Fotri 2a PDF
Fotri 2a PDF
Fotri 2a PDF
LAPORAN PRAKTIKUM
FOTOGRAMETRI I
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fotogrametri I)
Disusun oleh:
Kelompok II-A
Vira Febianti 21110118120002
M. Ichlasul Amal 21110118120011
Azam Aminudin 21110118120028
Vianka Rochim 21110118120036
Irna Zakiyatin 21110118140038
Halaman Pengesahan
Disusun oleh:
Kelompok II-A
Vira Febianti 21110118120002
M. Ichlasul Amal 21110118120011
Azam Aminudin 21110118120028
Vianka Rochim 21110118120036
Irna Zakiyatin 21110118140038
Menyetujui,
Dosen Pengampu Dosen Pengampu
i
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Kata Pengantar
Penyusun
ii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR ISI
iii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
iv
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
v
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Konsep Dasar Fotogrametri (Santoso B. , 2004) ........................... II-1
Gambar II-2 Komponen Kamera Udara (Noor, 2012) ........................................ II-8
Gambar II-3 Informasi Tepi Foto (Haryanto, 2008) ........................................... II-9
Gambar II-4 Geometri Foto Udara (Subroto, 2004) ......................................... II-11
Gambar II-5 Distorsi Lensa (Hadi, 2007) ......................................................... II-12
Gambar II-6 Stereoskop Saku (Teguh, 2003) ................................................... II-18
Gambar II-7 Stereoskop Cermin (Teguh, 2003) ............................................... II-18
Gambar II-8 Tampilan Halaman Awal ArcMap ............................................... II-19
Gambar II-9 Tampilan Halaman Awal ArcScene ............................................. II-21
Gambar II-10 Software Summit Evolution (DATEM, 2004) ........................... II-22
Gambar III-1 Foto Udara ................................................................................. III-25
Gambar III-2 Stereoskop .................................................................................. III-26
Gambar III-3 Paralaks Bar ............................................................................... III-26
Gambar III-4 Kertas Mika ................................................................................ III-26
Gambar III-5 Spidol OHP ................................................................................ III-27
Gambar III-6 Kertas Manila A3 ....................................................................... III-27
Gambar III-7 Isolasi ......................................................................................... III-27
Gambar III-8 Penggaris .................................................................................... III-28
Gambar III-9 Form Paralaks ............................................................................ III-28
Gambar III-10 Minyak Kayu Putih .................................................................. III-28
Gambar III-11 Komputer Workstation ............................................................. III-29
Gambar III-12 Kacamata 3D ............................................................................ III-29
Gambar III-13 Mouse Stealth ........................................................................... III-29
Gambar III-14 Add XY data............................................................................. III-34
Gambar III-15 Add data dari Ms. Excel ........................................................... III-35
Gambar III-16 Peringatan ................................................................................ III-35
Gambar III-17 Titik-Titik Koordinat ............................................................... III-36
Gambar III-18 Export Data .............................................................................. III-36
Gambar III-19 Kotak Dialog Layer.................................................................. III-36
Gambar III-20 Create TIN ............................................................................... III-37
Gambar III-21 Dialog Create TIN ................................................................... III-37
vi
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
vii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR TABEL
Tabel IV-I Hasil Bacaan Paralaks ...................................................................... IV-2
Tabel IV-II Hasil Koordinat ............................................................................... IV-3
viii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi keberadaan peta sangat
dibutuhkan diberbagai bidang. Peta semakin erat peranannya dalam kehidupan
sehari-hari baik itu untuk mengetahui letak suatu wilayah atau tempat,
perencanaan wilayah, mendapatkan informasi geospasial, dan sebagai bahan
pembelajaran. Dalam pembuatan peta dibutuhkan ketelitian agar mendapatkan
hasil yang akurat. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pembuatan peta,
dapat melalui metode fotogramtetri, terestris, ataupun extraterestial dengan satelit.
Kegiatan fotogrametri berupa pengukuran dan pembuatan peta berdasarkan
foto udara. Karena yang diukur berupa objek-objek yang tergambar pada foto
udara, diperlukan pula pengenalan atas objek-objek tersebut. Oleh karena itu,
dalam fotogrametri juga dipelajari pengenalan objek yang lazimnya termasuk
interpretasi foto udara. Alat pengukuran dan pengenalan obyek, pengukuranlah
yang menjadi tujuan utama (Sutanto, 1983).
Pada era informasi seperti sekarang ini, perkembangan teknologi SIG
semakin pesat. Perkembangan tersebut ditandai oleh perkembangan sensor
(kamera, scanner, hingga hyperspectral). pengelolaan dan penanganan data,
maupun keragaman aplikasinya (Hartono, 2004).
Ilmu fotogrametripun kini makin mengalami kemajuan dalam pengolahan
foto udara serta penggunaan alat ataupun software yang digunakan semakin
canggih. Maka dari itu untuk mendapatkan hasil yang akurat maka dibutuhkan
juga sumber daya manusia yang handal dalam pembuatan peta. Nantinya
mahasiswa akan belajar bagaimana menganalisis, mengolah ataupun
menginterpretasikan pengamatan foto udara dalam pembuatan peta.
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan praktikum fotogrametri yaitu
pengamatan Foto Udara menggunakan alat steroskop dan paralaks bar serta
stereoplotting foto udara digital menggunakan software Summit Evolution.
Summit Evolution mengambil vektor stereo tiga dimensi untuk didigitalisasi ke
tingkat yang baru dengan integrasi dari stereoplotter digital, CAD dan GIS
I-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
I-2
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
I-3
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
I-4
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Pengertian Fotogrametri
Kata fotogrametri berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari photos,
gramma, dan metron. Photos sendiri berarti sinar, gramma berarti sesuatu yang
tergambar atau ditulis, sedangkan metron berarti mengukur. Oleh karena itu,
fotogrametri berarti pengukuran secara grafik dengan menggunakan sinar
(Thompson, 1980). Secara sederhana, maka fotogrametri dapat diartikan sebagai
pengukuran secara grafis dengan menggunakan sinar. Fotogrametri meliputi
perekaman objek, pengukuran gambar objek pada foto udara, dan pemotretan
hasil ukuran untuk dijadikan peta (Wolf, 1993).
Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan, dan teknologi untuk
memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu objek fisik dan
keadaan di sekitarnya melalui proses perekaman, pengamatan atau pengukuran,
dan interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar felombang elektromagnet
(Santoso B. , 2001).
