Laporan Praktikum 7a

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN DIGITAL
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemetaan Digital)

Disusun Oleh:
Kelompok VII A
Lutfi Faizal Rifai 21110118120004
Feby Artani Kusumadjati 21110118120008
Kholifatussholikhakh 21110118120023
Erwinda Yuliyanti 21110118120026
Fakhry Nur Mahmudi 21110118140039

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
email : [email protected]
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Pemetaan Digital telah disetujui dan disahkan oleh
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Pemetaan Digital, Program Studi Teknik
Geodesi, Fakultas Teknik UniverSitas Diponegoro.
Disusun oleh:
Kelompok VII A
Lutfi Faizal Rifai 21110118120004
Feby Artani Kusumadjati 21110118120008
Kholifatussholikhakh 21110118120023
Erwinda Yuliyanti 21110118120026
Fakhry Nur Mahmudi 21110118140039

Semarang, September 2019


Mengetahui,
Asisten Praktikum

Sentanu Aji
NIM.21110116120013

Menyetujui,

Dosen Pengampu Mata Kuliah I Dosen Pengampu Mata Kuliah II

Bandi Sasmito, ST., MT Hana Sugiastu Firdaus, ST., MT


NIP. 197802062010121003 NPPU. H.7.199108082018072001
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
karunia dan ridho-Nya, sehingga Laporan Praktikum Pemetaan Digital ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemetaan
Digital Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yudo Prasetyo selaku Ketua Departemen Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Bapak Bandi Sasmito, ST.,MT dan Ibu Hana Sugiastu Firdaus, ST.,
MT selaku dosen pengampu mata kuliah Pemetaan Digital yang telah
membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
3. Sentanu Aji selaku asisten praktikum mata kuliah Pemetaan Digital
yang telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
4. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan
praktikum Pemetaan Digital yang tidak dapat kami sebutkan namanya
satu persatu
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pemetaan Digital serta menjadikannya sebagai suatu media
pembelajaran bagi kita semua.
Kami sadar bahwa laporan yang kami susun masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu masukan dan kritikan yang bersifat membangun
sangat kami harapkan sebagai acuan agar menjadi lebih baik lagi. Terima kasih
kami sampaikan.
Semarang, September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan dalam teknologi komputer memungkinkan perpindahan
media untuk pemetaan menjadi digital. Peta dapat diterjemahkan dalam bentuk
biner yang merupakan representasi dari pixel-pixel gambar. Dari bentuk tersebut,
didapatkan informasi geografis yang merepresentasikan dari bentuk sebenarnya.
Pada pemetaan digital berbagai jenis peta diklasifikasikan berdasarkan
sifat, skala, macam dan dapat diintegrasikan menjadi satu kesatuan. Dalam
penggunaanya, pemetaan digital dapat menjadi lebih fleksibel karena banyaknya
informasi yang dimiliki dan kemudahan dalam pengaksesan (Ichtiara, 2008).
Terdapat tiga informasi umum yang dapat dimasukkan dalam peta digital:
1. Informasi geografis, menyediakan informasi mengenai bentuk-bentuk
dari fitur geografis yang spesifik.
2. Informasi atribut, menyediakan informasi non-grafis tambahan
mengenai tiap-tiap fitur.
3. Informasi tampilan, menjabarkan informasi mengenai bagaimana
tampilan fitur pada layar.
Bentuk pemetaan digital yang paling sederhana adalah memindahkan
media peta yang tadinya dalam bentuk kertas dipindahkan ke dalam komputer
menjadi format JPEG misalnya. Dengan adanya peta digital informasi mengenai
bumi tidak hanya terbatas oleh media dua dimensi. Dapat dilakukan eksplorasi
mengenai permukaan bumi hingga lingkup tiga dimensi. Informasi mengenai
ruang bumi sebenarnya sangat kompek, dalam opeta digital ini yang
menunjukkan aspek-aspek mengenai ruang, waktu, lokasi dan hubungan antar
ruang (Ichtiara, 2008).
Melihat begitu besar manfaat yang didapat melalui proses pemetaan secara
digital ini maka selayaknya ilmu pemetaan digital ini mendapat prioritas dalam
kajian ilmu geodesi yang kemudian secara lebih mendalam dipelajari dalam mata
kuliah Pemetaan Digital.
I.2 Maksud dan Tujuan
Mengaplikasikan semua materi ataupun teori yang telah didapatkan selama
perkuliahan mata kuliah Pemetaan Digital. Sehingga diharapakan mampu untuk:
1. Melakukan serangkaian kegiatan pengukuran dengan menggunakan
alat Total Station.
2. Mampu melakukan pengolahan data hasil pengukuran.
3. Mampu melakukan penggambaran peta hasil data pengukuran secara
digital.
Tujuan dari praktikum pemetaan digital ini antara lain adalah:
1. Menerapkan teori – teori yang diperoleh dari kuliah Pemetaan Digital,
2. Menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pemetaan Digital,
3. Agar mahasiswa memahami mengenai proses pembuatan peta situasi
secara digital, mulai dari tahap pengukuran lapangan sampai
penggambaran di Autocad.
I.3 Ruang Lingkup Pengukuran
Praktikum pemetaan digital ini meliputi kegiatan pengumpulan data
melalui pengukuran. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini menggunakan
metode pengukuran terestris, dimana proses pengambilan dan pengumpulan data
dilakukan secara langsung dilapangan. Alat ukur yang digunakan adalah dengan
menggunakan alat ukur digital Total station, selanjutnya dilanjutkan dengan
pengolahan data hasil ukuran untuk selanjutnya diolah menjadi peta digital yang
berupa peta situasi dan kontur beserta poligon daerah ukuran. Pembuatan peta
digital ini dengan menggunakan perangkat lunak Autocad.
I.4 Lokasi dan Waktu Pengukuran
Lokasi praktikum pengukuran Pemetaan Digital dilakukan di daerah
Teknik Industri dan Teknik Mesin pada tanggal 23 September 2019 sampai
dengan 26 September 2019.

