Kti Fani Pransiska
Kti Fani Pransiska
Kti Fani Pransiska
OLEH
FANI PRANSISKA
1648402018
Diseminarkan
Oleh
FANI PRANSISKA
1648402018
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Pembimbing I Pembimbing II
TIM PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
TIM PENGUJI
Penguji
Program Studi D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehasan Universitas Abdurrab Telah Menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini Sebagai
Bagian Dari Persyaratan Kelulusan Ahli Madya Kesehatan
ABSTRAK
Telah dilakukan uji daya hambat ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia
catappa L.) terhadap jamur Candida albicans. Kandungan kimia daun ketapang
adalah tannin, saponin, flavonoid, fenolik, triterpenoid. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia
catappa L.) terhadap jamur Candida albicans secara in-vitro menggunakan
metode difusi cakram. Pembanding yang digunakan adalah nistatin dan sebagai
kontrol negatif digunakan DMSO. Ekstrak dibuat dengan metode meserasi dengan
menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak yang dihasilkan diencerkan menjadi
40%, 60%, 80% dan 100% menggunakan DMSO. Hasil penelitian didapatkan
konsentrasi diameter zona hambat rata-rata konsentrasi 40% sebesar 7,53 mm,
60% sebesar 10,38 mm, 80% sebesar 12,66 mm, 100% sebesar 14,89 mm dan
nistatin sebesar 17,88 mm. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etanol daun ketapang (Terminalia catappa L.) dapat menghambat pertumbuhan
Candida albcans.
Kata kunci: Daun ketapang (Terminalia catappa L.), Candida albicans, Nistatin
iv
SCIENTIFIC PAPERS
DAPARTEMEN OF D III PHARMACEUFICAL AND FOOD
FAKULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
ABDURRAB UNIVERSITY
2019
ABSTRACT
The inhibition test of ethanol extract from Ketapang (Terminalia catappa L.)
leaves on Candida albicans mushroom has been done. The chemical content of
ketapang leaves is tannin, saponin, flavonoid, phenolic, triterpenoid. This study
aims to determine the antifungal activity of ethanol extract of Ketapang leaves
(Terminalia catappa L.) against Candida albicans by in-vitro using disc diffusion
method. The comparison used was nistatin and as a negative control DMSO was
used. The extract was made by maseration method using 96% ethanol solvent.
The resulting extract was diluted to 40%, 60%, 80% and 100% using DMSO. The
results showed an average inhibition zone diameter concentration of 40% by 7.53
mm, 60% by 10.38 mm, 80% by 12.66 mm, 100% by 14.89 mm and nistatin by
17.88 mm. From the above results it can be concluded that the ethanol extract of
ketapang leaves (Terminalia catappa L.) can inhibit the growth of Candida
albcans.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin, segala puji dan syukur penulis
ucapkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan karya tugas ilmiah yang berjudul “Uji daya
hambat ekstrak etanol daun ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap jamur
Candida albicans” sebagai syarat untuk menempuh ujian seminar karya tugas
ilmiah pada program studi D III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat Islam Nabi
Sayyidina Muhammad.