II-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-2
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
f. Fotogrametri Panorama
g. Fotogrametri Garis
4. Berdasarkan keadaan dari hasil pengukuran (Luhmann dkk, 2014) :
a. Fotogrametri real-time
Fotogrametri jenis ini melakukan perekaman dan pengukuran yang
diselesaikan dalam periode waktu tertentu yang ditentukan sesuai dengan
kegunaan.
b. Fotogrametri off-line
Fotogrametri ini memiliki ciri yaitu bersambung, perekaman citra digital,
dan waktu tau lokasi dari pengukuran terpisah.
c. Fotogrametri on-line
Fotogrametri ini dilakukan dengan simultan, berkali-kali, perekaman
citra digital, dan pengukuran langsung.
5. Berdasarkan aplikasi atau bidang yang khusus (Luhmann dkk, 2014) :
a. Fotogrametri Arsitektur
b. Fotogrametri Engineering
c. Fotogrametri Industrial
d. Fotogrametri Forensik
e. Biostereometrik
f. Motografi
g. Fotogrametri Multi-media
II.1.2 Pengertian Foto Udara
Foto udara atau peta foto adalah peta foto didapat dari survei udara yaitu
melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan
fotogrametris tertentu. Sebagai gambaran pada foto dikenal ada tiga jenis yaitu
foto tegak, foto miring dan foto miring sekali. Foto tegak adalah foto yang pada
saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi
(tolerensi <3o), sedangkan yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada
foto tersebut horison terlihat. Untuk foto miring, batasannya adalah antara kedua
jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto
tegak (Wolf, 1993).
II-3
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-4
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
................................ (2.1)
d. Intervelometer
Intervelometer merupakan alat untuk mengatur interval waktu
pemotretan yang tergantung pada basis udara, kecepatan pesawat
terbang, dan overlap yang diinginkan.
3. Film
Karakteristik film ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Resolving power
II-5
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-6
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
c. Fixing
Fixing memiliki fungsi untuk memasukkan bahan fotogrametri ke
dalam larutan fixer yang berguna untuk mengawetkan hasil kerja
larutan developer.
d. Washing
Washing merupakan proses pencucian bahan fotogrametri dengan
menggunakan air bersih yang mengalir terus-menerus. Air bersih ini
berfungsi sebagai pembersih kotoran bekas larutan fixer.
e. Drying
Drying merupakan proses pengeringan bahan fotogrametri yang
berfungsi mengeringkan emulsi dan membersihkan air pada bahan
fotogrametri. Proses ini dapat dilakukan dengan penyinaran,
pemanasan, dan dengan cara penganginan.
5. Faktor Lapangan
Disamping faktor teknis yang berkaitan dengan datanya, faktor lapangan
juga harus diperhitungkan. Faktor lapangan meliputi :
a. Lokasi pemotretan terhadap lapangan terbang terdekat.
b. Kondisi topografi.
c. Kondisi cuaca : angin, awan, turbulensi.
d. Halangan – halangan (obstacle).
e. Jalur penerbangan sipil.
f. Daerah larangan (restricted area).
Lokasi pemotretan terhadap lapangan terbang mempengaruhi waktu dan
bahan bakar pesawat yang diperlukan menuju ke dan pulang dari lokasi
(site). Syarat-syarat yang diperlukan dalam Pemotretan, yaitu :
1) Tiap pemotretan harus dibuat pada posisi yang tepat dan pada
ketinggian yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Sumbu optis kamera harus betul-betul tegak lurus pada saat
pemotretan.
3) Kamera harus diarahkan sesuai dengan azimuth yang telah
ditentukan sebelumnya pada saat pemotretan.
II-7
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-8
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-9
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Pada foto, titik ini merupakan titik potong dua garis yang ditarik dari
pasangan fiducial mark yang berhadapan.
7. Fiducial mark
Digunakan untuk menentukan titik utama foto (principal point) yaitu
dengan menarik garis dua fiducial mark yang berhadapan.
II.1.5 Geometri Foto Udara
Geometri foto udara pada dasarnya tidak akan selalu berada pada kondisi
yang ideal (tegak sempurna), hal tersebut dapat diakibatkan beberapa faktor
(William, 2013) :
1. Pergerakan Wahana
Adanya variasi tinggi terbang dan pergerakan rotasi dari pesawat
menyebabkan variasi bentuk objek.
2. Pergeseran Relief
Variasi tinggi permukaan tanah menyebabkan bentuk radial dari objek-
objek yang tinggi ekstrim, seperti gedung tinggi dan tiang listrik.
3. Foto Udara Miring
Sumbu optik kamera membentuk sudut terhadap arah gaya berat (tidak
boleh lebih dari 30).
4. Overlap dan Sidelap
Besaran overlap dan sidelap (60% untuk overlap dan 30% untuk sidelap)
menyebabkan paralaks pada foto.
5. Crab and Drift
Pengaruh angin yang mendorong badan pesawat menyebabkan
penyimpangan pemotretan dari rencana jalur terbang membuat variasi
posisi dan bisa menimbulkan gap.
II-10
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-11
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-12
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-13
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
4. Bentuk
Bentuk disebut sebagai bentuk topografi suatu objek. Hal ini merupakan
faktor yang sangat penting dalam proses identifikasi suatu objek di foto
udara. Contohnya kotak, melingkar, dan memanjang.
5. Ukuran (Size)
Ukuran merupakan ukuran dari suatu objek yang diamati secara tiga dimensi
pada model stereokips.
6. Bayangan
Bayangan adalah kegelapan yang terjadi pada suatu area dimana merupakan
akibat dari ketidak-langsungan sinar yang tertutup oleh suatu objek
7. Situasi
Situasi merupakan lokasi relatif dari suatu objek dibandingkan terhadap
lokasi daerah lainnya.
8. Sensitivitas Spektral dan Resolusi dari Film
Digunakan untuk mengenali suatu objek dapat dilakukan dengan melihat
kualitas jenis film dalam pemotretannya.
II.4 Pembentukan DEM dan Kontur Foto Udara
Kontur adalah sebuah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki ketinggian atau elevasi yang sama di permukaan bumi (Purwaamijaya,
2008). Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi, dan garis
lengkung horizontal. Garis kontur dapat dibuat dengan membuat proyeksi tegak
garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang
mendatar peta.
Sifat-sifat garis kontur antara lain :
1. Garis-garis kontur saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling
berpotongan.
2. Pada daerah yang curam garis kontur lebih rapat dan pada daerah yang
landai lebih jarang.
3. Pada daerah yang sangat curam, garis-garis kontur membentuk satu garis.
4. Garis kontur pada curah yang sempit membentuk huruf V yang menghadap
ke bagian yang lebih rendah. Garis kontur pada punggung bukit yang tajam
membentuk huruf V yang menghadap ke bagian yang lebih tinggi.
