutkan berbagai senyawa. DMSO

memiliki kemampuan untuk menembus membran sel, namun pada penggunaan

31
DMSO tidak boleh melebihi 10% karena dapat menyebabkan pecahnya membran

sel (Andayani et al., 2016).

Mikroba uji disuspensikan dalam larutan NaCl fisiologis sampai

kekeruhannya sama dengan larutan Mc. Farland fisiologis digunakan karena

larutan tersebut mempunyai cairan yang ada didalam tubuh manusia. Tingkat

kekeruhan mikroba uji akan dibandingkan dengan larutan Mc. Farland, dengan

kekeruhan tersebut maka diasumsikan jumlah pertumbuhan mikroba uji pada

media tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang (Alimsardjono et al., 2015).

Pada saat penanaman jamur pada media Potato Dextrose Agar (PDA), perlu

diperhatikan bahwa suspensi jamur harus sama kekeruhannya dengan Mc.

Farland, kemudian suspensi jamur dioleskan hingga benar-benar merata pada

permukaan media (PDA), karena jika tidak rata maka hasil yang didapat tidak

sempurna dan zona hambatnya tidak jelas. Jarak antara pembanding dan sampel

tidak boleh berdekatan yaitu jaraknya lebih kurang 2 cm hal ini dimaksudkan

supaya zona hambatnya tidak bersatu, kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC

selama 1 x 24 jam yang merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan Candida

albicans. Pembacaan hasil dilakukan dengan mengukur daerah zona hambat yang

terbentuk.

Penelitian ini menggunakan beberapa konsentrasi, yaitu dengan konsentrasi

40%, 60%, 80% dan 100% dilakukan sebanyak 3 x pengulangan untuk

mendapatkan nilai rata-rata dari zona hambat ekstrak etanol daun ketapang

terhadap pertumbuhan Candida albicans. Penelitian ini menggunakan antijamur

nistatin sebagai kontrol positif, karena nistatin merupakan antibiotik golongan

32
polien, yang telah diisolasi dari Streptomyces naursei yang bersifat fungidal.

Nistatin merupakan antijamur yang digunakan untuk mengobati infeksi yang

disebabkan oleh Candida albicans dan nistatin adalah obat pertama yang

dipasarkan maka nistatin paling banyak dipakai dan dianggap obat pertama.

Nistatin memiliki aktifitas antifungi atau antijamur. Kontrol negatif menggunakan

DMSO karena pelarut tersebut tidak memberikan saya hambat (Dumasari, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian uji daya hambat ekstrak etanol daun ketapang

(Terminalia catappa L.) pada konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100% mampu

menghambat pertumbuhan Candida albicans dan rata-rata zona hambat yang

dibentuk ekstrak etanol daun ketapang pada konsentrasi 40% (7,53 mm), 60%

(10,38 mm), 80% (12,66 mm) dan 100% (14,89 mm). Menurut Greenwood,

dalam Ahmad (2010), klasifikasi respon hambatan pertumbuhan adalah jika > 20

mm termasuk kategori kuat, zona hambat 16-20 mm termasuk kategori sedang,

zona hambat 10-15 kategori lemah. Dari hasil yang didapatkan pada keempat

konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang dengan konsentrasi 40% , 60%, 80%

dan 100% yaitu kategori zona hambat lemah, kecil dari 10 mm. DMSO (Dimetil

sulfoxide) sebagai pelarut dan kontrol negatif, pada DMSO (Dimetil sulfoxide)

tidak memberikan zona hambat terhadap pertumbuhan jamur sehingga tidak

mengganggu hasil pengamatan uji daya hambat antijamur (Munawwaroh, 2016).

Dari keempat hasil tersebut zona hambat ekstrak etanol daun ketapang

dengan konsentrasi 40% , 60%, 80% dan 100% yaitu kategori zona hambat lemah,

kecil dari 10 mm. Sedangkan pembanding positif yang digunakan yaitu nistatin

didapatkan zona hambat sebesar 17,88 mm, nistatin merupakan antijamur yang

33
diberikan sensitifikasi terhadap Candida albicans dengan kategori sedang karena

diameter yang didapat lebih dari 16-20 mm.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ekstrak etanol daun ketapang dengan konsentrasi 40%, 60%, 80% dan

100% memiliki zona hambat terhadap Candida albicans dengan diameter zona

34
hambat rata-rata 7,53 mm, 10,38 mm, 12,66 mm dan 14,89 mm, sedangkan

pembanding nistatin 17,88 mm.