menyelesaikan karya tugas ilmiah ini sebaik-baiknya. Untuk itu penulis telah
banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa
material, moril, informasi maupun dari segi administrasi secara langsung maupun
secara tidak langsung yang memberikan masukan, kritik, saran pengarahan dan
1. Ibu Isna Wardaniati, M. Farm., Apt .Ketua Prodi D III Analis Farmasi dan
vi
2. Bapak M. Azhari Herli, M. Farm., Apt. Pembimbing I yang telah banyak
tugas ilmiah ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
(Ryzki ananda pratama), M.nizam husni dan M.raisal rafi gibran, serta
keluarga besar Bahari atas segala do’a dan bantuannya, baik dalam hal
5. Sahabat terbaik di bangku kuliah Program Studi DIII Analis Farmasi dan
Pekanbaru.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Utuk itu penulis
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat disetujui
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK....................................................................................................... iv
ABSTRACT..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
..........................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian................................................................ 3
1.4.1 Manfaat Ilmiah....................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis...................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5
2.1 Tumbuhan Terminalia catappa L.......................................... 5
2.1.1 Marfologi Daun Ketapang (folium simplex)........... 6
2.1.2 Habitat Tumbuhan Terminalia catappa L............... 7
2.1.3 Klasifikasi Tumbuhan Terminalia catappa L.......... 8
2.1.4 Manfaat Daun Terminalia catappa L...................... 8
2.1.5 Kandungan Daun Terminalia catappa L................. 9
2.2 Candida albicans.................................................................. 10
viii
2.2.3 Penyakit Yang Disebabkan Candida albicans....... 13
ix
3.6 Analisis Data........................................................................ 27
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Kandungan ekstrak daun ketapang dalam beberapa pelarut........... 10
Tabel II. Hasil uji daya hambat.................................................................... 28
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pohon ketapang (Terminalia catappa L.).................................... 6
.....................................................................................................
Gambar 2. Daun ketapang ............................................................................ 6
Gambar 3. Jamur Candida albicans.............................................................. 13
Gambar 4. Rumus struktur nistatin................................................................ 16
Gambar 5. Prosedur kerja.............................................................................. 39
Gambar 6. Klasifikasi daun ketapang (Terminalia catappa L.).................... 40
Gambar 7. Simplisia daun ketapang.............................................................. 45
Gambar 8. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 40%.............. 45
Gambar 9. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 60%.............. 46
Gambar 10. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 80%.............. 46
Gambar 11. Larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi 100%............ 47
Gambar 12. Gambar media Potato Dextrose Agar (PDA) ............................. 48
Gambar 13. Peremajaan jamur Candida albicans .......................................... 49
Gambar 14. Suspensi jamur Candida albicans dan Mc. Farland.................... 50
Gambar 15. Hasil uji daya hambat pengulangan I.......................................... 51
Gambar 16. Hasil uji daya hambat pengulangan II......................................... 52
Gambar 17. Hasil uji daya hambat pengulangan III........................................ 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur kerja........................................................................... 39
Lampiran 2. Klasifikasi daun ketapang (Terminalia catappa L.)................. 40
Lampiran 3. Perhitungan dan cara pembuatan konsentrasi ekstrak
daun ketapang............................................................................ 41
Lampiran 4. Pembuatan media Potato dextrose agar (PDA)........................ 43
Lampiran 5. Perhitungan pembuatan larutan H2SO4 1% dan BaCl2 1%........ 44
Lampiran 6. Simplisia daun ketapang dan variasi larutan ekstrak daun
ketapang.................................................................................... 45
Lampiran 7. Media Potato Dextrose agar (PDA)......................................... 48
Lampiran 8. Peremajaan jamur Candida albicans........................................ 49
Lampiran 9. Suspensi jamur Candida albicans dan Mc. Farland ................. 50
Lampiran 10. .Hasil uji daya hambat Candida albicans.................................. 51
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
bahan yang bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian, atau
1
aktif dan aktivitas biologi telah dilaporkan sehubungan dengan suplementasi
kuku. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh Candida albicans adalah
yang berupa keluarnya cairan berwarna putih dari vaginanya, yang berupa
lendir. Kadang-kadang lendir yang keluar dari vagina itu berbau busuk,
antijamur salep dan krim ekstrak daun ketapang Terminalia cattapa L. pada
konsentrasi 25%, 50% dan 100% hasil yang bagus terlihat pada konsentrasi
100%.
terhadap jamur Candida albicans dengan konsentrasi 10%, 15% dan 30%
2
hasil yang didapatkan kurang baik, karna daya hambat yang didapatkan
penelitian yang berjudul “Uji daya hambat ekstrak etanol daun ketapang
daun ketapang (Terminalia Catappa L.) pada konsentrasi 40%, 60%, 80%,
dan 100%.