II-14
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
5. Garis kontur pada suatu punggung bukit yang membentuk sudut 900 dengan
kemiringan maksimumnya, akan membentuk huruf U menghadap ke bagian
yang lebih tinggi. Garis kontur pada bukit atau cekungan membentuk garis-
garis kontur yang menutup-melingkar.
6. Garis kontur harus menutup pada dirinya sendiri.
7. Dua garis kontur yang mempunyai ketinggian sama tidak dapat
dihubungkan dan dilanjutkan menjadi satu garis kontur.
Produk primer dari kerja fotogrametri digital adalah model elevasi digital
atau DEM, citra teroktorektifikasi atau citra orto (orthoimages) dan fitur-fitur
terekstaksi (vektor). DEM adalah file digital yang berisi elevasi medan yang
sesuai dengan posisinya di lapangan secara tetap menempati interval horizontal
(Hadi, 2007).
DEM (Digital Elevation Model) merupakan suatu sistem, model, metode,
dan alat dalam mengumpulkan, prosessing, dan penyajian informasi medan.
Susunan nilai-nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik
medan, distribusi spasial diwakili oleh nilai sistem koordinat horizontal X-Y dan
karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem koordinat Z
(Doyle, 1991). DEM dapat juga dikatakan sebagai suatu bentuk penyajian
ketinggian permukaan bumi secara digital. Data DEM ini bisa diperoleh dari
berbagai sumber, misalnya dari foto udara stereo, citra satelit stereo, data
pengukuran lapangan yang diambil dari GPS, theodolite, EDM, total station, dan
echosounder, peta topografi (interpolation technique), laser scanner technique,
dan citra sejenis radar (Doyle F. J., 1981).
Proses-proses pembuatan DEM (Digital Model Elevation) mencakup hal
sebagai berikut (Suprayogi, 2009) :
1. Data Masukan
Data masukan merupakan data yang dijadikan dasar perhitungan model
permukaan digital. Data yang dapat dijadikan masukan adalah :
a. Data titik ketinggian
b. Kontur
c. Breaklines
II-15
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
2. Kalkulasi
Proses kalkulasi pada dasarnya menghitung luasan 3D dari titik tinggi yang
ada. Dalam hal ini urutan prosesnya adalah :
a. Penentuan area data yang akan digunakan dalam perhitungan tinggi
permukaan
b. Interpolasi data ketinggian
c. Pembuatan unit bidang permukaan
d. Evaluasi terhadap model yang dihasilkan
3. Perangkat Lunak
Terkait dengan proses pembuatan model permukaan, perangkat lunak yang
digunakan untuk melakukan proses-proses tertentu dalam kalkulasi
ketinggian secara otomatis. Proses lain ada yang tetap perlu dilakukan
secara manual editting di AutoCAD.
4. Keluaran (Analisis)
Pada ArcGIS, digunakan modul Arcscene dan ekstensi 3D analyst untuk
mengolah data dan menyajikan model permukaan.
II.5 DEM dari Hasil Fotogrametri
DEM dari hasil fotogrametri mengandalkan serangkaian foto-foto yang
diambil pada area objek. Hal ini membutuhkan area yang akan diamati dari dua
sudut pandang yang berbeda sehingga pengukuran dapat dihitung. Pada
prinsipnya hampir sama dengan persepsi kedalaman, dimana melihat objek yang
sama dari setip sudut pandang dan sebagai hasilnya yaitu nilai jarak.
Untuk proses bekerja dengan benar harus ada tumpang tindih antara gambar
baik dalam arah penerbangan (overlap) dan garis penerbangan yang berdekatan
(sidelap). Jumlah tumpang tindih tergantung pada variasi dalam medan dan
persyaratan pekerjaan tertentu dalam hal akurasi dan penerbangan. Biasanya
memerlukan minimal 60% overlap dan 30% sidelap.
Digital Elevation Model (DEM) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Digital
Surface Model (DSM) dan Digital Terrain Model (DTM). Digital surface model
adalah model permukaan bumi digital yang memuat elevasi fitur-fitur alami
permukaan tanah dan segala obyek yang ada di permukaan tanah, baik obyek
alami maupun obyek buatan manusia. Pada proses pembuatan data digital surface
II-16
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
model dengan fotogametri, semua objek yang ada pada permukaan bumi baik
objek alami dan objek buatan manusia dianggap sebagai permukaan tanah. Pohon,
bangunan dan objek apa saja yang ada pada permukaan bumi pada saat melakukan
foto udara akan dimodelkan sebagai data digital surface model, edangkan digital
terrain model adalah model medan digital yang hanya memuat elevasi fitur-fitur
alami permukaan tanah terbuka tanpa obyek penutup di atasnya baik alami
maupun buatan manusia (Intermap, 2012).
II.6 Stereoskop
Stereoskop merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk pengamatan
3D atas foto udara yang bertampalan depan (Hadi, 2007). Alat ini merupakan alat
yang teramat penting dalam interpretasi citra, terutama bagi foto udara atau citra
tertentu yang dapat ditimbulkan perwujudan 3D. Alat optik pertama yang
menggunakan prinsip stereoskopik adalan alat yang dibuat oleh Robert
Wheatstone pada tahun 1883. Alat ini terdiri dari lensa, cermin, dan prisma.
Untuk dapat melihat sepasang foto yang saling bertampalan secara
stereoskopik tanpa bantuan perlengkapan optis, sangatlah sulit. Hal ini disebabkan
oleh :
1. Melihat sepasang foto dari jarak yang dekat akan menyebabkan ketegangan
pada otot-otot mata.
2. Mata difokuskan pada jarak yang sangat pendek ± 15 cm dari foto yang
terletak diatas meja, sedangkan pada saat itu otak kita mengamati atau
melihat sudut paralaktis dengan tujuan dapat membentuk stereo model pada
suatu jarak atau kedalaman.
Keadaan yang demikian sangat mengacaukan pandangan stereoskop. Karena
kesulitan itulah diperlukan suatu stereoskop untuk membantu kita dalam
pengamatan. Terdapat dua jenis stereoskop, yaitu :
1. Stereoskop saku atau stereoskop lensa
a. Lebih murah daripada stereoskop cermin
b. Cukup kecil hingga dapat dimasukkan ke saku
c. Terdiri dari susunan lensa convex yang sederhana
d. Mempunyai faktor persebaran yang cukup besar
e. Mudah dibawa ke lapangan
II-17
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-18
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-19
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
isi data dalam bentuk daftar berisi nama, format serta preview
berukuran kecil yang menggambarkan bentuk geometri sebuah data
yang ada dalam folder atau geo-database yang dipilih.
b. Tab Preview
Saat menampilkan data ArcCatalog pada Tab Preview, ArcGIS
menampilkan gambaran kecil dari keseluruhan dari data, baik bentuk
geometri maupun data atribut.
c. Tab Description
Saat menampilkan data ArcCatalog pada Tab Preview, ArcGIS
menampilkan dokumentasi rinci dari sebuah data. Termasuk cara
perolehan data, analisis yang dilakukan, hingga hak cipta data, termasuk
sistem koordinat yang digunakan.
