Bab 2.2
Bab 2.2
Bab 2.2
TINJAUAN PUSTAKA
ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku
kehilangan kontak dengan kehidupan realita dan memiliki gejala yang berbeda
hubungan interpersonal
yakni:
1. Faktor Biologis
a. Komplikasi kelahiran
2
terhadap skizofrenia.
b. Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeki virus pernah
c. Hipotesis dopamine
d. Hipotesis Serotonin
Gaddum, Wooley, dan Show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid
e. Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah system limbik dan
perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena
tidak ditemukannya sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.
2. Faktor Genetik
populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat
3. Gejala disorganisasi: berpikir dan berbicara yang kacau dan tidak teratur,
masalah dengan pemikiran logis dan perilaku aneh atau gerakan abnormal;
1. Karakteristik simtom
Terdapat dua atau lebih dari kriteria, masing-masing ditemukan secara signifikan
a. Delusi (waham);
b. Halusinasi;
e. Simtom negatif; yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi (tidak
adanya kemauan).
lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri
3. Durasi
Durasi yang dimaksud adalah adanya tanda-tanda gangguan yang terus menerus
menetap selama sekurangnya enam bulan. Pada periode enam bulan ini, harus
termasuk sekurangnya satu bulan gejala (atau kurang, bila berhasil ditangani)
5
yang memenuhi kriteria a (yaitu fase aktif simtom) dan mungkin juga termasuk
periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual
negatif atau dua atau lebih simtom yang dituliskan dalam kriteria a dalam bentuk
yang lemah (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak
lazim)
a. Selama fase aktif simtom, tidak ada episode depresif mayor, manik atau
b. jika episode mood terjadi selama simtom fase aktif, maka durasi totalnya
akan relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau
residual.
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
1. Tipe Paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi
auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif
laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Disorganisasi tingkah laku
3. Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat
berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan
ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain
(echopraxia).
4. Tipe Undifferentiated
skizofrenia.
7
5. Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
residual itu dapat meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil,
dirancang secara individual, intervensi tingkat psikososial dan layanan yang tepat.
Dengan perawatan yang memadai, dalam banyak kasus skizofrenia gejala akan
hilang. Namun, gejala negatif seperti afek datar, alogia dan avolisi dapat bertahan.
1. Penatalaksanaan Farmakologi
2. Intervensi Psikososial
et al., 2011). Salah satu intervensi psikososial yang digunakan adalah terapi
psikososial yang terdiri dari dua terapi yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga
(Durant, 2007). Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik.
Pada terapi ini, beberapa pasien berkumpul dan saling berkomunikasi dan terapist
berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya. Para peserta
terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang dialami.
Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok. Terapi
ini digunakan untuk pasien yang telah keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal
bersama keluarganya.
Intervensi di tingkat pelayanan yang saat ini perlu dijalankan adalah dalam
dukungan dan perawatan kepada individu lain yang memerlukan bantuan baik
secara fisik maupun emosional (Ambarsari and Sari, 2012). Caregiver adalah
perawatan kepada orang lain yang memiliki masalah kesehatan dan keterbatasan
dalam merawat dirinya sendiri, dimana bantuan tersebut meliputi bantuan untuk
orang lanjut usia, atau orang sakit kronis). Saat ini istilah pengasuh
keluarga didefinisikan sebagai ibu, ayah, anak yang sudah dewasa, ibu tiri, ayah
tiri, suami, istri, saudara, eyang, paman, bibi atau keponakan yang
yang mengalami gangguan fisik / mental kronis. Cinta, tugas, ataupun kewajiban
caregiver keluarga untuk menerima peran tersebut. Selain itu adanya ekspektasi
terhadap diri sendiri dan orang lain, pelatihan keagamaan, pengalaman spiritual
dan pemodelan peran juga ditemukan menjadi alasan bagi caregiver keluarga
bantuan kepada individu lain berupa bantuan secara fisik maupun emosional
kemampuan personal yang berfungsi untuk mengatur distress (stres yang negatif
seperti kecemasan dan kemarahan) serta untuk menghambat tekanan emosi. Pada
yang memungkinkan individu untuk berperan aktif pada penyakit yang dialami
and Gough, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen diri merupakan
Secara umum aspek yang ada dalam manajemen diri dalam konsep
Ditandai dengan tidak terpengaruh ke dalam situasi yang menekan, dan dapat
Membiarkan orang lain tahu bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip, niat dan
perasaan, serta bertindak dengan cara yang konsisten dengan hal-hal tersebut;
Ciri-ciri individu yang memiliki sikap berhati-hati adalah cermat, disiplin diri,