I.5 Sistematika Pembuatan Laporan


Sistematika penulisan laporan praktikum Pemetaan Digital ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup
praktikum, lokasi dan waktu serta sistematika dalam penulisan laporan
hasil praktikum.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang dasar-dasar teori yang berhubungan serta
mendukung dalam pelaksanaan kegiatan praktikum pemetaan digital.
Dasar-dasar teori tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut, materi tentang
pemetaan digital, alat ukur digital Total Station beserta dengan
pengelolaan basis data,kemampuan Electronic Total station (ETS), bagian
Total station dan operasi Total station, metode pengukuran,garis kontur
serta Autocad.
BAB III PELAKSANAAN DAN DATA PRAKTIKUM
Bab ini berisi tentang pelaksanaan praktikum, peralatan, pengambilan dan
penyimpanan data, pelaksanaan pengukuran serta proses pengolahan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian pembahasan terhadap hasil praktikum dan
menguraikan cara pembuatan peta situasi beserta kontur dengan
menggunakan aplikasi Autocad, perhitungan asimuth serta pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan serta saran yang didapatkan
dari pelaksanaan kegiatan praktikum pemetaan digital yang sekiranya
dapat digunakan oleh pihak-pihak lain sebagai referensi dalam studi
pemetaan digital.
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Pemetaan Digital
Peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi.
Menurut Erwin Raiz, peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi yang
terpencil dan kenampakannya terlihat dari atas dan ditambah tulisan-tulisan
sebagai penjelasnya. Gambaran konvensional adalah gambaran yang sudah umum
dan sudah diatur dengan aturan tertentu yang diakui umum.
Menurut ICA (International Cartographic Association), yang dimaksud
peta adalah gambaran unsur-unsur permukaan bumi (yang berkaitan dengan
permukaan bumi) dan benda-benda di angkasa.
Menurut Soetarjo Soerjosumarmo, peta adalah lukisan dengan tinta dari
seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan
ukuran yang disebut skala.
Digital Mapping atau Pemetaan Digital adalah suatu proses pembuatan peta
dengan menggunakan fasilitas perangkat lunak yang ada dalam program
komputer. Pemetaan Digital merupakan suatu cara baru dalam pembuatan peta,
baik untuk keperluan pencetakan ataupun dalam format peta digital. Seiring
dengan perkembangan teknologi komputer dan informasi, pemetaan digital
menjadi sarana penting dalam penyajian suatu data spasial secara cepat dalam
pengolahan data, penyimpanan, managemen, dan pengolahan datanya. Produk
dari pemetaan digital ini adalah berupa peta digital yang dapat dihasilkan dengan
cara sebagai berikut:
1. Digitasi secara otomatis dan digitasi melalui alat stereoplotter
fotogrammetry yang menghasilkan format digital vektor.
2. Input Data Pengukuran (Loading dari Total Station, pemasukan koordinat,
dan lain-lain).
3. Pemasukan Data melalui analisis citra satelit yang menghasilkan format
digital raster.
Untuk menghasilkan peta digital yang baik diperlukan data spasial yang
meliputi data koordinat ( x,y ) yang menunjukkan posisi dan titik tinggi ( z ) untuk
mengetahui ketinggian.
Peta Digital adalah peta rupabumi hasil proyek “Digital Mapping” yang
dimulai oleh BAKOSURTANAL pada tahun 1993, yang seluruh tahapan
produksinya menggunakan teknik digital, mulai dari kompilasi foto udara pada
alat fotogametri analitis, proses editing dan desain kartografi hingga persiapan
separasi warna sebelum dicetak offset. Dengan alur kerja lengkap secara digital
(dataflow), maka peta ini menjadi sangat teliti, sangat ekonomis untuk
dimutakhirkan di masa depan, dan sangat bervariasi untuk digunakan, baik dalam
bentuk kertas (hardcopy) maupun dalam bentuk digital (Softcopy).
Peta digital berbeda dengan peta konvensional, yang dimaksud dengan
peta konvensional adalah peta kertas hasil teknologi analog. Peta semacam ini
cukup sulit untuk dimutakhirkan, karena praktis seluruhnya harus digambar ulang,
tidak cukup bagian yang berubah saja. Selain itu penggunaannya juga terbatas,
tidak mudah ditampilkan dalam format berbeda, dan tidak bisa langsung diproses
dengan teknologi digital lainnya, misalnya dalam Sistem Informasi Geografi.
Peta ini menjadi sangat teliti, sangat ekonomis untuk dimutakhirkan di
masa depan, dan sangat bervariasi untuk digunakan, baik dalam bentuk kertas
(hardcopy) maupun dalam bentuk digital (Softcopy) dengan alur kerja lengkap
secara digital (dataflow). Peta digital dihasilkan dari kompilasi foto udara yang
diambil dari pesawat terbang (airborne). Kemudian dilengkapi dengan data
survey lapangan misalnya untuk menambah data yang tertutup bayangan, atau
yang memang tidak terdapat di foto, seperti klasifikasi bangunan, batas
administrasi maupun nama-nama tempat. Isi peta digital meliputi unsur-unsur atau
features dengan kelas-kelas utama:
1000=Pemukiman
2000=Infrastruktur
3000=Relief(kontur)
4000=Batas-batas administrasi
5000=Vegetasi(landuse)
6000=Hidrografi(sungai,danau,pantai)
7000 = Nama-nama tempat.
Kelas-kelas ini masih dirinci lagi, misalnya vegetasi dibagi menjadi hutan,
tegalan, sawah dsb. Maka total terdapat lebih dari seratus kelas. Setiap jenis unsur
diberi kode tersendiri yang juga bisa direpresentasikan oleh suatu layer.
Keuntungan peta digital bila dibandingkan dengan peta konvensional ialah
1. Mudah merubah atau memperbarui komponen dalam peta;
2. Mudah memperbesar bagian peta untuk menunjukkan komponen
yang penting;
3. Kemampuan untuk memperoleh peta, gambar,suara dan teks;
4. Fasilitas tampilan lebih impresif;
5. Akses secara cepat ke sejumlah besar tema peta; dan
6. Tidak boros material.
Peta digital dihasilkan dari kompilasi foto udara yang diambil dari pesawat
terbang (airborne). Kemudian dilengkapi dengan data survei lapangan misalnya
untuk menambah data yang tertutup bayangan, atau yang memang tidak terdapat
di foto, seperti klasifikasi bangunan, batas administrasi maupun nama-nama
tempat.
Prinsipnya, data pada pemetaan digital adalah independen dari software,
karena data tersebut disimpan dalam format yang bisa diakses oleh banyak sekali
software yang popular. Untuk keperluan intern, sehubungan dengan pengolahan
menggunakan software, telah disediakan dalam format Cad (DWG/DXF) dan
Arc/Info. Untuk mengirimkan data, diperlukan medium berupa CD-ROM atau
Iomega-ZIP. Saat ini, karena beberapa kendala teknis, pengiriman dalam Iomega-
