Tugas 2 Teori Akuntansi - Fara Dina R.A (041814985)
Tugas 2 Teori Akuntansi - Fara Dina R.A (041814985)
Tugas 2 Teori Akuntansi - Fara Dina R.A (041814985)
TUGAS 2
Biaya masa berjalan telah menjadi dasar penilaian yang penting dalam akuntansi,
khususnya untuk menyajikan informasi mengenai dampak inflasi pada perusahaan. Para
kritikus yang mendukung penggunaan biaya historis sampai paling tidak titik penjualan
menunjukkan beberapa kelemahan dalam penggunaan biaya masa berjalan, yaitu sebagai
berikut.
1) Biaya masa berjalan atau kutipan tidak tersedia untuk barang musiman dan barang yang
mengutip mode serta untuk barang-barang yang diproduksi dengan metode-metode
yang usang. Estimasi nilai masukan masa berjalan untuk barang-barang ini. Oleh karena
itu, mungkin bersifat subjektif.
2) Perubahan dalam biaya masa berjalan tidak selalu mencerminkan perubahan dalam
harga penjualan masa berjalan. Nilai-nilai tidak mesti berubah karena ada perubahan
dalam biaya.
3) Kenaikan dalam biaya akan menghasilkan keuntungan yang dicatat dalam periode
berjalan walaupun belum direalisasi melalui penjualan.
4) Keuntungan dan kerugian yang disebabkan oleh perubahan dalam harga masukan
spesifik akan termasuk dalam laba bersih operasi, kecuali jika harga pokok penjualan
dan juga persediaan akhir dinilai sebesar biaya yang berlaku pada saat penjualan.
2. Salah satu cara untuk mengukur persediaan adalah menggunakan metode lower of
cost or market. Namun banyak orang tidak dapat menerima konsep ini. Mengapa
demikian? Jelaskan minimal 2 alasan kenapa orang menentang pengukuran model
ini!
Prosedur penilaian yang terendah antara biaya dan pasar bukanlah konsep penilaian
keluaran dan juga bukan konsep penilaian masukan, tetapi merupakan campuran kedua
konsep itu. Istilah pasar bisa mengacu pada harga keluaran ataupun masukan. Bila konsep
ini diterapkan pada persediaan istilah pasar biasanya mengacu pada biaya penggantian
(suatu konsep masukan), tetapi mungkin mengacu pada harga jual atau realisasi bersih
(konsep keluaran) dalam kondisi-kondisi tertentu.
Konsep nilai terendah antara biaya dan pasar mempunyai sejarah yang panjang
dalam akuntansi, sejak abad ke-19 dan sebelumnya. Salah satu alasan ketenarannya adalah
penekanan pada neraca sebagai laporan kepada kreditor. Penilaian yang disajikan dalam
laporan-laporan dapat diasumsikan bernilai paling tidak sebesar yang dinyatakan.
Dengan beralihnya penekanan ke laporan rugi laba, aturan nilai terendah antara
biaya dan pasar mendapat arti baru. Sekarang penghasilanlah yang dinyatakan secara
konservatif.
Banyak yang percaya bahwa konsep nilai terendah antara biaya dan pasar ini tidak dapat
diterima dalam teori akuntansi untuk alasan-alasan berikut ini.
a. Sebagai metode konservatisme, konsep ini cenderung merendahsajikan (understate)
penilaian total aktiva.
b. Konservatisme dalam penilaian aktiva ditutup (offset) oleh laporan laba bersih yang
tidak konservatif dalam periode tertentu di masa depan.
c. Walaupun konsep biaya atau pasar dapat diterapkan secara konsisten dari tahun ke
tahun, secara internal konsep ini tidak konsisten.
d. Argumentasi yang tidak begitu meyakinkan adalah aturan biaya atau pasar
menyebabkan penurunan dalam biaya dan juga memperkecil utilitas yang disebabkan
oleh memburuknya kondisi, keusangan, atau penurunan kapasitas menghasilkan
penghasilan. Mungkin saja tidak ada perubahan dalam nilai realisasi bersih hanya
karena biaya berubah.
3. PT Kusuma memiliki kekayaan bersih awal periode (1 Januari 2021) sebesar Rp 700
Juta dan menjadi Rp 1 Milyar pada akhir periode (31 Desember 2021). Dalam rangka
mempertahankan kapasitas produksi yang sebenarnya, perusahaan mengeluarkan
biaya sebesar Rp Rp 500 Juta. Tingkat inflasi sebesar 10 persen.
Diminta: Hitunglah laba menggunakan
a. Money Maintenance
Money maintenance :
Net asset 31 Desember 2021 Rp. 1.000.000.000
Net asset 1 Januari 2021 Rp. 700.000.000
Laba Rp. 300.000.000
Konsep laba pertama kali diperkenalkan oleh para ahli ekonomi ketika Adam Smith
menjelaskan bahwa income adalah kenaikan dalam kekayaan. Pengertian ini diikuti oleh
Marshall dan kawan-kawan dan dihubungkannya dalam konsep praktik bisnis atau
akuntansi. Mereka membedakan modal tetap dengan modal kerja, modal fisik, dan laba,
dan menekankan pada realisasi sebagai pengakuan laba. Von Bohm Bawerk pada akhir
abad XIX telah memperkenalkan pendapat bahwa laba bukan saja unsur kas, dia
memperkenalkan konsep laba nonmoneter. Kemudian pada awal abad XX Fischer,
Lindahl, dan Hick menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap, yaitu sebagai
berikut:
1. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya
memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini tidak dapat
diukur.
