RMK Siegel BAB 1,2,3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

RINGKASAN MATERI AKUNTANSI PERILAKU

Introduction to Behavioral Accounting & A Survey of Behavioral Science Concepts and


Perspectives. & Behavioral Concepts from Psychology and Social Psychology
Behavioral Accounting Siegel Siegel, Gary & Marconi, Helene R

Dosen Pengampu: R.A. Supriyono, Prof., Dr., S.U., CMA.

Disusun oleh Kelompok 6:

Servatia Mayang 437107

Mutiara Inas Sari 437102

Kharisa Rachmi K. 437096

Nur Fajar Indrawan S 438297

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020

1
BAB I
PENGANTAR AKUNTANSI PERILAKU

PERAN AKUNTANSI TRADISIONAL


Akuntansi adalah suatu jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi yang
relevan dan tepat waktu mengenai informasi keuangan suatu bisnis (profit oriented) dan non-
bisnis (nirlaba) yang membantu pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Pada awalnya
akuntansi secara garis besar terbagi menjadi 2 yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Akuntansi keuangan memfokuskan pelaporannya kepada para pengguna
eksternal dengan bentuk pelaporan yang berbasis GAAP. Sedangkan akuntansi manajemen
berfokus pada pengguna internal yang bentuk pelaporannya tidak terikat pada GAAP (sesuai
kebutuhan manajemen). Namun, seiring perkembangan zaman, mulai bermunculan cabang
akuntansi yang baru, yakni akuntansi perilaku. Akuntansi perilaku berfokus pada hubungan
infomasi akuntansi dengan perilaku manusia. Domain dari akuntansi perilaku melingkupi
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
Sistem Informasi Akuntansi
Akuntansi disebut juga sebagai bahasa bisnis, karena kemampuannya mengukur dan
mengkomunikasikan informasi keuangan dan lainnya tentang orang, organisasi, program
sosial, kegiatan pemerintah, usaha bisnis, dan lain-lain kepada para pembuat keputusan.
Akuntansi disebut juga sebagai suatu sistem, dimana informasi dari lingkungan (perusahaan,
pemasok, pelanggan dll) diukur, dicatat, diproses sampai menjadi suatu laporan. Kemudian
laporan tersebut digunakan pengguna dalam melakukan suatu tindakan. Hasil dari beberapa
tindakan tersebut nantinya akan menjadi informasi baru yang pada akhirnya akan diproses
lagi dalam sistem akuntansi.
Tempat Akuntan Bekerja
Akuntan bekerja di perusahaan bisnis, organisasi nirlaba, maupun di Kantor Akuntan
Publik (KAP). Pada perusahaan bisnis dan organisasi nirlaba para akuntan bertanggungjawab
atas desain dan pemeliharaan sistem informasi akuntansi, perencanaan, pengendalian
keuangan, dan pembuatan laporan yang nantinya akan digunakan pihak eksternal maupun
internal dalam pengambilan keputusan. Untuk menjamin ketepatan informasi yang
disampaikan oleh akuntan di perusahaan bisnis dan organisasi nirlaba, maka mereka meminta
akuntan yang berada pada KAP untuk melakukan audit atas laporan mereka. Selanjutnya,
KAP akan menyatakan pendapat tentang “kewajaran” dari penyajian laporan keuangan
mereka. Pemberian pendapat tersebut diistilahkan dengan “fungsi pengesahan/attest
function”.

DIMENSI AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Akuntansi tradisional dianggap belum cukup memadai dalam memberikan informasi
karena hanya mampu memberikan informasi yang bersifat keuangan saja. Diperlukan
tambahan informasi berupa nonfinancial yang sifatnya terukur guna membantu dalam
pengambilan keputusan yang memadai dalam hal ini informasi yang tercakup dalam
akuntansi perilaku.
Definisi dan Ruang Lingkup
Akuntansi perilaku berkaitan dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan
desain, konstruksi, dan penggunaan sistem informasi akuntansi yang efisien. Terdapat tiga
ruang lingkup utama dari akuntansi perilaku, yakni:

2
1. Pengaruh perilaku manusia dan konstruksi desain dan penggunaan sistem
akuntansi. Bidang ini membahas bagaimana perilaku manusia mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi. Contoh, perilaku manajer yang risk averse yang menuntut
kontrol keuangan yang ketat dibanding dengan manajer yang risk taker yang lebih
longgar dalam kontrol akuntansinya.
2. Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia. Bidang ini berfokus pada
bagaimana sistem akuntansi dapat berpengaruh pada perilaku manusia. Contoh,
anggaran yang ketat akan membuat orang cenderung pesimis terhadap pencapaian
target begitupun sebaliknya.
3. Metode untuk prediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang
ini berfokus pada bagaimana sistem akuntansi digunakan dalam mempengaruhi
perilaku seseorang. Contoh, sistem anggaran yang ketat dan longgar.

Penerapan Akuntansi Perilaku


Peran dari akuntansi perilaku dapat dilihat dalam kasus berikut.
Perusahaan Z-1 dan Z-2 notabenenya merupakan perusahaan yang hampir serupa
(struktur keuangan, riwayat pendapatan, dan pangsa pasar). Meskipun telah dilakukan
analisis lanjutan terhadap laporan keuangan mereka, tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan diantaranya. Bagaimana seorang investor memutuskan investasi yang akan
mereka lakukan dengan informasi tersebut?
Dalam situasi tersebut perlu informasi tambahan yang sifatnya nonfinancial, guna
membantu calon investor dalam membuat pilihan yang rasional. Misalnya, terkait motivasi
kerja para pegawai, perputaran tenaga kerja, ataupun gaya manajemen.