5.2 Saran
1. Kepada peneliti selanjutnya dapat meningkatkan konsentrasi pada

ekstrak yang digunakan.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengisolasi zat aktif dari

ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia catappa L.) yang dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.

3. Kepada masyarakat agar menggunakan obat-obatan tradisional seperti

daun ketapang yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida

albicans.

DAFTAR PUSTAKA

Agashy, Anthyzhe. 2012. Marfologi Terminalia Catappa L. Pitriantysaputra.


blogspot.com.Diakses pada tanggal 20 November 2013 pukul 18.30
WIB.

Ahmad,H.A. 2010. Pengaruh Variasi Konsentrasi CM-Na Sebagai Bahan


Pengikat Terhadap Sifat Fisik dan Daya Hambat Bakteri Strepococus
mutans Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Teh Hitam. Skripi. Surakarta.

Aini, N. 2015. Medika Alternatif Untuk Pertumbuhan Jamur Menggunakan


Sumber Karbohidrat Yang Berbeda. Skripsi. Surakarta.

35
Alimsardjono, L. Purwono, B.P. dan Endraswari, D.P. 2015. Pemeriksaan
Mikrobiologi Pada Penyakit Infeksi. Jakarta: Sagung Seto.

Andayani, R. Mubarak, Z. dan Rinanda, R.D. 2016. Aktifitas Antibakteri Tepung


Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) Terhadap Anterococcus faecalis
Secara IN Vitro. Jurnal: Syiah Kuala.

Baban POM RI.2006. Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : BPOM.


Volume 2.

Badan POM RI. 2006. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: BPOM.

Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi


IV. Jakarta.

Dapartemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktoriat Jendral Pengawasan Obat


dan Makanan. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta.

Dhevita, N. L. 2007. Buku Ajar Radiofarmasi. Jakarta: EGC.

Dumasari,R. 2008. Dapartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Evi, M., A,H Alimuddin, dan L. Destiarti. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Landak
Laut (Diadema Setosum) Dari Pulau Lemukutan Sebagai Antijamur
Candida albicans. Jurnal JKK. Volume 4 (4) : 61-62.

Estiasih, T., W. D. R. Putri, dan E. Waziiroh. 2017. Umbi-Umbian dan


Pengolahannya. Malang: UB Press

Faizal, M. , P. Noprianto, dan R. Amelia. 2009.Pengaruh Jenis Pelarut, Massa


Biji, UkuranPartikel Dan Jumlah Siklus Terhadap YieldEkstraksi Minyak
Biji Ketapang.Jurnal Tekhnik Kimia. Volume 16 (2) : 29.

Gunawan DD., dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Dalam (Farmakognosi) Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Hasdianah, DR.H.R. 2012. Panduan Laboraturium Mikrobiologi dan Rumah


Sakit. Yogyakarta: Nuha Medika.

Hendro, R..P., K. Sariadja, Sunarno dan Roselinda. 2014. Corynebacterium


Diphtheriae Diagnosis Laboraturium Bakteriologi. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

36
Hermita Radji, dan Maksum. 2006. Buku Ajar Analisis HayatiEd 3. Jakarta: EGC.

Hoan, T.T., dan R. Kirana. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan Dan
Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.

Iranto, Koes. 1989. Mikrobiologi. Jakarta: Yayasan Enstia Medica.

Irzal. 2016. Dasar-Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Kencana.

Istarina, D., S. Khotimah, dan M. Turnip. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Metanol Buah Ketapang (Terminaliacatappa Linn.) Terhadap
Pertumbuhan Staphylococcus epidermidisdan Salmonella typhi. Jurnal
Protobiont. Volume 4 (3) : 98.

Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGM.

Keumala, V. M. 2016. Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Candida Albicans. Jurnal


Kedokteran Syiah Kuala. Volume 16 (1) : 53-54.

Linuwih, S.S.M., P. Ayudianti, L. Setyowatie, et all. 2016. Skin Infection: It’s A


Must Know Disease. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Munawwaroh, R. 2016. Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi.


Jakarta.

Mutiawati, V., K. 2016. Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Candida Albicans.Jurnal


Kedokteran Syiah Kuala, Volume (16) : 1.