3. ArcToolbox
Sebagai inti dari semua proses analisis data dalam ArcGIS, ArcToolbox
memegang peranan penting. Dalam ArcToolbox, tools atau perintah-
perintah untuk melakukan analisis dikelompokkan sesuai dengan
kelompok fungsinya.
Beberapa kelompok yang terpenting adalah Analisi Tools, yang berisi
perintah :
a. Extract (Clip, Select, Split, Table Select)
b. Overlay (Erase, Identity, Intersect, Spatial Joint, Union, Update)
c. Proximity (Buffer, Create Thiessen Polygon)
d. Conversion Tools yang berisi antara lainkonversi raster ke vektor atau
sebaliknya.
Data Management Tools yang berisi sebagai berikut :
a. Add XY coordinat
b. Multipart to single part
c. Projections and Transformations untuk menentukan sistem koordinat
dan proyeksi
d. Generalization (dissolve, smooth line, simplify)
e. Konversi data line ke polygon atau titik, dan sebaliknya
f. Membuat field,delete field dan Kalkulasi field
II-20
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
g. Merger data
h. Raster (mosaic, resample, composit band)
4. ArcGlobe
ArcGlobe adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk menampilkan
peta-peta secara 3D ke dalam bola dunia dan dapat dihubungkan langsung
dengan Internet.View dalam ArcGlobe didasarkan pada pandangan global,
dengan semua data diproyeksikan ke proyeksi Cube global dan
ditampilkan pada berbagai tingkat detail (LODs).
5. ArsScene
ArsScene adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengolah dan
menampilkan peta-peta kedalam model tiga dimensi.
II-21
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-22
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
II-23
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
5. Orientasi mutlak
Orientasi mutlak menciptakan tiga-dimensi dari koordinat tanah dalam
stereomate yang relatif berorientasi.
6. Orientasi Eksterior
Orientasi eksterior menciptakan tiga koordinat tanah tanpa perlu
melakukan orientasi relatif dan absolut. Orientasi eksterior bekerja dengan
mengimpor parameter orientasi bagian luar (X, Y, Z, omega, phi, kappa).
7. Sub- pixel
Summit Evolution meningkatkan akurasi data vektor dengan menghapus
keterbatasan pixel. Sistem ini menyediakan subpixel untuk melihat fungsi
mengukur, zooming dinamis, dan gerakan dalam piksel.
II-24
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat dan Bahan Praktikum Stereoskop
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum stereoskop antara lain :
1. Foto Udara
Jumlah foto udara yang digunakan dalam praktkum ini adalah dua buah
foto untuk mendapatkan daerah pengukuran.
Spesifikasi foto udara sebagai berikut :
a. Nomor foto udara : 2 dan 3
b. Lokasi : Kupang, NTT
c. Tipe kamera udara : FS 4001/220 F/5.6
d. Nomor seri cetak foto : Roll 0743-0744
e. Nama perusahaan : PT.AEROVISI
f. Fokus kamera udara : 152,85 mm
g. Skala foto udara : 1:10000
h. Tinggi terbang : 1839 m
III-25
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-26
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
5. Spidol OHP sebanyak empat buah ukuran F warna hitam, merah, hijau,
dan biru dengan rincian sebagai berikut :
a. Warna hitam digunakan untuk
b. Warna merah digunakan untuk interpretasi spothigh
c. Warna hijau digunakan untuk interpretasi vegetasi
d. Warna biru digunakan untuk interpretasi perairan
III-27
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
8. Penggaris
III-28
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
1. Komputer Workstation
Terdiri dari seperangkat komputer dengan spesifikasi khusus agar
mampu melakukan pengolahan data secara maksimal. Dalam praktikum
ini menggunakan komputer workstation dua LCD.
III-29
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Persiapan
Pembacaan Paralaks
Koordinat Foto
Pengolahan Data
Tidak Sesuai
Pembuatan TIN
Sesuai
Kontur
III-30
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Studi Literatul
Persiapan
Tidak
RMS < 0.001
Iya
Stereoplotting
Digitasi
Layout Peta
III-31
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
4. Mengatur foto udara dengan salah satu foto sebagai acuan dan dilihat
menggunakan stereoskop hinggal foto nampak seperti tiga dimensi.
5. Meletakkan mika diatas foto yang sudah nampak tiga dimensi dan diberi
isolasi.
6. Menentukan titik utama foto udara 1 dengan menghubungkan titik
fiducial mark dan diberi notasi TU1, lakukan cara yang sama pada foto
udara 2 dan diberi notasi TU2.
7. Melakukan identifikasi titik utama foto udara 1 di foto udara 2 dan diberi
notasi TU1’, lakukan cara yang sama pada foto udara 2 di foto udara 1
dan diberi notasi TU2’.
8. Mengukur bacaan paralaks TU1 dan TU2, hasilnya dicatat di form
paralaks.
9. Mengukur panjang basis foto udara 1, basis foto udara 2, dan basis foto
rata-rata :
..............................................................................(III-1)
..............................................................................(III-2)
(III-3)
Keterangan :
b = basis foto rata-rata
b1 = basis foto udara 1
b2 = basis foto udara 2
10. Melakukan interpretasi foto udara dengan menandai titik menggunakan
spidol pada salah satu foto untuk acuan sesuai dengan warna yang
ditentukan :
a. Warna hitam digunakan untuk
b. Warna merah digunakan untuk interpretasi spot height
c. Warna hijau digunakan untuk interpretasi vegetasi
d. Warna biru digunakan untuk interpretasi perairan
11. Melakukan pengamatan melalui stereoskop pada kedua foto udara
sehingga didapatkan titik yang sama pada foto kedua dan ditandai sesuai
dengan warna.
12. Menghitung bacaan paralaks pada setiap titik.
III-32
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
13. Menyiapkan mika yang sudah ditandai dengan spidol dan kertas mm
block.