ZIP masih lebih sering dilakukan.
Medium dari peta digital adalah, data dikirim dalam CD-ROM atau
Iomega-ZIP. Saat ini, karena beberapa kendala teknis, pengiriman dalam Iomega-
ZIP masih lebih sering dilakukan. Iomega-ZIP adalah semacam disket namun
memiliki sifat-sifat harddisk, dan kapasitasnya adalah 100 MB. Untuk
memakainya tentu saja pengguna harus memiliki drive Iomega-ZIP beserta
softwarenya.
Besarnya file peta digital bervariasi, dari 4 MB hingga 40 MB per nomor
lembar peta, tergantung kepadatan informasi di dalamnya. Daerah yang terjal
mengandung informasi relief yang lebih padat, sedang daerah perkotaan
mengandung lebih padat informasi pemukiman dan infrastruktur. Peta digital
dapat memilih data spesifik, yaitu data bisa dipilih untuk area tertentu atau layer
tertentu saja. Bahkan kami bisa pula mengirim data tengah (intermediate data)
seperti titik-titik GPS, titik-titik tinggi, titik-titik gravimetri, copy foto udara,
nama-nama tempat (toponimi), maupun produk turunan (derivate product).
Setiap informasi data yang telah dibuat, baik dari software maupun data
lapangan manual yang telah dibuat, kita dapat membuat garis kontur yaitu garis
yang menghubungkan titik-titik yang sama elevasinya. Garis kontur dapat
mendeskripsikan keadaan medan yang sebenarnya.
Ada beberapa software komputer yang mendukung dalam untuk
menghasilkan peta digital yang baik seperti Surfer, AutoCAD Land Development,
dan MicroCAD Survey.
II.2 Total Station
Perkembangan terakhir dari theodolit yaitu munculnya generasi Total
Station dan Smart Station. Total Station merupakan teknologi alat yang
menggabungkan secara elektornik antara teknologi theodolit dengan teknologi
EDM (Electronic Distance Measurement). EDM merupakan alat ukur jarak
elektronik yang menggunakan gelombang elektromagnetik sinar infra merah
sebagai gelombang pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah
reflektor berupa prisma sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar
kembali ke EDM). Sedangkan Smart Station merupakan penggabungan Total
Station dengan GPS Geodetic.
Dengan Total Station kita mendapatkan beberapa keuntungan, diantaranya:
1. Dapat mengurangi kesalahan yang bersumber dari manusia
Contoh: kesalahan pembacaan, pencatatan data, hitungan, dll.
2. Aksesibilitas ke sistem berbasis komputer
Data digital memberikan kemudahan, kecepatan dalam aksesibilitas /
data komunikasi atau sebagai data input beberapa piranti lunak
pengolahan dan penggambaran yang berbasis komputer.
3. Mempercepat proses pengukuran karena proses-proses pembacaan,
pencatatan dan perhitungan dilakukan secara digital. Memberikan
kemudahan.
4. Memberikan efisiensi dari segi jumlah personil. Cukup 3 orang (1
penembak dan operasional Total Station, 1 pembuat sketsa lokasi titik
dan 1 pemegang prisma).
Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, Total Station juga memiliki
kendala atau kekurangan. Beberapa kendala penggunaan alat Total Station yang
timbul sampai pada saat ini adalah:
1. Kemampuan sumber daya manusia yang masih kurang memahami
penggunaan Total Station. Karena aksesbilitasnya ke sistem berbasis
komputer maka penggunaanya sedikit lebih rumit, akibatnya tidak semua
bisa mengoperasikan alat ini.
2. Total Station merupakan perangkat yang sangat mahal, oleh karenanya
penggunaan Total Station membutuhkan perhatian dan kehatian-hatian
yang lebih dibandingkan dengan theodolit.
3. Dalam penggunaannya akan timbul suatu kesalahan karena terbatasnya
kemapuan pengguna seperti kesalahan dalam memencet tombol.
Total Station dapat digunakan pada setiap tahapan survei seperti survei
pendahuluan, survei titik kontrol, dan survei pematokan. Total Station terutama
cocok untuk survei topografi dimana surveyor membutuhkan posisi (X,Y,Z) dari
sejumlah detil yang cukup banyak (700 sampai 1000 titik per hari), dua kali lebih
banyak dari data yang dikumpulkan dengan theodolit biasa (stadia) dan EDM. Hal
ini akan sangat berarti dalam hal peningkatan produktivitas dan akan menjadikan
cara ini dapat bersaing dengan teknik fotogrametri atau survei udara, apalagi telah
dapat dihubungkan secara langsung dengan komputer dan plotter. Setiap jenis alat
Elektronik Total Station (ETS) akan memiliki spesifikasi ciri tersendiri dalam hal
prosedur pemakaian maupun dalam penanganan datanya. Namun untuk
mempelajari jenis ETS tersebut secara umum yang perlu dipelajari antara lain:
Pengelolaan Basis Data, Spesifikasi dan Kemampuan, Sistem Operasi Instrumen.
II.2.1Pengelolaan Basis Data
Pada pengukuran terestris dengan menggunakan alat ukur manual,
perjalanan data dari ukuran sampai dengan penyajian digunakan formulir ukuran,
hitungan, serta pengeplotan manual pada gambar manuskrip. Dengan alat
Electronic Total Station perjalanan data tersebut disusun dalam format tertentu
yang dimengerti oleh sistem kerjanya. Agar perjalanan data tersebut tetap sama
identitasnya, maka manajemennya harus terstruktur dan sistematis sesuai dengan
aturan-aturan konsep pembentukan informasi grafis dalam bentuk gambar format
digital. Pengolahan basis data dipengaruhi oleh tipe objek serta identitas basis data
dan kode.
1. Tipe Objek
Instrumen tidak akan membuat atau menyajikan suatu bentuk objek tertentu
tanpa kita memberikan identitas data yang benar. Penanganan data yang
terstruktur dan sistematis akan mengoptimumkan fungsi ETS sebagaimana
mestinya, bukan memperlakukan Total Station sebagai theodolit manual.
Sehingga kita sangat perlu mengetahui tentang struktur data berbasis komputer
yang berkaitan dengan pengambilan data (pengukuran lapangan), penyimpanan
data (penulisan data), pengolahan data (proses reduksi, koreksi dan hitungan), dan
penyajian data (kartografi peta, tabel, laporan, dan sebagainya).
Objek atau detail yang kita ukur di lapangan secara grafis dapat dinyatakan
melalui tipe objek bentuk garis dan titik. Artinya dengan titik dan bentuk geometri
garis yang tertentu dapat digunakan untuk mewakili atau menerangkan tentang
suatu objek di lapangan (contoh: peta).
Garis dapat direkonstruksikan sebagai rangkaian titik-titik yang
dihubungkan. Rangkaian garis yang berhubungan akan membentuk polyline, dan
bentuk garis polyline membentuk bidang tertutup disebut boundary. Dengan
demikian bentuk garis, polyline atau boundary ditentukan oleh: posisi titik, urutan
titik, dan kerapatan titik.
Berikut ilustrasi tipe objek:
Objek 1 (4 titik) Objek 2 (4 titik)
11 2 1 2

