Askep Ketoasidosis Diabetik PDF
Askep Ketoasidosis Diabetik PDF
Askep Ketoasidosis Diabetik PDF
PENDAHULUAN
1
Komplikasi iatrogenik tersebut ialah hipoglikemia, hipokalemia, edema otak,
dan hipokalsemia.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan asuhan
keperawatan pada klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
b. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi ketoasidosis diabetikum (KAD).
b. Mengetahui etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)
c. Faktor pencetus ketoasidosis diabetikum (KAD).
d. Mengetahui patofisiologi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
e. Menyebutkan manifestasi klinis ketoasidosis diabetikum (KAD).
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada ketoasidosis diabetikum
(KAD).
2
g. Mengetahui penatalaksanaan klien dengan ketoasidosis diabetikum
(KAD).
h. Mengetahui komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD).
i. Mengetahui prognosis klien dengan ketoasidosis diabetikum
(KAD).
j. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan ketoasidosis
diabetikum (KAD).
1.4 Manfaat
a. Mendapatkan pengetahuan tentang ketoasidosis diabetikum
(KAD).
b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang
ketoasidosis diabetikum (KAD).
c. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
ketoasidosis diabetikum (KAD).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
4
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
2.4. Patofisiologi
5
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat
kehilangan air dan elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah
merupakan rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus
diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid
normal.
1. Hiperglikemi
6
3. Kelemahan
4. Sakit kepala
5. Pasien dengan penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin akan
menderita hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar
20 mmHg atau lebih pada saat berdiri).
6. Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai
denyut nadi lemah dan cepat.
7. Anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen.
8. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi
asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.
9. Mengantuk (letargi) atau koma.
10. Glukosuria berat.
11. Asidosis metabolik.
12. Diuresis osmotik, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit.
13. Hipotensi dan syok.
14. Koma atau penurunan kesadaran.
a. Glukosa.
7
b. Natrium.
c. Kalium.
d. Bikarbonat.
8
bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan untuk melakukan
lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan
sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
g. Keton.
h. β-hidroksibutirat.
i. Urinalisis (UA)
j. Osmolalitas
k. Fosfor
9
l. Tingkat BUN meningkat.
m. Kadar kreatinin
2.7 Penatalaksanaan
1. Cairan.
10
pasien-pasien yang menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang
beresiko mengalami gagal jantung kongestif. Infus dengan kecepatan
sedang hingga tinggi (200-500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa
jam selanjutnya.
2. Insulin.
3. Potassium.
Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih
kembali selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin
intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa
otomatis, dan suplemen potasium ditambahkan kedalam regimen cairan.
Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien penderita KAD
(ketoasidosis diabetikum) adalah melalui monitoring klinis dan biokimia
yang cermat.
2.8 Komplikasi
11
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
4. Kelainan Jantung.
12
otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat jantung berdebar cepat.
Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah.
5. Hipoglikemia.
6. Impotensi.
13
7. Hipertensi.
8. Komplikasi lainnya.
2.9 Prognosis
14
Ketoasidosis diabetik sebesar 14% dari seluruh rumah sakit
penerimaan pasien dengan diabetes dan 16% dari seluruh kematian yang
berkaitan dengan diabetes. Angka kematian keseluruhan adalah 2% atau
kurang saat ini. Pada anak-anak muda dari 10 tahun, ketoasidosis
diabetikum menyebabkan 70% kematian terkait diabetes.
15
Sel β tidak mampu
menghasilkan insulin
Defisiensi insulin
Hiperglikemi
Glukosa
Metabolisme sel Absorbsi ginjal
Metabolisme
ATP Asam lemak Strafase sel
Glukouria
Rentang infeksi
vol. sirkulasi
Invasi kuman
Hipotensi Devisit
KETOASIDOSIS DIABETIKUM takikardi cairan
16
B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone) Tidak
mengenal
Insulin Glukosa PK.Hiperglikemi Lipolisis Metabolisme sel sumber
meningkat informasi
Sel hungry Diuresis osmotik Ketosis ATP
Sumbatan
di N2 Kesalahan
Ulkus Kehilangan cairan Mual, Kerja penginter-
Suplai O2 muntah metabolisme prestasian
Invasi turun informasi
mikroorganisme MK:
Nutrisi Kelemahan
kurang dari Pasien
MK: MK: Dehidrasi Poliuri
kebutuhan ansietas
Infeksi MK:
Perubahan
Intoleran aktivitas
persepsi
Pasien
sensori MK:
Frek. napas sering
penglihatan Defisit vol. Cairan
dan elektrolit bertanya
Sesak
Perfusi jartingan
Penurunan MK : Resiko MK:
serebral
MK: kesadaran Cidera Kurang
Ketidakefektifan pengetahuan
17
pola napas
18
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnese didapat :
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien
Mual muntah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
Menderita Diabetes Militus
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen Frekuensi pernapasan meningkat.