3
lainnya yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indian almond, Malabor almond serta Tropical almold ada sekitar 250
berbuah kecil dengan 2-5 tonjolan, sayap kasar, yang lain menghasilkan
drupes-bulat, oval, atau berbentuk almond yang tipis agak tebal di lapisan
luar daging. Di beberapa jenis seperti T.chebula Retz dan setengah lusin
lainnya “myrobalans” buah yang begitu kaya akan tanin (hingga 53%)
atau perdu, seringkali berupa liana, berhadapan. Bunga tersusun dalam bulir
kecil. Daun kelopak, kadang-kadang tidak ada. Benang sari 4-10 atau
banyak. Bakal buah tenggelam dengan 1 tangkai putik, beruang 1 bakal biji
2-6. Buah dengan kulit yang bergigi atau bersayap, berisi 1 biji, sedikit atau
5
terpuntir atau terlipat dengan akar lembaga pendek, tanpa endosperm.
Famili ini meliputi sekitar 450 jenis, terbagi dalam ± 20 genus, terbesar di
helaian daun (lamina). Ujung daun (apex folii) memiliki ujung daun
6
meruncing (acuminatus). Pangkal daun (basis folii) juga berbentuk
bulat telur tetapi bagian yang terlebar terdapat dekat ujung daun.
satu ibu tulang daun dan beberapa tulang cabang yang berarah dari
7
Terminalia catappa L. merupakan tumbuhan pantai dengan
daerah penyebaran yang cukup luas. Tanaman ini berasal dari daerah
(Nopitasari et al.,2014:30).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Comretaceae
Marga : Terminalia
kesehatan. Daun dari tanaman ini telah sejak lama digunakan oleh
8
masyarakat di Asia untuk mengobati dermatitis dan hepatitis.
diabetes. Ekstrak berasal dari kulit kayu dan daun pohon ketapang
9
tanin dan flavonoid pada ekstrak daun ketapang (Rudy dan Firman,
catappaL.)
dari sel-sel oval seperti ragi dan sel-sel yang memanjang sambung-
Jamur Candida telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke-18 yang
Congress di New York pada tahun 1938, dan dibakukan pada Eight
disebabkan Candida albicans dapat berupa akut, subakut atau kronis pada
10
tubuh manusia. Candida albicans adalah monomorphic yeast like organisme
yang tumbuh baik pada suhu 25-30ºC dan 35-37ºC. Jamur Candida tumbuh
dengan cepat pada suhu 25-37ºC pada media pembenihan sederhana sebagai
sel oral oval dengan pembentukan tunas untuk memperbanyak diri dan
spora jamur disebut blastospora atau sel ragi/sel khamir. Berbentuk bulat
di kulit tubuh, kulit kepala, mulut, sela-sela jari kaki, di dalam usus, di paru-
uretra, kulit, dan di bawah kuku. Candida dapat menjadi patogen dan
masih relatif tinggi dan obat antijamur relatif lebih sedikit dibandingkan
11
2.2.1 Taksonomi Candida albicans
Famili : Cryptococcaccae
Subfamili : Candidoidae
Genus : Candida
orang sehat. Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah
12
Gambar 3. Jamur Candida albicans
seperti:
juga pada pasien AIDS dengan sistem-imun lemah (CD4+ < 300
mm3).
13
3. Candidiasis vagina (vaginitis). Infeksi paling umum pada alat
14
penggunaan lokal (suspensi nistatin, tablet hisap amfoterisin).