4 3 3...............................4

gambar I Contoh tipe objek Kelompok 3B


Objek 1 dan 2 menunjukan perbedaan bentuk sebagai akibat perbedaan
urutan data dalam pembuatan garis (jumlah dan posisi tidak sama).
2. Identitas Basis Data dan Kode
Pengaturan posisi, urutan dan kerapatan titik dapat dilakukan dengan cara
penempatan target bidikan pada saat pengukuran, sedangkan tipe objek dilakukan
dengan cara pengkodean (memberi kode) titik tersebut. Disamping itu,
pengkodean dapat digunakan untuk memberi identitas dan sifat titik atau garis
yang berkaitan dengan penarikan garis kontur.
Pemberian kode titik berkaitan dengan manajemen pengolahan dan
penyajian data hasil ukuran. Mengingat banyaknya jenis detail di lapangan
tentunya akan sangat banyak penggunaan kode-kode, untuk itu agar mudah
pemakaiannya pada saat pelaksanaan perlu pengelompokan jenis detail dalam
grup tertentu.
Pada dasarnya pembuatan kode tergantung pada pemakainya, namun
demikian jika ingin membuat sebaiknya semudah mungkin dan seinformatif
mungkin.
Berikut contoh Nomor Kode dan Format kode numerik / alphabetis yang
digunakan pada alat Total Station:
Format Kode: XXXXX (lima digit)
Feature XXX : menyatakan deskripsi (numeris/alphabetis)
Contoh 100 : Garis jalan
200 : Garis Sungai
PHN : Pohon
JLN : Jalan
String YY : menyatakan bentuk (titik atau garis)
Contoh 00 : untuk titik (BM, lampu, dll)
01 : untuk garis (Jalan, selokan pada skala kecil)
Sifat LC : Line Countourable
LP : Line Planimetric (Uncountourable)
LB : Line Breakline
PC : Point Countourable
PP : Point Planimetric (Uncountourable)
III.1.1 Kemampuan ETS
ETS memiliki spesifikasi kemampuan alat tentang:
1. Kelas atau orde ukuran;
2. Kekuatan lensa optis;
3. Sensitivitas terhadap perubahan;
4. Ketahanan dan kekonstanan terhadap waktu dan alam;
5. Fasilitas prosesing (koreksi, reduksi, program hitungan);
6. Komunikasi dengan alat peripheral luar atau lainnya.
Total Station dilengkapi dengan perangkat lunak yang mampu mengolah
data hasil ukuran sampai menjadi data yang siap disajikan, baik dalam bentuk
peta, tabel, atau pelaporan melalui media softcopy maupun hardcopy.
Beberapa produk alat ETS, telah menyediakan perangkat lunak (software)
pengolahan yang merupakan bagian integral pada sistem ETS tersebut. Beberapa
perangkat lunak yang ada diantaranya, LISCAD dari Wild Leica, CIVILCAD dari
TOPCON, SDRMAP dari SOKIA. Namun demikian, beberapa perangkat lunak
telah dimodifikasi sehingga mampu menerima data diluar produknya seperti
WESCOM, Sturdust, dan lainnya.
III.1.2 Bagian Total Station

gambar II Total Station (teknologisurvey, 2016)


Keterangan :
1. Handgrip locking screw 10. Tribach fixing lever
2. Handgrip 11. Adjustment screw for
3. Instrument center mark 12. circular level
4. Optical plummet 13. Circular level
5. Telecop(Optical 14. Display unit
6. plummet telecope type 15. Point guide
7. only) 16. Objective lens, laser
8. Levelling screw 17. pointer, laser aperture
9. Base
III.1.3 Operasi Total Station
Mempelajari prosedur operasional pemakaian setiap alat baru, ibarat
mempelajari bahasa komunikasi antara manusia dengan alat melalui berbagai
aksesori dan lambang-lambang. Sampai pada saat ini produk yang dikeluarkan
pada masing-masing merk memiliki ciri tersendiri dari bahasa tersebut. Untuk itu,
tidak ada cara lain kecuali mempelajari dan mempraktekan buku pentunjuk alat.
Ini berarti, jam terbang yang akan menentukan ketrampilan seorang operator ETS
untuk jenis alat tersebut.
Parameter spesifikasi teknik survei dan pemetaan dengan menggunakan
Total Station saling bergantungan satu sama lain, namun demikian dapat
dikelompok-kelompokkan. Spesifikasi teknik data ukuran ini tidak berbeda
dengan spesifikasi teknik pengukuran dengan alat ukur konvensional yang telah
biasa kita lakukan seperti misalnya contoh berikut:
1. Pengukuran Titik (Kontrol) Kerangka
a. Penentuan Posisi Titik Kerangka diukur dengan metode Poligon Terikat
sempurna yang mengikat pada GD 16 – GD 05
b. Pengukuran Sudut Horisontal
- Akurasi sudut Total Station < 00o 00’ 01”
- Pengukuran sudut diukur sebanyak 2 seri bacaan
- Selisih seri I dengan seri II < 00o 00’ 05”