b. B2 (Blood)
1. Tachicardi
2. Disritmia
c. B3 (Bladder) :
Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
d. B4 (Brain)
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala
Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia.
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
19
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang
(tahap lanjut dari DKA)
e. B5 (Bowel)
1. Distensi abdomen
2. Bising usus menurun
f. B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas
Kriteria Hasil :
20
RR : 16-20 x/menit
Suhu : 36.5-37.5 0C
Intervensi Rasional
1.Kaji riwayat durasi/intensitas mual, Membantu memperkirakan pengurangan
muntah dan berkemih berlebihan volume total. Proses infeksi yang
menyebabkan demam dan status
hipermetabolik meningkatkan pengeluaran
cairan insensibel.
21
5.Observasi ouput dan kualitas urin. terhadap asidosis
Kolaborasi:
Pemberian tergantung derajat kekurangan
- Pemberian NS dengan atau tanpa dextrosa cairan dan respons pasien secara individual
22
- Pantau pemeriksaan lab : Memudahkan pengukuran haluaran urin
Mencegah hipokalemia
23
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1.Pantau berat badan setiap hari atau Mengkaji pemasukan makanan yang
sesuai indikasi adekuat termasuk absorpsi dan
utilitasnya
2.Tentukan program diet dan pola
makan pasien dan bandingkan Mengidentifikasi kekurangan dan
dengan makanan yang dihabiskan penyimpangan dari kebutuhan terapetik
24
stick potensial dapat mengancam kehidupan
• Pantau pemeriksaan aseton, pH sehingga harus dikenali
dan HCO3
Memantau gula darah lebih akurat
• Berikan pengobatan insulin secara
daripada reduksi urine untuk
teratur sesuai indikasi
mendeteksi fluktuasi
• Berikan larutan dekstrosa dan
Memantau efektifitas kerja insulin agar
setengah salin normal
tetap terkontrol
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1.Buat jadwal perencanaan dengan Dapat memberikan motifasi untuk
px dan identifikasi aktifitas meningkatkan aktifitas meskipun px
yang menimbulkan kelelahan.
25
masih lemah
2.Berikan aktifitas alternative
dengan periode istireahat yang Mencegah kelelahan yang berlebihan
cukup/tanpa diganggu.
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1.Pertahankan pemberian oksigen Memaksimalkan untuk bernafas
26
abdomen, kemerahan wajah, nafas bisa meminimalkan terjadinya
bau aseton, nafas kusmaull ketoasidosis diabetic
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis
diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II). Adanya gangguan
dalam regulasi insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi diabetik
ketoasidosis manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa,
ketidakseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan
pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang
berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.
4.2 Saran
Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum
jatuh pada kondisi tidak stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera
mungkin melakukan penggantian cairan dan garam yang hilang, menekan
lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian
insulin, mengatasi stres sebagai pencetus KAD (dalam kasus ini diberikan
antibiotik), serta mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari
27
pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.Sedangkan untuk
melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada kondisi ketoasidosis
yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang baik serta menetapkan
taraf insulin yang benat atau tepat dosis.
28
Daftar Pustaka
29
Review of Literature. www.ijccm.org (diakses pada tanggal 22 mei 2011
pukul 18.30 WIB)
30
KETOASIDOSIS DIABETIK
(KAD)
OLEH KELOMPOK 10
Endokrin
Nilakandi Eldini
Prama Dharma R.B.A
Moch. Fendy
Priyo Febri Nurhartanto
Febi Anca
Intan Widiastiti
Roosita
Gandris Priambodo
Ekky Normayaningtyas
FAKULTAS KEPERAWATAN
31
UNIVERSITAS AIRLANGGA
32