Akuntansi Perilaku: Perpanjangan Logis Peran Tradisional Akuntansi


Pembuat keputusan menganggap bahwa semakin banyak informasi relevan yang
diterima maka semakin baik pula keputusan yang dibuatnya. Prinsip tersebut diistilahkan
dengan “pengungkapan penuh/full disclosure”. Prinsip ini tidak hanya menuntut penjelasan
tambahan dan perincian tambahan yang mendukung data keuangan yang dilaporkan, tetapi
juga pelaporan dan penjelasan peristiwa non keuangan organisasi yang penting. Informasi
tambahan ini dilaporkan baik dalam kerangka laporan keuangan atau dalam catatan yang
menyertai laporan tersebut. Sifat dari informasi perilaku berfungsi untuk melengkapi data
keuangan dan data lainnya yang terdapat dalam laporan. Contoh, pengaruh auditor (big four
dan non) terhadap keputusan investor.

PERKEMBANGAN SEJARAH AKUNTANSI PERILAKU


Tahun 1950-an penelitian terkait akuntansi perilaku mulai dilakukan. Holett (1951)
melakukan penelitian terkait dengan kaitan antara anggaran dan perilaku. Selanjutnya,
Argyris (1953) melanjutkan penelitian dengan tema “manusia dan anggaran”. Penelitian-
penelitian lain pun (1960an- 1980an) bermunculan yang membahas tentang aspek perilaku
dalam akuntansi. Selain artikel, banyak kegiatan-kegiatan seperti lokakarya, konferensi dan
simposium yang juga membahas akuntansi perilaku. Sampai akhirnya terbitlah jurnal terkait
perilaku yang berjudul “Behavioral Research in Accounting” yang telah disetujui oleh
American Accounting Association.

3
BAB 2
Konsep dan Perspektif Ilmu Keprilakuan

LINGKUP DAN TUJUAN ILMU KEPERILAKUAN


Dalam laporan mereka tahun 1971, Komite Asosiasi Akuntansi Amerika tentang Konten Ilmu
Perilaku dari Kurikulum Akuntansi mengembangkan definisi dan ruang lingkup "ilmu
perilaku" sebagai sebagai bidang penyelidikan yang mempelajari, dengan metode
eksperimental dan observasi, perilaku manusia di lingkungan fisik dan sosial. Untuk
dianggap sebagai bagian dari ilmu perilaku, penelitian harus memenuhi dua kriteria dasar.
Pertama. pada akhirnya harus berurusan dengan perilaku manusia. Tujuan utama ilmu
perilaku adalah untuk mengidentifikasi keteraturan yang mendasari perilaku manusia - baik
persamaan maupun perbedaan - dan untuk menentukan konsekuensi apa yang mengikuti dari
mereka. Kedua, penelitian harus diselesaikan dalam "cara ilmiah." Ini berarti mereka harus
menjadi upaya sistematis untuk menggambarkan, saling terkait, menjelaskan, dan karenanya
memprediksi sejumlah fenomena; yaitu, keteraturan yang mendasari dalam perilaku manusia
harus dapat diamati atau menyebabkan efek yang dapat diamati.
Tujuan ilmu perilaku adalah untuk memahami, menjelaskan dan memprediksi perilaku
manusia ntuk membangun generalisasi tentang perilaku manusia yang didukung oleh bukti
empiris yang dikumpulkan secara impersonal oleh prosedur yang sepenuhnya terbuka untuk
ditinjau dan direplikasi serta mampu diverifikasi oleh orang lain
LINGKUP DAN TUJUAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Di masa lalu, akuntan hanya memperhatikan pengukuran pendapatan dan biaya dan
mempelajari kinerja masa lalu perusahaan dalam upaya untuk memprediksi masa depan.
Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil dari perilaku manusia masa
lalu dan bahwa kinerja masa lalu itu sendiri merupakan faktor yang akan mempengaruhi
perilaku masa depan. Akuntan perilaku fokus pada hubungan antara perilaku manusia dan
sistem akuntansi. Mereka menyadari bahwa proses akuntansi melibatkan merangkum
sejumlah besar peristiwa ekonomi yang merupakan hasil dari perilaku manusia dan bahwa
pengukuran akuntansi itu sendiri adalah di antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku,
yang pada gilirannya menentukan keberhasilan peristiwa ekonomi tersebut. Dengan
demikian, beberapa orang akan menggambarkan akuntansi sebagai, pada dasarnya, proses
perilaku. Kesadaran akan hubungan antara perilaku manusia dan akuntansi telah memberikan
akuntan dengan alat lain untuk menilai dan memecahkan masalah organisasi.

4
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ILMU KEPERILAKUAN DAN AKUNTANSI
KEPERILAKUAN
Perbedaan Akuntansi Keperilakuan Ilmu Keperilakuan
Ruang lingkup Utamanya adalah akuntansi,Utamanya adalah ilmu
pengetahuan dasarnya ilmu sosial, tidak ada
sosial pengetahuan mengenai
akuntansi
Kemampuan untuk Bukan merupakan elemen Merupakan elemen penting
mendesain dan penting dalam pelatihan dalam pelatihan
mengeksekusi proyek riset
Pengetahuan dan Merupakan hal utama dalam Bukan merupakan elemen
pemahaman dari kinerja pelatihan penting dalam pelatihan
bisnis secara umum dan
sistem akuntansi secara
khusus
Orientasi Profesional Keilmuan
Pendekatan masalah Pendekatan praktik Teoritis dan praktikal
Fungsi Melayani klien, memberi Kemajuan ilmu dan
saran kepada manajemen penyelesaian masalah
Ketertarikan terhadap ilmu Terbatas pada bidang yang Terbatas pada subdisiplin
keperilakuan berhubungan dengan yang luas dari ilmu
akuntansi keperilakuan