- Selisih bacaan muka I dengan muka II < 00o 00’10”
- Setiap 15 titik poligon dilakukan pengamatan azimuth matahari
c. Pengukuran Sudut Vertikal
- Akurasi bacaan sudut < 00o 00’ 10”
- Sudut dibaca 1 seri, selisih Muka I dan Muka II < 00o 00’ 15”
d. Pengukuran Jarak
- Akurasi EDM : ± ( 5 mm + 5 ppm )
- Jarak sisi poligon terpanjang 1000 m
e. Pengukuran Beda Tinggi
- Beda tinggi diukur dengan menggunakan Digital Level Orde II
- Bacaan terkecil 1 mm
- Sensitifitas alat 20” / 2 mm
- Jarak maksimum alat ke rambu 70 m
f. Toleransi Kesalahan Ukuran
- Salah penutup sudut adalah 10” √N ( N : jumlah titik sudut )
- Salah penutup koordinat < 1 : 20000
- Salah penutup beda tinggi 10 mm √S ( S: jarak dalam Km )
2. Pengukuran Topografi dan Titik Detail Situasi
a. Pengukuran Titik Detail Topografi boleh dilakukan simultan dengan
Titik Kontrol
b. Jalur poligon bantu harus mengikat ke titik kontrol utama
c. “Beam Wide” gelombang EDM < 0.010 m / 1 Km
d. Menggunakan cara Tachymetri dengan jarak maksimum 400 m
Penyusunan spesifikasi teknik tentang Basis Data diperlukan untuk
kemudahan prosesing (reduksi, koreksi dan hitungan) dan analisis sumber-sumber
kesalahan yang mungkin timbul.
1. Manajemen Basis Data
a. Identitas File, harus berisi :
b. Nama file / job
c. Nama Surveyor
d. Nomor seri dan tipe alat
e. Waktu dan tanggal pengukuran
f. Parameter lingkungan (Temperatur dan Tekanan)
g. Kesalahan dan Koreksi Alat (Kolimasi, Indeks, ppm)
2. Perekaman Data
a. File / Job Pengukuran
b. Data Ukuran Titik Kontrol : No. station, backsight dan foresight, sudut
(horisontal, vertikal), jarak (jarak miring, datar)
c. Topografi / Detail Situasi
Kode dan Deskripsi titik mengacu pada standardisasi
d. Detail yang diukur dengan mode Offset harus diberi keterangan
3. Pengolahan Basis Data
a) Numeris
Mode hitungan harus menggunakan Program Total Station yang
diketahui algoritma / formula metode hitungannya.
b) Grafis
Objek titik atau garis harus didefinisikan sesuai dengan sifat atau
statusnya terhadap penarikan garis kontur (planimetrik, countourable
dan breakline).
c) Atribut
Notasi atau atribut yang menjelaskan data harus dapat memenuhi
persyaratan untuk keperluan operasi–operasi Database (Relasi, Mutasi,
Data sorting, dll).
Spesifikasi Teknik Penyajian atau spesifikasi teknik penggambaran pada
dasarnya masih mengacu pada prinsip metoda penggambaran konvensional.
Spesifikasi teknik penyajian hasil pengukuran Total Station sangat berkaitan erat
dengan spesifikasi teknik Pengelolaan Basis Data, bahkan berkaitan erat dengan
teknik pengukuran titik detail di lapangan.
II.3 Metode Pengukuran
Pengukuran awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik-titik
kerangka dasar pemetaan yang cukup merata di daerah yang akan dipetakan.
Kerangka dasar pemetaan horisontal bermacam-macam pemilihan dan
pemakaiannya ditentukan oleh banyak faktor, antara lain : luas daerah yang
dipetakan, ketersediaan peralatan, kemudahan perhitungan, dan lain-lain.
Macam kerangka peta yang umum dipakai antara lain:
1. Triangulasi : yaitu cara penentuan posisi horisontal banyak titik, dengan
cara menghubungkan titik satu dengan yang lainnya sehingga
membentuk jaringan atau rangkaian segitiga, dimana pada setiap segitiga
diukur ketiga sudutnya.
2. Trilaterasi : sama dengan triangulasi, tetapi disini yang diukur adalah
jarak semua sisi-sisinya.
3. Poligon atau transverse.
Bidang ukur tanah atau plane surveying umumnya lebih menyukai
menggunakan poligon, karena kerangka yang satu ini banyak sekali
keuntungannya, antara lain :
a. Pengukurannya sederhana
b. Bentuknya dengan mudah dapat disesuaikan dengan daerah yang akan
dipetakan
c. Peralatannya mudah didapat
d. Perhitungannya mudah
Praktikum kali ini metode yang digunakan adalah poligon tertutup
dengan menggunakan koordinat UTM.
III.1.4 Pengukuran Poligon Tertutup
Menurut Basuki (2011), poligon tertutup adalah poligon yang titik awal
dan akhirnya menjadi satu. Poligon semacam ini merupakan poligon yang paling
disukai di lapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang
memang sulit didapatkan di lapangan, namun hasil ukurannya cukup terkontrol.
Pengukuran poligon tertutup sebagai berikut :