2.3. Nistatin
New York State Dapaetemen of Health (1951) dan memiliki struktur kimia
begitu pula tidak diserap oleh kulit atau mukosa. Sering kali zat ini
15
(Stomatitis sariawan ) atau vagina (Vaginitis), sedangkan lokal digunakan
447). Nistatin adalah zat atau campuran dua atau lebih zat, dihasilkan oleh
unit nistatin FI per mg, bila ditujukan untuk pemakaian dalam bentuk
suspensi oral tidak kurang dari 5000 unit nistatin FI per mg. Pemerian
serbuk kuning hingga coklat muda, berbau buji-bijian hidrokropik dan dapat
terpengaruh oleh cahaya panas dan udara dalam waktu lama. Kelarutan
sukar larut dalam air, sukar hingga agak sukar larut dalam etanol, dalam
16
2.3.1 Aktivitas Antijamur Nistatin
obat yang tidak diserap dan dapat kontak langsung dengan ragi/jamur
(Rahardjo, 2004:228).
2.4. Simplisia
2.5. Ekstrak
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dengan
17
zat terlarut diantara dua pelarut yang saling tercampur. Pada umumnya zat
terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu
pelarut terapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat
digunakan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan
pelarut berdasarkan kaidah “like dissolved like” artinya suatu senyawa polar
1989: 121).
18
Sensitivitas antimikroba secara in-vitro diukur dengan menentukan
potensi agen bakteri dalam larutan, konsentrasi dalam cairan tubuh atau
2.7. Sterilisasi
yaitu metode fisika dan metode kimia. Metode sterilisasi kimia dilakukan
untuk bahan-bahan yang rusak bila disterilisasi pada suhu tinggi (seperti
bahan dari plastik). Metode sterilisasi secara fisika dapat dilakukan dengan
yang sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikro organisme. Suatu
yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia sehingga pengujian secara
19
dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas media biakan, kecepatan difusi
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2. Sampel
3.4.1 Alat
21
(Memmert), lampu bunsen, asbes, labu ukur (Iwaki), oven
3.4.2 Bahan
ketapang, akuades steril, kertas disk kosong, etanol 70% dan etanol
coklat.
22
Dengan rumus :
Berat simplisia
%Rendemen simplisia= x 100 %
Sampel awal
pengocokan.
pengulangan.
didapat dihitung.
Dengan rumus :
Ekstrak kental
%Rendemen ekstrak= x 100 %
Simplisia
23
Ekstrak ditimbang sebanyak 10 g, dimasukkan kedalam labu
2. Konsentrasi 80%
batas.
3. Konsentrasi 60%
4. Konsentrasi 40%
jam. Setelah cukup waktu dikeluarkan dari dalam oven dan untuk
24
alat yang memiliki skala disterilkan dengan menggunakan etanol
70%.
etanol 70%. Lingkungan kerja harus tenang dan bebas angin, napas
melakukan penelitian.
klep pipa ditutup hingga rapat, maka suhu terus menerus akan naik
25
3.5.8 Pembuatan Larutan Standar Mc. Farland
dengan cara disiapkan kawat ose yang steril, kemudian streng jamur
cara, kapas lidi steril dicelupkan kedalam tabung reaksi yang telah
berisi suspensi uji, setelah itu suspensi uji dioleskan pada permukaan
26
pinset dan dilapisi dengan larutan DMSO menggunakan pipet mikro
yang digunakan sebagai kontrol negatif (-), lalu kertas disk nistatin
jam pada suhu 37°C. Zona hambat pertumbuhan jamur dari masing-
Data yang diperoleh pada penelitian ini ditandai dengan zona bening
BAB IV
27
4.1 Hasil
Telah dilakukan uji daya hambat ekstark etanol daun ketapang (Terminalia
albicans, maka didapatkan hasil ekstrak daun ketapang efektif terhadap jamur
konsentrasi 40% yaitu 7,53 mm zona hambat lemah , konsentrasi 60% yaitu 10,38
mm zona hambat lemah, konsentrasi 80% yaitu 12,66 mm zona hambat lemah,
konsentrasi 100% yaitu 14,89 mm zona hambat lemah dan pembanding nistatin
4.2 Pembahasan
Daun ketapang (Terminalia catappa L.) merupakan tumbuhan pantai
dengan daerah penyebaran yang cukup luas. Tanaman ini berasal dari daerah
28
ketapang sering kali dijumpai ada di pinggir-pinggir jalan sebagai pohon hias dan