PERSPEKTIF PERILAKU MANUSIA


Tiga kontributor utama pengetahuan ilmu perilaku adalah psikologi, sosiologi, dan psikologi
sosial yang semuanya menggambarkan dan menjelaskan perilaku manusia, tetapi mereka
berbeda dalam perspektif keseluruhan mereka tentang kondisi manusia. Psikologi terutama
tertarik pada bagaimana individu berperilaku. Fokusnya adalah pada tindakan orang ketika
mereka menanggapi rangsangan di lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan
dalam hal sifat individu, dorongan, dan motif. Sedangkan sosiologi dan psikologi sosial, di
sisi lain, fokus pada perilaku kelompok, atau sosial. Penekanan mereka adalah pada interaksi
antara orang hubungan sosial, pengaruh sosial, dan dinamika kelompok.
Ada banyak faktor kompleks yang mempengaruhi perilaku manusia yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori utama: struktur karakter, struktur sosial, dan dinamika
kelompok. Struktur karakter mengacu pada ciri-ciri kepribadian, kebiasaan, dan pola
perilaku individu. Struktur sosial mengacu pada sistem hubungan apa pun di antara orang-
orang, termasuk kerangka kerja kelembagaan ekonomi, politik, militer, dan keagamaan yang
mendefinisikan perilaku yang dapat diterima, mengendalikan perilaku, dan melanggengkan
tatanan sosial. Dinamika kelompok dapat mengacu pada pengembangan pola interaksi
manusia, proses interaksi sosial, dan hasil interaksi itu
PENGARUH ORGANISASI PADA PERILAKU
Perilaku pekerja dalam organisasi dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk ukuran dan
struktur organisasi. Gaya atau filosofi kepemimpinan manajemen, hubungan otoritas /

5
tanggung jawab, hubungan status, dan norma kelompok juga memengaruhi perilaku dan
fungsi organisasi. Orang-orang di organisasi bertukar informasi melalui saluran "resmi" atau
"tidak resmi". Informasi tersebut mungkin akurat, terdistorsi, atau salah. Berdasarkan
informasi yang diterima dan diproses orang, keputusan dibuat dan sikap dibentuk.
PERAN TEORI
Manusia biasanya memiliki perilaku tertentu. Demikian pula dalam organisasi, manajemen
tertentu biasanya memiliki pola perilaku tertentu. Misalnya direktur keuangan diharapkan
darinya yang merupakan peran (role) sosialnya.
Peran adalah berbagai bagian permainan yang dimainkan oleh manusia dalam interaksinya
dengan orang lain, sedangkan peran sosial (social role) adalah penentuan hak, tugas,
kewajiban, dan perilaku manusia yang memegang posisi tertentu dalam konteks sosial
tertentu.
Peran membedakan perilaku manusia yang menempati posisi organisasi tertentu dan
melayani anggota kelompoknya dengan menyediakan fungsi-fungsi tertentu, sedangkan
norma adalah harapan dari perilaku yang tepat untuk suatu peran tertentu. Setiap peran sudah
diberikan sebuah identitas individu yang menunjukkan mengenai siapa mereka dan
bagaimana mereka seharusnya bertindak dalam situasi tertentu.
Manusia mungkin memiliki berbagai macam peran dan identitas. Hal tersebut mampu
menciptakan konflik peran. Konflik peran terjadi pada saat seseorang menempati posisi
yang tidak cocok baginya atau saat seseorang menempati satu posisi yang tidak sesuai dengan
perilaku yang diharapkannya.
Salah satu aspek dari teori peran adalah identitas dan perilaku secara sosial diberikan dan
berlangsung terus-menerus. Sebagai contoh, posisi direktur keuangan, mereka bertindak
sebagai seorang eksekutif. Hal yang sama terjadi pada saat seseorang tidak mendapatkan
posisi sebagai direktur maka dia tidak akan bertindak sebagai seorang eksekutif juga.

STRUKTUR SOSIAL

Pembelajaran sistematis dari perilaku manusia bergantung pada dua fakta:


1. Manusia bertindak dalam pola yang regular dan berulang
2. Manusia bukanlah makhluk makhluk yang terisolasi, tetapi berinteraksi dengan yang
lainnya.
Bila manusia tidak bertindak dalam pola yang regular maka hal tersebut tidak daapt dijadikan
dasar dalam ilmu keperilakuan. Manusia bertindak dalam perilaku yang berulang. Untuk
menjelaskan perilaku manusia yang berulang, dapat digunakan dua konsep penting, yaitu
masyarakat (society) dan budaya (culture).
Masyarakat (society) adalah jumlah total dari hubungan antarmanusia yang diimplikasikan
secara berkesinambungan dan hubungan interpersonal serta hubungan institusional yang
kompleks antar manusia.
Sistem sosial atau society yang menarik bagi akuntan keperilakuan adalah organisasi bisnis
atau komunitas bisnis. Oleh karena itu, struktur sosial adalah hubungan yang terpola antara

6
bermacam-macam subsistem sosial dan individual yang membuat fungsi dari masyarakat,
organisasi sosial, atau grup menjadi mungkin.

BUDAYA (CULTURE)
Budaya adalah cara hidup dari masyarakat. Masyarakat tidak dapat eksis tanpa budaya dan
budaya tidak dapat eksis jika terpisah dari masyarakat sehingga budaya atau cara hidup akan
memengaruhi pola regular dari perilaku manusia.
Aspek esensial dari budaya adalah memastikan daya tahan manusia (human survival), baik
secara fisik maupun sosial. Yang mana manusia bertahan hidup pada apa yang mereka
pelajari sedangkan hewan bergantung pada insting.
Budaya dipelajari dan dibagikan kepada yang lain. Untuk mengerti keperilakuan dalam
organisasi, seorang akuntan keperilakuan harus waspada terhadap ide tentang budaya.
Dalam beberapa hal, budaya dalam organisasi biasanya dihubungkan dengan “lingkungan
kerja” atau “situasi kerja”. Ide dasarnya adalah elemen dari budaya memengaruhi perilaku.
Oleh karena itu, budaya bisnis (business culture) adalah sistem yang berlaku dari etika
bisnis, praktik bisnis, pengetahuan teknis, dan perangkat keras yang memengaruhi perilaku.
Kerangka Idealistik versus Materialistik