14. Menggambarkan koordinat masing-masing titik di mm block, dimana TU
berada pada koordinat (0,0)
III.3.2 Perhitungan Data
Dari pengamatan telah diperoleh data koordinat foto dan bacaan paralaks
X. Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data yang terdiri atas :
1. Menghitung elevasi titik acuan di titik utama (hTU)
Elevasi titik utama dihitung dengan asumsi bahwa elevasi titik utama
merupakan elevai rata-rata permukaan tanah di foto yang digunakan.
hTU = H – (f x skala) .............................................................................(III-4)
Keterangan :
HTU = Elevasi rata-rata permukaan tanah yang dipotret
H = Tinggi terbang
F = Fokus kamera
2. Menghitung beda paralaks (Δp)
Δp = (px1 – pxTU) ............................................................................. ....(III-5)
Keterangan :
Px1 = Paralaks titik detail
PxTU = Paralaks titik utama ..................................................................(III-6)
3. Menghitung beda tinggi titik detail dengan titik utama (Δh)
.......................................................(III-7)
Keterangan :
Δhi = Beda Tinggi antara titik detail dengan titik utama
F = Fokus kamera udara
Δp = Selisih paralaks titik detail dan titik utama
B = Basis Foto
4. Menghitung elevasi titik detail (h1), maka elevasi titik detail (hi) dapat
dihitung sebagai berikut :
Hi = hTU + Δhi ......................................................................................(III-8)
Keterangan :
hTU = Elevasi rata-rata permukaan tanah yang dipotret
III-33
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
...................................................................................(III-9)
.................................................................................(III-10)
Keterangan :
(Xi, Yi) = Koordinat tanah
(xi, yi) = Koordinat foto
H = Tinggi terbang diatas referensi tertentu misalnya MSL
f = Fokus kamera udara
Untuk keperluan praktikum, setiap kelompok melakukan pengamatan
paralaks pada detail permukaan bumi sejumlah minimal 200 titik sesuai dengan
kebutuhan.
III.3.3 Pembentukan Kontur dan EDM Foto Udara
Dalam pembuatan model tiga dimensi dan kontur menggunakan software
ArcMAP 10 dan ArcScene 10 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Buka software ArcMAP 10.
2. Pilih File kemudian Add Data pilih XY data.
III-34
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-35
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-36
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
9. Buka ArcToolbox windows, pilih 3D Analyst Tools, pilih TIN pilih Create
TIN.
III-37
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
11. Jika create TIN sukses akan muncul gambar permukaan daerah yang kita
hitung.
III-38
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-39
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-40
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
15. Akan muncul garis kontur yang lebih halus dibandingkan dengan hasil
mentahan olahan sebelumnya.
III-41
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-42
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-43
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
7. Pada folder Image, pilih dan masukkan foto udara yang akan dikerjakan.
III-44
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
10. Klik kanan pada jendela project kemudian klik add models. Maka akan
muncul dialog Add Models. Atur posisi foto udara dari kiri ke kanan sesuai
dengan lajur terbang yang ada. Kemudian klik add.
11. Klik pada file foto udara 006_15#006_006_ 014, kemudian pilih menu
Orientation, pilih Tie Points maka akan mumcul kotak dialog tie points.
III-45
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
15. Lakukan pengidentifikasian titik tie points pada setiap foto dari foto
006_014#006_015.
16. Klik pada foto 006_014#006_015 dan kemudian pilih menu orientation
pilih tie points. Maka akan muncul kotak dialog tie points. Tambahkan tiga
titik persekutuan. Untuk titik yang berada di tengah foto diberi identifikasi
0, atas dengan 1, dan bawah dengan 2. Atur dan arahkan menggunakan
button manager sehingga kedua gambar tepat bertampalan. Kemudian klik
pick pada button. Perhatikan residual serta RMS yang dihasilkan.
III-46
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
III-47
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pengamatan Titik
Hasil dari praktikum menggunakan stereoskop menghasilkan titik-titik
yang digambarkan pada kertas mika yang nantinya akan diketahui koordinat foto
dan koordinat tanah.
IV.1.1 Hasil
Hasil dari pengamatan foto udara dengan menggunakan alat stereoskop
dan paralaks bar berupa titik-titik pada kertas mika yang diletakkan di atas foto
udara. Interpretsi foto udara dilakukan dengan menandai setiap titik menggunakan
spidol berwarna pada kertas mika. Warna tinta spidol OHP digunakan untuk
menandai titik dengan keterangan yang sudah ditentukan. Daerah yang
diinterpretasikan yaitu seperti spothigh, perairan, dan vegetasi. Hasil interpretasi
dari foto udara yang telah dilaakukan berupa gambar berikut :
IV-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV.1.2 Analisis
Foto udara yang kelompok II-A amati adalah foto udara di daerah
Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia dengan skala 1:10000, fokus kamera
udara sebesar 152,85 mm, dan tinggi terbang sebesar 1839 m. Pengamatan foto
udara dilakukan menggunakan alat stereoskop dan paralaks bar. Interpretasi udara
dilakukan dengan menandai menggunakan spidol OHP dengan warna hitam, biru,
hijau, dan merah untuk setiap daerah vegetasi, perairan, dan spothigh. Warna
hitam digunakan untuk titik utama sebanyak 2 titik. Warna biru digunakan untuk
interpretasi perairan sebanyak 58 titik. Warna hijau digunakan untuk interpretasi
vegetasi sebanyak 89 titik. Warna merah digunakan untuk interpretasi spothigh
sebanyak 72 titik.
IV.2 Perhitungan Data
Berdasarkan hasil pengamatan titik, akan didapatkan bacaan paralaks dan
koordinat foto. Dari bacaan paralaks dan koordinat foto dapat menghasilkan
elevasi dan koordinat tanah menggunakan rumus yang sudah diketahui.