gambar III Poligon tertutup


(Kelompok IIIB, 2018)
BM 1 dan BM 2 : Titik ikat yang diketahui koordinatnya
β1, β2, β3, β4, dst : Sudut terukur
Syarat sudut
∑β = (n-2).180o, apabila sudut dalam (II.1)
∑β = (n+2).180o, apabila sudut luar (II.2)
Syarat absis
∑d sin α = 0 , untuk koreksi x (II.3)
∑d cos α = 0 , untuk koreksi y (II.4)
III.1.5 Langkah Perhitungan Poligon
Mengoreksi sudut-sudut hingga diperoleh jumlah sudut yang benar secara
geometri.Jumlah sudut-sudut dalam pada sebuah poligon tertutup yang benar
secara geometris yaitu :
∑ β = (n-2) x 1800 (II.5)
Jumlah sudut-sudut luar pada sebuah poligon tertutup yang benar secara
geometris
∑ β = (n+2) x 1800 (II.6)
Perhitungan azimuth.
Azimuth adalah sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan
jarum magnet sampai garis bidik yang sama besarnya dengan sudut
bacaan (Basuki, 2011).
Menghitung koreksi absis dan ordinat
Penutup poligon dicek dengan menghitung selisih absis dan ordinat
tiap garis (jurusan) dengan rumus (II.3) dan (II.4). Besarnya koreksi
tiap sisi terhadap sumbu X yaitu :
D
Kx  ( D sin  ) (II.7)
D
Dimana Kx merupakan kesalahan penutup jarak arah X.
d sin 12(koreksi)  d sin 12  Kx (II.8)
Besarnya koreksi tiap sisi terhadap sumbu Y yaitu :
D
Ky  ( D cos  ) (II.9)
D
Dimana Ky merupakan kesalahan penutup jarak arah Y.
d cos 12(koreksi)  d cos 12  Ky (II.10)
Menghitung Koordinat
Xn = Xn  1  d sin  (terkoreksi) (II.11)
Yn  Yn  1  d cos  (terkoreksi) (II.12)
III.1.6 Pengukuran Detail
Detail adalah segala obyek yang ada dilapangan, baik yang bersifat
alamiah seperti sungai, lembah, bukit, alur, dan rawa, maupun hasil budaya
manusia seperti jalan, jembatan, gedung, lapangan, stasiun, selokan, dan batas-
batas pemilikan tanah yang akan dijadikan isi dari peta yang akan dibuat.
Penentuan posisi dari titik-titik detail, diikatkan pada titik-titik kerangka pemetaan
yang terdekat yang telah diukur sebelumnya atau mungkin juga ditentukan dari
garis ukur yang merupakan sisi-sisi dari kerangka peta ataupun garis yang dibuat
khusus untuk itu (Basuki,2011).
Menurut Basuki (2011), perhitungan koordinat dari situasi diuraikan
sebagai berikut :
Xa = Xp + dpa Sin αpa