Kerangka idealistik Kerangka materialistik


Landasan Norma budaya / perilaku dapat Ide-ide bukanlah penyebab perilaku &
dijelaskan melalui hubungannya ide bergantung pada dasar ekonomi dan
dengan ide dan nilai manusia hubungan manusia terhadapnya
Contoh Masyarakat teologi akan Ide-ide bukanlah penyebab
mempunyai nilai yang berbeda pengembangan norma budaya, sistem
dengan masyarakat sekuler ekonomi, ataupun sistem politik
Tokoh Max Weber (1985) dengan karya Karl Marx
The Protestant Ethic and The Spirit Struktur ekonomi feudal / kapitalis akan
of Capitalism menciptakan sistem nilai yang
membenarkan feudalisme / kapitalisme
Perbedaan nilai ini akan Tipe dari sistem ekonomi akan
menyebabkan perbedaan motivasi menciptakan ideologi untuk
dan perilaku membenarkannya
Nilai-nilai yang melekat pada Ide-ide merefleksikan sistem ekonomi
reformasi Protestan diperlukan dan hal itulah yang menyebabkan
untuk mengembangkan kapitalisme perilaku

Kerangka Interaksionis

Kerangka interaksionis simbolik: kenyataan dan arti secara sosial ditentukan melalui proses
interaksi antarmanusia sehingga mencapai konsesus mengenai definisi dari situasi sosial
tertentu dan secara kolektif mereka menyetujui tentang “apa itu (what is)”.

7
Sesuatu diasumsikan menjadi tidak ada artinya sampai manusia saling berbagi arti mengenai
mengenai sesuatu tersebut. Sebagai contoh, makna komputer bergantung pada konsensus
mereka yang berhubungan dengan dengan komputer tersebut, seperti programmer,
mahasiswa, eksekutif bisnis, nasabah kartu kredit dapat mendefinisikan komputer secara
berbeda-beda. Maka jika setiap kelompok mendefinisikan sesuatu/situasi sosial berbeda maka
perilaku setiap kelompok terhadap situasi sosial juga berbeda.

Dalam beberapa hal, interaksi simbolik dapat dipandang sebagai alternatif terhadap teori
peran dikarenakan ahli teori interaksi simbolik melihat beberapa kelemahan teori peran dapat
dibenarkan oleh interaksi simbolik. Mereka berkata bahwa salah satu cacat atau kelemahan
dari teori peran adalah konsep dari hak, kewajiban, dan norma bersifat ambigu.

Konsep dari peran biasanya terikat dengan konsep status. Peran merupakan suatu kewajiban
dan hak sesuai dengan norma yang diharapkan dari status tertentu. Namun, apakah itu
norma? Ahli interaksi simbolik mengatakan tidak tahu sampai manusia bertindak dalam suatu
situasi.

Ahli teori peran berpegang bahwa kondisi eksternal memengaruhi perilaku manusia, artinya
masyarakat menentukan perilaku manusia. Sementara, ahli interaksi simbolik berpendapat
bahwa manusia dimotivasi oleh kebutuhan, sikap, dan pengharapannya.

8
BAB 3
Konsep Keperilakuan dari Aspek Psikologi dan Psikologi Sosial
Tujuan pembelajaran bab ini adalah:
1. Sikap
2. Motivasi
3. Persepsi
4. Pembelajaran
5. Personalitas
Bab ini membahas pergeseran fokus dari sosiologis ke faktor psikologis dan sosial
psikologis yang paling relevan dengan perilaku akuntan. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan pergeseran tersebut adalah sikap dan perubahan sikap, motivasi, persepsi,
pembelajaran, dan kepribadian.
SIKAP
Sikap (attitudes) adalah kecenderungan manusia untuk merespon secara konsisten terhadap
orang, objek, ide, atau situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungan serta bukan
untuk menanggapi dirinya sendiri.
Istilah objek sikap (attitude object) digunakan untuk menggabungkan semua objek ke arah
mana seseorang bereaksi. Sebagai contoh, suatu sikap objek pada orang (Mr. Franklin,
seorang corporate controller), orang yang abstrak (tuan tanah), sebuah kebijakan perusahaan,
sebuah konsep abstrak, atau grup sosial.
Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih mewakili sebuah kesiapan untuk tindakan atau
berperilaku. Dengan demikian, sikap adalah penggerak dan memandu perilaku.
Sikap dipelajari, dibentuk dengan baik, dan sulit untuk berubah. Manusia membentuk sikap
dari pengalaman pribadi, orang tua, teman sebaya, dan kelompok sosial. Setelah belajar,
sikap menjadi bagian yang terdiri dari kepribadian seseorang dan membantu menjelaskan
konsistensi perilaku.

Komponen Sikap
Sikap mempunyai komponen kognitif, emosional, dan perilaku:
a. Komponen kognitif terbentuk dari banyak ide, persepsi, dan kepercayaan seseorang
miliki tentang objek sikap. Hal ini juga merujuk pada informasi yang orang miliki
tentang objek sikap dan pada stereotip atau generalisasi (entah apakah akurat atau
tidak) yang orang mungkin buat.
b. Komponen emosional atau afektif merujuk pada perasaan seseorang terhadap objek
sikap. Perasaan positif termasuk menyukai, menghormati, atau berempati. Sementara
perasaan negatif termasuk tidak suka, takut, atau muak.
c. Komponen perilaku merujuk pada bagaimana seseorang mungkin bereaksi pada
suatu objek sikap. Sebagai contoh: “Jika perusahaan ini terkomputerisasi, maka saya
berencana keluar” atau “Begitu paket software baru tersedia, saya ingin mempelajari
bagaimana menggunakannya.”

9
Kepercayaan, Pendapat, Nilai, dan Kebiasaan

Sikap mempunyai keterkaitan erat dengan konsep keyakinan, pendapat, nilai-nilai, dan
kebiasaan (beliefs, opinions, values, and habits).