Nopitasari, N., A, Linggawati, dan Muhdarina. 2014. Karbonisasi Limbah Daun


Ketapang Untuk Biosorpsi Cr (VI) dalam Air. Jurnal Ind.Che.Acta.
Volume 5 (1) : 30.
Pranoto, E.N., Widodo, F.M., dan Delianis. P. 2012. KaKajian Aktivitas Bioaktif
Ekstrak TeripangPasir (Holothuria Scabra) Terhadap JamurCandida
Albicans. Jurnal Perikanan , Volume 1 (2): 2

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga..

Rahardjo, Rio. 2004. Kumpulan Kuliah Farmakologi, Ed 2. Jakarta: EGC.

Ricky, M.R., T,U. Soleha, R. Hanriko, dan H.P, Azkia. 2017. Pengaruh Ekstrak
Metanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) TerhadapKepadatan
Serabut Kolagen pada Penyembuhan Luka SayatMencit (Mus musculus).
Jurnal J AgromedUnila. Volume 4 (1): 18.

37
Rudy, A.,N., dan Firman ,M,N. 2018. Potensi Bahan Hayati Sebagai
Imunostimulanhewan Akuatik. Yogyakarta: Deefublish.

Sari, W., L. Indrawati, dan O,G. Djing.2008.CARE YOUR SELF Hepatitis.


Jakarta: Penebar Plus+ Wisma.

Saydam,S.G. 2012. Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Jawa Barat: Pustaka


Reka Cipta.

Syafni, G., S. 2012. Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Jawa Barat: Pustaka
Reka Cipta.

Setiowati, T., dan Deswaty.,F. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press

Siregar, R.S. 2015. Penyakit Jamur Kulit Ed 2. Jakarta: EGC.

Suharmiati, dan M. Herti. 2003. Khasiat & Manfaat Jati Belanda Si Pelangsing
Tubuh & Peluruh Kolestrol. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.

Sudewo, B. 2009. Buku Pintas Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta: Agro
Media.

Sukandar, E.,Y. Asep, G.,S dan Gemi, U.,P. 2006. Uji Aktivitas Salep dan Krim
Ekstrak Daun Ketapang Terminalias Catappa L. Pada Kulit
Kelinci.Jurnal Majalah Farmasi Indonesia Volume 17(3): 123-129;

Tan, H.,T dan Kirana.,R. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Gramedia.

Tinia, S. 2008. At a Glance Mickrobiologi Medis dan Infeksi. Jakarta: Erlangga

Utami, P. 2008. Buku Pintas Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia.

Lampiran 1. Prosedur Kerja

Daun ketapang

Dimeserasi dengan etanol 96%

Meserat
Ekstrak kental
Dikentalkan dengan rotary evaporator

38
Ekstrak kental
Pengenceran

Pembuatan konsentrasi dengan cara pengenceran


bertingkat konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100%

Sterilisasi alat, bahan dan penyiapan tempat kerja

Pembuatan media potato dextrose agar (PDA)

Pembuatan larutan standar Mc Farland

Pembuatan larutan suspensi jamur candida albicans

Pengujian daya hambat ekstrak etanol daun ketapang

Gambar 5. Prosedur kerja

Lampiran 2. Klasifikasi daun ketapang (Terminalia catappa L.)

39
Gambar 6. Klasifikasi daun ketapang (Terminalia catappa L.)

Lampiran 3. Perhitungan dan cara pembuatan konsentrasi ekstrak daun ketapang

40
1. Konsentrasi 80% sebanyak 10 ml
Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 100%.
C 1 ×V 1 ¿ C 2 ×V 2
100 % × V 1 ¿ 80 % × 10 g
80 % ×10 g
V1 ¿ 100 %
V1 ¿ 8 ml
Cara kerja :
Ditimbang 8 ml larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi
100%, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu
ditambahkan DMSO sampai tanda batas dikocok hingga
homogen.

2. Konsentrasi 60% sebanyak 10 ml


Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 80%.
C 1 ×V 1 ¿ C 2 ×V 2
80 % × V 1 ¿ 60 % × 10 ml
60 % ×10 ml
V1 ¿
80 %
V1 ¿ 7,5 ml

Cara kerja :
Dipipet 7,5 ml larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi
80%, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu
ditambahkan DMSO sampai tanda batas, dikocok hingga
homogen.