Ya = Ya+ dpa Cos αpa (II.13)

Za = Zp + ∆hpa

Keterangan :
a : Titik detail
P : Poligon yang diketahui koordinatnya
αPa : Azimuth sisi Pa
Pengambilan detail dipilih dari titik poligon yang terdekat dan mudah. Sket detail
lapangan perlu dibuat agar penggambarannya menjadi lebih mudah.
II.4 Auto CAD Land Development
III.1.7 Pengertian Auto CAD Land Development
AutoCAD Land Development (ALD) adalah salah satu perangkat lunak
yang berbasis pada program AutoCAD, namun lebih diarahkan secara khusus
untuk dapat diaplikasikan dalam mengelola pemetaan dan dasar-dasar
perancangan pekerjaan sipil rekayasa.
Setelah program AutoCAD Land Development dijalankan, maka dapat
dilihat pada monitor tampilan seperti Gambar 2.7 di bawah ini. Pada layar
monitor dibagi menjadi dua ruang. Ruang di bagian kiri dinamakan layer
proyek. Ia berfungsi sebagai petunjuk nama gambar (Drawing Name) yang
sedang diaktifkan pada file proyek dan file khusus lainnya seperti drawings,
topologies, link templates, data sources, dan query library. Sedangkan ruang di
bagian kanan disebut layer kerja yang digunakan sebagai tempat untuk
menggambar.
Di sekitar kedua layer tersebut terdapat beberapa menu dalam bentuk
tulisan maupun simbol untuk mengoperasikan ALD, antara lain:
1. File kerja menunjukkan sebuah nama file yang sedang digunakan untuk
bekerja.
2. Menu bar merupakan deretan menu yang telah disediakan dalam bentuk
tulisan, sehingga dapat dibaca.
3. Tool bar juga merupakan susunan lembar-lembar gambar seperti halnya
media transparan yang digunakan untuk melukis banyak gambar, yang
pada tiap layernya terlukis potongan dari gambar utama (lengkap),
sehingga bilamana seluruh layer ditumpang-tindihkan akan menjadi
satu kesatuan gambar utama yang lengkap.
4. Cursor merupakan simbol berwujud palang (dua garis bersilang) yang
digerakkan mengikuti gerakan mouse, sebagai ganti jari telunjuk tangan
pengguna untuk menekan (klik) tombol ikon, menu maupun gambar
pada sources, dan query library. Sedangkan ruang di bagian kanan
disebut layer kerja yang digunakan sebagai tempat untuk menggambar.
Di sekitar kedua layer tersebut terdapat beberapa menu dalam bentuk
tulisan maupun simbol untuk mengoperasikan ALD, antara lain:
1. File kerja menunjukkan sebuah nama file yang sedang digunakan untuk
bekerja.
2. Menu bar merupakan deretan menu yang telah disediakan dalam
bentuk tulisan, sehingga dapat dibaca.
3. Tool bar juga merupakan susunan lembar-lembar gambar seperti
halnya media transparan yang digunakan untuk melukis banyak
gambar, yang pada tiap layernya terlukis potongan dari gambar utama
(lengkap), sehingga bilamana seluruh layer ditumpang-tindihkan akan
menjadi satu kesatuan gambar utama yang lengkap.
4. Cursor merupakan simbol berwujud palang (dua garis bersilang) yang
digerakkan mengikuti gerakan mouse, sebagai ganti jari telunjuk
tangan pengguna untuk menekan (klik) tombol ikon, menu maupun
gambar pada layer kerja.

gambar IV Tampilan Awal Program ALD


5. Salib sumbu pada layer kerja menunjukkan bidang dua dimensi (X
danY), X sejajar arah timur (Easting) sedangkan Y sejajar arah utara
(North).
6. Perintah ketik (command) merupakan deretan tempat untuk
melaksanakan perintah dengan mengetik beberapa huruf.
7. File aktif menunjukkan beberapa nama file yang sedang diaktifkan
tetapi di luar file yang sedang digunakan untuk bekerja.
Pada Praktikum Pemetaan Digital menggunakan program AutoCAD Land
Development bertujuan melakukan processing data pengukuran (plotting)
sehingga dapat dibuat kontur secara otomatis. Akan tetapi program AutoCAD
Land Development hanya dapat membaca data berformat text atau file yang
berekstensi .txt dengan tab delimated. Oleh karena itu dalam memasukkan data
haruslah diubah dahulu dari data Ms.Excel Worksheet menjadi data berformat
text.
Pengubahan file (converting file) dapat dilakukan dengan bantuan program
Service Pack Ms Office yang bernama Ms Excel. Langkah-langkah pengoperasian
program ALD ini sebenarnya mirip dengan program AutoCAD pada umumnya.
III.1.8 Membuat File Baru
Setelah program ALD dibuka, tahap pertama yang harus dilakukan adalah
membuat file baru (open new file). Hal ini dapat dilakukan dengan klik pada
toolbar atau menu bar, sehingga pada layer monitor berupa kotak dialog New
Drawing Project Base. Selanjutnya untuk memberi nama direktori atau folder
baru (Project Path), nama gambar (Drawing name), dan file, dapat dilakukan
dengan cara mengetik atau menggunakan file yang sudah ada.Contoh pengisian
kotak dialog dapat dilakukan sambil memperhatikan gambar berikut ini:
Nama Buat Proyek/File Baru
Directory
Gambar