Keyakinan: komponen kognitif sikap yang mungkin didasarkan pada bukti ilmiah,
prasangka, atau pada intuisi. Terlepas dari apakah keyakinan mengkonfirmasi fakta tidak
mempengaruhi potensi dari keyakinan untuk membentuk sikap atau membentuk perilaku.
Orang akan beraksi sebagai dirinya sendiri dan secara energik pada keyakinan mitos seperti
mereka yakin pada bukti ilmiah.
Pendapat (opinions) terkadang didefinisikan sebagai sinonim baik untuk sikap dan keyakinan.
Pendapat: komponen kognitif dari sikap dan fokus pada bagaimana seseorang menilai atau
mengevaluasi suatu objek. Sebagai penilaian yang dianggap benar, opini datang dari
beberapa proses intelektual, walaupun belum tentu berdasar pada bukti yang kuat.
Nilai adalah tujuan hidup yang penting dan standar perilaku. Nilai: sentimen yang mendalam
dan fundamental yang mendorong manusia menyesuaikan diri dengan tujuan yang lebih
tinggi dan mereka membedakan apa yang berharga dan indah dengan dari apa yang kotor dan
mencemarkan. Sebagai contoh, nilai-nilai dalam bentuk kebahagiaan, kebebasan, kehormatan
adalah tujuan-tujuan utama manusia. Nilai-nilai tersebut mampu memengaruhi sikap dan
selanjutnya memengaruhi perilaku. Nilai lebih umum daripada sikap dikarenakan sikap
terkait untuk objek tertentu.
Kebiasaan: pola respons perilaku yang tanpa disadari, otomatis, dan berulang. Jadi,
perbedaan sikap merupakan perilaku.
Fungsi Sikap (Functions of Attitudes)

Fungsi utama sikap ialah:


1. Pemahaman membantu seseorang memberi makna / menilai kelogisan akan
peristiwa / situasi baru dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan semua informasi
yang relevan mengenai situasi tersebut. Contoh: ketika fraud suatu organisasi terbuka
di publik mungkin dipahami oleh sejumlah orang dengan sikap “ korupsi merjalela di
tingkat atas” dan sejumlah yang lain bersikap “sedikit apel busuk dapat merusak
keranjang apel.”
2. Kepuasan kebutuhan atau fungsi utilitarian dimana orang cenderung untuk
membentuk sikap positif terhadap objek yang memenuhi kebutuhannya dan sikap
negatif terhadap hal-hal yang menghambat pemuasan kebutuhannya.
3. Pertahanan ego dilakukan sebagai upaya pengembangan guna melindungi manusia
dari pengetahuan yang benar mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya.
4. Nilai-nilai ekspresi berfungsi agar orang dapat mengekspresikan perasaannya dari
sikap yang mereka tunjukkan.

10
Pembentukan dan Perubahan Sikap (Attitude Formation and Change)
Pembentukan sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap terhadap suatu objek dari yang
belum ada sebelumnya. Perubahan sikap merujuk pada penggantian satu sikap baru yang
sudah ada sebelumnya.
Sikap dibentuk berdasarkan pada:
1) Faktor psikologis dan genetis dapat menciptakan kecenderungan terhadap
pengembangan sikap-sikap tertentu. Contoh, faktor genetik dapat mempengaruhi tingkat
agresif seseorang, yang mampu memengaruhi pembentukan sikap-sikap terhadap orang lain,
pekerjaan, dan kerja sama.
2) Pengalaman pribadi secara langsung dengan suatu objek baik yang menyenangkan atau
tidak pada objek tertentu, traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan sikap tertentu
yang mengarah pada gambaran hidup baru.
3) Faktor sosial memengaruhi pembentukan sikap, misal pengaruh orang tua, panutan,
sekolah dan agama serta pengaruh kelompok, media massa, dan media sosial.

Teori Perubahan Sikap (Theories of Attitude Change)

Teori-teori tentang perubahan sikap harus berguna untuk memperkirakan suatu daya tarik
mana yang paling efektif serta sikap mana yang cenderung berubah sebagai akibat dari suatu
daya tarik, dan keadaan di mana daya tarik tidak akan efektif. Teori perubahan sikap terdiri
atas empat teori. Pertama, teori stimulus-respon dan penguatan (stimulus-response and
reinforcement theories) yang berfokus pada bagaimana orang menanggapi rangsangan
tertentu dan respon akan diulang jika respon tersebut dihargai atau mendapat penguatan.
Misalnya, pesan persuasif yang sering digunakan sebagai rangsangan dalam upaya mengubah
sikap. Kedua, teori penilaian sosial (social judgment theory) yang berfokus pada perubahan
sikap sebagai hasil dari perubahan dalam cara orang memandang suatu objek daripada
perubahan keyakinan tentang objek tersebut. Asumsi yang mendasarinya adalah bahwa upaya
untuk menyebabkan perubahan besar dalam sikap cenderung gagal karena tingkat perubahan
akan terlalu tidak nyaman bagi subjek tetapi perubahan kecil dalam aititude adalah mungkin
jika batas-batas perubahan yang dapat diterima telah diketahui.
Ketiga, teori konsistensi dan disonansi (consistency and dissonance theory). Teori
konsistensi menyatakan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku seimbang ketika tidak ada
tekanan kognitif dalam sistem. Misalnya, ketegangan akan terjadi ketika pengendali
perusahaan baru (P), seorang aktivis anti nuklir, bertemu dengan wakil presiden produksi (0),
yang menganjurkan lebih banyak penelitian tentang tenaga nuklir dan senjata nuklir. Baik P
dan O mendukung pengambilan keputusan terpusat untuk perusahaan (X).
Ketidakseimbangan atau ketidakkonsistenan disebabkan oleh ketidaksukaan P terhadap O.
dan fakta bahwa P dan O mendukung X. Teorinya menyatakan bahwa kekuatan psikologis
akan dihasilkan untuk mencapai kondisi keseimbangan. Teori disonansi adalah variasi dari
teori konsistensi. Teori ini berkaitan dengan hubungan antara unsur-unsur kognitif (yaitu,
informasi, kepercayaan, dan gagasan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri).
Disonansi kognitif terjadi ketika seseorang memiliki dua kognisi yang berlawanan. Misalnya,
jika Bob Larson menganggap dirinya sebagai karyawan yang bertanggung jawab dan