Lampiran 3. (Lanjutan)

3. Konsentrasi 40% sebanyak 10 ml

41
Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 60%
C 1 ×V 1 ¿ C 2 ×V 2
60 % × V 1 ¿ 40 % ×10 ml
40 % × 10 ml
V1 ¿
60 %
V1 ¿ 6,6 ml

Cara kerja :
Dipipet 6,6 ml larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi
60%, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu
tambahkan DMSO sampai tanda batas dikocok hingga homogen.

Lampiran 4. Pembuatan media Potato Dextrose Agar (PDA)

42
Untuk Membuat media PDA dibutuhkan 39 gram untuk 1000 ml
akuades.
C = 39 gram

1000 ml

V = 50 ml

Dit : B

Jawab :

C=B

B=CxV

= 39 g x 50 ml

1000 ml

= 1,95 gram

Cara kerja :

Media PDA ditimbang sebanyak 1,95 gram, dilarutkan dengan

akuades sebanyak 50 ml, dipanaskan hingga mendidih,

kemudian disterilisasi dalam autoclave dengan suhu 121°C

selama 15 menit, kemudian media PDA dikeluarkan dari

autoclafe. Media dituang kedalam masing-masing cawan petri

steril, kemudian biarkan hingga membeku.

43
Lampiran 5. Perhitungan pembuatan larutan H2SO4 1% dan BaCl2 1%

1. H2SO4 1% dari H2SO4 97%


C 1 ×V 1 ¿ C 2 ×V 2
97 % ×V 1 ¿ 1 % ×10 ml
1% ×10 ml
V1 ¿
97 %
V1 ¿ 0,1 ml

Cara kerja:
H2SO4 1% dipipet sebanyak 0,1 ml, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 10 ml yang telah berisi sedikit akuades. Kemudian
ditambahkan akuades sampai tanda batas, dikocok hingga
homogen.

2. Larutan BaCl2 1%
1% = 1 g dalam 100 ml
Jika dibuat dalam 10 ml maka = 1 g x 10 ml
100 ml
= 0,1 g

Cara kerja :
BaCl2ditimbang sebanyak 0,1 gram, kemudian dimasukkan
dalam beaker glass dan dilarutkan dengan akuades.Setelah itu
dimasukkan dalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan
akuadessampai tanda batas, dikocok hingga homogen.

Lampiran 6. Simplisia daun ketapang dan variasi larutan ekstrak daun ketapang

44
Gambar 7. Simplisia daun ketapang

Gambar 8. Larutan ekstrak daun ketapang konsentrasi 40%

Lampiran 6. (Lanjutan)

45
Gambar 9.Larutan ekstrak daun ketapang konsentrasi 60%

Gambar 10. Larutan ekstrak daun ketapang konsentrasi 80%

Lampiran 6. (Lanjutan)

46
Gambar 11. Larutan ekstrak daun ketapang konsentrasi 100%

Lampiran 7. Media Potato Dextrose Agar (PDA)

47
Gambar 12. Gambar media Potato Dextrose Agar (PDA)

Lampiran 8. Peremajaan jamur Candida albicans

48
Gambat 13. Peremajaan jamur Candida albicans

Lampiran 9. Suspensi jamur Candida albicans dan Mc. Farland

49
Mc Farland

Gambar 14. Suspensi jamur Candida albicans dan Mc.Farland

Suspensi Jamur

Lampiran 10. Hasil uji daya hambat jamur Candida albicans

50
Kontrol Positif

Konsentrasi 40%

Konsentrasi 60%

Konsentrasi 80%

Kontrol Negatif
Konsentrasi 100%

Gambar 15. Hasil uji daya hambat pengulangan I

Lampiran 10. (Lampiran)

51
Konsentrasi 40%

Konsentrasi 60%

Kontrol Negatif

Konsentrasi 80%

Konsentrasi 100%

Kontrol Positif

Gambar 16. Hasil uji daya hambat pengulangan II

Lampiran 10. (Lanjutan)

52
Konsentrasi 40%

Konsentrasi 60%

Kontrol Negatif

Konsentrasi 80%

Konsentrasi 100% Kontrol Positif

Gambar 17. Hasil uji daya hambat pengulangan III

53

Anda mungkin juga menyukai