(penyakit jantung), liver, kulit, pernafasan, perut dan insomnia (Nopitasari et al.,
2014:30) Ekstrak dari daun ketapang tersebut menunjukan efek anti inflamasi,
anti oksidan dan juga berperan sebagai hepatoprotektor. Ekstrak berasal dari kulit
kayu dan daun pohon ketapang (Terminalia catappa L.) berisi campuran
kompleks flavonoid, fitosterol, tanin, saponin dan senyawa fenolik. Ekstrak dari
catappa L.) daun ketapang tersebut dibuat dalam bentuk ekstrak dengan
konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100%. Pada pembuatan ekstrak etanol daun
ketapang, pengambilan sampel dipilih daun yang kering dan warnanya coklat
karena penuh dengan asam organik dan tanin. Sampel dibersihkan dengan
menggunakan air yang bersih dan di keringkan pada suhu kamar sampai kering
dianginkan agar tidak merusak kandungan senyawa aktif dalam simplisia, rajang-
kandungan air pada simplisia hilang selain itu pengeringan juga bertujuan agar
simplisia awet, terhindar dari cahaya matahari langsung dan dapat digunakan
dalam jangka waktu yang lama, kemudian simplisia daun ketapang ditimbang
sebanyak 1 gram dan dilarutkan dalam 1000 ml etanol 96%, karena etanol 96%
29
senyawa terkandung didalamnya akan dapat larut, selain itu etanol 96% dapat
yang didapat, kemudian diuapkan untuk memproleh ekstrak dalam bentuk kental.
mengidentisien dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan. Alat ini
pelarut akan menguap pada suhu 5-10ºC dibawah titik didih pelarutnya dan zat
yang terkandung didalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi (Nugroho, 2014).
didalam oven pada suhu 160-170ºC selama 2-3 jam, tujuannya adalah untuk
pengujian yang akan digunakan adalah metode difusi lempeng agar. Medium
30
padat yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA). Hal ini dikarenakan
media PDA merupakan salah satu media kultur yang paling umum digunakan
padat (agar) dengan kandungan nutrisi karbohidrat (dektrosa) yang baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir. Jamur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jamur Candida albicans (Saha et al dalam jurnal Aini, 2015). Selanjutnya
pembuatan larutan konsentrasi ekstrak yaitu dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%
sebelumnya telah dilakukan penelitian uji potensi antifungi ekstrak etanol daun
ketapang (Terminalia catappa L.) terhadap jamur Candida albicans secara in-
vitro dengan menggunakan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%,
80%, 90% dan 100%. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut mempunyai
dihasilkan tidak terlalu banyak, untuk itu ekstrak etanol daun ketapang dilakukan
DMSO merupakan salah satu pelarut organik paling kuat yang melarutkan hampir
semua senyawa baik polar maupun non polar. DMSO digunakan sebagai pelarut
31
DMSO tidak boleh melebihi 10% karena dapat menyebabkan pecahnya membran
larutan tersebut mempunyai cairan yang ada didalam tubuh manusia. Tingkat
kekeruhan mikroba uji akan dibandingkan dengan larutan Mc. Farland, dengan
media tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang (Alimsardjono et al., 2015).
Pada saat penanaman jamur pada media Potato Dextrose Agar (PDA), perlu
permukaan media (PDA), karena jika tidak rata maka hasil yang didapat tidak
sempurna dan zona hambatnya tidak jelas. Jarak antara pembanding dan sampel
tidak boleh berdekatan yaitu jaraknya lebih kurang 2 cm hal ini dimaksudkan
supaya zona hambatnya tidak bersatu, kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC
albicans. Pembacaan hasil dilakukan dengan mengukur daerah zona hambat yang
terbentuk.
mendapatkan nilai rata-rata dari zona hambat ekstrak etanol daun ketapang
32
polien, yang telah diisolasi dari Streptomyces naursei yang bersifat fungidal.
disebabkan oleh Candida albicans dan nistatin adalah obat pertama yang
dipasarkan maka nistatin paling banyak dipakai dan dianggap obat pertama.