11
berdedikasi, itu akan menciptakan disonansi jika dia melewatkan pertemuan penjualan
penting untuk mengambil keuntungan dari penjualan pakaian akhir tahun.
Keempat, teori persepsi diri (self-perception theory). Teori persepsi diri berpendapat
bahwa orang mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan
menafsirkan perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa sikap
tidak menentukan perilaku, tetapi bahwa sikap dibentuk setelah perilaku terjadi agar sikap
konsisten dengan perilaku. Menurut teori ini, maka, sikap akan berubah hanya setelah
perilaku berubah. Akuntan perilaku pertama-tama harus mengubah perilaku, perubahan sikap
akan mengikuti. Teori fungsional perubahan sikap berpendapat bahwa sikap berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan orang, seperti dibahas sebelumnya dalam bab ini. Untuk mengubah
sikap, kita harus menemukan apa kebutuhan itu dan mengembangkan rangsangan
berdasarkan kebutuhan tersebut.
MOTIVASI (MOTIVATION)
Motivasi adalah proses memulai tindakan sadar dan terarah. Ini adalah kunci untuk
memulai, mengemudi, mempertahankan, dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga berkaitan
dengan reaksi subyektif yang terjadi selama proses ini. Motivasi adalah konsep penting untuk
akuntan perilaku karena efektivitas organisasi tergantung pada orang yang melakukan karena
mereka diharapkan untuk melakukan. Manajer dan akuntan perilaku harus memotivasi orang
ke tingkat kinerja yang diharapkan ini agar tujuan organisasi dapat tercapai.
Motif adalah faktor tunggal yang memicu proses motivasi. Misalnya, beberapa orang
menginginkan uang, sementara yang lain menginginkan kekuasaan, ketenaran, atau
keamanan. Motif bersifat pribadi. Seseorang dari keluarga kaya dapat mencari pekerjaan
yang memberikan rasa prestasi dan harga diri. Orang lain dari kaum miskin yang fanatik
mungkin mencari pekerjaan yang menawarkan kebebasan dari kekhawatiran finansial.
a. Teori Kebutuhan (Need Theories)
Teori ini menyatakan bahwa orang termotivasi oleh keinginan mereka untuk memenuhi
serangkaian pesanan berdasarkan urutan: kebutuhan fisiologis dasar (makanan, udara,
seks), kebutuhan keselamatan (keamanan fisik dan psikologis), kebutuhan sosial dan
kepemilikan (persahabatan, cinta), harga diri kebutuhan (penghargaan diri, pengakuan,
kekuatan, dan status), dan kebutuhan aktualisasi diri (pemenuhan potensi seseorang).
Menurut teori Maslow, setelah seseorang memenuhi kebutuhan tingkat rendah, kebutuhan
yang lebih tinggi berikutnya menjadi penting dalam menentukan perilaku. Tidak perlu
bahwa pesanan yang lebih rendah harus dipenuhi sepenuhnya sebelum kebutuhan yang
lebih tinggi menjadi kuat. Teorinya juga menyatakan bahwa sekali puas, kebutuhan tidak
lagi menjadi motivator.
Konsep ERG adalah penyempurnaan dari hierarki kebutuhan. Ini mengusulkan tiga
kategori kebutuhan: keberadaan (keinginan fisik dan material), keterkaitan (persahabatan,
kepemilikan), dan pertumbuhan (pengembangan pribadi dan pemenuhan diri). Ini berbeda
dari hierarki kebutuhan Maslow dalam hal tidak ada kebutuhan pesanan yang lebih tinggi
dan lebih rendah dan bahwa meskipun suatu kebutuhan mungkin telah terpenuhi. bahwa
kebutuhan yang sama masih tetap menjadi motivator dominan. Sebagai contoh, seorang
eksekutif bergaji baik yang frustrasi dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan terkait
mungkin dimotivasi oleh keinginan untuk kenaikan gaji lebih lanjut.
Teori motivasi kebutuhan yang ketiga adalah teori kebutuhan untuk berprestasi dari
McClelland. Teori in menyatakan bahwa semua motif termasuk kebutuhan akan prestasi

12
perlu dipelajari. Oleh karena itu, waktu kritis untuk mengembangkan motif-motif ini
adalah selama masa kanak-kanak ketika dimungkinkan untuk menyusun pembelajaran,
sehingga anak-anak akan meningkatkan harapan mereka dan mengembangkan kebiasaan
bekerja untuk mewujudkan harapan-harapan itu.
Sementara kebutuhan untuk berprestasi penting untuk keberhasilan dalam bisnis, orang-
orang di posisi eksekutif tinggi juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk kekuasaan.
Dengan demikian, teori kebutuhan untuk berprestasi tidak membantu kami menjelaskan
motivasi untuk semua orang dan harus digunakan dalam kombinasi dengan teori-teori lain
untuk sepenuhnya memahami motivasi.
Teori dua faktor oleh Herzberg berfokus pada dua kelompok penghargaan yang dihasilkan
dari pekerjaan terkait kepuasan kerja (motivator) dan ketidakpuasan kerja (faktor
kesehatan). Motivator terkait dengan konten pekerjaan, termasuk promosi, pengakuan,
tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, dan potensi aktualisasi diri. Faktor kebersihan,
terkait dengan konteks pekerjaan, atau lingkungan di mana pekerjaan itu dilakukan,
termasuk keamanan pekerjaan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi kerja, dan hubungan
pribadi di tempat kerja.
Teori ini menyatakan bahwa motivator terkait dengan kepuasan kerja bukan
ketidakpuasan. Faktor kesehatan terkait dengan ketidakpuasan bukan kepuasan. Dengan
demikian, karyawan termotivasi oleh hal-hal seperti pengakuan dan kemajuan dalam
perusahaan. Kenaikan gaji tidak akan memotivasi, mereka hanya melayani untuk
mencegah ketidakpuasan kerja.
b. Teori pengharapan (Expectancy Theory)
Teori motivasi harapan mengasumsikan bahwa tingkat motivasi untuk melakukan tugas
tergantung pada keyakinan seseorang tentang struktur penghargaan untuk tugas tersebut.
Dengan kata lain, motivasi ada ketika seseorang mengharapkan untuk menerima hadiah
tertentu untuk melakukan tugas tertentu. Secara umum, motivasi adalah produk dari
harapan, perantaraan, dan valensi. Harapan mengacu pada probabilitas yang dirasakan
bahwa tindakan tertentu akan menghasilkan hasil yang spesifik. Misalnya, karyawan
mungkin percaya bahwa kinerja yang memuaskan akan menghasilkan promosi. Valensi
adalah kekuatan keinginan seseorang untuk hasil tertentu.
Teori ini membedakan antara penghargaan intrinsik dan ekstrinsik. Imbalan intrinsik
diciptakan secara internal dan hasil dari melakukan pekerjaan itu sendiri. Imbalan
intrinsik berupa perasaan pencapaian yang mungkin didapat dari melakukan pekerjaan
dengan baik atau perasaan puas yang didapat ketika sebuah proyek berhasil diselesaikan.
Penghargaan Etrinsik termasuk gaji, pengakuan, keamanan kerja, dan promosi.
Penghargaan intrinsik mewakili pembayaran untuk kinerja.
PERSEPSI (PERCEPTION)
Persepsi adalah bagaimana orang melihat atau menafsirkan peristiwa, objek, dan
orang lain. Manusia bertindak berdasarkan persepsi mereka terlepas dari apakah persepsi itu
akurat atau tidak akurat dalam mencerminkan kenyataan. Faktanya. "realitas" adalah apa
yang dirasa oleh setiap orang. Definisi formal persepsi adalah proses di mana manusia
memilih, mengatur, dan menafsirkan rangsangan menjadi gambaran tentang dunia yang
bermakna dan masuk akal. Manajer dan akuntan perilaku harus mengembangkan persepsi
akurat tentang orang-orang yang berurusan dengan mereka. Perbedaan yang mereka rasakan
di antara kelompok-kelompok kunci orang dapat menjelaskan operasi yang berhasil atau