IV.2.1 Hasil Perhitungan
Dalam pengolahan data akan diperoleh koordinat X,Y, dan Z dari suatu
titik pengamatan. Koordinat X dan Y merupakan koordinat titik kontrol tanah,
sedangkan koordinat Z merupakan elevasi tanah. Koordinat titik tersebut
digunakan untuk penggambaran peta 2D dan 3D menggunakan software ArcGIS
10. Berikut adalah contoh tabel perhitungan paralaks :
Tabel IV-I Hasil Bacaan Paralaks
Koordinat
No. Foto Bacaan Beda
Keterangan
Titik X Y Paralaks Paralaks
(mm) (mm)
TU1 Titik Utama 1 0 0 14,70
TU2' Titik Utama 2' 71 -5 11,38 -3,32
1 Tepi perairan 100 -15 11,87 -2,83
2 Tepi perairan 91 -19 11,35 -3,35
3 Tepi perairan 83 -24 12,03 -2,67
4 Tepi perairan 71 -29 10,82 -3,88
5 Tepi perairan 68 -43 9,05 -5,65
6 Tepi perairan 68 -53 9,91 -4,79
7 Tepi perairan 65 -62 9,51 -5,19
8 Tepi perairan 68 -70 9,25 -5,45
IV-2
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
No Koordinat Tanah
Keterangan
Titik X (m) Y (m) Z (m)
TU1 Titik Utama 1
TU2' 742,885 -52,316 239,705 Titik Utama 2'
1 1039,21 -155,88 250,563 Tepi perairan
2 952,547 -198,88 239,035 Tepi perairan
3 860,639 -248,86 254,077 Tepi perairan
4 748,735 -305,82 227,112 Tepi perairan
5 735,4 -465,03 185,972 Tepi perairan
6 726,392 -566,16 206,22 Tepi perairan
7 698,324 -666,09 196,864 Tepi perairan
8 733,285 -754,85 190,725 Tepi perairan
9 769,397 -791,07 182,628 Tepi perairan
10 778,964 -877,71 162,032 Tepi perairan
11 761,642 -935,73 175,9 Tepi perairan
12 700,832 -985,55 165,216 Tepi perairan
13 619,655 -1000,1 177,346 Tepi perairan
14 498,123 -1007,1 183,824 Tepi perairan
15 437,764 -1039,7 166,192 Tepi perairan
16 294,613 -1157,4 230,73 Tepi perairan
17 163,47 -1144,3 173,241 Tepi perairan
18 1082,33 -92,771 263,443 Tepi perairan
19 1178,46 -194,61 186,448 Tepi perairan
20 1159,03 -210,73 228,47 Tepi perairan
IV-3
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Δh1 = -59,937 m
2)
Δh2 = -71,465
b. Elevasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
1) Perhitungan elevasi pada titik utama dapat menggunakan rumus III-
4 sebagai berikut :
hTU = 1839000 mm – (152,85 mm x 10000)
= 310,5 m
2) Perhitungan elevasi titik detail dapat menggunakan rumus III-8
sebagai berikut :
h1 = 310,5 - 59,93702369
= 250,5629763 m
h2 = 310,5 - 70,79547991
= 239,7045201 m
3. Perhitungan koordinat tanah
Perhitungan koordinat tanah dapat menggunakan rumus III-9 dan III-10
sebagai berikut :
IV-4
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
a. Koordinat titik 1 :
1)
= 1039,212969 m
2)
= -155,8819454 m
b. Koordinat titik 2 :
1)
= 952,547104 m
2)
= -198,8834613 m
IV.2.2 Analisis
Foto udara yang diamati oleh kelompok II-A adalah foto udara yang
diambil di daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur. Foto udara tersebut memiliki
skala 1:10000, fokus kamera udara sebesar 152,85 mm, dan tinggi terbang sebesar
1839 m. Pengamatan dilakukan dengan alat stereoskop dan paralaks bar. Melalui
pembacaan paralaks bar maka dapat diketahui elevasi dari titik-titik yang ada di
foto udara tersebut menggunakan rumus-rumus yang terdapat pada Bab III dan
hasil pengamatan di atas.
Dari hasil yang sudah diproses, dilakukan analisis mengenai data
ketinggian. Terdapat perbedaan ketinggian pada data yang kami peroleh yaitu
sebesar 213,742 meter antara titik yang mempunyai elevasi tertinggi dengan
elevasi terendah. Terdapat dataran tinggi yang memiliki elevasi lebih dari 300
meter dan dataran rendah dengan elevasi ±100 meter. Namun, rata-rata ketinggian
berkisar pada 221 meter. Maka, topografi pada foto udara yang digunakan adalah
topografi pegunungan. Dalam wilayah tersebut terdapat aliran sungai yang
mempunyai elevasi semakin menurun dari hulu ke hilirnya. Selain itu wilayah
yang diamati mayoritas berupa daerah dataran tinggi yang memiliki lereng-lereng
dan ditutupi oleh hutan lebat.
IV-5
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV.3 Permodelan
Penggambaran hasil pengamatan praktikum stereoskop didapatkan
permodelan dua dimensi dan tiga dieansi menggunakan software ArcGIS.
IV.3.1 Hasil Permodelan 2D
Hasil permodelan dua dimensi didapatkan melalui software ArcMap 10,
data titik koordinat hitungan diolah untuk mendapatkan hasil berupa DEM dan
gris kontur. Hasil dari pengolahan titik koordinat disajikan dalam bentuk dua
dimensi seperti gambar berikut :
IV-6
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV.3.3 Analisis
Dari hasil data yang sudah diproses dengan menggunakan software
ArcMap dan ArcScene, didapatkan hasil seperti pada gambar VI-2 dan gambar
VI-3. Perbedaan ketinggian pada data yang diperoleh ditunjukkan dengan variasi
warna yang ada seperti warna putih, abu-abu, merah tua, merah, kuning, hijau,
hingga biru muda. Warna putih menunjukkan daerah yang memiliki elevasi relatif
sangat tinggi yaitu sebesar 310,032 meter hingga 333,781 meter. Warna biru
muda menunjukkan daerah dengan ketinggian yang sangat rendah yaitu antara
120,039 meter hingga 143,788 meter.
IV.4 Summit Evolution Software
Software Summit Evolution digunakan untuk plotting pada foto udara. Hasil
digitasi pada Summit Evolution akan langsung muncul pada AutoCAD.
IV.4.1 Hasil Summit Evolution Software
Berikut adalah peta digital hasil dari Summit Evolution :
IV-7
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
IV-8
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Dapat melakukan interpretasi foto udara.
2. Dapat mengamati foto udara dengan bantuan stereoskop dan paralaks bar.
3. Perhitungan koordinat pada tanah dan koordinat pada foto udara. Contohnya
X1= 1039,212969 m Y1= -155,8819454 m dan X1= 100 mm Y1= -15 mm.
Perhitungan koordinat tanah dan koordinat foto yang lain dapat dilihat pada
lampiran Tabel Perhitungan.
4. Data DEM yang dihasilkan dari praktikum Fotogrametri I menggunakan
stereoskop memiliki elevasi yang relatif tinggi dengan elevasi maksimum
sebesar 334,1759 meter dan rata-rata elevasi yang relatif rendah dengan
elevasi minimum sebesar 120,0391 meter. Hal tersebut dikarenakan wilayah
foto udara yang diamati berupa daerah pegunungan. Namun, DEM yang
dihasilkan tidak sesuai dengan interpretasi yang ada pada foto udara karena
pengambilan titik yang kurang merata.
5. Pada proses penggunaan software Summit Evolution kita difokuskan untuk
plotting suatu foto udara. Dalam hal ini DSM lah jenis foto udara yang
dimaksud. Data yang nanti akan dihasilkan dari proses menggunakan
Summit Evolution yaitu berupa peta digital dari hasil plotting DSM tadi.