DMSO karena pelarut tersebut tidak memberikan saya hambat (Dumasari, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian uji daya hambat ekstrak etanol daun ketapang
(Terminalia catappa L.) pada konsentrasi 40%, 60%, 80% dan 100% mampu
dibentuk ekstrak etanol daun ketapang pada konsentrasi 40% (7,53 mm), 60%
(10,38 mm), 80% (12,66 mm) dan 100% (14,89 mm). Menurut Greenwood,
dalam Ahmad (2010), klasifikasi respon hambatan pertumbuhan adalah jika > 20
zona hambat 10-15 kategori lemah. Dari hasil yang didapatkan pada keempat
konsentrasi ekstrak etanol daun ketapang dengan konsentrasi 40% , 60%, 80%
dan 100% yaitu kategori zona hambat lemah, kecil dari 10 mm. DMSO (Dimetil
sulfoxide) sebagai pelarut dan kontrol negatif, pada DMSO (Dimetil sulfoxide)
Dari keempat hasil tersebut zona hambat ekstrak etanol daun ketapang
dengan konsentrasi 40% , 60%, 80% dan 100% yaitu kategori zona hambat lemah,
kecil dari 10 mm. Sedangkan pembanding positif yang digunakan yaitu nistatin
didapatkan zona hambat sebesar 17,88 mm, nistatin merupakan antijamur yang
33
diberikan sensitifikasi terhadap Candida albicans dengan kategori sedang karena
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstrak etanol daun ketapang dengan konsentrasi 40%, 60%, 80% dan
100% memiliki zona hambat terhadap Candida albicans dengan diameter zona
34
hambat rata-rata 7,53 mm, 10,38 mm, 12,66 mm dan 14,89 mm, sedangkan
5.2 Saran
1. Kepada peneliti selanjutnya dapat meningkatkan konsentrasi pada
albicans.
DAFTAR PUSTAKA
35
Alimsardjono, L. Purwono, B.P. dan Endraswari, D.P. 2015. Pemeriksaan
Mikrobiologi Pada Penyakit Infeksi. Jakarta: Sagung Seto.
Evi, M., A,H Alimuddin, dan L. Destiarti. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Landak
Laut (Diadema Setosum) Dari Pulau Lemukutan Sebagai Antijamur
Candida albicans. Jurnal JKK. Volume 4 (4) : 61-62.
Gunawan DD., dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Dalam (Farmakognosi) Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
36
Hermita Radji, dan Maksum. 2006. Buku Ajar Analisis HayatiEd 3. Jakarta: EGC.
Hoan, T.T., dan R. Kirana. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan Dan
Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Ricky, M.R., T,U. Soleha, R. Hanriko, dan H.P, Azkia. 2017. Pengaruh Ekstrak
Metanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) TerhadapKepadatan
Serabut Kolagen pada Penyembuhan Luka SayatMencit (Mus musculus).
Jurnal J AgromedUnila. Volume 4 (1): 18.
37
Rudy, A.,N., dan Firman ,M,N. 2018. Potensi Bahan Hayati Sebagai
Imunostimulanhewan Akuatik. Yogyakarta: Deefublish.
Syafni, G., S. 2012. Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Jawa Barat: Pustaka
Reka Cipta.
Setiowati, T., dan Deswaty.,F. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press
Suharmiati, dan M. Herti. 2003. Khasiat & Manfaat Jati Belanda Si Pelangsing
Tubuh & Peluruh Kolestrol. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Sudewo, B. 2009. Buku Pintas Hidup Sehat Cara Mas Dewo. Jakarta: Agro
Media.