4. Adaptasi (Adaptability).
Terbuka kepada informasi baru dan dapat melepaskan asumsi yang lama
ketidakpastian dan dapat berpikir kreatif serta menampilkan ide baru untuk
mencapai hasil;
resiko serta mendukung penemuan baru dalam organisasi barunya serta dapat
6. Inisiatif (Initiative).
management in chronic care illneess model (Rodger, 2000 dalam Udlis, 2011).
1. Antecedents
a. Informasi
Informasi disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh pasien serta kondusif
untuk belajar;
b. Efikasi Diri
lingkungan tertentu;
c. Dukungan
d. Niat
e. Mutual Investment
a. Sumber Daya
Sumber daya fisik, lingkungan, dan sosial-ekonomi harus dapat diakses oleh
b. Pengetahuan
d. Partisipasi Aktif
e. Pengambilan Keputusan
manajemen.
16
3. Consequences
` Konsekuensi dari manajemen diri terdiri dari tiga tema utama yaitu,
kualitas hidup.
(Health, 2014). Tujuan dari manajemen diri pada pasien skizofrenia adalah :
1. Menanamkan harapan;
kesehatan;
a. Diet
buruk, sedikit berolahraga dan memiliki tingkat merokok yang tinggi (Peet,
terutama yang terdapat dalam buah-buahan dan sayur. Standart diet sehat yang
Makan setidaknya 400 g, atau lima porsi, buah dan sayuran setiap hari.
Konsumsi buah dan sayur dapat ditingkatkan dengan makan buah dan
sayur saat sarapan, menjadikan buah dan sayur sebagai camilan serta
2) Lemak
Mengurangi jumlah total asupan lemak menjadi kurang dari 30% dari total
Konsumsi sodium yang terdapat garam yang dianjurkan adalah 9-12 g per
hari dan potasium kurang dari 3,5 g per hari. Perlu dilakukan pembatasan
18
4) Gula
Baik pada orang dewasa maupun anak-anak, asupan gula bebas harus
b. Aktivitas Fisik
kepercayaan diri yang rendah, dan penarikan diri dari sosial. Aktivitas fisik
2013):
1) Frekuensi dilakukan selama > 5 hari dalam satu minggu dengan tipe
olahraga sedang (MET 3,0 - 5,9), atau > 3 hari dalam satu minggu dengan
dalam satu hari (150 menit dalam satu minggu) untuk aktivitas fisik sedang,
atau 20-60 menit dalam satu hari (75 menit dalam satu minggu) untuk
3) Target volume dari olahraga adalah > 500-1000 MET/menit dalam satu
minggu.
(Widiyani, 2016)
Zou et. al (2012) menjelaskan bahwa tujuan dari setiap edukasi yang
yang akan dicapai dari manajemen diri adalah kepatuhan terhadap obat,
kembali.
Intervensi yang terdiri dari enam sesi difasilitasi teman disampaikan dalam 2,5
jam sesi kelompok yang menekankan pada pelatihan dalam manajemen diri
penyakit, termasuk perencanaan tindakan, umpan balik dan dukungan dari teman
well. Program Living Well ini merupakan inovasi pada CDSMP yang
sejumlah kondisi medis umum yang kronis dan membangun kepercayaan diri
Vermont utara pada tahun 1997 di sebuah lokakarya tentang pemulihan kesehatan
mental yang dipimpin oleh Mary Ellen Copeland. Ptogram ini membantu pasien
untuk menemukan bantuan kesehatan yang aman dan sesuai dengan kondisi
hal tersebut. Termasuk didalamnya membuat rencana krisis dan pasca krisis
(Copeland, no date).