gambar V Layar Nama Gambar dan Proyeksinya


1. Ketiklah nama gambar pada kotak Drawing name.
2. Pilih direktori yang diinginkan dengan Browse.
3. Klik pada Create Project dan akan muncul tampilan seperti
gambar VI Kotak Dialog Project Details
1. Pilih pada kotak Prototype dan isi dengan defaut (meter).
2. Ketik nama proyek/file pada kotak Project Information/Name.
3. Klik OK, maka akan muncul kembali Gambar 2.8 tetapi dengan
nama file/proyek yang baru (pada kotak Project Name).
4. Pilih aec_m.dwt pada kotak Select Drawing Template.
5. Klik OK.
6. Akhirnya pembuatan file baru dan nama gambar sudah terlaksana dengan
susunan: ….1….\.....2…..\dwg\....3….dwg, yang artinya nama pertama
direktori, nama kedua file/proyek, nama ketiga gambar dan ekstensinya.
III.1.9 Menggambar Geometrik
Dalam menggambar geometrik dapat menggunakan tools yang sudah
tersedia dan memiliki fungsinya masing masing. Tools yang digunakan dalam
pengolahan data untuk penggambaran dalam Autocad Land Development adalah :

gambar VII Tools (Kelompok III, 2012)

Fungsi tiap ikon pada gambar di atas sebagai berikut.


Menggambar garis lurus per segmen (Line)
Menggambar garis lurus tak terhingga (Construction Line)
Menggambar 2 garis lurus sejajar (Multiline)
Menggambar garis lurus/ lengkung bersambung (Polyline)
Menggambar segibanyak beraturan (Polygon)
Menggambar segi empat (Rectangle)
Menggambar garis lengkung / busur (Arc)
Menggambar lingkaran (Circle)
Menggambar garis lengkung antara 2 buah titik (Spline)
Menggambar elips (Ellips)
Menyisipkan sebuah blok gambar (Insert Blok)
Membuat definisi blok gambar (Make Blok)
Menggambar titik (Point)
Mengarsir gambar (Hatch)
Menyatukan objek bentuk tertutup / kring (Region)
Membuat tulisan dalam sebuah bingkai (Multiline Text)
III.1.10 Memodifikasi Gambar
Memodifikasi gambar dapat menggunakan tools yang sudah tersedia. Tools
yang digunakan dalam pengolahan data untuk memodifikasi gambar dalam
Autocad Land Dekstop adalah :

Gambar II-8 Menu Modifikasi (Kelompok III, 2012)


Fungsi tiap ikon pada Modify Toolbar sebagai berikut.
Erase, menghapus objek di layar
Copy, menduplikasi objek
Mirror, membuat kembar objek
Offset, menggandakan objek dengan menggeser
Array, menggandakan objek secara polar atau rectangular
Move, memindahkan objek
Rotate, memutar objek
Scale, memperbesar atau memperkecil objek secara berskala
Strecth, menggeser titik objek atau memindahkan objek
Lengthens, memperpanjang/memperpendek garis
Trim, memotong objek yang berpotongan dengan objek lain
Extended, memperpanjang garis sampai batas garis lain
Break, menghapus garis objek pada tempat tertentu
Chamfer, menyambung dua garis lurus dengan garis lain
Fillet, mnghubungkan dua garis lurus dengan kurva
Explode, memecah kesatuan segmen garis menjadi segmen
II.5 Kontur
Menurut Eka (2012), garis kontur adalah garis kontinyu di atas peta yang
memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain
garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis
kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan
permukaan tanah.
III.1.11 Interval Garis Kontur dan Indeks Kontur
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan dan merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan.
Pada suatu peta tofografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan
skala peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang
tersajikan, interval kontur semakin kecil. Indeks kontur adalah garis kontur yang
penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur tertentu (Eka, 2012).
III.1.12 Sifat Garis Kontur
Menurut Eka (2012), sifat garis kontur adalah sebagai berikut :
a. Berbentukkurvatertutup.
b. Tidak bercabang.
c. Tidak berpotongan.
d. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.
e. Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.
f. Tidak tergambar jika melewati bangunan.
g. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah
yang terjal.
h. Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang
landai.
i. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih
3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur
sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.
j. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..
k. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang
lebih tinggi.
l. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan
punggungan
n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan
suatu lembah/jurang
III.1.13 Kegunaan Garis Kontur
Menurut Eka (2012), selain menunjukan bentuk ketinggian
permukaan tanah, garis kontur juga dapat digunakan untuk :
a. Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal sections)
antara dua tempat.
b. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan.
c. Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai
kemiringan tertentu.
d. Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling
terlihat.

Anda mungkin juga menyukai