Sukandar, E.,Y. Asep, G.,S dan Gemi, U.,P. 2006. Uji Aktivitas Salep dan Krim
Ekstrak Daun Ketapang Terminalias Catappa L. Pada Kulit
Kelinci.Jurnal Majalah Farmasi Indonesia Volume 17(3): 123-129;
Tan, H.,T dan Kirana.,R. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Gramedia.
Daun ketapang
Meserat
Ekstrak kental
Dikentalkan dengan rotary evaporator
38
Ekstrak kental
Pengenceran
39
Gambar 6. Klasifikasi daun ketapang (Terminalia catappa L.)
40
1. Konsentrasi 80% sebanyak 10 ml
Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 100%.
C 1 ×V 1 ¿ C 2 ×V 2
100 % × V 1 ¿ 80 % × 10 g
80 % ×10 g
V1 ¿ 100 %
V1 ¿ 8 ml
Cara kerja :
Ditimbang 8 ml larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi
100%, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu
ditambahkan DMSO sampai tanda batas dikocok hingga
homogen.
Cara kerja :
Dipipet 7,5 ml larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi
80%, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu
ditambahkan DMSO sampai tanda batas, dikocok hingga
homogen.
Lampiran 3. (Lanjutan)
41
Dibuat dengan pengenceran dari konsentrasi 60%
C 1 ×V 1 ¿ C 2 ×V 2
60 % × V 1 ¿ 40 % ×10 ml
40 % × 10 ml
V1 ¿
60 %
V1 ¿ 6,6 ml
Cara kerja :
Dipipet 6,6 ml larutan ekstrak kental daun ketapang konsentrasi
60%, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, lalu
tambahkan DMSO sampai tanda batas dikocok hingga homogen.
42
Untuk Membuat media PDA dibutuhkan 39 gram untuk 1000 ml
akuades.
C = 39 gram
1000 ml
V = 50 ml
Dit : B
Jawab :
C=B
B=CxV
= 39 g x 50 ml
1000 ml
= 1,95 gram
Cara kerja :
43
Lampiran 5. Perhitungan pembuatan larutan H2SO4 1% dan BaCl2 1%
Cara kerja:
H2SO4 1% dipipet sebanyak 0,1 ml, kemudian dimasukkan dalam
labu ukur 10 ml yang telah berisi sedikit akuades. Kemudian
ditambahkan akuades sampai tanda batas, dikocok hingga
homogen.
2. Larutan BaCl2 1%
1% = 1 g dalam 100 ml
Jika dibuat dalam 10 ml maka = 1 g x 10 ml
100 ml
= 0,1 g
Cara kerja :
BaCl2ditimbang sebanyak 0,1 gram, kemudian dimasukkan
dalam beaker glass dan dilarutkan dengan akuades.Setelah itu
dimasukkan dalam labu ukur 10 ml, lalu ditambahkan
akuadessampai tanda batas, dikocok hingga homogen.
Lampiran 6. Simplisia daun ketapang dan variasi larutan ekstrak daun ketapang
44
Gambar 7. Simplisia daun ketapang
Lampiran 6. (Lanjutan)
45
Gambar 9.Larutan ekstrak daun ketapang konsentrasi 60%
Lampiran 6. (Lanjutan)
46
Gambar 11. Larutan ekstrak daun ketapang konsentrasi 100%
47
Gambar 12. Gambar media Potato Dextrose Agar (PDA)
48
Gambat 13. Peremajaan jamur Candida albicans
49
Mc Farland
Suspensi Jamur
50
Kontrol Positif
Konsentrasi 40%
Konsentrasi 60%
Konsentrasi 80%
Kontrol Negatif
Konsentrasi 100%
51
Konsentrasi 40%
Konsentrasi 60%
Kontrol Negatif
Konsentrasi 80%
Konsentrasi 100%
Kontrol Positif
52
Konsentrasi 40%
Konsentrasi 60%
Kontrol Negatif
Konsentrasi 80%
53