13
tidak berhasil. Misalnya, manajer pabrik harus mengembangkan persepsi pengawas individu,
pelanggan utama, petugas serikat pekerja, perwakilan penjualan, dan manajer lainnya.
Akuntan perilaku perlu tahu tentang persepsi karena persepsi yang dibentuk orang
berkembang menjadi gagasan dan sikap yang memengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan
potensial menganggap kebijakan promosi dan kompensasi perusahaan itu adil, orang itu
kemungkinan akan bergabung dengan perusahaan dan menjadi pekerja yang puas. Jika
kebijakan tersebut dianggap tidak adil, calon karyawan akan bergabung dengan perusahaan
lain atau menjadi pekerja yang kurang produktif. Beberapa aplikasi persepsi dibahas di
bawah ini.
a. Stimuli fisik versus kecenderungan Individual
Stimulus fisik adalah input sensorik mentah seperti penglihatan, suara, dan sentuhan.
Predisposisi individual meliputi motif, kebutuhan, sikap, pembelajaran masa lalu, dan
harapan. Persepsi berbeda di antara orang-orang karena reseptor sensorik individu dapat
berfungsi secara berbeda, tetapi terutama karena kecenderungan berbeda. Dengan
demikian, kebijakan perusahaan yang sama akan dirasakan secara berbeda oleh pekerja
produksi, manajer menengah, dan manajemen puncak. Empat faktor lain yang terkait
dengan kecenderungan individu adalah keakraban, perasaan, kepentingan, dan emosi.
Orang-orang umumnya mempersepsikan objek yang sudah familier akan lebih cepat
dibandingkan objek atau orang yang tidak dikenal.
Perasaan orang terhadap suatu benda atau orang juga mempengaruhi persepsi. Ada
kecenderungan bagi orang untuk mencari lebih banyak informasi tentang objek yang
mereka miliki perasaan positif atau negatif yang kuat. Demikian pula, semakin penting
seseorang atau objek, semakin banyak informasi yang dicari. Dalam kedua kasus,
semakin banyak informasi yang tersedia tentang suatu objek, semakin lengkap persepsi
objek tersebut. Akhirnya, keadaan emosi seseorang dapat memengaruhi persepsi.
Persepsi mungkin berbeda tergantung pada apakah kita mengalami hari yang baik atau
hari yang buruk, apakah kita merasa ceria atau tertekan, dan sebagainya.
b. Pemilihan, Organisasi, dan Intepretasi Stimuli
Persepsi merupakan proses di mana manusia memilih, mengatur, dan menafsirkan
rangsangan. Manusia hanya dapat merasakan sebagian kecil dari semua rangsangan yang
kita hadapi. Dengan demikian, secara sadar atau tidak sadar manusia memilih apa yang
dirasakan. Artinya, manusia berkonsentrasi atau mengambil beberapa hal dan
mengabaikan yang lain. Biasanya, manusia memilih untuk persepsi hal-hal yang kita
anggap paling menarik dan penting.
Apa yang dpilih untuk dirasakan biasanya tergantung pada sifat rangsangan, harapan
kita, dan motif manusia. Orang biasanya mencari rangsangan simpatik atau
menyenangkan kita dan menghindari rangsangan yang menyakitkan atau mengancam.
Mereka mungkin menyaring yang tidak penting, mungkin mendistorsi informasi yang
tidak konsisten dengan kepercayaan yang ada, atau hanya "mematikan" untuk
melindungi diri mereka dari terlalu banyak pemboman rangsangan. Orang-orang
mengatur rangsangan menjadi kelompok-kelompok dan menganggapnya sebagai satu
kesatuan yang utuh. Jika diberi informasi yang tidak lengkap, orang akan mengisi
kekosongan dan kemudian berperilaku seolah-olah mereka memiliki informasi lengkap
tentang situasi tersebut.
Persepsi terdistorsi dengan menerima stereotip, memercayai informasi yang diterima
dari sumber yang disegani, mengandalkan kesan pertama, dan langsung mengambil
kesimpulan. Persepsi juga dapat terdistorsi oleh "kesalahan logis" di mana kesan awal