V.2 Saran
Dari praktikum yang dilakukan, untuk mendapatkan hasil dari interpretasi
foto yang baik maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. Berikut saran
yang dapat kami berikan :
1. Praktikum sebaiknya dilakukan di tempat yang memiliki pencahayaan yang
cukup terang, supaya pertampalan pada foto terlihat dengan jelas.
2. Setiap anggota kelompok harus mengetahui cara kerja alat stereoskop dan
paralaks bar.
3. Saat melakukan pembacaan paralaks bar harus dilakukan dengan teliti, agar
terhindar dari kesalahan yang besar.
V-1
Laporan Praktikum Fotogrametri I
V-2
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR PUSTAKA
Astrini, R., & Oswald, P. (2013, Maret 1). Module ArcGIS 10 Dasar. Dipetik
November 8, 2019, dari BAPPEDA Provinsi NTB:
https://bappeda.ntbprov.go.id/edukasi/module-arcgis-10-dasar/
DATEM. (2004). DATEM. Dipetik 10 25, 2019, dari datem.com:
datem.com/software
Denico, B. (2009, Januari 27). Diafragma. Dipetik Oktober 19, 2019, dari
bramderusco.wordpress.com/tag/diafragma
Doyle, F. J. (1981). Eelectro-optical Instrumentation for Resources Evaluation.
Washington.
Hadi, B. S. (2007). Dasar-Dasar Fotogrametri. Yogyakarta: Pendidikan Geografi,
UNY.
Haryanto, N. A. (2008). Buku BSE: Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan.
Intermap. (2012). NEXT map. Diambil kembali dari Intermap:
https://www.intermap.com/
Intermap. (2012). NEXT MAP. Diambil kembali dari Intermap:
https://www.intermap.com/
Lillesand, T. M., & Kiefer, R. W. (1993). Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Luhmann dkk. (2014). Penerapan Teknik Fotogrametri Jarak Dekat dalam
Pembuatan Model Tiga Demensi dan Replika Relief Candi Borobudur.
Nirwansyah, A. W. (2017). Dasar Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya
Menggunakan ArcGIS. Yogyakarta: Deepublish.
Noor, D. (2012). Pengantar Geologi. Teknik Geologi, Universitas Pakuan Bogor.
Nugroho, D. (2003). Pembuatan Model Permukaan Digital dari Sumber Citra
ASTER secara Semi Otomatis. Teknik Geodesi, UGM.
Nurchasan. (2014). Proses Stereoplotting Pembentukan DEM dan Kontur di
Software Summit Evolution. UPI.
Purwaamijaya. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 3. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK.
vii
Laporan Praktikum Fotogrametri I
viii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
LAMPIRAN
ix
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
x
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xi
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Koordinat Foto
bacaan beda
No.Titik Keterangan X Y paralaks paralaks
(mm) (mm)
37 Sungai 85 -4 10,58 -4,12
38 Sungai 82 1 10,64 -4,06
39 Sungai 83 17 9,38 -5,32
40 Sungai 77 10 9,47 -5,23
41 Sungai 76 15 9,46 -5,24
42 Sungai 81 21 11,87 -2,83
43 Sungai 84 35 11,70 -3
44 Sungai 76 38 10,36 -4,34
45 Sungai 79 43 10,67 -4,03
46 Sungai 72 51 11,00 -3,7
47 Sungai 74 60 15,88 1,18
48 Sungai 87 4 8,08 -6,62
49 Sungai 87 11 8,06 -6,64
50 Sungai 88 18 9,93 -4,77
51 Sungai 98 33 11,48 -3,22
52 Sungai 101 48 11,72 -2,98
53 Sungai 55 -98 6,39 -8,31
55 Sungai 39 -102 6,76 -7,94
56 Sungai 47 -100 7,44 -7,26
57 Sungai 103 -16 9,79 -4,91
58 Sungai 106 -12 9,44 -5,26
59 Sungai 108 -19 9,53 -5,17
60 Vegetasi 71 65 9,56 -5,14
61 Vegetasi 69 68 10,45 -4,25
62 Vegetasi 65 67 10,37 -4,33
63 Vegetasi 59 66 10,04 -4,66
64 Vegetasi 47 71 10,63 -4,07
65 Vegetasi 52 68 10,02 -4,68
66 Vegetasi 42 74 9,49 -5,21
67 Vegetasi 39 71 9,33 -5,37
68 Vegetasi 34 66 13,92 -0,78
69 Vegetasi 22 58 11,44 -3,26
70 Vegetasi 18 48 12,42 -2,28
71 Vegetasi 14 39 12,36 -2,34
72 Vegetasi 3 46 12,53 -2,17
73 Vegetasi 12 60 13,09 -1,61
74 Vegetasi 3 58 13,09 -1,61
75 Vegetasi 14 72 12,99 -1,71
xii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Koordinat Foto
bacaan beda
No.Titik Keterangan X Y paralaks paralaks
(mm) (mm)
76 Vegetasi 8 83 12,59 -2,11
77 Vegetasi -9 87 14,71 0,01
78 Vegetasi -15 78 14,59 -0,11
79 Vegetasi -18 68 14,42 -0,28
80 Vegetasi -27 51 13,08 -1,62
81 Vegetasi -23 45 14,46 -0,24
82 Vegetasi -13 30 14,54 -0,16
83 Vegetasi -6 22 13,55 -1,15
84 Spot High 36 48 12,16 -2,54
85 Spot High 35 52 12,44 -2,26
86 Spot High 34 58 13,73 -0,97
87 Spot High 44 44 12,45 -2,25
88 Spot High 40 53 13,73 -0,97
89 Spot High 41 60 13,16 -1,54
90 Spot High 54 46 12,02 -2,68
91 Spot High 47 52 13,07 -1,63
92 Spot High 48 52 12,35 -2,35
93 Spot High 57 52 12,46 -2,24
94 Spot High 63 55 12,67 -2,03
95 Spot High 68 56 11,39 -3,31
96 Spot High 60 38 12,40 -2,3
97 Spot High 65 46 12,39 -2,31
98 Spot High 60 38 12,24 -2,46
99 Spot High 44 36 12,94 -1,76
100 Spot High 32 39 13,07 -1,63
101 Spot High 30 32 13,50 -1,2
102 Spot High 41 29 12,54 -2,16
103 Spot High 52 26 11,42 -3,28
104 Vegetasi 46 -59 9,03 -5,67