2. Real Income adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap
kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income ini adalah biaya
hidup (cost of living). Dengan perkataan lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik
yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan
untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
3. Money Income merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Fischer, money income lebih dekat pada
pengertian akuntansi tentang income. Lindahl menganggap konsep laba sebagai
interest, yaitu merupakan penghargaan yang terus-menerus terhadap barang modal
sepanjang waktu. Perbedaan antara interest dengan konsumsi yang diharapkan pada
periode tertentu dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai konsumsi
ditambah saving. Hick mengembangkan teori Fischer dan Lindahl tentang economic
income. la mendefinisikan personal income sebagai jumlah yang paling tinggi yang
dapat dikonsumsikan seseorang selama seminggu dan dia masih mengharapkan seperti
itu pada akhir minggu sebagaimana keadaannya pada awalnya.
Definisi ini dapat disederhanakan menjadi jumlah maksimum yang dapat
dikonsumsikan pada periode tertentu dan dia masih tetap mempertahankan modalnya
tidak berkurang sebagaimana saldo di awal.
Untuk kasus yang pertama, hampir sama dengan kasus sederhana di atas, perbedaannya
hanya terletak pada taksiran kas terhadap kondisi dari transaksi yang akan datang yang
sudah dapat ditentukan itu. Sementara itu, yang selalu terjadi adalah kasus kedua di mana
transaksi kas kebanyakan masih belum menentu baik kejadiannya, waktunya, dan
harganya. Untuk itu, kita menghadapi beberapa masalah tentang: nilai ekonomi, harga,
modal, skala, pengukuran pertukaran. Nilai ekonoml adalah preferensi seseorang terhadap
suatu komoditas berdasarkan kegunaan baginya di masa yang akan datang dibanding
dengan komoditas lain. Jika terjadi pertukaran, muncullah harga atau harga pertukaran
(exchange price). Harga ini ditetapkan berdasarkan nilai uang. Maka, di sini muncuI
beberapa bentuk harga, yaitu:
1) harga historis (historical cost);
2) harga sekarang (current price) atau harga ganti (replacement cost) atau exit price;
3) harga nanti bisa harga ganti nanti, atau harga exit price nanti;
4) harga diskonto atau computed amount.
Akuntansi konvensional masih lebih banyak menggunakan harga historis. Harga ini sangat
menentukan dalam perhitungan laba, income atau profit. Tetapi dengan FASB 157 mulai
digunakan Fair Value.
1. Modal (Capital)
Modal adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva bersih. Laba adalah
arus kekayaan, sedangkan modal adalah simpanan kekayaan. Oleh karena itu,
penentuan laba, yaitu penentuan kenaikan modal juga menyangkut masalah harga juga.
Modal bisa berarti financial capital di mana tekanannya adalah nilai uang dari aktiva
dikurangi dengan nilai kewajiban yang merupakan kontribusi uang pemilik kepada
perusahaan. Physical capital, yaitu di sini difokuskan pada kemampuan fisik dari modal
itu untuk memproduksikan barang dan jasa bukan pada nilai uangnya. Ukurannya
adalah kapasitas produksi dari aktiva yang dimiliki.
Dari pembagian ini, menurut Belkaoui, Accounting Income dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Pa = X + Y + Z
Pa = Accounting Income
X = Current operating profit
Y = Realisasi dan accrued holding gain pada periode itu
Z = Realisasi holding gain pada periode itu, tetapi accrued pada periode sebelumnya
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung sebagai
berikut.
Pm = Pa – Z + W
Pm = Money income
Pa = Accounting income
Z = Realisasi holding gain and loss pada periode itu accrued pada periode sebelumnya
W = Holding gain and loss yang belum direalisasi
Contoh:
Dibeli 1.000 unit produk A seharga Rp100,00 per unit. Pada akhir 31 Desember 1999
replacement cost adalah Rp200,00 per unit. Jumlah 1.000 unit dijual pada akhir tahun
2000 dengan harga Rp300,00 per unit. Harga replacement cost adalah Rp250,00 per
unit.
Pada tahun pertama accounting income tidak ada laba, namun pada dua periode
tersebut accounting income sama dengan money income.Perbedaan antara laba
akuntansi dan laba ekonomi dapat dilihat dari rumus sebagai berikut (Most, 1982).
SUMBER : BMP EKSI4415 (Teori Akuntansi edisi 2) Modul 5 Halaman 5.6 – 5.12
5. Aset perusahaan dapat mengalami kenaikan nilai, jika dibandingkan dengan waktu
pengakuan pendapatan. Namun demikian, akuntan biasanya enggan melakukan
pencatatan kenaikan nilai aset tersebut sampai ada pertukaran/penjualan dari aset
tersebut. Apa yang menjadi pertimbangan atau rasionalisasi perilaku akuntan
tersebut?