14
tentang seseorang dibentuk berdasarkan hanya satu karakteristik yang diketahui. Hal ini
merupakan efek halo di mana kita menggeneralisasi dari satu set kualitas ke set kualitas
yang tidak relevan.
c. Relevansi dari persepsi untuk para akuntan
Akuntan perilaku dapat menerapkan pengetahuan persepsi ke banyak kegiatan
organisasi. Misalnya, dalam evaluasi kinerja, cara seseorang dinilai dapat dipengaruhi
oleh keakuratan persepsi pengawas. Peringkat yang salah atau bias dapat menyebabkan
orang yang berkinerja baik menjadi kecil hati, dan tidak puas dan, pada akhirnya,
meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu, pengawas harus menyadari bahwa perasaan
mereka tentang bawahan tertentu dapat memengaruhi evaluasi mereka dan harus
waspada terhadap sumber bias persepsi ini.
Dalam keputusan pemilihan karyawan, manajer harus peka terhadap kemungkinan
bahwa keputusan mereka mungkin bias karena kesan pertama yang menguntungkan atau
tidak disukai, pada faktor-faktor yang tidak relevan dengan situasi kerja seperti
penampilan atau latar belakang etnis, atau pada informasi yang tidak lengkap. Seringkali,
perbedaan persepsi adalah penyebab masalah komunikasi atau kesalahpahaman dalam
suatu organisasi. Pengirim memandang pesan satu arah, dan penerima melihatnya dengan
cara lain berdasarkan kerangka referensi mereka. Kesalahpahaman juga dapat
menyebabkan hubungan antar pribadi yang tegang di tempat kerja. Ketika interaksi
tampak tegang supervisor harus menentukan apa yang menjadi penyebabnya peristiwa
bisnis yang dipandang berbeda oleh orang yang berbeda.

PEMBELAJARAN
Pola berpikir dan berperilaku yang dibawa orang ke lingkungan kerja mencerminkan
pengalaman, persepsi, dan motivasi mereka sendiri. Pola perilaku ini mungkin tidak optimal
untuk organisasi. Oleh karena itu, akuntan perilaku harus terbiasa dengan prinsip-prinsip teori
belajar untuk memperbaiki persepsi karyawan dan memodifikasi perilaku disfungsional.
Belajar adalah proses dimana perilaku baru diperoleh. Ini terjadi sebagai hasil dari
motivasi, pengalaman, dan pengulangan dalam menanggapi rangsangan atau situasi tertentu.
Kombinasi motivasi, pengalaman, dan pengulangan ini terjadi dalam dua bentuk:
pengkondisian klasik dan pengkondisian operan.
a. Kondisi klasik (Anjing Pavlov)
Palov mengamati bahwa anjing akan mengeluarkan air liur tidak hanya ketika makanan
diletakkan di mulut mereka, tetapi juga ketika mereka mengamati makanan tersebut.
Makanan adalah stimulus yang tidak terkondisikan yang menyebabkan perilaku refleks
terjadi. Perilaku yang tidak terkondisikan tidak dipelajari.
Palov mengamati bahwa anjing akan mengeluarkan air liur tidak hanya ketika makanan
diletakkan di mulut mereka, tetapi juga ketika mereka mengamati makanan tersebut.
Makanan adalah stimulus yang tidak terkondisikan yang menyebabkan perilaku refleks
terjadi. Perilaku yang tidak terkondisikan tidak dipelajari. Dalam eksperimennya,
Pavlov pertama kali membunyikan bel, kemudian memberi makan kepada anjing. Pada
awalnya, anjing hanya mengeluarkan air liur saat makanan disajikan. Tetapi setelah
perlakuan terus berulang, anjing itu akhirnya mengeluarkan air liur pada saat
mendengar suara bel. Dalam hal ini, bel (stimulus) diikuti oleh respons kondisi.
Hubungan antara stimulus dan respons terkondisi disebut pengkondisian klasikal
b. Pengkondisian operan

15
Dalam pengkondisian operan, respons membawa hadiah. Misalnya, ketika
diperintahkan dengan stimulus goyang, seekor anjing akan merespons dengan
meregangkan cakarnya untuk menggoyangkan tubuhnya. Anjing itu merespons dengan
cara ini karena telah mengetahui bahwa respons ini akan menghasilkan hadiah.
Penguatan dan umpan balik positif, dalam bentuk pengakuan, bonus, dan imbalan
lainnya, telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi turnover dan
absensi, dan membuat karyawan lebih responsif terhadap kebutuhan pelanggan.
Hukuman, atau sanksi negatif, telah digunakan untuk tujuan yang sama. Akuntan dan
manajer perilaku harus memeriksa kebijakan dan prosedur perusahaan untuk
menentukan apakah imbalan dan hukuman digunakan dengan benar untuk mendorong
perilaku yang diinginkan

KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologis batin (mis., Sifat, kualitas, dan
cara bisnis) yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang merespons
lingkungannya. Kepribadian adalah inti dari perbedaan individu. Tidak ada dua orang yang
sama dalam hal kepribadian, tetapi mereka mungkin serupa dalam hal karakteristik
kepribadian tertentu. Kepribadian cenderung konsisten dan tahan lama, namun kepribadian
dapat berubah. Konsep kepribadian dan pengetahuan komponennya penting karena
memungkinkan kita untuk memprediksi perilaku.
Akuntan perilaku dapat berhubungan secara efektif dengan orang-orang jika mereka
memahami bagaimana kepribadian berkembang dan bagaimana hal itu dapat berubah.
Aplikasi utama teori kepribadian dalam organisasi adalah dalam memprediksi perilaku. Tes
kepribadian mungkin menentukan siapa yang akan paling efektif dalam pekerjaan yang
penuh tekanan, yang akan merespon dengan baik terhadap kritik, siapa yang pertama-tama
harus dipuji sebelum diberitahu tentang perilaku yang tidak diinginkan, siapa pemimpin
potensial, yang cenderung bekerja lebih baik dalam lingkungan kerja yang partisipatif, siapa
yang cenderung menjadi risiko keamanan, dan sebagainya.

16

Anda mungkin juga menyukai