105 Vegetasi 52 -59 8,06 -6,64
106 Vegetasi 21 22 15,86 1,16
108 Vegetasi 30 19 14,46 -0,24
109 Vegetasi 34 16 13,63 -1,07
110 Vegetasi 37 15 13,34 -1,36
111 Vegetasi 45 13 13,19 -1,51
112 Vegetasi 49 12 11,21 -3,49
113 Vegetasi 54 12 11,54 -3,16
114 Vegetasi 59 11 10,47 -4,23
xiii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Koordinat Foto
bacaan beda
No.Titik Keterangan X Y paralaks paralaks
(mm) (mm)
115 Vegetasi 63 11 10,26 -4,44
116 Vegetasi 67 15 9,44 -5,26
117 Vegetasi 71 1 10,56 -4,14
118 Vegetasi 66 -3 12,74 -1,96
119 Vegetasi 69 -12 12,74 -1,96
120 Vegetasi 59 -61 9,92 -4,78
121 Vegetasi 47 -66 10,31 -4,39
122 Vegetasi 53 -66 9,14 -5,56
123 Vegetasi 59 -66 9,18 -5,52
124 Vegetasi 48 -70 10,94 -3,76
125 Vegetasi 53 -71 9,84 -4,86
126 Vegetasi 60 -71 9,08 -5,62
127 Vegetasi 49 -78 10,81 -3,89
128 Vegetasi 54 -78 9,20 -5,5
129 Vegetasi 60 -77 10,66 -4,04
130 Vegetasi 40 -86 8,25 -6,45
131 Vegetasi 29 -86 8,08 -6,62
132 Vegetasi 21 -75 10,12 -4,58
133 Vegetasi 9 -73 10,94 -3,76
134 Vegetasi 10 -84 9,63 -5,07
135 Vegetasi 15 -93 9,99 -4,71
136 Vegetasi 4 -97 9,70 -5
137 Vegetasi -1 -103 8,36 -6,34
138 Vegetasi -9 -109 8,04 -6,66
139 Vegetasi -40 -104 8,02 -6,68
140 Vegetasi -54 -103 11,01 -3,69
141 Vegetasi -45 -98 9,73 -4,97
142 Vegetasi -38 -87 8,33 -6,37
143 Vegetasi -32 -75 9,63 -5,07
144 Vegetasi 19 -65 9,73 -4,97
145 Vegetasi 10 -53 10,09 -4,61
146 Vegetasi -7 -41 11,84 -2,86
147 Vegetasi -16 -40 10,96 -3,74
148 Vegetasi -24 -46 10,66 -4,04
149 Vegetasi -31 -52 10,27 -4,43
150 Vegetasi -35 -59 10,28 -4,42
151 Vegetasi -43 -63 9,82 -4,88
152 Spot High 5 15 12,36 -2,34
xiv
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Koordinat Foto
bacaan beda
No.Titik Keterangan X Y paralaks paralaks
(mm) (mm)
153 Spot High 14 17 12,36 -2,34
154 Spot High 25 12 12,39 -2,31
155 Spot High 35 8 12,94 -1,76
156 Spot High 43 3 11,29 -3,41
157 Spot High 44 6 10,39 -4,31
158 Spot High 53 1 10,06 -4,64
159 Spot High 5 6 12,93 -1,77
160 Spot High 15 12 12,06 -2,64
161 Spot High 24 1 12,83 -1,87
162 Spot High 34 -2 11,03 -3,67
163 Spot High 6 -8 13,20 -1,5
164 Spot High 14 -9 11,95 -2,75
165 Spot High 24 -8 12,25 -2,45
166 Spot High 35 -10 10,89 -3,81
167 Spot High 44 -8 10,14 -4,56
168 Spot High 53 -7 10,97 -3,73
169 Spot High 11 -17 13,67 -1,03
170 Spot High 21 -18 12,73 -1,97
171 Spot High 29 -21 11,16 -3,54
172 Spot High 23 -31 13,00 -1,7
173 Spot High 38 -27 11,10 -3,6
174 Spot High 48 -22 7,58 -7,12
175 Spot High 58 -18 8,89 -5,81
176 Spot High 48 -28 9,71 -4,99
177 Spot High 56 -29 7,87 -6,83
178 Spot High 64 -29 8,17 -6,53
179 Spot High 71 -29 7,53 -7,17
180 Spot High 46 -40 8,63 -6,07
181 Spot High 58 -41 9,94 -4,76
182 Spot High 32 -41 9,91 -4,79
183 Spot High 38 -50 8,84 -5,86
184 Spot High 17 -44 10,35 -4,35
185 Spot High 1 -53 9,84 -4,86
186 Spot High 24 -55 10,54 -4,16
187 Spot High 9 -35 10,10 -4,6
188 Spot High 4 -23 10,04 -4,66
189 Spot High -8 -27 9,98 -4,72
190 Spot High -40 23 13,93 -0,77
xv
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Koordinat Foto
bacaan beda
No.Titik Keterangan X Y paralaks paralaks
(mm) (mm)
191 Spot High -26 18 13,57 -1,13
192 Spot High -14 16 13,87 -0,83
193 Spot High -12 8 13,89 -0,81
194 Spot High -3 -3 13,75 -0,95
195 Spot High -8 -9 12,68 -2,02
196 Spot High -12 -18 10,80 -3,9
197 Spot High -18 -26 9,25 -5,45
198 Spot High -22 -33 10,60 -4,1
199 Spot High -24 -8 11,49 -3,21
200 Spot High -35 -16 10,22 -4,48
201 Spot High 94 -67 10,59 -4,11
202 Spot High 99 -75 9,59 -5,11
203 Spot High 106 -83 10,46 -4,24
204 Vegetasi 91 -40 7,07 -7,63
205 Vegetasi 95 -49 8,79 -5,91
206 Vegetasi 84 -46 8,01 -6,69
207 Vegetasi 86 -58 8,62 -6,08
208 Vegetasi 85 -75 7,25 -7,45
209 Vegetasi 87 -94 8,74 -5,96
210 Vegetasi 96 -99 9,70 -5
211 Vegetasi 56 -110 7,18 -7,52
212 Vegetasi 46 -112 8,68 -6,02
213 Vegetasi 102 95 7,78 -6,92
214 Vegetasi 93 84 10,44 -4,26
215 Vegetasi 84 71 10,44 -4,26
216 Vegetasi 70 76 10,30 -4,4
217 Vegetasi 68 85 10,36 -4,34
218 Vegetasi 60 76 10,84 -3,86
219 Vegetasi 48 98 11,03 -3,67
220 Vegetasi 89 56 10,04 -4,66
221 Vegetasi 106 86 10,89 -3,81
xvi
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xvii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xviii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xix
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xx
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xxi
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xxii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xxiii
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xxiv
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xxv
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xxvi
Kelompok II-A
Laporan Praktikum Fotogrametri I
xxvii
Kelompok II-A