penyakit mental berat seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Program ini
2016). IMR terdiri dari 11 modul yaitu; 1. Strategi pemulihan; 2. Fakta praktis
stres; 9. Koping terhadap masalah dan gejala yang persistent; 10. Mendapatkan
2.4.1 Definisi
pasien terlibat dalam penyakit yang dialami dan dapat mandiri semaksimal
untuk berperan dalam manajemen perawatan (Duprez et al., 2017). Jadi dapat
Gambar 2.2 Self Management Support Five’A Model (Glasgow et al., 2003)
Sistem yang didesain dalam five A’s model dukungan manajemen diri
kepercayaan serta data klinis pasien yang berfungsi sebagai umpan balik dalam
pasien, fase ini disebut dengan advise. Langkah selanjutnya agree, pasien
menetapkan sasaran dari perubahan perilaku atas dasar minat dan dan
23
1. Antecedent
2. Attribute
rencana tindakan;
b. Provider Attributes
c. Organizational Attributes
emosional.
Setiap perilaku individu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
1. Faktor Internal
a. Biofisik
yang matang biasanya dicapai pada usia 25-44 tahun. Setelah usia tersebut maka
b. Kognitif
c. Psikologis
Sikap merupakan salah satu faktor pembentuk dukungan yang berasal dari
pikiran dan perasaan. Sikap yang menganggap bahwa sebuah perawatan penting
serta pemahaman terhadap tugas yang harus dilakukan (van Hooft et al., 2016).
Sikap yang berasal dari pasien juga mempengaruhi dukungan yang diberikan
(Duprez et al., 2017). Faktor psikologis lain adalah efikasi diri. Santrock (2007)
2. Faktor Eksternal
a. Sosio-ekonomi-kultural
Faktor sosial termasuk didalamnya faktor dukungan dari lingkungan, dan faktor
Rahayu, 2006). Faktor kultural dilihat dari keyakinan, nilai, dan kebiasaan yang
(Graves, 2007). Pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial, suatu
kepada pihak yang kurang berdaya. Segala potensi yang dimiliki oleh pihak yang
kegiatan yang dinamis yang dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap dalam proses
Model CEM merupakan gabungan dari dua konsep teori yaitu Jones and
and Skaff’s (1990) caregiving stress process model, dan (b) Folkman and
berkelanjutan. Model ini dibentuk dari beberapa teori yaitu salutogenic theory of
stress dan caregiving stress model. Konstruk inti dari salutogenic theory of stress
29
adalah rasa percaya diri dan kebermaknaan individu dalam masa sulit akan
bukan satu-satunya sumber daya pribadi yang berkontribusi positif namun faktor
ini dapat membantu individu untuk mengelola ketegangan dan terlibat secara
efektif dalam pemecahan masalah sehingga menjadi dukungan positif dalam CEM
karakteristik individu dan sumber daya membuat individu bertahan dari krisis
penilaian permulaan (primer dan sekunder) dan diakhiri dengan penilaian ulang.
positif, dan stress. Penilaian sekunder berkaitan dengan sumber daya yang
dimiliki. Penilaian ulang dibutuhkan untuk menilai stressor dan sumber daya yang
terdiri dari;
CEM disarankan bahwa ketika nilai filial hadir, dan ketika sumber daya tertentu
30
berarti
a. Faktor pribadi:
pengalaman masa lalu, motivasi dan tujuan, dan untuk menemukan makna
sesuatu yang lebih besar dari diri, yang disertai dengan usaha pencarian
makna dalam hidup atau dapat dijelaskan sebagai pengalaman yang bersifat
dihormati yang didapat oleh caregiver dari keluarga (Foster et al., 2017);
3. Filial Value (nilai dasar), yang terdiri dari sikap tanggung jawab, rasa
menghormati dan peduli. Sikap yang dimiliki caregiver yang didapat dari
CEM diusulkan bahwa filial value dapat (a) merubah bagaimana individu
berkontribusi pada sumber daya yang tersedia untuk mengatasi melalui rasa
kuat akan tujuan dan makna yang terkait dengan memberi kembali, (c)
komunitas, dan (d) secara tidak langsung mempengaruhi hasil melalui sumber
Swanson (1991 dalam Potter & Perry 2009) mendefinisikan caring sebagai
suatu cara pemeliharaan hubungan dengan saling menghargai orang lain, disertai
perasaan memiliki dan tanggung jawab. Caring merupakan proses yang terus ada
dalam dinamika hubungan pasien-perawat. Ada yang melihat proses ini sebagai
32
hubungan yang linear, namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik.
Proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu
Benner (2004 dalam Potter & Perry 2009) mengatakan bahwa hubungan
pemberi layanan dapat bersifat terbuka dan tertutup. Peran sebagai perawat dalam
pemberi layanan kepada klien bukan hanya sekedar untuk melakukan tugasnya.
yang terbentuk sejak awal mulai dari saling mengenal sampai timbulnya rasa
kepedulian antara perawat dan klien. Empati dan rasa kasihan perawat merupakan
bagian alami dari proses setiap pertemuan dengan klien. Akan tetapi hal ini tidak
di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada
orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan
dan efektif
Menurut Swanson (1991) ada lima dimensi yang mendasari konsep caring yaitu :
1. Maintaining Belief
kehidupan dan masa saat transisi dalam hidupnya untuk menghadapi masa depan
mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam
situasi apa pun. Tujuannya adalah untuk membantu orang lain dalam batas-batas
seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan. Subdimensi yang
dirasakan pasien yang mungkin terjadi pada semua orang yang mengalami
masa transisi;
Membantu klien memaknai hal yang sedang dialami klien sehingga secara
perlahan klien dapat memahami dan menerima bahwa setiap orang dapat
2. Knowing
informasi klien secara detail, peka terhadap bahasa verbal dan non verbal,
memfokus kepada satu tujuan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan
orang yang diberi asuhan dan menyatukan persepsi antara caregiver dan klien.
d. Centering On The One Cared For (Fokus Pada Pelayanan Satu Orang)
3. Being with
Bukan hanya hadir secara menyeluruh tetapi juga saling berkomunikasi yang
bertujuan untuk berbagi apa yang dirasakan klien dan secara emosional
memberikan dukungan dan kenyamanan serta memantau klien baik fisik maupun
kesehatan klien. Kunci utama dalam penerapan “Being With” yaitu dengan
4. Doing For
d. Anticipating ( Mengatisipasi )
e. Protecting (melindungi)
5. Enablings
agar dapat melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa
penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia
yaitu:
a. Validating (Memvalidasi)
c. Supporting (Mendukung)
kemampuan.
Memberikan umpan balik atau reward terhadap apa yang dilakukan oleh klien
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan
Perry, 2009)
39
managem tentang
ent tujuan
support untuk
by nurses dukungan
for manajemen
people diri
with diidentifika
chronic si: Pelatih,
condition Dokter,
s: A Q- Gatekeeper
methodol dan
ogical perspektif
study Pendidik.
(van Itu
Hooft et Perawat
al., 2015) pelatih
berfokus
pada
aktivitas
kehidupan
sehari-hari
pasien,
sedangkan
perawat
dari Dokter
jenis
bertujuan
untuk
mencapai
kepatuhan
terhadap
pengobatan.
4 Self- Cross 1300 Dependent: Kuesioner Pasien yang
managem sectional pasien kebutuhan self melihat
ent penyakit management mereka
support kronis support penyakit
needs of sebagai
patients Independent : episodik
with Socio dan / atau
chronic demographic dan semakin
illness: karakteristik memburuk
Do needs penyakit memiliki
for kebutuhan
support dukungan
differ manajemen
accordin diri yang
g to the lebih besar
course of daripada
illness? pasien yang
(Van mengangga
Houtum p penyakit
et al., mereka
2013) stabil.
penyakit
pada
41
kebutuhan
dukungan
tergantung
pada jenis
manajemen
diri
kegiatan